Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri yang semakin pesat mengakibatkan penggunaan
logam yang semakin banyak, sehingga masalah korosipun akan semakin
meningkat. Korosi adalah kehancuran atau kerusakan material karena reaksi
dengan lingkungannya. Secara umum, biaya pengendalian korosi di suatu negara
berkisar antara 2-5 % GNP. Ekonomisasi dan efisiensi akan dapat menekan biaya
penanggulangan korosi, disinilah peran dari para ahli korosi yang kompeten
dibutuhkan.Tetapi jumlah SDM yang berkompeten untuk menanggulangi masalah
ancaman tersebut masih relatif kurang, sehingga di era perdagangan bebas nanti
akan membanjirnya tenaga-tenaga asing terampil untuk mengambil bagian dalam
mengendalikan masalah-masalah korosi di Indonesia.

Masalah korosi di Gorontalo sering menjadi masalah pada masyarakat,


perusahaan / pabrik, dan perkapalan yang sudah banyak merugikan dari segi biaya
dan perawatan sehingga masalah korosi ini sulit untuk di atasi karena kurangnya
sumber daya manusia yang ahli dibidang korosi pada daerah ini. Di Gorontalo
terdapat banyak pengendara bentor da hampir seluruh msyarakat gorontalo
memiliki sebuah bentor, bentor yang digunakan hampir rata-rata menggunakan
pipa besi, besi assental, besi beton dan besi hollow yang kemungkinan sewaktu-
waktu dapat terkorosi, sehingga banyak pemilik bentor yang mengganti krangka
bentor akiat terkena korosi.dengan melakukan perawatan pimilik bentor haya
perlu melakukan pengontrolan terhadap bentor, sehingga mengurangi biaya
perbaikan kendaraan yang cukup besar.

Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi


diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik, coating, dan penggunaan
chemical inhibitor. Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-
tidaknya untuk memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu
anoda buatan di luar logam yang akan diproteksi (Halimatuddahliana, 2003)
Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan, maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian tentang pencegahan korosi melalui proses coating dengan
jenis cat yang berbeda untuk mencegah korosi. Adapun laruatan elektrokimia
yang digunakan adalah HCl dan NaOH.

1.2.Tujuan Khusus
Tujuan penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian
yaitu:
a. Untuk mengatasi masalh korosi pada kerangka bentor yang ada di
Provinsi Gorontalo

1
b. Menerapkan hasil perbandingan laju korosi pada masalah korosi yang
ada di Provinsi Gorontalo.

1.3.Urgensi Penelitian
Penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan karena:
a. Masalah korosi adalah masalah yang sudah ada sejak jaman dulu hingga
sekarang masih sangat sulit untuk diatasi.
b. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena bermanfaat bagi pemilik
bentor yang sering mengalami masalah korosi dan mengeluarkan banyak
biaya untuk mengatasi masalah korosi ini.

1.4.Temuan yang Ditargetkan dan Kontribusinya Terhadap Ilmu


Pengetahuan
Penelitian ini merupakan penelitan terapan dimana penelitian ini ditujukan
untuk pemilik bentor yang melakukan perawatan terhadap alat atau bagian
kerangka bentor yang menggunakan pipa besi, besi assental, besi beton dan besi
hollow sehingga mudah untuk terkorosi, dengan adanya penelitian ini pemilik
bentor dapat menggunakan metode yang kami gunakan untuk mempermudah
mengatasi masalah korosi.

1.5. Luaran Penelitian


Luaran penelitian yang diharapakan berupa:
a. Dapat mengatasi masalah korosi pada kerangka bentor yang ada di
Provinsi Gorontalo .
b. Hasil penelitian berupa hasil pengujian struktur mikro dan SEM-EDAX
dalam bentuk laporan penelitian dan artikel ilmiah.
c. Prototype produk yang akan langsung diuji coba dan akan masuk juga
menjadi bagian dari riset yang dilakukan (memiliki potensi paten).

1.6.ManfaatPenelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti: menambah ilmu pengetahuan dan softskill di bidang
ilmu logam dan pencegahan korosi.
b. Bagi peneliti lain: sebagai referensi melakukan pengembangan riset
khususnya pecegahan terjadinya korosi
c. Bagi Pemerintah: sebagai bahan pertimbangan menggunakan metode
yang kami lakukan untuk mencegah maslah korosi terhadap industri-
industri logam.
d. Bagi masyarakat: sebagai referensi untuk mencegah korosi pada
logam-logam besi yang mudah terkorosi pada peralatan kerja

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian tentang laju korosi, menurut penelitian Sindhi
(2018) data perhitungan laju korosi lapisan nikel-krom dengan variasi 2 volt, 3
volt, dan 3 ampere, 4 ampere, 5 ampere pada knalpot sepeda motor berbahan baja
karbon AISI 1010 didapatkan hasil laju korosi paling lambat pada variasi
tegangan 3 volt dengan kuat arus 5 ampere didapat hasil 118,904 mmpy pada
media air hujan. Sedangkan laju korosi paling cepat terjadi pada variasi tegangan
2 volt dengan kuat arus 3 ampere didapat hasil 424,047 mmpy pada media air laut.
Pada penelitian Sulistianto (2013) tentang pengaruh inhibitor kafeina pada
laju korosi dan struktur mikro baja karbon ks01 dan aisi 1045 dalam media air
laut, penelitian ini akan membuktikan bahwa inhibitor organik kafein dapat
menginhibisi laju korosi dari baja karbon KS01 dan AISI 1045, yang mana kedua
logam tersebut sangat mudah terkorosi, walaupun pada udara terbuka, dan hal
yang perlu dicatat adalah kedua logam tersebut banyak digunakan untuk lapisan
komponen industri.
Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, diantaranya dengan pelapisan
pada permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan
lain-lain. Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara untuk
mencegah korosi karena biayanya relatif murah dan prosesnya sederhana
(Muhammad Abduh, 2012). Inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang
ditambahkan ke dalam lingkungan korosif, walaupun dalam jumlah sangat sedikit
tetapi dapat menurunkan laju korosinya dengan mengubah lingkungannya menjadi
tidak korosif. Salah satu mekanisme kerja inhibtor korosi adalah melalui
pembentukan lapisan molekul-molekul tunggal dari inhibitor yang teradsorpsi
pada permukaan logam. Inhibitor korosi dapat diperolah dari senyawa anorganik
maupun organik (Haryono, 2010).
Halimatuddahliana (2003) Minyak bumi adalah suatu senyawa hidrokarbon
yang terdiri dari karbon (83-87%), hidrogen (11-14%), nitrogen (0,2-0,5%), sulfur
(0-6%), dan oksigen (0-3,5%). Proses produksi minyak dari formasi tersebut
mempunyai kandungan air yang sangat besar, bahkan bisa mencapai kadar lebih
dari 90%. Selain air, juga terdapat komponen-komponen lain berupa pasir, garam-
garam mineral, aspal, gas CO2 dan H2S. Komponen-komponen yang terbawa
bersama minyak ini menimbulkan permasalahan tersendiri pada proses produksi
minyak bumi. Air yang terdapat dalam jumlah besar sebagian dapat menimbulkan
emulsi dengan minyak akibat adanya emulsifying agent dan pengadukan. Selain
itu hal yang tak kalah penting ialah adanya gas CO2 dan H2S yang dapar
menyebabkan korosi dan dapat mengakibatkan kerusakan pada casing, tubing,

3
sistem perpipaan dan surface fasilities. Sedangkan ion-ion yang larut dalam air
seperti kalsium, karbonat, dan sulfat dapat membentuk kerak (scale).

Pattireuw Dkk (2013) tentang analisis laju korosi pada baja karbon dengan
menggunakan air laut dan H2SO4dengan pengujian laju korosi yang dilakukan
dengan waktu 1 jam, didapat nilai rata-rata untuk spesimen I pada baja karbon dan
paduan tembaga dalam larutan air laut adalah 0,105 mils/tahun dan 0 mils/tahun.
Sedangkan pada larutan asam sulfat adalah 0,162 mils/tahun dan 0,028
mils/tahun. Dan hasil pengujian laju korosi yang dilakukan dengan waktu 3 jam,
didapat nilai rata-rata untuk spesimen I pada baja karbon dan paduan tembaga
dalam larutanair laut dan asam sulfat adalah 1,350 mils/tahun dan 0,015
mils/tahun. Sedangkan pada larutan asam sulfat adalah 1,400 mils/tahun dan
1,306 mils/tahun.

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan:


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kuas
2. Timbangan
3. Mistar
4. Gelas ukur
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Cat alkyd: cat yang mempunyai formulasi khusus antara resin alkyd
dikobinasikan dengan pigment pewarna cat dan termasuk dalam
deretan cat besi, karena menggunakan teknologi terakhir yaitu
conventional paint.
b) Cat epoxy: campuran antara resin epoxy dan hardener / katalis, kedua
kimia dicampur secara bersama sebelum aplikasikan setelah
pencampuran ada batasan waktu dan suhu
c) Pelat baja struktural khusus lambung kapal
d) Garam, NaCl
e) Aquades
f) Alat elektroplating.
1) Wadah
elektroplatinng
2) Anoda
3) Katoda
(spesimen)
4) Lapisan
coating pada spesimen
5) Larutan
elektrolit
6) Aki 12 v
7) Voltmeter
8) Amperemeter

5
9) Tembaga penghantar listrik

3.2.Prosedur Kerja
a) Flow chart

MULAI

alat dan
bahan

pembuatan alat pembersihan


elektro kimia spesimen dari karat

melakukan coating
pengeringan selama
pada spesimen pe nimb an g an sp e si m
2 hari dibawah sinar
yang telah e n sebe lum coa ti ng
mata hari
dibersihkan

penimbangan spesim rendam spesimen perlakuan daya


en setelah coating menggunakan larutan NaCl elektrokimia

pengujian struktur penim bangan


mikro sp esi men b ers ihka n

pengujian SEM-EDAX analisa data pemilik bentor

selesai

b) Tahapan Penelitian
1. Mempersiapkan alat dan bahan penelitian
2. Membuat alat elektrokimia dari bahan yang mudah didapat seperti air
laut, baterai, dan kabel atau tembaga.
3. Mebersihkan spesimen dari karat sebelum proses coating.
4. Menimbang berat logam (baja karbon) sebelum dicoating.
5. Melakukan coating sesuai metode yang telah ditentukan yaitu hand lay
up, dengan menggunakan cat epoxy dan cat alkid
6. Mengeringkan cat selama 2 hari di bawah sinar matahari

6
7. Menimbang kembali berat logam yang telah dicoating.
8. Kemudian spesimen direndam kedalam larutan NaCl
9. Memberikan perlakuan dengan daya elektrokimia dari alat yang telah
dibuat
10. Spesimen dijepit menggunakan penjepit sebagai penahan antara spesimen
dengan kabel
11. Bersihkan spesimen dari larutan NaCl
12. Timbang kembali spesimen yang telah dibersihkan
13. Melakukan pengujian tarik pada spesimen
14. Menganalisis ha3sil data yang telah dilakukan dengan menggunakan
hukum faraday.

No Jenis coating Spesimen Ketebalan


Spesimen 1
1 Cat mepox Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen A
2 Cat alkid Spesimen B
Spesimen C
Table 3.1 penentuan ketebalan spesimen

Massa sebelumm
No Jenis coating Spesimen
coating
Spesimen 1
1 Cat mepox Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen A
2 Cat alkid Spesimen B
Spesimen C
Table 3.2 menentukan massa sebelum coating

No Jenis coating Spesimen Massa setelah coating


Spesimen 1
1 Cat mepox Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen A
2 Cat alkid Spesimen B
Spesimen C
Table 3.3 menentukan massa setelah coating

7
Massa setelah
No Jenis coating Spesimen
perendaman
Spesimen 1
1 Cat mepox Spesimen 2
Spesimen 3
Spesimen A
2 Cat alkid Spesimen B
Spesimen C
Table 3.4 menentukan massa setelah perendaman

3.3. Tempat Penelitian


Kami melakukan penelitian di Laboratorium Metalurgi, Jurusan Teknik
Industri, Universitas Negeri Gorontalo.

3.4. Analisa Data


A. Pengujian Spesimen
Pengujian spesimen dilakukan dengan menggunakan alat mikro struktur
(Olympus BM51X) untuk baja karbon dengan standar ASTM E407.

B. Teknik Pengambilan data

Pengumpulan data langsung dilakukan saat melakukan kegiatan


penelitian. Setiap perlakuan dan pengujian diambil data.
C. Perhitungan
Untuk perhitunngan kami mengguanakan Hukum Faraday dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑎.𝑖
CPR = K mm/yr
𝑛.𝐷

Keterangan :
K = Konstanta ( 0,129 untuk mpy, 0,00327 untuk mmpy )
a = Berat atom logam terkorosi (gram)
i = Kerapatan arus ( μA/cm2 )
n = Jumlah elektron valensi logam terkoros
D = Densitas logam terkorosi (gram/cm3

8
BAB IV
JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Table 4.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya.
No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)

1 Peralatan penunjang Rp. 1.700.000.-

2 Bahan habis pakai Rp. 5.055.000.-

3 Biaya perjalanan Rp. 3.200.000.-

4 Lain-lain Rp. 1.700.000.-

Jumlah Rp. 11.655.000.-

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabei 4.2 Jadwal Kegiatan
Bulan

Ke 1 Ke 2 Ke 3 Ke 4
NO Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Alat dan Bahan
Pembuatan Alat
2
pembuatan Cet
3 Penmbersihan Spesimen
Penimbangan Spesimen
Bersihkan Spesimen
Proses Coatingdan
4
pengerinag
Perendaman
menggunakan NaCl
Pemberian arus / Proses
Elektoplating
4 Pengujian
a. Uji Struktur Mikro
b. Uji SEM-EDAX
5 Analisa Data

6 Perusahaan / Perkapalan

9
Pelaporan / Presentasi
7
Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Arief. 2015.Analisa Laju Korosi Pada Pelat Baja Karbon Dengan Variasi
Ketebalan Coating. Jurnal Teknik ITS, Vol .04 No.1
Callister, W.D. (2007) Material Science and Engineering an Introduction 7
edition, JohnWiley and Sons. Inc
Halimatuddahliana. 2003. Jurnal ,Pencegahan korosi dan Scale pada Proses
Minyak Bumi. Universitas Sumatera Utara.

Haryono, Sugiarto. 2010. Ekstrak Bahan Alam sebagai Inhibitor Korosi.


Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia

Pattireuw, Rauf. 2013. Analisis Laju Korosi Pada Baja Karbon Dengan
Menggunakan Air Laut Dan H2SO4. Teknik Mesin, Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Sindhi, Sakti. 2018. Analisis Pelapisan Nikel-Krom Terhadap Laju Korosi Pada
Knalpot Sepeda Motor. Universitas Negeri Surabaya: Jurnal Pendidikan
Teknik Mesin. Vol. 06. No. 03, Hal 207-214

Sulistianto, Setyo, Purwanto. 2013. Pengaruh Inhibitor Kafeina Pada Laju Korosi
Dan Struktur Mikro Baja Karbon Ks01 Dan Aisi 1045 Dalam Media
Air Laut. Universitas Padjajaran. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra
Ganendra Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 16 No. 2.
Hal 77-85.
Supomo, Heri. 2003.Buku Ajar Korosi. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan,
FTK , ITS.
Utomo, Alva, 2017. Studi Dan Karakterisasi Laju Korosi Logam Aluminium
Dengan Pelapisan Membran Sol-Gel. Jakarta: Jurnal Teknik Mesin
(JTM). Universitas Mercu Buana Jakarta. Vol. 06, No.3, Hal 191-198.

10
11

Anda mungkin juga menyukai