FISIKA DASAR
OLEH :
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
HALAMAN PENGESAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Kelompok : 1A
Frekuensi I
Jurusan : Teknik kimia
Fakultas : Teknologi Industri
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Asisten Koordinator Frekuensi I
Laboratorium Fisika Dasar FTI-UMI, Teknik Kimia,
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Yang telah memberikan hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
lulus praktikum Fisika Dasar.
Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi- tingginya, penyusun menyampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Baik secara langsung
maupun tidak yakni kepada :
1. Ibu Ir. Darnengsih, S.T., M.T., IPP. selaku Kepala Laboratorium
Fisika Dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia.
2. Ibu Ir. Gusnawati, S.T., M.T. selaku Koordinator Laboratorium
Fisika Dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia.
3. Bapak Ir. Syamsul Bahri, S. T., M.T. selaku Dosen mata kuliah Fisika
Dasar.
4. Kakak Hidayat Tamrin selaku Koordinator Asisten Fisika Dasar
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
5. Kakak – kakak Asisten yang telah membimbing kami dengan baik.
6. Teman – teman seperjuangan Jurusan Teknik Kimia angkatan2021.
7. Orang tua tercinta yang telah mendukung secara moral maupun secara
materi.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan hikmah atas amal
ibadah dan bantuan yang di berikan dengan ikhlas serta limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa tercurahkan kepada kita. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran membangun atas laporan ini demi
kebaikan penulis pribadi dan pembaca secara umum.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Halaman Pengesahan.............................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................................iv
Daftar Gambar....................................................................................................viii
Daftar Tabel..........................................................................................................ix
Daftar Grafik.........................................................................................................x
Bab I Pendahuluan..........................................................................................
2.1 PengertianGaya.............................................................................
2.2 Vektor dan penjumlahan vektor....................................................
2.3 Poligon............................................................................................
Penutup ................................................................................................................ .
a. Kesimpulan............................................................................................................
b. Saran............................................................................................................. .....
c. Laboratorium .............................................................................................. .......
d. Asisten........................................................................................................... ....
e. Praktikum ...................................................................................................... ....
f. Ayat Yang Berhubungan ......................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran
a. Nomeklatur
b. Lembar Asistensi
c. Biografi
DAFTAR GAMBAR
I. Poligon Gaya
V. Viskositas Fluida
I. Poligon Gaya
V. Viskositas Fluida
I. Poligon Gaya
BAB I
PENDAHULUAN
POLIGON GAYA
1.2 Tujuan Percobaan
Dalam fisika, gaya adalah sebuah dorongan atau tarikan yang menggerakkan
benda, serta memiliki arah dan besar tertentu. Ada beberapa jenis-jenis gaya yang
ada, misalnya seperti gaya magnet, gaya gesek, gaya pegas, dan lain-lain.
Jika dijelaskan secara umum, maka pengertian gaya adaladah adalah
interaksi apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami
perubahan gerak, baik dalam bentuk arah, maupun konstruksi geometris.
Sementara definisi gaya secara singkat adalah dorongan atau tarikan yang akan
menggerakkan benda bebas (tak terikat).
Gaya disimbolkan dengan huruf F, dan besarannya dapat dihitung karena
termasuk sebagai besaran vektor. Adapun satuan untuk menghitung gaya adalah
Newton atau N. Rumus menghitung gaya (F) adalah dengan perkalian massa
benda
(m) dengan percepatan (a).
Sifat-sifat gaya antara lain dapat mengubah bentuk benda, dapat mengubah
arah benda, dapat membuat benda diam menjadi bergerak, dapat mengubah benda
bergerak menjadi diam, serta dapat mengubah kecepatan gerak benda.
Secara umum jenis-jenis gaya dibedakan menjadi dua, yakni gaya sentuh
dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh merupakan jenis gaya yang terjadi sentuhan
antara sumber gaya dan objeknya, contohnya gaya otot dan gaya gesek. Sementara
gaya tak sentuh tidak terjadi sentuhan antara sumber gaya dan objeknya,
contohnya gaya gravitasi dan gaya magnet. (Zakky, 2019).
2.1.1 Sfat-sifat Gaya
Berdasarkan penjelasan diatas gaya dapat disimpulkan bahwa gaya
memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
1. Gaya menyebabkan benda diam menjadi bergerak.
2. Gaya menyebabkan benda yang bergerak menjadi diam.
3. Gaya mengubah kecepatan gerak benda.
4. Gaya mengubah arah gerak benda.
5. Gaya mengubah bentuk benda.
2.1.2 Rumus dan Satuan Gaya
Gaya dirumuskan dengan tiga rumusan dasar yanb menjelaskan kaitan gaya
dengan gerak benda. Tiga rumusan dasar ini adalah Hukum Newton 1, 2, dan 3
1. Hukum Newton I
Jika Resultan (Penjumlahan atau pengurangan gaya) yang bekerja pada
benda sama dengan nol, maka benda yang semula diam akan tetap diam, dan
benda yang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan.
(Ayukwitantri, 2016).
jadi rumus Hukum Newton I adalah :
∑F = 0
......................................................................(1.2.1)
2. Hukum Newton II
Percepatan (Perubahan dari kecepatan) gerak benda selalu berbanding
lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda dan selalu
berbanding terbalik dengan massa benda. (Ayukwitantri, 2016).
Jadi rumus Hukum Newton II adalah :
∑F = m.a
.....................................................................(1.2.2)
F aksi = -F reaksi
.................................................................(1.2.3)
Dimana: F aksi = Arah, F reaksi = Gaya, (-) = Gaya yang berlawanan
2.1.3 Macam- macam Gaya
1. Berdasarkan Sentuhannya dengan benda, gaya dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Gaya Sentuh
Gaya Sentuh adalah gaya yang bekerja dengan sentuhan. Artinya
Suatu gaya akan menghasilkan efek apabila terjadi sentuhan dengan
benda yang akan diberikan gaya tersebut, apabila tidak terjadi sentuhan,
maka gaya tidak akan bekerja pada benda. Gaya ini akan muncul ketika
benda bersentuhan dengan benda lain yang menjadi sumber gaya.
Contohnya, ketika seseorang hendak memindahkan meja, maka ia
harus menyentuh menja tersebut kemudian mendorongnya ke tempat
tujuan, pada kasus ini terjadi sentuhan antara manusia sebagai sumber
gaya, dan meja sebagai target yang henda diberikan gaya. Apabila tidak
terjadi sentuhan antara keduanya maka meja tidak akan berpindah sesuai
keinginan.
b. Gaya Tak Sentuh
Gaya Tak Sentuh adalah gaya yang akan bekerja tanpa terjadinya
sentuhan. Artinya Efek dari gaya yang dikeluarkan oleh sumber gaya
tetap dapat dirasakan oleh benda walaupun mereka tidak bersentuhan.
Contohnya adalah Gaya Magnet dan Gaya Gravitasi, pada gaya
magnet, ketika kita meletakkan besi di dekat magnet (tanpa bersentuhan),
maka besi tersebut akan tertarik ke arah magnet karena merasakan efek
dari gaya yang dikeluarkan oleh magnet tersebut.
2. Berdasarkan Jenis Gaya, secara Umum dikenal 7 Jenis Gaya utama,
yaitu :
1. Gaya Otot
Sesuai dengan namanya Gaya otot merupakan gaya yang dilakukan
oleh makhluk hidup yang memiliki otot. Gaya timbul dari koordinasi dari
struktur otot dengan rangka tubuh. Gaya Otot Termasuk ke dalam
kelompok Gaya Sentuh. Contohnya adalah seseorang yang mengangkat
batu. Untuk mengangkat batu tersebut, otot di dalam tubuhnya
berkoordinasi sehingga mampu menggerakan tangan untuk mengangkat
batu.
2. Gaya Pegas
Gaya Pegas adalah gaya dihasilkan oleh sebuah pegas. Gaya pegas
disebut juga gaya lenting pulih yang terjadi karena adanya sifat
keelastisan suatu benda. Gaya Pegas termasuk ke dalam kelompok Gaya
Sentuh. Gaya Pegas timbul karena pegas dapat memapat dan merenggang
sehingga bentuknya dapat kembali seperti semula setelah terjadi gaya
tersebut. Contohnya adalah ketika seseorang pemanah menarik anak
panah kebelakang, maka busur pada panah tersebut akan mengikuti arah
busur yang ditarik, kemudian setelah anak panah dilepaskan, maka pegas
pada busur panah akan kembali ke bentuk semulanya. Contoh lainnya
adalah ketapel, sistem kerjanya sejenis dengan busur panah.
3. Gaya Gesek
Gaya Gesek adalah gaya yang timbul karena terjadinya persentuhan
langsung antara dua permukaan benda. Gaya Gesek merupakan gaya
yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda atau arah gaya
luar. Gaya gesek termasuk ke dalam kelompok gaya sentuh. Besar
kecilnya gaya gesekan ditentukan oleh halus atau kasarnya permukaan
benda. Semakin halus permukaan, maka semakin kecil gaya gesekan
yang timbul sehingga gaya yang dibutuhkan untuk membuat benda
tersebut bergerak semakin kecil juga. Contohnya apabila batu yang sama
dengan jumlah gaya luar yang sama di gerakan pada 2 permukaan , satu
di lantai keramik (Halus), satu lagi di lantai semen (kasar), maka
pergerakan batu di lantai keramik akan lebih cepat da mudah
dibandingkan pergerakan batu pada lantai semen.
4. Gaya Mesin
Gaya Mesin adalah gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin, seiring
berkembangnya teknologi, mesin yang dibuatpun semakin canggih. Gaya
Mesin sangat membantu dalam meringankan aktivitas manusia.
Contohnya adalah Kerja Mobil dan Motor.
5. Gaya Gravitasi Bumi (Gaya Berat)
Gaya Gravitasi Bumi adalah Gaya tarik bumi terhadap seluruh benda
bermassa yang terdapat pada permukaannya. Sahabat pasti sudah
mengetahui bahwa dengan adanya gravitasi bumi, maka kita dapat berdiri
tanpa masalah dipermukaannya, apabila tidak terdapat gaya gravitasi
bumi, maka setiap benda akan melayang seperti halnya di luar angkasa.
6. Gaya Magnet
Gaya Magnet adalah gaya pada magnet yang mampu menarik benda –
benda tertentu. Benda yang mampu ditarik oleh magnet disebut benda
magnetis, umumnya terbuat dari besi atau baja, ataupun logam lainnya.
Semakin dekat magnet dengan benda magnetis, maka gaya tarik magnet
tersebut semakin besar. Gaya magnet dapat menarik benda meskipun
tanpa menyentuhnya, oleh karena itu Gaya magnet termasuk ke dalam
kelompok Gaya Tak Sentuh. Contohnya adalah paku apabila didekatkan
ke sebuah magnet, maka ia akan tertarik ke arah magnet tersebut, maka
paku merupakan benda magnetis.
7. Gaya Listrik
Gaya Listrik adalah gaya yang dihasilkan oleh benda – benda
bermuatan listrik dalam medan listrik. Contohnya adalah kipas angin
bekerja dengan mengubah energi listrik menjadi energi gerak.
(Ayukwitantri, 2016).
Dari gambar di atas, maka kita ketahui bahwa vektor C adalah hasil dari
penjumlahan antara vektor A dan vektor B sehingga kita juga bisa menyebut C
sebagai vektor resultan.
2.2.2 Penjumlahan Vektor dengan Metode poligon
Metode poligon sebenarnya sama saja dengan metode segitiga, hanya saja
jumlah vektor yang dijumlahkan lebih banyak. Metode poligon adalah cara
penjumlahan tiga atau lebih vektor secara grafis dengan saling menghubungkan
pangkal vektor ke ujung vektor lain sedemikian rupa hingga vektor terakhir.
Kemudian ditarik garis lurus dari pangkal vektor pertama menuju ujung vektor
terakhir sehingga terbentuklah bangun segi banyak atau poligon.
2.3 Poligon
(d)
d) Kerta Grafik
3.2 Prosedur Percobaan
ASISTEN
R = √Rx + Ry
= √ (0,134)² + (0,080)²
= √0,017 + 0,006
= √0,023
= 0,151 N
5.1.7 Perhitungan Grafik
Tabel 1.5.3 Perhitungan Grafik
No. θ F Skala
1. 38,5° 0,490 4,9
2. 34° 0,392 3,92
3. 27,25° 0,588 5,80
4. 29,25° 0,686 6,86
Gambar1.5.8 Data Pengamatan I
Berdasarkan gambar 1.5.8 diatas resultan gaya ꞉
panjang dari titik akhir ke titik awal
Resultan gaya = 4,4
= 0,44
10
=
skala
R = √Rx + Ry
= √(0,182)² + (0,109)²
= √0,033 + 0,011
= √0,044
= 0,209 N
5.2.7 Perhitungan Grafik
Tabel 1.5.4 Perhitungan Garafik
No. θ F Skala
1. 39,5° 0,686 6,86
2. 33,25° 0,686 6,86
3. 23,5° 0,784 7,84
4. 28,75° 1,079 7,91
No Massa θ Rx Ry R Grafik
1. 0,05 38,5°
2. 0,04 34° 0,134 N 0,080 N 0,515 N 0,44 N
3. 0,06 27,25°
4. 0,07 29,25°
1. 0,07 39,5°
2. 0,07 33,25°
0,182 N 0,109 N 0,209 N 0,47 N
3. 0,8 23,5°
4. 0,11 28,75°
7.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada saat terjadinya sebuah pergerakan pada benang yang diakibatkan
adanya gaya yang diberikan oleh beban. Apabila gaya yang diberikan oleh beban.
Apabila gaya yang diberikan oleh beban kepada tali itu berbeda,maka sudut yang
dihasilkan akan berbeda. Adapun pada percobaan ini di pengaruhi oleh beban
yang diberikan pada setiap lengan yang ada pada tali. Semakin besar beban yang
diberikan maka sudut yang dihasilkan akan semakin kecil,begitu pula sebaliknya.
7.2 Saran
QمQُه
QهQُQ نQيQزQ ُو م واQ فَأQكQِQ َٰلَئ QَتQلQُثَق ۚ QنQفَم QقQحQ˚ الQ QذQِ م ئQيَو QنQ و زQ˚QلQ وا
QنQ حوQال˚ مفQ (QS.Al-Araf : 8)
QلQ˚
Artinya:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IA/I
JURUSAN TEKNIK KIMIA
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2. Tujuan Percobaan
PESAWAT ATWOOD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hukum I Newton berbunyi sebagai berikut “Sebuah benda akan berada
PESAWAT ATWOOD
dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang
bekerja pada benda sama dengan nol” Secara matematis, Hukum I Newton yang
dapat dinyatakan dengan:
.....................
∑F = 0 ...................................................................................... .(5.2.1)
∑ F =m.a
..................................................................................................... (5.2.2)
Keterangan : ∑F= Gaya (N), m= Massa Benda (Kg), a= Percepatan (m/s2)
2.2.3 Hukum III Newton
Hukum III Newton berbunyi “Apabila benda pertama mengerjakan gaya
pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada
benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama
(reaksi)” (Anwar, 2021). Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
Faksi = −Freaksi
……........................ ........................................................................... (2.2.3)
Keterangan:
F aksi = Arah, F reaksi = Gaya, (-) = Gaya yang berlawana
Gerak lurus merupakan suatu gerak dari suatu obyek yang memiliki linta-
san berupa garis lurus atau gerak suatu objek tanpa berotasi. Jenis gerak ini biasa
disebut juga sebagai suatu gerak translasi beraturan. Dalam jangka waktu yang
bersamaan terjadi perpindahan dengan jumlah nilai besaran yang sama.
Contohnya dapat kita lihat pada mobil yang bergerak maju, gerakan pada buah
apel yang jatuh dari pohonnya, dan pada setiap objek yang bergerak pada lintasan
lurus. Gerak lurus ini juga dapat dikelompokkan menjadi dua yang pertama adalah
gerak lurus beraturan (GLB) dan yang kedua adalah gerak lurus berubah beraturan
(GLBB) dimana dibedakan dengan cara mengetahui ada tidaknya nilai percepatan.
s = v x t ....................................................................................... .(5.2.4)
....................
Keterangan:
s = Jarak waktu tempuh (m), v = Kecepatan (m/s), t = Waktu (s)
Pada GLB benda menempuh jarak yang sama dalam selang waktu yang
sama pula. Sebagai contoh mobil yang melaju menempuh jarak 2 m dalam waktu
1 detik maka 1 detik berikutnya menempuh jarak 2 m lagi, begitu seterusnya
(Josephine, 2020).
Vt = Vo + .................................................................................... (5.2.5)
.......................
at
Keterangan:
Vo = Kecepatan awal (m/s), Vt = Kecepatan akhir (m/s), a = Percepatan
(m/s2).
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak benda dalam lintasan lurus
dan memiliki percepatan yang tetap jadi ciri umum GLBB adalah bahwa dari
waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat dengan
kata lain gerak benda dipercepat (Josephine, 2020).
2.5 Gaya
Pengertian Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan pada suatu
benda. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga
mempunyai arti yang tidaksama, namun keduanya saling berhubungan. Gaya tidak
dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Tarikan dan dorongan yang
dilakukan memerlukan tenaga. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah.
Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan. Besar
gaya dapat
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam
Newton (N). Gaya dapat memengaruhi gerak dan bentuk benda. Gerak adalah
perpindahan posisi atau kedudukan suatu benda.Bentuk benda adalah gambaran
wujud suatu benda.
Gaya adalah vektor yang mempunyai besar dan arah. Penggambarannya
biasanya berupa garis panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang
garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya (Gartiwa, 2020).
Resultan sendiri dapat diartikan sebagai jumlahan atau total. Jika diartikan
resultan gaya adalah keseluruhan gaya yang bekerja pada sebuah benda dalam se-
buah sistem.Resultan gaya merupakan besaran vektor yang memiliki besar dan
arahnya. Resultan gaya dapat diilustrasikan sebagai berikut. Bila di suatu ketika
dijalan raya Boni mengendarai mobil dan mogok dijalan. Dia mencoba
mendorong mobilnya sendiri dengan gaya 50N mobilnya belum dapat bergerak.
Di jalan ada Agus yang membantu mendorong mobil Boni dengan gaya 50N dan
ahirnya mo- bilnya dapat bergerak. Dari kejadian itu mobil mengalami resultan
gaya sebesar 100N dan arahnya searah mobil bergerak (Bagus, 2021).
Gaya gravitasi adalah gaya tarik yang ditimbulkan oleh bumi terhadap
suatu benda. Gaya gravitasi juga dikenal sebagai gaya berat atau gaya tarik
bumi. Ilmuwan pertama yang merumuskan konsep teori mengenai gravitasi
bumi ialah Sir Isaac Newton. Menjelang akhir abad ke-17, Newton
menemukan hukum gravitasi yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tentang apa penyebab benda selalu jatuh ke bawah.
Hukum Gravitasi Newton menyatakan bahwa “Gaya gravitasi antara
dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus
dengan perkalian massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara keduanya.”
Dua benda yang dimaksud yaitu bumi dan benda yang jatuh menuju
pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda tersebut disebut sebagai
gaya
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gravitasi bumi. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-
benda ditarik ke arah pusat bumi. Contohnya, bumi memiliki massa yang
sangat besar dan menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar pula untuk
menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti bulan, meteor, dan
benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia (Helmi, 2021).
Besaran Fisis merupakan besaran yang memiliki nilai yang dapat diukur
dan memiliki nilai atau angka yang dapat dinyatakan dalam suatu satuan tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, ada tiga kriteria yang harus dimiliki besaran agar
layak disebut sebagai besaran fisika, yaitu: Dapat diukur, memiliki nilai atau
angka, dinyatakan dengan satuan. Besaran fisika terdiri dari 4 jenis yang
dibedakan berdasarkan asal satuan dan arahnya. Berdasarkan asal satunnya,
besaran fisika terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan (Jonathan, 2020).
Dalam melakukan pengamatan dalam fisika biasanya dilakukan sebuah
pengukuran untuk memperoleh nilai kuantitatif dari suatu keadaan. Dimana nilai-
nilai ini biasanya digunakan sebagai tolak ukur dari hasil pengamatan tersebut.
Jadi mengukur adalah melakukan perbandingan antara benda yang diukur dengan
media lain yang memiliki nilai. Dari pengukuran diatas kita mengambil tali
sebagai alat yang akan diukur dan jengkal sebagai media pembanding.
Hasil dari pengukuran biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai dan diiringi
oleh satuannya. Pada pengukuran diatas 7 merupakan nilai sedangkan jengkal
sebagai satuannya. Satuan terbagi menjadi 2 bagian yaitu satuan baku dan satuan
tidak baku. Satuan baku adalah satuan yang nilainya disepakati oleh semua orang.
Satuan ini biasa disebut dengan satuan internasional (SI) (Ulty, 2020).
Laju merupakan jarak yang ditempuh suatu benda tiap waktu yang diper-
lukan untuk menempuh jarak tersebut. Pada kelajuan tetap, semakin besar jarak
yang ditempuh suatu benda maka semakin lama waktu yang diperlukanuntuk
menempuh jarak tersebut. Secara sistematis, laju dirumuskan:
s ..........................................................................................(5.2.6)
v=t
PESAWAT ATWOOD
Keterangan :
v = laju (m/s), s = jarak (m), t = waktu (s)
Persamaan di atas adalah untuk benda yang bergerak dengan laju tetap.
Akan tetapi, pada umumnya benda bergerak dengan kelajuan yang beruba
sehingga kita perlu menentukan laju rata-ratanya. Laju rata-rata didefinisikan
sebagai per- bandingan antara jarak total yang ditempuh benda dengan selang
waktu yang di- perlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kelajuan suatu benda menyatakan besar kecepatan pada suatu benda terse-
but tanpa meninjau arah perpindahannya. Sementara kecepatan yang meninjau
arah perpindahan benda. Dengan demikian, kecepatan merupakan kelajuan
beserta arah geraknya pada suatu benda (Prasodjo, Budi; dkk, 2006).
Gerak translasi adalah gerak suatu benda dimana setiap titik pada benda
tersebut menempuh lintasan dan bentuk yang sama. Lintasan pada gerak translasi
dapat berupa garis lurus atau bukan. Hal ini terjadi karena syarat sebuah gerak
translasi adalah “setiap titik pada benda tersebut menempuh lintasan dan bentuk
yang sama”.
a b c
e f
d
PESAWAT ATWOOD
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
Waktu (s)
Jarak (m) Keterangan
TBC TAB
XBC XAB 1 2 3 1 2 3
0,3 0,7 1,94 1,95 1,96 2,28 2,27 2,26 ms = 0,16 kg
mb = 0,011
kg 0,7 0,3 2,36 2,37 2,38 1,30 1,31 1,32
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 17 November 2021
Kelompok/Frekuensi : 1A/1
Anggota Kelompok : 1. RESKY JAYA (09220210009)
2. WAODE UWI ANAFSIA (09220210012)
3. DAFFA PUTRI BALQIS (09220210073)
4. MUH ALIEF RAMADHAN (09220210075)
ASISTEN
T1+T2+T3
Tbcn =
∑Tbcn =
n n
Tbc ∑Tbc = 1,94+1,95 +1,96 = 5,85 = 1,95 s
1
1=
n 3 3
Tbc
∑Tbc = 2,36+2,37 +2,38 = 7,11 = 2,37 s
= 2
2
n 3 3
∑Tba
5.2 Menentukan
n
Tban
∑Tban T1+T2+T3
= n =
Tba1 n
2,28+2,27 +2,26
= ∑T = = 2,27 s
ba1 3
Tba2
n 1,30+1,31 +1,32
= = 1,31 s
3
∑Tba2
= n
5.3 Persamaan Benda dan Percepatan Gravitasi
2(Xbc+Xba)
an =
Tbc2+ 2×Tbc ×Tba
a1 = 2(Xbc1+Xba1)
Tbc 2 + 2×Tbc ×Tba
1 1 1
2(0,30+0,70)
=
1,952+2×1,95 ×2,27
2 (1)
=
3,8025+3,9 ×2,27
2
=
3,8025+8,8530
2
=
12,6555
= 0,1580m/s2
2(XBc2+XBa2)
a2 = Tbc 2 + 2×Tbc ×Tba
2 2 2
2(0,70+0,30)
=
2,372+2×2,37 ×1,31
2 (1)
=
5,6169+4,74×1,31
2 (1)
=
5,6169+6,2094
2
=
11,8263
= 0,1691 m/s2
0,171×0,1691 0,0289
= 0,011 = 0,011 = 2,627m/s2
Xba2
a=
2Xbc . Tba2
δa
∆a =√( ) + (∆Xba)2+ (
2
) + (∆Xbc)2 + (
2
δa2 δa ) + (∆Tba)2
δa Xba2
=
δXba 2Xbc . Tba2
Dimana:
u = Xba2 u' = 2Xba
v = 2Xbc . Tba2 v' = 0
δa
= u'.v - u.v'
δXba
v2
= (2Xba . 2Xbc . Tba2) - (Xba2 .
0) (2Xbc . Tba2)2
= (2.0,7 . 2.0,3 . 2,272) - (0,72 . 0)
2
(2.0,3 . 2,272 )
= 4,328436 - 0
(3,09174)2
= 4,328436
9,55886
= 0,452819
1
∆Xba = × Skala terkecil
21 -3
= 5×10-4
δa Xba2
=
δXbc 2Xbc . Tba2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
2
v = 2Xbc . Tba v' = 2 Tba2
δa
= u'.v-u.v'
δXbc
v2
= 0 . (2Xbc . Tba2) - (Xba2 . 2Tba2)
(2Xbc . Tba2)2
0 . (2 . 0,3 . 2,272) - (0.72 . 2 . 2,272)
= 2
(2 . . 2,272 )
0,3
(0 . 0,6 . 5,1529) - (0,49 . 2 . 5,1529)
=
(0,6 . 5,1529)2
0 - 5,049842
=
(3,09174)2
-5,049842
=
9,55886
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= -0,528289
1
∆Xbc = × Skala terkecil
21
= × 10-3
2
= 5×10-4
δa Xba2
=
δTba 2Xbc×Tba2
Dimana:
u = Xba2 u' = 0
v = 2Xbc.Tba2 v' = 4Xbc.Tba
δa
= u'.v-u.v'
δTba
v2
= 0 . (2Xbc . Tba2) - (Xba2 . 4Xbc.Tba)
(2Xbc . Tba2)2
= 0 . (2 . 0,3 . 2,272) - (0.72 . 4.0,3 . 2,27)
(2 . 0,3 . 2,272)2
= (0 . 0,6 . 5,1529) - (0,49 . 1,2 . 2,27)
(0,6 . 5,1529)2
= 0 - 1,33476
(3,09174)2
= -1,33476
9,55886
= -0,139636
0,9216 +0.9216
=√
2
= √0,9216
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,96
δa
∆a =√( ) + (∆Xba)2+ (
2
) + (∆Xbc)2 + (
2
δa2 δa ) + (∆Tba)2
∆a = √ 1,42523
= 1,19383
a
KR = ×100%
2(a + a)
1,19383
KR = ×100%
2(1,19383 + 0,15848)
1,19383
= ×100%
2,70462
= 0,44140%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,44140%
= 99,5586%
Untuk Gravitasi
(ms+mb)a
g =
mb
δg 2 δg 2 δg 2
√
∆g = ( ) + (∆ms)2+ ) + (∆mb)2 + + (∆a)2
δms ( δmb ( )
δa
δg
= (ms+mb)a
δms
mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 0
δg =
= δg δms
δms
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
u'.
v
-
u
.
v
'
v
2
(a . mb) - (a
.
m
s
m
b
)
m
b
2
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
(0,1580 . 0,011) - (0,1580 . 0,16 + 0,1580 . 0,011) . 0
=
0,0112
0,001738 - 0
=
0,0112
0,0079
=
0,000121
= 14,36
1
∆ms = × Skala terkecil
21 -3
∆ms = 5×10-4
δg
= (ms+mb)a
δmb
mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = a
v = mb v' = 1
δg
= u'.v - u.v'
δmb
v2
δg
= (a . mb) - (a . ms + a . mb) . 1
δmb
mb2
= (0,1580 . 0,011) - (0,1580 . 0,16 + 0,1580 . 0,011) . 1
0,0112
= 0,001738 -
0,027018
0,000121
-0,02528
=
0,000121
= -208,9256
1
∆mb = × Skala terkecil
21 -3
∆mb = × 10
2
∆mb = 5×10-4
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δg (ms+mb)a
=
δa mb
Dimana:
u = (ms+mb)a u' = ms+mb
v = mb v' = 0
δu'.
g
δ v
a
= -
u
δ .
g
δ v
a
= '
δ
g v
δ 2
a (ms+mb . mb) - (ms.a
=
+ mb.a) .
δ 0 mb2
g
δ (0,16 + 0,011) . 0,011 - (0,02528 + 0,001738) . 0
a
= 0,0112
(0,1
δ 71 .
g
δ 0,01
a 1) -
= 0
0,
0
1
12
0
,
0
0
1
8
8
1
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0 1 ) (
,0 2 n
0, -
0
00
01 n 1
188 )
21
= (0,1580 - 0,1691)2 + (0,1691 - 0,1580)2
=√
2(2-1)
0
, 0,00012321 + 0,00012321
=√
0 2
0
0
1
2
1
=
1
5
,
5
4
∆a
a
n
)
2
(
a
2
a
n
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δ
∆g ) m
= +
√( ( ∆ s
) a)2
+ δ
(∆ m
ms
)2 b
δ
a
14,
2
0,00
2
208,9
)
0,00
2
PESAWAT ATWOOD
g
KR = ×100%
2(g + g)
209,9943
KR = ×100%
2(209,9943 + 2,54245)
209,9943
= ×100%
425,0735
= 0,4940%
KB = 100% - KR
KB = 100% - 0,4940%
KB =99,506%
BAB VI
ANALISIS PENGOLAHAN DATA
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Andre. (2018, Oktober 29). Dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
Anwar, I. C. ( 2021, September 19). Pengertian Hukum Newton 1, 2, 3: Bunyi,
Rumus, dan Contohnya.
Ariska, M. (2019). Penyelesaian Dinamika Pesawat Atwood dengan Persamaan
Eular-Lagrange sebagai Alternatif Persamaan Newton pada Fisika SMA.
Journal of Innovation and Physics Teaching, Volume 06, No. 1, 62-69.
Arnum. (2021, November 3). Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB):
Pengertian, Rumus, & Contoh Soal.
Bagus. (2021, maret 13). Resultan Gaya: Pengertian, Rumus, Macam, Soal.
Retrieved from https://rumuspintar.com/resultan-gaya/
Bitar. (2021, Oktober 12). Gerak Lurus Beraturan.
Consolidation, C. L. (2015, Februari 20). Gerak Translasi kelas XI.
Gartiwa, M. (2020). Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya. Unikom Indonesia.
Helmi, S. A. (2021, Mei 27). Pengertian Gaya Gravitasi, Medan Gravitasi, & Kuat
Medan Gravitasi.
Jonathan, G. (2020). Laporan Praktikum Fisika Dasar (Pesawat Atwood)
Laboratorium Fisika Terapan Fakultas Teknik Universitas Suktan Ageng
Tirtayasa Cilebon. Cilebon: Universitas Suktan Ageng Tirtayasa.
Josephine, E. N. (2020). FISIKA . Surabaya: KEMDIKBUD.
Mulyadi Abdul Wahid, F. R. (2019). Eksperimen Menghitung Momen Inersia
dalam Pesawat Atwood Menggunakan Katrol dengan Penambahan Massa
Beban. Pendidikan fisika dan terapan, Vol 2019, No 2.
Nadia. (2017, mei 17). Pesawat Atwood.
Prasodjo, Budi; dkk. (2006). Teori dan Aplikasi Fisika SMP KEELAS VII. PT
Ghalia Indonesia Printing.
Ulty. (2020, maret 5). Besaran Besaran Fisis dan Konversi Satuan.
LAPORAN PRAKTIKUM
GAYA GESEK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1A/C1
JURUSAN TEKNIK KIMIA
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek terjadi ketika permukaan suatu
benda bersentuhan dengan permukaan benda lainnya. Gesekan dibagi menjadi dua
yaitu gesekan statis yang artinya gesekan yang bekerja pada benda diam setelah
diberi sedikit gaya. Gaya gesek yang kedua adalah gaya gesek kinetik yaitu ketika
benda bergerak setelah diberikan gaya gesek. Dalam gaya gesekan terdapat
koefisien gesekan. Koefisien gesekan statis merupakan rasio besarnya gaya
gesekan statis dan gaya normalnya. Koefisien gesekan kinetis merupakan rasio
gaya gesek yang terjadi dengan besar gaya kinetis dan gaya normalnya. Gesekan
dalam kehidupan sehari-hari memiliki manfaat dan kerugian.
Penentuan koefisien gesek statis terlebih dahulu dilakukan penimbangan
bahan yang akan dicari koefisien geseknya. Sehingga, sudut pada koefisien gaya
gesek kinetis ditentukan dan kita menghitung waktu yang dibutuhkan benda
bergerak dari titik awal ke titik acuan. Praktikum ini dilakukan dengan cara
meluncurkan benda yang sudah diketahui massanya,untuk koefisien gesek statis
dengan meluncurkan benda dengan memperbesar sudut secara perlahan-
lahan.Untuk koefisien gesek kinetis benda yang diberi beban agar cepat meluncur
dan dicatat waktunya.
Dalam pembahasan mengenai Hukum Newton kita akan selalu berhubungan
dengan gaya gesekan. Secara umum, gaya didefenisikan sebagai sesuatu yang
dapat mengubah keadaan gerak suatu benda. Suatu benda dapat bergerak karena
mendapat gaya.
Manfaat gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya manusia
berjalan tanpa terpeleset dan mobil bisa berhenti karena adanya pengereman,
Menciptakan panas seperti di mesin kendaraan dan korek kayu. Selain itu juga ban
mobil dan ban sepeda motor yang diberi bentuk gerigi agar tidak licin dan tetap
berjalan dan adapula contoh dari gaya gesek tersebut ialah pada saat kita
memasukkan kartu kedalam mesin ATM .
GAYA GESEK
1.2 Tujuan Percobaan
Gesekan adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya kontak antara dua
buah permukaan benda satu sama lain. Akibat gesekan ini, maka muncul gaya
gesek yang melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan bergerak.
Benda – benda yang dimaksud disini, tidak harus berbentuk padat, melainan dapat
pula berbentuk cair ataupun gas.
Gaya gesek (friction force) adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan
benda yang saling bersentuhan atau bersinggungan. Arah gaya gesek berlawanan
arah dengan kecenderungan arah gerak benda. Gaya gesek disimbolkan dengan
huruf f dan satuannya adalah Newton.
Secara umum gaya gesek dapat dituliskan sebagai suatu ekspansi deret, yaitu
di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis
dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada benda
dalam fluida.
Ada beberapa fenomena yang ditimbulkan akibat dari gesekan, misalnya
timbulnya bunyi lengkingan pada area yang saling bergesekan, munculnya getaran
di sekitar area yang saling bergesekan, dan lain sebagainya. Salah satu fenomena
yang muncul akibat adanya gesekan yaitu munculnya slip. Slip merupakan suatu
fenomena gesekan di mana permukaan yang saling berkontak kehilangan gaya
geseknya secara tiba-tiba.
Gambar Gaya Gesek
Gaya gesek bekerja pada garis singgung kedua benda. Misalkan, sebuah
benda yang terletak pada sautu bidang datar horizontal dikenai gaya sebesar F.
Gaya gesek juga dapat terjadi pada suatu benda yang bergerak di udara. Untuk
benda yang melayang di udara, besar kecilnya gaya gesek bergantung pada luas
permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Semakin besar luas bidang
sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil luas bidang sentuh semakin kecil gaya geseknya. Konsep ini
digunakan pada penggunaan parasut untuk para penerjun bebas. Diagram gaya-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gaya yang bekerja pada benda tersebut dapat kalian lihat pada gambar di bawah
ini.
Berdasarkan gambar di atas, arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah
gaya luar yang bekerja pada benda dan arah gerak benda. Untuk benda padat yang
bergerak di atas benda padat, besar kecilnya gaya gesek sangat bergantung pada
kasar atau licinnya permukaan benda yang bersentuhan, semakin kasar permukaan
maka semakin besar gaya geseknya. Sebaliknya, semakin licin permukaan,
semakin kecil gaya geseknya.
Besar kecilnya gaya gesek bergantung pada permukaan yang dimiliki dari
kedua benda tersebut. Semakin kasar permukaan antar kedua benda maka semakin
besar gaya geseknya. Kondisi sebaliknya terjadi, semakin licin permukaan antar
kedua benda maka semakin kecil gaya geseknya.
2.1.1 Keuntungan dan Kerugian Gaya Gesek
GAYA GESEK
2.1.2 Asal Gaya Gesek
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan
antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti
(menggeser). Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya
gesek lain yang disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda
yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek
spin (spin friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai
gaya Coriolis-Stokes atau gaya viskos (viscous force).
1. Gaya Gesek Statis
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya
dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
dinamis.Agar benda dapat bergerak, gaya luar minimum yang diperlukan untuk
menggerakkan benda adalah sama dengan besar gaya gesek statis maksimalnya.
Jadi, besarnya gaya minimal yang digunakan untuk membuat benda bergerak
adalah sebagai berikut.
fs maks = μs N
………………………………………………..…(4.2.1)
Keterangan:
fs maks = Gaya gesek statis maksimum (N), μs = Koefisien gaya gesek statis,
N = Gaya normal (N).
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum
benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum
gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya
normal f = μs Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat
memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum.
Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk
menggerakkan salah satu benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara
dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar
dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan
terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan
kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis.
2. Gaya Gesek Dinamis
Gaya gesek dinamis terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama lainnya
dan saling bergesekan. Koefisien gesek dinamis umumnya dinotasikan dengan μk
dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang
sama.
Adanya Gaya Gesek Dinamis, memungkinkan benda yang bergerak dapat
berhenti. Jika tidak ada gaya gesek dinamis, tidak ada gaya yang memperlambat
gerak benda, sehingga benda yang bergerak tidak dapat berhenti.
Gaya gesek disimbolkan dengan huruf f (friction). Jika pada sebuah benda
bekerja gaya tertentu sehingga benda bergerak, maka arah gaya gesek selalu
berlawanan dengan arah gerak benda. Perhatikan diagram gaya yang bekerja pada
benda berikut ini.
fd = μk
N … …..........................................................................................(4.2.2)
Keterangan:
fd = Gaya gesek dinamis (N), μk = Koefisien gesekan kinetik N = Gaya
normal(N).
GAYA GESEK
semakin besar gaya geseknya begitupun sebaliknya. Kecepatan benda jatuh akan berbeda
walaupun dari benda dan bobot yang sama, di karenakan luas permukaan benda
bergesekan dengan udara bebas dimana Secara umum permukaan adalah batas kontinyu.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Gesek
1) Kekasaran permukaan benda
1. Semakin kasar permukaan benda, semakin besar gaya geseknya.
2. Semakin halus permukaan benda, semakin kecil gaya geseknya
2) Luas permukaan benda
1. Semakin luas permukaan benda, semakin besar gaya geseknya.
2. Semakin kecil permukaan benda, semakin kecil pula gaya geseknya.
3) Massa benda
1. Semakin berat massa bneda, semakin besar gaya geseknya.
2.Semakin ringan massa benda, semakin kecil gaya
geseknya
2.1.7 Manfaat Gaya Gesek
1) Gaya gesek membantu benda bergerak tanpa tergelincir.
2) Gaya gesek dapat menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya
sepeda di rem.
3) Gaya gesekan dapat menahan benda-benda agar tidak bergeser.
2.1.8 Gaya Gesek yang Merugikan
gaya gesek juga menimbulkan kerugian, di antaranya:
1) Gaya gesekan pada mesin mobil dan kopling menimbulkan panas yang
berlebihan sehingga mesin mobil cepat rusak karena aus.
2) Gaya gesekan antara ban mobil dengan jalan mengakibatkan ban mobil
cepat aus dan tipis.
3) Gaya gesekan antara angin dengan mobil dapat menghambat gerakan
mobil.
2.1.9 Memperbesar dan Memperkecil Gaya Gesekan
I:
“Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda
yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.”
Dari bunyi hukum newton I ini dapat dipahami bahwa suatu benda akan
berusaha mempertahankan keadaannya atapun posisi awalnya yang ia miliki.
Dimana, benda yang awalnya diam akan berusaha untuk tetap diam. Begitu juga
jika benda yang awalnya bergerak akan berusaha untuk tetap bergerak.
Dikarenakan benda mempunyai adanya kecenderungan dalam
mempertahankan posisi semula yang dialami oleh suatu benda tersebut maka,
hukum newton 1 ini disebut juga sebagai hukum inersia atau hukun kelembaman.
Dalam penerapan kesehariannya, hukum newton 1 ini memiliki contoh
penerapan disaat anda berkendara apakah itu dengan motor, mobil, dan alat yang
bergerak seperti lift. Kemudian, benda tersebut tiba – tida di rem atau berhenti
secara mendadak. Maka, badan anda cenderung maju kedepan atau terus melaju
kedepan. Hal yang sama juga terjadi saat anda akan mulai bergerak dari keadaan
diam. Contoh yang paling terasa adalah saat anda berkendara dengan mobil. Anda
cenderung tersentak kebelakang saat kendaraan mulai melaju.
Dengan demikian, hukum newton I dapat dirumuskan sebagai berikut.
∑F=0
……………………………………………………….(4.2.3)
Keterangan:
F = Gaya
2.2.2 Hukum Newton
II
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja
padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama
GAYA GESEK
dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
Berdasarkan dari bunyi hukum newton ke 2 ini, dapat dipahami bahwasanya
suatu gaya benda akan semakin bertambah besar jika diberikan dorongan daya
yang searah dengan laju arah gaya benda tersebut. Namun, jika diberikan gaya
tolak atau berlawanan arah dari gaya benda tersebut, maka akan memperkecil atau
memperlambat dari laju gaya benda tersebut.
Contoh hukum newton II yakni ketika anda melempar batu keatas secara
vertikal. Pada awalnya batu tersebut akan melaju keatas dengan kecepatan yang
konstan. Kemudian, akibat adanya gaya gravitasi akan memperlambat batu dan
menghentikannya. Lalu, batu tersebut akan kembali ke bumi dengan kecepatan
dari massa batu ditambah dengan adanya gaya gravitasi yang mempercepat batu
tersebut. Contoh lain yaitu pada saat seseorang mendoorng meja dan
lemari,seseorang memerlukan gaya yang lebih besar saat mendorong lemari
ketimbang meja karena lemari mempunyai massa lebih besar dari pada kursi.
Sehingga dapa disimpulkan rumus dari Hukum Newton 2 adaalah sebagai berikut:
F = m.a
…………………………………………………….(4.2.4)
Keterangan:
F = gaya (N), m = massa (Kg), a = percepatan (m/s2)
∑Faksi = -∑Freaksi
……....……………………………………………….(4.2.5)
Keterangan:
Faksi = gaya yang diberikan pada suatu benda, Freaksi = gaya yang diberikan
benda.
Dari bunyi hukum newton ke III ini dimana setiap aksi akan menimbulkan
aksi atau setiap sebab akan menimbulkan akibat. Dimana, setiap gaya sebab yang
diberikan akan menghasilkan besarnya gaya akibat yang dihasilkan pada benda
pertama dengan arah yang berlawanan. Pada contoh penerapan Hukum newton ke
tiga ini bekerja pada setiap benda yang diberikan gaya aksi akan menghasilkan
gaya reaksi.
Sebagai contoh hukum newton III, ketika anda memukul paku dengan paku.
Dimana, palu adalah gaya aksi dengan gaya dari paku adalah gaya reaksi dari palu
tersebut. Saat anda memukul paku dengan palu, begitu palu menyentuh paku, palu
berhenti sesaat atau bahkan memantul. Gaya berhenti sesaat atau bahkan
memantul tersebut merupakan gaya reaksi yang dihasilkan oleh aksi palu tersebut.
Contoh lain dari penerapan hukum newton ke III ialah pada saat melompat,kaki
akan memberikan gaya ke tanah dan tanah akan memberi gaya berlawanan arah
sehingga badan akan terdorong ke udara.Seperti dengan gambar di bawah ini
Fg = 𝜇N ………………………………………………………(4.2.6)
Keterangan:
Fg = gaya gesek, 𝜇 = koefisien gesekan, N = gaya normal.
2. Pada Gaya Berat
W= m.g
……………………………………………………….4.2.7)
Keterangan:
W = gaya berat (N), m = massa (kg), g = gravitasi bumi (m/s2).
3. Pada Berat Sejenis
S=ρ.g …………………………………………………...…..(4.2.8)
Atau
S=𝑊 ……………………………………………………….(4.2.9)
𝑉
Keterangan:
S = berat jenis (N/m2), w = berat benda (N), v = volume benda (m3)
𝜌 = massa jenis (kg/m3).
2.3 Konsep Dasar Perbedaan Massa dan Berat.
1. Massa
Massa adalah pengukuran berapa banyak materi dalam suatu objek. Massa
adalah kombinasi dari jumlah total atom, kerapatan atom, dan jenis atom dalam
suatu objek. Dan berikut ini adalah uraian tentang pengertian Massa dalam fisika
semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk
menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari,
massa biasanya disinonimkan dengan berat.
(a) (b)
(c)
(d)
(e) (f)
Gambar 3.3.1 (a) Perangkat bidang miring, (b) Benda peluncur (karet, karpet dan
kayu), (c) Beban pemberat (anak timbangan), (d) Roll meter, (e) Stopwatch, (f)
piringan.
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3.2 Prosedur percobaan
Pertama tama kami menimbang massa benda. Lalu membuat susunan benda
peluncur. Lalu kami meletakkan beban pemberat di atas piring sedikit demi
sedikit hingga benda peluncur pertama (kayu) bergerak, kemudian kami catat
massa beban pemberat tersebut. Melakukan percobaan ini sebanyak tiga kali.
Lalu kami melakukan prosedur kedua dengan benda peluncur (karpet) dan yang
ketiga (karet).
3.2.2 Untuk gesekan statis bidang miring
GAYA GESEK
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Percobaan gaya gesek yang dilakukan melalui bidang datar statis, hasil
pengukurannya tersebut dapat dilihat pada table 3.4.1
Tabel 3.4.1 Data Hasil Pengamatan
2 Karpet 24 25 26 Mb =0,206 kg
Frekuensi / Kelompok : I / IA
Anggota Kelompok :
ASISTEN
=
Mp+Mt 0,026+0,014 0,040
µs 2= = =0,242
Mb 0,165 0,165
=
Mp+Mt 0,026+0,014 0,040
µs 3= = =0,242
Mb 0,165 0,165
Nilai rata-rata µs
µs1+µs2+µs3
µs =
N
0,236+0,242+0,248 0,726
= 3 = 3 =0,242
b) Untuk permukaan karpet
Mp+Mt 0,026+0,017 0,043
µs1= = =0,208
Mb 0,206 0,206
=
Mp+Mt 0,026+0,018 0,044
µs 2= = =0,213
Mb 0,206 0,206
µs 3 = 𝑀𝑝 + 𝑀𝑏 0,02 0,019
𝑀𝑡 6+ =
0,206
0,045 0,296
= = 0,218
Nilai rata-rata µs
µs1 + µs2 + µs3
µs =
𝑁
0,208+0,213+0,218 0,639
= 3 = 3 = 0,213
c) Untuk permukaan karet
µs1 = 𝑀𝑝 + 𝑀𝑡 0,026 + 0,056
0,030 = = 0,267
𝑀𝑏 = 0,209
µs 2 = 𝑀𝑝 + 𝑀𝑡 0,209 0,057
0,026 + 0,031 = = 0,272
𝑀𝑏 = 0,209
0,209
𝑀𝑝 + 0,026 + 0,058
µs 3 = 0,032 = = 0,277
𝑀𝑡 = 0,209
𝑀𝑏 0,209
Nilai rata-rata µs
µ µ𝑠1+µ𝑠2+µ𝑠3
̅s = 𝑛
θ 22+θ 23+θ 24
= 3
0,404 + 0,424 + 0,445
=
3
1,273
=
3
= 0,424
X=m X= 1,29 m
t1+ t2+ t3
t̅ = n
Mp + Mt
µs =
Mb
𝛿µs
Δ µs = √[ ] . 2
] . (Δmb)2
𝛿µs . 𝛿µs
)2 + [ )2
(Δmt + [
2
2 (Δmp
𝛿mp 𝛿mt] 𝛿mA
1) 𝛿µs
𝛿𝑚𝑝 𝑚𝑝+𝑚𝑡 1+0 U = mp + mt UI=1
= 𝑚𝑏 = 0
V = mb VI = 0
𝑈𝐼. 𝑉− 𝑉𝐼.𝑈
= 1. 𝑚𝑏−0 (𝑚𝑝+𝑚𝑡) 1 . 𝑚𝑏−0
= =
2 𝑚𝑏2 (𝑚𝑏)2
1.𝑚𝑏𝑉
= 𝑚𝑏2
0,165
1 . 0,165 = = 6,11
= (0,165)2 0,027
1
2) Δmp = 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
Skala terkecil = 0,001
1
Δmp = 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
1 𝑥 0,001
= 2
= 0,5 𝑥 10−3
= 5 𝑥 10−4
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
U = mp + mt UI=1
3) (
𝛿µs 𝑚𝑝+𝑚𝑡 0+1
= 𝛿𝑚𝑡 𝑚𝐴 0
)
V = mA VI = 0
𝑈𝐼. 𝑉− 𝑉𝐼.𝑈
= 𝑉2
1. 𝑚𝐴 −0 (𝑚𝑝+𝑚𝑡)
= (𝑚𝐴)2
1 . 𝑚𝐴−0
(𝑚𝐴)2 =
1 . 0,165
(0,165)2 =
0,165
= 0,027
= 6,11
𝛥𝑚𝑡 = ̅
(𝑚𝑡 −𝑚̅
√2 1
̅𝑡̅) + (𝑚𝑡2 −
̅𝑚̅
̅𝑡̅)2 +(𝑚𝑡3 −
𝑚̅ ̅
̅𝑡̅)2
𝑛 (𝑛−1)
(0,013−0,014)2+
𝛥𝑚𝑡 = √
(0,014−0,014)2+ (0,015−0,014)2
3(3−1)
(−0,001)2+0+ (0,001)2
6 = √
𝛥𝑚𝑡
1𝑥10−6+0+ 1𝑥10−6
𝛥𝑚𝑡 −6 = √ =
2𝑥10
√ = 0,00057
𝑚𝑝+𝑚𝑡
5)
𝛿µs =
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
6 6 = mp + mt
=0
0+0 U
= 𝛿𝑚𝐴 𝑚𝐴 1
V = mA
=
𝑉− 0. 𝑚𝐴 −1 1 .
𝑉 (𝑚𝑝+𝑚𝑡)
= =
(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
2
𝑉2 (𝑚𝐴) (
𝐴
2
= = 1,481
1
.
(
0
,
0
2
6
+
0
,
0
1
4
)
=
0
,
0
4
(0,165)2 0,027
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1
6) 𝛥𝑚𝐴 = 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
1 𝑥 0,001
= 2
= 0,5 𝑥 10−3 = 5 𝑥 10−4 0,0005
2
µs 2 . 2
)2 + [ . )2 + [ . (Δmb)2
𝛿µs 𝛿µs
= (Δ ] (Δ ]
𝛿
√[ mp mt
µs
]
𝛿mp 𝛿mt �
�
m
A
=
√0,
000
047 X 100%
=
X 100%
0,00
68
𝐾𝑅
µs =
2
(
Δ
µ
s
+
µ
s
)
=
0,006
8
2(0,0068+0,242)
0,0068
= 0,4976 × 100%
= 0,0136%
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
𝐾𝐵 = 100% − 1
0,0136% 7
= 99,98%
I
b). Teori
ketidakpa =
stian 0
koefisien V
gesek
=
statis
t
pada a
n
bidang
miring �
�
untuk
I
beban
=
peluncur
jenis 1
= 𝑈𝐼. 𝑉 +
kayu 𝑉𝐼. 𝑈 = 0
. tan 𝜃 +
µs = tan 𝜃
1 . tan 𝜃
µs = 0+1.
. (𝛥𝜃Δ)2 tan 0,017
√
= 0,017
2
𝛿m𝜃
1) 𝛿µs
𝛿m𝜃
=
t
a
n
�
�
U=
0
,
0
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2) ΔƟ
(𝜃1− 𝜃)2+ (𝜃2−𝜃)2+ (𝜃3−𝜃)2
=√ 𝑛 (𝑛−1)
0,3333
ΔƟ =√
= 0,5777
𝛿µs 2
Δ ] . (𝛥𝜃)2
√µs 𝛿m𝜃
Δ µs = √[0,017]2. (0,5777)2
Δ µs = √(0,000289) . (0,3337) = √9,64 × 10−5 = 0,0098
𝐾𝑅 = Δ µs
X 100%
2 (Δ µs +µs )
0,0098
= 0,242 X 100%
= 4,04%
𝐾𝐵 = 100% − 4,04%
= 95,96%
Δ µk = tan Ɵ- 2𝑋
1). 𝛿 𝑚𝑝 2
𝑔+𝑡 .𝑐𝑜𝑠𝜃 K
GAYA GESEK
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
V = 9,81+0,96.0,81 VI = 0,81. 0,81
GAYA GESEK
𝑈𝐼. 𝑉− 𝑉𝐼.𝑈
= 𝑉2
2𝑋
= sec 𝜃 −
𝑔 + 𝑡2. 𝑐𝑜𝑠𝜃 K
2.1,29.9,81.0,40 sin 45°
= 𝑠𝑒𝑐245˚ − ( 9,81+0,40.cos 45° )
= 2+0,858
= 2,858
1
2) ΔƟ = 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
1
= 𝑥1
2
= 0,5
𝛿µk
2𝑥
= tan 𝜃 −
𝛿𝜃 𝑔.𝑡2 .cos 𝜃
U = tan 𝜃 UI=0
2𝑥
V= 𝑔.𝑡2 .cos 𝜃 4𝑥
VI = (𝑔.𝑡2 .cos 𝜃)2
𝑈𝐼. 𝑉 − 𝑉 𝐼 .
𝑈
=
𝑉2
4.1,29
= 0- (9,81.0,40.𝐶𝑂𝑆 45° )
4.1,29
= 9,81.0,40.0,525
5,16
= 2,0601
= 2,723
(T1− T)2+ (T2−T)2+ (T3−T)2
3) Δt = √
n (n−1)
𝑡1+𝑡2+𝑡3
t= 𝑛
0,64+0,64+0,66
t= 3
= 0,64
= √0,000066
= 0,008
𝛿µk 2 𝛿µk 2
4).Δµk = √ ( 𝛿𝜃 ) . (Δ𝜃 ) + ( 𝛿X ) . (Δx)
2 2
2
+ (𝛿µk ) . (Δt)2
𝛿t
= √2,0902
= 1,44
Δ µs
𝐾𝑅 = 2 (Δ µs +µs ) X 100%
1,44
= X 100%
2(1,44+2,858)
= 0,167%
𝐾𝐵 = 100% − 0,167%
= 99,83%
BAB VI
ANALISA PENGOLAHA DATA
6.1 Tabel hasil pengolahan data
No Mb Mt Mp 𝛍𝐬 Jenis
̅𝛍̅𝐬
peluncur
0,013 0,236
1. 0,165 0,242 Kayu
0,014 0,242
kg 0,015 0,026 0,248
0,017 0,208
0,206 0,018 0,213
2. 0,026
kg 0,019 0,218 0,213 Karpet
0,030 0,267
0,209 0,031 0,272
3. 0,026
kg 0,032 0,277 0,272 Karet
Pada massa beban jenis peluncur kayu sebesar 0,165 kg dan massa anak
timbangan sebesar 0,013 kg dan koefisien gesek statis sebesar 0,236 kg
menghasilkan rata-rata koefisien gesek statis bidang datar sebesar 0,242 kg. Pada
massa beban jenis peluncur karpet sebesar 0,206 kg dan massa anak timbangan
sebesar 0,017 kg dan koefisien gesek statis sebesar 0,208 kg menghasilkan rata-
rata koefisien gesek statis bidang datar sebesar 0,213. Pada massa beban jenis
peluncur karet sebesar 0,209 kg dan massa anak timbangan sebesar 0,030 kg dan
koefisien gesek statis sebesar 0,267 kg menghasilkan rata-rata koefisien gesek
statis bidang datar sebesar 0,272 kg.
Tabel 1.6.2. Hasil perhitungan percobaan koefisien statis bidang miring
Jenis
No Ө µs µs peluncur
1 22 0,513
2 23 0,624
0,424 Kayu
3 24 0,600
1 24 1,327
2 25 0,932
0,466 Karpet
3 26 0,781
1 34 0,466
2 35 0,487 0,700 Karet
3 36 0,445
Untuk percobaan koefisien gesek statis bidang miring , untuk jenis peluncur
kayu , diperoleh rata-rata koefisien statis bidang miring sebesar 0,424 kg.
Untuk percobaan koefisien gesek statis bidang miring , untuk jenis peluncur
karpet , diperoleh rata-rata koefisien statis bidang miring sebesar 0,466 kg.
Untuk percobaan koefisien gesek statis bidang miring , untuk jenis peluncur
karet , diperoleh rata-rata koefisien statis bidang miring sebesar 0,700 kg
Tabel 1.6.3. Hasil perhitungan percobaan koefisien gesek dinamis bidang miring
Benda
µk
No X Ө TanӨ CosӨ 𝑻̅
peluncur
Dari hasil praktikum dan pengamatan yang telah kami dapat disimpulkan
bahwa bahwa setiap gesekan yang terjadi di akibatkan oleh gesekan -gesekan
antara dua permukaan benda yang dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain
ialah gaya normal, gaya Tarik, koefisien gesekan static, koefisien gesekan kinetik
dan permukaan benda.
7.2 Saran
Dalam percobaan yang kami lakukan yaitu Gaya gesek kami dapat
menambah wawasan kami dan percobaan ini membuat kami tau apa manfaat dari
gaya gesek itu sendiri dan bagaimana cara menghitungnya dari pandangan ini
kami menarik satu kesimpulan bahwa percobaan ini adalah suatu pembelajaran
yang baik dan harus terus diajarkan kepada semua orang sehingga menjadi suatu
kebaikan yang pahalanya terus-menerus mengalir.
Konstanta Gaya
Pegas
1 LAPORAN PRAKTIKUM
2 KONSTANTA GAYA PEGAS
DISUSUN OLEH:
FREK/KLP : I/I A
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari pegas memiliki
peranan penting. Sebagai contoh, pegas dapat kita
jumpai pada sepeda motor. Dimana pegas pada
sepeda motor sering disebut atau dikenal dengan
nama shock breaker. Dengan shock breaker ini
maka kita merasa nyaman ketika mengendarai
sepeda motor. Hal ini terjadi karena shock breaker
tersebut memiliki sifat (kembali kebentuk semula)
seperti sifat pegas pada umumnya. Pegas merupakan
salah satu contoh benda elastisitas. Contoh benda
elastis lainnya adalah karet mainan. Ketika kita
menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet
tersebut bertambah panjang. Jika tarikan tersebut
dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang
semula.
Demikian juga ketika kita merentangkan pegas,
pegas tersebut akan bertambah panjang, tetapi
ketika dilepaskan panjang pegas akan kembali
seperti semula. Pengukuran konstanta pegas
merupakan salah satu mata praktikum fisika dasar.
Pada praktikum tersebut sebuah benda
digantungkan pada pegas,selanjutnya sistem massa
pegas tersebut di getarkan. Pada umumnya
pengukuran frekuensi osilasi dilakukan dengan
mengukur periode menggunakan stopwatch.
Pengukuran semacam ini hanya dapat memberikan
nilai akhirnya saja yaitu nilai prioda sedangkan
gejala osilasi harmonis yang menjadi dasar
Bila sebuah benda diregangakan oleh gaya, maka panjang benda akan
bertambah. Panjang atau pendeknya pertambahan panjang benda tergantung pada
elastisitas bahan dari benda tersebut dan juga gaya yang diberikannya. Apabila
benda masih berada dalam keadaan elastis (batas elastisitasnya belm dilampaui),
beradasarkan hukum Hooke pertambahan panjang (∆x) sebanding dengan besar
gaya F yang meregangkan benda. Asas ini berlaku juga bagi pegas heliks, selama
batas elastisitas pegas tidak terlampaui (Umar, 2008)
Jika sebuah pegas diberi gaya berat dengan besar tertentu, maka secara
otomatis pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang. Hubungan antara
besar gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan panjang pegas adalah
konsep dasar dari hukum Hooke (Serwey , 2009).
Sesuai dengan hukum Hooke tersebut, maka besar gaya berat (F) yang
diberikan akan sebanding dengan pertambahan panjang pegas (x). Sehingga dapat
digambarkan dengan grafik hubungan antara F-x yaitu semakin besar gaya berat
yang diberikan, maka semakin besar pula grafik tersebut menunjukan
pertambahan panjang pada pegas. Dan secara sistematis, hukum Hooke dapat
dituliskan dengan persamaan:
F = -k ∆x …..……................................................................................(4.2.1)
Keterangan :
k= Tetapan pegas (N / m), F= Gaya yang bekerja pada pegas
(N), x= Pertambahan panjang pegas (m).
Tanda (-) dikarenakan gaya yang dikerjakan oleh pegas selalu berlawanan
terhadap perpindahan dari posisi setimbang oleh karena gaya gaya pegas selalu
bekerja terhadap posisi setimbangnya (x = 0) gaya ini terkadang disebut gaya
pemulih yaitu gaya yang memulihkan ke posisi atau kongfigurasi awalnya. Gaya
pemulih adalah gaya yang cenderung memulihkan pegas ke konfigurasi awalnya.
Gaya yang bekerja pada pegas serupa dengan gaya yang dikejakan oleh satu atom
pada atom lain dalam sebuah molekul atau dalam zat padat dalam arti bahwa,
untuk perpindahan yang kecil dari kesetimbangannya, gaya pemulih sebanding
dengan perpindahan seringkali berguna untuk memvisualisasikan atom dalam
sebuah molekul atau zat padat seperti atom yang di hubungkan oleh pegas (Tipler,
1998).
Jika suatu benda dapat merenggang atau meyusut karna pengaruh gaya dari
luar dan dapat dikembalikan ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya
dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis seperti
pegas.
Keterangan:
m = massa (g), g = percepatan grafitasi (m/s2), k = Tetapan pegas (N/m),
dan x = pertambahan panjang pegas (m)
Dengan g adalah percepatan grafitasi. Selain dengan cara pembebanan,
konstanta pegas k dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah benda
bermassa m dibebankan pada pegas dan disimpangkan dari posisi etimbangnya,
maka akan terjadi getaran pegas dengan priode getaran T yang dapat diamatai
sebagai berikut.
………….....…………............................................................(4.2.3)
T=2 √(m/k)
Keterangan:
T = Periode getaran, m = massa benda, k = konstanta gaya pegas
2.2 Hukum Hooke
Bunyi hokum Hooke bila pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya, maka
pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding dengan basarnya gaya yang
mempengaruhi pegas tersebut.
Sebuah pegas yang salah satu ujung nya di gantungkan pada batang statif,
sedangkan ujung lain dibiarkan bebas. Jika pada ujung bebas digantungkan
beban,pegas akan mengalami perubahan Panjang. Jika gayya yang di hilangka,
bebas akan Kembali ke keadaan awal. Jika massa beban yang di gantungkan pada
ujung pegas terus di perbesar,dalam batas tertentu pegas akan rusak.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke diatas, pertambahan suatu panjang
suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan, materi penyusun, dan
dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi
yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun
diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi (Giancoli, 2001).
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥 ..................................................................…….............(4.2.4)
Keterangan:
F = gaya , k = konstanta gaya pegas, ∆x = selisih pertambahan pajang
Perlu selalu di ingatkan bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah
elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda plastik. Menurut Hooke,
renggangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan
renggangan adalah presentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang
menegangkan per luas penampang (Keenan, 1980).
2.3 Energi Potensial Pegas
Energi potensial pegas yaitu pegas yang ditarik atau memiliki energi potensial
pegas. Gaya yang bekerja pada pegas (f) terhadap perubahan panjang pegas (∆x)
adalah Luas bidang yang di arsir menyatakan besar usaha yang dilakukan gaya (f).
Keterangan :
∆𝐸𝑝 = jumlah energi potensial (s), K = konstanta pegas (N/m), ∆𝑥= panjang
(m), ΔEp = Ep2 – Ep, karena Ep1 = 0.
Gerakan harmonika sederhana adalah suatu gerak dimana resultan gaya yang
bekerja pada titik, seimbang selalu, mengarah ke titik kesetimbangan, dan besar
resultan gaya sebanding dengan jarak titik sembarang ketuk kesetimbangan
tersebut. Contohnya gerak getaran beban pegas dan gerak beban pada ayunan
sederhana persamaan simpangan (g).
...............................
Y = A sin ө ................................................................................ (4.2.6)
Y = A sin
Persamaan kecepatan (v)
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
..................................................................................
𝑑𝑦
............................. (4.2.7)
𝑣=
𝑑𝑡
..............................
V = Wa Cos wt ................................................................................. (4.2.8)
.............................
𝑎 = −𝑤2 sin 𝑤𝑡 ....................................................... ………….........(4.2.12)
Keterangan :
y = simpangan (m), A = amplitudo (m), Ө = sudut fare (ө)
2.5 Hukum Newton
Setiap benda pada prinsipnya bersifat lembam, artinya bahwa benda itu
yang biasa mempunyai sifat untuk mempertahankan pada kedudukannya dan
sebuah benda dalam keadaan diam mempunyai kecenderungan untuk tetap diam
dan jika benda sedang bergerak. Sifat yang dimiliki oleh benda seperti yang
disebut dengan sifat kelembaman atau sifat inersia.
hukum Newton 1 adalah : “jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah
benda sama dengan nol maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang
bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan maka jumlah gaya
yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol.
Secara matematis, hukum 1 Newton dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
……………...
⅀𝑓 = 0 …………………………………...................................(4.2.13)
Keterangan: ⅀F = gaya
Keterangan :
F aksi = gaya yang diberikan kepada benda diam ( Benda I), dan F reksi =
gaya yang dikembalikan oleh benda diam.(-)= gaya arah yang di berikan kepda
benda pertama secara berlawanan.
2.6 Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda Ketika diberikan gaya akan mengalami
perubahan bentuk, Ketika benda di hilangkan gaya maka benda akan Kembali ke
bentuk semula. Benda yang kita temui di dalam kehidupan sehari-hari tergolong
kedalam dua sifat yaitu benda elastis dan benda plastis. Pegas dan karet adalah
KONSTANTA GAYA PEGAS
contoh benda yang bersifat elastis. Sedangkan benda yang bersifat plastis seperti
tanah liat,plastisin,adonan tepung dan lainnya yang tidak dapat Kembali ke bentuk
dan ukuran awal walaupun gay aitu di hilangkan. Suatu benda elastis memiliki
sifat tegangan dan renggangan. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Getaran adalah gerak bolak balik secara terus menerus melalui titik
kesetimbangan. Periode (T) adalah waktu yang di butuhkan untuk melakukan
suatu geteran penuh ditulis:
.................
𝑡 ................................................................... …………….....(4.2.16)
𝑇=
𝑛
Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang akan terjadi dalam satu satuan
waktu, di tuliskan :
𝑛
................................................................................... …………….....(4.2.17)
𝐹=
𝑙
Hubungan antara frekuensi dan getaran adalah
........................................
1 1 ............................................…………….....(4.2.18)
𝐹 = ⁄𝑇 dan 𝑇 = ⁄𝑓
2.8.1 Tegangan
Tegangan merupakan keadaan dimana sebuah benda mengalami
pertambahan panjang ketika sebuah benda diberi gaya pada salah satu ujungnya,
sedangkan ujung lainnya ditahan. Contohnya seutas kawat dengan luas
penampang xm2, dengan panjang mula-mula x meter ditarik dengan gaya sebesar
N pada salah satu ujungnya sedangkan pada ujung yang lain ditahan. Maka kawat
akan mengalami pertambahan panjang sebesar x meter. Sehingga rumusnya:
𝐹
𝜎= .............................................................................. (4.2.19)
𝐴
Keterangan :
F= Besar gaya Tarik (N), A= Luas penampang (m2), 𝜎= Tegangan (N/m2).
2.8.2 Renggangan
Renggangan adalah pertambahan Panjang suatu benda terhadap Panjang
mula-mula yang di sebabkan oleh adanya gaya luar yang mempengaruhi benda.
Atau ukuran perubahan dimensi yang terjadi karena di sebabkan akibat tegangan.
Renggangan juga merupakan perbandingan antara pertambahan panjang kawat
dalam x meter dengan panjang awal kawat dalam x meter. Renggangan dapat
terjadi dikarenakan gaya yang diberikan pada benda ataupun kawat tersebut di
hilangkan, sehingga kawat kembali ke bentuk awal. Hubungan ini secara
sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:
e = ∆𝑙 ...........……………………………………………….(4.2.20)
𝑙0
Keterangan :
e = Renggangan, ∆𝑙= Pertambahan panjang benda (m), 𝑙0= Panjang mula-
mula (m).
2.8.3 Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek
atau ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan
pada benda itu. Modulus elastisitas atau benda didefenisikan sebagai kemiringan
dari kurva tegangan-regangan diwilayah deformasi elastis.
Bahan kaku akan memiliki modulus elastisits yang lebih tinggi. Modulus
elastis dimana tegangan adalah gaya yang menyebabkan deformasi dibagi dengan
daerah dimana gaya diterapkan dan regangan adalah rasio perubahan beberapa
parameter panjang yang disebabkaan oleh deformasi ke nilai asli dari parameter
panjang.
Dalam fisika modulus elastisitas disimbolkan dengan E. modulus elastisitas
menggambarkan perbandingan antara tegangan dengan regangan yang dialami
bahan. Modulus elastis sebanding dengan tegangan dan berbanding dengan
renggangan.
E= 𝜎 .........……………………………………….……….(4.2.21)
𝑒
Keterangan :
E= Modulus elastisitas (N/m2), e = Regangan, 𝜎= Tegangan (N/m2)
2.9 Susunan Pegas
(a) (b) ( c)
(d)
(e)
Gambar 4.3.1 (a) alat peraga konstanta gaya pegas, (b) pegas (c) stopwatch,
(d) ember beban, (e) beban
3.2 Prosedur Percobaan
DATA PENGAMATAN
Frekuensi/kelompok ꞉ 1/1 A
Asisten
(……………………..)
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan statis untuk
Fn = m. g
F 1 = M1 × g
F1 = 0,01 kg × 9,81 m/s2
F1 = 0,0981N
F 2 = M2 × g
F2 = 0,02 kg × 9,81 m/s2
F2 = 0,1962 N
F 3 = M3 × g
F3 = 0,03 × 9,81 m/s2
F3 = 0,2943 N
Xa + Xb + Xc + Xd
Σxn =
N
0,018 + 0,015 + 0,018 + 0,019
Σx1 =
4
Σx1 = 0,0175 m
Xa + Xb + Xc + Xd
Σx2 =
N
0,028 + 0,029 + 0,029 + 0,031
Σx2 =
4
Σx2 = 0,0292 m
Xa + Xb + Xc + Xd
Σx3 =
N
0,056 + 0,056 + 0,057 + 0,056
Σx3 =
4
Σx3 = 0,056 m
Fn
Kn =
Σ xn
0,0981 N
K1 =
0,0175 m
= 5,6057 N⁄m
0,1962 N
K2 =
0,0292 m
= 6,7191 N⁄m
0,2943 N
K3 =
0,0562 m
= 5,2366 N⁄m
5.2 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaaan dinamis untuk
setiap beban.
4π2
K = (me + mb + mp)
T2 T
Tn =
jumlah getaran
7,86
Ta1 =
10
= 0,786 s
7,60
Tb1 =
10
= 0,760 s
7,52
Tc1 =
10
= 0,752 s
7,80
Td1 =
10
= 0,780 s
8,10
Ta2 =
10
= 0,810 s
Tb2 = 8,05
10
= 0,805 s
8,10
Tc2 =
10
= 0,810 s
8,12
Td2 =
10
= 0,812 s
8,87
Ta3 =
10
= 0,887 s
8,85
Tb3 =
10
= 0,885 s
8,44
Tc3 =
10
= 0,884 s
8,83
Td3 =
10
= 0,882 s
𝛿𝐾 2 𝛿𝐾 2
∆𝐾 = √( ) + ( 𝛥𝐹)2 + ) + ( 𝛥𝑥)2
𝛿𝐹 ( 𝛿𝑥
�
v�
�
�−
=
�
�v
�
�ʹ
v
2
Di
m
an U = F uʹ = 1
a:V=X vʹ = 0
𝛿𝐾 1.𝑋−0.𝐹
𝛿𝐹 = 𝑋2
1. 0,0175 − 0
=
0,01752
= 57,1895
Di
m
U=m uʹ = 1
an
a:V=g vʹ = 0
𝐹 = uʹ v + vʹu
= 1. 9,81 + 0. 𝑚
= 1. 9,81 + 0
= 9,81
1
m= skala terkecil
2
1
= .10-3
2
= 0,5.10-3
KONSTANTA GAYA PEGAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
−7 �� (0,015 − 0,175)2 +
= −𝐹
3 √ (0,018 − 0,0175)2 + (0,019 −
= =
� =
0,0175)2
5 )− 4(4 − 1)
√ 𝑋
. 22
10
1 �
0 = +�
− (0,0005)2 + (−0,0025)2 +
-� )
9,81 (0,0005)2 + (0,0015)2
� 4, =√
4 =
(2 4 (4 − 1 )
� 9
� �
∆𝐹 � 0 �+ 2,5.10−7 + 6,25.10−6 + 2,5.10−7 +
0, 2,25.10−6
= �√ 4 2
=
√( �
� 9. 0( 12
−�
9, 1 0�
81 �
)2. √ 0 0�4 9.10−6
=
(5 −3
3) − 12
.1 2
0� 7,5.10−7
0− √ = =
�
4) 6+) 12
= = 8.6602.10−4
uʹ (2
v =
�
√ − −
vʹ
( u 3
v ( ∆ 𝛿 𝛿
9 20 𝐾 𝐾 ( 𝛥𝐹) 𝐾 ( 𝛥𝑥)2
6 0, =
2
2+(
2
= 50 ) )
, 0
√( 𝛿 𝛿𝑥
2 . 8,
1 𝐹
3 𝑋 88
−
6 1 2
. −
1 𝐹 5
) 𝑋 30
. ,
( 0
∆𝑋
( 1
2 � 7
, =
�
√ 5
5 1
)
. 2
−
1
0 +
= √0,07868 + (−7,70815.10−4)
= √0,07790
= 0,27910
∆𝐾
𝐾𝑟 = × 100 %
2(∆𝐾 + 𝐾)
0,27910
=
2(0,27910 + 5,8538) × 100 %
0,27910
= × 100%
12,2658
= 0,02275 %
KB = 100% - 𝐾𝑅
= 100 % - 0,02275 %
= 99,97 %
Dimana :
𝐮 = 𝟒𝛑𝐫𝟐. 𝐦 𝐮ʹ = 𝟒𝛑𝐫𝟐
𝐯 = (𝐓𝟐)𝟐 𝐯ʹ = 𝟎
✿𝐤𝟐
𝟒 𝛑𝟐.𝐦 𝐮ʹ 𝐯 − 𝐯ʹ𝐮
✿𝐦𝟐 = → 𝐯𝟐
𝐓𝟐
4 π 2.T−4 π 2.M .0
= (T2)2
4 π 2.T−0
= (T2)2
4 .3,142.10,26
= 10,264
404,6379
=11081,2676
= 0,0365
m = 1 skala terkecil
2
= 1 .10-3
2
= 0,5.10-3
= 5.10-4
M 1 + M2 + M3
M= 3
0,01+0,02+0,03
= 3
= 0,02
δK uʹ v − vʹu
=
δT v2
0 .T2−2 T.4π2.M
= T2
− 2 T . 4 π2 . M
=
T2
−2 ( 10,26) × 4 (3,13)2 × 0,02
=
10,262
− 16,1855
= 105,2676
= -0, 1537
0,0780
∆T = √
12
∆T = √0,0065
= 0,0806
∆K = √( δK 2
δK 2
) ( ΔM)2 + ) ( ΔT)2
δM ( δT
= 99,99 %
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
7.1 Kesimpulan
Dari percobaan konstanta gaya pegas kami dapat memahami peristiwa gerak
harmonik pada pegas Kami dapat mengetahui arti waktu atau periode getaran serta
frekuensi getaran secara dinamis dan secara statis pengaruh simpangan serta
massa. Kami dapat mengetahui besar nya konstanta gaya pegas pada masing-
masing massa dengan beban yang berbeda secara statis dan dinamis.
4 Bibliography
Crowell.
(2006).
Dudi. (2009).
Giancoli. (2001).
Halliday. (1989).
Halliday. (1999).
Hatimah. (n.d.).
Hatimah. (2013).
Keenan. (1980).
Serwey . (2009).
Tipler. (1998).
Umar. (2008).
young. (2014).
Young. (2014).
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair
(fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-
molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat
aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum
viskositas menyatakan bahwa dalam viskositas
untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang
tertentu maka tegangan tersebut tergeser berbanding
lurus dengan viskositas (Anggraini W, dkk, 2014).
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos
melawan gerakan sebagai fluida relatif terhadap
yang lain. Viskositas adalah alasan-alasan yang
diperlukannya usaha untuk mendayung perahu
melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan
suatu alasan mengapa dayung bisa bekerja.Efek
viskos merupakan hasil yang penting dalam pipa
aliran darah.Pelumasan bagian dalam mesin fluida
viskos cenderung melekat pada permukaan zat yang
bersentuhan dengannya.Diantara salah satu sifat zat
cair adalah kental (viskos) dimana zat cair memiliki
kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya
kekentalan minyak goreng dengan kekentalan oli.
Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam
dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin.Telah
diketahui bahwa suatu pelumas yang dibutuhkan
adalah tiap-tiap mesin membutuhkan kekentalan
yang berbeda- beda. Suatu zat yang memiliki
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kemampu zat cair, terlihatlah batu tersebut mula- mula turun
an dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya
tertentu sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat
sehingga tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga
suatu mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
padatan menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang
yang dimiliki suatu zat cair. Hingga kecepatan bola itu
dimasukk berubah, hambatan-hambatan dinamakan
an kekentalan, sedangkan densitas adalah massa jenis
kedalamn (Anggraini W, dkk, 2014).
ya
mendapat
gaya
tekanan
yang
diakibatk
an
peristiwa
gesekan
antara
permukaa
n padatan
tersebut
dengan
zat
cair,apabi
la kita
memasuk
kan
sebuah
bola kecil
kedalam
VISKOSITAS FLUIDA
1.2 Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Viskositas
Keterangan :
𝑟 = 𝑘 |d u |n-1 d u
d yd y
............................................................................................................(2.5.4)
Atau
𝑟 = μap |d u |
dy
...................................................................................(2.5.5)
Keterangan :
𝑟 = Tegangan geser, k = Indeks Konsistensi, n = Indeks perilaku fluida,
𝑑u
=Laju regangan.
𝑑𝑦
3. Bola Jatuh
Pengukuran viskositas dengan metode ini didasarkan pada hukum stokes
yaitu dengan prinsip mengukur kecepatan jatuhnya butiran bola di dalam tabung
kaca vertikal yang berisi fluida yang akan diukur ini viskositasnya termasuk
dalam kelompok viskometer jenis ini adalah viskometer hoeppler . Sebuah bola
yang sudah diketahui ukuran dan rapat massanya dimasukkan ke tabung berisi zat
cair.
Bila sebuah benda padat berbentuk bola dengan jari-jari r dimasukkan ke
dalam zat cair tanpa kecepatan awal bola tersebut akan begerak ke bawah mula-
mula dengan percepatan sehingga kecepatannya bertambah. Dengan
bertambahnya kecepatan maka gaya gesek fluida akan membesar, sehingga suatu
saat bola akan bergerak dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap ini disebut
kecepatan terminal yang terjadi pada saat gaya berat bola sama dengan jumlah
antara gaya angkat ke atas (Archimedes) dan gaya gesek Stokes. Koefisien
kekentalan suatu fluida (cairan) dapat diperoleh dengan menggunakan percobaaan
bola jatuh di dalam fluida tersebut.
Penandaaan secara elektronik perlu dilakukan untuk zat cair yang tidak
tembus pandang. Dengan mengetahui kecepatan, ukuran dan rapat massa butiran
bola, serta rapat massa zat cair, viskositas zat cair dapat ditentukan. Satu set bola
atau kelereng dengan diameter yang bervariasi biasanya digunakan dalam
percobaan ini untuk dapat meningkat ketelitian hasil pengukuran atau menentukan
nilai viskositas fluidanya. Dan dengan mengetahui suatu bola yang dicelupkan ke
dalam sebuah larutan sabun dan juga oli dapat dipastikan hasil dari suatu
fluidanya.
Persamaan gaya seret (drag force) yang bekerja pada bola dengan angka
Reynolds kecil (Re = vsd/n£ 0.1) dapat dirumuskan sebagai berikut :
F= 3𝜋dµvs
...........................................................................................................(2.5.6)
Keterangan :
F = gaya seret, d = diameter bola m = viskositas fluida, vs = kecepatan
endapan butiran bola.
Gaya seret ini diseimbangkan oleh gaya berat butiran bola di dalam fluida,
yaitu gaya berat butiran bola di udara dikurangi dengan gaya apung (buoyan
force) yang dapat dirumuskan sebagai :
FW = 1 𝜋d3(γb-γf)
6
................................... ........................................................................(2.5.7)
Keterangan :
Fw = gaya apung, d = diameter bola, yf = rapat massa zat cair, yb = rapat
massa butiran bola.
Gambar 2.1 (a) Falling sphere viscometer, (b) Kesetimbangan gaya seret dan
gaya berat didalam zat cair (Lubis, 2018).
Pada kondisi seimbang, yaitu kondisi gaya seret sama dengan gaya berat
butiran di dalam zat cair, partikel akan bergerak dengan kecepatan endap konstan.
Dengan mengetahui kecepatan, ukuran dan rapat massa butiran bola, serta rapat
massa zat cair, viskositas zat cair dapat ditentukan.
4. Hukum Stokes
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan viscous. Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi
lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan
dibagian dalam suatu fluida (Soebyo, dkk, 2016).
Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental,
misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam,
nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah
menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak dengan kecepatan
konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan
gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut.
Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya gesekan fluida secara empiris. Tetapi
beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak
dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Hukum stokes juga
digunakan dalam penetapan kali ini.
Fs = 6πηrv
...........................................................................................................(2.5.8)
Keterangan :
η = koefisien kekentalan, r = jari-jari bola kelereng, v = kecepatan relatif
bola terhadap fluida.
Persamaan (2.5.8) pertama kali dijabarkan oleh Sir George Stokes tahun
1845, sehingga disebut Hukum Stokes. Dalam pemakaian eksperimen harus
diperhitungkan beberapa syarat antara lain :
1. Ruang tempat fluida jauh lebih luas dibanding ukuran bola.
2. Tidak terjadi aliran turbulen dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak terlalu besar sehingga aliran fluida masih bersifat
laminer.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa ρb dan berjari-jari r dijatuhkan
tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa ρf, di mana ρb
>ρf. Telah diketahui bahwa bola mula-mula mendapat percepatan gravitasi,
namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh bola akan bergerak dengan
kecepatan konstan.
Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir vt atau kecepatan terminal
yaitu pada saat gaya berat bola sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan
fluida. Konsep terapung, melayang, atau tenggelamnya suatu benda di dalam
fluida, kali pertama diteliti oleh Archimedes. fluida dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu fluida ideal dan fluida sejati. Fluida ideal akan dibicarakan tersendiri
dalam mekanika fluida.
Gambar 2.2 Gaya yang Bekerja Pada Saat Bola Dengan Kecepatan Tetap,
dimana FA = gaya Archimedes, FS = gaya Stokes, W = gaya berat
kelereng.(sumber : Novianta, 2015).
Oli biasanya diperoleh dari pengolahan minyak bumi yang dilakukan
melalui proses distilasi bertingkat berdasarkan titik didihnya. Selain di dunia
otomotif, sifat kekentalan zat cair juga banyak digunakan dalam dunia kecantikan
dan obat-obatan, yaitu jenis gliserin. Gliserin merupakan cairan bening yang
sering digunakan dalam pembuatan obat-obatan, makanan, sabun, dan lain
sebagainya. Gliserin berupa cairan kental yang tidak berwarna dan rasanya manis
yang memiliki titik didih tinggi dan membeku dalam bentuk pasta. Aplikasi
gliserin yang paling umum digunakan adalah dalam sabun dan produk kecantikan
lainnya seperti lotion, atau bahkan digunakan untuk membuat dinamit (dalam
bentuk nitrogliserin).
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan
untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat dan ada
yang mengalir secara lambat seperti gliserin, madu, dan minyak atau oli karena
memiliki viskositas yang besar. Semakin besar viskositas zat cair, maka semakin
sulit suatu benda bergerak di dalam zat cair tersebut. Di dalam zat cair, viskositas
dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Untuk zat cair yang sangat
kental diperlukan gaya yang lebih besar dan untuk fluida yang kurang kental
diperlukan gaya yang lebih kecil. Tingkat kekentalan suatu zat cair juga
bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka semakin kecil
kekentalan zat cair tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh kekentalan cairan terhadap waktu menggunakan falling ball
method. Melalui penelitian ini diharapkan dapat dilihat hubungan antara efek suhu
terhadap perubahan viskositas (Lubis, 2018).
Pengaruh Suhu terhadap viskositas Sifat yang disebut viskositas fluida ini
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
bentuk. Viskositas suatu gas bertambah dengan naiknya temperatur, karena makin
besarnya aktivitas molekuler ketika temperatur meningkat. Sedangkan pada zat
cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil dibanding pada gas, sehingga kohesi
molekuler disitu kuat sekali. Peningkatan temperatur mengurangi kohesi
molekuler dan ini diwujudkan berupa berkurangnya viskositas fluida. Gesekan
yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak disebut viskositas (kekentalan).
Besarnya gesekan tersebut dikatakan sebagai derajat kekentalan zat cair.
Kekentalan (viskositas) merupakan salah satu sifat zat cair yang memiliki
koefisien kekentalan yang berbeda-beda, contohnya kekentalan oli dan kekentalan
gliserin. Di dalam dunia otomotif sifat zat cair yang banyak digunakan adalah
pelumas atau oli. Pengetahuan tentang viskositas dari berbagai jenis pelumas
sangat dibutuhkan karena tiap-tiap tipe mesin membutuhkan kekentalan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pelumas hal yang harus
diperhatikan terlebih dahulu adalah kesesuaian koefisien kekentalan pelumas
dengan tipe mesin.
2.3 Viskometer
Keterangan:
Fa = gaya tekan keatas satuan Newton (N), ρ = massa jenis satuan Kg/L,
gravitasi satuan N /Kg, V= volume satuan m³.
Hukum Archimedes banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah penjelasannya yang dikutip dari buku Praktis Belajar Fisika karya
Aip Saripudin:
A. Hidrometer
Hydrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis
zat cair. Proses pengukuran massa jenis zat cair menggunakan hydrometer
dilakukan dengan cara memasukkan hydrometer ke dalam zat cair tersebut. Angka
yang ditunjukkan oleh hydrometer telah berkalibrasi sehingga akan menunjukkan
nilai massa jenis zat cair yang diukur.
Gaya ke atas = berat hydrometer.
B. Kapal Laut dan Kapal Selam
Balok besi yang dicelupkan ke dalam air akan tenggelam sedangkan balok
besi yang sama jika dibentuk menyerupai perahu akan terapung. Hal ini
disebabkan oleh jumlah fluida yang dipindahkan besi yang berbentuk perahu lebih
besar daripada jumlah fluida yang dipindahkan balok besi.
Archimedes adalah seseorang yang menemukan hukum Archimedes. Ia
berpendapat jika benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam
fluida, akan mengalami gaya ke atas. Besar gaya ke atas tersebut besarnya sama
dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut sehingga dapat
dikatakan dengan gravitasi benda. benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam fluida, akan mengalami gaya ke atas sebaliknya semaki kecil
gravitasi benda yang diangkat maka semakin kecil gaya atas yang dihasilkan.
Archimedes adalah seseorang yang menemukan hukum Archimedes. Dengan
mengetahui besar volume benda yang terjadi serta maka nilai viskositas akan
dapat dicari dengan mudah dalam volume yang telah ditetapkan oleh suatu benda
tersebut.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1.1 Alat
(e) (f)
(d)
(g)
(h) (i)
Kami menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu.
Setelah itu, kami menimbang dan mengukur diameter bola kecil dan bola besar.
Kami melakukannya sesuai arahan asisten. Lalu kami mengukur diameter dalam
tabung gelas, pengukuran diameter dari dalam gelas tabung menggunakan jangka
sorong. Kemudian kami menentukan jarak L pada gelas ukur yang bejarak 10 cm,
20 cm dan 30 cm. Lalu kami mengukur suhu fluida sebelum percobaan dengan
termometer. Kemudian kami menjatuhkan bola tepat di atas permukaan fluida,
lalu kami mengamati waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh sampai pada jarak
10 cm, 20 cm dan 30 cm sesuai arahan asisten. Lalu kami mengulangi beberapa
prosedur sesuai dengan arahan asisten.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Waktu (s)
M bola ⊖ bola Jarak Keterangan
No Bola
(kg) (m) (m) t1 t2 t3
Kelompok/Frekuensi : 1 A/ I
ASISTEN
1 t1+t2+t3
t = n t2 =
t1+t2+t3
t3 =
t1+t2+t3
n n
1,37+2,73+4,09
= 3 =
1,37+2,76+4,07
=
1,38+2,76+4,08
3 3
8,18
= 3 = 3
8,20
= 3
8,22
8,2
= 3
= 2,7333
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
𝐷
r =
2
0,0155
= 2
= 0,0076
5.2.2 Untuk bola ( Oli Motor )
0,4133+0,5733+0,8000
D =
3
1,7866
= 3
= 0,5955
𝐷
r =
2
0,0155
= 2
= 0,0076
5.3 Menentukan massa jenis bola dan massa jenis fluida
0,0051
ρb1 = 4
3
.3,14. (0,0076)3
0,0051
=
1,0337 × 10−6
= 4933,7331
Untuk bola ( Oli Motor )
𝑚 𝑚
=
ρb =
𝑣 4 3
3
𝜋𝑟
0,0051
ρb2 = 4
3
.3,14. (0,0076)3
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,0051
=
1,0377 × 10−6
= 4933,7331
= 947 𝑘𝑔/𝑚3
Untuk bola ( Oli Motor
)
= 863 𝑘𝑔/𝑚3
5.4 Menentukan nilai viskositas ɳ dari data yang diperoleh
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ1 = 9 𝐿1
2(9,81)(2,7300)(0,0076)2(2668,342−947)
=
9 (0,1)
= 5,9171
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ2 = 9 𝐿2
2(9,81)(2,7300)(0,0076)2(2668,342−947)
= 9 (0,2)
= 5,9171
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ3 = 9 𝐿3
2(9,81)(2,7400)(0,0077)2(2668,342−947)
= 9 (0,3)
= 5,9388
VISKOSITAS FLUIDA
(5,9171)+(5,9171)+(5,9388)
̅ɳ̅ = 3
= 5,9243
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ1 = 9 𝐿1
2(9,81)(0,5900)(0,0076)2(2668,342−863)
=
9 (0,1)
= 1,3612
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ2 = 9 𝐿2
2(9,81)(0,5866)(0,0076)2(2668,342−863)
= 9 (0,2)
= 0,6767
2.𝑔.𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
ɳ3 = 9 𝐿3
2(9,81)(0,5966)(0,0076)2(2668,342−863)
= 9 (0,3)
= 0,4588
(1,3612)+(0,6767)+(0,4588)
̅ɳ̅ = 3
= 0,8322
5.5 Teori Ketidakpastian
2gtr2(ρb-ρf)
η= 9L
𝛿𝜂
Δη =
√ 𝛿𝜂 2 (∆𝑡)
2
2
𝛿𝜂 𝛿𝜂(∆𝑟)2 +( 2
(∆𝜌𝑏)2 + ( 2 (∆𝜌𝑓)
2 𝛿𝜂 2 (∆𝐿)2
( ) +( ) ) ) +( )
𝛿𝑡 𝛿𝑟 𝛿𝜌𝑏 𝛿𝜌𝑓 𝛿𝐿
δη 2gtr2 (ρb-ρf)
1. δt = 9L
Dimana:
u = 2gtr2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) u’ = 2gr2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
v = 9L v’ = 0
δη u'v-v'u
=
δt v2
2.𝑔𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓).9𝐿− 0. 2𝑔𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓)
= (9 𝐿)2
2.(9,81)(0,0076)(2668,342−974) (0,9)−0
= (9 .0,1)2
= 1,08373
(t1-t)2 +(t2-t)2 +(t3-t)2
2. ∆t = √
n(n-1)
(2,7300−2,7333)2+(2,7300−2,7333)2+(2,7400−2,7333)2
= √
3(3−1)
6,667.10−5
=√
6
= 0,00105412
δη 2gtr2 (ρb-ρf)
3. δr = 9L
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dimana:
u = 2. 𝑔𝑡𝑟2(𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) u’ = 4 gtr (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
v = 9L v’ = 0
δη u'v-v'u
=
δr v2
4.𝑔𝑡𝑟(𝜌𝑏−𝜌𝑓).9𝐿− 0
= (9.𝐿)2
4.(9,81)(2,7333)(0,0076)(2668,342−947).9(0,2)− 0
= (9.0,2)2
= 5,9266
2
(r1-r) +(r2-r)2 +(r3-r)2
4. ∆r =√
n(n-1)
(0,0077−0,0076)2+(0,0077−0,0076)2+(0,0076−0,0076)2
=√
3(3−1)
= 5,7735.10−5
δη
5. 2gtr2 (ρb-ρf)
δρb = 9L
Dimana:
u = 2gtr2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) u’ = 2gtr2
v = 9L v’ = 0
δη u'v-v'u
δρ = v2
b
2gt𝑟2.9𝐿−2𝑔𝑡𝑟2(𝜌𝑏−𝜌𝑓).0
= (9.𝐿)2
2(9,81)(2,7344)(0,0076)2.9.0,2−0
= (9.0,2)2
0,0057
= 3,24
= 0,0017
m
6. ρb =
V
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δρb δρb
∆ρb = √( )2 (∆m)2+ ( )2 (∆V)2
δm δV
δρb m
δm = V
Dimana :
u=m u’ = 1
v=v v’ = 0
δρ
u’v-v’u
b =
δm v2
1.v-0.m
=
v2
1
=v
1
= 4(3,14)(0,0076)3
3
1
= 0,000001843
= 542593,5974
∆m= 1 x skala terkecil
2
= 1 .10-3
2
= 0,5.10-3
= 5.10-4
= 0,0005
V = 34πr3
= 4 . (3,14) (0,0076)3
3
= (4,1866)(0,0000004389)
= 0,000001837
δρb m
δv =V
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dimana :
u = m u’ = v
v=0 v’ = 1
δpb u𝘍v−v𝘍u
δv = v2
v .0−1.m
= v2
0−1.0,0051
= (9.0,2)2
0,0051
= 3,24
= 0,001574
𝛿𝑉
∆V = √( )2 (∆𝑟)2
𝛿𝑟
= √(0,0000000003184)2(0,000054)2
= √(0,0000000003184)2(0,000054)2
= √2,95621.10−28
= 1,71936.10−14
Dimana :
δV
= 4 . πr3 misal; u = 4 𝜋𝑟3 u’ = 4 𝜋𝑟2
δr 3 3
v=𝑟3 v’ = 0
δV
δr
= u'v+v'u
= 4 𝜋𝑟 . 𝑟 2 3
= 4 𝜋𝑟5
= 4 (3,14) (0,0076)5
= (12,56) (0,0076)5
= 3,184.10−10
= 0,0000000003184
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δρb δρb
∆ρb = √( )2 (∆m)2+ ( )2 (∆V)2
δm δV
= √(542593,5974)2(0,0005)2+(0,001574)2(1,71936.10−14)2
= 271,2968
7. δη
δρ 2gtr2 (ρb-ρf)
f = 9L
Dimana:
u = 2gtr (ρb-ρf) u’ =−2gtr2
v = 9.L v’ = 0
δη
u'v-v'u
δρ = v2
f
-2gtr2 (ρb-ρf).9.L - 0.2gtr (ρb-ρf)
= 2
(9.0,2)
−2.9,81.2,7344.0,00762 .9.0,2 - 0
= 2
(9.0,2)
= -0,001721
8. ρf = mV
δρf δρf
∆ρf = √( )2 (∆m)2+ ( )2 (∆V)2
δm δV
δρf m
δm =V
Dimana :
u=m u’ =1
v=v v’ = 0
δρf
u’v-v’u
δm = v2
1.𝑣−0.𝑚
=
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
v
2
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1
= v
1
= 974
= 0,001026
∆m = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 0,001
2
= 0,0005
δρf m
δV =V
Dimana :
u=m u’ = 0
v=v v’ = 1
δρf
u’v-v’u
δV = v2
0.v-1.m
=
v2
1.m
=
v2
1.0,0051
= 9742
0,0051
= 9,48676.105
= 5,37591.10−9
∆V = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 0,001
2
= 0,0005
δρf δρf
∆ρf = √( )2 (∆m)2+ ( )2 (∆V)2
δm δV
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
∆ρf = √0,00102620,00052+(5,37591.10−9)20,00052
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
=1,71788.10−6
9. δη 2gtr2 (ρb-ρf)
δL = 9L
Dimana:
u = 2gtr2 (ρb-ρf) u’ = 0
v = 9L v’ = 9
δη u’v-v’u
=
δL v2
0.9L−9.2gtr2 (ρb−ρf)
= 2
(9.L)
0−9.2(9,81)(2,7344)(0,0076)2 (2668,342−947)
= 2
(9.0,2)
= -14,81676
= 1 x 0,001
2
= 0,0005
2(9,81)(2,7333)(0,0076)2 (2668,342−947)
η= (9.0,2)
= 2,96216
𝛿𝜂 𝛿𝜂 𝛿𝜂 𝛿𝜂 𝛿𝜂
Δη = √( )2 (∆𝑡)2 + ( )2 (∆𝑟)2 + ( )2 (∆𝜌𝑏)2 + ( )2 (∆𝜌𝑓)2 + ( )2 (∆𝐿)2
𝛿𝑡 𝛿𝑟 𝛿𝜌𝑏 𝛿𝜌𝑓 𝛿𝐿
= 0,461147
∆η
KR =
2(∆η+η x 100%
)
0,461147
= 2(0,461147+2,96216) x 100%
VISKOSITAS FLUIDA
=6,7354%
KB = 100% - KR
= 100% - 6,7354%
= 93,26%
BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN
1 0,151 0,1
Bola I
2 0,0051 0,153 0,2 1,64629 0,860553
( Sabun )
3 0,153 0,3
6.2 Pembahasan
Dari data di atas kami dapat mengetahui bahwa pengaruh gesekan yang
dialami oleh benda dalam fluida adalah dari kekentalan fluida. Dari data yang
kami dapat kami mengetahui bahwa viskositas sabun lebih tinggi daripada oli.
Yang dimana nilai viskositas sabun 3,0467 dan oli sebesar 0,7518. Pada
percobaan viskositas kami dapat mengetahui pengaruh gaya stokes, gaya apung,
gaya berat benda terhadap benda yang bergerak di dalam fluida. Semakin besar
viskositas fluida maka, benda yang ada dalam fluida akan semakin sulit untuk
bergerak, sehingga gaya gesek akan semakin besar. Pada percobaan viskositas
juga ada yang disebut kecepatan terminal yang di mana kecepatan yang terjadi
Ketika benda bergerak dalam fluida, lama kelamaan kecepatannya tetap sehingga
berlaku hukum Newton I, yang berbunyi “ jika resultan gaya yang bekerja sama
dengan 0 maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus
beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan”. Sehingga gesekan benda yang
terjadi dipengaruhi oleh gaya stokes dan viskositas dipengaruhi oleh beberapa
factor seperti, suhu, dan ukuran partikel fluida.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
VISKOSITAS FLUIDA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gesekan
yang teerjadi pada suatu benda dalam fluida dipengaruhi oleh kekentalan fluida.
Semakin kental fluida maka benda akan lebih sulit untuk bergerak di dalam fluida,
yang dimana gesekan yang terjadi dipengaruhi oleh gaya stokes dan pada
percobaan viskositas kami dapat mengetahui nilai viskositas atau kekentalan dari
2 fluida yang berbeda.
7.2 Saran
“ ... dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di Bumi
itu segala jenis hewan,...; Sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. ( Al-Baqarah (2) : 164 )
Penjelasan ayat :
Dalam praktikum ini kami menggunakan suatu zat cair (fluida) dalam proses
pengambilan data. Ayat di atas juga berhubungan dengan suatu zat cair yang
berupa air.
VISKOSITAS FLUIDA
DAFTAR PUSTAKA
1 0,0077 0,1
3 0,0076 0,3