Anda di halaman 1dari 17

`

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

PENGARUH MEDIA PENDINGINAN TERHADAP STRUKTUR


MIKRO DAN KEKERASAN PADA BESI COR

disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun :

WAHYU DARMADI

NIM : D200080078

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
PENGARUH MEDIA PENDINGINAN TERHADAP STRUKTUR
MIKRO DAN KEKERASAN PADA BESI COR

Wahyu Darmadi, Ngafwan, Joko Sedyono


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartosuro
email : wahyu130dmk@gmail.com

ABSTRAKSI

Besi cor merupakan paduan besi yang mengandung karbon 2-4 % ,


silicon 1,10%, mangan 1-15%, fosfor 0,05-15%, dan belerang. Pada temperatur
910 oC strukturnya adalah Austentite, ledeburite, Cementite. Pada temperatur
710 oC struktur Austenit secara pendinginan normal mengalami perubahan
struktur menjdi pearlite. Untuk merubah jumlah pearlite yang terbentuk pada saat
pendinginan besi cor maka pendinginan dilakukan dengan metode pendinginan
menggunakan media. Metode pendinginan yang digunakan adalah pendinginan
menggunakan udara, oli dan paslin. Proses perlakuan pendinginan besi cor
dilakukan dengan cara besi dituang dalam cetakan kemudian didiamkan sampai
ketitik jenuh ( merah layu ) lalu dibongkar dan di masukkan dalam oli, paslin dan
didiamkan pada udara bebas ( suhu ruangan 20-25 0c ).
Uji yang dilakukan adalah pengujian kekerasan, struktur mikro dan untuk
mengetahui unsur yang ada dalam besi cor tersebut menggunakan CE meter.
Penurunan temperatur hasil dari CE meter untuk mengetahui awal mula suhu
coran pada waktu dituangkan yaitu 1267,5 0C dengan penuangan di cup pada
alat tersebut selanjutnya dapat dilihat pada diagram, temperatur coran masih
berbentuk liquid mencapai suhu 1216,3 0C dan akan mulai memadat pada
temperatur 1129,9 0C sampai coran benar – benar berubah suhu saat proses
quenching pada suhu kamar 20- 25°C. Komposisi yang dapat dihitung dari alat
CE meter adalah carbon dan silicon saja dengan hasil bahwa kandungan carbon
3,39% dan silicon 1,10% sedangkan unsur – unsur yang lain tidak dapat diukur
dari alat tersebut.
Dari hasil penelitian dan analisa data dari uji kekerasan diperoleh nilai rata –
rata kekerasan Brinnell pada pendinginan udara 418,56 HB, Oli 477,20 HB,
paslin 432,64. Hasil uji struktur mikro dapat diketahui dengan melihat hasil foto
metalografi pada pendinginan terbentuk ledeburit dan cementite. Pada
pendinginan udara ledeburite ke cementitnya prosentasenya lebih kecil, di
pendinginan menggunakan paslin akan terbentuk cementite yang lebih banyak
dibandingkan pada udara dan untuk oli cementite lebih banyak dibandingkan
dengan udara maupun paslin serta kandungan ledeburit semakin sedikit
dikarenakan pada waktu pendinginan cepat ledeburite yang ada sebagian besar
akan berubah menjadi cementite untuk perlite pada pendinginan oli bergerombol
besar tidak teratur sedangkan di pendinginan paslin perlite merata sedangkan di
pendinginan udara perlite akan membentuk susunan yang rapi.

Kata kunci : Besi Cor, Pendinginan, Kekerasan, Foto Mikro


Latar belakang karena grafit yang menyerupai
Ilmu bahan logam digolongkan maka sangat rapuh dan getas. Besi
dalam kelompok logam Ferro yaitu cor merupakan bahan peredam
logam yang mengandung unsur getaran yang baik atau kapasitas
besi dan non Ferro merupakan redamanya tinggi dan memiliki
logam bukan besi. Proses struktur mikro perlitik, feritik,
pengolahan logam harus martensit dan baintik setelah
memperhatikan jenis logam dan mengalami perlakuan panas yang
sifatnya terutama pada proses sesuai sehingga dalam penelitian ini
pembentukan. perlu analisa perlakuan panas
Pengecoran dapat diartikan dalam hal pendinginan cepat besi
sebagai suatu proses manufaktur cor dengan media grease, udara,
dengan menggunakan material cair oli. dapat ditentukan temperatur
dan cetakan untuk menghasilkan percepatan agar dapat terbentuk
bagian-bagian dengan bentuk yang struktur mikro yang diharapkan.
mendekati bentuk geometri akhir Kemudian pada penelitian
produk. Pengecoran dapat sebelumnya telah dilakukan yaitu
dilakukan menggunakan material metode pendinginan dengan
yang berupa cair, contoh adalah menggunakan air karena murah
material logam cair, termoplastik serta sistemnya sederhana.
dan material lain yang dapat Kekurangannya ia mudah
menjadi cair atau pasta ketika membentuk selimut uap yang
dalam kondisi basah seperti tanah menutupi permukaan komponen,
liat yang akan menjadi keras saat sehingga menghasilkan
dalam kondisi kering. pendinginan tidak seragam
Besi cor merupakan paduan dipenampang permukaan yang
besi yang mengandung karbon, luas. Pemanfaatannya terbatas
silisium, mangan, fosfor, dan pada industri perlakuan panas.
belerang. Unsur karbon dalam besi Eliminasinya di tambahkan Na/Ca
cor berupa sementit, karbon bebas Chloride, membutuhkan closed
atau grafit. Besi cor memliki system. ( Ricky septian 2012 )
keuletan yang relatif rendah Pada penelitian, peneliti
sehingga tidak dapat ditempa, diroll melakukan penelitian dengan
atau didrawing, dari diagram Fe C material besi cor dengan
percepatan pendinginan pendinginan dan cetakan
menghasilkan perubahan fisis menggunakan grease, oli, dan
Penggunaan besi cor cukup udara.
luas karena besi cor ini memiliki
sifat khusus seperti mudah dituang Rumusan Masalah
pada saat kondisi cair sehingga Pada penelitian ini dirumuskan
banyak digunakan di industri yaitu untuk memprediksi
pengecoran logam, kandungan fenomena perubahan struktur
karbon di besi kelabu antara 2,5 % - mikro akibat percepatan
3,5 % dan sebagian besar besi cor pendinginan pada pengecoran.
kelabu memiliki grafit dalam bentuk Pengujian yang dilakukan adalah:
serpih yang biasanya dikelilingi oleh
ferit atau perlit. Besi kelabu memiliki 1. Sifat Fisis ( Struktur Mikro )
nilai keuletan yang sangat rendah 2. Sifat Mekanis ( Kekerasan )
sehingga apabila mengalami gaya 3. komposisi kimia
tarik akan terbentuk bidang patahan
4. Proses perambatan pendidikan dan industri antara
pendinginana dengan CE lain:
meter 1. Peneliti mendapat ilmu dan
pengetahuan baru dari
. Batasan Masalah penelitian tentang besi cor.
2. Untuk mengetahui sifat
Batasan masalah dalam mekanis besi cor kelabu
pengujian pengaruh percepatan pada umumnya sehingga
pendinginan pada besi cor dapat membantu industri
terhadap sifat fisis dan sifat pengecoran logam
kekerasan yaitu : 3. Mampu mengembangkan
1. Material yang dipakai Besi cor pengecoran logam.
kelabu menggunakan tungku
Mengetahui laju pendinginan besi cor
tukik kupola di ceper Klaten
hasil coran dengan pendinginan
dari CV. Reka Cipta Tehnindo
dengan media dan waktu tertentu.
Perkasa
2. Data yang diambil adalah
Dasar Teori
tentang sifat fisis dan sifat
Besi cor merupakan paduan
mekanik.
antara unsur besi yang mengandung
3. Dituang dicetakan baja
carbon (C), silica (Si), mangan (Mg),
dengan asumsi waktu sampai
phosphor (P), dan sulfur (S). Pada
dikeluarkan
besi cor karbon biasanya antara 2%
4. Pendinginan dilakukan dengan
sampai 6,67%, sedang pada baja
3 media yaitu
kandungan karbon hanya mencapai
a. Paslin merek Rotary 2%. Semakin tinggi kadar karbon yang
b. Oli Bekas merek Ultratech ada pada besi cor akan
c. Udara mengakibatkan besi cor rapuh/getas.
Selain dari itu karbon besi cor juga
mengandung silicon (Si) (1-3%),
Tujuan Penelitian mangan (0,25-15%), dan phosphor (P)
(0,05-15%), selain itu juga terdapat
Penelitian ini bertujuan unsur-unsur lain yang ditambahkan
untuk menganalisa besi cor untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
dengan pendinginan cepat Selain unsur-unsur yang
menggunakan media tertentu ditambahkan dalam besi cor, juga
terhadap terdapat faktor-faktor penting lainnya
1. Sifat fisis meliputi struktur yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
mikro. besi cor tersebut antara lain proses
2. Sifat mekanis meliputi pembekuan, laju pendinginan dan
pengujian kekerasan. perlakuan panas yang dilakukan. Besi
3. Komposisi Kimia CE meter cor mempunyai keuntungan yaitu
4. Laju perambatan pendinginan mampu tuang (castability) yang baik,
kemudahan proses produksi dan
Manfaat Penelitian rendahnya temperatur ruang, selain itu
besi cor juga mempunyai sifat yang
Penelitian ini diharapkan sulit dilakukan drawing atau diubah
memberi manfaat baik bagi bentuknya pada temperatur kamar,
penulis, masyarakat luas, dunia akan tetapi besi cor memiliki titik lebur
yang relative rendah yakni 1150OC –
1300OC dan dapat dituang kedalam struktur mikro pembentukannya Ferit,
bentuk-bentuk yang sulit. Hal ini perlit, karbon temper atau gabungan
merupakan keuntungan dari besi cor dari semuanya. Karena mechanical
karena untuk mendapatkan bentuk propertys dari besi cor malleable ini
benda yang diinginkan hanya didominasi dari struktur mikronya
diperlukan sedikit proses pemanasan. maka kemampuannya relatif
Dan besi cor mempunyai kekerasan, tergantung dari kekerasan matriks
ketahanan aus dan ketahanan penyusunnya tersebut. Untuk besi cor
terhadap korosi yang cukup baik. malleable dengan matrik ferit
mempunyai keuletan yang maksimum
Klasifikasi Besi Cor tetapi kekuatan tariknya rendah
Besi cor putih mempunyai dibandingkan dengan besi cor
bidang patahan yang putih, karbon malleable dengan matrik perlit yang
disini terikat sebagai karbida yang memilikinilai kekerasan dan kekuatan
bersifat keras, sehingga besi cor putih tarik tinggi tetapi keuletan lebih rendah
yang mengandung karbida sulit dari besi cor fertik. Proses perlakuan
dilakukan permesinan. Besi cor putih panas besi cor malleable mengubah
dibuat dengan menuang besi cor karbida-karbida perlit dari besi cor
kedalam cetakan logam atau cetakan putih menjadi ferit dan karbon temper.
pasir dengan pengaturan komposisi. Fe3C Fe3 + C
Untuk mengolahnya dapat (Grafit)
menggunakan dapur kopula atau tanur Secara kimia heat treatment
udara. Prosesnya dikenal dengan menyebabkan suatu perubahan dari
nama duplek. Dengan cara ini logam karbon campuran menjadi grafit dan
dapat dikendalikan dengan baik. karbon temper. Kandungan karbon
campuran umumnya kurang dari
0,15% dari berat total setelah heat
treatment.

Gambar 1. besi cor putih ( Widodo R,


2010 )
Besi malleable dapat Gambar 2. besi cor malleable (
didefinisikan secara mikrostruktur Widodo R, 2010 )
sebagai paduan besi (ferrus alloy) Besi cor dengan kadar silikon
yang dikomposisikan dengan karbon tinggi (2% Si) dengan membentuk
temper dalam satu matriks ferit yang grafit dengan mudah sehingga Fe3C
mengandung silicon cair. Strukturnya tidak terbentuk. Serpih grafit terbentuk
merupakan hasil heat treatment dalam logam sewaktu membeku.
terhadap coran besi cor putih. Sifat- Terlihat dalam gambar ini serpih grafit
sifat besi cor malleable biasanya pada penampang logam yang telah
dihubungkan dengan metalografinya. dipolish. Besi cor kelabu sangat
Penggolongan besi cor malleable rendah angka keuletannya sehingga
berdasarkan pada tingkatan sifat-sifat apabila kita tarik maka akan terbentuk
mekanis utamanya terletak pada bidang perpatahan karena grafit yang
menyerupai maka sangat rapuh. Besi hardenability, sehingga menawarkan
cor kelabu merupakan peredam banyak keuntungan ( Widodo R, 2010
getaran yang baik atau kapasitas ).
redamnya tinggi. Besi cor dapat
mempunyai struktur mikro perlitik,
feritik, martensit dan baintik setelah
laku panas yang sesuai.

Gambar 4. struktur besi cor nodular (


Widodo R, 2010 )
perlakuan panas pada besi cor.
Klasifikasi besi cor adalah paduan
Gambar 3. struktur besi cor kelabu ( antara besi dan carbon yang
Widodo R, 2010 ) mengandung lebih dari 2% carbon.
Hasil dari percobaan besi cor yang umum mengandung 2.5
laboratorium menunjukkan bahwa – 4% carbon. Unsur tambah pada
struktur mikro dari besi cor yang besi dan carbon pada besi cor yang
mudah membentuk grafit dapat komersial seperti halnya pada baja
berubah apabila ditambah sedikit yang umumnya mengandung sedikit
magnesium atau serium pada logam Si, Mn, P dan S. Untuk besi cor
cair. Bentuk grafit yang bulat, speroid paduan mengandung Cr, Ni dan Al.
(nodul) merubah keuletan besi cor Keberadaan carbon pada besi cor
kelabu. Besi cor kelabu biasa hampir ada dua macam :
tidak memiliki keuletan, akan tetapi a. carbon bebas tak terikat
besi cor nodular memiliki dengan besi disebut grafit (C )
perpanjangan 10-20%. Meskipun b. carbon terikat dengan besi
mengenai perubahan struktur mikro ini disebut cementite ( Fe3 C ).
sangat rumit, pengaruh praktisnya Untuk besi cor yang banyak
sangat besar. Besi cor yang telah mengandung grafit disebut besi cor
diolah demikian dapat digunakan kelabu ( grey cast iron ) karena
sebagai proses engkol dan tidak warna penampang patahan adalah
bersifat rapuh. Besi cor nodular seperti kelabu. Besi cor ini bersifat brittle
besi tuang kelabu dapat mengalami (rapuh) tidak tahan beban kejut,
laku panas menjadi perlit, ferit ataupun ketahanan beban tinggi. Untuk besi
martensit temper, sehingga dapat cor yang banyak mengandung
membentuk besi cor yang kuat. cementite disebut besi cor putih
Besi cor bergrafit bulat (nodular) karena warna patahannya putih. Besi
memiliki keunggulan dibanding besi cor ini sangat keras, sifat mampu
cor yang lain. Besi cor kelabu (gray mesinnya rendah
iron) bersifat keras namun getas, besi Proses Heat Treatment secara umum
cor mampu tempa memiliki keuletan a. Pemanasan sampai suhu dan
tertentu, tahan terhadap gesekan dan kecepatan tertentu
mampu tempa yang baik. Sedangkan b. Mempertahankan suhu untuk
besi cor nodular memiliki keuletan waktu tertentu sehingga
yang tinggi, machinability yang baik suhunya merata.
dan juga kekuatan yang baik,
ketangguhan, workbality dan
c. Pendinginan dengan media Jalan lain membentuk ( +
pendingin (air,minyak atau karbida ) menyangkut pembentukan
udara) fasa transisi martensit,M. Fasa
Syarat-syarat heat treatment: polimorfi besi (perubahan fasa tanpa
1. Suhu pemanasan harus mengalami perubahan komposisi ) ini
naik secara teratur dan merata. tidak stabil karena bila ada
2. Alat ukur suhu hendaknya kesempatan martensit akan berubah
seteliti mungkin. menjadi ( + karbida). Oleh karena itu
Baja menjalani perlakuan pada diagram Fe-Fe3C tidak terdapat
panas bertujuan untuk memperbaiki martensit. Meskipun begitu martensit
struktur dan untuk mendapatkan sifat- adalah suatu fasa yang sangat
sifat mekanik yang lebih besar. penting.
Sehingga perlakuan panas dapat pula Martensit terjadi pada suhu
diartikan suatu proses perubahan dibawah suhu eutectoid karena
struktur dari suatu logam dengan cara struktur (kps) tidak stabil sehingga
pemanasan logam tersebut sampai berubah menjadi strutur kpr secara
suhu yang ditentukan, holding pada serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi
suhu tersebut selama periode waktu difusi akan tetapi suatu pergeseran.
tertentu dan dilanjutkan pendinginan Semua atom bergeser serentak tanpa
dengan kecepatan pendinginan ada atom yang bergerak melebihi
tertentu. fraksi monometer. Karena
Berbagai macam variasi cairan berlangsung tanpa difusi, perubahan
media digunakan dalam quenching ini sangat cepat.
pada baja. Harus mempertimbangkan secara mendadak dengan
proses pendinginan dari pencelupan mencelupkan kedalam air, oli atau
didalam suatu cairan pendingin suatu media pendingin lainnya. Dengan
benda kerja yang dapat dipanaskan pendinginan mendadak tak ada
sampai suhu tinggi. waktu yang cukup bagi austenit untuk
Ketika benda kerja dicelupkan berubah menjadi perlit dan ferit atau
didalam cairan pendingin, lapisan perlit dan sementit. Pendinginan yang
cairan secara cepat mengelilingi cepat menyebabkan austenit berubah
benda kerja dan memanas samapai menjadi martensit Hasilnya :
suhu penguapan. Benda kerja akan Kekerasan yang tinggi, kekenyalan
diselubungi didalam lapisan uap yang rendah.
akan melindungi cairan pendingin
pada permukaan benda kerja. Lapisan
permukaan dari benda kerja akan
didinginkan sangat cepat sebelum
pembentukan pelindung uap.

Pembentukan Martensit Selama


pendinginan, terjadi reaksi eutectoid
Fe-C yang menyangkut pembentukan
ferit  dan karbida C, sebagai
dekomposisi austenit  berkomposisi
eutectoid, ( ~ 0.8%C )  + C. Bila
austenit didinginkan dengan sangat
cepat ( quenching ) maka Gambar 5. Diagram TTT atau Fe-c
pembentukan  + C dilewati. (Prentice-Hall, 1988)
Pelaksanaan heat treatment biasanya di buat dari bahan logam,
terhadap baja melibatkan penggunaan sehingga dapat digunakan berulang-
bermacam-macam kecepatan ulang. Dengan demikian laju proses
pendinginan. Meskipun pengaruh pengecoran lebih cepat dibanding
waktu tidak terlihat secara jelas dengan menggunakan cetakan sekali
didalam diagram Fe – C. Dengan pakai, tetapi logam coran yang
demikian studi tentang fenomena digunakan harus mempunyai titik lebur
transformasi menjadi penting pada yang lebih rendah dari pada titik lebur
fase transformasi untuk bermacam- logam cetakan.
macam baja dicatat dengan Cetakan Pasir : cetakan pasir
hubungannya terhadap perubahan merupakan cetakan yang paling
waktu dan suhu. Hal ini disajikan banyak digunakan, karena memiliki
dengan diagram transformasi keunggulan : Dapat mencetak logam
isothermal untuk suatu baja. Diagram dengan titik lebur yang tinggi, seperti
ini disebut curve TTT ( Time – baja, nikel dan titanium, dapat
Temperature – Transformasi ) atau mencetak benda cor dari ukuran kecil
kadang-kadang juga disebut curva S sampai dengan ukuran besar, jumlah
sesuai dengan bentuk garisnya. produksi dari satu sampai jutaan.
Tipe diagram ini menunjukkan Tahapan pengecoran logam
pembentukan struktur jika suatu baja dengan cetakan pasir, tahapan
didinginkan dari suhu austenit ke pengecoran logam dengan
suhu yang diinginkan dan untuk selang menggunakan cetakan pasir sebagai
waktu tertentu (dibaca pada absis). berikut :
Curva-curva juga menunjukkan suhu 1. Pembuatan pola, sesuai
relatif, waktu yang dibutuhkan untuk dengan bentuk coran yang
awal dan akhir transformasi dari akan dibuat
austenit. Diagram ini juga 2. Persiapan pasir cetak.
menunjukkan temperature dimana 3. Pembuatan cetakan.
martensit terbentuk ( Septian R. 2012 ) 4. Pembuatan inti (bila
Menurut jenis cetakan yang diperlukan)
digunakan proses pengecoran dapat 5. Peleburan logam
diklasifikan 6. Penuangan logam cair
menjadi dua katagori : kedalam cetakan
1. Pengecoran dengan cetakan 7. Pendinginan dan pembekuan
sekali pakai. 8. Pembongkaran cetakan pasir
2. Pengecoran dengan cetakan 9. Pembersihan dan
permanen. pemeriksaan hasil coran
Pada proses pengecoran 10. Produk cor selesai.
dengan cetakan sekali pakai, untuk Catatan : Kadang-kadang diperlukan
mengeluarkan produk corannya perlakuan panas terhadap produk
cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu coran. untuk memperbaiki sifat-sifat
dibutuhkan cetakan yang baru untuk metalurginya. Tahapan pembuatan
setiap pengecoran baru, sehingga laju cetakan pasir :
proses pengecoran akan memakan 1. Pemadatan pasir cetak di
waktu yang relatif lama. Tetapi untuk atas pola
beberapa bentuk geometri benda cor 2. Pelepasan pola dari pasir
tersebut, cetakan pasir dapat cetak _ rongga cetak
menghasilkan coran dengan laju 400 3. Pembuatan saluran masuk
suku cadang perjam atau lebih. Pada dan riser
proses cetakan permanen, cetakan 4. Pelapisan rongga cetak
5. Bila coran memiliki terhadap indentor berupa bola baja
permukaan dalam (misal : ataupun kerucut intan yang ditekankan
lubang), maka dipasang inti pada permukaan material uji tersebut.
6. Penyatuan cetakan
7. Siap untuk digunakan Dibawah ini merupakan rumus yang
digunakan untuk mencari besarnya
kekerasan dengan metode Rockwell.

HR = E - e
Dimana :
F = Total beban (kgf)
e = Jarak antara kondisi 1 dan
Gambar 6. Pembuatan cetakan
kondisi 3 yang dibagi dengan
pasir
0.002 mm
( Fundamentals of Modern
E = Jarak antara indentor saat
Maufacturing-Mikell P. Groover
diberi minor load dan zero
2010 )
reference line yang untuk tiap
.
jenis indentor berbeda-beda
Kekerasan(Hardness) adalah
yang bias dilihat pada tabel 2.1
salah satu sifat mekanik (Mechanical
HR = Besarnya nilai kekerasan
properties) dari suatu material.
dengan metode hardness
Kekerasan suatu material harus
( Fauzan. 2010 )
diketahui khususnya untuk material
yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional
Uji Tarik merupakan salah satu
force) dan deformasi plastis.
pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
Deformasi plastis sendiri suatu
suatu bahan. Dengan menarik suatu
keadaan dari suatu material ketika
bahan kita akan segera mengetahui
material tersebut diberikan gaya maka
bagaimana bahan tersebut bereaksi
struktur mikro dari material tersebut
terhadap tenaga tarikan dan
sudah tidak bisa kembali ke bentuk
mengetahui sejauh mana material itu
asal artinya material tersebut tidak
bertambah panjang. Alat eksperimen
dapat kembali ke bentuknya semula.
untuk uji tarik ini harus memiliki
Lebih ringkasnya kekerasan
cengkeraman (grip) yang kuat dan
didefinisikan sebagai kemampuan
kekakuan yang tinggi (highly stiff).
suatu material untuk menahan beban
Banyak hal yang dapat kita
identasi atau penetrasi (penekanan)
pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita
terus menarik suatu bahan (dalam hal
ini suatu logam) sampai putus, kita
akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti
digambarkan pada Gambar 2.10.
Kurva ini menunjukkan hubungan
antara gaya tarikan dengan perubahan
Gambar 7. Pengujian Rockwell (
panjang. Profil ini sangat diperlukan
Fauzan. 2010 )
dalam desain yang memakai bahan
Pengujian kekerasan dengan tersebut
metode Rockwell bertujuan
menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material
- Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan
plastis dan regangan elastis, εT =
εe+εp. Perhatikan beban dengan
arah OABE. Pada titik B,
regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada
pada titik E dan besar regangan
yang tinggal (OE) adalah
Gambar 8. Diagram uji Tarik ( regangan plastis.
Sastranegara A. 2009 ) - Tegangan tarik maksimum TTM
Stress adalah beban dibagi luas (UTS, ultimate tensile strength)
penampang bahan dan strain adalah Pada gambar 2.10 ditunjukkan
pertambahan panjang dibagi panjang dengan titik C (σβ), merupakan
awal bahan. besar tegangan maksimum yang
Stress: σ = F/A (N/m2) F : gaya didapatkan dalam uji tarik.
tarikan, A : luas penampang - Kekuatan patah (breaking
Strain: ε = ΔL/L ΔL :pertambahan strength)
panjang, L : panjang awal Pada ga,nar 2.10. ditunjukkan
dengan titik D, merupakan besar
Hubungan antara stress dan strain tegangan di mana bahan yang
dirumuskan: diuji putus atau patah.
E=σ/ε ( Sastranegara A. 2009 )
di mana perbandingan tegangan
(σ) dan regangan (ε) selalu tetap.
E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. METODOLOGI PENELITIAN
Kurva yang menyatakan hubungan a. Diagram alir penelitian
antara strain dan stress seperti ini
kerap disingkat kurva SS (SS
curve).
Penjelasan pada gambar 2.10 :
- Batas elastis σE ( elastic limit)
- Batas proporsional σp
(proportional limit)
- Deformasi plastis (plastic
deformation)
- Tegangan luluh atas σuy (upper
yield stress)
- Tegangan luluh bawah σly
(lower yield stress)
- Regangan luluh εy (yield strain)
- Regangan permanen saat bahan
akan memasuki fase deformasi
plastis.
Gambar 9. Diagram alir penelitian
- Regangan elastis εe (elastic
strain)
- Regangan plastis εp (plastic
strain)
Penelitian c. Peleburan menggunakan
Penelitian ini dilakukan dengan tungku kupola yang dilakukan di
tahapan-tahapan sebagai berikut : CV. Reka Cipta Tehnindo Perkasa
a. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan
cara mencari informasi dari penelitian-
penelitian baik berupa buku, jurnal,
sumber internet dan sumber lainya
yang mendukung dalam perancangan
sistem sesuai dengan landasan teori. Gambar 12. Peleburan Material

b. Perencanaan
d. Pengecoran dan pembuatan
Dalam tahapan ini berisi spesimen yang akan dilakukan
tentang sistem dan desain cetakan uji sifat fisis dan sifat mekanis
dengan menggunakan cetakan
yang akan dibuat yaitu : pasir.
1. Observasi tentang cetakan
pasir dan membuat desainya.

Gambar 13. Penuangan

Uji komposisi kimia dilakukan


Gambar 10. Pola dari kayu sebelum besi cair dituang ke
dalam cetakan dengan terlebih
dahulu dituang didalam cup
yang akan dapat dibaca
komposisi dan temperaturnya
oleh alat CE meter pada cup (
CE meter )

Gambar 11. Cetakan Pasir


2. Persiapan bahan dasar untuk
pengecoran besi cor kelabu.
3. Mempersiapkan semua
kebutuhan untuk variasi
Gambar 14. Penuangan
pendinginanya.
Gambar 15. CE meter
e. Pendinginan dengan
variasi 3 media yaitu grease, oli,
udara. Prosesnya adalah Gambar 16. Mikroskop metalografi
setelah besi cair dituang Nikon X1005 TTEPL
dicetakan dan didiamkan
beberapa waktu setelah dirasa g. Analisis data dari pengujian
sudah mengeras lalu cetakan kekerasan dan struktur mikro
dibongkar dan spesimen atau dilakukan setelah hasil dari
hasil cetakan dimasukkan ke pengujian yang dilakukan di
dalam 3 media pendinginan POLMAN dan Laboratorium Teknik
tersebut. Mesin Universitas Muhammadiyah
Surakarta telah selesai.
f. Pengujian spesimen di h. Kesimpulan yaitu melakukan
laboratorium Politeknik kesimpulan dari hasil analisis data.
Manufaktur ( POLMAN ) Ceper i. Selesai
Klaten dan Laboratorium Teknik
Mesin Universitas Alat yang digunakan
Muhammadiyah Surakarta.
1. Penggaris
Pengambilan data yaitu proses
2. Gergaji kayu
dimana saat melakukan
3. Amplas
pengujian spesimen sampai
4. Tungku kupola
akhir pengujian, yang meliputi
5. Sekop
berbagai proses pengambilan
6. CE meter
data
7. Mesin milling
8. Mesin uji metalografi
9. Mesin uji kekerasan
10. Kain dan autosol

Pengecoran spesimen penelitian


dilakukan pengecoran CV. Reka
cipta Tehnindo Perkasa Bahan yang
digunakan:
a. Besi hasil daur ulang
b. karbon
c. mangan
d. pasir besi
e paslin
Gambar 15. Pengujian Kekerasan
f. oli bekas
Fiture-Tech-Corp LC-200 RB
g. Autosol untuk memoles spesimen
yang dilakukan metode kuens atau
Teknik Pengambilan Data pendinginan cepat dengan
Dalam penelitian ini metode menggunakan oli, paslin, udara.
yang digunakan adalah Dengan penjelasan bahwa saat
1. Studi literatur, yaitu mempelajari material coran dilakukan pendinginan
berbagai referensi dari berbagai menggunakan media cairan maka
buku, jurnal penelitian maupun hasilnya akan lebih keras dari pada
internet sebagai teori penunjang hanya menggunakan udara dan dapat
dalam pembahasan dilihat pada tabel dan diagram
2. Studi eksperimen, yaitu dengan dibawah ini
melakukan pengujian kekerasan
dan struktur mikro terhadap variasi Tabel 1. hasil uji kekerasan
pendinginan dengan media oli,
udara, air. Variasi nilai kekerasan (HB)
udara 412,8 416,1 430,7 411,8 421,4
Pmbahasan uji kekerasan oli 468,2 472,4 480,5 483,5 481,3
Data yang digunakan untuk paslin 428,6 438,2 427,7 431,4 437,3
menghitung kekerasan yang diambil
dari laboratorium POLMAN
Pada uji kekerasan yang dilakukan di
POLMAN Politeknik Manufaktur ceper Histogram kekerasan HB
menggunakan mesin uji kekerasan 600
Nilai kekerasan HB

udara
Fiture-Tech-Corp LC-200 RB yang 400
sudah menggunakan digital screen, oli
pengujian dilakukan dengan 200
menggambil sampel uji pada 5 titik 0 paslin
yang berbeda pengujian yang 1 2 3 4 5
dilakukan menggunakan metode
Rockwell akan tetapi hasil yang Gambar 18. Diagram hasil uji
diinginkan adalah menggunakan kekerasan
metode Brinell maka dari itu harus
dilakukan konversi terlebih dahulu, Pembahasan Metalografi
konversi dilakukan dengan
menggunakan tabel yang diambil dari Pada pembahasan metalografi
laboratorium POLMAN, yang dibahas adalah hasil dari foto
makro dan mikro spesimen dari tiga
variasi pendinginan foto makro diambil
dilaboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta
sedangkan Foto mikro diambil di
POLMAN Ceper Klaten adapun hasil
dari foto mikro adalah sebagai berikut :

Gambar 17. Spesimen ui kekerasan

Hasil dari uji kekerasan mendapatkan


nilai rata –rata untuk pengujian dengan
variasi udara 418,56 HB, Oli 477,12
HB, paslin 432,64 sehingga material
yang paling keras adalah spesimen
atau besar kecilnya cementit pada
Transformasi pengujian ini untuk oli cementit
maupun ledeburitnya tidak beraturan
Ledeburit ke
sedangkan untuk udara sedikit
cementit beraturan dan memiliki pola dan untuk
paslin sangat beraturan dan berpola
Perlit dikarenakan pendinginanya terjadi
secara konstan.

Gambar 19. Variasi Pendinginan Oli Pembahasan uji komposisi dan


pendinginan
Perlit

Transformasi
Ledeburit ke
cementit

Gambar 20. Variasi Pendinginan udara

Gambar 21. Printout CE meter

Perlit Penurunan temperatur saat


proses pengecoran dapat diketahui
dengan menggunakan alat CE meter,
Transformasi alat tersebut dipinjam dari laboratorium
Ledeburit ke POLMAN ceper, dan hasil dari CE
cementit meter adalah mengetahui awal mula
suhu coran pada waktu dituangkan
Gambar 21. Variasi Pendinginan yaitu 1267,5 0C dengan penuangan di
Paslin cup pada alat tersebut selanjutnya
dapat dilihat pada diagram diatas
Foto metalografi atau struktur mikro bahwa temperatur coran masih
dengan menggunakan mikroskop berbentuk liquid atau cair mencapai
Nikon X1005 TTEPL dengan suhu 1216,3 0C dan akan mulai
pembesaran 50, 100, 200, 500 sampai memadat pada temperatur 1129,9 0C
1000 kali. sampai coran benar – benar berubah
Dalam variasi ini dapat suhu saat proses quenching pada
diketahui dari analisa struktur mikro suhu kamar 20- 25°C
bahwa pendinginan cepat dengan tiga Komposisi yang dapat dihitung
variasi yaitu udara, oli, paslin memiliki dari alat CE meter adalah carbon dan
struktur mikro yang berbeda-beda dan silika saja dengan hasil bahwa
dapat dilihat spesimen mana yang kandungan carbon 3,39% dan silikon
lebih keras dengan melihat hasil foto 1,10% sedangkan unsur – unsur yang
metalografi tersebut sehingga dapat lain tidak dapat diukur dari alat
dijelaskan bahwa material yang paling tersebut
keras yaitu dengan pendinginan oli
dapat dilihat dari struktur cementit dan
dapat dilihat dari kerapatan cementit
Kesimpulan unsur – unsur yang lain tidak
Dari hasil penelitian dan analisa dapat diukur dari alat tersebut.
serta data yang diperoleh dapat 4. Penurunan temperatur hasil dari
disimpulkan. CE meter adalah mengetahui awal
1. Dalam variasi ini dapat diketahui mula suhu coran pada waktu
dari analisa struktur mikro bahwa dituangkan yaitu 1267,5 0C saat
pendinginan cepat dengan tiga dituangkan di cup pada alat
variasi yaitu udara, oli, paslin tersebut, selanjutnya dapat dilihat
memiliki struktur mikro yang bahwa temperatur coran masih
berbeda-beda dan dapat dilihat berbentuk liquid atau cair
0
spesimen mana yang lebih keras mencapai suhu 1216,3 C dan
dengan melihat hasil foto akan mulai memadat pada
0
metalografi tersebut sehingga temperatur 1129,9 C sampai
dapat dijelaskan bahwa material coran benar – benar berubah suhu
yang paling keras yaitu dengan saat proses quenching pada suhu
pendinginan oli selanjutnya adalah kamar 20- 25°C
udara dan yang terakhir paslin
karena dapat dilihat dari struktur Saran
cementit dan dapat dilihat dari Berdasarkan penelitian yang
kerapatan cementit atau besar telah dilakukan, maka dapat
kecilnya cementit pada pengujian dikemukakan saran sebagai berikut :
ini untuk oli cementit maupun
ledeburitnya tidak beraturan 1. Untuk penelitian ke depannya
sedangkan untuk udara sedikit supaya didapatkan suatu hasil
beraturan dan memiliki pola dan data yang lebih akurat maka
untuk paslin sangat beraturan dan faktor-faktor yang perlu
berpola dikarenakan diperhatikan adalah: Ketelitian
pendinginanya terjadi secara proses pembuatan spesimen,
konstan. pemeriksaan adanya cacat pada
2. Hasil dari uji kekerasan spesimen, penggunaan alat uji
mendapatkan nilai rata –rata untuk mekanis yang sesuai dengan
pengujian dengan variasi udara karakteristik material serta
418,56 HB, Oli 477,199 HB, paslin meminimalisir adanya kesalahan
432,64 sehingga material yang manusia (human error).
palin keras adalah spesimen yang
dilakukan metode Quenching atau 2. Karena besarnya biaya yang
pendinginan cepat dengan dikeluarkan dalam pengujian maka
menggunakan oli, paslin, udara. hendaknya dosen/mahasiswa
Dengan penjelasan bahwa saat mempertimbangkan banyaknya
material coran dilakukan spesimen yang akan digunakan
pendinginan menggunakan media dan jenis pengujian yang sesuai.
cairan maka hasilnya akan lebih 3. Bagi yang tertarik dalam bidang
keras dari pada hanya material besi cor khususnya perlu
menggunakan udara diperhatikan jurnal – jurnal dan
3. Komposisi yang dapat dihitung penelitian sebelumnya agar
dari alat CE meter adalah carbon didapatkan penelitian yang lebih
dan silicon saja dengan hasil bervariatif.
bahwa kandungan carbon 3,39%
dan silicon 1,10% sedangkan
DAFTAR PUSTAKA

Ali M, Abdullah M A, Mawardi I, 2012. Pengaruh Media Pendingin


Terhadap Beban Impak Material Aluminium Coran”, Politeknik
Negeri Lhokseumawe Banda Aceh

C.A. Cooper , R.J. Young, R. Elliott, 1992, “Natural Metal Matrix


Composite”, UK

Daryanto, 2010, “proses pengolahan besi dan baja ( ilmu metalurgi )”,
Sarana Tutorial Nurani, Bandung.

Fauzan ( 2010 ) “Pengujian Keras (Brinell, Vickers, Rockwell, Shore /


Ekuotip)”. Diakses 12 juni 2014.
http://kalogueloe.blogspot.co.id/2013/03/pengujian-keras-brinell-
vickers.html

Jan-Jezreel F. Saceda, Rizalinda L. de Leon, 2010, “Properties Of Silica


From Rice Husk And Rice Husk Ash And Their Utilization For
Zeolitey Synthesis”, Philippines

R. Mohamed, T. Mitsuharu, N. Hiroyuki, 2005, “Effect of semi-solid


processing on solidification microstructure and mechanical properties
of gray cast iron”, Japan

Widodo R (2010). “Perhitungan sistem saluran”. Diakses 23 Mei 2014.


http://hapli.wordpress.com/foundry/teknik-perancangan-
pengecoran/perhitungan-sistem-saluran/,

Anda mungkin juga menyukai