Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SUHU DAN HOLDING TIME BAJA YANG


TELAH DIKARBURASI ARANG PROSES PACK
CARBURIZING TERHADAP KETEBALAN, SIFAT MEKANIS
DAN MIKRO BAJA KARBON RENDAH BAJA AISI 1020

Oleh :
FABIAN SYAH MAULANA
NPM : 19.6.21-201.C.1205

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO
PURWOKERTO
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring dengan meningkatnya perkembangan hidup manusia maka zaman
manusia maka zaman pun ikut berkembang dengan pesat. Karena perkembangan
manusia yang bertambah maju pada bidang teknolgi juga ikut berkembang pesat
dengan harapan semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik jika
diperhatikan, segala kebutuhan manusia dan industri terbuat dari material baja.
Sehingga baja mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan
menunjang teknologi industri pada zaman sekarang.
Bidang industri saat ini sangat bergantung pada penggunaan baja, misalnya
penggunaan bakja pada komponen-komponen msesin dan kontruksi. Hal ini
membuktikan bahwa saat ini baja berperan penting dalam kemajuan teknologi dan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, timbul usaha-usaha manusia untuk
memperbaiki sifat-sifat dari logam atau baja tersebut. Dibutuhkan proses
perlakuan baja untuk mendapatkan perubahan sifat mekanis dan sifat fisik pada
baja agar dapat dimanfaatkan penggunaannya sesuai dengan kebutuhan. Adapun
sifat mekanis dari logam atau baja antara lain : kekasan, kekuatan, keuletan,
kelelahan, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sifat fisik dari logam atau baja
yaitu dimensi, konduktifitas listrik, struktur mikro, dan lain-lain. Dalam penelitian
ini penelitimembahas tentang “ PENGARUH SUHU DAN HOLDING TIME
BAJA YANG TELAH DIKARBURASI ARANG PROSES PACK
CARBURIZING TERHADAP KETEBALAN KEKERASAN, SIFAT
MEKANIS DAN MIKRO BAJA “.
Baja merupakan campuran antara besi (Fe) dan karbon (C) antara 0,1%
sampai 1,6% selain itu baja mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur (5), fosfor
(P), Silicon (Si), mangan (Mn) dan sebagainya tetapi hanya dalam persentase
yang kecil.. sifat baja dangat dipengaruhi oleh jumlah kandungan karbon, semakin
banyak kandungan karbon maka semakin keras namun getas .
Park Carburizing adalah salah satu metode yang digunakan untuk menambah
kandungan karbon didalam baja dengan menggunakan sumber karbon media
padat dan katalisator yang berfungsi untuk mempercepat proses prmbentukan gas
(kusmanto, 2010). ).
Kayu jati adalah salah satu yang memiliki berat jenis tinngi. Rata – rata berat
jenis kayu jati adalah 0,70 Kgs/m3 [7] Dari hasil pengarangan kayu jati, diketahui
bahwa kandungan karbon kayu jati 80,18%[8]. Lebih tinggi dari pada sekam padi
dan arang batok kelapa. Selain alasan memiliki kadar karbon yang tinggi, limbah
kayu jati juga mudah dicari ditempat pengusaha mebelair. Pada umumnya limbah
kayu jati tersebut hanya digunakan untuk bahan bakar dalam memasak.
Baja karbon adalah material logam yang saat ini banyak dimanfaatkan
diindustri. Baja karbon dimanfaatkan untuk membuat alat pertanian, alat perkakas,
kontruksi, alat rumah tangga dan komponen otomotif (Rizal ,2017). Contoh
komponen yang berasal dari baja karbon, yaitu bearing pada kendaraan bermotor.
Bearing memiliki fungsi sebagai penumpu proses putaran dan menjaga poros ban
(as roda) tidak langsung bergesekan dengan rumah (roda). Komponen ini juga
dibuat minim friksi, sehingga saat roda berputar terjaga kestabilannya. Serta
memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang baik (Wijianti & saparin, 2018).
Pemilihan proses carburizing dengan media padat dalam penelitian ini karena
metode pack carburizing dari segi biaya lebih murah serta mudah dilakukan
dibandingkan carburizing dengan media gas dan udara (Robbina, 2012). Manfaat
dari pack carburizing yaitu untuyk meningkatkan kekrasan pada permukaan baja
namun pada bagian dalam tetap ulet. (Dermawan, Mustaqim, dan Sidiq 2017)
Baja AISI 1020 termasuk dalam kategori baja karbon rendah dengan kandungan
karbon 0,20% sehingga mempunyai keuletan yang tinggi dan mudah dikerjakan
dengan mesin tetapi kekerasannya rendah dan tidak akan tahan aus sehi gga baja
AISI 1020 ideal untuk deilakukan proses pack carburizing untuk meningkatkan
nilai kekerasan pada permukaan, selain itu baja AISI 1020 juga mudah didapatkan
dipasaran dengan harga yang murah. Media carburizing harus memiliki jumlah
kandungan karbon tinggi, sumber karbon yang bisa digunakan dalam pack
carburizing yaitu arang bambu, arang tempurung kelapa. Pemilihan sumber
karbon pada penelitian pack carburizing ini yaitu arang temourung kelapa dengan
kandungan karbon 82,92% (Budi dkk 2012).
Pemlihan arang sebagai unsur karbon dapat menggunakan arang tulang
kambing, arang tempurung kelapa, arang kayu, arang cangkang melalui proses
pack carburizing karena arang tulang kambing memliki permukaan yang keras
dan pada ketersediaan bahan baku lebih mudah didapatkan namun, hasil
pembakarannya lebih lama sehingga belum memiliki daya serap yang optimal.
Sedangkan pada arang bambu lebih mudah terurai menjadi karbon aktif, sehingga
mempu berdifusi lebih cepat ke permukaan baja, yang berakibat pada nilai
kekerasan semakin tinggi. Pada penggunaan arang tanpa mencampurkan
activator/energizer/katalis berbahan kimia dapat terjadi karburasi, karena
temperatur tinggi mula-mula karbon teroksidasi oleh udara yang terperangkap
kedalam kotak menjadi CO2 dengan reaksi karbon. Banyaknya karbon aktif pada
arang yang digunakan melalui metode park carburizing, dapat mengakibatkan
nilai kekerasan pada permukaan baja semakin meningkat. Dengan demikian
pengaruh temperatur dalam proses pack carburizing dapat dilakukan tanpa harus
mencapurkan arang dengan katalis, dan penelitian menggunakan campuran arang
belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang pengaruh suhu dan holding time baja yang telah dikarburasi arang proses
pack carburizing terhadap ketebalan kekerasan, sifat mekanis dan mikro baja.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh suhu
700 C 750 C dan 800 C dan holding time 30 menit 60 menit dan 90 menit pada
proses pack carburizing terhadap ketebalan kekrasan, sifat mekanis, dan mikro
baja karbon rendah AISI 1020?”
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada topik tugas akhir ini agar penjelasannya tidak
men
0020yimpang dan terarah, diantaranya sebagai berikut:
1. Proses carburizing dilakukan dengan menggunakan mesin furnace
Laboratorium Teknik Mesin UGM.
2. Proses dilakukan dengan tiga variasi pengaruh suhu yang berbeda, yaitu 750
C, 800 C, dan 850 C
3. Proses dilakukan dengan tiga jenis variasi holding time atau lama penahanan
yang berbeda, yaitu 30 menit, 45 menit, dan 1 (satu) jam.
4. parameter yang digunakan adalah media carburizing menggunakan arang ,
katalis menggunakan barium karbonat (BaCO3), suhu pemanasan 800 C,
900°C, dan 950 C media quenching atau pendinginan menggunakan air dan
oli.
5. Pengujian yang dilakukan, yaitu pengujian kekerasan, pengujian keausan, dan
pengujian struktur mikro baja

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan maka ditentukan
tujuan penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan holding time penambahan karbon
pada baja karbon rendah melalui proses pack carburizing
2. Untuk mengetahui pengaruh media arang yang dapat memberikan hasil
yang tebaik.
3. menganalisa perubahan sifat mekanik dan mengetahui struktur mikro baja
karbon rendah yang telah karburasi

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya :


1. hasil penelitian dapat menambah pengetahuan terhadap metode proses
perlakuan panas, khususnya park carburizing
2. hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dan suhu holding
time yang optimal untuk arang proses pack carburizing terhadap kekebalan
kekerasan, sifat mekanis, dan mikro baja
3. hasil penelitian

1.6 Sistematika penulisan


Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penyusunan skripsi ini,
makan sistematika penulisan dibagi menjadi lima bab. Secara garis besar sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas uraian latar belakang, perumusan masalah,
batasan, masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan judul penelitian skripsi ini, teori yang berkaitan dengan suhu,
holding time, baja AISI 1020, pack carburizing, tinjauan uji
kekerasan dan struktur mikro pada baja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana cara pengambilan simpel
dari spesimen baja AISI 1020 untuk diagram alir, desain penelitian,
variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan,
langkah-langkah pengujian, metode pengujian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menampilkan data dan pembahasan atau analisa hasil
pengujian ketebalan, kekrasan (Rockwell), abrasi dan struktur mikro
BAB V PENUTUP
Bab ini menampilkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran agar
penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian pustaka


Kajian pustaka yang melandasi timbulnya gagasan untuk meniliti judul
ɪɪyang ditulis adalah karena adanya dorongan keingintahuan akan hubungan
proses hardenering khususnya pack carburizing dengan rekayasa material untuk
peningkatan kekuatan agar dapat bertahan lebih kuat, ulet dan tahan lama pada
kondisi-kondisi yang sering bermasalah. Serta juga ada ada banyak bahan
penelitian dan jurnal yang mengangkat proses park carburizing sebagai landasan
teori seperti berikut.
(Dermawan dkk 2017) telah melakukan penelitian terhadap gear aprocket
imitasi dengan pack carburizing menggunakan arang tempurung kelapa dengan
variasi temperatur 825°C 870°C dan 910°C dengan holding time selama 1 jam
kemudian dilakukan quenching cepat dengan media air tawar.
(negara 2016), meneliti tentang efektifitas penggunaan karbon dari arang
bambu, pelepah kelapa, tulang bebek dan tulang kambing sebagai sumber karbon
(C). Park carburizing dilakukan dengan komposisi 80% karbon dari 20% BaCO3
dengan memanaskan spesimen pada plat baja yang berisi carburazer sampai suhu
900%C. Di holding selaam 3jam dan didinginkan dengan air.
(Yud sutiono, 2012 ), meneiliti sifat fisis dan mekanis baja karbonisasi
arang kayu sengon merumuskan dengan proses karbonisasi, harga kekerasan yang
semula 227,0 VHN (raw material) meningkat menjadi 250,2 VHN (karbonisasi
2jam) dan 260,3 VHN (karbonisasi 4jam) diambil dari kesimpulan semakin lama
penahanan waktu pada proses pack carburzing maka akan semakin meingkat
kekerasannya.
Abdul aziz & sukma drastiawati , (2019) telah melaksanakan pengujian
pada material baja SS400 yang merupakan bahan dasar pembuatan cangkul
dengan metode pack carburizing. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variasi temperatur 850°C, 900°C, dan 950°C pada metode park
carburizing menggunakan media arang tongkol jagung terhadap kekeasan
permukaan dan struktur mikro baja SS400. Komposisi bahan campuran yang
digunakan adalah 115 gram dan ditambahkan 30 gram kalsium karbonat (CaCo3)
yang dimasukan pada wadah kemudian dipanaskan pada furnance dengan suhu
850°C, 900°C, holding time 90 menit dan quenching media air. Haul penelitian
ini menunjukan bahwa proses park carburizing dengan variasi temeperatur
pemanasan 950°C sebesar 808,1 HV. Hasil pengujian struktur mikro terbentuk
fasa martensit dan perlit pada permukaan material baja SS400.
(Prihanto Trioutomo. 2015), berhasil meningkatkan kekerasan pada pisau
berbahan baja karbon menengah hasil proses hardening dengan media pendingin
yang berbeda didapat kesimpulan bahwa media pendingin yang terbaik adalah oli
dengan nilai kekerasan 600 HV karena menghasilkan tingkat kekerasan yang
tinggi dan tingkat kegetasan yang rendah pada pisau pemotong.
(hafni dan Nurzal 2014), melakukan pengujian tungku park carburizing
untuk pengerasan permukaan baja karbon rendah dengan media karburasi
campuran arang tempurung kelapa dan BaCo3 didapat pada temperatur
pemanasan 980°C dan waktu tahan 4jam dengan dilanjutkan proses quenching.
Dari hasil metallography pada sisi luar terlihat struktur mikro martensite dengan
bagian tengah ferrite pearlite, artinya telah terjadi pengerasan dibagian
permukaan dan dapat dilakukan tungku yang dirancang telah memenuhi tujuan
desainnya .
Shaifudin, (2018) meneliti tentang tentang pengoptimalan difusi karbon
pada baja ST 42 dengan temperatur 9500°C dengan sumber karbon pada baja
tempurung kelapa mendapatkan nilai kekerasan sebesar 815,39 VHN

2.2 Kajian teori


2.2.1 Pengertian baja
Baja adalah paduan logam dengan besi sebagai unsur dasardan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar 0.2%
hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai
unsur pengeras. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah
mangan (manganese), krom (chronium), vanadium, dan nikel. Dengan
menvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, sebagai jenis kualitas
baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
menigkatnya kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),
namun di sisi lain membuatkan menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility). Didunia industri, baja mempunyai peranan penting. Baja
sebagai bahan baku plat, pipa, lembaran, profil, dan sebagainya. Pembentukam
baja dapat melalui proses pengecoran, penempaan,
Diagram fasa Fe-C sangat penting dibidang metalurgi karena sangat bermanfaat
didalam menjelaskan perubahan-perubahan fasa baja (paduan logam Fe-C). BAJA
ADALAH logam paduan Fe-C denga kadar C <2% sedangkan untuk paduan
dengan C>2% dinamakan besi tuang (cast iron) sifat-sifat baja sangat dipengaruhi
oleh kadar C. Struktur yang terdapat pada baja antara lain sebagai berikut:
1. Ferrite
Ferrite merupakan larutan padat interstisi dari atom-atom karbon pada besi alfa.
Kelarutan maksimum karbon dalam fase ferrite adalah 0,025% pada temperatur
723°C
2. Peralite
Pearlite merupakan gabungan ferrite dan cementite dalam suatu struktur cepat
menghasilkan pearkite halus, bersifat keras dan lebih tangguh.
3. merupakan larutan padat interstisi atom karbon dalam besi gama yang
mempunyai struktur sel face centered cubic FCC.
4. Martensite
Martensite adalah struktur logam baja yang diperoleh dari transformasi
austenie pada laju pendinginan cepat. Fasa mastensit tergantung pada pendinginan
semakin cepat laju pendinginan maka kemungkinan terbentuknya fasa martensite
juga semakin lebih besar.
5. cementite adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai
karbida besi dengan prosentase karbon 6,67% C yang bersifat keras sekitar 5-68 k
6. ledeburite
Ledeburite adalah suatu eutectic mixture dan austenite dan cementite,
mengandung 3,4% C, terbentuk pada 1130 C
7. Bainite
Bainite adalah merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari
austenite pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke
perlite dan lebih tinggi dari transformasi ke martenit.

2.2.2 Baja Karbon


Baja karbon merupakan salah satu jenis baja paduan yang terdiri atas unsur
besi (Fe) dan karbon (C). Dimana besi merupakan unsur dasar dan karbon sebagai
unsur paduan utamanya. Dalam prosesnpembuatan baja akan ditentukan pula
ditambahkan unsur kimia lain seperti sulfur (S), FOSFOR (P), silikon (Si),
mangan (Mn) dan unsur kimia lainnya sesuai dengan sifat baja yang diinginkan
baja karbon memiliki kandungan unsur karbon dalam besi sebesar 00,2% hingga
2,4%, dimana kandungan karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengeras dalam
struktur mikro baja. Dalam pengaplikasiannya baja karbon sering digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan alat-alat perkakas, komponen mesin,
struktur bangunan, dan lain sebagainya. Kandungan karbon yang terkandung
dalam baja mempengaruhi kekerasan dan kekuatan baja serta mempengaruhi
tinggi rendahnya suhu kritis (Sofiyyudin 2007). Berdasarkan kandungan karbon,
baja dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Baja Karbon Rendah ( Low Carbon Steel)
Baja karbon rendah merupaakan baja dengan kandungan unsur karbon
dalam struktur baja kurang dari 0,3% C. Baja karbon rendah memiliki
ketangguhan dan keuletan tinggi akan tetapi memiliki sifat kekerasan dan
ketahanan aus yang rendah. Pada umumnya baja jenis ini digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan komponen pipa gedung, jembatan, bodi mobil dan
lainnya.
2. baja karbon sedang (Medium Carbon Steel)
Baja karbon sedang merupakan baja karbon dengan persentase kandungna
karbon pada besi sebesar 0,3% - 0,9% C. Baja karbon ini memiliki kelebihan bila
dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon sedang memiliki sifat
mekanis yang lebih kuat dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi dari pada baja
karbon rendah. Besarnya kandungan karbon yang terdapat dalam besi
memungkinkan baja untuk dapat dikeraskan dengan memberikan perlakukan
panas ( heat treatmen ) yang sesuai. Baja karbon sedang biasanya digunakan untuk
pembuatan rel kereta, roda gigi, baut pegas, dan komponen mesin lainnya.
3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
Baja karbon tinggi adalah baja karbon yang memiliki kandungan karbon
sebesar 0,6% - 1,4% C. Baja karbon tinggi memiliki sifat tahan panas, kekerasan
serta kekuatan tarik yang sangat tinggi akan tetapi memiliki keuletan yang lebih
rendah sehingga baja karbon menjadi lebih getas. Baja karbon tinggi ini sulit
diberi perlakuan panas untuk meningkatkan sifat kekerasannya, hal ini
dikarenakan baja karbon tinggi memiliki jumlah martensit yang cukup tinggi
sehingga tidak akan memberikan hasil yang optimal pada saat dilakukan proses
penegrasan permukaan. Dalam pengaplikasiannya baja karbon tinggi banyak
digunakan dalam pembuatan alat-alat perkakas seperti palu, gergaji, pembuatan
kikir, pisau cukur, dan sebagainya
2.2.3 Baja AISI 1020
Pemilihan baja AISI 1020 karena baja ini telah umum digunakan pada
komponen permesinan, biaya murah dan mudah didapatkan di pasaran. Baja AISI
1020 secara luas mudah tersedia sebagai gear, billetnar, batang foging, lemabaran,
tabung, kawat las. Aplikasi yang umum dari baja ini adalah baut, sekrup, roda
giig, batang piston untuk mesin, roda pendataran, dan komponen landing gear
pesawat terbang. Baja AISI 1020 dengan kadar paduannya memungkinkan baja
ini untuk dikeraskan dengan perlakuan panas.
2.2.4 Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat
panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga
disebut temperatur, satuan suhu adalah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah
Celcius, Fahrenheit, dan Reamur (Kreith, 1991).
2.2.5 Heat Treatment
Baja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas (heat
treatment). Proses heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam,
terutama baja, melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan
pengaturan laju pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan
logam dimana logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi
solid. Dalam heat treatment kita memanaskan spesimen sampai dengan temperatur
austenisasinya. Temperatur austenisasi yang diberikan tergantung pada kadar
karbon baja yang diproses. Setelah temperatur austenisasinya tercapai, benda kerja
dibiarkan pada temperatur tersebut dalam jangka waktu tertentu agar temeperatur
homogeny diseluruh benda kerja. Proses ini disebut dengan homogenisasi. Setelah
itu , dengan mengatur laju pendinginan akan didapat kekerasan yang diinginkan.
Kekerasan yang diperoleh tergantung pada kadarkarbon baja yang diproses heat
treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja, melalui
pengubahan strujtur mikro dengan cara pemansan dan pengaturan laju
pendinginan. Heat treatment merupakan mekanisme penguatan logam dimana
logam yang akan kita ubah sifatnya sudah berada dalam kondisi solid. Dalam heat
treatment kita memanaskan specimen sampai dengan temperatur austenisasinya.
2.2.5 Carburizing
Carburizing adalah suatu proses penambahan unsur karbon pada permukaan
logam dengan cara mendifusi atau menyisipkan atom karbon melalui
permukaanbaja sehingga pada permukaan baja mengandung banyak karbon untuk
dapat dikeraskan secara langsung atau quenching. Proses karburasi biasanya
digunkan untuk meningkatkan kekerasan permukaan baja karbon rendah dalam
penelitian ini digunakan baja karbon rendah AISI 1020, dengan jalan
memanaskan baja diatas suhu A1 (>723 C) dalam suasana lingkungan karbon (gas
CO), sehingga terjadi reaksi : Fe+2CO Fe + CO2. Dimana Fe (c) merupakan
karbon yang terlarut dalam austenit dipermukaan, baja, dan meningkatkan kadar
karbon disebabkan oleh pemanasan yang mengakibatkan terjadinya difusi karbon
sampai kedalaman tertentu sesuai dengan keinginan, dan selanjutnya didinginkan
dengan cepat ke dalam air. Pada proses pendinginan pada baja sering atau biasa
dinamakan proses quenching (Pendinginan cepat). Unsur karbon dalam proses
karurasi bisa berasal dari karbon arang kayu , arang abu organik, arang tulang
kambing, grafit, batubara, dan lain-lain.
Berdasarkan media yang digunakan, karburasi dapat dibedakan menjadi 3 caea
yaitu : gas, cair, dan padat.

2.2.6 Park Carburizing


Park Carburizing adalah proses karburasi atau penambahan karbon pada
permukaan benda kerja dengan menggunakan karbon yang didapat dari bubuk
arang. Bahan karburasiini biasanya adalah arang kokas, arang tulang kambing,
arang kayu, arang bambu, arang kulit dan lain-lain. Pada proses pengkarbonan
padat, spesimen ditempatkan kedalam kotak yang berisi media karburasi,
kemudian dipanaskan pada suhu austenisasi sehingga media penambahan unsur
karbon saat pemanasan akan mengeluarkan gas CO2 dan CO. Gas CO ini bereaksi
dan terurai pada permukaan baja karbon rendah membentuk atom karbon yang
kemudian berdifusi ke permukaan baja, sehingga kadar karbon pada permukaan
baja akan meningkat. Proses pack carburizing dilakukan pada temperatur (850 C-
900 C). Selanjutnya benda kerja ditimbun dnegan bahan karburasi dan benda kerja
lain diletakan diatasnya demikian selanjutnya (Wahid suherman, 1988:150).
Kandungan karbon dari setiap jenis arang adalah berbeda-beda. Semakin
tinggi kandungan karbon dalam arang, maka penetrasi karbon ke permukaan baja
akan semkin baik pula. Bahan karbonat ditambahkan pada arang untuk
mempercepat proses karburasi. Bahan tersebut adalah barium karbonat (BaCO3)
dan berat arang (Y . Lakthin, 1975: 255). Arang adalah residu hitam berisi karbon
yang dihasilkan dengan menghikangkan kendungan air dan kandungan volatil dari
hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu,
gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan
menyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu
atau benda kimia lainnya.
2.2.7 Holding time
Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu
bahan pada proses hardening dengan cara menahan pada temperatur kekerasan
untuk memperoleh pemanasan yang homogen, sehingga struktur austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan difusi karbon dan
unsur paduannya.
2.2.8 Quenching
Quenching adalah pendinginan secara cepat setelah baja mengalami sebuah
perlakuan pemanasan. Pada perlakuan quenching terjadi percepatan pendinginan
dari temperatur akhir perlakuan dan mengalami perubahan dari austenit menjadi
ferrite dan martensite untuk menghasikan kekuatan dan kekerasan yang tinggi.
Pengerasan maksimum yang dapat dicapai baja yang di quenching hampir
sepenuhnya ditentukan oleh konsentrasi karbon dan kecepatan yang sama atau
lebih tinggi dengan kecepatan pendinginan kritis untuk paduan tersebut. Media
quenching yang biasa digunakan Air, air asin , oli, air-polymer, dan beberapa
kasus digunakan mert gas, air sebagai media quenching mempunyai beberapa
keuntungan mudah didapat, murah dan tidak berbahay. Tujuan proses dari proses
quenching secara umum pada baja (baja karbon, low alloy steel, dan tool steel)
adalah untuk proses hardening, yaitu menghasilkan struktur mikro matensit pada
baja tersebut. Proses hardening yang baik adalah bila mendapatkan harga
kekerasan, kekuatan, dan toughness yang besar tetapi dengan residual stress,
distrosi, dan cracking yang minimal. Pada stainless steel dan high alloy steel
tujuan proses quenching adalah untuk meminimalisasi keberadaan batas butir
karbida untuk meningkatkan distribusi ferit ( ASM internasional, 2005).

2.2.9 Pengujian keausan abrasif Keausan


merupakan hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan
dari permukaannya ke bagian yang lain atau bergeraknya bahan pada suatu
permukaan. Keausan yang terjadi pada suatu material disebabkan oleh adanya
beberapa mekanisme yang berbeda dan terbentuk oleh beberapa parameter yang
bervariasi meliputi, bahan, lingkungan, kondisi operasi, dan geometri permukaan
yang terjadi keausan. Mekanisme keausan menurut Koji Kato, dikelompokan
menjadi tiga macam, yaitu keausan yang disebabkan perilaku mekanis
(mechanical), keausan yang disebabkan perilaku kimia (chemical), dan keausan
yang disebabkan perilaku panas (thermal wear)]. Keausan yang disebabkan
perilaku mekanis digolongkan lagi menjadi abrasive, adhesive, flow dan fatigue
wear. Pengujian keausan pada penelitian ini, tipe keausan yang terjadi adalah
abrasive wear. Keausan abrasive terjadi jika partikel keras atau permukaan keras
yang kasar menggerus dan memotong permukaan sehingga mengakibatkan
hilangnya material yang ada di permukaan tersebut (earth moving equipment).
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik,
yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah
satunya adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek
dari disk yang berputar (revolving disc). Pembebanan gesek ini akan
menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya
akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak
permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat
keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka semakin
tinggi volume material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi skematis dari kontak
permukaan antara revolving disc dan benda
2.3 Pengujian kekerasan
Pengujian kekerasan adalah kemampuan suatu bahan dalam perubahan yang
tetap. Dengan melakukan tejanan pada benda yang diuji maka dapat dianalisis
seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban yang
diberikan luas bidang yang menerima pembebanan tersebut. Kekerasan ialah salah
satu bentuk sifat mekanik dari suatu pengujian material, dan didefinisikan sebagai
ketahanan sebuah material (benda kerja) terhadp penetrasi atau daya tembus dari
bahan lain yang akan lebih keras (penetrator) kekerasan merupakan suatu sifat
dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh unsur – unsur paduan dan
kekerasan dari suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold
worked seperti pengerokan, penarikan, pemakanan serta kekerasan dapat icapai
sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas. Kekerasan suatu bahan (baja) dapat
diketahui dengan pengujian kekerasan memakai mesin uji kekerasan (handness
testers).

2.3.1 uji kekerasan Rockwell


Pengujian kekerasan kekerasan Rockwell merupakan salah satu pengujian
kekerasan yang mulai banyak digunakan hal ini dikarenakan pengujian kekerasan
Rockwell yang : sederhana, cepat, tidak memerlukan mikroskop untuk mengukur
jejak, dan relatif tidak merusak. Pegujian kekerasan Rockwell dilaksanakan
dengan cara menekan permukaan spesimen (benda uji) dengan suatu identor.
Penekanan indentor kdalam benda uji dilakukan dengan beban pendahuluan
(beban minor), kemudian ditambah dengan beban utama (beban mayor), lalu
beban utama dilepaskan sedangkan beban minor masih dipertahankan.
Rockwell Hardnes Test adalah pengukuran kekerasan berdasarkan kenaikan
bersih kedalaman kesan sebagai beban diterapkan. Kekerasan tidak memiliki
nomor unit dan biasanya diberikan dalam skala R, L, M, E dan K. Semakin tinggi
jumlah disetiap skala berarti bahan lebih keras. Hardness atau kekerasan telah
banyak didefinisikan sebagai resistensi terhadap penetrasi lokal, menggaruk,
permesinan, aus atau abrasi, dan menghasilkan. Banyaknya definisi, dan
keragaman yang sesuai instrumen mengukur kekerasan, bersama dengan
kurangnya definisi yang mendasar, menunjukan kekerasan yang mungkin tidak
sifat dasar material, melainkan satu komposit termasuk kekuatan luluh, bekerja
pengerasan, kekuatan tarik benar, modulus elastisitas, dan lainnya.
Dalam metode Rockwell dari pengujian kekerasan, kedalaman penetrasi
sebuah indentor bawah kondisi uji tertentu sewenang – wenang ditentukan.
Indentor ini dapat berupa bola baja dari beberapa diameter atau kerucut berlian
berujung bulan 120 sudut dan jari – jari 0,2mm ujung, disebut brale. Jenis
indentor dan beban uji menentukan skala kekerasan (A, B, C, dll). Sebuah beban
kecil 10 kg pertama diterapkan, yang menyebabkan penetrasi awal dan memegang
indentor di place. Kemudian, dial diatur ke nol dan beban utama diterapkan.
Setelah penghapusan beban utama, pembacaan kedalaman diambil sedangkan
beban kecil masih menyala. Jumlah kekerasan kemudian dapat dibaca langsung
dari skala. Kekerasan subtrat keramik dapat ditentukan dengan uji kekerasan
Rockwell dengan instrumen Rockwell Hardness Test, menurut spesifikasi ASTM
E-18. Tes ini mengukur perbedaan mendalam disebabkan oleh dua kekuatan yang
berbeda. Menggunakan tabel konversi kekerasan standar, nilai kekerasan
Rockwell ditentukan untuk beban yang diterapkan, diameter indentor, dan
kedalaman indensasi.

2.3.2 Uji struktur mikro


Struktur mikro merupakan butiran-butiran suatu benda logam yang sangat
kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga perlu menggunakan
mikroskopik optik untuk pemeriksaan butiran-butiran logam tersebut. Struktur
material menggunakan berkaitan dengan komposisi, sifat, sejarah dan kinerja
pengolahan, sehingga dengan mempelajari struktur mikro memberikan informasi
yang menghubungkan komposisi dengan pengolahan sifat serta kinerjanya.
Analisis struktur mikro digunakan untuk menentukan apakah parameter struktur
berada dalam spesifikasi tertentu dan didalam penelitian digunakan untuk
menentukan perubahan-perubahan struktur mikro yang terjadi akibat komposisi
atau perilaku panas. Analisa mikro suatu analisa mengenai struktur logam melalui
pembesaran dengan menggunakan mikroskop khusus metalografi. Dengan analisa
mikro struktur, kita dapat mengamati bentuk dan ukuran kristal logam, kerusakan
logam akibat proses deformasi, proses perlakuan panas dan komposisi. Sifat-sifat
logam terutama sifat mekanis dan sifat fisis sangat dipengaruhi oleh mikro
struktur logam dan paduannya, disamping komposisi kimia. Struktur mikro dari
logam dapat diubah dengan jalan perlakuan panas atau pun dengan proses
perubahan bentuk deformasi dari logam yang akan diuji (Morgan, 1999)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram alir penelitian


3.2 Desain penelitian
Dalam suatu penelitian, diperlukan suatu langkah-langkah yang benar sesuai
dengan tujuan penelitian, agar dapat dipertanggungjawabkan. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, yaitu
penelitian dimana peneliti sengaja membangkitkan sesuatu kejadian atau keadaan,
kemudian diteliti bagaimana perbedaan dan akibatnya.

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu sistematik dalam waktu yanag
lama dengan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk menerapkan
metode ilmiah dalam praktek penelitian maka diperlukan suatu desain penelitian
yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam dangkalnya penelitian yang
akan dikerjakan

3.3 Variable penelitian


3.3.1 Variable Bebas
1. Pack carburizing baja dengan menggunakan media arang tulang kambing,
arang bambu, arang kayu jati
3.3.2 Variable terikat
3.3.3 Variable kontrol
3.3.4 Tempat dan waktu penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah dilaboratorium Teknik Mesin
Universitas Gadjah mada (UGM)

3.5 Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. furnance (dapur pemanas)
2. Kotak sementasi
3. Gerinda untuk memotong spesimen
4. alat uji ketebalan dengan jangka sorong
5. alat uji kekerasan Rockwell
6. Alat uji struktur mikro
7. Stopwatch
8. Tang penjepit
9. Palu plastik
10. termometer
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ini adalah sebagai berikut:
1. arang tulang kambing, arang kayu jati, arang bambu dan arang cangkang
2. baja karbon rendah AISI 1020
3. Air dan oli sebagai pendingin cepat atau quenching
3.6 Teknik analisa data
3.6.1 Pengumupulan populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai jumlah atau kesatuan
atau orang maupun benda yang memiliki beberapa sifat yang sama dan
kedepannya kesimpulan penelitian akan diberikan. Populasi adalah jumlah dair
keseluruhan objek yang berkarakteristik hendak diduga (sutrisno hadi, 1989 :
220), sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah pengaruh jenis arang pada
proses pack carburizing.

3.6.2 Pengumpulan sampel penelitian


Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili populasi ( jumlajnya sedikit dari populasi ).
Karena kesimpulan dari sampel akhir dikenakan pada populasinya maka harus ada
syarat-syarat tertentu di dalam pemilihan sampel. Syarat utamanya adalah sampel
harus bercermin dari populasi, sampel harus merupakan populasi dalam bentuk
kecil (miniatur population). Dalam penelitian teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan adalah purposive samping. Yaitu penentuan sampel untuk tujuan
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai