Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir ini dengan judul “Kajian Pengeleolaan
Settling Pond Terhadap Padatan Terlarut Pada PT. Aneka Tambang
(Persero)Tbk.UBPE Pongkor di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.”

Proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana di jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral
Dan Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal tugas akhir ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan trima kasih kepada :

1. Syamsuri, S.T,M.T.,T, P.hD, selaku Rektor Institut Teknologi Adhi Tama


Surabaya.
2. Dr. Yulfiah, S.T.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral Dan
Kelautan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
3. Ir. Budiarto, M.T, selaku Dosen Pembimbing I serta Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
4. Lakon Utamakno, S.T.,M.T, selaku Dosen Pembimbing II
5. Kedua orang tuaku dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan perbaikannya, sehingga
proposal tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya juga
pembaca pada umumnya.

iii
Semoga proposal tugas akhir ini dapat menjadi bahan pertimbangan dari pihak
perusahaan untuk membantu memberikan tempat yang penulis pergunakan
sebagai kelancaran penelitian tugas akhir ini. Akhir kata Penulis mengucapkan
terima kasih.

Surabaya, 12 Maret 2020

Penulis,

Erna Abinoam Kudmasa

11.2016.1.00631

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN…………………ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………............vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………............2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….2
1.4 Batasan Masalah……………………………………………………..2
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………...3

BAB II DASAR TEORI


2.1 Logam Emas (Au)…………………………………………………...4
2.2 Sedimentasi…………………………………………………………..4
2.3 Treatment Air…………………………………………………...........5
2.4 Kolam Pengendapan…………………………………………………6
2.5 Kualias Air……………………………………………………...........8
2.6 Syarat Baku Mutu Air…………………………………………........11

2.7 Jenis-Jenis Kolam Pengendap………………………………………13


2.8 Total Disselved Solid (TDS)…………………………………..........14
2.9 Curah Hujan………………………………………………………...15
2.10 Debit Limpasan…………………………………………………….16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Studi Literatur………………………………………………………19

v
3.2 Pengumpulan Data………………………………………………….19
3.3 Pengelompokan Data……………………………………………….20
3.4 Pengolahan Data……………………………………………………20
3.5 Diagram Alir Penelitian…………………………………………….21
3.6 Rencana Jadwal Penelitian…………………………………………22

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar
3.1 Diagram Alir Penelitian…………………………………………………….21

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel
2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Tembaga……………….11
2.2 Koefisien Limpasan……………………………………………………….18
3.1 Rencana Jadwal Penelitian………………………………………………..21

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia pertambangan sering dianggap sebagai perusak alam dan juga lingkungan.
Kegiatan pertambangan selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan
produk buangan berupa limbah yang dapat berpotensi menurunkan daya dukung
lingkungan di sekitar daerah penambangan maupun emplacement area. Khusus
untuk limbah padat seperti lumpur, porsi terbesar berasal dari aktivitas
penambangan yang air serta lumpur yang mudah tererosi akan ditampung serta
diolah guna memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum limbah tersebut
dibuang keluar dari area penambangan dan meresap menjadi air tanah.

PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
yang terletak di Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang
bergerak pada bidang penambangan bijih emas. Sebagai perusahaan
pertambangan yang tentunya melibatkan berbagai jenis kegiatan dari awal
penambangan sampe akhir, kegiatan ini sangat berhubungan dengan lingkungan.
Dan setiap kegiatan penambangan pasti menghasilkan limbah, baik berupa
limbah cair, padat maupun gas atau udara.

Penambangan dengan sistem ini dapat mengakibatkan terjadinya degradasi


kualitas lingkungan karena luasnya vegetasi lahan yang dibuka, meningkatnya
erosi dan kandungan padatan terlarut yang tinggi pada air limbah penambangan.
Kegiatan penambangan di setiap perusahaan tidak sama, tetapi secara umum
salah satu yang sering menjadi permasalahan adalah parameter padatan terlarut.
Kondisi lokasi tambang dan intesitas curah hujan yang tinggi sering menjadi
alasan air limbah pertambangan bijih emas tidak dapat memenuhi Baku Mutu
Lingkungan (BML) yang telah ditetapkan.
2

Oleh sebab itu pengolahan air limbah merupakan upaya terakhir dari proses
pengelolaan air limbah secara keseluruhan. Pengelolaan air limbah saat ini sudah
bukan lagi end of pipe methods tetapi pollution prevention, namun untuk
1
operasional tambang tembaga tidak mungkin menghilangkan semua air limbah
karena kurang adanya perawatan kolam pengendapan. Kolam pengendapan pada
kegiatan penambangan dilakukan secara fisika, dimana partikel padatan
mengendap secara gravitasi. Proses pengendapan yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh kecepatan pengendapan, kecepatan aliran dan persentase
pengendapan. Menyikapi kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian
tentang model kolam pengendapan (settling pond) untuk mengatasi padatan
terlarut sehingga tidak akan menimbulkan air asam tambang yang sebagai
limbah sebelum dibuang keluar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam kegiatan penelitian ini adalah :
1. Berapa kecepatan pengendapan partikel sedimen yang terkandung dalam
air ?
2. Berapa kapasitas kolam pengendapan yang diajukan untuk mengatasi
padatan yang tersuspensi ?
3. Bagaimana upaya perawatan kolam pengendapan ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menghitung kecepatan pengendapan partikel sedimen yang terkandung
dalam air.
2. Menghitung kapasitas kolam pengendapan yang diajukan untuk mengatasi
padatan yang tersuspensi.
3. Membuat jadwal perawatan kolam pengendapan.

1.4 Batasan Masalah


1. Difokuskan pada sedimen terlarut dan tidak mempertimbangkan kondisi
kimia pencemaran air.
3

2. Mengatasi padatan terlarut pada pengelolaan settling pond kegiatan


penambangan mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.09
tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Tembaga dimana kandungan padatan terlarut sebesar 200
mg/l.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat untuk
kemajuan bersama antara lain yaitu :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapakan akan menjadi bahan evaluasi kedepan untuk
menjadi masukan yang positif terhadap kinerja para karyawan dalam
melakukan proses perawatan kolam pengendapan lumpur sebelum
dikeluarkan airnya kesungai.
2. Bagi penulis
Dapat mengetahui bagaimana pengelolaan settling pond pada perusahan
tambang bijih tembaga dilapangan serta untuk memperoleh gelar sarjana.
3. Manfaat bagi pembaca
Sebagai data sekunder dan referensi bagi mahasiswa dan orang-orang yang
berminat terhadap dunia pertambangan.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Logam Emas (Au)

Emas adalah jenis logam yang mempunyai banyak nilai tambah daripada logam-
logam lain. Apalagi jika dilihat dari segi ekonomi, emas mempunyai nilai
ekonomiyang sangat tinggi dan berkualitas.Emas adalah unsur kimia dalam tabel
periodikyang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79.
Sebuah logamtransisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning,
berat, "malleable",dan "ductile". Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas
(misalnya emas uraiatau elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa
lensa (bebnerapa nm)sampai partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu
mikron (1 mikron= 0,001mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding
dengan kadar bijih, kadaremas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan
butran yang halus

2.2. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel yang tersuspensi diair. Partikel


yang tersuspensi dia air memiliki massa jenis yang lebih besar dari air. Proses
sedimentasi merupakan pemisahan yang dipengaruhi gaya gravitasi berdasarkan
perbedaan partikel yang tersuspensi denngan larutannya (Carlsson, 1998).
Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan
partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe ,
yaitu:

1. Sedimentasi Tipe I (Discrete Settling Region)


5
Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel
yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya
interaksi antar partikel.
2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling Region)
Sedimentasi tipe II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspensi
encer, di mana selama pengendapan 4terjadi saling interaksi antar partikel.
3. Sedimentasi Tipe III (Hindered Settling Region)
Sedimentasi tipe III adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang
lebih pekat, dimana antar partikel secara bersama-sama saling menahan
pengendapan partikel lain di sekitarnya. Karena itu pengendapan terjadi
secara bersama-sama sebagai sebuah zona dengan kecepatan yang
konstan.
4. Sedimentasi Tipe IV (Compression Region)
Sedimentasi tipe IV merupakan kelanjutan dari sedimentasi tipe III, di
mana terjadi pemampatan (kompresi) massa partikel hingga diperoleh
konsentrasi lumpur yang tinggi.
Tipe-tipe proses sedimentasi diatas inilah yang akan menjadi pertimbangan untuk
menentukan jenis-jenis kolam pengendapan.

2.3 Treatment Air

Proses pengolahan air limbah merupakan salah satu langkah penting untuk
memperoleh air bersih akan tetapi terdapat beberapa parameter yang perlu
diperhatikan sehingga diperoleh air yang dapat digunakan kembali. Berdasarkan
metodenya proses pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Pengolahan limbah secara fisika
Proses pengolahan secara fisika merupakan metode pengolahan air limbah
dengan cara menghilangkan polutan secara fisika, seperti sedimentasi,
penyaringan, screening dan lain-lain. Namun dalam proses pengolahan limbah
secara fisik ini tidak dapat diterapkan untuk berbagai pengolahan limbah. Hasil
yang didapat sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama.
2. Pengolahan limbah secara kimia
Proses pengolahan air limbah secara kimia adalah proses yang melibatkan
penambahan bahan kimia untuk mengubah atau destruksi kontaminan. (Riffat, 6

2012). Dalam hal ini yang sangat penting adalah menentukan jenis bahan-
bahan kimia yang diperlukan.
3. Pengolahan limbah secara biologi
Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah proses penghancuran
atau penghilangan kontaminan dengan menggunakan bantuan mikroorganisme.
Tujuan utama pengolahan dengan metode biologi adalah menghilangkan dan
mengurangi bahan organik biodegradable dari air limbah ke tingkat yang dapat
diterima sesuai dengan ambang batas yang telah ditentukan. Beberapa metode
7
yang digunakan pada proses pengolahan biologis antara lain proses anaerobik,
aerobik, bioreaktor, dan lumpur teaktifasi,

2.4 Kolam Pengendapan (Settling pond)

Settling pond adalah kolam yang dirancang untuk mengendapkan bahan padat dari
air buangan tambang yang sudah tercemar. Settling pond digunakan sebagai
tempat penampungan air sementara untuk dilakukan treatment sebelum
dikeluarkan kelingkungan. Fungsinya sendiri adalah untuk mengendapkan
material tambang yang terbawa oleh air yang mengakibatkan menurunnya kualitas
air yang melampau batas baku mutu lingkungan. Kolam pengendap (sediment
pond) adalah tempat untuk menangkap runoff dan menahan air ketika tanah dan
kotoran lain dalam air mengendap menjadi sedimen. Kebanyakan kolam
pengendap diperlukan karena air keluaran yang mengandung banyak Total
Suspended Solid atau residu tersuspensi yang melampaui baku mutu kualitas
keluaran air. Secara garis besar kolam pengendap bisa dibuat dengan membangun
tanggul penahan atau menggali lubang untuk tampungan air atau sedimen. Kolam
pengendap berbeda dengan sebuah dam dimana bertujuan untuk menahan air
hanya selama untuk mengendapkan material tersuspensi, setelah air jernih, air
tersebut bisa dialirkan. Kolam pengendap juga harus dipelihara, dimana bila
sediment telah mengendap dan mencapai kadar air tertentu dimana bisa dibuang,
maka pembuangan atau pengerukan kolam dilakukan. Kolam pengendap selain
sebagai tempat untuk mengendapkan material tersuspensi, di area tambang juga
berfungsi sebagai penampungan air limbah yang mengandung logam berat (Fe
dan Mn) dan air yang mengandung asam (pH < 6), dimana di dalam tampungan
tersebut dilakukan perlakuan penetralan air limbah atau tercemar sehingga bisa
menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh
Pemerintah. Di kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment berupa
pengapuran, pemberian alum, aerasi,  dan perlakuan-perlakuan lainnya sesuai
dengan kondisi kandungan limbahnya.
Luas kolam pengendapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Qtotal
A = ………………………………………………………………………...
V
(i)
Keterangan :
A = Luas kolam pengendapan (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk kedalam kolam pengendapan (m¿¿ 3/ s)¿
m
Vh = Kecepatan pengendapan ( )
s

Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari daerah
penambangan sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak menimbulkan
kekeruhan pada sungai atau laut sebagai tempat pembuangan akhir. Bentuk
settling pond biasanya hanya digambarkan secara sederhana, yaitu berupa kolam
berbentuk empat persegi Panjang, tetapi sebenarnya dapat bermacam-macam
bentuk disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Ada empat zona penting yang
terbentuk karena proses pengendapan material padatan antara lain :

1. Zona masukan (inlet)


Merupakan tempat masuknya air lumpur kedalam settling pond dengan
anggapan campuran padatan-cairan yang masuk terdistribusi secara seragam.
2. Zona pengendapan (settlement zone)
Merupakan tempat partikel padatan akan mengendap. Batas panjang zona ini
adalah panjang dari kolam dikurangi panjang zona masukan dan keluaran.
3. Zona endapan lumpur (sediment)
Merupakan tempat partikel padatan dalam cairan (lumpur) mengalami
sedimentasi dan terkumpul di bagian bawah kolam.
4. Zona keluaran (outlet)
Merupakan tempat keluaran buangan cairan yang jernih. Panjang zona ini
8
kira-kira sama dengan kedalaman kolam pengendapan, diukur dari ujung
kolam pengendapan.

2.5 Kualitas Air

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter
yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya),
parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan
parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya). Kualitas air
yang baik memiliki beberapa syarat, antara lain terdapat lima syarat utama
kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan. Syarat yang pertama adalah
rendahnya kadar amonia dan nitrit. Syarat yang kedua, bersih secara kimiawi,
kemudian yang ketiga memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai.
Syarat keempat, rendah kadar cemaran organik dan syarat yang kelima adalah
kondisi perairan yang stabil (Effendi, 2003).
Kualitas air memiliki beberapa parameter, parameternya antara lain adalah fisika,
kimia dan parameter biologi. Parameter fisika berisi suhu, kecerahan dan juga
kedalaman.
1. Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu merupakan pola temperatur ekosistem air yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Selain itu pola temperatur perairan
dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh
aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
9
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan
air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh
lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang
ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan
bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah
menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen

b. Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana
suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya.dalam kata lain
kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran
penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan
pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah
tangga, pertanian yang terkandung di perairan (Syukur, 2002).
c. Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan sangat penting untuk diperhatikan, hal ini
dikarenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang
akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu
perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress.
Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan dalam
ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan dangkal.

2. Parameter Kimia
a. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari
sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian
besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH
di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya
mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat
menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan 10

yang keras.

b. DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk
respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber utama
oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak
antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya daur
kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui
kegiatan respirasi dari semua organisme . Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi
secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan
pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah
(effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).

3. Parameter Biologi
a. Jenis-jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-
ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan
(zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-
hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut
yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis .

Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-


jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan
plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini
tidak membedakan fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal
lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme planktonik yang
besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk
golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2
mm. Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton
baku. Dua golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik
yang sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang
berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan
ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Untuk dapat 11

menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil

b. Ikan
Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan juga ikan merupakan
parameter biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter kualitas air
disuatu perairan. Jika disuatu perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam jumlah
yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan itu tercemar atau kurang baik untuk
dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika suatu perairan
jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan beragam jenisnya,
maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak mengalami pencemaran
dan cocok untuk pembudidayaan.

2.6 Syarat Baku Mutu Air

Untuk menjaga agar air berada dalam kondisi yang sesuai dengan peruntukannya
maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup
no.09 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Kegiatan
Pertambangan Emas dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Emas

Parameter Satuan Kadar Maksimum


Ph Mg/L 6-9
TSS Mg/L 200
Cu* Mg/L 2
Cd* Mg/L 0,1
Zn* Mg/L 5
Pb* Mg/L 1
As* Mg/L 0,5
Ni* Mg/L 0,5
12

12
Cr* Mg/L 1
CN** Mg/L 0,5
Hg* Mg/L 0,005
Berikut ini akan dijelaskan beberapa elemen penting dari baku mutu air serta
dampaknya terhadap lingkungan.

1. Tingkat Keasaman (pH)

Nilai pH adalah nilai yang menyatakan tingkat keasaman suatu air baik itu air
permukaan, air tanah dan air dari sisa penambangan. Nilai pH air yang normal
berada antara 6–9. pH air terpolusi berbeda-beda tergantung dari jenis
buangannya. Buangan yang banyak mengandung asam-asam organic biasanya
akan meningkatkan keasaman air. Air buangan industri-industri bahan organic
pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah yang tinggi, sehingga
keasaman juga tinggi atau pH nya rendah. Perubahan keasaman pada air
buangan, baik kearah alkali (pH naik) maupun kearah asam (pH turun) akan
sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Air buangan yang
mempunyai pH rendah juga bersifat sangat korosif terhadap baja dan besi,
bangunan semen atau beton mudah rusak pada kondisi asam dan dapat terjadi
penyumbatan aquifer atau sumur akibat pengendapan besi (besi oksida).

2. Temperatur
Temperatur adalah suhu rata-rata pada daerah keadaan sekitar penambangan.
Dalam berbagai proses industri air sering digunakan sebagai medium pendingin.
Setelah digunakan air tersebut akan menerima panas dari bahan yang didinginkan
lalu dibuang ke tempat asalnya. Air buangan ini jelas akan mempunyai temperatur
yang lebih tinggi dari air bersih. Kenaikan temperatur ini akan berakibat sebagai
berikut:
a. Menurunnya oksigen terlarut
b. Meningkatnya kecepatan reaksi kimia
c. Terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya
13
d. Jika batas temperatur yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air
lainnya akan mati.
3. Warna, bau dan Rasa
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi. Warna air yang tidak normal
biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam
yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut. Warna
semu (apparent color), yaitu selain adanya bahan-bahan terlarut juga adanya
bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid. Bau air
tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik yang masih hidup
ataupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite disebabkan oleh reduksi sulfat
dengan adanya bahan-bahan organic dan mikro organisme anaerobic. Rasa tidak
terdapat pada air yang normal. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya
disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut dihubungkan
dengan bau, karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Bau yang tidak
normal pada air juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal.

4. Kesadahan Air

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral yang terdapat pada air.


Kesadahan air disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
didalam air. Air yang mempunyai tingkat kesadahan pada alat-alat yang terbuat
dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa. Keadaan ini akan meningkatkan
konsumsi sabun yang terlalu tinggi. Sangat merugikan karena dapat menimbulkan
korosi atau karatan dan juga menimbulkan kerak-kerak pada wadah-wadah
pengolahan.

2.7 Jenis-jenis Kolam Pengendap Berdasarkan Rencana Pemeliharaan

Kolam pengendap juga harus dipelihara supaya kolam pengendap tersebut


berfungsi dengan optimal yang mempunyai umur layanan yang maksimal. Ada
dua cara untuk memelihara kolam pengendap yang akan mempengaruhi rencana
pengelolaan kolam pengendap antara lain :
14

1. Pemeliharaan kolam pengendap dengan excavator, dimuat kedalam t r u k ,


dan kemudian dibuang ke lokasi pembuangan
sedimen.R en ca na pe me li h ar a an i ni a ka n me mb ua t ra nc an ga n
kolam pengendap tidak bisa terlalu besar dan harus bisa
mengakomodasi dengan cepat excavator dan truk beroperasi di kolam
pengendap tersebut. Kolam pengendap cukup dibuat kecil tetapi
dengan tipe meandering sehingga seperti sungai yang berkelok dengan
harapan panjang kolam pengendap cukup memberi waktu bagi partikel untuk
mengendap. Dengan kolam yang berukuran kecil tentunya umur
kolam untuk penuh akan semakin pendek, sehingga ketersediaan alat
penggerak ini (excavatord a n truck) menjadi hal yang penting. Halini
menjadikan biaya pembuatan kolam menjadi kecil, tetapi biaya
pemeliharaan menjadi sering frekuensinya.
2. Pemeliharaan kolam pengendap dengan kapal keruk atau dredge.
Rencana pemeliharaan dengan menggunakan kapal keruk ini akan
memberikan keleluasaan bagi pembuat rancangan kolam pengendap dengan
merancangnya sebesar mungkin kapasitasnya sehingga umur kolam
pengendap akan lebih lama. Efeknya adalah hal ini akan memberikan
biaya besar untuk investasi kapal keruk, tetapi bila dalam satu area
tersebut banyak kolam pengendapnya, maka investasi kapal keruk akan
membuat program pengerukan berjalan ekonomis.

2.8 Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved solid atau benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam,
logam serta kation-anion yang terlarut diair. Total dissolved solid meter
menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million (PPM) atau sama
dengan milligram per liter (mg/L).

Penyebab utama terjadinya Total dissolved solid adalah bahan anorganik berupa
ion-ion yang umum dijumpai diperairan. Sebagai contoh air buangan sering
mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada
air buangan rumah tangga dan industry pencucian. Total padatan terlarut
merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dalam kertas
15
saring Millipore dengan ukuran pori 0,45 m. Padatan ini terdiri dari senyawa-
senyawa anorganik dan organic yang terlarut dalam air, mineral dan garam-
garamnya.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organic
yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa, bau yang secara estetis tidak
menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat
organic terlarut bersifat karsinogen.

2.9 Curah Hujan

Pengertian curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang
memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada
pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter termpat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter.
Pengolahan data curah hujan ini digunakan untuk menentukan curah hujan
rencana pada periode tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan suatu
sistem penyaliran yang sesuai dengan kebutuhan tambang. Pengolahan data curah
hujan akan meliputi perhitungan periode ulang hujan dan perhitungan hujan
rencana.
1. Periode ulang hujan adalah waktu hipotetik dimana curah hujan atau debit
dengan besaran tertentu akan tercapai atau terlampau pada periode tersebut
(Bambang triatmodjo, 2008). Dari penentuan periode ulang hujan maka nilai
curah hujan akan semakin tinggi dan probabilitas pencapaiannya akan
semakin besar.
2. Curah hujan rencana dilakukan untuk mengetahui curah hujan maksimum
16
yang akan terjadi dengan besaran tertentu sesuai dengan periode ulang
hujannya. Untuk menghitung curah hujan maksimal menggunakan metode
Gumbel berdasarkan analisis frekuensi dari data curah hujan maksimum.

Dengan menggunakan distribusi gumbel curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu dapat ditentukan. Penentuan curah hujan rencana untuk periode ulang
tertentu berdasarkan distribusi gumbel. Untuk itu data curah hujan harus diolah
terlebih dahulu menggunakan kaidah statistic mengingat kumpulan data adalah
kumpulan yang tidak tergantung satu sama lain,maka untuk proses pengolahannya
digunakan analisis regresi metode statistic.
Adapun persamaan untuk menghitung data curah hujan dari metode Analisa
gumbel sebagai berikut :
Xt =X + ¿ ¿………………………………………………………………..(2)
Dimana :
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari)
X = Rata-rata curah hujan
Yn = Reduced mean
Yt = Reduced variate
Sn = Reduced standart variate
S = Standart deviation

2.10 Debit Limpasan

Debit limpasan (surface runoff) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir
diatas permukaan tanah menuju sungai, danau dan laut. Aliran itu terjadi karena
curah hujan yang mencapai permukaan bumi tidak terinfiltrasi, baik yang
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan
permukaan tanah serta vegetasi. Untuk mengetahui besarnya debit air limpasan
maka dihitung menggunakan persamaan rasional yaitu :
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
17
A = Luas daerah tangkapan hujan(km2)

Dalam perhitungan debit limpasan terdapat parameter yang perlu dihitung terlebih
dahulu, diantaranya sebagai berikut :

1. Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu yang relatif
singkat, biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. 

Intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan rumus mononobe

R 24
I= ¿ …………………………………………………………………(iii)
24

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm).
2. Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan


besarnya limpasan permukaan, dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
tiap-tiap daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda  .
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
:

1. Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil, karena
air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan akan
tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi
nilai C yang besar.
2. Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil daripada
daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan misalnya padi, air
hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya
menjadi limpasan permukaan.
3. Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan nilai C yang
kecil, daripada daerah dengan kemiringan tanah yang sedang sampai curam untuk
keadaan yang sama.
18

Tabel 2.2

Koefisien Limpasan

Kemiringan Tutupan jenis lahan C


Sawah, rawa 0,2

< 3% (Datar) Hutan, perkebunan 0,3

Perumahan 0,4

Hutan perkebunan 0,4

3%-15% Perumahan 0,5

(Sedang) Semak-semak agak jarang 0,6

Lahan terbuka 0,7

Hutan 0,6

>15% Perumahan 0,7

(Curam) Semak-semak agak jarang 0,8

Lahan terbuka daerah tambang 0,9

3. Daerah Tangkapan Hujan


Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan, yang apabila terjadi
hujan,maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju
ke titik pengaliran.Air yang jatuh ke permukaan, sebagian meresap ke dalam
tanah, sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku
permukaan bumi,kemudian mengalir ke tempat yang lebih rendah. Penentuan luas
daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah yang akan diteliti .
Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang
diperkirakan akan mengumpulkan air hujan sementara.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi Literatur


Studi literatur yang dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang dapat
menunjang penulisan ini dan dapat diperoleh dari buku-buku bacaan, dan juga
bahan-bahan dari internet yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian
yang akan dibahas.

3.2 Pengumpulan Data

Melakukan penelitian langsung di lapangan untuk mengimpun data-data yang


diperlukan. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi
antara lain:
a. Data Primer merupakan data yang diambil oleh peneliti secara langsung
dilapangan, adapun data yang diperlukan antara lain :
1. Dimensi settling pond
2. Data kecepatan aliran
3. Debit aliran air
4. Karakteristik partikel
5. TSS
6. Daerah tangkapan hujan
7. Kecepatan pengendapan
8. Upaya manajemen settling pond yang ditinjau dari alat dan jadwal
penggerukan.
b. Data sekunder merupakan data yang peneliti peroleh dari perusahan yang
sudah ada . Data yang dimaksud adalah :
20
1. Peta lokasi
2. Kondisi geologi setempat
3. Data kualitas air limpasan
4. Data curah hujan
5. Data topografi dan litologi
19
6. Peta kontur perusahan

3.3 Pengelompokan Data (Akuisisi data)

Akuisisi data yaitu data yang diperoleh dari lapangan baik data primer maupun
data sekunder kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan, dimana hal ini
dilakukan untuk memudahkan analisis sehingga kerja menjadi lebih efisien.

3.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan serta secara


matematis dengan menggabungkan data-data yang diperoleh baik data primer
maupun data sekunder dengan mengacu kepada teori yang diperoleh melalui
literatur, kemudian dievaluasi sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
21

3.5 Diagram Alir Penelitian

Kajian Pengelolaan Settling Pond Terhadap Padatan


Terlarut Di PT. Aneka tambang(Persero) Tbk.
UBPE Pongkor Desa Bantarkaret, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Pengambilan Data

Data Primer :
Data sekunder :
1. Dimensi settling pond
2. Data kecepatan aliran 1. peta Lokasi
3. Debit aliran air 2. Peta kontur perusahan

4. Karakteristik partikel 3. Data topografi dan litologi


4. Kondisi geologi
5. Daerah tangkapan hujan
5. Data curah hujan
6. Kecepatan pengendapan
6. Data kualitas air limpasan
7. Upaya manajemen settling pond
Ditinjau dari alat dan jadwal
Penggerukan

Pengolahan Data

Analisis Data

22
Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.6 Rencana Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dengan beberapa rencana kegiatan yang dapat dilihat
dalam tambel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1
Rencana Kerja Kegiatan Penelitian
Jadwal Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Tahun 2020)

Februari Maret April Mey


Studi Pustaka 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Orientasi Lapangan
Pengumpulan data dan pengolahan
data
Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Carlsson, B. (1998), “An Introduction to Sedimentation Theory in Wastewater


Treatment.” Systems and Control Group, Uppsala University,

Riffat, R. (2012), Fundamentals of Wastewater Treatment and Engineering, CRC


Press,

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta.

Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk
Uwai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru. 51 hal. 

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1211.K/008/M.PE/1995


tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran
lingkungan pada kegiatan usaha Pertambangan Umum.

Triatmadjo., 2015.Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta, Yogyakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan
Bijih Emas dan/atau Tembaga.
Misnani. 2010. Praktikum Teknik Lingkungan Total Padatan Terlarut.
http://nidulhadi.blogspot.com.

23

Anda mungkin juga menyukai