DISUSUN OLEH
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang Bahan Galian Industri yang
Berkaitan dengan Endapan Residu dan Endapan Letakan ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Endapan Residu .................................................................................................................. 6
BAB III............................................................................................................................. 15
PENUTUP........................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan galian adalah semua benda alam yang terkandung di dalam kulit bumi yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bahan galian dapat berupa unsur kimia, mineral,
kumpulan mineral, batuan, bijih, termasuk batubara, gambut, bitumen padat, dan mineral
radioaktif.
Bahan Galian Industri Merupakan semua mineral dan batuan kecuali mineral logam
dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri dan konstruksi
termasuk juga mineral logam yang bukan untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit,
bijih, mangan, zircon dan lainnya. Bahan galian industri sangat berperan dalam kehidupan
manusia yang sebagian besar digunakan sebagai komponen bahan konstruksi seperti bata,
genting, semen, batu dan pasir, keramik, serta kaca. Bahan galian industri memiliki peran
penting terhadap perekonomian suatu negara.
Secara geologi bahan galian industri terdapat dalam ketiga jenis batuan yang ada
dialam yaitu terdapat dalam batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf, mulai
dari yang berumur Pra Tersier sampai Kuarter. Bahan bangunan alam tidak lain adalah
bahan galian industri yang belum diientuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu dengan semakin
majunya rekayasa Teknik, tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri akan
bertambah jenisnya. Bahan galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan
manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dari
bahan galian industri. Hampir semua peralatan rumah tangga, bangunan fisik, obat,
kosmetik, alat tulis, barang pecah belah sampai kreasi seni dibuat langsung atau dari hasil
pengolahan bahan galian industri melalui rekayasa teknik.
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah endapan bahan galian letakan dan endapan bahan galian
residu kali ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Manfaat pada makalah endapan bahan galian letakan dan endapan bahan galian residu
kali ini adalah sebagai berikut
Proses pembentukan endapan residu dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Tahap pelapukan
Tahap pelapukan adalah tahap dimana batuan induk mengalami pelapukan secara
kimia dan fisika. Pelapukan kimia terjadi akibat reaksi antara batuan induk dengan air,
udara, dan unsur-unsur kimia lainnya. Pelapukan fisika terjadi akibat gaya-gaya fisik,
seperti suhu, tekanan, dan gravitasi.
2. Tahap pengendapan
• Kandungan mineralnya lebih tinggi. Endapan residu terbentuk dari pelapukan batuan
induknya, sehingga kandungan mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan endapan
primer yang terbentuk dari batuan induknya.
• Lebih mudah ditambang. Endapan residu umumnya terletak di permukaan bumi, sehingga
lebih mudah ditambang dibandingkan dengan endapan primer yang terletak di bawah
permukaan bumi.
• Luas penyebarannya lebih terbatas. Endapan residu umumnya hanya terdapat di daerah
dengan iklim kering dan curah hujan rendah.
• Kualitasnya lebih rendah. Endapan residu umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan endapan primer.
Bahan- bahan yang lain dari batuan induknya terangkut pergi akibat proses
pelapukan kimia. Beberapa persyaratan untuk memungkinkan terjadinya endapan residual
adalah terdapatnya sumber mineral didalam batuan induknya. Keadaan iklim yang
menguntungkan terjadinya pelapukan kimia Keadaan medan yang relatif datar. Beberapa
bahan galian residual yang penting adalah, emas, mangaan, bauksit, lempung, nikel, fosfat,
kyanit, barit, oker dan timah.
1. Endapan Residual Besi Sebagai sumber utama untuk terbentuknya endapan ini
adalah bahan induk yang mengandung besi seperti siderit, batugamping, chert besian,
batuan beku basa. Beberapa endapan residual besi yang terkenal antara lain;Endapan
bijih besi yang berasal dari siderit ditemukan di Bilbao, Spanyol. Bijih besi ini boleh
dikatakan murni, bebas dari kotoran.
• Endapan bijih besi yang berasal dari batugamping ditemukan di sungai Tennesse,
lembah Appalachia, Amerika Serikat. Bijih besi disini berwarna coklat sehingga
dikenal sebagai brown ore.
• Endapan bijih besi yang berasal dari chert besian ditemukan di daerah danau
Superior, diantaranya di Mesabi, Amerika Serikat, terdiri dari mineral hematit yang
berasal dari pelapukan taconit (chert besian). Di Birmingham, Amerika Serikat,
juga didapatkan endapan yang serupa dikenal sebagai Clinton Iron Ore, yang
tersingkap pada batuan sedimen dengan ketebalan 10 m, meluas hingga panjang 30
km, terdiri dari hematit.
Didaerah tropis atau subtropis endapan residual besi yang banyak didapatkan
merupakan laterit. Sebagai bahan galian walaupun kandungan besi cukup tinggi, tetapi
kandungan kotoran alumina cukup besar sehingga menyulitkan pemisahaannya. Jenis
endapan ini tidak banyak terdapat di Indonesia.
Dalam beberapa hal, sifat pengendapan mangaan mirip dengan sifat pengendapan
besi, hanya pada umumnya dijumpai dalam skala yang lebih kecil. Sumber batuan
induk yang menghasilkan mangaan hampir sama dengan sumber batuan yang
menghasilkan besi, yaitu mineralmineral mafik yang terdapat dalam batuan beku,
terutama batuan beku basa. Sumber yang lain adalah batugamping, dolomit, sekis.
Deposit mangaan yang berasal dari batuan sekis banyak mengandung spessartit,
rhodochrosit, rhodosit dan tephroit. Pelapukan kimia akan melarutkan silika,
magnesium, kalsium dan unsur lainnya dan meninggalkan residu atau sisa berupa
oksida mangaan. Contoh endapan mangaan residual banyak didapatkan didaerah tropik
dan subtropik, misalnya di India, Brasilia, Maroko, Mesir. Di Indonesai endapan jenis
ini ditemukan di daerah Karangnunggal, Jawa Barat.
3. Endapan Bauksit
• Keadaan permukaan yang bersifat permeabel, dan mampu meluluskan air secara
pelan-pelan.
• Cukup terdapat media pengangkutan larutan hasil pelapukan yang tidak diinginkan.
Kesemuanya itu merupakan keadaan alami, sudah ada dan berjalan dalam waktu
geologi yang cukup lama dan tidak dapat direkayasa oleh manusia. Endapan bauksit
yang berasal dari pelapukan batuan beku jenis syenit mengalami proses beberapa tahap
yaitu:
• Pada tahap awal syenit yang mengandung mineral feldpar dan feldpatoid dengan
mineral-mineral kelam di lapisan bagian bawah mengalami pelapukan.
• Tahap ketiga, pada lapisan bagian atas pelapukan berlanjut dan semakin tebal,
terbentuk pori-pori yang semakin banyak di mana air tanah mampu melewatinya secara
perlahan-lahan. Di bawahnya terdapat kumpulan mineral feldpar dan di bagian
bawahnya lagi terbentuk kaolin, disusul dengan konsentrasi mineral-mineral kelam
dibagian paling bawah.
• Tahap akhir, di bagian atas jumlah pori pori makin bertambah sebagai akibat proses
pelapukan yang semakin intensif menghasilkan soil yang semakin tebal. Feldpar yang
ada mulai larut dan hilang, di bawahnya terbentuk konsentrasi bauksit yang cukup
tebal, sedang di bawah bauksit didapatkan kaolin yang disusul bagian terbawah
merupakan konsentrasi mineral-mineral kelam.
Dari uraian tersebut, jelas bahwa pelapukan yang sangat intensif dengan
pembentukan soil yang cukup tebal dan bersifat permeabel merupakan faktor penentu
terjadinya konsentrasi bauksit. Hasil samping dari tambang bauksit adalah kaolin. Hal
lain yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa deposit yang mempunyai nilai
ekonomi terbentuk pada akhir Mesozoikum atau Tersier, berasosiasi dengan lempung
(kaolin). Tempat pengumpulan deposit residual ini menunjukkan kerataan permukaan
yang merupakan bekas permukaan erosi atau peneplain tua. Contoh endapan bauksit
yang terkenal adalah di sekitar kota Bauxit, di Arkansas Amerika Serikat yang berasal
adari pelapukan nepelin syenit Di Indonesia mineral bauksit terdapat di Riau dan
Sumatra Selatan, serta Kalimantan barat.
4. Endapan Lempung
Proses pembentukan dan asal bahan induknya sama dengan bauksit, yaitu batuan
beku jenis syenit. Lempung residual terdapat sebagai lempung berwarna putih (disebut
sebagai kaolin) dan tetap berwarna putih apabila dibakar, dan lempung yang menjadi
merah sesudah dibakar. Penyebaran lempung residual relatif terbatas dibandingkan
dengan lempung sedimenter. Di Indonesia jenis lempung residual terdapat bersamaan
dengan bauksit.
5. Endapan Nikel
Jenis batuan beku ultra basa mengandung nikel dalam jumlah yang relatif sedikit,
tetapi dalam lingkungan tropis dan subtropis batuan tersebut akan lapuk dan salah satu
hasil pelapukannya adalah senyawa nikel dan magnesium, yang lebih dikenal sebagai
mineral garnierit. Di Indonesia endapan nikel didapatkan di Pomalla dan Soroako di
Sulawesi Tenggara yang sudah diusahakan sejak lama dan sampai sekarang masih
berproduksi. Endapan nikel yang terkenal di dunia didapatkan di New Caledonia, yang
merupakan tanah laterit hasil pelapukan dari mineral garnierit.
2.3 ENDAPAN LETAKAN
Endapan letakan adalah endapan bahan galian yang terbentuk dari proses transportasi dan
pengendapan material yang berasal dari suatu tempat lain. Endapan letakan umumnya
terjadi di daerah dataran banjir, delta, dan dimana. Dalam endapan letakan, mineral yang
lebih berat akan mengendap di bagian bawah, sedangkan mineral yang lebih ringan akan
mengendap di bagian atas.
Proses pembentukan endapan letakan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap erosi Tahap erosi adalah tahap 5imana batuan induk dan mineral-mineral yang
terkandung di dalamnya mengalami proses pengikisan oleh air, angin, atau es.
2. Tahap transportasi Tahap transportasi adalah tahap 5 dimana material yang telah terkikis
oleh erosi akan terbawa oleh aliran air, angin, atau es.
3. Tahap pengendapan Tahap pengendapan adalah tahap 5imana material yang telah
terbawa oleh aliran air, angin, atau es akan diendapkan di tempat lain.
• Luas penyebarannya lebih luas. Endapan letakan umumnya terdapat di daerah dengan
iklim yang bervariasi.
• Kualitasnya lebih rendah. Endapan letakan umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan endapan primer.
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama proses sedimentasi
berlangsung, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih
sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi
tertentu (stratabound). Pembentukan endapan sekunder (mekanis) terbentuk oleh
konsentrasi mekanik dari mineral bijih yang berasal dari batuan/endapan lain akibat
pelapukan kimiawi maupun mekanik. Proses pemilahan selama proses transportasi dan
pengendapan, tergantung oleh besar butir dan berat jenis yang dikenal sebagai endapan
plaser atau endapan letakan. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dan sebagainya.
Berdasarkan lokasi pengendapan, endapan plaser dapat dibagi menjadi empat yaitu:
1. Endapan plaser eluvium (dekat atau di sekitar sumber mineral bijihprimer), yang
terbentuk dengan hanya sedikit tertransportasi atau material mengalami pelapukan setelah
pencucian.
3. Endapan plaser pantai, terbentuk karena adanya aktivitas gelombang memukul pantai
dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Endapan plaser fosil, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami
pembatuan dan kadang-kadang telah mengalami metamorfisme. Sebagai contoh endapan
emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat
Proses terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi oleh empat
faktor, yaitu:
• Sumber dari mineral, yaitu metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau
sekunder).
• Proses erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan
(supergene)
• Proses biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan
minyak bumi,
Dua kondisi atau persyaratan utama pembentukan endapan plaser adalah: (1)
Lingkungan mineralisasi, yaitu terdapatnya formasi batuan hasil pelapukan, desintegrasi
bijih, erosi, transportasi dan pengendapan, serta (2) Kondisi paleomorfologi. Syarat
pertama terkait dengan sumber (source) mineralisasi, yang mengalami desintegrasi
(pelapukan fisik), baik secara alamiah maupun non-alamiah. Secara alamiah desintegrasi
terjadi melalui dua tahapan yang berbeda, yaitu tahap pelapukan batuan dan tahap
transportasi. Pada tahap pelapukan terjadi pemisahan bagian mineralisasi yang lapuk dari
batuan, selanjutnya pada tahap transportasi terjadi mekanisme pemisahan partikel mineral
logam dan mineral nonlogam.
Peranan air sangat penting, baik pada tahap desintegrasi maupun transportasi
(sebagai media transportasi), karena berperan pada proses pembebasan mineral logam dari
ikatan kimia menjadi partikel, yang pada akhirnya terkonsentrasi pada tempat-tempat di
mana kecepatan media berkurang, sedangkan partikel berukuran halus akan tertransportasi
lebih jauh. Umumnya partikel berbutir halus terdiri atas mineral ringan dan mineral non
logam, di mana ini merupakan alasan mengapa para explorer dalam bekerja pada endapan
plaser lebih cenderung memulai identifikasinya pada zona-zona partikel halus. Alasannya
cukup sederhana, karena partikel halus sangat berhubungan dengan lingkungan
mineralisasi formasi batuan.
Dalam klasifikasi genesis bahan galian, endapan plaser masuk sebagai endapan
sekunder. Awalnya keterdapatan mineral logam dalam material lepas (unconsolidated)
dikenal dengan istilah endapan aluvial, karena mineral logam dijumpai pada material non
organik, lanau, pasir, lempung dan gravel. Istilah ini sangat dekat dengan faktor air sebagai
media transportasi, sehingga timbul kesulitan dalam memberi jawaban bila muncul
pertanyaan tentang sumber (source) mineral logamnya. Tentu masih banyak pertanyaan,
termasuk bagaimana dengan media angin. Ada pula yang menyamakan endapan plaser
dengan istilah lain yaitu endapan sedimenter, yang tentunya terkait dengan faktor
transportasi. Namun istilah ini menjadi rancu ketika ada contoh kondisi lapangan di mana
suatu batuan yang mengandung mineralisasi emas kemudian menjadi lapuk sepanjang
umur geologi dan hasil pelapukannya berubah ukurannya menjadi gravel, lanau, lempung
soil, dan butiran emasnya terendapkan bersama soil di sekitar batuan sumber mineralisasi
tersebut. Maka timbul pertanyaan, termasuk ke dalam klasifikasi manakah endapan plaser
ini (Tonggiroh, 2020).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Endapan
Residu Dan Endapan Letakan adalah sebagai berikut.
1. Endapan residu adalah endapan bahan galian yang terbentuk dari pelapukan batuan
induknya. Endapan residu umumnya terjadi di daerah dengan iklim kering dan curah hujan
rendah. Dalam endapan residu, mineral yang lebih resisten terhadap pelapukan akan
terkonsentrasi, sedangkan mineral yang mudah lapuk akan terbawa oleh air.
2. Endapan letakan adalah endapan bahan galian yang terbentuk dari proses transportasi
dan pengendapan material yang berasal dari suatu tempat lain. Endapan letakan umumnya
terjadi di daerah dataran banjir, delta, dan 6imana. Dalam endapan letakan, mineral yang
lebih berat akan mengendap di bagian bawah, sedangkan mineral yang lebih ringan akan
mengendap di bagian atas.
3. Bahan Galian Industri Yang Berkaitan Dengan Endapan Residu Dan Endapan Letakan
merupakan endapan hasil pelapukan dimana proses pelapukan dan pengendapan terjadi di
tempat yang sama, dengan kata lain tanpa mengalami transportasi (baik dengan media air
atau angin) seperti endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya
terjadi secara fisika dan kimia. sedangkan bahan galian endapan letakan atau sering juga
disebut sebagai endapan sekunder merupakan endapan yang terbentuk akibat konsentrasi
bahan galian berharga (bijih) akibat pengendapan kembali secara sekunder (berasal dari
perombakan batuan asal) melalui proses-proses pelapukan (kimia atau mekanik),
transportasi, pemilahan (sorting), dan proses pengkonsentrasian (pengkayaan), sehingga
menghasilkan endapan bijih tertentu.