Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI I
(SEDIMENTASI)

NAMA : MUH. FAJRIN HIDAYAT


NIM : 2120421040

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Praktikum ................................................................................ 1
I.2 Manfaat Praktikum .............................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Batuan Sedimen .................................................................................. 2
II.2 Batu Kapur ......................................................................................... 3
II.3 Sedimentasi......................................................................................... 4
II.4 Laju Sedimentasi ................................................................................ 5
II.5 Material Sedimen................................................................................ 6
II.6 Jenis-jenis Sedimen ............................................................................ 6
II.7 Proses Sedimentasi ............................................................................. 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. .8
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 8
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan ............................................................................... 11
4.2 Data Perhitungan ............................................................................... 18
4.3 Pembahasan ....................................................................................... 20
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
5.2 Saran .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
ii
I.1 Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui dan memahami cara pengukuran partikel kecil
dengan menggunakan ayakan standar.
b. Untuk mengetahui dan memahami proses pengendapan dan dapat
mengukur kemampuan pengendapan dari suatu material.
c. Untuk mengetahui dan memahami proses flokulasi dan koagulasi
partikulat pada proses sedimentasi.
I.2 Manfaat Praktikum
a. Dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran partikel kecil
dengan menggunakan ayakan standar.
b. Dapat mengetahui dan memahami proses pengendapan dan dapat
mengukur kemampuan pengendapan dari suatu material.
c. Dapat mengetahui dan memahami proses flokulasi dan koagulasi
partikulat pada proses sedimentasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1
2.1 Batuan Sedimen
Kekuatan batuan batuan sedimen secara umum lebih kecil dibandingkan
dengan batuan beku dan metamorf, hal ini diakibatkan oleh adanya
karakteristik alamiah batuan sedimen yang memiliki porositas dalam
pembentukannya . Porositas merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kekuatan batuan dimana peningkatan porositas akan
menyebabkan peningkatan regangan pada batuan sehingga akan
menyebabkan keruntuhan (failure), dimana pengaruh adanya porositas pada
batuan sedimen berdampak pada kadar jenuh air (absorpsi) pada batuan
dimana penurunan kekuatan batuan dapat terjadi karena adanya peningkatan
absorpsi pada batuan (Irwan, 2021).
Batuan sedimen sendiri merupakan salah satu jenis batuan yang mana
terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan
sedimen atau sering juga disebut sebagai endapan merupakan batuan yang
terbentuk dari endapan bahan-bahan yang terbawa oleh air ataupun angin.
Ada lagi pengertian mengenai batuan sedimen yakni batuan yang
terbentuk karena adanya proses pembatuan atau litifikasi dari hasil proses
pelapukan dan juga erosi tanah yang telah terbawa arus dan kemudian
diendapkan. Seorang ahli menyatakan bahwasannya batuan sedimen ini
merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material
lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan juga
longsoran gravitasi, gerakan tanah atau juga tanah longsor.

Selain terbentuk dari demikian, batuan sedimen ini juga terbentuk oleh
penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam, dan juga material-
material lainnya. Batuan sedimen, jumlahnya sangat banyak dan banyak
tersebar di permukaan bumi di dunia ini 70% batuan yang terdapat di seluruh
permukaan bumi ini adalah jenis dari batuan sedimen. Namun batuan itu

2
hanya sebesat 2% dari volume seluruh kerak bumi. Hal ini menandakan
bahwa batuan sedimen yang tersebar dengan sangat luas di permukaan bumi,
namun ketebalannya hanya relatif tipis. Kerak bumi memang tersusun atas
berbagai macam material, tidak hanya batuan saja namun juga lapisan -
lapisan tanah, pasir, dan juga yang lainnya dan batuan ini juga termasuk
elemen yang menyusun komposisi kerak bumi. Batuan-batuan yang
menyusun komposisi kerak bumi ini terbagi ke dalam berbagai macam jenis
batuan sedimen (Zakri, Prengki and Saldy, 2020).

2.2 Batu Kapur


Batu kapur ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa
karbonat. Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat di alam adalah
batu kapur yang mengandung kristal kalsit. Batu kapur memiliki warna putih,
putih kekuningan, abu–abu hingga hitam. Pembentukan warna ini tergantung
dari campuran yang ada dalam batu kapur tersebut, misalnya : lempung,
kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu kapur terbentuk dari
sisa–sisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia. Berat jenis batu
kapur berkisar 2,6 - 2,8 gr/cm3, dalam keadaan murni dengan bentuk kristal
kalsit (CaCO3), sedangkan berat volumenya berkisar 1,7 – 2,6 gr/cm3.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah aragonite (salah satu bentuk kristal CaCO3), yang merupakan mineral
metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit
(kristal CaCO3 yang paling stabil). Seperti yang diketahui bahwa batu kapur
mengandung sebagian besar mineral kalsium karbonat yaitu sekitar 95%.
Kandungan kalsium karbonat ini dapat diubah menjadi kalsium oksida (CaO)
dengan kalsinasi sehingga lebih mudah dimurnikan untuk mendapatkan
kalsiumnya. Dengan cara ini, batu kapur dapat dimanfaatkan dalam sektor
katalisis dari sebuah mineral karbonat yang berada didalamnya atau
kandungan mineral tersebut yang telah diubah dari batu kapur (Megawati,
Alimuddin and Abdul Kadir, 2019).

3
Batu kapur (CaCO3) merupakan batuan sedimen organik mengandung
mineral kalsium, berperan sangat penting dalam berbagai proses industri.
Komposisi batu kapur yang baik tergantung pada kadar kemurniannya.
Semakin tinggi kadar CaCO3 batuan kapur, semakin tinggi kualitasnya. Proses
pengolahan dapat meningkatkan kualitas batu kapur dan mempengaruhi harga
jual sehingga meningkatkan nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan
menganalisis komposisi kadar mineral dan nilai ekonomi hasil pengolahan
dari batu kapur (Oktade, 2020).

2.3 Sedimentasi
Sedimen merupakan partikel organik dan anorganik yang terakumulasi
secara bebas. Menurutt asalnya Sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
sedimen klithogenous, merupakan sedimen yang terjadi dari sisa pengikisan
batu-batuan yang berada didarat, sedimen jbiogenous merupakan sedimen
yang terbentuk dari sisa rangka organisme hidup yang juga akan membentuk
endapan-endapan halus yang bernama ooze yang terendapkan jauh dari pantai
kearah laut dan, sedimen hydrogenous merupakan sedimen yang terbentuk
dari hasil reaksi kimia dari air laut (Suprianto dan Kupa, 2022).
Sedimentasi merupakan peristiwa pengendapan atau penumpukan
material batuan yang terangkut oleh tenaga air maupun angin di suatu tempat.
Sedimen merupakan pecahan batuan yang memiliki ukuran dan bentuk yang
bervariasi yang terbentuk dari proses fisika dan kimia pada batuan tersebut.
Laju sedimentasi adalah banyaknya massa sedimen yang terangkat melalui
satu satuan luas dalam setiap satuan waktu (Rosyadewi and Hidayah, 2020).
Sedimentasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu, proses
sedimentasi secara geologis, yaitu proses erosi tanah dan sedimentasi yang
berjalan secara normal atau berlangsung secara geologi, dan proses
sedimentasi dipercepat, yaitu proses terjadinya sedimentasi yang
menyimpang dari proses secara geologi dan berlangsung dalam waktu yang
cepat, bersifat merusak atau merugikan dan dapat mengganggu keseimbangan
alam atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian tersebut biasanya

4
disebabkan oleh kegiatan manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah
tanah yang salah dapat menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi yang tinggi.
Namun, dalam permasalahan sedimentasi, jenis angkutan sedimen
biasanya didominasi sedimen suspensi dan sedimen dasar sedangkan
angkutan sedimen lainnya akan terus terbawa aliran hingga ke muara sehingga
tidak berkontribusi yang menyebabkan sedimentasi (Alfianto dan Cecilia,
2020).
Proses sedimentasi tersebut dimaksudkan untuk mengendapkan
kotoran-kotoran yang masih tertinggal dari proses aerasi dengan
memanfaatkan gaya tarik gravitasi bumi. Bentuk kolam memanjang sesuai
arah aliran, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya aliran pendek
(short-circuiting). Bentuk dari tempat penampungan sedimen berupa bak
berbentuk persegi empat yang mana di dalam bak tersebut terdapat seperti
tulangtulang panjang pada bagian dasarnya, yang bertujuan untuk
memperlambat aliran air yang dihasilkan dari proses Aerasi. Bentuk ini secara
hidraulika lebih baik karena alirannya cukup seragam sepanjang kolam
pengendapan. Dengan demikian kecepatan alirannya relatif konstan, sehingga
tidak akan mengganggu proses pengendapan partikel suspensi, selain itu
pengontrolan kecepatan aliran juga lebih mudah dilakukan (Manurung,
Ivansyah and Nurhasanah, 2017).
Sedimen dasar (substrat) dianalisis untuk menentukan jenis persentase
tekstur sedimen (pasir, danau, dan lempung) serta menganalisis redoks
potensial (Eh) dengan klasifikasi sebagai berikut :
Eh diatas (+200) mV = mintakat teroksidasi
Eh 0 sampai (+200 ) mV = mintakat diskontinyu
Eh dibawah 0 (negatif) mV = mintakat reduksi (Syam et al., 2022)

2.4 Laju Sedimentasi


Laju sedimentasi merupakan banyaknya (volume) sedimen yang
terangkat per satuan luas per satuan waktu. Kecepatan sedimen untuk
mengendap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kecepatan arus, debit

5
sungai, pasang surut maupun faktor hidrooseanografi yang lain (Rosyadewi
and Hidayah, 2020).

2.5 Material Sedimen


Bahan – bahan organik yang terbawa oleh aliran air salah satunya adalah
material sedimen. Material sedimen tersebut akan terbawa sampai di daerah
muara sungai dan akan mengendap pada daerah tersebut. Material sedimen
merupakan pecahan batuan, atau mineral organik yang diangkut dari berbagai
sumber dan diendapkan pada suatu tempat. Laju sedimentasi atau kecepatan
laju endapan sedimen dipengaruhi oleh ukuran partikel sedimen dan
dipengaruhi oleh debit yang melewati penampang pada daerah tersebut.
Dimana debit aliran adalah fungsi dari kedalaman aliran (d), lebar sungai (b)
dan kemiringan energi (So). Pengukuran laju sedimentasi dapat
mengguanakan alat sediment trap untuk mengukur jumlah atau volume
sedimen terakumulasi. Menurut Rifardi alat ini biasanya diletakkan pada
kedalaman sesuai dengan yang dinginkan. Akumulasi sedimen digunakan
untuk menjelaskan jumlah (volume dan berat) sedimen yang mengendap
persatuan luas area per waktu (Rosyadewi and Hidayah, 2020).

2.6 Jenis-jenis Sedimen


Sedimen dapat diklasifikasikan ke dalam 2 bagian yaitu berdasarkan
mekanisme pengangkutannya dan bersarkan asalnya. Menurut mekanisme
pengangkutannya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu,
a. Muatan dasar (bed load) dan muatan melayang (suspended load)
Pergerakan partikel di dalam aliran air sungai dengan cara
menggelinding, meluncur dan meloncat-loncat di atas permukaan dasar
sungai. Muatan melayang (suspended load). Terdiri dari butiran halus
yang senantiasa melayang di dalam aliran sungai. Kecenderungan
partikel untuk mengendap selalu terkompensasi oleh aksi difusif dari
aliran turbulen air sungai sehingga terjadinya suatu pengendapan yang
diikuti oleh aksi dari turbulen sungai.
b. Bed material transport dan Wash load

6
Bed material merupakan bahan angkutan yang berasal dari dalam
tubuh sungai itu sendiri dan ini dapat diangkut dalam bentuk muatan
dasar ataupun muatan melayang. Wash load Merupakan bahan angkutan
yang berasal dari sumber-sumber diluar tubuh sungai yang tidak ada
hubungannya dengan kondisi lokal. Bahan angkutan ini berasal dari
hasil erosi di daerah aliran sungainya (DAS). Bahan ini hanya bisa
diangkut sebagai muatan melayang dan umumnya terdiri dari bahan-
bahan yang sangat halus < 50 μm (Mattotorang, 2019).

2.7 Proses Sedimentasi


Proses terjadinya sebuah sedimentasi dapat dibedakan menjadi dua
bagian. Bagian tersebut yaitu :
a. Proses sedimentasi secara geologis
Proses erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal
atau berlangsung secara geologi.
b. Proses sedimentasi dipercepat
Proses terjadinya sedimentasi yang menyimpang dari proses
secara geologi dan berlangsung dalam waktu yang cepat, bersifat
merusak atau merugikan dan dapat mengganggu keseimbangan alam
atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian tersebut biasanya
disebabkan oleh kegiatan manusia dalam mengolah tanah.
Cara mengolah tanah yang salah dapat menyebabkan erosi tanah
dan sedimentasi yang tinggi. Namun, dalam permasalahan sedimentasi,
jenis angkutan sedimen biasanya didominasi sedimen suspensi dan
sedimen dasar sedangkan angkutan sedimen lainnya akan terus terbawa
aliran hingga ke muara sehingga tidak berkontribusi sebagai material
penyebab sedimentasi yang diolah dari sampel tanah yang disesbabkan
karena terjadinya erosi dari beberapa faktor dari hasil sedimentasi yang
mengakibatkan didominasinya jenis tersebut (Alfianto and Cecilia,
2020).

7
BAB III
Metodologi Percobaan

III. 1 Waktu dan Tempat


Pada hari senin,16 januari 2023 bertempat di laboratorium Teknik Kimia
Universitas Fajar Makassar.
III. 2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Ayakan 20 mesh
2. Ayakan 40 mesh
3. Gelas ukur 2000 ml
4. Gelas beaker 500 ml
5. Gelas beaker 100 ml
6. Piknometer
7. Viscometer Oswald
8. Pipet volume 10 ml
9. Batang pengaduk
10. Stopwatch
11. Timbangan
Bahan :
1. NaOH
2. HCl
3. Tawas
4. Aquades
5. Kapur tembok/ kapur tulis
6. Air kran
III. 3 Prosedur kerja
1). Size Reduction
a. Tumbuk hingga halus padatan kapur
b. Susun ayakan pada mesh 20 mesh dan 40 mesh
c. Ayak hingga sempurna

8
d. Ambil partikel yang tertahan pada ayakan tersebut.
e. Gunakan data acuan besaran diameter padatan sesuai data indikasi
yang tercantum pada peralatan.
2). Bulk Density
a. Timbangan berat kosong drai gelas 10 ml tersebut.
b. Masukkan padatan hingga mencapai garis batas yang tertera pada
garis ukur 10 ml tersebut.
c. Timbang berat gelas 10 ml tersebut beserta bahan yang ada
didalamnya.
d. Ulangi Langkah 3 sebanyak 3x.
3) Densitas Air
a. Timbang piknometer kosong
b. Masukkan air kedalam piknometer tersebut hingga mencapai titik
batasnya.
c. Timbang piknometer bersama cairan.
4) Viskositas Air
a. Masukkan air kedalam viscometer Oswald sebanyak 1 ml
b. Hisap dengan karet pengisap air tersebut hingga melewati batas atas
pipa kapiler pada viscometer Oswald
c. Lepaskan karet penghisap, biarkan air mengalir melalui pipa kapiler
hingga melalui batas bawah pipa tersebut.
d. Catat waktu tempuh dari atas pipa kapiler ke bagian bawah pipa
kapiler.
5) Proses Sedimentasi Tanpa Koagulan
a. Diukur luas area penampung gelas ukur 100 ml dengan menggunakan
mistar.
b. Timbang kapur halus sebanyak 30 gram.
c. Masukkan ke dalam air sebanyak 2000 ml
d. Masukkan kapur tersebut kedalam gelas ukur 2000 ml.
e. dicatat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 ml pada menit
0,2,4,6,8,10,15,20,25,30 bila 1 skala mewakili 10 satuan =0,1 cm

9
6) Pembuatan Larutan Koagulan
a. Ditimbang tawas yang telah dihaluskan sebanyak 25 gram
b. Kemudian dilarutkan dengan aquadest
c. Masukkan ke dalam labu ukur 250 ml lalu encerkan hingga tanda
tera
7) Proses Sedimentasi dengan Koagulan
a. Ukur luas area penampang gelas ukur 2000 ml dengan menggunakan
mistar.
b. Timbang kapur halus sebanyak 30 gram.
c. Kemudian larutkan dalam air sebanyak 2000 ml
d. Tambahkan 10 ml larutan koagulan (larutan tawas)
e. Kemudian homogenkan
f. Catat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 ml pada menit
0,2,4,6,8,10,15,20,25,dan 30 bila 1 skala mewakili 10 satuan= 0,1 cm.
8) Proses Sedimentasi dengan Koagulan dan Antikoagulan
a. Timbang batu kapur masing-masing sebanyak 30 gram
b. Kemudian larutkan dalam air sebanyak 2000 ml
c. Tambahkan 10 ml larutan HCl (asam) pada gelas ukur 1 dan 10 ml
larutan NaOH (basa) pada gelas ukur 2
d. Kemudian homogenkan
e. Catat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 ml pada menit
0,2,4,6,8,10,15,20,25,dan 30
f. Kemudian ditambahkan larutan koagulan sebanyak 10 ml pada
masing-masing gelas ukur.
g. Lalu dicatat tinggi pembentukan zona pada gelas ukur 2000 ml
padamenit 0,2,4,6,8,10,15,20,25,dan 30

10
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
III. 1 Data Pengamatan
1. Melakukan perhitungan Diameter rata-rata material kapur.
Pada percobaan ini menggunakan ayakan -20 + 40 dengan
mengambil pendekatan melalui data standar pada buku referensi UNIT
OPERATION – G.G.Brown hal. 18 BAB Screning, maka diperoleh data
sebagai berikut :

Dengan menggunakan ayakan lolos pada 20 mesh dan tertahan pada


40 mesh maka dapat dilakukan pendekatan tray sebagai berikut :

Mesh Diameter
(cm)

-20 + 28 0,0711

-28 + 35 0,0503

-35 + 48 0,0356

Rata-rata 0,052333333
hitung

11
2. Melakukan perhitungan terhadap densitas air, viskositas air, densitas bulk
bahan
a. Densitas Air

Berat Gelas Pikno + Air Berat Air Volume Densitas


No. (g) (g) Pikno Air
(cm3) (g/cm3)
1 47.678 24.152 25.000 0.96608
2 47.675 24.149 25.000 0.96596
3 47.676 24.15 25.000 0.966
Densitas rata-rata 0.9660133

Berat pikno kosong : 23, 526 gr


Volume pikno standar :25 ml
Perhitungan Densitas Aquades sebagai Pembanding :
No Berat gelas pikno + Aq Berat Aq Volume Densitas
pikno Aq
(gr) (gr) (cm3) (gr/cm3)

1 47, 7065 24, 2000 25, 0000 0, 9680


2 47, 7040 24, 2975 25, 0000 0, 9679
3 47, 6986 24, 1921 25, 0000 0, 9677

Densitas Rata-rata 0,9679

Berat pikno kosong : 23, 5065 gr


Volume pikno standar : 25, 0000 ml
b. Viskositas Air
Viskositas Air yang digunakan akan diperhitungkan menggunakan
pembanding viskositas aquades yaitu :

12
Standar Viskositas Air (Geankoplis, P.855) pada suhu 25oC adalah0,0008937
kg/m.s atau setara dengan 0,008937 gr/cm.s. Maka perhitunganviskositas air menjadi :
No. Waktu tempuh Waktu tempuh (Air)
(Aquadest) (s)
(s)

1 1.6400 2.4000

2 1.5600 2.4500

3 1.5100 2.4300

Rata-rata 1.5700 2.4267

viskositas larutan = 0.008937*((2.4267*0.9674)/(1.5700*0.9679))


=0.013806506 g/cm.s

c. Densitas Bulk

Berat Gelas ukur + bulk Berat bulk volume gelas ukur Densitas
No. Bulk
g g (cm3)
(g/cm3)
1 24.97 4.916 10 0.4916
2 24.532 4.478 10 0.4478
3 24.386 4.332 10 0.4332
densitas rata-rata 0.4575

berat gelas ukur kosong = 20.054 g


volume gelas ukur = 10 ml

13
3. Membuat grafik hubungan antara waktu terhadap jarak pengendapan
pada tiap-tiap zona.
I. perlakuan tanpa memberikan koagulan

diameter gelas ukur = 650 mm

6.5000 cm

jarak (mm)
No. waktu
zona 1 zona 2 zona 3 Total zona
menit
Liqour mix compact

1 0 2000 2000
2 2 1900 100 2000
3 4 1900 100 2000
4 6 1920 80 2000
5 8 1920 80 2000
6 10 1920 80 2000
7 15 1920 80 2000
8 20 1920 80 2000
9 25 1920 80 2000
10 30 1920 80 2000

sedimentasi alamiah tanpa koagulan

2500
2000

1500

1000

500

8 10 15 20 25 30

- padatan zona ringan

14
II. perlakuan dengan memberikan koagulan

diameter gelas ukur = 650 mm

6,5000 cm
jarak (mm)
No. waktu
zona 1 zona 2 zona 3 Total zona
menit Liqour mix compact
1 0 2000 2000
2 2 20 1800 180 2000
3 4 20 1780 200 2000
4 6 20 1800 180 2000
5 8 20 1820 160 2000
6 10 20 1800 180 2000
7 15 20 1840 140 2000
8 20 20 1840 140 2000
9 25 20 1840 140 2000
10 30 20 1840 140 2000

sedimentasi dengan memberikan

koagulan

1500

1000

500

2 4 8 10 15 20 25 30

compact zona liqou


ringan r

15
III . Perlakuan dengan memberikan asam dan koagulan

diameter gelas ukur = 650 mm

6,5000 cm

jarak (mm)
waktu
No. zona 1 zona 2 zona 3 Total zona
menit Liqour mix compact
1 0 2000 2000
2 2 20 1900 100 2020
3 4 20 1860 120 2000
4 6 20 1860 120 2000
5 8 20 1860 120 2000
6 10 20 1860 120 2000
7 15 20 1860 120 2000
8 20 20 1860 120 2000
9 25 20 1860 120 2000
10 30 20 1860 120 2000

sedimentasi dengan memberi asamdan koagulan

16
IV . Perlakuan dengan memberikan basa dan koagulan

diameter gelas ukur = 650 mm


6,5000 cm

jarak (mm)
No. waktu
menit zona 1 zona 2 zona 3 Total zona
Liqour mix compact
1 0 2000 2000
2 2 20 1860 120 2000
3 4 20 1860 120 2000
4 6 20 1860 120 2000
5 8 20 1860 120 2000
6 10 20 1860 120 2000
7 15 20 1860 120 2000
8 20 20 1880 100 2000
9 25 20 1880 100 2000
10 30 20 1880 100 2000

sedimentasi dengan memberikan basa

dan koagulan

2500
2000

1500

1000

17
IV.2 Data perhitungan
1. Perhitungan Kecepatan Pengendapan dan Drag Force Koefisien
a. Pada perlakuan tanpa Koagulan
Kecepatan rata-rata (Vrerata) pengendapan hanya diperhitungkan
pada arah pergerakan padatan dari zona atas (zona 1 + zona 2) terhadap
waktu tempuh menuju zona endapan (zona 3). Sehingga dengan
menggunakan perhitungan kecepatan rata-rata = (Jarak Zona 1 + Jarak
Zona 2)/Waktu tempuh.
Asumsi : 1 satuan garis mewakili 1 mm
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

= 0,9660 gr/cm3 x 0,05233 cm x 0,0471 cm/s


0,013806 gr/cm.s
= 0,1778
Drag Force Coeficient nya adalah :
= 24
0,1778
= 134,98

b. Pada perlakuan dengan Koagulan

18
Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

= 0,9660 gr/cm3 x 0,05233 cm x 0,0450 cm/s


0,013806 gr/cm.s
= 0,1648
Drag Force Coeficient nya adalah :
= 24
0,1648
= 145,63
c. Pada perlakuan Asam dengan Koagulan

Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

= 0,9660 gr/cm3 x 0,05233 cm x 0,0467 cm/s


0,013806 gr/cm.s
= 0,1710
Drag Force Coeficient nya adalah :
= 24
0,1710
= 140,35

19
d. Pada perlakuan Basa dengan Koagulan

Reynold Number dapat diperhitungkan sebagai berikut :

= 0,9660 gr/cm3 x 0,05233 cm x 0,0464 cm/s


0,013806 gr/cm.s
= 0,1699
Drag Force Coeficient nya adalah :
= 24
0,1699
= 141,26

IV.3 Pembahasan
Sedimentasi adalah pengendapan (settling) partikel-partikel dari
suspensi,pada proses sedimentasi partikel-partikel dipisahkan dari fluida akibat
gaya grafitasi yang bekerja pada partikel tersebut. kebanyakan proses sedimentasi
komersial berlangsung secara continue.
Proses sedimentasi suatu partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain diameter partikel, grafitasi, densitas, serta viskositas.
Untuk percobaan yang telah dilakukan terdapat 3 point yang dapat dipahami

20
pertama yaitu cara pengukuran partikel kecil dengan menggunakan ayakan
standar, kedua proses pengendapan dan dapat mengukur kemampuan
pengendapan dari suatu material,dan ketiga pengaruh terjadinya proses flokulasi
dan koagulasi partikulat pada proses sedimentasi.
Pada pengukuran partikel kecil dengan menggunakan ayakan standar
menggunakan ayakan -20 + 40 dengan mengambil pendekatan melalui data
standar pada buku referensi UNIT OPERATION – G.G.Brown hal. 18 BAB
Screning, Dengan menggunakan ayakan lolos pada 20 mesh dan tertahan pada
40 mesh sehingga dapat diketahui ukuran partikel kecil yang telah digerus.
Pada proses pengendapan dan pengukuran kemampuan pengendapan dari
suatu material terdapat 2 pembanding untuk sedimentasi yaitu kemampuan
koagulan mengikat suatu partikel endapan dan kemampuan pengendapan suatu
suasana larutan terhadap laju dan keterikatan endapan menuju dasar wadah.pada
hasil percobaan yang telah didapat kemampuan pengendapan berdasarkan
Reynold tanpa koagulan didapat 134,98, sedangkan dengan koagulan 145,63
pada hasil tersebut untuk sedimentasi koagulan kemampuan pengendapannya
lebih besardibandingkan tanpa koagulan. untuk kemampuan pengendapan suatu
suasana larutan pada pH netral didapatkan 134,98 pada pH asam 140,35 dan pada
pH basa 141,26. pada hasil percobaan tersebut untuk sedimentasi pH basa
kemampuan pengendapannya lebih besar dibandingkan pH asam dan netral.ini
dikarenakan padasuasana basa lebih cenderung membentuk endapan (OH-) pada
garam-garam padasuatu larutan.

21
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
a) Telah dilakukan pengukuran partikel kecil dengan menggunakan ayakan
standar dengan ukuran 20 mesh dan 40 mesh.
b) Proses pengendapan dan pengukuran kemampuan pengendapan dari suatu
batu kapur untuk pengendapan alami didapatkan 0,0471 cm/s, untuk
pengendapan dengan koagulan 0,0450 cm/s, untuk pengendapan suasana
asam didapatkan 0,0467 cm/s dan untuk pengendapan suasana basa
didapatkan 0,0464 cm/s.
c) Proses flokulasi dan koagulasi partikulat pada proses sedimentasi didapatkan
larutan tanpa koagulasi 134,98, larutan dengan penambahan koagulan
didapatkan 145,63, larutan pada suasana asam lalu ditambahkan koagulan
didapatkan 140,35, dan larutan pada suasana basa lalu ditambahkan koagulan
didapatkan 141, 26.
V.2 Saran

1. Kedepannya fasilitas dilengkapi, terutama pada bahan kimia agar praktikan


tidak membeli bahan diluar lagi.
2. Kemudian fasilitas di dalam laboratorium lebih dilengkapi lagi seperti
kursi,oven untuk pengeringan sampel, dan tempat penyimpanan alat dan
bahan kimia.
3. Untuk kedepannya agar ada pengarahan untuk penyusunan laporan lengkap.

22
Daftar Pustaka

Alfianto, A. and Cecilia, S. (2020) ‘Pemodelan Potensi Erosi Dan Sedimentasi Hulu
Danau Limboto dengan Watem/Sedem’, Jurnal Teknik Hidraulik, 11(2), pp. 67–82.
Irwan, A.G. (2021) ‘Effect of Porosity on Uniaxial Compressive Strength in
Sedimentary Rocks’, Promine, 8(2), pp. 61–64.
Manurung, M., Ivansyah, O. and Nurhasanah (2017) ‘Analisis Kualitas Air Sumur Bor
di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan
Filtrasi’, Prisma Fisika, V(1), pp. 45–50.
Mattotorang, U.H. (2019) ‘Studi Pengaruh Lebar Sungai Terhadap Karakteristik Aliran
Sedimen Di Dasar’, PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 4(1), p. 77.
Megawati, M., Alimuddin, A. and Abdul Kadir, L. (2019) ‘Komposisi Kimia Batu
Kapur Alam dari Indutri Kapur Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara’, Saintifik, 5(2),
pp. 104–108.
Oktade, F.G. (2020) ‘Analisis Komposisi dan Nilai Ekonomi Pengolahan Batu Kapur
pada PT. Bakapindo Kabupaten Agam Sumatera Barat.’, Kaos GL Dergisi, 8(75), pp.
147–154.
Rosyadewi, R. and Hidayah, Z. (2020) ‘Perbandingan Laju Sedimentasi dan
Karakteristik Sedimen Di Muara Socah Bangkalan dan Porong Sidoarjo’,
Juvenil:Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1(1), pp. 75–86. Syam, S. et al. (2022)
‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sedimen di Muara Sungai Kota
Balikpapan’, (1), pp. 124–136.
Tomi Suprianto, R. kupa (2022) ‘Analisis Waktu pengerukan Check dan Timur
Terhadap Laju Erosi di Das Timur Tambang Batu Kapur PT Semen Padang’, 7(1), pp.
22–31.
Zakri, R.S., Prengki, I. and Saldy, G. (2020) ‘Hubungan Kuat Tekan Uniaksial dan
Kuat Tarik Tidak Langsung Pada Batuan Sedimen dengan Nilai Kuat Tekan Rendah’,
Jurnal Bina Tambang, 5(3), pp. 59–70.

23
Lampiran

1.preparasi praktikum 2.proses pencampuran


sedimentasi larutan kapur kedalam gelas
ukur

3.Pencatatan hasil endapan 4.Hasil endapan pada


pada tiap-tiap menitnya larutan kapur

24
5.Penimbangan 6. Pengukuran viskositas
bulk density oswald

7. Penentuan densitas air


dengan piknometer

25

Anda mungkin juga menyukai