1. Latar Belakang
2. Entalpi (ΔH)
3. Entropi (ΔS)
3. Cara Kerja
https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/kovalen
Abstract. Corrosion is a physical interaction between the metal and its environment, which results in changes in
the metal's properties due to chemical or electrochemical reactions. The corrosion rate can be reduced by adding
a corrosion inhibitor. Uses of nanotechnology for corrosion prevention is one of the first technical because almost
made structures rely on the stability of a 1–2 nm thick passive film which provides stability to the underlying material.
Herein we report the thermodynamic and kinetic analysis of carbon-dots from Durian as inhibitor copper corrosion.
To test the anticorrosive performance and analyze thermodynamic properties in its role as a corrosion inhibitor on
copper using potentiodynamic polarization. The thermodynamic-kinetic parameters of corrosion obtained values of
H‡ = 60.44 kJmol-1, ΔS‡ = -73.9 kJmol-1, and ΔG‡ = 82.83 kJmol-1, show that the attendance of C-dot as a
corrosion inhibitor causes a non-spontaneous reaction rate to be proven by increasing spontaneity (ΔG ‡). The
value of activation energy samples was higher than the blank, indicates the presence of C-dot effective to reduce
the rate of corrosion of the metal.
Keywords: C-dots, Durian, corrosion inhibitor, copper, themodynamics, kinetics.
Abstrak. Korosi merupakan interaksi fisik antara logam dan lingkungannya yang mengakibatkan terjadinya
perubahan sifat logam akibat reaksi kimia atau elektrokimia. Laju korosi dapat diminimalkan dengan menambahkan
inhibitor korosi. Penggunaan nanoteknologi untuk pencegahan korosi adalah salah satu metode yang dapat
digunakan karena dapat membentuk struktur yang bergantung pada stabilitas film pasif setebal 1–2 nm sehingga
memberikan stabilitas pada material di bawahnya. Pada studi ini, kami melaporkan analisis termodinamika dan
kinetika karbon dot dari Durian sebagai inhibitor korosi tembaga. Pengujian kemampuan antikorosif dan analisis
sifat termodinamika dalam perannya sebagai penghambat korosi pada tembaga menggunakan polarisasi
potensiodinamik. Parameter termodinamika-kinetika korosi diperoleh nilai H‡ = 60,44 kJmol-1, ΔS‡ = -73,9
kJmol-1, dan ΔG‡ = 82,83 kJmol-1, menunjukkan bahwa kehadiran C-dot sebagai penghambat korosi menyebabkan
laju reaksi non-spontan dibuktikan dengan peningkatan spontanitas (ΔG‡). Nilai energi aktivasi sampel yang lebih
tinggi dari blanko menunjukkan bahwa karbon dot efektif untuk mengurangi laju korosi pada logam.
Kata kunci: C-dot, Durian, inhibitor korosi, tembaga, termodinamika, kinetika.
* Corresponding author
E-mail: faradisaanindita66@gmail.com
https://doi.org/10.22487/kovalen.2021.v7.i3.15608
2477-5398/ © 2021 Anindita et al. 169
This is an open-access article under the CC BY-SA license.
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
Tembaga dan paduannya adalah bahan gugus fungsi organik pada permukaannya.
yang paling terkenal telah digunakan secara C-dot berpotensi sebagai inhibitor korosi yang
berhubungan dengan air laut dan teknik organik) dan membentuk lapisan pelindung
kelautan karena sifat ketahanan korosinya (inhibitor anorganik). Secara teoritis nilai
yang hebat. Oleh karena itu, paduan tembaga efisiensi inhibisi akan meningkat bila terdapat
telah mendapat banyak perhatian dari para ahli dua teknik inhibisi dalam satu inhibitor (Cui et
berinteraksi dengan air langsung membentuk Telah dilaporkan oleh Anindita et al. (2018)
lapisan tembaga oksida Cu2O sebagai bahwa C-dot yang disintesis dari durian dapat
pelindung karena mencegah oksidasi tembaga mencegah laju korosi pada tembaga. Daya
lebih lanjut (Carvalho, 2014). Namun demikian, penghambat korosi C-dot terhadap tembaga
lapisan tipis ini dipengaruhi oleh kondisi aliran diamati menggunakan polarisasi
tertentu, misalnya suhu air, kecepatan, dan potensiodinamik dalam larutan NaCl 1%. Hasil
pengangkatan lapisan pelindung oksida terbesar sebesar 89% pada konsentrasi C-dot
menyebabkan permukaan logam bersentuhan 800 ppm (Anindita et al., 2018). Prosedur
inhibitor korosi adalah salah satu cara yang disintesis dari durian menunjukkan sifat sangat
paling umum, menarik, dan efisien untuk larut dalam air karena kaya akan gugus
menghambat korosi logam pada air laut. hidrofilik berdasarkan hasil karakterisasi
Beberapa senyawa organik dan anorganik menggunakan FTIR, meliputi gugus –OH, C=O,
telah digunakan sebagai penghambat korosi, C=C, dan S=O. Ditambah lagi dengan elektron
namun senyawa ini cukup toksik dan proses yang kaya pada gugus fungsi permukaan C-
sintesisnya memerlukan metode yang dot, misalnya ester dan sulfur oksida yang
material yang dapat digunakan sebagai pelindung pada permukaan tembaga sehingga
penghambat korosi. Luas permukaan korosi dapat dihambat (Anindita et al., 2018).
susunan situs aktif pada permukaan logam maka perlu dilakukan kajian termodinamika dan
(Saji & Cook, 2012). Salah satu nanomaterial kinetika karbon dot dari durian sebagai inhibitor
yang dapat digunakan sebagai penghambat korosi untuk mengkaji fenomena inhibisi
korosi adalah C-dot. C-dot merupakan material dengan pendekatan termodinamika dan
kurang dari 10 nm dan memiliki kapasitas perubahan entropi aktivasi (ΔS‡), perubahan
fluorescent yang tinggi (Zuo et al., 2016). entalpi aktivasi (ΔH‡), dan perubahan aktivasi
Senyawa ini merupakan inhibitor anorganik energi bebas Gibbs (ΔG‡), sedangkan
170
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
parameter kinetika meliputi energi aktivasi dihaluskan menjadi pasta dengan 100 mL air
(EA). Energi aktivasi adalah jumlah energi kemudian dimasukkan dalam botol Duran 500
minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya mL. Kemudian 120 mL jus (bebas bulir)
reaksi kimia (Rafiquee et al., 2008). Perubahan ditambahkan dengan 120 mL etanol dan
entalpi aktivasi (ΔH‡) adalah energi yang dipanaskan pada suhu konstan 125ºC dalam
dibutuhkan untuk memutuskan atau oven selama 12 jam. Produk coklat gelap
membentuk ikatan kimia yang terjadi ketika diperoleh setelah pendinginan pada suhu
reaktan ke kompleks diaktifkan (keadaan kamar dan selanjutnya dilarutkan dalam 120
transisi). Penyesuaian energi bebas Gibbs mL air. Residu dipisahkan dengan
(ΔG‡) menunjukkan derajat spontanitas suatu penyaringan. Etanol sebanyak 300 mL
reaksi (Liu, 2009). Inhibitor korosi diharapkan ditambahkan ke dalam filtrat dan disentrifugasi
dapat menurunkan nilai spontanitas karena pada 960×g selama 15 menit untuk
menghambat proses oksidasi pada korosi. memisahkan partikel besar. Pelarut diuapkan
Persamaan keadaan transisi Arrhenius dapat pada 80ºC untuk memperoleh C-dot dalam
digunakan untuk melihat nilai perubahan bubuk halus berwarna hitam. Selanjutnya untuk
termodinamika (Rafiquee et al., 2008). membuktikan hasil sintesis berhasil, C-dot
dilarutkan di dalam aquades dan diletakkan di
METODE PENELITIAN bawah sinar UV.
171
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
dengan menggunakan persamaan Arrhenius (Belgis et al., 2016) dapat berperan sebagai
keadaan transisi (Rafiquee et al., 2008). sumber karbon, serta senyawa berbasis sulfur
yaitu 1-(etillsulfanil)-etanathiol (J.-X. Li et al.,
CR R ∆S ‡ ∆H ‡
Ln = + - (1) 2017), dietil-disulfida, dietil trisulfida, 3-etil-2,4-
T NA h R RT
ditiaheksan-5-on, dan etil n-propil disulfida
Nilai ∆𝐻 ∗ dan ∆𝑆 ∗ merupakan perubahan (Hong et al., 2008) yang dapat bertindak
entalpi dan entropi keadaan transisi, sebagai agen pasivasi dari C-dot. C-dot yang
sedangkan NAh merupakan tetapan Planck dihasilkan dalam bentuk bubuk halus berwarna
molar (3,99 x 10-10 JSmol-1). Dengan hitam dengan kelarutan yang tinggi dalam air.
memvariasikan suhu sebesar 30, 40, 50, dan Larutan encer C-dot menampilkan warna coklat
‡ ‡
60℃ (T), maka ∆𝐻 dan ∆𝑆 dapat ditentukan muda di bawah sinar tampak dan
dari kurva ln(CR/T) vs 1/T, sedangkan memancarkan fluoresens berwarna biru yang
perubahan energi bebas Gibbs transisi intens di bawah sinar UV (366 nm), maka hasil
(∆𝐺 ∗ ) dihitung menurut persamaan tersebut menunjukkan secara kualitatif adanya
termodinamika berikut: karbon nanopartikel (Gambar 1) (De & Karak,
2013).
∆G* = ∆H‡ -T∆S‡ (2)
yang ditentukan secara empiris, Ea adalah korosi disebabkan oleh heteroatom seperti O
energi aktivasi selama proses korosi (kJ/mol), dan S pada permukaan C-dot dapat dengan
R adalah konstanta gas ideal (8.314 Jmol-1K-1), mudah mengisi orbital 3d kosong pada atom
dan T adalah suhu (K). tembaga karena pasangan elektron bebas, dan
ikatan koordinat yang terbentuk antara
HASIL DAN PEMBAHASAN heteroatom dan permukaan tembaga (Cen et
Hasil Sintesis dan Karakterisasi Karbon Dot al., 2019). Studi inhibisi korosi C-dot pada
Karbon dot (C-dot) disintesis melalui tembaga dilakukan pada berbagai variasi suhu.
karbonisasi jus durian dan etanol dengan Suhu dapat memodifikasi interaksi antara
selama 12 jam. Durian yang mengandung dan kehadiran inhibitor. Pengaruh suhu pada
reaksi inhibisi media garam−logam sangat
172
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
kompleks, karena banyak perubahan terjadi Ion Cl- adalah ion yang sangat agresif terhadap
pada permukaan logam seperti desorpsi logam Cu. Ion ini juga dapat menyebabkan
inhibitor, dan inhibitor itu sendiri mungkin terjadinya piting, korosi retak, dan juga
mengalami dekomposisi (Bentiss et al., 2005). menyebabkan pecahnya aloi (Al-Abdallah et
Perubahan suhu akan mempengaruhi arus al., 2009). Kehadiran ion Cl- pada reservoir
korosi merupakan salah satu parameter korosi menyebabkan terjadinya korosi pada logam Cu
(Atkins & Paula, 2010; McCafferty, 2010). dan membentuk senyawa CuCl2 (Khaled,
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan 2011). Penambahan berbagai variasi suhu
korosivitas pada logam adalah kenaikan suhu yang diberikan terhadap reservoir akan
dan adanya padatan terlarut (Antonijević et al., semakin meningkatkan arus korosi pada logam
2009; Larabi et al., 2006) dalam hal ini (Tabel 1).
digunakan NaCl sebagai padatan terlarutnya.
173
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
Gambar 2. Grafik polarisasi Tafel pada berbagai suhu (a) 303K, (b) 313K, (c) 323K, dan (d) 333K
Kajian Termodinamika dan Kinetika Reaksi hubungan tersebut sesuai dengan persamaan
Hubungan kurva ln(CR/T) terhadap [(1/T Arrhenius keadaan transisi yang selanjutnya
103)] K-1 sebagai parameter termodinamika akan berhubungan dengan nilai H‡, S‡, dan
korosi ditunjukkan pada Gambar 3. Kurva G‡.
0
2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4
-2
Ln (CR/T)
-4 y = -3.6871x + 5.5094
R² = 0.9425 Ln (CR/T) Blanko
-6 Ln (CR/T) Inhibitor
-8
y = -7.2692x + 14.871
-10 R² = 0.9862
Pada Tabel 2, ditunjukkan efektivitas untuk terjadinya korosi dengan kehadiran C-dot
kinerja inhibitor lebih baik dibandingkan blanko, di permukaan logam Cu. Nilai H‡ positif
terbukti selisih H‡ antara sampel dan blanko menunjukkan sifat endotermik dari proses
yang cukup besar. Hal ini mengindikasikan pelarutan tembaga, karena adsorpsi C-dot
bahwa diperlukan energi yang lebih besar pada permukaan tembaga mencegah transfer
174
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
muatan, yang berarti bahwa pelarutan tembaga antarmuka logam/larutan. Hubungan antara
lambat dan sulit (Zhang et al., 2021). Selain itu, H‡ dan S‡ akan menghasilkan nilai
perubahan transisi entropi menjelaskan derajat spontanitas atau G‡. Nilai G‡ sampel yang
ketidakteraturan sistem. Kehadiran C-dot lebih besar dari blanko menjelaskan bahwa
sebagai inhibitor pada sistem akan kehadiran inhibitor korosi menyebabkan reaksi
meningkatkan derajat ketidakteraturan yang berjalan semakin tidak spontan, artinya dengan
ditunjukkan oleh peningkatan nilai S‡ seiring kehadiran inhibitor korosi ini reaksi logam untuk
dengan kehadiran inhibitor korosi. Menurut terkorosi semakin sulit. Nilai G‡ yang positif
Zhang et al. (2021) berat molekul dan ukuran mengindikasikan proses elektrokimia belum
nanopartikel jauh lebih besar dari molekul air terjadi secara spontan, karena membutuhkan
maka semakin positif S‡ berarti bahwa entropi pasokan energi eskternal berupa energi listik
adsorpsi zat terlarut dan desorpsi pelarut (Sutriah et al., 2018).
meningkat, sehingga mengurangi gangguan
Parameter kinetika korosi dapat dilihat dari 103)] K-1 (Gambar 4) dengan mengalikan nilai
nilai energi aktivasi (Ea) yang diperoleh. Nilai kemiringan kurva yang didapat dengan nilai
energi aktivasi ini diperoleh dari kurva tetapan gas ideal (R).
Arrhenius hubungan antara ln CR terhadap [(1/T
0
2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4
-1
Ln CR
y = -4.0046x + 12.27
R² = 0.9509
-2
y = -7.5867x + 21.632
R² = 0.9874 Ln CR Blanko
-3 Ln CR Inhibitor
-4
[(1/T x 103)] K-1
Tabel 2 yang menunjukkan bahwa nilai yang diukur dalam medium dengan kehadiran
energi aktivasi sampel yang lebih besar C-dot lebih tinggi daripada nilai tanpa kehadiran
dibandingkan dengan blanko artinya bahwa C-dot, menunjukkan bahwa penghalang energi
elektrode logam yang telah ditambahkan yang lebih rendah pada tahap pertama proses
dengan inhibitor akan menaikkan energi adsorpsi adalah adsorpsi elektrostatik, yang
minimum logam untuk terjadinya korosi, bermanfaat untuk mempromosikan interaksi
sehingga logam lebih sulit untuk terkorosi. antara Cu+ dan inhibitor. Kehadiran inhibitor
Menurut Zhang et al. (2021) nilai energi aktivasi dapat membentuk lapisan protektif pada
175
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
permukaan logam, akan memberikan energi Antonijević, M. M., Milić, S. M., & Petrović, M.
B. (2009). Films formed on copper surface
yang lebih besar juga terhadap konstituen
in chloride media in the presence of
korosif dalam melakukan proses korosi. azoles. Corrosion Science, 51(6), 1228–
1237.
https://doi.org/10.1016/j.corsci.2009.03.02
KESIMPULAN
6
C-dot merupakan inhibitor tipe campuran Atkins, P., & Paula, J. (2010). Physical
yang menunjukkan efektivitas inhibisi yang Chemistry. 9th Ed. Oxford Press, Oxford
(UK).
besar dan dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor
Belgis, M., Wijaya, C., Apriyantono, A.,
korosi pada logam tembaga dalam larutan NaCl Kusbiantoro, B., & Yuliana, N. (2016).
1%. Parameter kinetika termodinamika-korosi Physicochemical differences and sensory
profiling of six lai (Durio kutejensis) and
menunjukkan bahwa keberadaan C-dot four durian (Durio zibethinus) cultivars
sebagai inhibitor korosi menyebabkan reaksi indigenous Indonesia. International Food
Research Journal, 23(4), 1466–1473.
lebih spontan dan dapat dibuktikan dengan
Bentiss, F., Lebrini, M., & Lagrenée, M. (2005).
meningkatkan spontanitas (G‡). Nilai energi Thermodynamic characterization of metal
aktivasi sampel yang lebih tinggi dari blanko dissolution and inhibitor adsorption
processes in mild steel/2,5-bis(n-thienyl)-
menunjukkan bahnya dengan adanya C-dot 1,3,4-thiadiazoles/hydrochloric acid
system. Corrosion Science, 47(12), 2915–
efektif dapat menurunkan laju korosi logam.
2931.
https://doi.org/10.1016/j.corsci.2005.05.03
UCAPAN TERIMAKASIH 4
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Carvalho, M. L. (2014). Corrosion of copper
alloys in natural seawater: Effects of
laboran Laboratorium Jasa Pengujian,
hydrodynamics and pH [THESE DE
Kalibrasi, dan Sertifikasi IPB yang telah DOCTORAT DE]. Université Pierre et
Marie Curie.
membantu secara signifikan dalam
pelaksanaan penelitian ini. Cen, H., Chen, Z., & Guo, X. (2019). N, S co-
doped carbon dots as effective corrosion
inhibitor for carbon steel in CO2-saturated
DAFTAR PUSTAKA 3.5% NaCl solution. Journal of the Taiwan
Institute of Chemical Engineers, 99, 224–
Al-Abdallah, M. M., Maayta, A. K., Al-Qudah, M. 238.
A., & Al-Rawashdeh, N. A. F. (2009). https://doi.org/10.1016/j.jtice.2019.02.036
Corrosion Behavior of Copper in Chloride
Cui, M., Ren, S., Xue, Q., Zhao, H., & Wang, L.
Media. The Open Corrosion Journal, 2(1),
(2017). Carbon dots as new eco-friendly
71–76.
and effective corrosion inhibitor. Journal of
https://doi.org/10.2174/187650330090201
Alloys and Compounds, 726, 680–692.
0071
https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2017.08.0
Al-Amiery, A. A., Ahmed, M. H. O., Abdullah, T. 27
A., Gaaz, T. S., & Kadhum, A. A. H. (2018).
De, B., & Karak, N. (2013). A green and facile
Electrochemical studies of novel corrosion
approach for the synthesis of water soluble
inhibitor for mild steel in 1 M hydrochloric
fluorescent carbon dots from banana juice.
acid. Results in Physics, 9, 978–981.
RSC Advances, 3(22), 8286–8290.
https://doi.org/10.1016/j.rinp.2018.04.004
https://doi.org/10.1039/C3RA00088E
Anindita, F., Darmawan, N., & Mas’ud, Z. A.
Gallegos, A. A., Martinez, S. S., & Reyes, J. L.
(2018). Fluorescence carbon dots from
R. (2005). Evaluation of Water Corrosivity
durian as an eco-friendly inhibitor for
Using a Corrosion Rate Model for a
copper corrosion. AIP Conference
Cooling Water System. Journal of New
Proceedings, 2014(1), 020008.
Materials for Electrochemical Systems,
https://doi.org/10.1063/1.5054412
8(2), 133–142.
176
Anindita et al. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 7(3), 2021: 169-177
Hong, Z., Hua, Z., Ying, F., LianSong, Y., & new class of acid corrosion inhibitors for
Ruguo, Z. (2008). Analysis of Volatile mild steel. Corrosion Science, 11(48),
Components of ‘Jinzhen’ Durian Fruit by 3398–3412.
TCT-GC/MS. Food Science (Shipin https://doi.org/10.1016/j.corsci.2005.12.00
Kexue), 29, 517–519. 6
Khaled, K. F. (2011). Studies of the corrosion Rafiquee, M. Z. A., Saxena, N., Khan, S., &
inhibition of copper in sodium chloride Quraishi, M. A. (2008). Influence of
solutions using chemical and surfactants on the corrosion inhibition
electrochemical measurements. Materials behaviour of 2-aminophenyl-5-mercapto-
Chemistry and Physics, 125(3), 427–433. 1-oxa-3,4-diazole (AMOD) on mild steel.
https://doi.org/10.1016/j.matchemphys.20 Materials Chemistry and Physics, 107(2),
10.10.037 528–533.
https://doi.org/10.1016/j.matchemphys.20
Larabi, L., Benali, O., Mekelleche, S. M., &
07.08.022
Harek, Y. (2006). 2-Mercapto-1-
methylimidazole as corrosion inhibitor for Saji, V., & Cook, R. (2012). Corrosion
copper in hydrochloric acid. Applied Protection and Control Using
Surface Science, 253(3), 1371–1378. Nanomaterials—1st Edition. Woodhead
https://doi.org/10.1016/j.apsusc.2006.02.0 Publishing.
13 https://www.elsevier.com/books/corrosion
-protection-and-control-using-
Li, J.-X., Schieberle, P., & Steinhaus, M. (2017).
nanomaterials/saji/978-1-84569-949-9
Insights into the Key Compounds of Durian
(Durio zibethinus L. ‘Monthong’) Pulp Odor Sutriah, K., Mas’ud, Z. A., Khotib, M., &
by Odorant Quantitation and Aroma Zuliandanu, D. (2018). Thermodynamic
Simulation Experiments. Journal of and Kinetic Study of Zinc bis-(Dipalmithyl
Agricultural and Food Chemistry, 65(3), Dithiophosphate) Activity as Anti-
639–647. Corrosion Additive-Fatty Acid Based
https://doi.org/10.1021/acs.jafc.6b05299 Through Potentiodynamic Polarization
Technique. Indonesian Journal of
Li, X., Deng, S., & Fu, H. (2009). Synergism
Chemistry, 16(2), 214–221.
between red tetrazolium and uracil on the
https://doi.org/10.22146/ijc.21166
corrosion of cold rolled steel in H2SO4
solution. Corrosion Science, 51(6), 1344– Zhang, Y., Zhang, S., Tan, B., Guo, L., & Li, H.
1355. (2021). Solvothermal synthesis of
https://doi.org/10.1016/j.corsci.2009.03.02 functionalized carbon dots from amino acid
3 as an eco-friendly corrosion inhibitor for
copper in sulfuric acid solution. Journal of
Liu, Y. (2009). Is the Free Energy Change of
Colloid and Interface Science, 604, 1–14.
Adsorption Correctly Calculated? Journal
https://doi.org/10.1016/j.jcis.2021.07.034
of Chemical & Engineering Data, 54(7),
1981–1985. Zuo, P., Lu, X., Sun, Z., Guo, Y., & He, H.
https://doi.org/10.1021/je800661q (2016). A review on syntheses, properties,
characterization and bioanalytical
McCafferty, E. (2010). Introduction to Corrosion
applications of fluorescent carbon dots.
Science. Springer, Berlin.
Microchimica Acta, 183(2), 519–542.
Morad, M. S., & El-Dean, A. M. K. (2006). 2,2′- https://doi.org/10.1007/s00604-015-1705-
Dithiobis(3-cyano-4,6-dimethylpyridine): A 3
177