Oleh :
1
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. 1
DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
ABSTRAK.................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 5
1.2 Perumusan Masalah............................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 34
4
ABSTRAK
Kata kunci : Membran, PVDF, Scanning Electron Microscopy, Uji tarik, Uji
water uptake.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Aluminium (Al), Kromium (Kr), Kobalt (Co), Merkuri (Hg) dan Vanadium (Vn)
(Tempo, Desember 2014).
Pertambangan batubara ternyata menyimpan bahaya lingkungan sangat
berbahaya bagi manusia, yaitu air buangan tambang dari proses pencucian
batubara yang lebih di kenal dengan sludge. Selain tu dihasilkan juga air limbah
yang berasal dari coal processing plant (CPP) yaitu hasil dari pembersihan
crusher batubara. Dimana proses pengiriman batubara ke konsumen, batubara
yang berasal dari tambang sebelum masuk ke angkutan dilakukan
penghancuran/crushing menjadi ukuran kecil. Proses penghancuran tersebut
sebelum batubara masuk ke crusher batubara tersebut disiram dengan air, yang
bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan dan menjadikan batubara lebih
bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan pada
saat eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan. Air limpasan dari
proses inilah yang berpotensi merusak lingkungan karena melarutkan partikel –
parikel mengandung B3 dan terbawa ke badan air sungai sehingga air menjadi
tercemar dan dapat menggganggu kesehatan masyarakat yang mengggunakan air
tersebut maupun biota air yang ada didalamnya, baik secara langsung karena
tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan kandungan logam di
dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam – logam). Saat ini
banyak dari pihak industi pertambangan yang tidak mengekspos secara detail
tentang bahaya air cucian batubara. Limbah cucian batubara yang ditampung
dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam – logam
beracun yang jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan proses pemurnian
pertambangan emas yang menggunakan sianida (CN). Diperkirakan pada tahun
2012 ada 748.000.000 orang seluruh dunia yang tidak mendapatkan akses air
minum, dan konsumsi air minum berkualitas rendah yang telah terkontaminasi
dengan pathogen yang polutan kimia yang dikaitkan dengan sejumlah dampak
kesehatan yang merugikan jangka pendek dan jangka panjang, sekitar 1,5 juta
terjadi kematian manusia (Progress on Drinking Water and Sanitation, 2014)
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengolahan air limbah batubara dilakukan secara kimia dan
fisika dengan menggunakan membran polyvinylidene difluoride (PVDF).
7
et al, 2011). Namun kelemahan dari membran PVDF yaitu permukaan membran
cenderung bersifat hidrofobik, sehingga proses pemisahan yang melibatkan cairan
hidrofolik lebih rendah dari yang seharusnya (Yuliwati, et al 2011, Aurora et al,
2015). Untuk mendapatkan membran yang memiliki kinerja yang sangat baik
dalam pengolahan limbah yang komponennya terbesar air, untuk itu dilakukan
modifikasi permukaan dan pori internal membran digunakan teknik blending
dengan serbuk biji kelor.
Penelitian sebelumnya mengenai pemanfaatan biji kelor (moringa oleifera)
sebagai biokoagulan menunjukan bahwa biji kelor (moringa oleifera) mampu
menurunkan kekeruhan, kadar logam berat pada air limbah penambangan batubara
(Nugeraha et al, 2010). Serbuk biji kelor (moringa oleifera) juga memliki
efektifitas 99,529% untuk menurunkan kadar ion Fe dan 99,355% untuk Mn serta
99,868% kekeruhan dalam air (Srawaili, E. T., 2008). Penelitian M. Hindun
Pulungun, 2007 mengenai pemanfaatan biji kelor (moringa oleifera) untuk
menjernihkan air limbah, menunjukan penurunan turbiditas dari limbah tahu
sebesar 72,71%. Berdasarkan hasil studi eksplorasi bahan koagulan alami dari
tumbuhan dan efeknya terhadap kandungan bakteri coli, biji kelor (moringa
oleifera) dapat mereduksi bakteri ColiI sekitar 28% (Juli et al, 1986). Kelebihan
biji kelor (moringa oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-
isothioncynate yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel – partikel
lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah dan mudah untuk
dibudidayakan di lingkungan sekitar bekas pertambangan industri batubara,
karena tanaman biji kelor (moringa oleifera) merupakan tanaman yang hidup di
daerah dengan ketinggian mulai dari pesisir laut sampai ke daerah dataran tinggi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dari forum organisasi masyarakat atau yang disebut
Wahana Lingkungan Hidup di Sumatera Selatan pada tahun 2010 telah terjadi
sebanyak empat kali pencemaran terhadap sungai – sungai yang ada di Sumatera
Selatan, oleh perusahaan pertambangan yang beroperasi di kabupaten Muara Enim
dan Lahat. Adapun sungai tercemar adalah sungai Enim di Muara Enim, sungai
Lematang di Lahat. Menurut laporan penelitian lapangan Manalu (2014), di
kabupaten Muara Enim berdasarkan data lapangan mengenai keadaan air bersih
9
1.4. Manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
Membran Polyvinylideneflouride (PVDF) - Serbuk Biji Kelor (Moringa
Oleifera) Sintesis TiO2 sebagai absorben limbah air hasil penambangan batubara
dapat menghilangkan kandungan logam berat pada air limbah hasil penambangan
batubara.
11
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
sinar gama dan oksidasi. PVDF merupakan polymer yang banyak digunakan
sebagai material pembuatan membran. Hal ini karena, PVDF memiliki sifat
resistensi tinggi terhadap oksidasi termasuk oleh ozon, resistensi terhadap
kebanyakan mineral dan asam organik, hidrokarbon alpatik dan aromatik, alkohol
dan pelarut terhalogenasi. PVDF larut pada pelarut apotik dan memiliki sifat fisik
yang stabil pada rentang temperatur -50oC sampai 140oC (US Patent.4,806,209).
PVDF dibuat dengan proses polimerisasi adisi radikal dalam emulsi berair
melibatkan tekanan 10-300 atm dan suhu 10 – 130oC. Inisiator dalam proses ini
adalah salts30, disuccinic acid peroxide31, hydroxyalkylperoxide atau
alkylperoxybutyric acid32. Membentuk radikal bebas yang berperan dalam tahap
rekombinasi radikal dengan radikal membentuk rantai polimer. Kombinasi rantai
polimer melalui radikal diakhiri saat pereaksi habis yang disebut tahap
dismutasi. PVDF (Polyvinylidenefluoride) adalah Polimer paling tangguh diantara
golongan fluorothermoplastik, karena ketahanannya terhadap kimia keras pada
temperatur tinggi, kombinasi dengan kekuatan mekanik yang baik serta
kemudahan diproses. Karena sifatnya yang ekstrim tahan kimia, maka aplikasi
utama PVDF adalah pada industri kimia untuk parts - parts, tangki - tangki, unit
mesin proses yang bersentuhan langsung dengan kimia keras dan juga sebagai
pelapis anti korosi kimia.
Keunggulan PVDF atau plastik kynar antara lain :
- Ringan
- Fleksibel
- Mudah dalam pemrosesan
- Ketahanan yang tinggi dalam tumbukan yang keras
- Piezoelektrisitas : material yang dapat merubah energi mekanik menjadi
energi listrik (direct piezoelectric) atau dari energi listrik menjadi energi
mekanik (inverse piezoelectric). Penggunaan material jenis ini telah
berkembang amat luas terutama dalam bidang teknologi sensor dan aktuator.
- Pyroelektrik : kemampuan suatu material untuk merubah energi termal berupa
foton menjadi energi listrik. (sebagai sensor mekanik, sebagai sensor
inframerah).
13
unsur hara makro turun dan kelarutan mikro meningkat. baik, dan mengandung
sulfat. Lahan seperti ini tidak bisa ditanami. Bila tergenang air hujan berubah
menjadi rawa-rawa.
Salah satu daerah pertambangan batu bara yang cukup besar di Indonesia
berada di Provinsi Kalimantan Selatan. Bila dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia, pertambangan batu bara di Provinsi Kalimantan Selatan sangat
merusak lingkungan dan lahan pertanian yang ada di provinsi tersebut, terutama
pertambangan yang dilakukan secara illegal. Selain menghasilkan asam tambang
yang dapat memasamkan tanah, penggalian tanah dan batu-batuan yang menutup
lapisan batu bara dilakukan secara tidak terkendali dan penumpukan hasil galian
(overburden) tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan pemerintah.
Akibatnya lahan dengan tumpukan tanah dan batu-batuan eks pertambangan
sangat sulit untuk ditumbuhi vegetasi.
Sofyan (2009) mengemukakan bahwa beberapa dampak dari pertambangan
batubara :
1. Lubang tambang. Pada kawasan pertambangan PT Adaro terdapat
beberapa tandon raksasa atau kawah bekas tambang yang
menyebabkan bumi menganga sehingga tak mungkin bisa
direklamasi.
2. Air Asam tambang: mengandung logam berat yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang
3. Tailing: teiling mengandung logam-logam berat dalam kadar yang
mengkhawatirkan seperti tembaga, timbal, merkuri, seng, arsen
yang berbahaya bagi makhluk hidup.
4. Sludge: limbah cucian batubara yang ditampung dalam bak
penampung yang juga mengandung logam berbahaya seperti
boron, selenium dan nikel dll.
5. Polusi udara : akibat dari (debu) flying ashes yang berbahaya bagi
kesehatan penduduk dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
Menurut logika, udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.
Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan
17
(on-site) ini dapat mengakibatkan usikan lanjutan di luar areal penambangan (off-
site), yang bersumber dari erosi air dan angin terhadap sisa galian yang belum
terstabilkan atau bahan sisa yang berasal dari pengolahan mineral. Pengaruh-
pengaruh ini dapat pula meliputi sedimentasi sungai-sungai, dan penurunan
kualitas air akibat meningkatnya salinitas, keasaman, dan muatan unsur-unsur
beracun dalam air sungai tersebut.
Dimana : σ = stress
ɛ = strain
Uji tarik biasanya dilakukan menggunakan Universal Testing Machine. Pada
setiap prosesnya akan didapatkan data material yang bisa dianalisa.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Bahan
a. Bahan kimia
Titanium Tetra Isopropoksida (TiO2), Polyvinylideneflouride (PVDF), N-
metil-2-Pirolidone (NMP), Aquades, dan Asam asetat.
b. Media
Media yang digunakan dalam penelitian terdiri dari larutan air limbah
industri pertambangan batubara Provinsi Sumatera Selatan.
c. Biji kelor
Didapat dari perkebunan masyarakat di Kota Palembang dan pemesanan
secara online.
Pembuatan Membran
Uji Tarik
Analisa data : Hasil pengamatan Uji water uptake, uji SEM, dan uji tarik akan di
tampilkan pada tabel untuk dilakukan analisa terhadap data yang didapat.
Tabel 3.2. Komposisi membran Pembuatan Membran PVDF – Serbuk Biji Kelor
dengan Sintesis TiO2
.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Hasil uji SEM pada sampel Membran PVDF – Serbuk Biji
Kelor dengan Sintesis TiO2
Hasil analisa uji SEM pada Membran PVDF – Serbuk Biji Kelor dengan
sintesis TiO2 ditunjukkan pada Gambar 4.1. Untuk mengetahui bentuk dan struktur
membran, digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) yang dapat
27
Dari hasil SEM tersebut komposisi membran yang terbaik berada pada
komposisi Membran A. Dari hasil gambar Membran A yang didapat, diketahui
bahwa membran memiliki struktur asimetris. Membran dengan struktur asimetris
akan memiliki kinerja yang lebih baik daripada membran dengan struktur simetri.
Dilihat dari ukuran pori tersebut, membran yang dihasilkan dapat dikategorikan
sebagai membran mikrofiltrasi, karena memiliki pori dengan ukuran antara 0,1
μm – 6 μm. Membran mikrofiltrasi adalah membran dengan struktur asimetris,
yang dibuat dengan proses Loeb – Sourirajan dan mempunyai pori sempurna pada
permukaan membran dengan lapisan pendukung berupa mikropori yang lebih
terbuka. Pori sempurna di permukaan menunjukkan proses pemisahaan,
sedangkan pendukung mikropori memberikan kekuatan mekanik (Baker, 2004).
28
4.2 Hasil Uji Tarik Membran PVDF - Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera)
Sintesis TiO2 Dengan Alat Hydraulic Universal Material Tester, 50 kn.
Uji tarik pada membran perlu dilakukan untuk mengetahui kekuatan yang
dimiliki membran terhadap gaya yang berasal dari luar, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada membran, dan mengetahui berapa lama kekuatan membran setelah
digunakan serta ketahanan membran jika digunakan kembali. Uji tarik dilakukan pada
suhu kamar dengan menggunakan alat Hydraulic Universal Material Tester, 50
Kn. Dengan uji tarik ini, dapat diketahui bahwa semakin rapat struktur membran,
berarti jarak antara molekul dalam membran juga semakin rapat, sehingga
mempunyai kekuatan tarik yang kuat. Kekuatan tarik membran PVDF – Serbuk
Biji kelor dapat dilihat dari nilai Load, yaitu nilai kuat tegang membran pada saat
putus dan Stroke, yaitu kekuatan regangan pada saat putus yang dimiliki oleh
membran PVDF – Serbuk Biji Kelor Dengan Sintesis TiO 2.
Tabel 4.2 Data hasil uji kekuatan tarik membran PVDF – Serbuk Biji Kelor
Dengan Sintesis TiO 2.
No Spesimen Luas (mm2) Beban Max Kekuatan Tarik, Regangan
(N) TS (N/mm2) (%)
1 Membran A 30 160 5,33 0,60
2 Membran E 30 139 4,27 0,37
3 Membran F 30 145 4,43 0,40
4 Membran G 30 151 4,89 0,47
29
Berdasarkan Tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa membran dengan
komposisi terbaik adalah membran yang memiliki perbandingan PVDF paling
besar yaitu Membran A, dengan kemampuan kekuatan tarik dan regangan yang
baik, hal ini terjadi karena jumlah partikel PVDF yang terdistribusi secara lebih
teratur dalam larutan cetak dan mempersempit ruang yang terbentuk diantara
ikatan polimer PVDF yang terkandung pada membran tersebar secara merata
sehingga kerapatan pori yang dihasilkan menjadi lebih rapat. Hal ini dapat dilihat
pada Membran A dengan perbandingan NMP 66,67% dan PVDF 33,3%.
Mengacu pada hasil uji tarik tersebut, membran yang dihasilkan memiliki
kekuatan tarik yang besar dikarenakan strukturnya yang rapat, menyebabkan jarak
antar molekul dalam membran semakin rapat, hal ini membuat membran PVDF
yang tidak memiliki komposisi serbuk biji kelor dan sintesis TiO2 akan memiliki
kekuatan tarik yang besar hingga mencapai 5,33 N/mm2 , regangan 0,60% dan
beban maksimal 160 N. Namun sebaliknya, jika komposisi PVDF lebih sedikit
maka kemampuan kekuatan tarik dan regangan yang dimiliki membran tersebut
akan menurun, serta mengakibatkan susunan partikel yang tersebar dalam medium
cetak menjadi tidak merata dan memiliki kerapatan yang kurang baik. Hal ini
dapat terlihat pada Membran E dengan perbandingan NMP 66,67% ; PVDF
16,67% ; Serbuk Biji Kelor 13,3% ; TiO2 3,3% dengan kemampuan kekuatan
30
tarik hanya mencapai 4,27 N/mm2, regangan 0,37% dan beban maksimal 139 N.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati, Nita et al (2012)
dengan nilai regangan sampel membran sebesar 5,48%, nilai regangan pada
formulasi membran PVDF – Serbuk Biji Kelor dengan sintesis TiO2 yang telah
dianalisis tersebut lebih kecil yaitu sebesar 0,60%. Perbedaan yang signifikan
pada besaran regangan tersebut dapat dipengaruhi oleh komposisi, luas, dan
besaran gaya atau tekanan yang diberikan ketika dilakukan uji tarik. Besarnya
regangan pada membran menunjukkan kemampuan elastisitas membran ketika di
berikan gaya saat uji tarik. Sehingga membran yang dihasilkan pada penelitian ini
memiliki regangan yang relatif kecil.
Menurut Davis, Joseph R dalam Tensile Testing 2nd edition (2004), ketika
material solid diberi sedikit tekanan, rantai antar atom pada material tersebut akan
mengalami regangan, dan ketika tekanan dihilangkan, rantai atom menjadi relax
dan material kembali pada bentuk semula, hal ini disebut elastic deformation.
Sebaliknya ketika material diberi tekanan yang lebih besar, rantai antar atom akan
saling menimpa, sehingga material tidak mampu kembali ke bentuk semula
bahkan ketika tekanan dihilangkan. Kondisi ini disebut plastic deformation.
Kekuatan tarik dan regangan membran, dapat juga dipengaruhi oleh
komposisi non pelarut yang digunakan. Dalam pembuatan membran PVDF –
Serbuk Biji Kelor Dengan Sintesis TiO2, non pelarut yang digunakan adalah H2O,
hal ini mampu menghasilkan proses inversi fasa yang lebih cepat dibandingkan
menggunakan non pelarut lainnya. Membran dengan ukuran pori yang besar
memiliki kemampuan yang lebih kecil dalam mempertahankan ukuran pori nya
ketika diaplikasikan dengan uji alir. Hal ini disebabkan karena, ukuran pori yang
besar tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mempertahankan ukuran pori
ketika membran tersebut digunakan. Dengan demikian, membran dengan ukuran
pori yang besar memiliki ketahanan yang kurang baik dibandingkan membran
dengan pori yang lebih rapat dan hanya dapat digunakan dalam beberapa kali saja.
4.3 Hasil Uji Water Uptake Membran PVDF - Serbuk Biji Kelor (Moringa
Oleifera) dengan Sintesis TiO2
Uji Water uptake ditentukan untuk mengetahui banyaknya air yang dapat
diserap oleh membran. Dengan cara mengukur perbedaan berat membran sebelum
31
dan sesudah direndam dalam air. Berat kering (Wdry) diukur dari membran yang
dikeringkan selama 24 jam. Persentase water uptake dapat dihitung dengan
Persamaan 1.
𝑊 𝑤𝑒𝑡−𝑊 𝑑𝑟𝑦
% Water Uptake = x 100% …….. (3)
𝑊 𝑑𝑟𝑦
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil Scanning Electron Miscroscopy (SEM) dengan perbesaran 1000
x, komposisi membran yang terbaik berada pada komposisi Membran A
dengan perbandingan NMP 66,67% dan PVDF 33,3% serta mempunyai
ukuran pori antara 0,1 μm – 2 μm. Dari hasil gambar Membran A yang
didapat, diketahui bahwa membran tersebut memiliki struktur asimetris.
Membran dengan struktur asimetris akan memiliki kinerja yang lebih baik
daripada membran dengan struktur simetri.
2. Membran A dengan perbandingan NMP 66,67% dan PVDF 33,3% adalah
membran dengan komposisi terbaik berdasarkan pada hasil uji tarik
dengan kekuatan tarik 5,33 N/mm2, regangan 0,60% dan beban
maksimum 160 N. Dengan bgitu membran yang dihasilkan memiliki
kekuatan tarik yang besar dikarenakan strukturnya yang rapat,
menyebabkan jarak antar molekul dalam membran semakin rapat pula.
3. Membran yang dihasilkan memiliki persentase water uptake sebesar 20%,
dengan demikian, kemampuan membran dalam menyerap air sangat baik.
5.2 Saran
Pembuatan membran pada penelitian ini hanya dilakukan dengan mengubah
variasi perbandingan komposisi pembuatan membran, sehingga pada penelitian
selanjutnya dapat dilakukan dengan inovasi kinerja, seperti pengaruh temperatur
pada proses pengadukan, pengaruh waktu pengadutan, dan konsentrasi pelarut yang
juga mempengaruhi kinerja membran.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ashar., Taufik. Analisa Risiko Asupan Oral Pajanan Mangan dalam Air terhadap
Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Pp. 106 – 111.
Dari: http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/265
(diakses pada 2 Agustus 2017).
Brasquet, C., Rousey, J., Subrenat, E., and Cloirec, P.L. 1996. Adsorption of
Micropollutants onto Fibrous Activated Carbon: Association of
Ultrafiltration and Fibers. Water Science and Technology, 34(9): p. 215-
222.
Choi,J., Park, H., dan Hoffman, M.R. 2009. Combinatorial Doping of TiO2 with
Plastinum (Pt), Chromium (Cr), Vanadium (V), and Nickel (Ni) to
Achieve, Enhanced Photocatalytic Activity with Visible Light Irradiation.
Journal of Materials Research, Vol. 25 page. 149 – 158.
Fu Liu., Awanis Hashim., Yutie Liu., Mogharech Abed., Li. K. 2011. Progress in
the Production and Modification of PVDF Membranes. Journal of
membrane Science 375.
Kim, J.H., & K.W., Lee, 1998, Effect PEG Additive On Membrane Formation By
Phase Inversion, Journal of Membrane Science, Vol. 138, 153 – 163.
Kong.J.F.,K. 1999. Oil Removal From Oil-in Water Emulsion Using PVDF
Membranes. Membr.Sci.16.p 83 – 93.
Pulungan, H., 2007. Proses Pengolahan Limbah Tahu dengan Koagulasi Alami,
Makalah Ilmiah Dalam PIT PERMI.2007.
Teja, Dwi Susanto., Adfa, Morina., dan Gustian, Irfan.(2007). Pemanfaatan biji
kelor untuk pembuatan air layak minum sebagai solusi teknologi alternatif
pemecahan masalah air di daerah bekas rawa. Bengkulu. Lembaga
Penelitian, Universitas Bengkulu.
Teja Dwi Sutanto / Jurnal Gradien Vol. 3 No. 1 Januari 2007 : 219-221
US Patent.4,806,209
37