7
BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI KELOMPOK 4
larutan. Dalam diagram potensial-pH untuk besi terdapat zona korosi, yaitu daerah
reaksi pelarutan besi yang terletak dalam daerah asam dan di daerah sempit pada
kondisi sangat basa. Zona pasif yaitu daerah terbentuknya selaput tak larut di
permukaan logam yang menghalangi proses korosi lebih lanjut. Dan zona kebal
merupakan daerah yang secara termodinamika keadaan sebagai logam adalah fasa
paling stabil [3].
Kegunaan diagram Pourbaix terutama adalah :
1. Untuk memperkirakan arah reaksi spontan.
2. Komposisi produk korosi.
3. Perubahan lingkungan yang akan mencegah atau menurunkan laju serangan
korosi.
Timbang NaCl
Tambahkan Aqua dm
Kesimpulan
Gambar 2.2 Skema proses pembuatan larutan NaCl
Tambahkan aqua dm
Kesimpulan
Gambar 2.3 Skema proses pembuatan larutan HCl
C. Pembuatan Larutan KOH
Timbang KOH
Tambahkan Aqua dm
Kesimpulan
Gambar 2.4 Skema proses pembuatan larutan KOH
D. Pengujian Korosi Berbagai Larutan
Kesimpulan
Timbang NaCl
Tambahkan Aqua dm
Tambahkan aqua dm
Timbang KOH
Tambahkan Aqua dm
2.4.2. Bahan
1. Baja JIS SS 400 4 buah
2. Kawat Tembaga 4 buah
3. Alkohol 150 ml
4. Aqua Dm 150 ml
5. HCl 0,5 M 150 ml
6. NaCl 0,5 M 150 ml
7. KOH 0,5 M 150 ml
8. Amplas 100 mesh Secukupnya
9. Amplas 320 mesh Secukupnya
10. Amplas 800 mesh Secukupnya
11. Amplas 1200 mesh Secukupnya
Keterangan :
G = Gelembung
E = Endapan
K = Korosi
WLa = Warna Larutan
WLo = Warna Logam
4. Spesimen Sebelum Pencelupan dan Sesudah Pencelupan
Tabel 2.4 Spesimen sebelum dan sesudah pencelupan
1. NaCl
2. HCl
3. KOH
4. H2O
= 4,3875 gram
B. HCl
m 1000
M = ×
Mr V
m 1000
0,5 = ×
(1+35,5) 150
= 2,7375 gram
C. KOH
gram 1000
M = ×
Mr V
m 1000
0,5 = ×
(39+16+1) 150
= 4,2 gram
2. Perhitungan Luas Penampang Awal
A. NaCl
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (40,95 × 35) + 2 (40,95 × 3,9) + 2 (35 × 3,9)
= 3458,91 mm2 = 5,36 in2
B. HCl
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (41,8 × 34,65) + 2 (41,8 × 3,75) + 2 (34,65 × 3,75)
= 3470,115 mm2 = 5,37 in2
C. KOH
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (44 × 35,1) + 2 (44 × 3,5) + 2 (35,1 × 3,5)
= 3642,5 mm2 = 5,64 in2
D. H2O
A0 = 2 (P0 × L0) + 2 (P0 × T0) + 2 (L0 × T0)
= 2 (42,2 × 34,45) + 2 (42,2 × 3,5) + 2 (34,45 × 3,5)
= 3444,13 mm2 = 5,33 in2
3. Perhitungan Luas Penampang Akhir
A. NaCl
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (40,95 × 34,9) + 2 (40,95 × 3,7) + 2 (34,9 × 3,7)
= 3419,6 mm2 = 5,3 in2
B. HCl
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (41,5 × 34,65) + 2 (41,5 × 3,6) + 2 (34,65 × 3,6)
= 3424,23 mm2 = 5,3 in2
C. KOH
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (40,2 × 34,9) + 2 (40,2 × 3,5) + 2 (34,9 × 3,5)
= 3331,66 mm2 = 5,16 in2
D. H2O
A1 = 2 (P1 × L1) + 2 (P1 × T1) + 2 (L1 × T1)
= 2 (42,2 × 34,4) + 2 (42,2 × 3,5) + 2 (34,4 × 3,5)
= 3439,56 mm2 = 5,33 in2
4. Kehilangan Berat Pada Spesimen
A. NaCl
W = W0 – W1
= 38,56 – 38,47
= 0,09 gram = 90 mg
B. HCl
W = W0 – W1
= 39,47 – 38,09
= 1,38 gram = 1380 mg
C. KOH
W = W0 – W1
= 38,31 – 38,3
= 0,01 gram = 10 mg
D. H2O
W = W0 – W1
= 38,89 – 38,86
= 0,03 gram = 30 mg
5. Laju Korosi
A. NaCl
W = 0,09 gram = 90 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
= 6,94 mpy
B. HCl
W = 1,38 gram = 1380 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
A = 3470,115 mm2 = 5,37 in2
t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 1380
=
7,68 × 5,37 × 168
= 106,35 mpy
C. KOH
W = 0,01 gram = 10 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
A = 3642,5 mm2 = 5,64 in2
t = 7 × 24 jam = 168 jam
534 x W
CR =
ρx A x t
534 × 10
=
7,68 × 5,64 × 168
= 0,733 mpy
D. H2O
W = 0,03 gram = 30 mg
gram
ρ = 7,86 ⁄cm3
= 2,32 mpy
6. Konversi Ag/AgCl ke Hidrogen
Diketahui :
V(standar) = 0,197
Potensial Potensial Potensial Potensial
Hari
NaCl (mV) HCl (mV) KOH (mV) H2O (mV)
1. 0,567 0,47 0,337 0,484
2. 0,225 0,293 0,161 0,022
3. 0,664 0,347 0,115 0,584
4. 0,634 0,348 0,111 0,501
5. 0,513 0,189 0,098 0,375
6. 0,613 0,109 0,093 0,35
7. 0,622 0,314 0,102 0,371
2. HCl
Hari ke 1 → V(H) = 0,47 – 0,197 = 0,273 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,293 – 0,197 = 0,096 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,347 – 0,197 = 0,15 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,348 – 0,197 = 0,151 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,189 – 0,197 = - 0,008 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,109 – 0,197 = - 0,088 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,314 – 0,197 = 0,117 V
3. KOH
Hari ke 1 → V(H) = 0,337 – 0,197 = 0,14 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,161 – 0,197 = - 0,036 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,115 – 0,197 = - 0,082 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,111 – 0,197 = - 0,086 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,098 – 0,197 = - 0,099 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,093 – 0,197 = - 0,104 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,102 – 0,197 = - 0,095 V
4. H2O
Hari ke 1 → V(H) = 0,484 – 0,197 = 0,287 V
Hari ke 2 → V(H) = 0,022 – 0,197 = - 0,175 V
Hari ke 3 → V(H) = 0,584 – 0,197 = 0,387 V
Hari ke 4 → V(H) = 0,501 – 0,197 = 0,304 V
Hari ke 5 → V(H) = 0,375 – 0,197 = 0,178 V
Hari ke 6 → V(H) = 0,35 – 0,197 = 0,153 V
Hari ke 7 → V(H) = 0,371 – 0,197 = 0,174 V
8. Persamaan Reaksi
1. Pembuatan larutan
a. NaCl(s) + H2O(l) NaCl(aq) + H2O(aq)
b. HCl(l) + H2O(l) HCl(aq) + H2O(aq)
c. KOH(s) + H2O(l) KOH(aq) + H2O(aq)
2. Reaksi spesimen dengan lingkungan
a. Fe(s) + NaCl(s) + H2O(l) FeCl(s) + NaOH + H2
terjadi pada spesimen uji terlihat sangat jelas, contohnya yaitu pada spesimen uji
yang disimpan dilarutan NaCl dan HCl berubah menjadi hitam atau dapat dikatakan
spesimen tersebut sudah terkorosi.
Pada spesimen yang diuji di larutan NaCl, spesimen uji mengalami perubahan
warna menjadi warna hitam dengan sedikit kekuning – kuningan, dan jenis korosi
yang terjadi dapat diketahui berjenis korosi merata. Spesimen uji pun mengalami
perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen sebesar 5,36
in2 menjadi 5,3 in2, dan untuk penurunan berat yaitu sebesar 90 mg. Laju korosi nya
pun termasuk laju korosi yang umum, karena laju korosi yang dihasilkan sebesar
6,94 mpy.
Spesimen yang diuji dilarutan HCl mengalami perubahan warna menjadi
warna hitam dan merah bata, jenis korosi yang terjadi yaitu korosi merata.
Spesimen uji pun mengalami perubahan dimensi dan berat. Untuk luas penampang
awal spesimen sebesar 5,37 in2 menjadi sebesar 5,3 in2. Penurunan berat yang
dialami pada spesimen sebesar 1380 mg. Laju korosi yang dihasilkan pun termasuk
laju korosi yang umum, karena dihasilkan sebesar 106,35 mpy.
Selanjutnya spesimen yang diuji yaitu spesimen yang diuji dilarutan KOH
tidak mengalami perubahan warna. Spesimen uji pun mengalami perubahan
dimensi dan berat. Untuk luas penampang awal spesimen sebesar 5,64 in2 menjadi
sebesar 5,16 in2. Penurunan berat yang dialami pada spesimen sebesar 10 mg.
Korosi yang terjadi yaitu korosi erosi, karena terjadinya abrasi pada permukaan
spesimen tersebut. Laju korosi yang dihasilkan pun tidak termasuk laju korosi yang
umum, karena dihasilkan sebesar 0,733 mpy, sedangkan laju korosi yang umum
terjadi rentangnya 1-200 mpy. Dapat disimpulkan bahwa laju korosi pada spesimen
yang diuji dilarutan KOH termasuk laju korosi yang sangat lambat.
Dan yang terakhir yaitu spesimen yang diuji dilarutan H2O mengalami
perubahan warna menjadi warna hitam dan merah bata. Spesimen uji tidak
mengalami perubahan dimensi, dimensinya tetap sebesar 5,33 in2. Penurunan berat
yang dialami pada spesimen sebesar 30 mg. Korosi yang terjadi yaitu korosi merata,
karena permukaan spesimen uji sebagian besar terkorosi. Laju korosi yang
dihasilkan termasuk laju korosi yang umum, karena dihasilkan sebesar 2,32 mpy.
Pengurangan berat dan laju korosi terbesar yang terjadi yaitu spesimen yang
diuji dilarutan HCl, karena HCl merupakan asam kuat, dan juga semakin lama masa
perendaman terhadap spesimen maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin
tinggi dikarenakan meningkatnya kadar pH pada larutan HCl.
2.7.2. Saran
1. Pada saat pengukuran potensial dan pH lebih teliti lagi agar tidak
terjadi kesalahan.
2. Pada saat pengukuran berat dan dimensi spesimen uji lebih teliti
dalam membaca ukuran pada alat ukurnya.
3. Pada saat pengamatan spesimen uji setiap 1 × 24 jam selama 7
hari lebih tepat waktu agar hasil pengamatannya lebih maksimal.