Anda di halaman 1dari 7

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No.

1, Maret 2018
NAMA : Joko Hari Prasetyo
NIM 1910641023
MATKUL : Korosi
DOSEN PENGAMPU : Orisanto Darma Setiawan, S.T,. M.Eng

PEMANFAATAN SAKARIN SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALI


KOROSI BALING-BALING KAPAL

Nani Mulyaningsih1), Hadyan2)


1
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Tidar
email: nani_mulyaningsih@untidar.ac.id
2
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar
email: Hadyan@ yahoo.com

Abstrak
Korosi merupakan interaksi logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan kerusakan pada
logam. Korosi juga dapat terjadi pada baling–baling kapal nelayan, yang pada umumnya terbuat
dari baja karbon rendah. Hal tersebut terjadi karena baling-baling bekerja pada lingkungan yang
korosif. Maka perlu adanya alternatif pengendalian korosi agar komponen tersebut awet. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar laju korosi yang dihasilkan baling-baling
kapal setelah penambahan sakarin pada proses elektroplating nikel. Penelitian ini dilakukan dengan
cara spesimen dielektroplating nikel dengan penambahan variasi sakarin sebesar (0,6 gram ; 0,8
gram; dan 1 gram). Kemudian hasilnya diuji korosi menggunakan media air laut. Laju korosi
dihitung menggunakan metode kehilangan berat. Setelah dihitung laju korosinya, maka dihitung
efektifitas sakarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen yang dielektroplating nikel
dengan penambahan variasi sakarin 0,6 gram menghasilkan laju korosi sebesar 75 mpy, sakarin
0,8 gram menghasilkan laju korosi sebesar 83,14 mpy, sakarin 1 gram menghasilkan laju korosi
sebesar 90,56 mpy, sedangkan laju korosi raw material sebesar 117,73 mpy.

Kata Kunci: sakarin, baling-baling kapal, laju korosi

Abstract
Corrosion is a metallic interaction with the environment that causes damage to the metal.
Corrosion can also occur in fishing vessels, which are generally made of low carbon steel. This
happens because the propeller works in a corrosive environment. Then the need for an alternative
corrosion control so that the component is durable. The purpose of this study was to find out how
much corrosion rate the ship propellers produced after the addition of saccharin on the nickel
electroplating process. This study was conducted by specimen electroplating nickel with the
addition of saccharin variation of (0.6 gram; 0.8 gram; and 1 gram). Then the results in corrosion
test using sea water media. The corrosion rate is calculated using the weight loss method. After the
calculated corrosion rate, then the effectiveness of saccharin is calculated. The results showed that
nickel electroplating specimens with addition of 0.6 gram saccharin variation resulted in a
corrosion rate of 75 mpy, 0.8 gram saccharin yielded a corrosion rate of 83.14 mpy, saccharin 1
gram of corrosion rate of 90.56 mpy, while raw material corrosion rate of 117.73 mpy.

Keywords: saccharin, ship propeller, corrosion rate

PENDAHULUAN terjadinya peristiwa korosi sendiri


Korosi merupakan interaksi bahan dibedakan menjadi dua bagian, yakni
(biasanya logam) dengan lingkungannya faktor yang berasal dari lingkungan dan
yang menghasilkan kerusakan pada faktor yang berasal dari logam itu sendiri.
material dan lingkungan (Groysman, Faktor dari lingkungan dapat berupa
2010). Faktor-faktor yang menyebabkan pencemaran udara, kelembaban, adanya
38

interaksi dengan zat kimia yang bersifat Rusmardi (2016) menyimpulkan


korosif dan lain-lainnya. bahwa dengan adanya penambahan
Korosi juga dapat terjadi pada baling- larutan sakarin akan menciptakan situasi
baling kapal nelayan yang biasanya larutan yang menyebabkan kecepatan
terbuat dari bahan baja karbon rendah. atom-atom logam nikel mengendap pada
Kerusakan ini biasanya ditimbulkan oleh permukaan dengan kecepatan yang lebih
karat yang terjadi karena lingkungan air lambat, sehingga didapatkan kualitas kilap
laut. permukaan yang lebih baik. Untuk
Pencegahan atau pengendalian laju memperbaiki tampak rupa (kualitas kilap)
korosi dapat dilakukan dengan cara permukaan hasil endapan lapis nikel
bermacam-macam, salah satunya adalah diperlukan bahan tambah, salah satu
dengan memanfaatkan sakarin pada proses alternatif bahan tambah yang dapat
elektroplating sebagai zat yang berguna digunakan yaitu, sakarin. Dengan
untuk menurunkan laju korosi. Tujuan penambahan sakarin kurang dari 0,25
dari penelitian ini adalah untuk gram per liter tidak menampakkan
mengetahui besarnya penambahan sakarin perubahan kualitas kilap, tetapi dengan
yang paling efektif menurunkan laju penambahan 0,75 gram per liter
korosi pada proses elektroplating baling didapatkan kualitas kilap yang baik. Jika
baling kapal. Sedangkan manfaatnya yaitu penambahan sakarin terlalu banyak (lebih
didapatkan satu bahan alternatif yang besar dari 1,0 gram per liter) akan
dapat menurunkan laju korosi baling- menyebabkan permukaan endapan kusam
baling kapal. Korosi kita kenal dengan (tidak mengkilap) dan kotor.
istilah perkataan daerah yang paling Berdasarkan permasalahan tersebut,
agresif pada lingkungan laut yaitu zona timbul ide untuk mengatasi masalah
atmosferik dan zona percikan (splashing) korosi yang terjadi pada baling-baling
karena pada zona tersebut kandungan kapal, yaitu dengan memanfaatkan sakarin
oksigennya sangat tinggi, sehingga pada proses elektroplating. Tujuan dari
meningkatkan laju korosi. Agresifitas penelitian ini adalah untuk mengetahui
lingkungan laut disebabkan oleh beberapa besarnya penambahan sakarin yang paling
faktor, salah satunya laut merupakan efektif menurunkan laju korosi pada
elektrolit yang memiliki sifat proses elektroplating baling baling kapal.
konduktifitas yang sangat tinggi. Sedangkan manfaatnya yaitu dengan
Kandungan oksigen terlarut cukup tinggi. didapatkannya satu bahan alternatif
Temperatur permukaan laut yang cukup penurun laju korosi baling-baling kapal,
tinggi. Ion klorida pada air laut umumnya nantinya dapat meningkatkan kinerja
tinggi (Manurung, 2013). kapal dan produktifitas para nelayan.
Menurut Hadi (2015), semakin lama
proses pelapisan nikel (Ni) pada suatu METODE PENELITIAN
material sangat mempengaruhi Metode penelitian ini yaitu:
pertambahan dimensi ketebalan material. 1. Analisis situasi
Sehingga dapat dibuktikan bahwa semakin 2. Studi literatur
meningkat waktu yang digunakan pada 3. Merumuskan masalah
proses pelapisan nikel (Ni) akan 4. Menentukan tujuan
memperlambat proses laju korosi pada 5. Mempersiapkan alat dan bahan
suatu material. 6. Perlakuan spesimen

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret


39

7. Pengujian Langkah kerja


8. Analisis data dan pembahasan Tahapan persiapan benda kerja meliputi
(Malau, 2011):
Alat yang digunakan: 1. Penghilangan minyak
1. Ember plastik, berfungsi sebagai Benda kerja yang mengandung
wadah larutan. lapisan minyak dan lemak dapat
2. Power supply, sebagai sumber arus dibersihkan dengan menggunakan solven
pada proses elektroplating. organik seperti korosen, bensin, dan
3. Panci, sebagai wadah untuk solven organik lainnya dengan cara
memanaskan larutan. pertama-tama dilakukan perendaman dan
4. Heater, untuk memanaskan larutan. kemudian mengusap permukaan benda
5. Termometer, sebagai indikator suhu kerja yang berminyak dengan
larutan elektroplating. menggunakan kuas, kain, atau karet busa.
6. Kawat tembaga, untuk menggantung Korosen atau solven organik lainnya yang
spesimen saat elektroplating. masih menempel pada benda kerja
7. Jepit buaya, untuk menjepit spesimen dibersihkan dengan menggunakan larutan
saat elektroplating. deterjen.
8. Pipet, untuk menambahkan 2. Penghilangan kerak
brightener sesuai takaran. Langkah penghilangan kerak pertama
9. Amplas P-240, P-180, P-60, untuk kali dilakukan dengan cara mekanis
menghaluskan permukaan seperti pengasahan (polishing),
spesimen. menggunakan pasir bertekanan (sand
10. Alat uji komposisi blasting), maupun penyikatan (brushing).
11. Alat uji korosi Selanjutnya dilakukan pickling yaitu
pencelupan benda kerja ke dalam pelarut
Bahan yang digunakan: asam maupun garam. Apabila kerak sulit
Bahan yang akan di elektroplating terlepas dari benda kerja, dapat dilakukan
yaitu potongan plat dari baling-baling pemanasan, pelunakan maupun
kapal dengan ketebalan 2 mm yang perendaman beberapa waktu pada larutan
kemudian dibentuk lingkaran dengan yang mengandung bahan pelunak dan
diameter 14 mm. Sedangkan bahan yang pelepas kerak.
digunakan dalam proses elektroplating 3. Pengasahan (Polishing)
yaitu (Murabbi, 2012): Polishing merupakan operasi pada
1. Nickel sulphate (280-330 permukaan benda kerja agar diperoleh
gram/liter) permukaan halus. Pada operasi polishing,
2. Nickel chloride (50-60 gram/liter) logam pada permukaan benda kerja
3. Boric acid (40-45 gram/liter) dihilangkan dalam beberapa tahap dengan
4. Wetting agent (0,2 cc/liter) menggunakan abrasive dalam berbagai
5. Saccharin necta sweet(0,4-1 cc/liter) ukuran dari kasar, sedang, kemudian
paling halus. Tidak semua benda kerja
Media yang digunakan dalam proses yang akan dielektroplating harus
pengujian laju korosi yaitu air laut dilakukan polishinig, perlakukan benda
Baron. kerja tergantung hasil akhir yang
diinginkan. Jika benda kerja dalam
keadaan bagus dan permukaannya agak
halus dan pelapisan tidak perlu mengkilap

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret


40

sekali maka benda kerja tersebut tidak pelapisan berlangsung benda kerja
perlu dipoles. jangan diangkat keluar karena hal ini
4. Pembersihan akan berpengaruh terhadap hasil dari
Benda kerja yang telah dilakukan pelapisan.
pemolesan maupun penghalusan secara 3. Setelah waktu pencelupan yang
mekanis terdapat sisa-sisa lemak, lilin dan ditentukan telah habis, matikan
bahan pemoles maupun buffing. Benda rectifier dan angkat benda kerja lalu
kerja dapat terkena debu dan kotoran dari celupkan ke dalam air bersih, ukur
udara dan dapat juga mengalami korosi. berat dan tebal benda kerja, setelah
Kotoran yang tersisa maupun korosi perlu itu celupkan kembali ke dalam larutan
dihilangkan sebelum dilakukan tahapan asam sulfat (H2SO4) sambil digoyang-
plating. Penghilangan kotoran-kotoran ini goyangkan setelah itu angkat dan di
dilakukan melalui tiga tahap pembersihan angin-anginkan.
yaitu dengan solven organik, pembersihan
alkali dan celup asam. Teknik Analisis Data
5. Pencelupan Laju korosi adalah kecepatan
Setelah tahapan pembersihan alkali rambatan atau kecepatan penurunan
benda kerja dilakukan pembilasan kualitas bahan terhadap waktu. Dalam
menggunakan air, dilanjutkan dengan perhitungan laju korosi, satuan yang biasa
pencelupan dalam larutan asam encer. digunakan adalah millimeter per tahun
Sebelum melakukan proses pelapisan, (standar internasional) atau mill per year
lakukan dahulu pengukuran berat dan (mpy, standar British).
tebal benda kerja. Kemudian masuk ke Perhitungan laju korosi pada baja
proses inti percobaan, yaitu sebagai karbon rendah yang sudah dilapisi yaitu
berikut: (Muaissimina, 2015) menggunakan metode elektrokimia yang
a. Sebelum melakukan elekroplating didasari pada Hukum Faraday yaitu
nikel panaskan dahulu larutan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
menggunakan heater sampai pada (Hadi, 2015)
suhu kurang lebih 50oC, pastikan
kabel-kabel dan anoda terpasang dengan catatan :
dengan benar, untuk anoda nikel CR = Corrosion Rate
dihubungkan dengan kutub positif K = Constant Factor, mpy= 0,129;
dari rectifier dan benda kerja pada µm/yr= 3,27 ; mm/year= 0,00327
kutub negatif dari rectifier. Hidupkan = Atomic Weight of Metal
rectifier dan posisikan tegangannya = Current Density
sesuai yang diinginkan. = Number of Electron Lost
b. Setelah semuanya siap maka gantung Fe + 2HCl → FECl + H2
benda kerja dengan menggunakan Fe → Fe2+ + 2e-
kawat penggantung pada pipa (oksidasi baja), maka n = 2
tembaga yang telah dihubungkan D = Density (gr/cm3)
dengan kutub negatif dari rectifier.
Pastikan benda kerja tercelup
sempurna dalam larutan. Setelah itu
hidupkan rectifier dan biarkan benda
kerja selama waktu yang telah
ditentukan. Selama waktu proses

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret


41

HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui : K = 0,129 mpy


Spesimen bahan uji yang digunakan = 55,847
merupakan baja karbon rendah dimana
= 112,010 µA/cm2
hasil persentase kadar karbon yang sudah
diuji komposisi kimianya. n =2
Hasil uji komposisi kimia yang D = 7,86
dilakukan di laboratorium logam
Politeknik Manufaktur Ceper terlihat pada CR = K
tabel 1. Spesimen bahan uji yang = 0,129
digunakan termasuk dalam golongan baja
karbon rendah, karena persentase karbon
(C) sebesar 0,21% masuk dalam rentang
= 51,33 mpy
nilai kadar karbon 0,05% hingga 0,30%
untuk baja karbon rendah.
Tabel 2. Tabel Hasil Uji Korosi
Tabel 1. Hasil Uji Komposisi Spesimen Banyaknya Laju Laju
UNSUR SAMPEL UJI Sakarin Korosi Korosi
16/S505 Standar ( Gram ) ( Mpy ) Rata-
(%) Deviasi Rata
Fe 98,9 0,0577 ( Mpy )
C 0,210 0,0200 A 0,6 51,33
0,6 87,07 75
Si 0,122 0,0221
0,6 86,60
Mn 0,535 0,0089 0,8 84,33
B
P 0,0208 0,0009
S 0,0218 0,0017 0,8 85,24 83,14
Cr 0,0050 0,0000 0,8 79,85
Mo 0,0069 0,0091 C 1 103,48
Ni 0,0378 0,0085 1 81,61 90,56
Al 0,0020 0,0000 1 86,60
Co 0,0050 0,0004 R 0 117,73 117,73
Cu 0,105 0,0015
Nb 0,0045 0,0060 Keterangan :
Ti 0,0020 0,0000 R : Raw Material tanpa penambahan
V 0,0048 0,0029 sakarin
W 0,0250 0,0000 A : Spesimen dengan penambahan sakarin
Pb 0,0100 0,0000 0,6 gr
Ca 0,0007 0,0000 B : Spesimen dengan penambahan sakarin
Zr 0,0030 0,0000
0,8 gr
C : Spesimen dengan penambahan sakarin
Hasil perhitungan laju Korosi
1 gr
Contoh perhitungan laju korosi yang
sudah dilapisi nikel dengan variasi sakarin
0,6 gram dengan i = 112,010 µA/cm2 :

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret


42

36,29% (75 mpy) diperoleh pada


spesimen yang ditambah sakarin 0,6 gram.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi. 2015. Pengaruh Pelapisan Nikel
(Ni) Terhadap Laju Korosi Pada
Impeller Pompa. Jurnal Ilmiah Poli
Rekayasa Volume 25, Nomor 1,
Oktober 2015 ISSN : 1858-3709.
Polteknik Negeri Padang. Padang.
Gambar 1. Perbandingan Laju korosi Huda. 2011. Pengaruh Artificial Aging
Tiap Spesimen Sebelum dan Sesudah Terhadap Laju Korosi Baling-Baling
Penambahan Sakarin Kapal Motor Berbahan Aluminium,
The 2nd University Research
Dari Tabel 2 dan Gambar 1 Coloquium 2011 ISSN 2407-9189.
menunjukkan perbandingan laju korosi Institut Sains & Teknologi
antara spesimen sebelum dan sesudah AKPRIND Yogyakarta.
penambahan sakarin. Spesimen raw Malau. 2011. Perlakuan Permukaan.
material tanpa/sebelum diberi Diktat Kuliah. Jurusan Teknik Mesin
penambahan sakarin terlihat menghasilkan dan Industri Fakultas Teknik,
laju korosi yang tinggi sebesar 117,73 Universitas Gajah Mada.
mpy. Spesimen yang telah diberi Manurung. 2011. Pengaruh Kuat Arus
penambahan sakarin 0,6 gram Terhadap Ketebalan Lapisan Dan
menghasilkan nilai laju korosi 75 mpy Laju Korosi (Mpy) Hasil
atau mengalami penurunan laju korosi Elektroplating Baja Karbon Rendah
paling tinggi yaitu 36,29%. Spesimen Dengan Pelapis Nikel. Jurnal
dengan variasi sakarin 0,8 gram Rekayasa Mesin Vol.1. No. 22 Tahun
menghasilkan nilai laju korosi 83,14 mpy 2011 : 20-26 ISSN 0216-468X.
atau turun 29,38%, dan spesimen dengan Universitas Brawijaya
variasi sakarin 1 gram menghasilkani laju Muaissimina. 2015. Meningkatkan
korosi 90,56 mpy atau turun 23,07%. Hal Ketahanan Korosi Logam Kuningan
tersebut di sebabkan karena komposisi (CuZn) Dengan Pelapisan Perak (Ag)
yang ada pada sakarin, salah satunya Menggunakan Metode Elektroplating.
mengandung garam natrium yang efektif Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 32
dalam menghambat pertumbuhan Tahun 2015 : 20-26 ISSN 0216-468X.
mikroorganisme penyebab korosi. Universitas Brawijaya
Murabbi. 2012. Pengaruh Konsentrasi
SIMPULAN Larutan Garam Terhadap Laju Korosi
Setelah melakukan serangkaian Dengan Metode Polarisasi Dan Uji
kegiatan penelitian ini terbukti bahwa Kekerasan Serta Uji Tekuk Pada Plat
sakarin mampu menurunkan laju korosi Bodi Mobil. Jurnal Dharma Bhakti
baling-baling kapal. Sebelum spesimen Stie Ekuitas Vol. 01 No. 01 September
diberi penambahan sakarin laju korosinya 2012. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
sebesar 117,73 mpy. Prosentase Ekuitas
penurunan laju korosi tertinggi sebesar Rusmadi. 2016. Pengaruh Sakarin
Terhadap Kwalitas Permukaan

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret


43

Logam, Jurnal. Jurnal


Rekayasa Mesin Vol.1, No.
22 Tahun 2016 : 41-
46 ISSN 0216-468X. Universitas
Brawijaya

Journal of Mechanical Engineering, Vol. 2, No. 1, Maret

Anda mungkin juga menyukai