Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGARUH JENIS BATUAN TERHADAP


KEBERHASILAN ROP PENGEBORAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Teknik Pengeboran
Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh:
Nama : Dedi Saputra
NPM : 10070116032
Kelas : C

PROGRAM STUDI PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wata’ala, yang atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas kuliah Teknik Pengeboran.
Dalam menyelesikan makalah ini banyak dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini saya ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Yunus Ashari, Ir., M.T selaku Dosen mata kuliah Teknik
Pengeboran.
2. Kedua orang tua yang telah mendukung dan yang tak henti-hentinya
memberikan do’a,
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin dapat
disebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah
diberikan akan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan sendiri. Oleh karena itu
sangat diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, khususnya dari
para pembaca.
Bandung, 23 Maret 2022
Penyusun,

Dedi Saputra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar belakang................................................................................. 1
1.2 Pentingnya Memahami Pengaruh Jenis Batuan Terhadap Keber
-hasilan ROP Pengeboran............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


2.1 Jenis Batuan ................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Farmasi Batuan .......................................................... 5
2.3 ROP (Rate Of Penetration)..................................................... ..6

BAB III DISKUSI DAN KESIMPULAN...................................................... 9


3.1 Diskusi............................................................................................. 9
3.2 Kesimpulan ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum kegiatan produksi pada pertambangan tidak terlepas dari
kegiatan pengeboran karena bongkahan batuan yang keras dengan volume yang
besar akan sangat susah untuk dilakukan penggalian dengan alat berat mekanis.
Kegiatan pengeboran dilakukan sebagai salah satu cara terbaik untuk
memisahkan bongkahan batuan dengan volume yang besar menjadi ukuran
yang sesuai untuk di angkut oleh alat berat mekanis ke tempat penampungan.
Dalam kegiatan peledakan akan dibahas beberapa jenis metode peledakan yang
dapat diterapkan untuk beberapa kondisi serta kaitan eratnya dengan kegiatan
pengeboran, selain untuk kegiatan produksi kegiatan pengeboran juga
diperlukan untuk kegiatan eksplorasi bahan galian baik itu berbentuk fluida dan
sebagainya.
Diharapkan dalam suatu operasi pemboran adalah dicapainya ROP
yang besar dan optimum. Makin singkat waktu yang diperlukan untuk melakukan
operasi pemboran, maka operasi pemboran tersebut akan semakin
baik, karena kemungkinan biayanya akan lebih murah. Tetapi ROP yang
besar tidak selalu berhubungan dengan biaya yang murah, misalnya bila
terjadi kerusakan bit dan lain-lain.
Dalam eksplorasi sangat penting memahami pengaruh jenis batuan
terhadap keberhasilan ROP (Rate of Penetration) Pengeboran, setiap jenis
batuan memiliki spesifikasi tertentu sehingga sangat berpengaruh kepada
kegiatan pengeboran.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi ROP pengeboran diantaranya
adalah faktor masa batuan, mesin dan operator pengeboran itu sendiri, pada
makalah kali ini kita akan membahas salah satu faktor yang mempengaruhi ROP
pengeboran yaitu masa batuannya.
ROP biasanya digunakan untuk merencanakan suatu pengeboran baik
dalam perhitungan waktu maupun biaya yang akan dikeluarkan, kegiatan
perencanaan ini dilakukan sebelum kegiatan pengeboran dilakukan.

1
2

1.2 Pentingnya Memahami Pengaruh Jenis Batuan Terhadap


Keberhasilan ROP Pengeboran
Jenis batuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
ROP pengeboran yang dilakukan, setiap jenis batuan memiliki spesifikasi tertentu
yang akan berpengaruh pada kegiatan pengeboran sebagai salah satu contoh
ketika batuan yang akan di bor memiliki kekerasan yang tinggi maka waktu dan
juga tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pengeboran akan semakin lama
dibandingkan dengan batuan yang lemah atau lunak.
ROP yang besar dapat menghemat waktu dan juga biaya dalam kegiatan
pengeboran karena itu sangat penting memahami pengaruh dari jenis batuan
tersebut terhadap ROP pengeboran.
Jenis batuan juga akan berdampak pada jenis mata bor yang akan
digunakan karena mata bor tersebut akan mempengaruhi nilai dari RPM ( Rotasi
Per Menit) dan WOB ( Weight On Bit ).
Dalam suatu operasi pemboran, laju penembusan atau Rate of
Penetration (ROP) merupakan suatu faktor yang sangat penting. Maka
yang diharapkan dalam suatu operasi pemboran adalah dicapainya ROP
yang besar dan optimum. Makin singkat waktu yang diperlukan untuk melakukan
operasi pemboran, maka operasi pemboran tersebut akan semakin
baik, karena kemungkinan biayanya akan lebih murah. Tetapi ROP yang
besar tidak selalu berhubungan dengan biaya yang murah, misalnya bila
terjadi kerusakan bit dan lain-lain.
Optimasi WOB digunakan untuk mendapatkan ROP yang optimum
serta menghindari terjadinya kerusakan pada bit akibat overload atau
kelebihan pembebanan pada bit.
Dengan pemilihan mata bor yang tepat akan menghemat waktu yang
dikeluarkan dan juga biaya yang harus disediakan semakin berkurang, sehingga
kegiatan pengeboran berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kegiatan penilaian atau perhitungan terhadap nilai ROP ini dilakukan
pada tahap perencanaan pengeboran di suatu daerah untuk mengestimasi waktu
yang dibutuhkan serta biaya yang harus dikeluarkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Batuan


Ada 3 jenis batuan yang terdapat di bumi yaitu batuan metamorf,
sedimen dan batuan beku.
Batuan Beku merupakan jenis batuan pertama yang membentuk
litosfer, batuan beku merupakan batuan yang terbentuk karena proses
pembentukannya terjadi dari magma yang telah mengalami pendinginan atau
pembekuan, berdasarkan cara terbentuknya, batuan beku dibagi menjadi
tiga macam, yaitu intrusive, ekstrusif, dan hipabissal.

Sumber : Duta. 2020.


Gambar 1
Komperator Batuan Beku

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari endapan


dari struktur batuan yang telah ada sebelumnya yang mudah lepas
dan terbawa air, angin, dan es yang mengalami proses sedimentasi.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan

3
4

menjadi empat jenis, yaitu batuan sedimen klasik, batuan sedimen


biokimia, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen vulkanik.

Sumber : Duta. 2020.


Gambar 2
Komperator Batuan Sedimen

Batuan metamorf atau malihan merupakan jenis batuan yang berasal


dari batuan sedimen dan batuan beku. Batuan ini merupakan hasil
transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya, atau biasa
disebut dengan metamorfosis.
Batuan metamorf juga memiliki berbagai macam jenis. Berikut ini
penjelasan beberapa jenis batuan matamorf tersebut :
1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses
metamorfisis akibat adanya suhu yang sangat tinggi. Suhu ini berasal
dari aktivitas magma yang menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun warna batuan. Beberapa contoh dari batuan
metamorf ini, yaitu batu marmer, batolit, lakolit, dan batuan sill.
2. Batuan Metamorf Regional
Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan
metamorf dalam ukuran yang cukup besar dan luas. Sebagian besar
batuan di bawah kerak bumi merupakan batuan metamorf yang
mengalami proses metamorfosis ketika terjadinya tabrakan lempeng
benua ini.
3. Batuan Metamorf Katalakstik
Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi
mekanis. Jadi, ketika ada dua lempeng yang saling bergesekan maka
5

akan menghasilkan panas yang sangat tinggi. Nah, bagian yang


masih mengalami gesekan tersebut yang akan mengalami perubahan
struktur di dalamnya.
4. Batuan Metamorf Tindihan
Sesuai namanya, batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari
batuan yang tertimbun dalam kedalaman yang sangat dalam hingga
mencapai perubahan suhu yang sangat drastis. Batuan ini bisa
berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi perubahan
suhu dan tekanan yang terjadi secara terus menerus.

2.2 Karakteristik Farmasi Batuan


Formasi adalah satuan batuan yang homogen, atau asosiasi dari
satuan batuan berselang-seling yang berbeda, dapat dipisahkan dengan
satuan batuan di atasnya dan yang di bawahnya (Brookfield, M. E., 2004).
Karakteristik formasi yang sangat berpengaruh terhadap ROP
adalah karakteristik dari batuan formasi yaitu sifat mekaniknya, sifat
mekanik yang mempengaruhi ROP yaitu : compressive strength, drillability,
hardness, abrasiveness dan elasticity.
1. Compressive Strength
Compressive strength merupakan pencerminan dari kemampuan
batuan untuk menahan compressive stress maksimum sebelum
batuan tersebut hancur. Umumnya ROP berbanding terbalik
dengan compressive strength. Semakin besar compressive strength,
maka ROP akan semakin menurun.
2. Drillability
Drillability merupakan tingkat kemudahan batuan untuk dibor.
Dengan demikian, semakin besar tingkat drillabilitas suatu
batuan, maka batuan tersebut akan semakin mudah untuk dibor.
Drillability umumnya akan berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Semakin besar kedalaman, maka batuan akan
semakin sulit untuk ditembus.
3. Hardness
Hardness (kekerasan batuan) merupakan sifat ketahanan batuan
terhadap goresan. Kekerasan batuan dipengaruhi oleh semenntasi
6

dan kekompakan butiran batuan. Semakin keras batuan,


ruang rongga butiran batuan akan semakin kecil dan
batuan menjadi semakin kompak, sehingga batuan semakin
sulit untuk dihancurkan. Sebaliknya, semakin besar rongga
butiran batuan akan mempermudah batuan untuk di bor, sehingga
ROP yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Sumber : Bahan Kuliah Teknik Pengeboran. 2022.


Gambar 2
Komperator Batuan Sedimen

4. Abrasiveness
Abrasiveness merupakan sifat menggores dan mengikis dari
batuan. Hai ini akan berpengaruh pada tingkat keausan gigi
bit. Semakin besar abrasiveness, maka bit akan semakin cepat
aus, sehingga ROP akan menurun.
5. Elasticity
Pengaruh elasticity terhadap ROP biasanya dijumpai pada
batuan shale. Semakin elastis suatu batuan, akan menyebabkan
batuan tersebut akan semakin sulit untuk dibor.

2.3 ROP (Rate Of Penetration)


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
ROP terhadap formasi batuan diantaranya adalah metode Speer,
Samerton, Fullerton, Galle-Woods, dan Bourgoyne-Young.
7

Sebagai salah satu contoh dengan metode Speer, Speer


mengemukakanbahwa ROP yang optimum sangat dipengaruhi dan
tergantung dari WOB dan RPM serta hidrolikanya.
Speer mengadakan percobaan selanjutnya di laboratorium
untuk menentukan hubungan ketiga faktor diatas dan mengkorelasikan
antara :
1. ROP dan WOB-ROP dengan Hydraulic Horse Power
2. ROP dengan WOB optimum
3. ROP optimum dengan WOB
Hubungan di atas ditunjukkan dengan grafik 1 berikut, yaitu
grafik untuk menentukan WOB dan RPM optimum. Dengan
menggunakan grafik Speer tersebut, dimana drillability indeks dari
formasi langsung dihubungkan dengan ROP optimum. Metode ini
didasarkan pada bit record, dimana harga WOB dan RPM dari
pengoperasian bit telah didapatkan.

Sumber : Duta. 2020.


Gambar 3
Chart Penentuan WOB & ROP Optimum Speer
8

Untuk pendekatan penentuan WOB-RPM optimum dengan


metode Speer dilakukan dengan grafik speer. Dimana input dari
metode Speer meliputi WOB, RPM, drillability batuan dan BHHP
diperoleh dari data rekaman sumur bor sebelumnya. Kelebihan dari
metode Speer yaitu sederhana, dapat diketahui BHHP optimum dan
WOB-RPM optimum. Sedangkan kekurangannya adalah kurang akurat
karena menggunakan chart, sehingga pembacaannya kurang tepat, dan
juga faktor formasi dan faktor yang mempengaruhi keadaan formasi
sudah dianggap optimum.
Metode berikutnya adalah Samerton merumuskan hubungan antara
ROP dengan WOB dan RPM sebagai berikut :

ROP = 1.5 .......................................................................................... 1

Keterangan :
N = laju putaran, rpm
D = diameter lubang bor, in
S = rock strength
F = weight on bit, lb.
Seperti halnya metode Speer, metode Samerton juga
berdasarkan pada bit record yang ada, dimana data RPM dan WOB telah
ada.
BAB III
DISKUSI DAN KESIMPULAN

3.1 Diskusi
Jenis batuan tertentu memiliki spesifikasi tertentu dan juga memiliki
beberapa parameter tertentu yang mempengaruhi ROP, compressive strength,
drillability, hardness, abrasiveness dan elasticity.
Pengaruh jenis batuan terhadap ROP dapat dilihat pada beberapa
parameter batuan diatas, yang memiliki pengaruh penting terhadap pemilihan bit
yang berpengaruh pada WOB dan ROP.
Karakteristik batuan merupakan hal terpenting yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bit. Sebab kesalahan-kesalahan
akibat pemilihan bit terhadap jenis formasi yang ditembus akan menurunkan
efisiensi penggunaan bit, sehingga ROP tidak optimal. Salah satu karakteristik
batuan yang paling menentukan dalam pemilihan jenis pahat adalah kekerasan
batuan.
Selain dari jenis batuan faktor lain yang perlu diperhatikan juga bahwa
pada prinsipnya, tekanan akan semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman. Tekanan hidrostatik dan overburden akan semakin tinggi,
batuan semakin kompak sehingga akan sulit untuk ditembus. Dan pada
umumnya ROP akan menurun dengan adanya tekanan yang semakin besar,
perlu diingat, bahwa terdapat lapisan batuan keras maupun lunak,
sehingga dengan bertambahnya kedalaman belum tentu akan menurunkan
ROP.
Teknik untuk mendapatkan ROP adalah dengan memberi beban di
atas bit (WOB) yang berhubungan dengan sistem pengangkatan serta
memberikan putaran (RPM) dengan bantuan sistem putar (rotary). Untuk
memperoleh ROP yang optimum, pemberian WOB berguna untuk
kemajuan dalam penembusan formasi dan untuk menjaga rangkaian pipa
bor agar tetap tegang (tension). WOB yang baik diberikan lebih besar
dari compressive strength batuan.

9
WOB yang baik diberikan lebih besar dari compressive
strength batuan. Pada prinsipnya, semakin besar WOB yang diberikan,
tentunya dengan batasan-batasan tertentu, laju pemboran akan semakin
naik, jika pembersihan cutting oleh fungsi hidrolika berperan cukup untuk
pembersihan dasar lubang bor.RPM yang besar akan memberikan ROP yang
besar pulasampai dengan batas tertentu. Jika RPM dinaikkan sampai
batas vibrasi maksimal, maka akan terjadi torque yang terlalu besar
sehingga akan mempercepat kerusakan pahat.
Untuk pendekatan penentuan WOB-RPM optimum dengan metode
Speer dilakukan dengan grafik speer. Dimana input dari metode Speer
meliputi WOB, RPM, drillability batuan dan BHHP diperoleh dari data rekaman
sumur bor sebelumnya. Kelebihan dari metode Speer yaitu sederhana,
dapat diketahui BHHP optimum dan WOB-RPM optimum. Sedangkan
kekurangannya adalah kurang akurat karena menggunakan chart, sehingga
pembacaannya kurang tepat, dan juga faktor formasi dan faktor yang
mempengaruhi keadaan formasi sudah dianggap optimum.
Untuk metode Samerton digunakan grafik Samerton. Pada grafik
Samerton didapat input yaitu: WOB, RPM, (dalam pembacaan chart),
diameter lubang bor dan strength batuan. Kemudian dimasukkan ke
dalam persamaan Samerton, maka akan didapatkan WOB dan RPM
optimum. Metode ini cukup sederhana, tetapi karena hasilnya tergantung
pada pembacaan chart, maka dianggap masih kurang akurat.

3.2 Kesimpulan
Dari rangkuman ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis batuan tertentu mempengaruhi Rate Of Penetration diantaranya
adalah compressive strength, drillability, hardness, abrasiveness dan
elasticity.
2. Semakin besar compressive strength, maka ROP akan semakin
menurun.
3. Drillability akan berkuran dengan bertambahnya kedalaman. Semakin
besar kedalaman, maka batuan akan semakin sulit untuk ditembus.
4. Semakin keras batuan, ruang rongga butiran batuan akan semakin
kecil dan batuan menjadi semakin kompak, sehingga batuan

10
semakin sulit untuk dihancurkan. Sebaliknya, semakin besar rongga
butiran batuan akan mempermudah batuan untuk di bor, sehingga
ROP yang dihasilkan akan semakin tinggi.
5. Semakin besar abrasiveness, maka bit akan semakin cepat aus,
sehingga ROP akan menurun.
6. Semakin elastis suatu batuan, akan menyebabkan batuan tersebut
akan semakin sulit untuk dibor.
7. Metode untuk menentukan nilai ROP diantaranya adalah metode Speer,
Samerton, Fullerton, Galle-Woods, dan Bourgoyne-Young.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Anchajie, 2009. “Tipe dan Jenis Pengeboran”. www.scribd.com.


Diakses Tanggal 21 April 2022, Pukul 21.15 WIB. (Referensi
Internet).

2. Banunaek, Noni. 2016. “Eksplorasi Air Tanah”. www.scribd.com.


Diakses Tanggal 21 April 2022, Pukul 23.15 WIB. (Referensi
Internet).

3. Dr.Yunus Ashari, MT. 2020. “Buku Ajar Teknik Pengeboran”. Fakultas


Teknik-Jurusan Teknik Pertamangan UNISBA, Bandung. Diakses
Tanggal 22 Maret 2022, Pukul 22.05 WIB. (Referensi Ebooks).

4. Duta. 2020. “Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Fakultas


Teknologi Mineral-Jurusan Teknik Pertambangan UPN “Veteran”.
Yogyakarta. Hal: 2 - 23. Diakses Tanggal 23 April 2022, Pukul
12.05 WIB. (Referensi Buku).

Anda mungkin juga menyukai