Anda di halaman 1dari 11

JUDUL MAKALAH

DENSITAS BATUAN

DISUSUN OLEH:
SITI WAHYUNINGSIH

42114120(2012)

JUNAEDI HARMIANSYAH

4211412040(2012)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2014

DAFTAR ISI
1

JUDUL.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
BAB 2 ISI
2.1 Batuan............................................................................................................6
2.2 Densitas Batuan.............................................................................................6
2.3 Simpulan .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Setiap formasi batuan mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain.
Karakteristik formasi batuan terbagi menjadi dua yaitu, sifat fisik batuan dan sifat mekanik
batuan. Sifat fisik batuan terdiri dari porositas, densitas,saturasi, permeabilitas, dan transite
time. Sedangkan sifat mekanik batuan terdiri dari kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas
dan Poissons Ratio.
Densitas adalah bagian utama dari menganalisa jenis batuan yang ada karena setiap
batuan memiliki nilai densitas yang berbeda sesuai dengan tempat pembentukannya serta
mineral di dalamnya. Desnitas sangat sensitif terhadap mineral yang membentuk jenis batu
tertentu. Batuan sedimen (dan granit), yang kaya akan kuarsa dan felspar, cenderung kurang
padat dari batuan volkanik. Dan untuk petrologi batuan beku, maka batu lebih mafik adalah,
semakin besar kerapatannya karena batuan beku yang terbentuk jauh di dalam bumi yang
terpengaruh struktur batuan yang ada di atasnya sehingga membuat batuan terkopakan
sehingga nilai densitasnya besar .
Sehingga perlunya pengetahuan untuk mengetahui nilai densitas batuan dalam
penentuan aneka jenis mineral yang berada dalam batuan tersebut dalam kajian ilmu
geofisika dalam proses pengeksplorasian, sehingga membuat ketepatan dalam analisis
kandungan batauan yang telah di gambarkan dalam pengambilan data di lapangan.

BAB 2
ISI

2.1 BATUAN
Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi. Kebanyakan batuan
merupakan campuran mineral yang tergabung secara fisik satu sama lain. Beberapa batuan
terutama tersusun dari satu jenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan
mineral, bahan organic serta bahan-bahan vulkanik.
Berdasarkan kejadiaanya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya dapat di bagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Batuan Beku (Igneous rocks)
2. Batuan Sedimen (Sedimentary rocks)
3. Batuan Metamorf (Metamorphic rocks)
2.1.1

Batuan Beku (Igneous rocks)


Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat mengalami

pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari magma karena
membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan pijar itu berada
didalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut didalamnya naik ke atas mencari
tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi seperti daerah patahan / rekahan.
Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa gunung api dan disebut
lava, akan tetapi ada pula magma yang membeku di dalam bumi dan dikenal dengan
nama batuan beku dalam.
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang
mengandung gelas. Mineral yang pertama terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya
besar yaitu mineral yang berwarna tua. Karena kristalisasi, maka susunan magma
akan berubah, mineral yang tenggelam tidak akan larut kembali. Akan tetapi, jenis itu
akan tetap tinggal di bawah dari magma.
1. Klasifikasi Batuan Beku
Berdasarkan letak kejadiannya,batuan beku dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Batuan beku dalam (plutonik)
Batuan beku dalam adalah batuan yang terbentuk berada jauh didalam
bumi (15-50 km), proses pendinginan sangat lambat karena dekat dengan
astenosfer sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal
Ciri-ciri batuan plutonik:
1) Umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi.
2) Jarang memperlihatkan struktur visikular (mengandung lubang-lubang
gas)
2

3) Batuan dapat berubah batuan yang berbatasan pada semua isinya.


Macam-macam batuan plutonik berdasarkan ukuran diameter:
a. Plutonik tebular
b. Plutonik masif
b) Batuan beku korok (hypabisal)
Terbentuk pada celah-celah / pipa gunung api, proses pendinginannya relatif
cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tak sempurna dan
bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik.
Contohnya granit porfiri dan diorite porfiri.
c) Batuan beku luar (efusif)
Terbentuk didekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga
tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.
Contohnya obsidian, riolit, batu apung.
2.1.2

Batuan Sedimen (sedimentary rocks)


Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil

erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumenya
hanya sekitar 5% dari volume kerak bumi.
1) Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan
sedimen dapat digolongkan atas 3 bagian:
1. Sedimen aquatic, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya :
gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.
2. Sedimen aeolis atau aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin.
Contohnya : tanah loss, sand dunes.
3. Sedimen glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contoh :
morena, drumlin.
Material partikel ada yang kasar da nada yang halus. Cara pengangkutan
bermacam-macam, ada yang terdorong (traction), terbawa secara melompatlompat (saltion, terbawa dalam duspensi, ada pula yang solution.
Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan), batuan sedimen dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Sedimen laut (marine), diendapkan di laut. Contohnya : batu gamping,
dolomit, napal, dan sebagainya.
2) Sedimen darat (teristis/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya endapan
sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis),
dan sebagainya.
3) Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut,
misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).

2.1.3

Batuan Metamorf
Adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari

batuan yang sudah ada baik batuan beku, sedimen, atau pun dari batuan metamorf
yang lain. Terjadinya secara fisikdan kimiawi sehingga berbeda dengan batuan
induknya. Perubahan tersebut sebagai akibat dari tekanan, temperatur, dan aliran
panas baik cair maupun gas.
Macam-macam tipe metamorfik:
Metamorfik geothermal
Yaitu metamorfosa yang terjadi karena pengaruh panas bumi sendiri, tanpa

tambahan panas dari magma ataupun pengaruh diasstropisme.


Metamorfik dynamo
Yaitu suatu perubahan mineral satu ke mineral lainnya. Metamorfosa ini

banyak dijumpai di daerah patahan dan lipatan.


Metamorfik kontak
Yaitu terjadi karena pengaruh intrusi magma yang panas makin jauh intrusi
tersebut, makin berkurangnya derajat metamorfosa karena temperature
semakin rendah. Pada zona metamorfosa tersebut banyak dijumpai mineralmineral bahan galian yang letaknya relative teratur menurut jauhnya dari

batuan intrusi.
Metamorfik metasomantisme
Terjadi rekristalisasi, membentuk mineral batu yang sifatnya sudah lain

dengan batuan induknya.


Hydrothermal dan pneumatolisis
Perubahan yang terjadi karena pengaruh air panas baik yang berasal dari
magma maupun dari air tanah yang mengalami pemanasan disebut
hydrothermal bila tenaga pengubahnya berupa gas panas maka disebut
pneumobolysis.

2.2 DENSITAS BATUAN


Massa jenis atau densitas suatu batuan secara harafiah merupakan perbandingan
antara massa dengan volume total pada batuan tersebut. Secara sederhana, suatu batuan
memiliki dua komponen, komponen padatan dan komponen rongga (pori). Keberadaan
komponen padatan maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap-tiap
batuan sehingga massa jenis dari suatu batuan berbeda dengan batuan yang lainnya.
Persentase rongga yang terisi oleh fluida dikenal dengan istilah kejenuhan fluida, untuk air
dinamakan saturasi air (Sw), untuk hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dikenal dengan
saturasi hidrokarbon (SHC).
Pengaruh Komponen Padatan Terhadap Densitas Batuan
4

Komponen padatan yang terdapat pada batuan juga dapat memiliki masa jenis yang berbedabeda juga. Massa jenis ini dikenal dengan istilah densitas matriks, yang dapat dirumuskan
melalui rumus seperti demikian:
m
m=
v
Apabila komponen padatan pada kedua batuan adalah kuarsa, maka densitas matriks (m)
untuk kedua batuan adalah densitas dari kuarsa (yaitu sekitar 2,65gr/cc atau 2,65kg/l). Misal
massa jenis dari komponen kuarsa sama, tetapi karena persen rongga pada kedua batuan
berbeda, maka densitas dari kedua batuan tersebut akan berbeda-beda. Misal pada batuan
yang pertama komponen padatannya 80% sedangkan pada batuan kedua 60%, sehingga
densitas dari batuan yang komponen padatannya berupa kuarsa tersebut adalah 80% .
2,65gr/cc = 2,12gr/cc untuk batuan yang pertama dan 60% . 2,6gr/cc = 1,59gr/cc untuk
batuan yang kedua. Dengan demikian hubungan antara densitas matriks dengan densitas total
dari suatu batuan dapat dirumuskan sebagai berikut:
= m . ( 1 )
dengan : persen rongga atau porositas.
Pengaruh Saturasi Fluida Terhadap Densitas Batuan
Tiap-tiap fluida akan mempunyai densitas tertentu pula, nilai ini dapat berbeda ataupun sama
antara masing-masing fluida tergantung pada komponen fluida tersebut, temperatur, dan
salinitasnya. Air, sebagai salah satu fluida yang merupakan fluida utama penyusun batuan
dikatakan memiliki densitas yang berbeda-beda pada temperatur dan salinitas yang berebeda.
Semakin saline (banyak kandungan garamnya) maka densitanya akan bertambah, dan
mengenai temperature. Secara umum, dapat dirumuskan pengaruh densitas yang dibawa oleh
air/fluida lainnya terhadap densitas batuan, yaitu seperti berikut ini:
= m . ( 1 ) + f . . S f

fluida berupa air

= m .(1-) + w . . Sw

saturasi air 100%

= m . (1-) + w .

mengandung HC

= m . (1-) + w . . Sw + HC . . (1-Sw)

Hal-hal yang menyebabkan massa jenis atau densitas batuan berbeda yaitu:
5

Tiap batuan memiliki komposisi matriks yang berbeda-beda.


Tiap batuan memiliki porositas yang berbeda-beda.
Tiap batuan terisi oleh fluida pada rongganya yang mungkin berbeda jenisnya dengan

saturasi yang berbeda pula.


Tiap batuan memiliki kondisi fisik (temperatur) dan kimia (salinitas) yang berbeda-beda.
Densitas dapat dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Massa densitas (kg / m3)2
2. Berat Spesifik (specific weight)
y= p . g
Dimana g = percepatan gravitasi (m/s2).
3. Spesifik Gravity (s.g)
Spesifik gravity merupakan perbandingan antara density dengan berat spesifik suatu zat
terhadap density atau berat spesifik suatu standart zat (umumnya terhadap air. Jadi
spesifik gravity tidak mempunyai satuan.
Berikut adalah kisaran densitas pada material bumi:

Densitas dalam tabel di bawah ini dinyatakan sebagai berat jenis yang adalah densitas dari
batuan relatif terhadap kepadatan air. Itu tidak aneh karena dapat berpikir, karena itu
densitas air adalah 1 gram per sentimeter kubik atau 1 g/cm3. Jadi angka-angka ini
diterjemahkan langsung ke g/cm3, atau ton per meter kubik (t/m3).
Batu dari jenis yang sama dapat memiliki kepadatan apapun dalam berbagai kepadatan,
karena mereka dapat berisi proporsi yang berbeda mineral dan void. Desnitas sangat sensitif
terhadap mineral yang membentuk jenis batu tertentu. Batuan sedimen dan granit, yang kaya
akan kuarsa dan felspar, cenderung kurang padat dari batuan volkanik. Dan jika Anda tahu

petrologi batuan beku, Anda akan melihat bahwa batu lebih mafik adalah, semakin besar
kerapatannya.
2.5-2.8 g/cm 3
2.8-3.0 g/cm 3
1.1-1.4 g/cm 3
2.6-3.0 g/cm 3
2.8-3.0 g/cm 3
2.8-2.9 g/cm 3
2.7-3.3 g/cm 3
2.6-2.9 g/cm 3
2.6-2.7 g/cm 3
2.3-2.8 g/cm 3
2.3-2.7 g/cm 3
2.4-2.7 g/cm 3
2.5-2.9 g/cm 3
3.1-3.4 g/cm 3
2.6-2.8 g/cm 3
2.4-2.6 g/cm 3
2.5-2.6 g/cm 3
2.2-2.8 g/cm 3
2.4-2.8 g/cm 3
2.7-2.8 g/cm 3

Andesit
Basal
Batu bara
Diabas
Diorit
Dolomit
Gabbro
Gneiss
Granit
Gips
Batu Kapur
Marmer
Mica Sekis
Peridotit
Kuarsit
Riolit
Garam Batu
Batu Pasir
Serpih
Batu Tulis

Metode pengukuran densitas, yaitu :


Penentuan densitas di laboratorium.Densitas dibedakan menjadi 3, yaitu : bobot isi asli
(natural density) dan bobot isi kering (dry density) dan bobot isi jenuh (saturated density).
Dalam penentuan densitas di laboratorium10), digunakan persamaan-persamaan sebagai
berikut :

2.3 KESIMPULAN
Setiap batuan memiliki nilai densitas yang berbeda-beda sesuai tempat terbentuknya
dan material pembentuk dan letak batuan tersebut, semakin dalam batuan berada di bawah
bumi maka semakin besar nilai densitasnya karena tertimpa masa bataun yang ada di
atasnya . Serta nilai densitas dapat di tentukan dengan perbandingan masa batuan secara
lami , kering, dan jenuh.

DAFTAR PUSTAKA
8

Anda mungkin juga menyukai