Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN BENGKEL

MAKALAH
MANAJEMEN PERLENGKAPAN BENGKEL

UNTUK MEMENUHI TUGAS


Manajemen Bengkel
yang dibimbing Bapak Rasyid Unaaha

Oleh kelompok 2 :
Kristanto Pudyatmoko (562418006)
Ahmad Potalangi (562418028)
Heru Purnomo (562417012)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Manajemen Bengkel sesuai dengan waktu yang di tentukan. Adapun pembuatan
laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bengkel .

Penulis juga menyadari bahwa terselesaikanya laporan ini berkat bantuan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepda dosen
dan asisten dosen yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan ini.

Peniulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu penulis mengharapkan kritik dan sran yang membangun. Akhir kata
penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya.

Gorontalo, Januari 2020

Penulis

Kristanto Pudyatmoko

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…1

KATAPENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI……………………………………………………………….…......3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………..……………………...4
B. Rumusan Masalah…………………....…………...…………………..…...5
C. Tujuan…………..……………………..…………...………………..….....5

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa yang dimaksud dengan manajemen......................................................6


B. Apa Pengertian dan fungsi bengkel/labolatorium.........................................7
C. Apa Pengertian persediaan............................................................................8
D. Apa pengertian suku cadang.......................................................................10
E. Bagaimana pengorganisasian saranan dan prasaranan bengkel..................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………...…………………….........17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan tentunya tidak hanya mengajarkan mengenai teori
saja, tetapi peserta didik tentunya juga dibekali dengan praktik dari teori-teori
yang telah diajarkan. Khususnya dalam pendidikan menengah kejuruan yang
mengutamakan praktik bagi peserta didiknya agar peserta didik memiliki
keterampilan sehingga siap untuk memasuki dunia industri setelah menyelesaikan
studinya.
Dalam pelaksanaan praktik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tentunya
didukung dengan adanya bengkel/laboratorium sebagai sarana belajar dan
mengasah keterampilan. Pembuatan bengkel memiliki standar tersendiri yang
telah ditentukan oleh permendiknas nomor 40 tahun 2008. Sudah seharusnya
diberlakukan pada seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar selalu
bekerja sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedur).
Manajemen bengkel merupakan cara untuk mengatur segala sesuatu dan
sumber daya yang ada pada bengkel secara efektif dan efisien. Bengkel
merupakan bagian dari sarana pendidikan, menjadi suatu yang sangat penting
terutama bagi sekolah yang berkaitan dengan bidang eksaka. Pengelolaan bengkel
pendidikan kejuruan merupakan petunjuk praktis bagi para pendidik di sekolah-
sekolah kejuruan. Para pendidik harus mengerti bagaimana tata cara dalam
memanajemen bengkel dengan baik dan benar. Dalam manajemen terdapat
beberapa proses yaitu mulai dari perencanaan bengkel, pengorganisasian bengkel,
penggerakan bengkel, serta pengawasan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam makalah ini akan diuraikan
beberapa hal yang berkenaan dengan manajemen bengkel,diantaranya yaitu
pengertian manajemen, pengertian dan fungsi bengkel, pengorganisasian sarana
dan prasarana bengkel praktik, pengawasan dan perawatan sarana dan prasarana
praktik dan penataran dan pengalaman guru teknik.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apa Pengertian dan fungsi bengkel/labolatorium ?
3. Apa Pengertian persediaan ?
4. Apa pengertian suku cadang ?
5. Bagaimana pengorganisasian saranan dan prasaranan bengkel ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen.
2. Untuk mengetahui Pengertian dan fungsi bengkel/labolatorium.
3. Untuk mengetahui pengertian suku cadang.
4. Untuk mengetahui Bagaimana pengorganisasian saranan dan prasaranan
bengkel.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen menurut Hasibuan(1990) adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Terry (1986) bahwa fungsi manajemen yang dipandang sebagai
suatu proses terdiri dari 4 fungsi, yaitu: (1) perencanaan, meliputi serangkaian
keputusan-keputusan termasuk penentuan tujuan, kebijaksanaan, membuat
program, menentukan metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu
pelaksanaan (2) pengorganisasian, merupakan suatu proses penentuan,
pengelompokan dan pengaturan bermacam aktivitas yang diperlukan untuk
mecapai tujuan menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivits-aktivitas
tersebut. (3) penggerakan, merupakan keseluruhan proses memberikan motivasi
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja
dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
(4) pengawasan, merupakan proses untuk menjaga agar tercapainya tujuan secara
efisien seperti penentuan standar, mengukur pelaksanaan kerja, membandingkan
dan melaksanakan tindakan perbaikan jika terdapat peyimpangan. Robbin (1987)
melihat bahwa fungsi manajemen itu terdiri dari 4 macam, yaitu : (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) kepemimpinan, dan (4) pengawasan. Dari
pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulannya. Bahwa secara umum
manajemen memiliki 4 fungsi yaitu: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.

6
B. PENGERTIAN DAN FUNGSI BENGKEL/LABORATORIUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan
bengkel adalah suatu tempat untuk orang bekerja, dan atau tempat untuk berlatih,
sedangkan laboratorium adalah suatu tempat atau kamar tertentu yang dilengkapi
dengan peralatan untuk mengadakan suatu percobaan atau penyelidikan.
Sedangkan menurut konsorsium ilmu pendidikan (dalam Yoto 1999)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan laboratorium adalah sarana, prasarana
dan mekanisme kerja yang :
1. Menunjang secara unik melalui pengalaman dalam membentuk
keterampilan, pemahaman, dan wawasan dalam pendidikan dan
pengajaran serta dalam pengembangan ilmu dan teknologi
2. Faktor-faktor serta aspek-aspeknya pada dasarnya dapat dikendalikan
oleh pengajar.
Laboratorium tidak berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk
percobaan ilmiah misalnya dalam bidang science: biologi, kimia, fisika dan
sebagainya, melainkan juga termasuk aktifitas ilmiahnya sendiri, baik berupa
eksperimen, riset, observasi, demonstrasi yang terkait dengan kegiatan belajar
mengajar. Dilihat dari segi kerjanya laboratorium merupakan tempat dimana
dilakukan kegiatan untuk menghasilkan sesuatu.
Dilihat dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
antara bengkel dan laboratorium jika dilihat dari segi aktifitas yang dilakukan oleh
guru dan siswa memiliki makna yang sama.
Secara umum, fungsi laboratorium menurut Yoto(1999:23) antara lain:
1. Memberi kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima sehingga
antara teori dan praktik bukan merupakan dua hal yang terpisah
melainkan dua sisi dari satu mata uang.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa
3. Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran
4. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan
yang diperolah, penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja
laboratorium

7
5. Membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional
Menurut Sumaryono (dalam Yoto, 1999) penggunaan bengkel antara lain
adalah sebagai berikut (1) Perawatan dan perbaikan (2) Pelatihan (3)Proses
produksi (4) Penelitian

C. PENGERTIAN PERSEDIAN
Konsep Persediaan persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan
persediaan barang jadi.
Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau
dimasukkan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi atau
barang dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian
setiap perusahaan yang melakukan kegiatanusaha umumnya memiliki persediaan.
(Agus Ristono,2009)[3].
Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi (industri manufaktur) akan
memiliki tiga jenis persediaan, yaitu :
(1) Persediaan bahan baku dan penolong.
(2) Persediaan bahan setengah jadi.
(3) Persediaan barang jadi.
Sedangkan perusahaan perdagangan minimal memiliki satu jenis
persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Adanya berbagai macam
persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan tindakan yang berbeda
untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan permasalahan
lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta peramalan penjualan
atau permintaan konsumen. Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan
besarnya persediaan maka akan berdampak ke masalah lain, misalnya tidak
terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan berlebihan persediaan sehingga
tidak semuanya terjual, timbulnya biaya ekstra penyimpanan atau pesanan bahan
dan sebagainya. Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku
maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model

8
persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin pesediaan
dengan biaya yang serendah rendahnya. Inventory atau persediaan adalah suatu
teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen
material dalam inventory dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu :
permintaan yang terjadi (demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan
penyimpanan, serta biaya apabila terjadi kekurangan persediaan (shortage). Secara
teknis, inventory adalah suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap
besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran
dalam kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah
pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Penetapan jadwal
dan jumlah pemesanan yang harus dipesan merupakan pernyataan dasar yang
harus terjawab dalam pengendalian persediaan. Pengendalian pengadaan
persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus
ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. (Agus Ristono,2009).
Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena
persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung
risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi
yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan akan berakibat
terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan
terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan
seminimal mungkin dan dapat memperlancar jalannya proses poduksi. Beberapa
pengertian persediaan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari part atau bagian,
bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi
kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan pembelanjaan perusahaan
dengan efektif dan efisien.
b. Serangkaian kebijakan dengan sistem pengedalian yang memonitor tingkat
persediaan yang harus dijaga kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan
yang harus dilakukan.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor
dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang

9
kelancaran dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan. (Agus
Ristono,2009)[3].

D. PENGERTIAN SUKU CADANG


Menurut Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto dalam
bukunya Manajemen Persediaan menyatakan definisi suku cadang adalah sebagai
berikut:
“Suku cadang atau sparepart adalah suatu alat yang mendukung
pengadaan barang untuk keperluan peralatan yang digunakan dalam proses
produksi”. Berdasarkan definisi diatas, suku cadang merupakan faktor utama yang
menentukan jalannya proses produksi dalam suatu perusahaan. Sehingga dapat
dikatakan suku cadang ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam
serangkaian aktivitas perusahaan.( Richardus Eko Indrajit;
Richardus Djokopranoto,2003)[6].

E. PENGORGANISASIAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL


1. Pengorganisasian Peralatan/Mesin-mesin
a. Tata Letak (Layout) Peralatan/Mesin-mesin
Menurut Oetomo dan Taddjo (dalam Yoto, 1999) perencanaan tata letak
adalah merupakan suatu perencanaan lantai, guna menentukan serta menyusun
alat dan peralatan yang diperlukan. Perencanaan tata letak erat sekali
hubungannya dengan bahan, alat dan perlengkapan yang terdapat dalam bengkel.
Setelah jenis dan jumlah peralatan/mesin ditentukan, dan agar proses
kegiatan belajar/berlatih didalam bengkel dengan menggunakan peralatan/mesin-
mesin tersebut lancar, maka letak peralatan/mesin-mesin serta pembagian ruangan
didalam bengkel harus diatur sebaik-baiknya. Untuk pengaturan peralatan/mesin-
mesin yang digunakan didalam bengkel menurut Sumaryono (dalam Yoto, 1999)
ada dua pedoman yang dapat dipergunakan yaitu:
1) Tata letak berdasarkan fungsi (fungsional layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan fungsi, peralatan/mesin-mesin
yang sejenis dikelompokkan dalam satu ruangan/bagian yang sama. Dengan
demikian maka pada bengkel mesin produksi akan ada beberapa unit

10
bengkel berdasarkan jenis mesinnya, misalkan unit bubut, unit frais, unit
gerinda, unit pemotongan, dsb.
2) Tata letak berdasarkan produk (product layout)
Perencanaan tata letak berdasarkan produk, peralatan/mesin-mesin di
dalam bengkel dikelompokkan menurut kebutuhan untuk menghasilkan
suatu jenis produk. Misalnya suatu produk dibuat melalui tahapan
pengerjaan dibubut, dibor, dan kemudian dikerjakan dengan mesin gerinda,
maka ketiga jenis mesin tersebut dikelompokkan atau berada dalam satu
ruangan.
b. Tujuan Perencanaan Tata Letak Peralatan/Mesin-mesin
Tujuan pembuatan tata letak peralatan/mesin-mesin menurut Sumaryono
(dalam Yoto, 1999) adalah:
1) Menciptakan ruang gerak yang aman di sekeliling suatu peralatan/mesin
sehingga mencegah resiko kecelakaan kerja
2) Mempermudah melakukan perawatan dan perbaikan peralatan/mesin
3) Menciptakan kenyamanan kerja karena keteraturan bengkel
4) Memanfaatkan ruang bengkel agar secara lebih efisien
5) Melaksanakan mengawasan bengkel lebih mudah
6) Mempercepat proses produksi (bagi bengkel produksi) karena aliran kerja
yang baik
Perencanaan tata letak memegang peranan penting didalam perencanaan
bengkel, sebab apabila tata letak kurang tepat, maka dapat mengganggu siswa
sewaktu bekerja serta keamanan selama bekerja kurang terjamin. Oleh karena itu
suatu tata letak yang baik akan dapat menciptakan sistem kerja yang baik serta
cara kerja yang terjamin.
c. Tipe dan Penyimpanan Peralatan
Peralatan praktek permesinan menurut Oetomo dan Tadjo (dalam Yoto,
1999) dapat digolongkan atas alat tangan, alat ukur, dan alat-alat berat, seperti
dongkrak, mesin bor, mesin bubut, mesin skrap, dan lain sebagainya. Untuk
menyimpan peralatan di dalam bengkel ada beberapa syarat yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) Aman dari pengaruh unsur kimia

11
2) Aman terhadap orang yang melayaninya
3) Mudah dilihat dan dikontrol
4) Mudah diambil bila akan digunakan
5) Tidak menghalangi orang bekerja
6) Rapi bila dilihat
Sedangkan untuk tipe penyimpanan alat menurut Oetomo dan Tadjo
(dalam Yoto, 1999) pada dasarnya diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: (1)
tipe penyimpanan tertutup, seperti misalnya gudang, lemari penyimpanan alat dan
bangku kerja (2) sistem penyimpanan terbuka, seperti misalnya penyimpanan alat
pada panel atau papan yang dasarnya diberi damber sesuai dengan alat yang
dipasang.
Menurut Yoto (1999:36) keuntungan penyimpanan alat secara terbuka
adalah alat-alat mudah dikontrol kalau ada yang hilang, menghemat waktu dalam
segi pengambilan dan pengembalian sehingga efisiensi kerja meningkat,
menghemat biaya/tempat ditinjau dari segi pemakaian bahan karena dinding yang
kosong dapat dimanfaatkan untuk memasang panel alat secara permanen, dan
dapat meningkatkan suasana keindahan. Sedangkan kerugian alat secara terbuka
adalah faktor keamanannya tidak dapat dijamin.
2. Pengorganisasian Ruangan
a. Susunan Ruang Bengkel
Storm (dalam Yoto,1999) menjelaskan bahwa dalam merencanakan
fasilitas untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan
tempat yang cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel.
Kecukupan tempat pada tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting untuk
kondisi kerja yang diinginkan. Jika tempat kerja memerlukan pengoperasian
perlengkapan besar yang tak dapat bergerak, perlu adanya ruang tambahan yang
berjajar untuk perawatan perlengkapan. Tempat tambahan juga diperlukan untuk
operasi-operasi khusus dan tempat penyimpanan perlengkapan(gudang).
Robert (dalam Yoto, 1999) menjelaskan bahwa kondisi-kondisi dalam
pendidikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang ada pada
dunia kerja/industri. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah menyangkut penataan
dalam bengkel kerja dan bentuk praktik yang dilaksanakan oleh sekolah kejuruan.

12
Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran kegiatan praktik di bengkel, maka di
dalam bengkel menurut Storm(dalam Yoto,1999) minimal harus tersedia ruangan-
ruangan antara lain: (1) Ruang kepala bengkel (2) Ruang guru instruktur (3)
Ruang laboran (4)Ruang kerja/proses (5) Ruang perlengkapan/penyimpanan alat
(6) Ruang penyimpanan bahan (material) (7) Ruang PPPK (8) Ruang
administrasi.
Pada suatu SMK selain bangunan bengkel, maka terdapat pula bangunan-
bangunan yang lain. Tata letak bangunan sekeliling menurut Rizal (dalam
Yoto,1999) dapat diatur sebagai berikut:
1) Ruang belajar ditempatkan dibagian paling tenang jauh dari segala sumber
kebisingan
2) Ruang bengkel ditempatkan jauh dari ruang teori
3) Ruang administrasi sekolah harus dapat dicapai dengan mudah tanpa
sesuatu yang mengganggu kebisingan sekolah
4) Antara ruang satu dengan ruang lainnya dapat terjadi komunikasi dengan
lancar
5) Pengelompokan ruang secara fungsional
6) Orientasi ruang sesuai dengan fungsinya
7) Letak dan jarak peraltan/mesin antara satu dengan yang lainnya harus
diperhitungkan, sehingga terjadi aliran bahan baku dan barang/hasil lebih
efektif dan efisien.
b. Penerangan Ruangan
Penerangan atau pencahayaan pada bengkel merupakan kebutuhan yang
utama untuk kelancaran dan keamanan dalam bekerja. Menurut Yoto (1999:41)
sumber penerangan dalam ruangan ada dua macam, yaitu penerangan dengan
cahaya alam (matahari), dan penerangan dengan cahaya buatan (listrik).
Penerangan yang baik akan dapat mengurangi ketegangan otot mata,
memudahkan penglihatan dan mengusahakan kebersihan, meningkatkan semangat
dan gairah kerja, dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

13
c. Ventilasi, Suhu dan Kelembaban Udara
Yoto (1999:45) menjelaskan bahwa suhu dan kelembaban tinggi adalah
musuh utama ketahanan kerja manusia. Kekurangan udara segar akan segera
menyebabkan lemas dan kelembaban yang tinggi akan menghalangi kelancaran
pelepasan suhu dari permukaan kulit sehingga tubuh merasa sangat tidak nyaman.
Ketidaknyamanan udara akan menyebabkan lesu sehingga produktivitas kerja
menurun demikian pula kewaspadaannya. Oleh karena itu, dalam merancang
sistem ventilasi atau penghawaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu
(1) jumlah manusia per unit volume ruang (2) jenis kegiatan dan tingkat gerak (3)
kinerja mesin (4) suhu dilokasi bengkel/industri (5) kualitas udara di lingkungan
sekitar bengkel/industri (6) persyaratan suhu kerja proses.
Menurut Yoto (1999:45) peranan ventilasi dalam suatu bangunan adalah
sebagai sirkulator udara dalam suatu ruangan bila penempatannya menurut
ketentuan yang benar, membantu penerangan dalam suatu ruangan. Dengan
pemasangan ventilasi yang baik akan menghasilkan jumlah dan kualitas udara
yang segar keseluruh ruangan yang dapat berfungsi mengurangi dan
membebaskan udara dari gangguan bau maupun udara yang beracun. Udara yang
tidak baik dalam suatu ruangan dapat menyebabkan gangguan terhadap paru-paru,
darah, kulit, mata, selaput lendir, dan lain-lain.
d. Pengaturan Warna
Yoto (1999:50) menjelaskan bahwa penggunaan warna tertentu dapat
mengubah penampakan ruangan. Warna terang menyebabkan obyek atau ruangan
tampak besar, warna gelap menyebabkan obyek atau ruangan tampak kecil.
Warna-warna panas mempengaruhi emosi manusia, sedangkan warna dingin
mengendalikan emosi seseorang. Penataan yang berimbang warna-warna
laboratorium dapat meningkatkan keuntungan untuk tujuan belajar.
Robert B.Lytle (dalam Yoto,1999:50) berpendapat bahwa penggunaan
prinsip-prinsip warna merupakan hal yang penting untuk situasi belajar, warna
menunjukkan identitas, intensitas menunjukkan jangkauan pandang, variasi
memperkecil monotoni, dan penggunaan warna mempengaruhi perhatian.
Penggunaan warna pada tempat kerja/bengkel menurut Rizal (dalam
Yoto,1999:50-51), yaitu (1) warna hijau berarti aman digunakan pada alat-alat

14
PPPK (2) warna kuning berarti hati-hati digunakan pada tempat/bagian yang
membahayakan (3) warna oranye digunakan pada bagian-bagian perlengkapan
berbahaya yang dapat mematahkan, menghancurkan, mengejutkan dan melukai,
seperti: aliranlistrik yang berbahaya, bagian mesin yang berputar, bagian dalam
kotak sekring, dan sebagainya (4) warna merah digunakan untuk tanda letak
peralatan pemadam kebakaran, pintu masuk darurat, saklar listrik untuk
menghidupkan dan mematikan (5) warna biru berarti “perhatian terhadap”: mesin
yang bergerak berlawanan, mesin yang sedang diperbaikai, jalan antara mesin-
mesin/peralatan, jalan tikungan, tempat mencuci peralatan, dan sekitar tempat
sampah (6) warna hitam, putih atau kombinasi hitam putih berarti tanda-tanda lalu
lintas dan tanda-tanda (urusan) rumah tangga (7) warna putih untuk langit langit.
e. Kebisingan
Rizal (dalam Yoto, 1999:51) memberikan ketentuan-ketentuan untuk
mengurangi kebisingan antara lain (1) menempatkan tempat duduk siswa paling
belakang dekat dengan dinding penyekat lebih besar 2m (2) mengurangi
kegaduhan/kebisingan dengan jalan:membuka dinding cukup lebar, mengatur
letak antara mesin agar terhindar terjadinya frekuensi amplitudo tinggi (3)
menempatkan ruang belajar lebih dari: 60m dengan jalan raya, 23m dengan
tempat bermain anak, dan 300m dengan bengkel mesin.
Menurut Yoto (1999:52) penanganan bunyi sebaiknya dimulai dari
sumbernya. Sehingga, apabila sebuah mesin mengeluarkan bunyi bising sedapat
mungkin diberi pelindung atau peredam bunyi. Penanganan peredam bunyi cukup
sulit, karena bunyi dapat merambat melalui struktur bangunan dan mneggetarkan
elemen lain dan kemudian elemen ini menjadi sumber bunyi sekunder. Dengan
demikian layout ruang harus dikelompokkan secara jelas area bising dan area
yang tenang.
3. Pengorganisasian Bahan Praktik (Material)
a. Penyimpanan Bahan Praktek
Hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan penyimpanan material
adalah adanya inventarisasi bahan dalam bentuk himpunan catatan data material.
Yoto (1999:55) menjelaskan bahwa inventarisasi disusun dengan tujuan untuk
menertibkan administrasi material, memperoleh data untuk menghitung kekayaan

15
sekolah, dan mempermudah pengendalian dan pengawasan. Selain itu,
inventarisasi juga bermanfaat untuk mengetahui jumlah material yang ada,
mengidentifikasi setiap jenis material, mendeteksi keadaan material dalam setiap
kurun waktu tertentu, dan merencanakan besarnya biaya operasional.

b. Pengeluaran Bahan Praktek


Menurut Yoto (1999:56-58) pengeluaran bahan dari gudang harus selalu
dicatat dalam buku catatan pengeluaran barang. Pencatatan ini harus lengkap
mengenai spesifikasi bahan yang keluar, jumlah, hari, tanggal, digunakan untuk
apa, siapa yang menggunakan, dan sebagainya. Pencatatan tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui berapa jumlah bahan yang keluar dalam satu semester atau
dalam satu tahun, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengadaan bahan dan penyusunan anggaran pada tahun-tahun berikutnya. Selain
itu dengan mencatat barang/alat/bahan yang keluar dapat dijadikan alat kontrol
pada periode tertentu apabila diadakan penegcekan pada barang/alat/bahan
tersebut. Dengan demikian antara barang yang sisa ditambah barang yang keluar
harus sama dengan barang yang mula-mula disediakan.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen persediaan bengkel merupakan suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan bengkel. Bengkel/laboratorium
harus direncanakan dengan tepat mulai dari perencanaan jadwal, perencanaan
kebutuhan peralatan/mesin, dan perencanaan kebutuhan bahan praktik.
Pengorganisasian bengkel/laboratorium terdiri dari pengorganisasian
peralatan/mesin-mesin, pengorganisasian ruangan,dan pengorganisasian bahan
praktik. Selain itu sarana dan prasarana bengkel/laboratorium juga harus diawasi
agar semua rencana dapat terealisasikan sebagaimana mestinya dan organisasi
bengkel berjalan dengan baik. Bengkel juga perlu dilakuan perawatan agar
peralatan/mesin-mesin tetap dalam kondisi baik untuk digunakan dan tetap
memenuhi standar keamanan.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Perlu adanya sistem yang terkomputerisasi serta aplikasi yang mendukung
sehingga dapat digunakan oleh bagian arsip untuk mengatasi
permasalahan/kelemahan yang ada seperti kesalahan dalam menghitung stok
barang dan meninput jumlah barang yang baru di stok.
2. Penghematan waktu dalam mencari umlah stok barang yang ada di gudang bila
suatu saat diperlukan, karena menambahkan pengarsipan dokumentasi dengan
soft copy sehingga lebih efisien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1988. Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan


IPA Umumi. Jakarta : Dirjen Dikti
Arikunto, S. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta : Rineka
Cipta
Arikunto, S.1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hasibuan, S.P. 1990. Manajemen Dasar: Pengertian dan Masalah. Jakarta: Haji
Mas Agung
Oetomo, S. & Tadjo, J. 1989. Manajemen Bengkel. Bandung: P3GT.
Robbins, S.P. 1987. Management Concept and Application. New Jersey: Printice
Hall
Terry, G.R. & Rull, L.W. 1982. Principles of Management. (4th ed). Illions: Dow
Jones-Irwin.
Terry, G.R. 1986. Asas-Asas Manajemen. Terjemah oleh Winardi. Bandung:
Alumni.
Yoto. 1999. Manajemen Begkel. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kristanto. Andri (2008) Perancangan Sistem Informasi, Andi,Yogyakarta
Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Bagian 1, PT
Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta: 2002.
Agus Ristono,2009, Manajemen Persediaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Agus Jogiyanto H.M. 2001. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi
Offset,Yogyakarta.
Jogiyanto, HM. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur.
Yogyakarta: Andi, 2005.
Indrajit, Richardus Eko; Djokopranoto, Richardus . Manajemen Persediaan, Barang
Umum dan Suku Cadang untuk Keperluan Pemeliharaa, Perbaikan dan
Operasi. Yogyakarta: Grasindo, 2003.

18

Anda mungkin juga menyukai