Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BATUAN SEDIMEN DAN BATUAN METAMORF

Dosen Pengampuh: Ir. H.Muh.Darwis Falah,M.Si

Disusun Oleh:
Rini Kausarani 230109501005

JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Batuan Sedimen dan
Batuan ”. Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Pak Darwis, makalah ini
diharapkan dapat menjadi penambah a asan bagi pembaca serta bagi kami sebagai Penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. H. Muh. Darwis Falah,M.Si. pada mata
kuliah Geologi Dasar yang sudah mempercayakan tugas ini kepada saya, sehingga sangat
membantu saya untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang di
tekuni.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak ada gading yang
tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya sebagai penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah
ini.

Makassar, 11 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN .............................................................. 3


B. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN .............................................................. 3
C. SIFAT-SIFAT BATUAN SEDIMEN ................................................................. 6
D. JENIS-JENIS BATUAN SEDIMEN ................................................................ 7
E. PENGERTIAN BATUAN METAMORF ....................................................... 13
F. SIFAT-SIFAT BATUAN METAMORF .......................................................... 14
G. JENIS-JENIS BATUAN METAMORF ......................................................... 17

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 25

A. KESIMPULAN ............................................................................................... 25
B. SARAN............................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kandungan sumber daya alam yang terdapat di bumi salah satunya adalah
batuan. Menurut Pusat Bahasa Kemdiknas (2008), “batuan merupakan mineral
atau paduan mineral yang membentuk bagian utama kerak bumi”. Batuan
merupakan kumpulan dari satu atau lebih mineral. Batuan penyusun kerak bumi
berdasarkan kejadian, tekstur, dan komposisi mineral, salah satunya adalah batuan
sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn dalam Endarto, 2005).
Batuan sedimen berasal dari hasil erosional batuan lain yang tersimpan di
permukaan bumi karena pengaruh suhu dan tekanan. Batuan sedimen bermacam-
macam dan dapat diklasifikasikan, tetapi berbagai sumber material dan
lingkungan, membuat batuan sedimen sulit untuk diklasifikasikan dari batuan
lainnya. Secara umum batuan sedimen dibagi menjadi dua yaitu : batuan klastik
dan batuan non klastik (kimia-organik). Batuan sedimen dikelompokkan
berdasarkan tekstur, komposisi dan sifat batuan. Lebih 95 % dari total volume
batuan sedimen terdiri atas batu pasir, batu serpihan dan batu gamping (Hamblin
dan Howard, 1980).
Batu gamping adalah batuan sedimen yang sebagian besar disusun oleh
kalsium karbonat terdiri dari mineral kalsit, mengandung sedikit mineral – mineral
karbonat lain dan organisme lainnya. Sumber utama batu gamping adalah kalsit
(CaCO3) (Mathur, 2008). Batu gamping merupakan hasil rombakan dari proses
erosi air, transportasi dan sedimentasi sehingga mineral-mineral yang terikut dalam
proses tersebut merupakan pengotor yang menjadikan batu gamping memiliki
variasi warna seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah
hingga hitam. Batu gamping dapat bersifat keras dan padat.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme
batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses

1
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.
Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika
dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi
penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil.
Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara
butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion
terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu batuan sedimen ?
2. Bagaimana Klasifikasi batuan sedimen Apa saja sifat dari batuan
Sedimen ?
3. Apa saja sifat dari batuan sedimen ?
4. Apa saja jenis batuan sedimen ?
5. Apa itu batuan metamorf ?
6. Apa saja sifat-sifat batuan metamorf ?
7. Apa saja jenis batuan metamorf ?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui apa itu batuan sedimen
2. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi batuan sedimen
3. Untuk mengetahui sifat batuan sedimen
4. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan sedimen
5. Untuk mengetahui apa itu batuan metamorf
6. Untuk mengetahui sifat-sifat batuan metamorf
7. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan metamorf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen atau batuan endapan adalah batuan yang terbentuk di
permukaan bumi pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini
berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi,
dan kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya
diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk
sedimen. Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras,
mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen.
Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi. Diperkirakan batuan
sedimen mencakup 8% dari total volume kerak bumi. Studi tentang urutan strata
batuan sedimen adalah sumber utama untuk pengetahuan ilmiah tentang sejarah
bumi, termasuk Paleogeografi, paleoklimatologi dan sejarah kehidupan. Disiplin
ilmu yang mempelajari sifat-sifat dan asal batuan sedimen disebut sedimentologi.
Sedimentologi adalah bagian dari baik geologi maupun geografi fisik dan tumpang
tindih sebagian dengan disiplin lain dalam ilmu bumi ,
seperti pedologi, geomorfologi, geokimia dan geologi struktur.
Batuan sedimen terjadi akibat pengendapan materi hasil erosi. Materi hasil
erosi terdiri atas berbagai jenis partikel yaitu ada yang halus, kasar, berat dan ada
juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong
(traction), terbawa secara melompat-lompat (saltation), terbawa dalam bentuk
suspensi, dan ada pula yang larut (solution).
B. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen dapat digolongkan atas 3 bagian :
 Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air.
Contohnya : gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.
 Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh
tenaga angin.contohnya : tanah loss, sand dunes.
 Sedimen Glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser.
Contohnya morena,drimlin.

3
Materi partikel ada yang kasar dan ada yang halus cara pengangkutan
bermacam-macam, ada yang terdorong (trection), terbawa secara melompat –
lompat(saltion, terbawa dalam duspensi, ada pula yang (solution).

Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen dibagi


menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping,dolomit,


napal, dan sebagainya.
b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya
endapan sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan
gurun(aeolis), dan sebagainya.
c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut,misalnya
endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).

Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi beberapa zona :


(bathymetriczone), zona litoral, yaitu Zona Transisi yang terletak pada daerah
pasang surut. Zona Epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman
50m. Zona Neritik (50-200m), Zona Bathial (200-2000m), dan Zona Abysal
(>2000m). Penggolongan batuan sedimen yang berdasarkan pada cara
pengendapannya, dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Sedimen Klastis

Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinya
pecahan.Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang
berasal daripecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati.
Penamaan batuan ini um,umnya berdasarkan pada besar butirnya, yaitu sebagai
berikut :

 Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah


(bongkahkonglomerat)
 Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal
(karakalkonglomerat)
 Ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
 Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
 Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir

4
 Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
 Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung

Beberapa betuan endapan kadang-kadang terbentuk dari bahan-bahan


fosil. Dengan demikian suatu batuan yang ada fosil binatang jelas bukan
merupakan batuan beku, melainkan batuan endapan.

b. Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan


kemudian diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasaldari
sumber air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akan menghasilkan
endapan oval (kalsit).Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan
sedimen kimiawi

Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari gua bawah tanah di
daerah kapur. CO2+ H2O →H2CO3; H2CO3+ CaCO3;Ca (HCO3)2

Ca (HCO3)2→ CaCO3+ H2O + CO2-

Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit /NaCl yang
di endapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karena penguapan.

c. Sedimen Organik

Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sedimen yang dibentuk atau
diendapkan oleh organisme.

Ciri-ciri batuan sedimen :

- Pada umumnya berlapis-lapis,

- Lebih lunak, ringan dan berwarna terang,

- Tempat utama fosil.

Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar danau(rawa
–rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu baramuda/batu
bara).

5
Pengangkutan dan Pengendapan

Endapan diangkut melalui banyak cara. Mungkin meluncur pada


suatulereng bukit atau mungkin dibawa melalui angin, glacier atau oleh aliran
air.Padasaat ini endapan dapat diangkut melalui peluncuran atau
penggelindinganmenuruni bukit, yang hasilnya berupa sebuah campuran partikel
dengan berbagaiukuran.Dalam proses pengangkutan partikel-partikel endapan
melalui angin atauair, terjadi pengendapan ketika air mengalir atau pergerakan
angin secara perlahanlahan menurun pada suatu kecepatan dimana partikel partikel
tidak dapat bergeraklagi. Endapan kasar menunjukan endapan yang berasal dari
angin atau air,endapan halus menunjukan bahwa endapan disebabkan oleh air dan
angin yang bergerak secara perlahan ,atau hanya endapan halus yang tersedia untuk
diangkut.

Terdapatnya lautan kuno, pesisir, danau, sungai kecil, rawa dan tempat –
tempatlainnya dimana endapan tersebut terakumulasi,dapat pula dijadikanpetunjuk
tentang terdapatnya batuan endapan.

Diagnesis

Diagenesis merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk menyatakan


terjadinya suatu perubahan (transformasi) betuk dari bahan deposit menjadi suatu
batuan endapan.Calsium Carbonate adalah salah satu dari beberapa jenis
semen,tetapi silikat juga dapat mengikat butiran secara bersama menjadi bentuk
sebuah partikel yang keras.

C. SIFAT BATUAN SEDIMEN


 Stratifikasi
Stratifikasi sedimen adalah hasil dari sebuah penyusunan lapisan partikel
yang berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan suatu hal
yangsangat penting pada batuan sedimen, batuan vulkanik dan metamorf.
 Sortasi
Akibat yang menyolok dari pengangkutan partikel partikel oleh aliran
airatau aliran angin adalah penyortiran terjadi akibat spesivic gravity
(perbandingananatara berat dari sebuah volume material terhadap berat dari
volume satu kubikair).Partikel batuan dan butir-butiran mineral yang mempunyai
sifat mudah pecah mungkin dapat diabaikan. Sedangkan yang tahan benturan akan

6
terus terbawa oleh aliran. Pada umumnya yang dapat bertahan adalah kuarsa, hal
ini dikarenakan kuarsa mempunyai sifat yang keras dan sedikit pecahannya.
D. JENIS-JENIS BATUAN SEDIMEN.
Batuan Sedimen adalah batuan beku atau metamorf yang mengalami
proses litifikasi yaitu proses kompaksi dan sementasi. Jenis-jenis Batuan Sedimen
antara lain yaitu:
1. Batu Lempung

Batu lempung yaitu batuan yang memiliki struktur padat dengan susunan
mineral yang lebih banyak dari batu lanau. Selain itu, batu lempung juga dapat
diartikan sebagai salah satu jenis batuan sedimen yang bersifat liat atau plastis,
tersusun dari hidrous aluminium silikat (mineral lempung) yang ukuran butirannya
halus. Ukuran butiran batu lempung sangatlah halus, yakni tidak lebih dari 0,002
mm.

Mirip dengan batu serpih, batu lempung sangat sulit diteliti. Sangat
dibutuhkan analisis secara kimiawi agar ilmuwan tahu mineral penyusun batu
lempung yang banyak mengandung silika. Silika ini berasal dari feldspar yang
banyak di temukan di lapisan kulit bumi. Selain itu, batu lempung juga memiliki
susunan unsur oksida besi yaitu berupa siderit, markit atau pirit. Mineral karbonat
berupa bahan- bahan organik dan anorganik juga ditemukan pada batu lempung.
Mineral- mineral penyusun batu lempung tersebut adalah mineral yang aktif secara
elektrokimiawi. Para pakar harus menggunakan jenis mikroskop elektron untuk
melihat jenis mineral yang terdapat pada batu lempung.

2. Batu Pasir

7
Batu pasir (ditulis pula batupasir dalam bentuk tidak baku, bahasa Inggris: sandstone)
adalah Batuan Sedimen yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir atau butir-butir
batuan yang dapat berasal dari pecahan batuan-batuan lainnya. Sebagian besar batu pasir
terbentuk oleh kuarsa atau feldspar karena mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat
di kulit bumi. Seperti halnya pasir, batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan
warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu dan putih. Karena lapisan
batu pasir sering kali membentuk karang atau bentukan topografis tinggi lainnya, warna tertentu
batu pasir dapat dapat diidentikkan dengan daerah tertentu. Sebagai contoh, sebagian besar
wilayah di bagian barat Amerika Serikat dikenal dengan batu pasir warna merahnya.

Batu pasir tahan terhadap cuaca tetapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat jenis
batuan ini merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Karena kekerasan dan kesamaan
ukuran butirannya, batu pasir menjadi bahan yang sangat baik untuk dibuat menjadi batu
asah (grindstone) yang digunakan untuk menajamkan pisau dan berbagai kegunaan lainnya.
Bentukan batuan yang terutama tersusun dari batu pasir biasanya mengizinkan perkolasi air dan
memiliki pori untuk menyimpan air dalam jumlah besar sehingga menjadikannya
sebagai akuifer yang baik.

3. Batu Lanau

Batu lanau adalah batuan sedimen klastik. Seperti namanya, batulanau terdiri dari
(lebih dari 2/3 nya) partikel-partikel berukuran lanau, yang merupakan butiran berukuran
2–62 µm atau 4 hingga 8 dalam skala Krumbein phi (φ) Batulanau berbeda secara
signifikan dari batupasir dalam hal pori-porinya yang lebih kecil dan kecenderungan lebih
tinggi untuk mengandung fraksi lanau yang signifikan. Meskipun sering tertukar dengan
istilah serpih(shale), batulanau tidak memiliki fisilitas dan laminasi yang khas dari shale.
batulanau mungkin berisi konkresi-konkresi. Stratifikasi batulanau akan jelas dan dapat
dibedakan dengan shale apabila tidak menyerpih.

8
4. Batu Konglomerat

Batu Konglomerat adalah batuan sedimen klastik yang mempunyai bentuk fragmen
membundar (rounded). Ukuran diameter fragmennya lebih besar dari 2 mm, ruang antara
fragmen umumnya diisi dengan partikel yang lebih kecil dan/atau semen kimia yang
mengikat batuan bersama-sama. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-
material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang
membulat.

Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256
milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain,
hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat.

sebagai akuifer yang baik.

5. Batu Gamping

Gamping atau batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3) adalah batuan
sedimen yang tersusun dari mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang
berbeda dari kalsium karbonat (CaCO3). Sumber utama dari kalsit adalah organisme laut.
Organisme ini membentuk cangkang yang kaya dengan kapur, yang kemudian tertumpuk di
dasar laut dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagik (lihat lsoklin untuk informasi
tentang dissolusi kalsit).

Kalsit sekunder juga dapat terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang
mengendapkan material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit.
Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (Gamping Oolitik) dan dapat dikenali dengan

9
penampilannya yang granular. Gamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan
sedimen.

6. Batu Breksi

Batu Breksi adalah istilah dari batuan sedimen klastik yang tersusun atas fragmen
bersudut besar (angular). Ukuran fragmen breksi lebih besar dari 2mm, dimana ruang
antara fragmennya dapat diisi dengan partikel yang lebih kecil (biasa disebut matriks)
atau semen berupa mineral yang mengikat batuan secara bersama-sama.

Breksi dapat berwarna apapun karena warna dari matriks, semen dan fragmennya
sangat menentukan warna keseluruhan batu breksi, sehingga breksi bisa menjadi batuan
yang sangat berwarna-warni. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari
rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.

7. Batu Bara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan yakni secara ringkas dalam 2 tahapan;
tahapan diagenetik atau biokimia dan tahap malihan atau geokimia. Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hidrogen dan nitrogen dan oksigen

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk, bisa berbentuk kubus, balok, bulat, atau
segitiga.

10
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.

8. Batu Gipsum

Gipsum atau gips adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang
mendominasi pada mineralnya. Gipsum yang paling umum ditemukan adalah jenis
hidrat kalsium sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Gipsum adalah salah satu dari
beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari mineral-mineral tersebut
adalah karbonat, borat, nitrat, dan sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan
di laut, danau, gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika
air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gipsum berubah
menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4). Dalam keadaan
seimbang, gipsum yang berada di atas suhu 108 °F atau 42 °C dalam air murni akan
berubah menjadi anhidrit.

Kata Gipsum berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani μαγειρεύω, yang artinya
memasak. Disebut memasak karena di daerah Montmartre, Paris, pada beberapa abad yang
lalu orang-orangnya membakar gipsum untuk berbagai keperluan, dan material tersebut
kemudian disebat dengan plester dari Paris. Orang-orang di daerah ini juga menggunakan
gipsum sebagai krim untuk kaki, sampo, dan sebagai produk perawatan rambut lainnya.
Karena gipsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama,
sehingga gipsum jarang ditemui dalam bentuk butiran atau pasir. Tetapi ada suatu kejadian
unik di White Sands National Monument, di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat,
terdapat 710 km² pasir gipsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk
industri drywall selama 1000 tahun. Kristal gipsum terbesar dengan panjang lebih dari 10
meter pernah ditemukan di Naica, Chihuihua, Mexico.

11
9. Batu chert

Rijang atau batuapi (Bahasa Inggris : flint atau flintstone) adalah batuan endapan
silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut "batu api" karena jika diadu
dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan
kering.

Rijang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang terutama
ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau gamping.

Sejak zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata dan peralatan
seperti padang, mata anak panah, pisau, kapak dll.

Proses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tetapi secara umum
dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan
batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang menyebutkan bahwa
bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen, misalnya lubang yang digali
oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat. Teori ini dapat menjelaskan
bentuk kompleks yang ditemukan pada rijang.

10. Batu garam

Halit terdapat di lapisan mineral evaporit batuan sedimen yang luas, yang
dihasilkan dari pengeringan danau, playa, dan laut tertutup. Lapisan garam bisa setebal
ratusan meter dan meliputi area yang luas. Di Amerika Serikat dan Kanada, lapisan bawah
tanah yang luas terbentang dari cekungan Appalachian di barat New York melalui
sebagian Ontario dan di bawah sebagian besar Lembah Michigan. Deposit lain berada
di Ohio, Kansas, New Mexico, Nova Scotia dan Saskatchewan. Tambang garam
Khewra adalah deposit besar halit di dekat Islamabad, Pakistan. Di Inggris ada tiga

12
tambang; yang terbesar di Winsford, Cheshire menghasilkan rata-rata satu juta ton per
tahun.

Kubah garam adalah diapir vertikal atau massa garam seperti pipa yang pada
dasarnya "diperas" dari dasar lapisan garam oleh mobilisasi karena berat batuan di atasnya.
Kubah garam mengandung anhidrit , gipsum, dan belerang nativ, selain halit dan silvit.
Mereka umum di sepanjang pantai Teluk Texas dan Louisiana dan sering dikaitkan dengan
deposit minyak bumi. Jerman, Spanyol, Belanda, Rumania dan Iran juga memiliki kubah
garam. Gletser garam ada di Iran yang gersang di mana garam telah menembus permukaan
pada ketinggian dan mengalir menuruni bukit. Pada semua kasus ini, halit dikatakan
berperilaku seperti rheid.

Halit yang berisi alur tidak biasa, ungu, berserat ditemukan di Prancis dan beberapa tempat
lainnya. Kristal halit yang disebut kristal hopper tampaknya adalah "kerangka" dari batu
khas, dengan adanya tepi dan tekanan berbentuk anak tangga di permukaan atau lebih
tepatnya di dalam setiap muka kristal. Dalam lingkungan pengkristalan cepat, tepi-tepi batu
tumbuh lebih cepat daripada pusatnya. Kristal halit terbentuk dengan sangat cepat di
beberapa danau yang cepat menguap sehingga menghasilkan artefak modern bersalut atau
berkerak kristal halit. Bunga halit adalah stalaktit langka dari serat keriting halit yang
ditemukan di gua gersang tertentu di Dataran Nullarbor Australia. Stalaktit dan kerak halit
juga dilaporkan di tambang tembaga nativ Quincy di Hancock, Michigan.

E. PENGERTIAN BATUAN METAMORF

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari hasil proses


metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur) dan
chemical (mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi dalam kerak
bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat
berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah
mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa
mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan
dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan
terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.

Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah


mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia

13
dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut
tidak termasuk pelapukan dandiagenesa.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu
lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya
terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.

F. SIFAT-SIFAT BATUAN METAMORF

Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20 km) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa
cair. Sehingga terbentuk struktur dan mineralogy baru yang sesuai dengan lingkungan fisik
baru pada tekanan (P) dan tempertur (T) tertentu.

Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena
sulitnya menyelidiki kondisi dikedalaman dan panjangnya waktu.

Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf Mineral dalam batuan metamorfosa disebut
mineral metamorfosa yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat, dan
bukan mengkristal dalam suasana cair. Karena itu Kristal yang terjadi disebut blastos.
Idiomorf untuk mineral metamorfosa adalah idioblastik, sedangkan xenomorf adalah
xenoblastik. Kristal yang ukurannya lebih besar daripada massa dasarnya disebut
profiroblastik.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya
serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan
bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga

14
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan
kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral
individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).

a.Tekstur Batuan Metamorf.


Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
• Relict /Palimpset /Sisa;
masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan blasto
digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan meta beku atau
metasedimen.
• Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan
tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
• Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
• Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
• Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
• Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian
oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
• Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
• Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
• Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
• Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
• Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
• Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
• Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
• Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :

15
• Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral
lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
• Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
• Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material
yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
• Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan
keteraturan orientasi.
• Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi
dua, yaitu :
• Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
• Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur
batuan.
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi
rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf
disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana
padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya
tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu
perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas
atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam
bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan
sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar
disebut profiroblastik.
Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami
hancuran yang fragmental sifatnya.
Penelitian menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi
akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga
mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Menurut struktur
yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu batuan metamorf foliasi dan
batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa batuan metamorf itu terbentuk dari
suatu proses penambahan temperatur dan suhu yang terjadi pada suatu batuan.
b. Struktur batuan metamorf.

16
Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Slatycleavage
2. Struktur Gneissic
3. Struktur Phylitic
4. Struktur Schistosity
Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1. Struktur Hornfelsik
2. Struktur Milonitik
3. Struktur Kataklastik
4. Struktur Flaser
5. Struktur Pilonitik
6. Struktur Augen
7. Struktur Granulosa
8. Struktur Liniasi

G. JENIS-JENIS BATUAN METAMORF


1. Batu Slate

Batu sabak (slate) adalah batuan metamorf homogen berbutir halus yang
berfoliasi dan berasal dari batuan asal berupa batuan sedimen bertipe menyerpih
yang terdiri dari lempung atau abu vulkanik yang mengalami metamorfisme
regional berderajat rendah. Ini adalah batuan metamorf foliasi berbutir paling
halus. Foliasi mungkin berhubungan dengan perlapisan sedimen asal, tetapi
berbentuk bidang - bidang yang tegak lurus dengan arah kompresi metamorfik.

17
Foliasi yang sangat kuat disebut juga "Belahan sabak". Foliasi ini disebabkan
oleh kompresi yang kuat yang menyebabkan lempung berbutir halus menyerpih
dan tumbuh kembali dalam bentuk bidang - bidang yang tegak lurus dengan
kompresi. Ketika para ahli memotong tepat sejajar dengan foliasi menggunakan
alat - alat khusus, banyak batu sabak akan membentuk lapisan - lapisan datar batuan
yang telah sejak lama digunakan sebagai bahan atap, ubin lantai, dan tujuan
lain. Batu sabak biasanya berwarna abu - abu, terutama yang biasa terlihat sebagai
penutup atap. Meskipun begitu, batu sabak dapat terbentuk dalam warna yang
bermacam - macam bahkan dapat berwarna khas pada satu tempat saja. Batu sabak
berbeda dengan batu serpih.

2. Batu phylite

Filit adalah tipe batuan metamorf berfoliasi yang terbuat dari batusabak yang
termetamorfosis lebih jauh dan menyebabkan mika putih berbutir sangat halus menjadi
memiliki orientasi tertentu. Filit memiliki komposisi utama berupa kuarsa, serisit
mika, dan klorit.

Filit terdiri dari lapisan-lapisan mika berbutir halus yang memiliki orientasi
tertentu, sedang batusabak terdiri dari lapisan - lapisan lempung yang sangat halus
dengan orientasi tertentu, dan sekis mempunyai lapisan lapisan yang tebal dengan
orientasi tertentu.[1] Batuan - batuan berfoliasi tersebut menggambarkan gradasi dalam
derajat metamorfisme dimulai dari batusabak hingga sekis.

3. Batu Schistose

Schist adalah batuan metamorf berbutir sedang yang


menunjukkan schistositas yang nyata. Artinya batuan tersebut tersusun dari
butiran mineral yang mudah dilihat dengan lensa tangan berkekuatan rendah ,

18
diorientasikan sedemikian rupa sehingga batuan tersebut mudah pecah menjadi
serpihan atau lempengan tipis. Tekstur ini mencerminkan kandungan mineral platy
yang tinggi, seperti mika , talk , klorit , atau grafit . Ini sering kali disisipkan
dengan mineral yang lebih granular, seperti feldspar ataukuarsa .

Sekis biasanya terbentuk selama metamorfisme regional yang menyertai


proses pembentukan gunung (orogeni) dan biasanya mencerminkan metamorfisme
tingkat sedang. Sekis dapat terbentuk dari berbagai jenis batuan, termasuk batuan
sedimen seperti batu lumpur dan batuan beku seperti tufa . Sekis yang
bermetamorfosis dari batu lumpur sangat umum terjadi dan seringkali sangat kaya
akan mika ( sekis mika ). Jika jenis batuan aslinya ( protolit ) dapat diketahui, sekis
biasanya diberi nama yang mencerminkan protolitnya, seperti batupasir
schistose. Jika tidak, nama mineral penyusunnya akan dicantumkan dalam nama
batuan, seperti sekis kuarsa-felspar-biotit . Batuan dasar sekis dapat menimbulkan
tantangan bagi teknik sipil karena kelemahan bidangnya.

4. Batu Gneis

Gneis adalah jenis batuan metamorf yang terbentuk pada saat batuan
sedimen atau batuan beku yang terpendam pada tempat yang dalam mengalami
tekanan dan temperatur yang tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan
(termasuk kandungan fosil) dan bentuk bentuk struktur
lapisan (seperti layering dan ripple marks) menjadi hilang akibat dari mineral-
mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk
goresan goresan yang tersusun dari mineral-mineral seperti hornblende yang tidak
terdapat pada batuan-batuan sedimen.

Pada batuan gneis kurang dari 50 persen dari mineral-mineral menjadi


mempunyai bentuk bentuk pensejajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-
lapisan. Batuan gneis dapat dilihat bahwasannya tidak seperti pada batuan
sekis yang mempunyai pensejajaran mineral yang sangat kuat. Batuan gneis tidak
retak atau hancur sepanjang bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan

19
terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam
batuan tersebut, hal ini tidak seperti kebanyakan bentuk-bentuk pelapisan yang
terdapat pada batuan sekis. Dengan proses metamorfosa lebih lanjut batuan gneis
dapat berubah menjadi migmatite Diarsipkan 2023-06-23 di Wayback Machine.
dan akhirnya terkristalisasi secara total menjadi batuan granit.

5. Batu Hornfels

Batu tanduk (hornfels atau hornstone) disebut demikian karena ketangguhan


dan teksturnya mengingatkan kita pada tanduk hewan yang luar biasa. Sifat - sifat ini
ada karena karena kristal- kirstal tak sejajar berbutir halus dengan habit kristal lempeng
atau prismatik. Batutanduk adalah sebutan bagi kelompok serangkaian batuan kontak
metamorfik yang telah terpanggang dan mengeras akibat panas dari massa intrusi
batuan beku yang menyebabkannya menjadi masif, keras, menyerpih, dan dalam
beberapa kasus sangat tangguh dan tahan lama. hornfels pertama kali ditemukan oleh
penambang di Inggris utara sebagai whetstones.

Kebanyakan batu tanduk berbutir halus, sementara batuan asalnya


(seperti batupasir, batuserpih, batutulis, Batugamping dan diabas) umumnya telah
menjadi fisil (serpih) melihat kehadiran bidang - bidang perlapisan atau belahan,
struktur yang mungkin tidak begitu tampak pada batutanduk. Meskipun mereka
mungkin menunjukkan tekstur pita - pita, akibat adanya perlapisan, dll, mereka dalam
terpecah - pecah disepanjang pita, bahkan, mereka cenderung terpisah dalam bentuk
fragmen kubus dibanding lempeng-lempeng tipis.

Batu tanduk yang paling umum (batutanduk biotit) berwarna coklat gelap
sampai hitam dengan kilau agak beludru karena kelimpahan kristal kecil yang
bersinarkan mika hitam. Batutanduk gampingan sering berwarna putih, kuning, hijau
pucat, coklat dan warna lainnya. Hijau dan hijau gelap adalah warna umum dari
batutanduk yang dihasilkan oleh alterasi batuan beku. Meskipun umumnya, butir
penyusunnya terlalu kecil untuk ditentukan oleh mata telanjang. Pada batu tanduk
sering ada kristal yang lebih besar seperti kordierit, garnet atau andalusit yang tersebar

20
di sepanjang matriks halus, dan ini dapat menjadi sangat menonjol di
bagian Lapuk pada batuan.

6. Batu Marble

Marmer atau pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau


malihan dari gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekrikristalisai pada batuan tersebut membentuk
berbagai foliasi maupun non foliasi.

Secara Bahasa kata Marmer berasal dari bahasa yunani yaitu Marmaron
dari asal kata marmaros, batu bersinar, batu kristal, mungkin kata kerja marmairo,
berkilau atau bersinar. ini juga merupakan dasar untuk kata marmer dalam bahasa
inggris marmoreal yang berarti seperti marmer. Akibat rekristalisasi struktur asal
batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga
Tersier. Campuran warna yang berbeda, dapat mempunyai pita-pita warna. Kristal-
kristalnya sedang sampai kasar, jika ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi
mendesis. Tulungagung adalah salah satu penghasil marmer terlama di Indonesia.
Saat ini daerah penghasil marmer di Indonesia sudah tersebar luas, antara lain
Lampung, Jawa Tengah, Bandung, Sulawesi, Kalimantan, Bangka, dan Kupang,
namun marmer terbaik terdapat di Sulawesi Selatan.

7. Quarzite

Kuarsit (Bahasa Jerman: Quarzit adalah batuan metamorf non-foliasi yang


keras, yang merupakan hasil perubahan (metamorfisme) dari batu pasir kuarsa. Batu
pasir berubah menjadi kuarsit melalui pemanasan dan tekanan yang biasanya terkait
dengan kompresi tektonik dalam sabuk orogenik. Kuarsit murni biasanya berwarna
putih hingga abu-abu, tetapi kuarsit juga sering ditemukan dalam berbagai nuansa

21
merah muda dan merah karena jumlah yang bervariasi dari besi oksida (Fe2O3). Warna
lain, seperti kuning, hijau, biru dan oranye, adalah karena pengotoran mineral lainnya.

Ketika batu pasir disemen pada kuarsit, butir kuarsa individu mengkristal
bersama dengan bekas bahan penyemenan untuk membentuk
mosaik interlocking kristal kuarsa.[2] Hampir sebagian atau semua tekstur asli serta
struktur sedimen dari batupasir lenyap akibat metamorfisme. Permukaan yang semula
kasar seperti amplas berubah menjadi seperti gelas atau kaca. Sejumlah kecil bahan
penyemenan sebelumnya, oksida besi, silika, karbonat dan lempung, sering bermigrasi
selama rekristalisasi dan metamorfosis. Hal ini menyebabkan terbentuknya garis-garis
dan lensa pada kuarsit tersebut.

8. Serpentinte

Serpentinit adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral
kelompok serpentine. Mineral dalam kelompok ini dibentuk oleh serpentinisasi,
hidrasi dan transformasi metamorfik dari batuan ultrabasa yang berasal
dari mantel bumi. Alterasi mineral sangat penting di dasar laut pada batas lempeng
tektonik.

Serpentinisasi adalah proses metamorfik geologi suhu rendah yang


melibatkan panas dan air di mana batuan ultramafik dan mafik dengan
kandungan silika yang rendah teroksidasi (oksidasi anaerobik dari Fe2 + oleh
proton-proton air yang mengarah ke pembentukan H2) dan dihidrolisis dengan air
menjadi serpentinit. Peridotit, termasuk dunit, yang berada di dan dekat dasar laut
dan di sabuk pegunungan diubah menjadi serpentin, brusit, magnetit, dan mineral
lainnya - beberapa mineral langka seperti awaruit (Ni3Fe), dan bahkan besi murni.
Dalam proses tersebut sejumlah besar air diserap ke dalam batuan sehingga
meningkatkan volume dan menghancurkan struktur.

9. Milonite

22
Mylonites adalah batuan terdeformasi ulet yang dibentuk oleh
akumulasi regangan geser besar , di zona patahan ulet . Ada banyak pandangan
berbeda mengenai pembentukan mylonites, namun secara umum disepakati bahwa
deformasi kristal-plastik pasti terjadi, dan bahwa rekahan dan aliran kataklastik
adalah proses sekunder dalam pembentukan mylonites. Abrasi mekanis biji-bijian
melalui penggilingan tidak terjadi, meskipun hal ini pada awalnya dianggap
sebagai proses yang membentuk mylonites, yang dinamai dari
bahasa Yunani μύλος mylos , yang berarti penggilingan. Mylonites terbentuk pada
kedalaman tidak kurang dari 4 km.

Ada banyak mekanisme berbeda yang mengakomodasi deformasi kristal-


plastik. Pada batuan kerak proses yang paling penting adalah creep
dislokasi dan creep difusi . Pembangkitan dislokasi bertindak untuk meningkatkan
energi internal kristal. Efek ini dikompensasi melalui rekristalisasi migrasi batas
butir yang mengurangi energi internal dengan meningkatkan luas batas butir dan
mengurangi volume butir, sehingga menyimpan energi pada permukaan butir
mineral. Proses ini cenderung mengatur dislokasi ke dalam batas sub
butiran . Semakin banyak dislokasi yang ditambahkan pada batas sub butir,
misorientasi melintasi batas subbutir tersebut akan meningkat hingga batas tersebut
menjadi batas sudut tinggi.dan subbutir secara efektif menjadi butir baru. Proses
ini, kadang-kadang disebut sebagai rekristalisasi rotasi subbutir , bertindak untuk
mengurangi ukuran butir rata-rata. Difusi volume dan batas butir, mekanisme
penting dalam penyebaran difusi, menjadi penting pada suhu tinggi dan ukuran
butir kecil. Oleh karena itu, beberapa peneliti berpendapat bahwa karena mylonit
terbentuk melalui mulur dislokasi dan rekristalisasi dinamis, transisi ke mulur
difusi dapat terjadi setelah ukuran butir dikurangi secukupnya.

10. Granulose

Base Course adalah jenis material batu hasil dari penghancuran dengan
alat stone crusher (pemecah batu) hingga menjadi batuan kecil (krikil), fungsi dari

23
base course itu sendiri yaitu untuk menjadikan permukaan media bangunan
(pondasi, jalan dll) agar lebih padat dan tidak ada rongga pada
permukaannya. Contoh dalam penggunaan batu basecourse yaitu untuk lapisan
pertama pada pengaspalan jalan.

24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batuan sedimen atau batu endapan adalah batuan yang terbentuk di
permukaan bumi pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan
sedimen dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu berdasarkan tenaga yang
mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan. Berdasrkan terbentuknya batuan
sedimen terbagi atas berbagai kelompok, yaitu berdasarkan terbentuknya
(lingkungan pengendapan), berdasarkan kedalamannya. Batuan sedimen memiliki
beberapa sifat yaitu stratifikasi dan sortasi. Batuan sedimen juga memiliki
beberapa jenis diantara batu lempung, batu pasir, batu lanau dan masih banyak
lainnya.

Batuan metamorf merupakan batuan batuan yang terbentuk dari hasil


proses metamorfisisme, dimana terjadi perubahan atau alterasi : struktur dan
tekstur, serta minaralogical dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi
dalam kerak bumi. Batuan metamorf memiliki beberapa tekstur serta memiliki
struktur foliasi dan struktur non foliasi. Batuan metamorf juga memiliki beberapa
jenis seperti batu slate, batu phylite, batu schistose dan masih banyak lagi lainnya.

B. SARAN
Sebaiknya pembaca memahami dengan baik tentang batuan sedimen dan
batuan metamorf, tidak hanya melalui makalah ini saja, pembaca juga sebaiknya
mencari referensi lain untuk melengkapi dan menambah informasi mengenai
struktur dan fungsi organel sel agar lebih dapat dimengerti.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34731280/MAKALAH_BATUAN_SEDIMEN

https://mithaariany.wordpress.com/2012/05/30/batuan-metamorf/

26

Anda mungkin juga menyukai