Anda di halaman 1dari 34

BAB II

PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI

2.1. Tujuan Praktikum


1. Mempelajari cara pengukuran potensial korosi dan pH dalam berbagai
larutan.
2. Menganalisa perubahan yang terjadi pada spesimen uji.
3. Membuat diagram Pourbaix (diagram potensial – pH) dalam proses korosi.
4. Mengetahui dan memahami standarisasi yang terkait.
5. Memahami pengaruh berbagai larutan terhadap laju korosi.

2.2. Teori Dasar


Kata korosi setua bumi, tetapi telah dikenal dengan nama yang berbeda.
Korosi umumnya dikenal sebagai karat, fenomena yang tidak dapat diucapkan yang
merusak kilau dan keindahan benda – benda dan memperpendek umurnya. Korosi
sejak zaman kuno tidak hanya memengaruhi kualitas kehidupan sehari – hari
manusia, tetapi juga kemajuan teknis mereka. Ada catatan sejarah pengamatan
korosi oleh beberapa penulis, filsuf dan ilmuwan [1].
Korosi adalah proses kerusakan alami seperti gempa bumi, tornado, banjir,
dan letusan gunung berapi, dengan satu perbedaan utama. Sedangkan kita hanya
bisa menjadi penonton diam untuk proses penghancuran di atas, korosi dapat
dicegah atau setidaknya dikendalikan. Beberapa definisi korosi telah diberikan dan
beberapa di antaranya di bawah ini :
1. Korosi adalah pemborosan permukaan yang terjadi ketika logam terpapar ke
lingkungan reaktif.
2. Korosi adalah hasil interaksi antara logam dan lingkungan yang mengakibatkan
kerusakan bertahap.
3. Korosi adalah aspek pembusukan bahan oleh agen kimia atau biologi.
4. Korosi adalah metalurgi ekstraktif secara terbalik. Misalnya, besi dibuat dari
hematit dengan pemanasan dengan karbon. Besi berkarat dan kembali menjadi
karat, sehingga menyelesaikan siklus hidupnya. Hematit dan karat memiliki
komposisi yang sama.

7
BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

5. Korosi adalah kerusakan bahan akibat reaksi dengan lingkungannya (Fontana).


6. Korosi adalah serangan destruktif logam melalui reaksi kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan (Uhlig).
Terlepas dari definisi yang berbeda, dapat diamati bahwa korosi pada
dasarnya adalah hasil interaksi antara material dan lingkungannya. Sampai tahun
1960-an, istilah korosi dibatasi hanya untuk logam dan paduannya dan tidak
menggunakan keramik, polimer, komposit, dan semi-konduktor dalam
pengaturannya. Istilah korosi sekarang mencakup semua jenis bahan alami dan
buatan manusia termasuk bio-material dan nano-material, dan tidak terbatas pada
logam dan paduan saja. Ruang lingkup korosi sama dengan perubahan revolusioner
dalam material yang pengembangan disaksikan dalam beberapa tahun terakhir [1].
Korosi tidak dapat ditentukan tanpa mengacu pada lingkungan. Semua
lingkungan bersifat korosif sampai tingkat tertentu. Berikut ini adalah daftar umum
lingkungan yang korosif :
1. Udara dan kelembaban.
2. Air tawar, suling, garam dan air laut.
3. Alam, perkotaan, laut dan industri.
4. Uap dan gas, seperti klorin.
5. Amonia.
6. Hidrogen sulfida.
7. Sulfur dioksida dan nitrogen oksida.
8. Gas bahan bakar.
9. Asam.
10. Alkali.
11. Tanah.
Oleh karena itu, dapat diamati bahwa korosi adalah kekuatan kuat yang
menghancurkan ekonomi, menghabiskan sumber daya dan menyebabkan
kegagalan. Beberapa konsekuensi penting dari korosi dirangkum di bawah ini :
1. Penghentian instalasi. Penutupan pembangkit tenaga nuklir listrik, pabrik
pengolahan, pembangkit listrik dan penyulingan dapat menyebabkan masalah
yang parah bagi industri dan konsumen.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 8


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

2. Kehilangan produk, wadah bocor, penyimpanan tangki, jalur transportasi air


dan minyak serta tangki bahan bakar menyebabkan hilangnya produk secara
signifikan dan dapat menyebabkan kecelakaan dan bahaya yang parah.
Diketahui bahwa setidaknya 25% air hilang karena kebocoran.
3. Kehilangan efisiensi. Isolasi panas pipa dan pipa penukar oleh korosi produk
mengurangi perpindahan panas dan perpipaan kapasitas.
4. Kontaminasi. Produk korosi dapat mencemari bahan kimia, obat – obatan,
pewarna, barang dalam kemasan, dan lain – lain. Dengan konsekuensi yang
mengerikan bagi konsumen.
5. Bahaya nuklir. Bencana Chernobyl adalah contoh berkelanjutan dari
pengangkutan radio produk korosiaktif di air, yang berakibat fatal bagi
kehidupan manusia, hewan, dan biologis.
Besarnya korosi akan bergantung pada kepekaan logam atau paduan tertentu
terhadap lingkungan tertentu. Misalnya, tembaga terkorosi dengan cepat dengan
adanya amonia dan merupakan masalah serius di kawasan agribisnis. Banyak
patung bersejarah yang terbuat dari perunggu telah dihancurkan oleh amonia yang
dilepaskan dari pupuk. Pengkondisian lingkungan menawarkan satu metode
pengendalian korosi, seperti penggunaan inhibitor dan minyak jalur pipa transmisi
[1]
.
NACE (National Association of Corrosion Engineer) mendefinisikan korosi
sebagai penurunan mutu suatu material (biasanya baja) atau sifat – sifatnya yang
diakibatkan oleh reaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Trethewey (1988)
memberikan definisi korosi sebagai penurunan mutu baja akibat reaksi elektrokimia
dengan lingkungannya. Selanjutnya ASM Materials Engineering Dictionary
menyatakan korosi sebagai reaksi kimia atau elektrokimia antara anoda dan katoda
baja dengan lingkungan elektrolit yang berakibat pada penurunan mutu material
dan sifat kimianya [2].
Secara prinsip bahwa fenomena korosi hanya akan terjadi jika memenuhi
keempat faktor berikut :
1. Ada anoda, merupakan daerah baja yang mengalami korosi (teroksidasi).
2. Katoda, merupakan daerah baja yang tidak terkorosi (tereduksi).
3. Elektrolit, sebagai media penghantar listrik.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 9


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

4. Penghubung antara anoda dengan katoda (metallic path).


Pada dasarnya semua baja tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan
lingkungannya, dengan membentuk senyawa oksida atau karbonat yang bersifat
stabil. Kecenderungan baja untuk melepaskan elektron pada saat terjadi proses
reaksi elektro – kimia dalam membentuk korosi, menunjukkan sifat keaktifan dari
baja yang bersangkutan [2].
Pada banyak kasus serangan terhadap korosi tidak dapat dihindari, namun
dapat dikendalikan sehingga struktur atau komponen baja akan memiliki umur
pakai yang lebih lama. Pada dasarnya setiap struktur atau komponen akan
mengalami 3 (tiga) tahapan proses yaitu perancangan, pembuatan, dan pemakaian.
Dalam hal ini pengendalian korosi akan memainkan peranan penting dalam setiap
tahapan tersebut. Ketidakberhasilan salah satu tahap pengendalian korosi ini akan
mengakibatkan komponen mengalami kegagalan dini (premature failure). Secara
prinsip pengendalian korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Modifikasi rancangan komponen.
2. Modifikasi lingkungan.
3. Pemilihan material.
4. Proteksi katodik dan anodik.
5. Pemberian lapisan pelindung.
Diagram Potensial-pH atau diagram Pourbaix pada umumnya dikonstruksi
dari hasil perhitungan berdasarkan data termodinamika. Pada pekerjaan ini diagram
tersebut dikonstruksi berdasarkan hasil pengukuran potensiodinamik pada sistem
baja karbon dalam larutan buffer asam asetat-ion asetat pada rentang temperatur 25-
85°C. Walaupun diagram yang diperoleh tidak selebar cakupan pH berdasarkan
data termodinamika, karena terbatasi oleh trayek pH larutan buffer asetat, namun
lebih dapat dipergunakan untuk pembahasan korosi baja karbon dalam lingkungan
asam asetat-ion asetat pada rentang temperatur tersebut. Selain itu dapat diperoleh
pula persamaan yang mengkaitkan pengaruh pH dan temperatur terhadap nilai
potensial pasif primer (Epp) dan potensial Fladge (EF) [3].
Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix memetakan fasa – fasa stabil
logam dan senyawanya dalam larutan dengan pelarut air, yang berada dalam
kesetimbangan termodinamika, sebagai fungsi dari potensial elektroda dan pH

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 10


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

larutan. Dalam diagram potensial-pH untuk besi terdapat zona korosi, yaitu daerah
reaksi pelarutan besi yang terletak dalam daerah asam dan di daerah sempit pada
kondisi sangat basa. Zona pasif yaitu daerah terbentuknya selaput tak larut di
permukaan logam yang menghalangi proses korosi lebih lanjut. Dan zona kebal
merupakan daerah yang secara termodinamika keadaan sebagai logam adalah fasa
paling stabil [3].
Kegunaan diagram Pourbaix terutama adalah :
1. Untuk memperkirakan arah reaksi spontan.
2. Komposisi produk korosi.
3. Perubahan lingkungan yang akan mencegah atau menurunkan laju serangan
korosi.

Gambar 2.1 Contoh diagram pourbaix


(sumber: link.springer.com)
Proses korosi dalam larutan dengan pelarut air adalah proses elektrokimia,
karenanya dapat diikuti dengan pengukuran polarisasi potensiodinamik, yaitu salah
satu teknik mengkarakterisasi kelakuan korosi suatu sampel logam dari kaitan
antara arus dengan potensial di bawah kondisi terkontrol. Karakteristik polarisasi
sampel logam diukur dengan mengalurkan respons arus sebagai fungsi dari
potensial terapan [3].
Untuk mengkaji korosi baja karbon dalam lingkungan asam asetat-ion asetat,
pada pekerjaan ini diagram potensial-pH baja karbon (besi)-larutan buffer asam

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 11


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

asetat-ion asetat disusun berdasarkan data potensiodinamik secara eksperimen.


Kelebihan dari pemetaan ini adalah dapat diperoleh gambaran eksperimental
mengenai karakteristik elektrokimiawi suatu baja karbon dalam lingkungan larutan
asam asetat-ion asetat. Peta ini memberikan informasi penting dalam membahas
kelakuan korosi dan terjadinya pasifasi pada sistem terkait, karena proses korosi
seringkali terjadi dalam keadaan tidak setimbang dan pada kondisi tidak standar.
Namun pada pemetaan ini, diagram potensial-pH tidak dapat mencakup seluruh
daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem buffer [3].

2.3. Metodologi Penelitian


2.3.1. Skema Proses
A. Pembuatan Larutan NaCl

Siapkan alat dan bahan

Hitung massa NaCl

Timbang NaCl

Masukkan NaCl kedalam gelas kimia

Tambahkan Aqua dm

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 2.2 Skema proses pembuatan larutan NaCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 12


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

B. Pembuatan Larutan HCl

Siapkan alat dan bahan

Hitung volume HCl

Masukkan HCl kedalam gelas kimia

Tambahkan aqua dm

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 2.3 Skema proses pembuatan larutan HCl
C. Pembuatan Larutan KOH

Siapkan alat dan bahan

Hitung massa KOH

Timbang KOH

Masukkan KOH kedalam gelas kimia

Tambahkan Aqua dm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 13


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 2.4 Skema proses pembuatan larutan KOH
D. Pengujian Korosi Berbagai Larutan

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan spesimen uji secara mekanik

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Siapkan larutan dan spesimen uji

Lakukan Rinsing, Degreasing, Pickling

Celupkan kedalam alkohol

Masukkan spesimen uji didalam larutan yang ditentukan

Ukur potensial dan pH larutan selama 7 hari

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 14


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Bersihkan dan keringkan spesimen uji

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.5 Skema proses pengujian korosi berbagai larutan

2.3.2. Penjelasan Skema Proses


A. Pembuatan Larutan NaCl
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Massa NaCl dhitung.
3. Massa NaCl ditimbang.
4. NaCl dimasukkan kedalam gelas kimia.
5. Aqua dm ditambahkan kedalam gelas kimia yang berisi NaCl.
6. Larutan diaduk hingga homogen.
7. Label nama diberikan pada gelas kimia.
8. Kemudian larutan dianalisa.
9. Terakhir ditarik kesimpulan.
B. Pembuatan Larutan HCl
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Volume HCl dhitung.
3. HCl dimasukkan kedalam gelas kimia.
4. Aqua dm ditambahkan kedalam gelas kimia yang berisi HCl.
5. Larutan diaduk hingga homogen.
6. Label nama diberikan pada gelas kimia.
7. Kemudian larutan dianalisa.
8. Terakhir ditarik kesimpulan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 15


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

C. Pembuatan Larutan KOH


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Massa KOH dhitung.
3. Massa KOH ditimbang.
4. KOH dimasukkan kedalam gelas kimia.
5. Aqua dm ditambahkan kedalam gelas kimia yang berisi KOH.
6. Larutan diaduk hingga homogen.
7. Label nama diberikan pada gelas kimia.
8. Kemudian larutan dianalisa.
9. Terakhir ditarik kesimpulan.
D. Pengujian Korosi Berbagai Larutan
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Permukaan spesimen uji dibersihkan secara mekanik
menggunakan amplas kasar dan amplas halus.
3. Dimensi spesimen uji diukur dan ditimbang.
4. Larutan dan spesimen uji disiapkan.
5. Lakukan proses rinsing, degreasing dan pickling pada
spesimen uji.
6. Spesimen uji dicelupkan kedalam alkohol.
7. Spesimen uji dimasukkan kedalam larutan uji yang telah
ditentukan konsentrasinya.
8. Spesimen uji diukur potensialnya dan larutan diukur pH nya,
pengamatan tersebut dilakukan setiap 1×24 jam selama 7 hari.
9. Spesimen uji dibersihkan dan dikeringkan.
10. Setelah percobaan selesai, dimensi spesimen uji diukur dan
ditimbang.
11. Kemudian dilakukan analisa.
12. Terakhir ditarik kesimpulan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 16


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

2.3.3. Gambar Proses


A. Pembuatan Larutan NaCl

Siapkan alat dan bahan

Timbang NaCl

Masukkan NaCl kedalam gelas kimia

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 17


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Tambahkan Aqua dm

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama

Gambar 2.6 Gambar proses pembuatan larutan NaCl


(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 18


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

B. Pembuatan Larutan HCl

Siapkan alat dan bahan

Hitung volume HCl

Masukkan HCl kedalam gelas kimia

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 19


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Tambahkan aqua dm

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama


Gambar 2.7 Gambar proses pembuatan larutan HCl
(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 20


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

C. Pembuatan Larutan KOH

Siapkan alat dan bahan

Timbang KOH

Masukkan KOH kedalam gelas kimia

Tambahkan Aqua dm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 21


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Aduk larutan hingga homogen

Berikan label nama


Gambar 2.8 Gambar proses pembuatan larutan KOH
(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

D. Pengujian Korosi Berbagai Larutan

Siapkan alat dan bahan

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 22


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Bersihkan spesimen uji secara mekanik

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji

Siapkan larutan dan spesimen uji

Lakukan Rinsing, Degreasing, Pickling

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 23


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Celupkan kedalam alkohol

Masukkan spesimen uji didalam larutan yang ditentukan

Ukur potensial dan pH larutan selama 7 hari

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 24


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Bersihkan dan keringkan spesimen uji

Timbang dan ukur dimensi spesimen uji


Gambar 2.9 Gambar proses pengaruh berbagai larutan terhadap korosi
(sumber: laboratorium kimia dan korosi teknik metalurgi)

2.4. Alat dan Bahan


2.4.1. Alat
1. Neraca Analitik 1 buah
2. Vernier Calliper 1 buah
3. pH Meter 1 buah
4. Multimeter 1 buah
5. Reference Electrode Ag/AgCl 1 buah
6. Gelas Kimia 4 buah
7. Gelas Ukur 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Botol Semprot 1 buah
10. Batang Pengaduk 1 buah
11. Kaca Arloji 1 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 25


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

2.4.2. Bahan
1. Baja JIS SS 400 4 buah
2. Kawat Tembaga 4 buah
3. Alkohol 150 ml
4. Aqua Dm 150 ml
5. HCl 0,5 M 150 ml
6. NaCl 0,5 M 150 ml
7. KOH 0,5 M 150 ml
8. Amplas 100 mesh Secukupnya
9. Amplas 320 mesh Secukupnya
10. Amplas 800 mesh Secukupnya
11. Amplas 1200 mesh Secukupnya

2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1. Pengumpulan Data
1. Data Pengamatan Dimensi dan Berat Benda Kerja
Tabel 2.1 Data pengamatan dimensi dan berat benda kerja
Panjang Lebar Tebal Luas
Massa (mg)
No. Larutan (mm) (mm) (mm) (mm2)
P0 P1 L0 L1 T0 T1 A0 A1 W0 W1 W
1. NaCl 40,95 40,95 35 34,9 3,9 3,7 3458,91 3419,6 38560 38470 90
2. HCl 41,8 41,5 34,65 34,65 3,75 3,6 3470,115 3424,23 39470 38090 1380
3. KOH 44 40,2 35,1 34,9 3,5 3,5 3642,5 3331,66 38310 38300 10
4. H2O 42,2 42,2 34,45 34,4 3,5 3,5 3444,13 3439,56 38890 38860 30
2. Data Potensial dan pH
Tabel 2.2 Data potensial dan pH
No. Tanggal Larutan (M) Potensial (V) pH
1. NaCl 0,567 6,63
2. 30/11/2020 HCl 0,470 3,61
3. (17.49 WIB) KOH 0,337 10,40
4. H2O 0,484 6,09
5. 1/12/2020 NaCl 0,225 6,64

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 26


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

6. (18.00 WIB) HCl 0,293 3,68


7. KOH 0,161 10,41
8. H2O 0,022 6,61
9. NaCl 0,644 6,24
10. 2/12/2020 HCl 0,347 3,64
11. (17.30 WIB) KOH 0,115 10,36
12. H2O 0,584 5,60
13. NaCl 0,634 6,31
14. 3/12/2020 HCl 0,348 3,70
15. (18.00 WIB) KOH 0,111 10,37
16. H2O 0,501 5,07
17. NaCl 0,513 6,48
18. 4/12/2020 HCl 0,189 3,46
19. (17.30 WIB) KOH 0,098 10,26
20. H2O 0,375 6,75
21. NaCl 0,613 6,50
22. 5/12/2020 HCl 0,109 3,78
23. (17.40 WIB) KOH 0,093 10,36
24. H2O 0,350 6,86
25. NaCl 0,622 6,23
26. 6/12/2020 HCl 0,314 3,88
27. (17.40 WIB) KOH 0,102 10,30
28. H2O 0,371 6,66

3. Data Pengamatan Visual


Tabel 2.3 Data pengamatan visual
No. Tanggal Larutan G E K WLa WLo
Kuning, Abu –
1. NaCl √ Kuning
30/11/2020 abu
(17.49 WIB) Abu – abu
2. HCl √ Tidak Berwarna
kehitaman

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 27


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

3. KOH Tidak Berwarna Abu – abu


Kuning, Abu –
4. H2 O √ Kuning
abu
Kuning, Abu –
5. NaCl √ √ Kuning
abu
1/12/2020 Abu – abu
6. HCl √ √ Tidak Berwarna
(18.00 WIB) kehitaman
7. KOH Tidak Berwarna Abu – abu
8. H2 O √ √ Kuning Kuning
Kuning, Abu –
9. NaCl √ √ Kuning
abu
2/12/2020 Abu – abu
10. HCl Tidak Berwarna
(17.30 WIB) kehitaman
11. KOH √ √ √ Tidak Berwarna Abu – abu
12. H2 O √ √ Kuning Kuning
13. NaCl √ √ Kuning Hitam
14. 3/12/2020 HCl √ √ √ Tidak Berwarna Hitam
15. (18.00 WIB) KOH √ Tidak Berwarna Abu – abu
16. H2 O √ √ Kuning Hitam, Kuning
17. NaCl √ √ Jingga Hitam, Jingga
18. 4/12/2020 HCl √ √ √ Abu – abu Hitam, Jingga
19. (17.30 WIB) KOH √ Tidak Berwarna Abu – abu
20. H2 O √ √ Jingga Hitam, Jingga
21. NaCl √ √ Jingga Hitam, Jingga
22. 5/12/2020 HCl √ √ √ Abu – abu Hitam, Jingga
23. (17.40 WIB) KOH √ Tidak Berwarna Abu – abu
24. H2 O √ √ Jingga Hitam, Jingga
25. NaCl √ √ Kuning Kuning, Hitam
26. 6/12/2020 HCl √ √ √ Hitam Tidak Berwarna
27. (17.40 WIB) KOH √ Abu – abu Tidak Berwarna
28. H2 O √ √ Kuning hitam Tidak Berwarna

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 28


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Keterangan :
G = Gelembung
E = Endapan
K = Korosi
WLa = Warna Larutan
WLo = Warna Logam
4. Spesimen Sebelum Pencelupan dan Sesudah Pencelupan
Tabel 2.4 Spesimen sebelum dan sesudah pencelupan

Gambar Spesimen Sebelum Gambar Spesimen Sesudah


No. Larutan Pencelupan Pencelupan

Depan Belakang Depan Belakang

1. NaCl

2. HCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 29


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

3. KOH

4. H2O

2.5.2. Pengolahan Data


1. Perhitungan Pembuatan Larutan
Diketahui :
gram
Mr Na = 23 ⁄mol
gram
Mr Cl = 35,5 ⁄mol
gram
Mr H =1 ⁄mol
gram
Mr K = 39 ⁄mol
gram
Mr O = 16 ⁄mol
V = 150 ml
M = 0,5 M
A. NaCl
m 1000
M = ×
Mr V
m 1000
0,5 = ×
(23+35,5) 150

= 4,3875 gram

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 30


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

B. HCl
m 1000
M = ×
Mr V
m 1000
0,5 = ×
(1+35,5) 150

= 2,7375 gram
C. KOH
gram 1000
M = ×
Mr V
m 1000
0,5 = ×
(39+16+1) 150

= 4,2 gram
2. Perhitungan Luas Penampang Awal
A. NaCl
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (40,95 × 35) + 2 (40,95 × 3,9) + 2 (35 × 3,9)
= 3458,91 mm2 = 5,36 in2
B. HCl
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (41,8 × 34,65) + 2 (41,8 × 3,75) + 2 (34,65 × 3,75)
= 3470,115 mm2 = 5,37 in2
C. KOH
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (44 × 35,1) + 2 (44 × 3,5) + 2 (35,1 × 3,5)
= 3642,5 mm2 = 5,64 in2
D. H2O
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (42,2 × 34,45) + 2 (42,2 × 3,5) + 2 (34,45 × 3,5)
= 3444,13 mm2 = 5,33 in2
3. Perhitungan Luas Penampang Akhir
A. NaCl
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (40,95 × 34,9) + 2 (40,95 × 3,7) + 2 (34,9 × 3,7)
= 3419,6 mm2 = 5,3 in2

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 31


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

B. HCl
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (41,5 × 34,65) + 2 (41,5 × 3,6) + 2 (34,65 × 3,6)
= 3424,23 mm2 = 5,3 in2
C. KOH
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (40,2 × 34,9) + 2 (40,2 × 3,5) + 2 (34,9 × 3,5)
= 3331,66 mm2 = 5,16 in2
D. H2O
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (42,2 × 34,4) + 2 (42,2 × 3,5) + 2 (34,4 × 3,5)
= 3439,56 mm2 = 5,33 in2
4. Kehilangan Berat Pada Spesimen
A. NaCl
W = W0 – W1
= 38,56 – 38,47
= 0,09 gram = 90 mg
B. HCl
W = W0 – W1
= 39,47 – 38,09
= 1,38 gram = 1380 mg
C. KOH
W = W0 – W1
= 38,31 – 38,3
= 0,01 gram = 10 mg
D. H2O
W = W0 – W1
= 38,89 – 38,86
= 0,03 gram = 30 mg
5. Laju Korosi
A. NaCl
W = 0,09 gram = 90 mg

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 32


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

gram
ρ = 7,86 ⁄cm3

A = 3458,91 mm2 = 5,36 in2


t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 90
=
7,68 × 5,36 × 168

= 6,94 mpy
B. HCl
W = 1,38 gram = 1380 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
A = 3470,115 mm2 = 5,37 in2
t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 1380
=
7,68 × 5,37 × 168

= 106,35 mpy
C. KOH
W = 0,01 gram = 10 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
A = 3642,5 mm2 = 5,64 in2
t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 10
=
7,68 × 5,64 × 168

= 0,733 mpy
D. H2O
W = 0,03 gram = 30 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 33


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

A = 3444,13 mm2 = 5,33 in2


t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 30
=
7,68 × 5,33 × 168

= 2,32 mpy
6. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen
Diketahui :
V(standar) = 0,197
Potensial Potensial Potensial Potensial
Hari
NaCl (mV) HCl (mV) KOH (mV) H2O (mV)
1. 0,567 0,47 0,337 0,484
2. 0,225 0,293 0,161 0,022
3. 0,664 0,347 0,115 0,584
4. 0,634 0,348 0,111 0,501
5. 0,513 0,189 0,098 0,375
6. 0,613 0,109 0,093 0,35
7. 0,622 0,314 0,102 0,371

Ditanyakan = Konversi reference electrode ke hydrogen?


Dijawab =
V(H) = V(pengukuran) -V(standar)
1. NaCl
Hari ke 1 → V(H) = 0,567 – 0,197 = 0,37 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,225 – 0,197 = 0,028 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,664 – 0,197 = 0,467 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,634 – 0,197 = 0,437 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,513 – 0,197 = 0,316 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,613 – 0,197 = 0,416 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,622 – 0,197 = 0,425 V

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 34


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

2. HCl
Hari ke 1 → V(H) = 0,47 – 0,197 = 0,273 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,293 – 0,197 = 0,096 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,347 – 0,197 = 0,15 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,348 – 0,197 = 0,151 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,189 – 0,197 = - 0,008 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,109 – 0,197 = - 0,088 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,314 – 0,197 = 0,117 V
3. KOH
Hari ke 1 → V(H) = 0,337 – 0,197 = 0,14 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,161 – 0,197 = - 0,036 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,115 – 0,197 = - 0,082 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,111 – 0,197 = - 0,086 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,098 – 0,197 = - 0,099 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,093 – 0,197 = - 0,104 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,102 – 0,197 = - 0,095 V
4. H2O
Hari ke 1 → V(H) = 0,484 – 0,197 = 0,287 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,022 – 0,197 = - 0,175 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,584 – 0,197 = 0,387 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,501 – 0,197 = 0,304 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,375 – 0,197 = 0,178 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,35 – 0,197 = 0,153 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,371 – 0,197 = 0,174 V

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 35


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

7. Diagram Pourbaix Tiap Larutan


1. Diagram Pourbaix NaCl

Gambar 2.10 Diagram pourbaix NaCl


2. Diagram Pourbaix HCl

Gambar 2.11 Diagram pourbaix HCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 36


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

3. Diagram Pourbaix KOH

Gambar 2.12 Diagram pourbaix KOH


4. Diagram Pourbaix H2O

Gambar 2.13 Diagram pourbaix H2O

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 37


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

8. Persamaan Reaksi
1. Pembuatan larutan
a. NaCl(s) + H2O(l) NaCl(aq) + H2O(aq)
b. HCl(l) + H2O(l) HCl(aq) + H2O(aq)
c. KOH(s) + H2O(l) KOH(aq) + H2O(aq)
2. Reaksi spesimen dengan lingkungan
a. Fe(s) + NaCl(s) + H2O(l) FeCl(s) + NaOH + H2

2.6. Analisa dan Pembahasan


Material yang digunakan dalam pengujian ini yaitu material Baja JIS SS 400.
Baja JIS SS 400 tidak termasuk baja tahan karat, dapat dikatakan bahwa Baja JIS
SS 400 mudah terkorosi. Arti dari Baja JIS SS 400 yaitu untuk JIS itu sendiri
merupakan kode internasional untuk baja yang dikeluarkan oleh industri yang ada
di jepang. Kepanjangan JIS itu sendiri adalah Japanese Industrial Standard. Untuk
SS itu sendiri artinya bukan stainless steel, tetapi structural steel atau dapat disebut
baja kontruksi. Baja ini termasuk baja dengan kadar karbon rendah (max 0,17% C).
Baja JIS SS 400 ini merupakan baja umum (mild steel) yang hanya memiliki
komposisi kimia karbon (C), Mangan (Mn), Silikon (Si), Sulfur (S) dan Posfor (P).
Sebelum dilaksanakannya proses pengujian korosi dengan berbagai larutan,
pertama – tama spesimen uji yaitu Baja JIS SS 400 sebanyak 4 buah diamplas
menggunakan amplas kasar 100 mesh, agar permukaan spesimen uji bersih dari
kotoran, setelah itu menggunakan amplas 320 mesh, 800 mesh, dan 1200 mesh,
amplas halus berguna agar spesimen halus dan membersihkan goresan akibat
amplas kasar.
Faktor yang mempengaruhi korosi pada spesimen adalah jenis larutan uji,
waktu pengujian atau lamanya pengujian dilakukan, lingkungan atau udara yang
ikut bereaksi pada saat pengujian dilakukan. Fenomena yang terjadi pada saat
pengujian korosi dengan berbagai larutan berupa larutan NaCl, HCl, KOH, dan H2O
yaitu pada hari pertama, spesimen belum mengalami perubahan. Tetapi pada hari
kedua sampai dengan hari ketiga perubahan yang terjadi pada spesimen uji mulai
terlihat yaitu spesimen uji mulai terkorosi, tetapi warna pada spesimen tidak terlalu
mengalami perubahan. Saat pengujian menginjak hari keempat perubahan yang

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 38


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

terjadi pada spesimen uji terlihat sangat jelas, contohnya yaitu pada spesimen uji
yang disimpan dilarutan NaCl dan HCl berubah menjadi hitam atau dapat dikatakan
spesimen tersebut sudah terkorosi.
Pada spesimen yang diuji di larutan NaCl, spesimen uji mengalami perubahan
warna menjadi warna hitam dengan sedikit kekuning – kuningan, dan jenis korosi
yang terjadi dapat diketahui berjenis korosi merata. Spesimen uji pun mengalami
perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen sebesar 5,36
in2 menjadi 5,3 in2, dan untuk penurunan berat yaitu sebesar 90 mg. Laju korosi nya
pun termasuk laju korosi yang umum, karena laju korosi yang dihasilkan sebesar
6,94 mpy.
Spesimen yang diuji dilarutan HCl mengalami perubahan warna menjadi
warna hitam dan merah bata, jenis korosi yang terjadi yaitu korosi merata.
Spesimen uji pun mengalami perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang
awal spesimen sebesar 5,37 in2 menjadi sebesar 5,3 in2. Penurunan berat yang
dialami pada spesimen sebesar 1380 mg. Laju korosi yang dihasilkan pun termasuk
laju korosi yang umum, karena dihasilkan sebesar 106,35 mpy.
Selanjutnya spesimen yang diuji yaitu spesimen yang diuji dilarutan KOH
tidak mengalami perubahan warna. Spesimen uji pun mengalami perubahan
dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen sebesar 5,64 in2 menjadi
sebesar 5,16 in2. Penurunan berat yang dialami pada spesimen sebesar 10 mg.
Korosi yang terjadi yaitu korosi erosi, karena terjadinya abrasi pada permukaan
spesimen tersebut. Laju korosi yang dihasilkan pun tidak termasuk laju korosi yang
umum, karena dihasilkan sebesar 0,733 mpy, sedangkan laju korosi yang umum
terjadi rentangnya 1-200 mpy. Dapat disimpulkan bahwa laju korosi pada spesimen
yang diuji dilarutan KOH termasuk laju korosi yang sangat lambat.
Dan yang terakhir yaitu spesimen yang diuji dilarutan H2O mengalami
perubahan warna menjadi warna hitam dan merah bata. Spesimen uji tidak
mengalami perubahan dimensi, dimensinya tetap sebesar 5,33 in2. Penurunan berat
yang dialami pada spesimen sebesar 30 mg. Korosi yang terjadi yaitu korosi merata,
karena permukaan spesimen uji sebagian besar terkorosi. Laju korosi yang
dihasilkan termasuk laju korosi yang umum, karena dihasilkan sebesar 2,32 mpy.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 39


BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4

Pengurangan berat dan laju korosi terbesar yang terjadi yaitu spesimen yang
diuji dilarutan HCl, karena HCl merupakan asam kuat, dan juga semakin lama masa
perendaman terhadap spesimen maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin
tinggi dikarenakan meningkatnya kadar pH pada larutan HCl.

2.7. Kesimpulan dan Saran


2.7.1. Kesimpulan
1. Larutan uji yang dipakai yaitu NaCl 0,5 M, HCl 0,5 M, KOH 0,5
M, dan H2O.
2. Perubahan yang terjadi selama proses pengujian korosi berbagai
larutan yaitu perubahan yang paling signifikan ialah spesimen uji
yang disimpan HCl dengan selisih berat 1380 mg.
3. Larutan HCl bersifat lebih korosif dibandingkan larutan NaCl,
KOH dan H2O.
4. Standarisasi yang terkait dengan pengujian korosi dengan
berbagai larutan yaitu ASTM G1, ASTM G15, ASTM G31, dan
ISO 8501.
5. Cara mengukur potensial yaitu menggunakan multitester dan
mengukur pH menggunakan pH meter.

2.7.2. Saran
1. Pada saat pengukuran potensial dan pH lebih teliti lagi agar tidak
terjadi kesalahan.
2. Pada saat pengukuran berat dan dimensi spesimen uji lebih teliti
dalam membaca ukuran pada alat ukurnya.
3. Pada saat pengamatan spesimen uji setiap 1 × 24 jam selama 7
hari lebih tepat waktu agar hasil pengamatannya lebih maksimal.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2020/2021 40

Anda mungkin juga menyukai