Anda di halaman 1dari 12

Judul Tema : PERKARATAN

Kelas : S1 Teknik Sipil C 2020


Kelompok : Kelompok 6
Anggota Kelompok :
1. NOLA WIDYA PUTRI BR SEMBIRING (52
2. ROBET UCOK TAMPUBOLON (52032500
3. ROULI Y DUMOHAR HUTAPEA (5203250
4. SETIYAWAN WAHID (5203550001)
5. ZAKARIANCE RAYMUNDUS MALAU (5

No Judul Artikel Nama Pengarang

RELIABILITAS JANGKA PANJANG DARI


1 PENAMPANG BETON BERTULANG YANG LEARY PAKIDING
MENGALAMI PERKARATAN

ISRIYANTI AFFIFAH , FIDA


UJI KUALITATIF EKSTRAK Sargassum sp. DAN
MADAYANTI
2 Gracilaria sp. SEBAGAI INHIBITOR BIO-KOROSI
WARGANEGARA, BUNBUN
PADA BAJA KARBON
BUNDJALI
SONJA TREISJE A.
STUDI EKSPERIMENTAL LAJU KOROSI PADA
3 LEKATOMPESSY, GERARD R.
KAPAL BAJA
LATUHIHIN

MUFTI AMIR SULTAN, MUH.


PENGGUNAAN EKSTRAK TEMBAKAU SEBAGAI YUNUS HI. ABBAS, ABDUL
4 INHIBITRO PADA BETON BERTULANG GAUS, KHUSNU ARIF
MENGGUNAKAN PASIR LAUT DAN AIR LAUT RAKHMAN, NURTALIA
BARMAWI

STUDI KARAKTERISASI LAJU KOROSI LOGAM


ALUMINIUM DAN PELAPISAN DENGAN
5 ANDARANY KARTIKA SARI
MENGGUNAKAN MEMBRAN SELLULOSA
ASETAT
RI BR SEMBIRING (5203550011)
PUBOLON (5203250005)
R HUTAPEA (5203250008)
D (5203550001)
MUNDUS MALAU (5203250040)

Nama Jurnal

JURNAL PORTAL SIPIL

JURNAL KIMIA DAN


PENDIDIKAN
SEMINAR NASIONAL
"ARCHIPELAGO
ENGINEERING" (ALE)

TERAS JURNAL

JURNAL TEKNIK MESIN


LAPORAN
KIMIA

Latar Belakang Penelitian

Bentuk penampang struktur dan tata letak tulangan dalam penampang dapat mempengaruhi
kinerja struktur beton yang terkontaminasi zat-zat korosif. Harus dilakukan pendekatan yang
baik untuk mendesain struktur beton yang optimal. Artikel ini menjelaskan rumusan
pendekatan optimalisasi struktur dalam jangka panjang yang telah diperluas dalam konteks
probabilitas untuk mengurangi biaya jangka panjang akibat penampang beton yang
mengalami korosi.

Korosi atau perkaratan logam merupakan proses oksidasi logam dengan udara atau elektrolit
lainnya, dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi
merupakan proses elektrokimia (Akhadi 2000). Korosi dapat terjadi oleh air yang
mengandung garam, karena logam akan bereaksi secara elektrokimia dalam larutan garam
(elektrolit). Proses korosi logam dalam larutan akuatik (mengandung air) merupakan reaksi
elektrokimia yang meliputi proses perpindahan massa dan perpindahan muatan. Bila suatu
logam dicelupkan dalam larutan elektrolit, terjadi dua lokasi yang disebut anoda dan katoda.
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi reduksi.
Dalam dunia industri perkapalan baja merupakan bahan yang sering kali digunakan sebagai
komponen pelat utama baik lambung maupun konstruksi dari sebuah kapal. Dampak
ancaman korosi cukup besar sehingga diperlukan beberapa cara untuk melindungi baja
tersebut dari berbagai kerusakan yang mungkin terjadi dengan tujuan memperpanjang umur
pakai material tersebut. Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang telah berkembang.
Pencegahan korosi pada baja yang cukup luas dikenal adalah dengan cara melapisi baja
dengan lapisan penghalang (coatings).

Infrastruktur umumnya terbuat dari beton bertulang yang tentunya akan sangat rentan terjadi
korosi khususnya pada tulangan. Atas dasar ini maka pentingnya pengendalian korosi pada
infrastruktur sebagai upaya pencegahan korosi dan mempertahankan masa layan dari
struktur tersebut. Beton bertulang (reinforced concrete) merupakan suatu bahan konstruksi
yang biasa digunakan untuk membuat bangunan. Inhibitor organik alami adalah inhibitor
yang dibuat dengan mengekstraksi tanaman untuk pencegahan korosi. Penelitian tentang
inhibitor organik alami telah semakin meningkat karena inhibitor organik alami aman, dan
tidak merusak lingkungan. Inhibitor organik alami juga dapat ditemukan atau diproduksi
dengan mudah. Contoh penelitiannya adalah dengan menggunakan daun teh dan tembakau.

Peristiwa korosi pada logam merupakan hal yang tidak bisa dielakkan lagi, korosi sangat
sering dijumpai dalam kehidupan sehati-hari. Korosi adalah reaksi logam dengan zat-zat
sekitarnya, misalkan udara dan air sehingga menghasilkan senyawa baru. Korosi dapat
menimbulkan kerugian dan dapat mengurangi umur dari suatu benda yang terbuat dari
logam. proses korosi memerlukan okssigen dan air, oleh sebab itu maka prinsip untuk
menghindari korosi dengan menghindari kontak dari salah satunya.
LAPORAN CRITICAL REVIEW JOURNAL
KIMIA TEKNIK, TEKNIK SIPIL

Metode Penelitian
Dengan melakukan pendekatan jangka panjang dari optimalisasi struktur berdasarkan reliabilitas dengan rumus :

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung. Bahan yan
digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut Sargassum sp. dan Gracilaria sp. yang diperoleh dari Pantai
Sayang Heulang Pameungpeuk Garut, kultur Thiobacillus ferooxidans yang diperoleh dari laboratorium
Mikrobiologi ITB dan bahan kimia yang diperoleh dari gudang bahan Program Studi Kimia ITB. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari gudang alat Laboratorium Biokimia ITB.
Pengujian laju korosi dengan menggunakan HCl dan NaCl. urutan dari metode yang akan digunakan: Pengujian
korosi (Immersion Test) untuk spesimen yang dicat (coating) mengacu pada ASTM G31-72 (Practice forLaborato
Immersion Corrosion Testing of Metals). Peralatan dan bahan yang digunakan pada pengujiaan penyemprotan
garam antara lain: salt droplet cabinet, gun spray, kompresor, larutan garam (NaCl) sebagai media korosi dan
clarke’s solution. Lama pengujian 4 minggu. Larutan garam dibuat dengan bahan berturut-turut adalah: 26,5 gram
NaCl; 2,4 gram MgCl; 3,3 gram MgSO4; 1,1 gram CaCl2; 0,73 gram KCl; 0,2 gram NaHCO3; 0,28 gram NaBr
Semua bahan ini dilarutkan dalam 1 (satu) literaquades atau air suling. Selanjutnya dilakukan pengujian daya lek
cat dengan menggunakan ujung pisau yang tajam, dibuat kotak-kotak kecil dengan panjang rusuk 1 – 2 mm
sebanyak 100 kotak. Tempelkan selotip yang daya lekatnya kuat pada kotak-kotak tersebut, kemudian sentakkan
selotip tersebut dengan cepat. Dengan melihat berapa jumlah kotak yang rusak, maka didapat persentase untuk
menilai daya lekat cat berdasarkan standar ASTM 3359-87.

Ekstrak tembakau yang digunakan diperoleh dengan metode maseras, silinder beton bertulang berpenampang:
tinggi 300 mm, lebar 101,6 mm, dan berdiameter 10 yang totalnya 36 buah. Sampel beton menggunakan semen P
(Portland cement), agregat halus dari Quarry Loto (pasir pantai) dan agregat kasar dari Quarry Togafo, air yang
digunakan sebagai pencampur berasal dari air laut dengan salinitas 3,5% dan tulangan besi beton 10 panjang 300
mm pengujian dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik terhadap benda uji dengan menggunakan voltas
sebesar 5V. Analisis data digunakan dengan metode weight loss atau kehilangan berat untuk mengetahui laju
korosi.

Bahan yang digunakan adalah kaleng bekas, kemudian bersihkan dengan alkhol 70%. Bahan perendaman untuk
percobaan laju korosi adalah Asetat, HCL, dan KOH. Kaleng bekas diampelas dan dipotong menjadi ukuran 2cm
2cm, 1 konsentrasi sebanyak 3 sampel. sampel diuji dengan metode weight loss.Selanjutnya eksperimen dilakuka
dengan cara merendam sampel dalam larutan sampai waktu yang ditentukan. Perendaman dengan Asetat dilakuka
selama 24 jam, dengan HCL 5 menit, dan KOH juga 5 menit.
Hasil dan Diskusi

Dilakukan simulasi untuk penerapan dalam optimalisasi struktur berdasarkan reliabilitas


jangka panjang yaitu simulasi "Monte Carlo", dari sini dihasilkan bahwa tata letak tulangan
dan selimut beton dapat secara signifikan mempengaruhi evolusi kinerja struktur, dan hal ini
harus dipertimbangkan sebagai faktor utama dalam desain optimal jangka panjang.
Immersion test dengan menggunakan HCl 1,5M secara kasat mata dapat dilihat spesimen
yang dilapisi cat dengan suhu 240 C lebih cepat terkorosi. Spesimen tersebut lebih cepat
berkarat dan terkikis catnya. Immersion test dengan menggunakan NaCl secara kasat mata
dapat dilihat spesimen tidak banyak perubahan namun ada bagian-bagian spesimen yang
terlihat bereaksi dan membentuk pola pada spesimen. Pengujian daya lekat cat, kesemua cat
menunjukkan daya lekat yang baik terhadap pelat yang dilindunginya. Namun cat dengan
suhu 240 dan waktu tunggu pelapisan 1 jam kurang baik daya lekatnya. Untuk cat dengan
suhu 240 dan waktu tunggu pelapisan 1 jam kerusakan catnya hingga 30%.

Setelah dilakukan pengujian korosi terlihat perubahan bentuk fisik beton yang mengalami
perubahan akibat adanya korosi, laju korosi semakin menurun pada kedua jenis benda uji
dengan menggunakan air tawar dan air laut sebagai bahan pencampur beton. Dari struktur
morfologi korosivitas permukaan baja tulangan, dapat dilihat bahwa baja dengan
penambahan inhibitor ekstrak tembakau 8% memiliki struktur permukaan yang lebih rapat
dibandingkan yang lain.

Pada perendaman dengan asam Asetat, laju korosi yang terjadi adalah antara 0.0003 sampai
0.0021 mm/tahun. Pada HCL laju korosi adalah 0.05324 mm/tahun. Dan pada KOH laju
korosinya mencapai 255% lebih cepat dibanding sebelum dilapisi karena terjadi proses
deasetilasi oleh putusnya gugus asetil pada membran sellulosa asetat sehingga kemampuan
menempel pada permukaan logam menurun.
Kesimpulan

Disimpulkan bahwa dalam desain yang berorientasi jangka panjang, luas perkuatan minimum
yang layak tidak terkait dengan kedalaman maksimum tulangan baja di atas penampang beton
sebagaimana yang diharapkan dari pendekatan klasik yang tidak bergantung waktu. Sebaliknya,
jumlah dan lokasi tulangan baja dan tebal selimut beton mempunyai peran penting dalam
pencapaian kinerja struktur yang optimal untuk jangka panjang.

Ekstrak makroalga Gracilaria sp. dan Sargassum sp. memiliki potensi sebagai agen anti korosi
yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri T. ferooxidans . Dilihat dari mekanisme inhibisinya,
ekstrak makroalga Sargassum sp menginhibisi dengan membentuk lapisan pasif di permukaan
logam, sedangkan mekanisme inhibisi pada ekstrak Gracilaria sp. melalui pembentukan suatu
lapisan tipis tak kasat mata.
Material yang dicat dalam keadaan suhu rendah (240 ) dan waktu tunggu pelapisan 1 jam pada
pengujian immersion test larutan HCl 1,5M memiliki laju korosi lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu dan waktu tunggu yang lain. Material yang dicat dalam keadan suhu rendah (240 ) dan
waktu tunggu pelapisan 1 jam pada pengujian penyemprotan garam memiliki laju korosi lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu dan waktu tunggu yang lain. Semakin tinggi suhu yang
digunakan dan semakin lama waktu tunggu pelapisan pada proses pengecatan maka hasil yang
diperoleh semakin baik, laju korosi akan semakin kecil sehingga kapal tidak cepat mengalami
perkaratan

Pengaruh penambahan inhibitor ekstrak tembakau dengan metode weight loss pada konsentrasi
4% dan 8% mampu menurunkan rapat arus anodik dan katodik yang mengakibatkan laju korosi
pada baja tulangan, semakin tinggi konsentrasi inhibitor yang diberikan maka semakin tinggi pula
efesiensi inhibitor tersebut. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak tembakau dapat dimanfaatkan
sebagai green corrosion inhibitor karena efektif menurunkan laju korosi.

Dapat disimpulkan bahwa pada saat logam direndam pada media atau lingkungan asam lemah,
maka yang terjadi adalah korosi seumuran atau pitting corrosion. Lapisan pelindung pada
aluminium titik lelahnya terdapat konsentrasi 4M pada perendaman larutan asetat. Logam
aluminium yang direndam pada media atau lingkungan asam kuat dan basa kuat (HCL dan KOH),
yang terjadi adalah korosi erosi. Sellulosa Asetat tidak dapat memprotek logam aluminium saat
perendaman dengan asetat dan KOH. Dan pada saat percobaan perendaman yang sudah dilapisi
sellulosa asetat pada KOH, terjadi proses deasetilasi yang menyebabkan logam kehilangan berat.

Anda mungkin juga menyukai