Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI ECENG GONDOK


DENGAN METODE PELEBURAN ALKALI

Disusun oleh :

MOHAMMAD REZZA PACHRURAZI


17 644 019

PROGRAM STUDI S-1 TERAPAN TEKNOLOGI KIMIA


INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2019

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembuatan Asam Oksalat dari Batang Eceng Gondok Dengan Metode Peleburan
Alkali” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
… selaku dosen Teknologi Bioproses atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan
yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 4

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini, industrialisasi dipilih sebagai jalur utama bagi pertumbuhan ekonomi
sehingga banyak dibutuhkan bahan-bahan kimia yang beraneka ragam. Dalam
memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia lebih banyak mengimpor dari negara luar.
Usaha pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal perlu dilakukan sehingga
diharapkan dapat meningkatkan devisa negara dan dapat menyerap tenaga kerja
(Kirk dan Orthmer, 1954).
Bahan-bahan kimia yang diimpor dari luar negeri salah satunya adalah asam
oksalat. Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan
nama sistematis asam etanadionat. Asam oksalat mempunyai sifat asam yang lebih
kuat dibandingkan asam asetat. Saat ini Indonesia masih mengimpor asam oksalat
dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan asam oksalat
di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat dan harga yang relatif mahal. Data
terakhir konsumsi asam oksalat di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebanyak
53.613,10 ton. (BPS, 2010).
Kegunaan asam oksalat antara lain sebagai bahan pencampur zat warna dalam
industri tekstil dan cat, menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai
bleaching. Karena kebutuhan asam oksalat di Indonesia setiap tahunnya semakin
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mendukung ketersedian
asam oksalat dalam negeri dengan memanfaatkan berbagai macam tanaman yang
mengandung selulosa. Bahan yang mengandung selulosa dapat membentuk asam
oksalat dengan cara oksidasi atau cara peleburan alkali (Gilman, 1995).
Eceng gondok merupakan jenis gulma yang pertumbuhannya sangat cepat.
Pertumbuhan eceng gondok dapat mencapai 1,9% per hari dengan tinggi antara 0,3-
0,5 m. Pertumbuhannya yang begitu pesat, dirasakan sangat mengganggu karena
sifat eceng gondok yang menutupi permukaan air akan menyebabkan kandungan
oksigen berkurang (Yonathan, et al., 2013). Eceng gondok sebagai gulma air yang
dianggap buruk telah banyak digunakan untuk berbagai penelitian selama beberapa

1
tahun terakhir (Priya & Selvan, 2014). Banyak upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi gulma air ini seperti pemanfaatan eceng gondok untuk produksi energi,
untuk pengolahan air, dan lain-lain (Istirokhatun, et al., 2015).
Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara
tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut (Coniwanti, et al., 2009).
Eceng gondok dalam keadaan kering memiliki kandungan kimia yang berupa
selulosa 64,51%, pentosa 15,61%, lignin 7,69%, silika 5,56% dan abu 12%
(Kriswiyanti, 2009 dalam Aini & Kuswytasari, 2013).

1.2. Rumusan Masalah

Proses pembuatan asam oksalat dengan metode hidrolisis telah banyak


dilakukan diantaranya oleh (Herman dkk, 2013., Mardina dkk, 2013., dan
Adhiksana dkk, 2017). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Herman dkk,
(2013) bahan baku yang digunakan adalah ampas tebu dengan variasi konsentrasi
katalisator NaOH sebanyak 250 ml pada temperatur 180°C selama 105 menit.
Berdasarkan variasi variabel tersebut yang memberikan hasil terbaik adalah pada
konsentrasi NaOH 4 N diperoleh asam oksalat sebesar 5,45% yield. Mardina dkk,
(2013) telah melakukan penelitian mengenai pembuatan asam oksalat dari sekam
padi melalui proses hidrolisis dengan menggunakan larutan basa berupa NaOH 3,5
N dan Ca(OH)2 3,5 N sebanyak 500 ml. Hasil terbaik dari penelitian tersebut
dengan menggunakan larutan NaOH 3,5 N yaitu pada suhu 60OC dan waktu 60
menit dengan yield 3,42%, sedangkan hasil terbaik pada penggunaan larutan
Ca(OH)2 3,5 N yaitu dengan yield 2,32%. Pada penelitian serupa yang dilakukan
oleh Adhiksana dkk, (2017) menggunakan bahan baku sekam padi dengan variasi
konsentrasi Ca(OH)2 pada temperatur 75°C selama 70 menit dan kecepatan 3
pengadukan 225 rpm. Hasil terbaik yang diperoleh adalah pada konsentrasi
Ca(OH)2 3,5 N dengan yield sebesar 3,33%.
Pada penelitian yang dilakukan Herman dkk, (2013) temperatur hidrolisis
terlalu tinggi sehingga dimungkinkan selulosa akan rusak. Pada penelitian
Adhikasana, dkk (2017) menggunakan katalisator Ca(OH)2, sedangkan pada
penelitian Mardina dkk, (2013) hasil terbaik adalah dengan menggunakan NaOH
dibandingakan dengan Ca(OH)2.

2
Sehingga pada penelitian ini akan digunakan katalisator NaOH 4 N sebanyak
250 ml sebagai pembuataan asam oksalat dari ampas tebu dengan proses hidrolisis
pada temperatur 75°C dan akan dilakukan dengan memvariasikan waktu hidrolisis.
Waktu reaksi yang lama akan memperbesar kesempatan zat-zat pereaksi
bersentuhan dan akibatnya asam oksalat yang diperoleh relatif banyak. (Narimo,
2006).

3
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, J, Xie, B., Zhou, J., Song, W., dan Cen, K. (2008). Cogeneration of H2
and CH4 from Water Hyacinth by Two-Step Anaerobic Fermentation.
International Journal of Hydrogen Energy 35, 3029-3025.

Gunnarson, C. G. dan Peterson, C. M. (2007). Water Hyacinth as a Resource and


Energy Production: a Literature Review. Journal of Waste Management 27,
117-129.

Anonim. 2017. Sedimen waduk Benanga terus Menumpuk. Kaltim Post diakses
tanggal 3 Oktober 2018 http://kaltim.prokal.co/read/news/296041-sedimen-
waduk-terus-menumpuk.html

Sivasankari. B, David Ravindran.A. 2016. A Study on Chemical Analysis of Water


Hyacinth (Eichornia crassipes) Water Lettuce (Pistia stratiotes).
International Journal of Innovative Research in Science Engineering and
Technology. 9(2): 1-10.

Narimo. (2006). Pembuatan Asam Oksalat dari Peleburan Kertas Koran Bekas
dengan Larutan NaOH. Jurusan Analis Kimia, Fakultas teknik, Universitas
Setia Budi. https://www.academia.edu/4641868

Panjaitan, R. 2008. Penggunaan Tanaman Kelapa, Pinang, dan Aren Sebagai


Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun. Vol. 13

Anda mungkin juga menyukai