Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH CaO SERBUK CANGKANG

KERANG DARAH (Anadara granosa)


TERHADAP KUALITAS KUAT TEKAN
BATU BATA

Sebagai
Syarat dilakukannya Seminar Usul Penelitian

Oleh :
MESI OKTARIA
1830802027

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
segalarahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh CaO serbuk
cangkang kerang darah (anadara granosa) terhadap
kualitas kuat tekan batu bata” tepat pada waktunya.
Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan penulisan dalam penyusunan proposal
penelitian ini, penulis menyadari bahwa memiliki banyak
kekurangan dan belum sempurna.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan
ucapan terimakasih kepada Bapak Hasan Marzuki, S.Pd,
MT, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Siti Rodiah,
S.Pd, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan
hingga terselesaikan proposal penelitian ini.

Palembang, Desember 2022

Penulis

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH CaO SERBUK CANGKANG


KERANG DARAH ( Anadara granosa )
TERHADAP KUALITAS BATU BATA

Proposal Usul Penelitian Skripsi

Oleh
Mesi Oktaria
NIM : 1820802027

Disetujui
Untuk Seminar Usul Penelitian Skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hasan Marzuki, S.Pd, MT Siti Rodiah, S.Pd., M.Si


NIP. 198502182014031003 NIDN. 2014069101

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Mariyamah, M. T
NIP.198304202014032002

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .......................................ii
DAFTAR ISI ................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................... 6
2.1 Bata Merah ............................................................... 6
2.2 Tanah Liat ................................................................. 7
2.3 Abu Cangkang Kerang Darah.................................... 8
2.4 Air ............................................................................. 9
2.5 Pengeringan Bata Merah ....................................... 10
2.6 Pembakaran Bata Merah ....................................... 10
2.7 Kuat Tekan Bata Merah.......................................... 12
2.8 Daya Serap Air Bata Merah .................................... 12
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................... 14
3.1 Waktu dan Tempat................................................. 14
3.2 Alat dan Bahan ....................................................... 14
3.3 Prosedur Kerja........................................................ 14
3.3.1 Preparasi serbuk abu cangkang kerang darah .... 14
3.3.2 Uji identifikasi kadar CaO pada abu kerang darah
........................................................................... 15
3.3.3 Pembuatan batu bata dengan variasi campuran
CaO..................................................................... 16
3.3.4 Uji kualitas batu bata .......................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 17

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Unsur senyawa kerang darah (Anadara granosa)
........................................................................... 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan dalam bidang konstraksi
sangat pesat , hal ini tidak terlepas dari pengunaan batu
bata sebagai salah satu bagian konstruksi bangunan.
Khususnya di prabumulih kontruksi batu bata ini lebih
diminati karena relatif kuat, muda dibentuk dan lebih
ekonomis jika dibandingkan dengan kontruksi yang
menggunakan baja maupun kayu[1].
Banyak peneliti yang telah mencoba menganti
material yang ada dengan material yang lain untuk
mendapatkan bata yang kuat dan ekonomis, salah satunya
adalah cangkang kerang merupakan limbah yang
memberikan peluang usaha yang dapat meningkatkan
kualitas nilai ekonomis dari limbah tersebut. Selama ini
limbah cangkang kerang hanya dimanfaatkan sebagai salah
satu hiasan dinding, hasil kerajinan atau bahkan sebagai
campuran pakan ternak[2]. Disamping itu cangkang kerang
krakteristiknya keras dan muda didapat di pasar-pasar
tradisional di prabumulih, dengan mengoptimalkan
pemanfaatan limbah cangkang kerang darah diharapkan
akan mengurangi limbah yang mencemari ekosistem alam.

1
2

Atas pertimbangan diatas maka pada penelitian tugas akhir


ini yang menjadi alternatif matrialnya adalah cangkang
kerang darah yaitu sebagai alternatif agregat kasar[3].
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan jenis
kerang yang populer diindonesia. Kelimpahan kerang darah
diindonesia menurut Direktur jendral perikanan tangkap
Indonesia menyatakan bahwa kerang darah yang ditangkap
dalam pertahun tidak kurang dari 48,994 ton[4]. Dinas
lingkungan hidup dan pengelolaan sampah kabupaten
prabumulih mencatat ada sekitar 1.2,34-1.3,31 ton pertahun
limbah cangkang kerang darah yang terbuang dan menjadi
sampah[5].
Dari penomena inilah peneliti terkait untuk menglola
dan edukatif, dikarenakan jika limbah dibuang terus
menerus tanpa adanya pengelolaan yang tepat dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem
menggangu kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan
hayati[6]. Seiring perkembangan zaman limbah dapat
diolah menjadi bahan yang tepat guna sehingga sampah
dapat ditangulangi seperti halnya limbah, cangkang kerang
dapat diolah menjadi campuran yang dihidrolisasi dalam
campuran tanah liat untuk pembuatan batu bata marah agar
bata memiliki kekuatan dan mempunyai bobot yang
ringan[7].
3

Bata merah memiliki banyak kelebihan dan


kekurangan. Satu diantran kekurangan bata merah adalah
memiliki bobot yang berat sehingga membebani struktur
yang menopangnya dan menimbulkan beban yang cukup
besar pada struktur banguan[1]. Hal ini dikarenakan bata
merah hanya menggunakan tanah liat saja sebagai
pembentuknya. Saat ini dibutuhkan inovasi untuk
menghasilkan berbagai bahan alternatif untuk campuran
bata merah[8]. Tujuan dari inovasi tersebut adalah untuk
mendapatkan bata merah yang memiliki bobot yang ringan
dan kuat serta mengantisipasi kelangkaan dan
pengeksploitasian bahan secara berlebihan. Salah satu
bahan alternatif untuk campuran bata merah yang
digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
abu cangkang kerang darah[9].
Cangkang kerang darah memiliki kandungan CaO
66,70% dan MgO 22,28%, dengan kandungan senyawa
tersebut kulit kerang memiliki sifat relatif sangat kuat[10].
Dan memiliki kandungan silika yang tinggi yakni berkisar
60%, kandungan silika yang tinggi ini apabila dicampurkan
dengan tanah liat akan membentuk bata merah
menghasilkan kekuatan bata yang lebih kuat dan bobot bata
merah yang lebih ringan[11]. Abu cangkang kerang darah
juga merupakan bahan material sisa dari proses
4

pengelolahan kerang yang selama ini dianggap sebagai


limbah[12].
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan
penelitian tentang pengaruh CaO serbuk cangkang kerang
darah (Anadara granosa) terhadap kualitas kuat tekan batu
bata. CaO yang digunakan merupakan CaO yang telah
dipreparasi oleh peneliti sebelumnya[13]. Dalam penelitian
ini mempelajari kuat tekan batu bata setelah dicampuri abu
dari cangkang kerang darah.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh CaO serbuk cangkang kerang


darah (Anadara granosa) terhadap kualitas kuat
tekan batu bata?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh CaO serbuk


cangkang kerang darah (Anadara granosa)
terhadap kualitas kuat tekan batu bata.
1.4 Manfaat

Dari pelaksanakan penelitian ini diharapkan dapat


diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan alternatif bahan subtitusi batu bata


5

berupa limbah cangkang kerang tanpa kalsinasi.


2. Memberikan alternatif pemanfaatan cangkang
kerang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bata Merah


Menurut[14], bata merah adalah salah satu bahan
material sebagai bahan pembuat dinding yang terbuat dari
tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan.
Secara umum bata merah terdiri dari dua jenis, yaitu bata
merah konvensional dan bata merah pers. Bata merah
konvensional dibuat dengan cara tradisional dan
menggunakan alat-alat yang sederhana. Bata merah pers
dibuat dengan menggunakan bantuan mesin-mesin.
Menurut[15], bata merah yang digunakan harus
memiliki sifat-sifat antara lain bentuk persegi mempunyai
pinggiran lurus dan tajam, tidak terlalu banyak retak, tidak
terlalu banyak menggunakan gelembung apabila direndam
dengan air, tidak hancur apabila direndam dalam air, tidak
patah apabila ditekan dengan beban orang normal atau
dijatuhkan dari ketinggian 1,5 meter.
Standar persyaratan batu bata harus memenuhi kriteria
SII-0021-78 dan PUBI-1982[4]:
Tampak luar, bentuk yang disyaratkan pada batu bata jenis
ini adalah prisma segi empat panjang, mempunyai sudut
siku dan tajam permukaan rata dan tidak menampakkan

6
7

adanya retak, warna dan bunyi nyaring. Ukuran batu bata


harus sesuai dengan standar NI-10 (1978) yaitu: M-5a (190
x 90 x 65 mm), M-5b (190 x 140 x 65 mm) dan M-6 (230 x
110 x 55 mm). Pada standar pengukuran, penyimpangan
terbesar yang diperbolehkan untuk masing-masing panjang,
lebar dan tebal maksimum antara 3% -5%. Larutan garam,
kadar garam yang melebihi 50% tidak boleh karena akan
mengakibatkan tertutupnya permukaan batu bata dan dapat
mengurangi keawetan batu bata. Penyerapan disyaratkan
tidak melebihi dari 20%. Berat jenis batu bata normal
berkisar antara 1,8-2,6 gr/cm3. Kuat tekan, tergantung dari
kelas bata merah.
2.2 Tanah Liat
Lempung atau tanah liat adalah partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4
mikrometer. Tanah liat atau lempung memiliki indeks
plastisitas (PI) >17%[16]. Salah satu manfaat tanah liat
adalah sebagai bahan mentah pembuatan bata merah. Tanah
liat yang di manfaatkan untuk bahan pembuatan bata merah
ini sebaiknya adalah tanah liat yang mengandung sedikit
pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian dilakukan
pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40-50 cm,
sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik,
daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa[8]. Kemudian
8

menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter atau


tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali
dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi,
semakin lama tanah liat disimpan maka akan semakin baik
karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksud untuk
membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat[17].
2.3 Abu Cangkang Kerang Darah
Abu cangkang kerang darah merupakan limbah hasil
pembakaran cangkang kerang darah yang mengandung
banyak silika. Selain itu, abu kerang darah tersebut juga
mengandung alumina, kalsium, kalsium karbonat[18].
Adapun komposisi abu hasil pembakaran serat dan
cangkang dapat dilihat dari Tabel 1. berikut:
Tabel 1. Unsur senyawa kerang darah (Anadara granosa)
Komponen Cangkang kerang darah (kadar
%
berat)
CaO 66,70
SiO2 58,25
Fe2O3 0,40
MgO 22,28
AL2O3 1,62
Ca 1,5

Reaksi antara unsur silikat dengan unsur kalsium dapat


membentuk suatu reaksi yang disebut dengan reaksi
pozzolanic yang dapat membentuk suatu masa yang kaku
9

dan keras. Berdasarkan Tabel 1 unsur silika yang


dihasilkan sangat mendominasi yaitu kandungan silika
sebesar 58,25 %, sedangkan unsur kalsium yang dihasilkan
sebesar 1,5 %[19].
Silika atau dikenal dengan silikon dioksida (SiO2)
merupakan senyawa yang banyak ditemui dalam bahan
galian yang disebut pasir kuarsa, terdiri atas kristal-kristal
silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang
terbawa selama proses pengendapan. Silika biasanya
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dengan berbagai
ukuran tergantung aplikasi yang dibutuhkan seperti dalam
industri ban, karet, gelas, semen, beton, keramik, tekstil,
kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-
lain[20].
2.4 Air
Air digunakan pada pekerjaan pelumatan dalam proses
pengolahan bahan mentah bata merah. Pekerjaan pelumatan
adalah pekerjaan melumatkan tanah liat dengan
menggunakan air agar tanah liat mudah dibentuk[21].
Adapun syarat-syarat air yang dapat digunakan dalam
pembentukan bata merah ini yaitu air harus bersih, tidak
sadah, tidak mengandung garam yang larut didalam air
seperti garam dapur. Volume air yang digunakan dalam
pembentukan bata merah ini kira-kira 20% dari volume
10

bahan-bahan yang lainnya. Pekerjaan pelumatan tanah liat


dengan air dalam pembentukan bata merah bisa dilakukan
dengan kaki atau diaduk dengan tangan[22].
2.5 Pengeringan Bata Merah
Proses pengeringan bata merah lebih baik bila
berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari
tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup
plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam
artian panas sinar matahari terlalu menyengat
mengakibatkan retakan-retakan pada bata merah. Bata
merah yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan
kemudian dibalik. Setelah cukup kering, bata merah
tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena
angin. Proses pengeringan bata merah memerlukan waktu
dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada
kondisi udara lembab, maka proses pengeringan bata merah
sekurang-kurangnya satu minggu[23].
2.6 Pembakaran Bata Merah
Pembakaran bata merah dilakukan tidak hanya
bertujuan untuk mencapai suhu yang direncanakan,
melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran
untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk
mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi
perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat
11

tersebut[24]. Proses pembakaran bata merah harus berjalan


seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu.
Menurut[25], ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam proses pembakaran bata merah, yaitu:
1. Tahap penguapan (pengeringan)
Adalah pengeluaran air pembentuk yang terjadi hingga
temperatur kira-kira 120°C.
2. Tahap oksidasi,
Terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon) yang
terdapat didalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada
temperatur 650°C- 800°C.
3. Tahap pembakaran penuh.
Batu bata dibakar hingga matang dan terjadi proses
sintering hingga menjadi bata padat. Temperatur matang
bervariasi antara 920°C-1020°C tergantung pada sifat tanah
liat yang dipakai.
4. Tahap penahanan.
Pada tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1-2
jam. Pada tahap 1, 2, dan 3 kenaikan temperatur harus
perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya.
Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada bata,
pengembangan, dan lain-lain.
12

2.7 Kuat Tekan Bata Merah


Menurut SII-0021-197[26], pengertian kuat tekan bata
merah adalah besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien
variasi yang diizinkan untuk bata merah. Sedangkan
berdasarkan SNI 03-4164-1996[27], pengertian kuat tekan
bata merah adalah perbandingan beban maksimum bata
merah terhadap luas penampang bata merah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kuat tekan bata merah antara lain jenis
tanah dan kualitasnya, perawatan (curing), factor umur dan
mutu tanah. Kuat tekan bata merah dibagi menjadi tiga
yaitu menurut Singapore standard, menurut SII-0021-1978,
dan menurut NI-10-1978. Untuk menghitung kekuatan
tekan/desak bata merah dihitung dengan menggunakan
rumus berdasarkan SNI 03-4164-1996 yaitu:
σ = P/A
dengan P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2 )
σ = Kuat tekan bata merah (kg/cm2 )
2.8 Daya Serap Air Bata Merah
Menurut[28], Selain kuat tekan bata merah,
persyaratan yang harus juga terpenuhi dalam produksi bata
merah merah adalah daya serap air (suction rate) oleh bata
merah karena salah satu sifat bata merah berupa bahan
kering akan menyerap air. Daya serap air (suction rate)
13

yang dipersyaratkan untuk bata merah adalah sebesar 20


gram/dm2 / menit, apabila nilai daya serap air (suction
rate) lebih besar dari yang disyaratkan, maka bata merah
tersebut perlu direndam terlebih dahulu dalam air sebelum
dipasang. Sedangakan menurut[29] daya serap air (suction
rate) dilakukan dengan menimbang bata merah kering (𝑤1)
dan diletakkan pada dudukan besi siku 10 mm dan bata
merah terendam air 10 mm selama 1 menit, selanjutnya
bata merah diambil dan dikeringkan (kering permukaan)
dan ditimbang lagi (𝑤2). Untuk menghitung daya serap air
bata merah dapat menggunakan rumus:
W2−W1
SR= A
dengan SR = Daya serap air (gr/dm2 /mnt)
W2 = Berat bata merah kering permukaan (gr)
W1 = Berat bata merah kering (gr)
A = Luas bidang penyerap (dm2)
BAB III

METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian mengenai Pengaruh CaO Cangkang Kerang
Darah (Anadara granosa) Terhadap Kualitas Batu Bata
dengan Metode Eksperimen laboratoris yang akan
dilaksanakan di Laboraturium terpadu kampus B
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Dan
peneliti melakukan eksperimen pembuatan batu bata di
Desa Sukamerindu Kecamatan Lubai Kabupaten Muara
Enim.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: kayu, cangkul, alat pemotong, alat
cetak, atau mesin press, dapur/tungku pembakaran.
Lesung, tikar, saringan. Tanah liat, serbuk cangkang
kerang, minyak sawit dan oli.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Preparasi serbuk abu cangkang kerang darah
Preparasi adalah suatu proses pengelolaan untuk
mengubah satuan yang telah dipilih untuk dianalisis dengan
menggunakan metode tertentu. Dalam hal ini peneliti akan
melakukan preparasi serbuk abu cangkang kerang darah

14
15

dengan cara limbah cangkang kerang darah dibersihkan


dari kotoran dan dikeringkan, limbah cangkang kerang
darah yang telah dikeringkan akan dipanggang /disangrai,
kemudian ditumbuk dengan menggunakan lesung, lalau
diayak menggunakan ayakan 100 mesh dan dilakukan
hidrolisasi.
3.3.2 Uji identifikasi kadar CaO pada abu kerang darah
Cangkang kerang darah mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Hal itu dapat dilihat dari tingkat
kekerasan cangkang. Semakin keras cangkang kerang,
maka semakin tinggi pula kandungan kalsium karbonatnya.
Hasil pola difraksi sinar – X diketahui bahwa cangkang
kerang dalam suhu dibawah 500°C tersusun atas kalsium
karbonat (CaCO3) pada phase aragonite dengan strutur
kristal orthorombik. Sedangkan untuk suhu diatas 500°C,
berubah menjadi phase calcite dengan struktur kristal
heksagonal[30]. Cangkang kerang dapat digunakan sebagai
bahan campuran pada pembuatan beton. Penambahan
serbuk cangkang kerang yang homogen akan menjadikan
campuran beton lebih reaktif. Cangkang kerang
mengandung senyawa kimia yang bersifat pozzolan, yaitu
mengandung zat kapur (CaO), alumina dan senyawa
silikasehingga alternatif bahan baku baku beton[31].
16

3.3.3 Pembuatan batu bata dengan variasi campuran


CaO
Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan batu bata
berbahan tanah liat dengan variasi campuran abu cangkang
kerang darah kemudian diuji dengan standar SNI-15-2094-
2000. Parameter yang diuji terdiri atas: kuat tekan, daya
serap air dan densitas. Rancangan pencampuran bahan
dasar dengan abu cangkang kerang darah.
3.3.4 Uji kualitas batu bata
a. Ukuran dimensi batu bata
b. Berat per volume
c. Kadar air (Maksimum 15%)
d. Penyerapan air maksimum batu bata merah adalah
13-20%.
17

DAFTAR PUSTAKA
[1] t. Karakteristik, b. Bata, and y. Dihasilkan, “2 2 . 3 3
.,” vol. 04, no. 01, pp. 72–82, 2016.
[2] s. Oko and m. Feri, “pengembangan katalis cao dari
cangkang telur ayam dengan impregnasi koh dan
aplikasinya terhadap pembuatan biodiesel dari
minyak jarak,” vol. 11, no. 2, pp. 103–110, 2019.
[3] r. Andika and h. A. Safarizki, “pemanfaatan limbah
cangkang kerang dara (anadara granosa) sebagai
bahan tambah dan komplemen terhadap kuat tekan
beton normal,” modul. Media komun. Dunia ilmu
sipil, vol. 1, no. 1, p. 1, 2019, doi:
10.32585/modulus.v1i1.374.
[4] “jurnal mulyono,tri 2013 sni 2847_2013
persyaratan.” .
[5] p. Santoso, “studi penangkapan kerang darah (
anadara granosa ) menuju pengembangan
budidayanya di kecamatan kupang tengah ,
kabupaten kupang,” vol. 2, no. April, pp. 24–31,
2022.
[6] bernandus petrus, andika prasetyo sembiring, and
mersi suriani sinaga, “pemanfaatan abu cangkang
kerang darah (anadara granosa) sebagai katalis
dalam pembuatan metil ester dari minyak jelantah,”
18

j. Tek. Kim. Usu, vol. 4, no. 2, pp. 13–19, 2015, doi:


10.32734/jtk.v4i2.1465.
[7] t. Sipil, u. Muhammadiyah, and s. Utara, “evaluasi
kekakuan batu bata lubuk,” pp. 11–15.
[8] s. Fatimah and i. Triwati, “sosialisasi penggunaan
material tambahan sebagai bahan alternatif
pengganti tanah liat dalam pembuatan batu bata di
desa harapan,” vol. 2, no. April, pp. 1–8, 2022.
[9] d. Rosalia and a. Gunawan, “kajian penambahan
abu cangkang sawit terhadap kuat tekan bata
merah,” vol. 5, no. 1, pp. 83–92, 1996.
[10] m. H. S. Ginting, n. H. Siregar, f. Suwito, and b.
Tanujaya, “pengaruh komposisi kulit kerang darah (
anadara granosa ) terhadap kerapatan , keteguhan
patah,” no. November, pp. 1–7, 2016.
[11] a. Puspitasari, p. Adi, and d. F. Rubai, “dalam
remineralisasi gigi sulung,” vol. 1, no. 1, pp. 42–46,
2018.
[12] “jurnal bubuk kulit kerang darah - google cendekia
(1).” .
[13] p. Suhu, a. O. Maisyarah, and a. Shofiyani, “sintesis
cao dari cangkang kerang ale-ale ( meretrix meretrix
),” vol. 8, no. 1, pp. 37–40, 2019.
[14] a. Fernanda, “studi pengaruh penambahan bahan
19

additive zeolit terhadap kuat tekan batu bata pasca.”


[15] p. Penggunaan and b. B. Silica, “s iklu s,” vol. 8, no.
2, pp. 261–271, 2022.
[16] d. A. N. Limbah and b. Tanah, “<satu spasi>,” pp.
535–540, 2018.
[17] j. Kabupaten and m. Tahun, “no title,” vol. 6, pp.
662–669, 2018.
[18] j. Fisika, f. Sains, d. A. N. Teknologi, u. Islam, and
n. Alauddin, “uji kuat tekan dan daya serap air
batako dengan variasi penambahan abu cangkang
kerang,” 2019.
[19] p. Mekar and s. Insani, “analisis pola struktur
kalsium karbonat ( caco 3 ) pada cangkang kerang
darah ( anadara granosa ) di bukit kerang kabupaten
aceh tamiang indonesia merupakan negara yang
terdiri universitas negeri malang dengan,” vol. 09,
no. 01, pp. 23–32, 2021.
[20] n. Fitri, e. Yusibani, and e. Yufita, “identifikasi
kandungan material perekat pada benteng purba di
kawasan aceh besar menggunakan xrf identification
of adhesive material substance in ancient fortress
located at aceh besar using xrf,” vol. 5, no. 2, pp.
14–18, 2016.
[21] d. M. Jelantah, “sebagai katalis dalam pembuatan
20

metil ester,” vol. 4, no. 2, pp. 13–19, 2015.


[22] “jurnal tentang pembuatan bata merah di.” .
[23] m. Huda and e. Hastuti, “pengaruh temperatur
pembakaran dan penambahan abu terhadap kualitas
batu bata,” pp. 142–152.
[24] m. Arief and n. Syah, “kualitas batu bata
berdasarkan area pembakaran ( suatu studi
komperatif ),” vol. 2, pp. 160–164, 2021.
[25] “jurnal pembakaran bata merah - google cendekia.”
[26] s. A. Prasojo et al., “no title,” vol. 1, pp. 137–145,
2012.
[27] p. Studi et al., “penggunaan campuran serbuk
kerang lokal sebagai pengganti sebagian semen
pada pembuatan beton use of a mixture of local
shellfish powder as a partial replacement for cement
in the concrete manufacture,” vol. 2, no. 1, pp. 1–6,
2020.
[28] m. Umar, “uji kuat tekan dan daya serap air batu
bata,” pp. 37–47, 2018.
[29] f. Sains and d. A. N. Teknologi, uji kuat tekan ,
daya serap air dan densitas material batu bata
dengan penambahan agregat. 2016.
[30] “regenerasi katalis cao dari cangkang kerang darah (
anadara granosa ) kalsinasi 800,” pp. 1–6.
21

[31] a. F. Rachmadani and n. F. Patria, “pemanfaatan


limbah cangkang kerang darah sebagai the benefits
of blood shell waste as gelatin with,” 2021.

Anda mungkin juga menyukai