FISIKA DASAR
OLEH :
MAKASSAR
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan Rahmat Allah SWT.Ppada hari ini yaitu tanggal 10 Desember 2021.
Pihak Laboratorium Fisika dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia menerangkan bahwa:
Kelompok : 1A
Frekuensi : III
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknologi Industri
Telah mengikuti praktikum Fisika Dasar pada tanggal 16 Oktober 2021
sampai dengan tanggal 27 November 2021 dengan percobaan sebagai beikut.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum Warahmarullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanau Wa Ta’ala. yang telah
memberikan hidayah-Nya, sehingga Laporan ini dapat di selesaikan. Laporan ini
di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan lulus praktikum Fisika Dasar.
Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya, penyusun menyampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian Laporan ini. Baik secara langsung maupun tidak langsung
yakni kepada:
1. Ibu Ir. Darnengsih, S.T., M.T., IPP. selaku Kepala Laboratorium Fisika
Dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ibu Ir. Gusnawati, S.T., M.T. selaku Koordinator Laboratorium Fisika Dasar
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
3. Bapak Supardin Nompo ,S.T.,M.Eng. selaku Dosen mata kuliah Fisika
Dasar.
4. Kakak Hidayat Thamrin Selaku Koordinator Asisten Fisika Dasar Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
5. Kakak-kakak Asisten yang telah membimbing kami dengan baik.
6. Teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Pertambangan angkatan 2021.
7. Orang Tua tercinta yang telah mendukung secara moral maupun materi.
Semoga Allah Subuhanahu Wa Ta’ala memberikan hikmah atas amal
ibadah dan bantuan yang diberikan dengan ikhlas serta limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa tercurahkan kepada kita. Penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran membangun atas Laporan ini demi kebaikan penulis
pribadi dan pembaca secara umum.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Makassar, 17 Desember 2021
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Jenis-jenis Percobaan
I. Poligon Gaya
iv
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................18
3.2 Prosedur Percobaan..........................................................................18
v
Bab III Prosedur Kerja .................................................................................57
Tbc
5.1 Menentukan Σ = ........................................................................59
n
Tba
5.2 Menentukan Σ = .......................................................................59
n
vi
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................80
3.2 Prosedur Percobaan..........................................................................80
vii
3.2 Prosedur Percobaan........................................................................115
V. Viskositas Fluida
viii
3.2 Prosedur Kerja ...............................................................................139
Daftar Pustaka
Lampiran
a. Nomeklatur
b. Biografi
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Poligon Gaya
x
4. Konstanta Gaya Pegas
xi
DAFTAR TABEL
1. Poligon Gaya
3. Gaya Gesek
xii
5. Viskositas Fluida
xiii
DAFTAR GRAFIK
1. Poligon Gaya
2. Pesawat Atwood
3. Gaya Gesek
5. Viskositas Fluida
xiv
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
HALAMAN PENGESAHAN
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan Rahmat Allah SWT. Pada hari ini yaitu tanggal 10 Desember 2021. Pihak
Laboratorium Fisika dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia menerangkan bahwa:
Kelompok : 1A
Frekuensi : III
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknologi Industri
Telah mengikuti praktikum Fisika Dasar pada tanggal 16 Oktober 2021
sampai dengan tanggal 27 November 2021 dengan percobaan sebagai berikut.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum Warahmarullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanau Wa Ta’ala. yang telah
memberikan hidayah-Nya, sehingga Laporan ini dapat di selesaikan. Laporan ini
di susun untuk memenuhi salah satu persyaratan lulus praktikum Fisika Dasar.
Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya, penyusun menyampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian Laporan ini. Baik secara langsung maupun tidak langsung
yakni kepada:
1. Ibu Ir. Darnengsih, S.T., M.T., IPP. selaku Kepala Laboratorium Fisika
Dasar Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ibu Ir. Gusnawati, S.T., M.T. selaku Koordinator Laboratorium Fisika Dasar
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
3. Bapak Supardin Nompo ,S.T.,M.Eng. selaku Dosen mata kuliah Fisika
Dasar.
4. Kakak Hidayat Thamrin Selaku Koordinator Asisten Fisika Dasar Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
5. Kakak-kakak Asisten yang telah membimbing kami dengan baik.
6. Teman-teman seperjuangan Jurusan Teknik Pertambangan angkatan 2021.
7. Orang Tua tercinta yang telah mendukung secara moral maupun materi.
Semoga Allah Subuhanahu Wa Ta’ala memberikan hikmah atas amal
ibadah dan bantuan yang diberikan dengan ikhlas serta limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang senantiasa tercurahkan kepada kita. Penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran membangun atas Laporan ini demi kebaikan penulis
pribadi dan pembaca secara umum.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Makassar, 17 Desember 2021
Penyusun
iii
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR ISI
Jenis-jenis Percobaan
I. Poligon Gaya
Bab I Pendahuluan .......................................................................................2
1.1 Latar Belakang ...................................................................................2
1.2 Tujuan Percobaan ..............................................................................3
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................4
2.1 Pengertian Gaya .................................................................................4
2.2 Hukum dan Rumus Gaya ...................................................................6
2.3 Macam-Macam Gaya .........................................................................8
2.4 Sifat-Sifat Gaya..................................................................................9
2.5 Pengertian Poligon .............................................................................9
2.6 Poligon Menurut Bentuknya ..............................................................9
2.7 Poligon Menurut Titik Ikatnya ........................................................11
2.8 Pengertian Vektor ...........................................................................13
2.9 Penjumlahan Vektor ........................................................................13
2.10 Gaya Berat Gravitasi Dan Gaya Normal .........................................15
2.11 Besaran Dan Satuan .........................................................................16
Bab III Prosedur Kerja ..................................................................................18
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................18
3.2 Prosedur Percobaan..........................................................................18
Bab IV Hasil Pengamatan ............................................................................19
4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan .........................................................19
4.2 Tabel Data Hasil Pengamatan .........................................................19
4.2 Tabel Data Hasil Pengamatan .........................................................19
Bab V Pengolahan Data ..............................................................................19
iv
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
v
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
vi
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
vii
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Penutup
a. Kesimpulan ...................................................................................................... xiv
b. Saran ............................................................................................................... xvii
Asisten
Laboratorium
Praktikum Selanjutnya
c. Ayat yang berhubungan................................................................................. xviii
Daftar Pustaka
Lampiran
a. Nomeklatur
b. Biografi
viii
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR GAMBAR
1. Poligon Gaya
1.2.1 Gambarr Poligon Terbuka (sumber:Tianjimeduson, 2012) ................10
1.2.2 Gambar Poligon Tertutup (sumber:Tianjimeduson, 2012) .................10
1.2.3 Gambar Poligon Bercabang (sumber:Tianjimeduson, 2012) ..............10
1.2.4 Gambar Poligon Kombinasi (sumber:Tianjimeduson, 2012) .............11
1.2.5 Penjumlahan Vektor Metode Jajar Genjang(sumber:Kelas pintar,2019)
.............................................................................................................14
1.2.6 Penjumlahan Vektor Metode Segitiga (sumber:Kelas pintar,2019) ...15
1.2.7 Penjumlahan Vektor Metode Poligon (sumber:Kelas pintar,2019) ....14
1.3.1 Gambar Alat dan Bahan Praktikum Poligon Gaya..............................18
2. Pesawat Atwood
2.2.1 Gambar Pesawat atwood (sumbe:Widya Arsy,2013) .........................42
2.2.2 Gambar Grafik Kedudukan Terhadap Waktu Daei Gerak Lurus
Beraturan (Sumber:Widya Arsy,2013) ...............................................47
2.2.3 Gambar Grafik X Terhadap Benda Yang Bergerak Luus Beraturan
(sumber:Widya Arsy,2013) ...................................................................... 48
2.2.4 Gambar Grafik Kedudukan Terhadap Waktu dari Gerak Lurus
(sumber:Widya Arsy,2013) ...................................................................... 49
2.2.5 Gambar Grafik X Terhadap t2 Untuk GLBB (sumber:Widya
Arsy,2013) .................................................................................................. 49
2.2.6 Gambar Arah Kecepatan Terus Berubah Sementara Benda Begerak
(sumber:Widya Arrsy,2013) ..................................................................... 50
2.2.7 Gambar Grafik x/t Terhadap t Untuk GLBB (sumber:Widya
Arrsy,2013) ................................................................................................. 54
2.2.8 Gambar Grafik X Terhadap Terhadap t Untuk Benda Yang Bergerak
Lurus Beraturan (sumber:Widya Arrsy,2013) ....................................... 54
2.3.1 Gambar Alat dan Bahan Prraktikum Pesawat Atwood ........................ 57
3. Gaya Gesek
3.3.1 Gambar Alat dan Bahan Praktikum Gaya Gesek ................................80
4. Konstanta Gaya Pegas
4.2.1 Gambar Pegas Seri (sumber:Ishaq,Muhammad,2007) ......................105
ix
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
x
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR TABEL
1. Poligon Gaya
1.4.1 Tabel Data Hasil pengamatan 1 ............................................................... 19
1.4.2 Tabel Data Hasil pengamatan 2 ............................................................... 19
1.4.3 Tabel Data Hasil pengamatan 3 ............................................................... 19
1.5.1 Tabel Data Perhitungan Gaya Berdasarkan Grafik I .........................26
1.5.2 Tabel Data Perhitungan Gaya Berdasarkan Grafik II .........................27
1.5.3 Tabel Data Perhitungan Gaya Bedasarkan Grafik III .........................27
1.6.1 Tabel Hasil Pergolahan Data 1 ..........................................................36
1.6.2 Tabel Hasil Pengolahan Data 2 ..........................................................36
1.6.3 Tabel Hasil Pengolahan Data 3 ..........................................................36
2. Pesawat Atwood
2.4.1 Tabel Data Hasil pengamatan .................................................................. 58
2.6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data .................................................................... 65
3. Gaya Gesek
3.4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan Bidang Datar Statis .............................. 82
3.4.2 Tabel Data Hasil Pengamatan Bidang Miring Statis............................. 82
3.4.3 Tabel Data Hasil Pengamatan Bidang Miring Dinamis ......................82
3.5.1 Tabel Hasil Perhitungan Pada Keadaan Statis Bidang Datar ............... 86
3.5.2 Tabel Hasil Perhitungan Pada Keadaan Statis Bidang Miring ............ 88
3.5.3 Tabel Hasil Perhitungan Pada Keadaan Dinamis Bidang Miring ...... 90
3.6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data Keadaan Statis Bidang Datar ................ 98
3.6.2 Tabel Hasil Pengolahan Data Keadaan Statis Bidang Miring ............. 98
3.6.3 Tabel Hasil Pengolahan Data Keaadaan Dinamis Bidang Miring ......99
4. Konstanta Gaya Pegas
4.4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan Kondisi Statis....................................... 116
4.4.2 Tabel Data Hasil Pengamatan Kondisi Dinamis ................................. 116
4.5.1 Tabel Hubungan Periode dan Massa .................................................119
4.6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data Untuk Keadaan Statis ........................125
4.6.2 Tabel Hasil Pengolahan Data Untuk Keadaan Dinamis ...................125
5. Viskositas Fluida
5.2.1 Tabel Koefisien Viskositas Untuk Berbagai Macam Fluida .............130
xi
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
xii
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR GRAFIK
1. Poligon Gaya
4.6.1 Grafik Poligon Gaya I .........................................................................26
4.6.2 Grafik Poligon Gaya II ........................................................................27
4.6.3 Grafik Poligon Gaya II ........................................................................28
2. Pesawat Atwood
3. Gaya Gesek
4. Konstanta Gaya Pegas
5. Viskositas Fluida
xiii
POLIGON GAYA
LAPORAN PRATIKUM
POLIGON GAYA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1A/III
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari yang namanya ilmu
fisika. Mulai dari yang ada pada diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan
setiap saat, energi yang kita gunakan setiap hari, sampai pada sesuatu yang ada di
luar diri kita, seperti yang ada di lingkungan kita. Dalam jenjang perguruan tinggi,
seorang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengikuti perkuliahan semata,
namun lebih dari itu mahasiswa dituntut juga untuk mendalami dan menguasai
disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan menghasilkan sarjana-
sarjana yang berkualitas. Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang
ekstra dan banyak menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam dunia
kerja.Sehingga, ilmu- ilmu dalam dunia keteknikan harus dikuasai oleh
mahasiswa teknik, tidak hanya dari segi teori juga dari segi prakteknya, namun
juga untuk menghadapi era globalisasi saat ini.
Gaya mempunyai nilai atau besaran tertentu. Selain memiliki nilai juga
memiliki arah. Dalam fisika, suatu besaran yang memiliki nilai dan arah disebut
besaran vektor dan yang tidak memiliki arah adalah besaran skalar. Suatu gaya
dan dapat digambarkan berupa vektor anak panah. untuk mencari resultan vektor
yang bekerja dapat digunakan tiga metode salah satunya metode poligon. Suatu
gaya dan dapat digambarkan berupa vektor anak panah. Apabila sejumlah gaya
bekerja bersamaan pada sebuah titik maka kibat yang sama senantiasa dapat
ditimbulkan oleh gaya tunggal yang mempunyai besar dan arah yang tepat. Untuk
mencari resultan vektor yang bekerja dapat digunakan tiga metode salah satunya
metode poligon. Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi
horizontal banyak titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu
sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik atau rangkaian. Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan
banyak menerapkan berbagai ilmu-ilmu murni dan ilmu pasti disebut poligon
(Mudrik Alaydrus, 2014).
POLIGON GAYA 2
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
POLIGON GAYA 3
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya merupakan salah satu konsep fisika yang sangat abstrak. Gaya dapat
berupa dorongan atau tarikan yang bekerja pada sebuah benda. Sebagai contoh
mobil dapat bergerak karena didorong oleh gaya mesin, namun bila mobil mogok
dan memerlukan orang yang mendorong mobil mogok itu, dikatakan orang
memberikan gaya dorong yang bersumber dari tenaga ototnya. Gaya dapat
diartikan juga sebagai interaksi antara sebuah benda dengan lingkungannya.
Sebagai contoh gaya gravitasi matahari, bulan dan bumi seperti pada gambar.
Gaya gravitasi adalah interaksi antara sebuah benda bermassa m dengan benda
lain di sekitarnya.
Secara umum gaya dapat ditimbulkan oleh listrik, magnet, elektromagnet,
otot, gravitasi, gesekan, fluida, pegas, partikel inti atom, dan sebagainya.
Sehingga kita mengenal gaya listrik, gaya magnet, gaya elektromagnet, gaya otot,
gaya tegangan tali, gaya gesekan, gaya pegas, gaya apung (Archimedes), gaya inti,
dan sebagainya. Pada gaya pegas dapat membuat getaran beban yang dipasang di
ujungnya apabila beban tersebut di tarik atau diberi simpangan maksimum
kemudian dilepas. Gerakan beban yang demikian itu disebut gerak harmonik. Jadi
dapat disimpulkan bahwa gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat
menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika penda ditarik/didorong dan
sebagainya maka pada benda bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat
dirubah. Gaya adalah penyebab gerak. Gaya termasuk besaran vektor, karena gaya
ditentukan oleh besar dan arahnya.
Pengertian lain dari gaya adalah bahwa gaya merupakan penyebab timbulnya
percepatan atau perlambatan. Gaya dapat menyebabkan sebuah benda berubah
bentuk, berubah posisi, berubah kecepatan, berubah panjang atau volume, dan
juga berubah arah. Gaya mempunyai nilai atau besaran tertentu. Selain itu
imemiliki berupa vektor anak panah. Besarnya gaya atau beberapa gaya yang
diberikan pada sebuah kilogram standard didefinisikan sebagai percepatan dengan
massa kilogram standard didefinisikan sebesar 1 newton (N). (Ajibarang, 2013).
POLIGON GAYA 4
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Jadi dapat kita simpulkan bahwa gaya mempunyai 3 sifat, yaitu:
1. Gaya dapat mengubah bentuk benda.
2. Gaya dapat mengubah arah gerak benda,
3. Gaya dapat menyebabkan benda bergerak atau berpindah tempat.
Jenis-jenis gaya dapat muncul karena adanya kerja otot, gravitasi bumi,
kelistrikan, dan kemagnetan. Sebuah gaya selalu dikerjakan oleh suatu benda
kepada benda lain. Gaya yang terjadi pada dua buah benda yang bersentuhan
secara langsung disebut gaya sentuh atau gaya kontak. Terdapat juga gaya yang
bekerja pada benda dengan tidak bersentuhan secara langsung. Gaya semacam ini
disebut gaya kerja dengan jarak antara atau gaya aksi jarak jauh. Satu contoh dari
gaya jenis ini adalah gaya tarik bumi atau gaya gravitasi bumi. Dalam kehidupan
sehari-hari, gaya ini disebut gaya berat benda atau disebut juga berat benda. Berat
menyebabkan setiap benda dapat jatuh ke bumi. Contoh lainnya adalah gaya
listrik dan gaya magnet.
Di dalam ilmu fisika, gaya atau kakas adalah apapun yang dapat
menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan. Gaya memiliki
besar dan arah, sehingga merupakan besaran vektor. Gaya mempunyai nilai atau
besaran tertentu. Selain memiliki nilai dan besaran juga memiliki arah. Pada
setiap kegiatan itu Anda mengerahkan sebuah gaya, suatu gaya dan dapat
digambarkan berupa vektor anak panah Satuan SI yang digunakan untuk
mengukur gaya adalah Newton (dilambangkan dengan N). Berdasarkan hukum
kedua Newton, sebuah benda dengan massa konstan akan dipercepat sebanding
dengan gaya netto yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan
massanya. Berdasarkan hukum ketiga Newton (Aksi Reaksi), gaya yang diterima
sama dengan yang diberi.
Gaya bukanlah sesuatu yang pokok dalam ilmu fisika, meskipun ada
kecenderungan untuk memperkenalkan ilmu fisika lewat konsep ini. Yang lebih
pokok ialah momentum, energi dan tekanan. Sebenarnya, tak seorangpun dapat
mengukur gaya secara langsung. Tetapi, kalau sesuatu mengatakan seseorang
mengukur gaya, sedikit berpikir akan membuat seseorang menyadari bahwa
apa yang diukur sebenarnya adalah tekanan (atau mungkin kemiringannya).
Dalam bahasa sehari-hari gaya dikaitkan dengan dorongan atau tarikan, mungkin
POLIGON GAYA 5
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dikerahkan oleh otot-otot kita.
∑ F =0 ………………………..………………...........(1.2.1)
Keterangan :
POLIGON GAYA 6
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tubuh penumpang cenderung terdorong ke depan. Inilah yang kemudian
mengilhami produsen mobil untuk menambah fitur sabuk pengaman dan
airbags sebagai pelindung penumpang dari cedera.
b). Hukum Newton II
Percepatan (perubahan dari kecepatan) gerak benda selalu berbanding
lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda dan selalu
berbanding terbalik dengan massa benda. Arah percepatannya sama
dengan arah gaya total yang bekerja padanya.
Dapat ditulis menggunakan persamaan berikut ini:
F=m.a ………………..……………..…………..........(1.2.2)
Keterangan :
F : Gaya total yamg bekerja pada benda (N), m : Massa benda (Kg), a :
Percepatan benda (m/s2).
Jika benda yang mengalami perubahan keadaan yang bergerak dengan
arah percepatan dari benda berbanding lurus dengan bergerak percepatan
dan satuan.
Dalam Hukum II Newton, jika benda memperoleh dorongan gaya yang
searah laju arah benda tersebut maka akan memiliki gaya yang semakin
besar. Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi gaya tolak melawan gaya
benda tersebut, maka laju gaya melambat akibat adanya perubahan
kecepatan dan perubahan laju, (Abdullah, 2017).
c). Hukum Newton III
Setiap aksi menimbulkan reaksi yang sama besar dan berlawanan arah atau
gaya dari dua benda pada satu sama lain selalu sama besar dan berlawanan
arah. Pada waktu kaki melakukan tolakan balok lompat, maka kaki akan
memberi gaya pada tanah. Sementara itu, tanah juga akan memberi gaya
secara berlawanan sehingga menyebabkan badan terdorong ke udara dan
melayang.
Dan secara matematis dapat dituliskan:
Faksi=-Freaksi ….….………………..……………..……..(1.2.3)
POLIGON GAYA 7
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Keterangan :
F1 : Gaya yang diberikan pada benda 2 (N), F2 : Gaya yang di terima
kembali pada benda 1 (N).
Contoh dalam kehidupan nyata adalah saat kita beraksi mendorong
sebuah dinding, namun dinding tidak bergerak. Karena dinding memberi
gaya reaksi yang berlawanan terhadap kita yang besarnya sama. Contoh
lain dari hukum Newton III Penerapan hukum ini terlihat pada waktu
seseorang melakukan olahraga lompat jauh.
POLIGON GAYA 8
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
mengabaikan resistansi udara sehingga gravitasi menjadi satu-satunya gaya yang
bekerja pada benda tersebut.
5). Gaya Magnet
Gaya magnet merupakan salah satu jenis gaya tak sentuh yang berasal dari
benda magnetis. Gaya ini ditimbulkan oleh dorongan dan tarikan dari magnet
pada benda logam seperti besi atau baja. Contoh gaya magnet misalnya Ketika
besi didekatkan pada magnet, maka besi akan tertarik pada magnet tersebut.
6). Gaya Listrik
Gaya listrik merupakan salah satu jenis gaya tak sentuh yang dihasilkan
oleh muatan-muatan listrik. Jenis gaya ini terjadi karena suatu benda dialiri oleh
aliran listrik. Contoh gaya listrik misalnya ketika kita menyalakan kipas angin
atau menyalakan lampu dengan aliran listrik.
Poligon terdiri dari dua kata, poly dan gone. Arti kata Poly adalah
bermacam-macam. Sedangkan makna gone adalah titik. Poligon adalah salah
dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
yangpengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik atau
poligon (Lestari, 2014). Metode poligon adalah salah satu cara penentuan
posisi horizontal banyak titik dimana titik satu lainnya dihubungkan satu sama
lain.
POLIGON GAYA 10
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
d). Poligon Kombinasi
Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentuk-
bentuk poligon yang ada.
POLIGON GAYA 11
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ini dapat dihitung dariazimuth awal dan yang diketahui dan sudut-sudut
poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masing-masing titiknya
masih lokal.
2. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja,
sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali. Poligon terbuka
yang salah satu ujunnya terikat oleh koordinat saja dapat dihitung
dengan cara memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing
azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan koordinat masing-
masing titik dihitung berdasarkan koordinat yang diketahui. Oleh
karena itu pada poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh
koordinat saja.
3. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini
dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna namun belum
terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi
koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.
4. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada
poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik
poligon adalah koordinat lokal.
5. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis
poligon ini tidak terdapat koreksi sudut tetapi, ada koreksi koordinat.
koordinat pada poligon yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat titik
yang diketahui (awal) sehingga sistim koordinatnya sudah benar.
6. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat,
sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon terbuka yang
salah satu ujungnya terikat oleh azimuth tidak ada koreksisudut dan
koreksi koordinat.
7. Poligon yang terbuka salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan
koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis
poligon yang terbuka salah satu ujungnya terikat oleh azimuth tidak ada
koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat. Poligon yang terbuka kedua
ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat ada koreksi sudut.
POLIGON GAYA 12
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.8 Pengertian Vektor
Vektor adalah suatu besaran fisika yang memiliki nilai atau besar tertentu
dan memiliki arah misalnya kecepatan.Jika ada informasi tentang kecepatan suatu
benda yang bergerak sebesar 10 km/jam, maka pernyataan ini tidaklah lengkap.
Hal ini dikarenakan kalimat di atas hanya memberikan informasi tentang nilai
atau besar dari kecepatan itu, yaitu 10 km/jam, sedangkan informasi tentang
kemana benda itu bergerak, tidak diberikan (Mudrik Alaydrus, 2014).
Vektor pada bidang datar mempunyai komponen yaitu pada sumbu x dan
y. Khusus untuk vektor yang segaris dengan sumbu x atau y berarti
hanyamempunyai satu komponen. Komponen vektor adalah vektor yang bekerja
pada suatu menyusun suatu vektor hasil (Mudrik Alaydrus, 2014).
POLIGON GAYA 13
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
b). Besaran Vektor
Besaran vektor yaitu besaran yang tergantung pada arah. Misalnya
kecepatan, gaya, momentum dan sebagainya.Vektor merupakan besaran yang
tergantung pada sebuah arah.Penjumlahan dan perkalian besaran vektor sangat
dipengaruhi oleh arah dari masing – masing besaran vektor tersebut.Umumnya
besaran vektor ditulis menggunakan simbol yang berhuruf tebal dan digambarkan
secara grafis dengan garis berpanah.Arah panah menyatakan arah
vektor.contohnya pada vektor A, dilambangkan dengan A sedangkan nilai
saklarnya adalah A atau |A|. Panjang anak panah melambangkan nilai saklar dari
besaran vektor.Sedangkan arah anak panah melambangkan dari besaran skalar.
Pada vektor dan titik ada dua titik yaitu titik lengkap vektor atau titik
pangkal vektor dan titik yang ujung vektor.Vektor merupakan besaran yang
tergantung pada sebuah arah.Penjumlahan dan perkalian besaran vektor sangat
dipengaruhi oleh arah dari masing–masing besaran vektor tersebut. Umumnya
besaran vektor ditulis menggunakan simbol yang berhuruf =f tebal dan
digambarkan secara grafis dengan garis berpanah.
Dalam penggunan vektor, dua buah atau lebih dapat dijumlah, dikurang, dikalikan
atau dibagi. Kegiatan ini disebut operasi vektor. Menjumlahkan dan meng
urangkan vektor dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara metode grafis seperti metode
poligon, jajar genjang dan segitiga.
a). Penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang
Metode yang digunakan adalah dengan mencari diagonal jajar genjang
yang terbentuk dari dua vektor dan tidak ada pemindahan titik tangkap dari vektor
Untuk vektor segaris, penjumlahannya adalah R= A + B + C dan seterusnya.
POLIGON GAYA 14
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
b). Penjumlahan dengan metode segitiga
Pada metode ini dilakukan pemindahan titik tangkai vektor 1 ke ujung
yang lain titik pangkal vektor pertama dengan titik ujung vektor kedua.
POLIGON GAYA 15
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pada pekerjaan pembuatan peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang
telah tertentu letaknya ditanah yang sudah ditandai dengan patok. Kedudukan
benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koordinat
kartesius tegak lurus (X,Y) dibidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan
arah timur-barat dan sumbu Y menyatakan arah utara-selatan. Koordinat titik-titik
polygon harus cukup teliti sehingga ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang
akan dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dan kerangka peta. Pada vektor
dan titik ada dua titik yaitu titik lengkap vektor atau titik pangkal vektor dan titik
yang ujung vektor.Vektor merupakan besaran yang tergantung pada sebuah arah.
Penjumlahan dan perkalian besaran vektor sangat dipengaruhi oleh arah dari
masing-masing besaran vektor tersebut. Umumnya besaran vektor ditulis
menggunakan symbol yang berhuruf =f tebal dan digambarkan secara grafis
dengan garis berpanah.Vektor merupakan besaran yang tergantung pada sebuah
arah.Vektor pada bidang datar mempunyai komponen yaitu pada sumbu x dan y.
Komponen vektor adalah vektor yang bekerja pada suatu menyusun suatu vektor
hasil (Mudrik Alaydrus, 2014).
a). Besaran
Besaran dalam Fisika Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari
benda-benda di alam.. Ilmu fisika didasarkan pada pengamatan eksperimental dan
pengukuran, karena itu salah satu pengertian fisika adalah cabang ilmu yang
mempelajari tentang pengukuran. Pengukuran terhadap sifat-sifat fisis dilakukan
dengan membandingkan besaran yang akan diukur dengan suatu besaran standar
yang dinyatakan dengan bilangan dan satuannya. Dalam proses pengukuran yang
dilakukan akan diperoleh besaran-besaran fisis beserta satuannya. Besaran adalah
sesuatu yang dapat diukur, memiliki nilai pada pengukuran tersebut serta besar
dan satuan yang diperoleh (Banawi, 2013).
b). Satuan
Meter dan kilogram adalah satuan yang pertama kali diperkenalkan selama
revolusi Perancis. Pada waktu itu pemerintah Perancis, berdasarkan rekomendasi
POLIGON GAYA 16
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dari Akademi Sains (Academy of Sciences) pada tahun 1790 memutuskan untuk
menggunakan sebuah sistem yang rasional tentang satuan, yang dikenal dengan
sistem metrik. Sistem ini diterima secara resmi oleh Perancis dalam tahun 1799.
Mula-mula dikenal sistem metrik yang hanya mengenal satuan meter dan
kilogram. Kemudian sistem MKS bahkan MKSC yaitu: Meter, Kilogram, Second
(detik) dan Coulomb. Pada Konferensi ke II di Paris tentang pengukuran.
Coulomb kemudian diganti dengan Ampere sebagai satuan arus listrik. Sejak itu
usaha standarisasi atau pembakuan satuan terus dilaksanakan untuk diterima
sebagai Sistem Internasional (SI) untuk semua negara di dunia. SI ini seperti apa
yang kita kenal sekarang. Selain, SI yang dianut saat ini engineering di Amerika
dan Inggris terutama sebagian masih menggunakan system Inggris pada beberapa
penerapan praktis.
Pemilihan sistem yang akan digunakan untuk menyatakan hasil
pengukuran tidak ada keharusan, namun sistem mks paling banyak digunakan
secara luas. Selain itu, sistem MKS juga digunakan dalam Sistem Internasional
(SI). Dimana sistem MKS menyatakan besaran pokok panjang dengan satuan
meter (m), massa dengan kilogram (kg), dan waktu dengan sekon (s).
Adapun sistem CGS adalah system yang biasa kita pakai di Indonesia.
Besaran pokok pada sistem CGS dinyatakan dengan satuan yang lebih rendah dari
MKS. Dimana sistem CGS menyatakan besaran panjang dengan satuan
centimenter (cm), massa dengan satuan gram (g) dan waktu dalam satuan sekon
(detik). Sistem satuan lainnya adalah sistem satuan British yang popular
digunakan beberapa negara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Myanmar, dan
Liberia. Pada satuan British, besaran panjang dinyatakan dalam feet (ft). Satuan
tidak baku adalah atauran yang tidak diakaui dan tidak semua Negara
menngunakannya. Artinya hasil pengukuran suatu besaran yang dilakukan oleh
satu orang bisa saja berbeda dengan yang dilakukan oleh satu orang bisa saja
berbeda dengan yang dilakukan orang lain. Adapun contoh dari pengukuran
menggunakan satuan tidak baku, kita bisa mengukur panjang sebuah benda tanpa
penggaris atau metera. Contoh dalam kehidupan sehari-hari juga banyak kita
jumpai, Misalnya untuk satuan baku, kita sering menggunakannya untuk
menyebut satuan besaran massa, seperti “Saya ingin membeli beras 1 kilogram”.
POLIGON GAYA 17
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR KERJA
A B C
. . .
POLIGON GAYA 18
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
DATA PENGAMATAN
POLIGON GAYA 19
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu/16 Oktober 2021
Frekuensi/Kelompok : 1A/III
Anggota Kelompok : 1. Muhammad Rezky 09320210096
2. Abdul Hamid 09320210098
3. Muh.Rifky Hidayat 09320210099
4.Muhammad Firman 09320210106
5.Aidun Nur Arfail 09320210133
ASISTEN
POLIGON GAYA 20
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
TABEL I
Σθm1 32°+31°+31°+32°+31°
θm1 = = = 31,4°
n 5
Σθm2 45°+44°+45°+45°+45°
θm2 = = = 44,8°
n 5
Σθm3 33°+34°+33°+36°+32°
θm3 = = = 33,6°
n 5
Σθm4 23°+23°+24°+22°+24°
θm4 = = = 23,2°
n 5
TABEL II
Σθm1 34°+34°+33°+32°+33°
θm1 = = = 33,2°
n 5
Σθm2 35°+33°+34°+34°+33°
θm2 = = = 33,8°
n 5
Σθm3 30°+35°+30°+31°+30°
θm3 = = = 31,2°
n 5
Σθm4 34°+32°+34°+32°+33°
θm4 = = = 33°
n 5
TABEL III
Σθm1 40°+40°+40°+40°+40°
θm1 = = = 40°
n 5
Σθm2 29°+27°+28°+27°+27°
θm2 = = = 27,6°
n 5
Σθm3 27°+28°+27°+28°+28°
θm3 = = = 27,6°
n 5
Σθm4 39°+38°+39°+37°+38°
θm4 = = = 38,2°
n 5
POLIGON GAYA 21
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,1643 N
Fx2 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 44,8°
= 0,4905 ∙ 0,7095
= 0,3480 N
Fx3 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 33,6 °
= 0,4905 ∙ 0,8329
= 0,4085 N
Fx4 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 23,2 °
= 0,4905 ∙ 0,9191
= 0,4508 N
TABEL II
Fx1 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 33,2°
= 0,4905 ∙ 0,8367
= 0,2910 N
Fx2 = 0,04 ∙ 9,81 ∙ cos 33,8°
= 0,3924 ∙ 0,8309
= 0,3260 N
Fx3 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 31,2 °
= 0,4905 ∙ 0,8553
= 0,4195 N
Fx4 = 0,06 ∙ 9,81 ∙ cos 33,3 °
= 0,5886 ∙ 0,8358
= 0,4919 N
TABEL III
Fx1 = 0,07 ∙ 9,81 ∙ cos 40°
= 0,6867 ∙ 0,7660
= 0,5260 N
Fx2 = 0,06 ∙ 9,81 ∙ cos 27,6°
= 0,5886 ∙ 0,8862
= 0,5216 N
Fx3 =0,05 ∙ 9,81 ∙ cos 27,6 °
= 0,4905 ∙ 0,8862
POLIGON GAYA 22
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,4346 N
Fx4 = 0,09 ∙ 9,81 ∙ cos 38,2 °
= 0,8829 ∙ 0,7858
= 0,6937 N
POLIGON GAYA 23
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,3231 N
TABEL III
Fy1 = 0,07 ∙ 9,81 ∙ sin 40°
= 0,6867 ∙ 0,6427
= 0,4413 N
Fy2 = 0,06 ∙ 9,81 ∙ sin 27,6°
= 0,5886 ∙ 0,4632
= 0,2726 N
Fy3 = 0,05 ∙ 9,81 ∙ sin 27,6°
= 0,4905 ∙ 0,4632
= 0,2271 N
Fy4 = 0,09 ∙ 9,81 ∙ sin 38,2°
= 0,8829 ∙ 0,6184
= 0,5459 N
POLIGON GAYA 24
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
=-0,0904 N
Ry =0,4413 + 0,2726 + (-0,2271) + (-0,5459)
= -0,0591 N
R = √(𝑅𝑥)2 + (𝑅𝑦)²
TABEL I
R = √(−0,1414)2 + (−0,0859)²
= √0,0199 + 0,0073
= √0,0272
= 0,1649 N
TABEL II
R = √(0,0374)2 + (−0,0904)²
= √0,0013 + 0,0081
= √0,0094
= 0,0969 N
TABEL III
R = √(0,2635)2 + (−0,0591)²
= √0,0694 + 0,0034
= √0,0728
= 0,2698 N
POLIGON GAYA 25
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
F2 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
F3 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
F4 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
NO Θ F 10:1
Tabel II
F1 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
F2 = 0,04. 9,81. 10
= 3,924
F3 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
F4 = 0,06. 9,81. 10
= 5,886
POLIGON GAYA 26
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
NO Θ F 10:1
1 33,2º 4,905 N 0,49
2 33,8º 3,924 N 0,39
3 31,2º 4,905 N 0,49
4 33º 5,886 N 0,58
Tabel III
F1 = 0,07. 9,81. 10
= 6,867
F2 = 0,06. 9,81.10
= 5,886
F3 = 0,05. 9,81. 10
= 4,905
F4 = 0,09. 9,81. 10
= 8,829
NO Θ F 10:1
1 40,º 6,867 N 0,68
2 27,6º 5,886 N 0,58
3 27,6º 4,905 N 0,49
4 38,2º 8,829 N 0,88
POLIGON GAYA 27
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tabel I
Fx = F.cos θ
x = m.g cos θ
2
δFx ) δFx
∆Fx = √( x (∆F)2 + ( δ cos θ ) x (∆ cos θ)
δF
δFx
= F. cos θ
δF
Dimana :
u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
δFx
= u.v’ + u’.v
δF
= F. 0 + 1. cos θ
= 1. cos θ
= 1. cos 31,4°
= 0,8535 N
∆F = m.g
𝛿𝐹
= √(𝛿𝑚)2 Nx (∆m)2
δF
= m.g
δm
Dimana :
u=m u’ = 1
POLIGON GAYA 28
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
v=g v’ = 0
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= m.0 + 1. G
= 1. 9,81
= 9,81
1
∆m = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
𝛿𝐹
∆F = √(𝛿𝑚)2 x (∆m)2
= √(9,81)2 𝑥 (5 𝑥 10−4)
= √96,2361 𝑥 (2,5 . 10−8)
= √(2,4059 𝑥 10−6 )
= 0,0015 x 10-4
δFx
= F. cos θ
δ cos θ
Dimana :
u=F u’ = 0
v = cos θ v’ = -Sin θ
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= F. (-Sin θ) + 0. Sin θ
= F.(-Sin θ)
= 0,02.9,81 (-Sin 31,4)
= 0,1962 -0,5210 N
= -0,1022
POLIGON GAYA 29
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
−0,0172+(0,1267))+0,0033+(−0,0828)
=√ 12
= 0,0025 N
𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆Fx = √( 𝛿𝐹 ) x (∆F)² + (𝛿 cos 𝜃) x (∆ cos θ)²
=√0,7284
= 0, 8534 N
Δ𝐹𝑋
KR = 2(Δ𝐹𝑋+𝐹𝑋) x 100%
0,8534
= 2(0,8534+0,1643) x 100%
0,8534
= 2,0354 x 100%
= 41,92 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 41,92%
= 58,08 %
Tabel II
Fx = F.cos θ
x = m.g cos θ
2
δFx ) δFx
∆Fx = √( x (∆F)2 + ( δ cos θ ) x (∆ cos θ)
δF
δFx
= F. cos θ
δF
Dimana :
u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
POLIGON GAYA 30
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δFx
= u.v’ + u’.v
δF
= F. 0 + 1. cos θ
= 1. cos θ
= 1. cos 33,2°
= 0,8367 N
∆F = m.g
𝛿𝐹
= √(𝛿𝑚)2 Nx (∆m)2
δF
= m.g
δm
Dimana :
u=m u’ = 1
v=g v’ = 0
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= m.0 + 1. G
= 1. 9,81
= 9,81
1
∆m = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
𝛿𝐹
∆F = √(𝛿𝑚)2 x (∆m)2
= √(9,81)2 𝑥 (5 𝑥 10−4)
= √96,2361 𝑥 (2,5 . 10−8)
= √(2,4059 𝑥 10−6 )
= 0,0015 x 10-4
δFx
= F. cos θ
δ cos θ
Dimana :
u=F u’ = 0
v = cos θ v’ = -Sin θ
POLIGON GAYA 31
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= F. (-Sin θ) + 0. Sin θ
= F.(-Sin θ)
= 0,05.9,81 (-Sin 33,2)
= 0,4905 -0,5475 N
= -0,2685
−0,0038+(0,0095)+0,0147+(−0,0018)
=√ 12
0,0186
= 12
= 0,0015
𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆Fx = √( 𝛿𝐹 ) x (∆F)² + (𝛿 cos 𝜃) x (∆ cos θ)²
=√0,7000
= 0, 8366 N
Δ𝐹𝑋
KR = 2(Δ𝐹𝑋+𝐹𝑋) x 100%
0,8366
= 2(0,8366+0,2910) x 100%
0,8366
= 2,2552 x 100%
= 37,09 %
KB = 100 % - KR
POLIGON GAYA 32
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 100 % - 37,09%
= 62,91 %
Tabel III
Fx = F.cos θ
x = m.g cos θ
2
δFx ) δFx
∆Fx = √( x (∆F)2 + ( δ cos θ ) x (∆ cos θ)
δF
δFx
= F. cos θ
δF
Dimana :
u=F u’ = 1
v = cos θ v’ = 0
δFx
= u.v’ + u’.v
δF
= F. 0 + 1. cos θ
= 1. cos θ
= 1. cos 40°
= 0,7660 N
∆F = m.g
𝛿𝐹
= √(𝛿𝑚)2 Nx (∆m)2
δF
= m.g
δm
Dimana :
u=m u’ = 1
v=g v’ = 0
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= m.0 + 1. G
= 1. 9,81
= 9,81
1
∆m = 2 x skala terkecil
POLIGON GAYA 33
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
𝛿𝐹
∆F = √(𝛿𝑚)2 x (∆m)2
= √(9,81)2 𝑥 (5 𝑥 10−4)
= √96,2361 𝑥 (2,5 . 10−8)
= √(2,4059 𝑥 10−6 )
= 0,0015 x 10-4
δFx
= F. cos θ
δ cos θ
Dimana :
u=F u’ = 0
v = cos θ v’ = -Sin θ
δF
= u.v’ + u’.v
δm
= F. (-Sin θ) + 0. Sin θ
= F.(-Sin θ)
= 0,07.9,81 (-Sin 40)
= 0,6867 -0,6427 N
= -0,4413
−0,0692+(0,0508))+0,0508+(−0,0494)
=√ 12
−0,017
= 12
= -0,0014 N
𝛿𝐹𝑥 2 𝛿𝐹𝑥 2
∆Fx = √( 𝛿𝐹 ) x (∆F)² + (𝛿 cos 𝜃) x (∆ cos θ)²
POLIGON GAYA 34
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
=√(0,7660)2 + (0,0015)2 + (−0,4413) 2 ∙ (−0,0014)²
=√0,5867
= 0, 7659 N
Δ𝐹𝑋
KR = 2(Δ𝐹𝑋+𝐹𝑋) x 100%
0,7659
= x 100%
2(0,7659+0,5260)
0,7659
= 2,5838 x 100%
= 29,64 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 29,64%
= 70,36 %
POLIGON GAYA 35
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
1 0,02
2 0,05 -0,1414 N -0,0859 N 0,1649 N
3 0,05
4 0,05
2. Hasil Perhitungan Ke 2
TABEL II
NO Massa (kg) Rx Ry R
1 0,05
2 0,04 0,0374N -0,0904 N 0,0969 N
3 0,05
4 0,06
3. Hasil Perhitungan Ke 3
TABEL III
NO Massa (kg) Rx Ry R
1 0,07
3 0,05
4 0,09
POLIGON GAYA 36
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
6.2 Pembahasan Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengamatan dan analisis perhitungan yang kami lakukan dimana
pada tabel I dengan 𝑀1 = 0,02kg, 𝑀2 = 0,05kg, 𝑀3 = 0,05kg, 𝑀4 = 0,05kg, dan
rata-rata yaitu 31,4º, 44,8º, 33,6º, 23,2º dimana 𝑅𝑥 = -0,1414 N dan 𝑅𝑦 = -0,0859
N dan sehingga R= 0,1649 N. Pada tabel II dengan 𝑀1 = 0,05kg 𝑀2 = 0,04kg 𝑀3
= 0,05kg, 𝑀4 = 0,06kg, dan rata-rata 𝜃 yaitu 33,2º, 33,8º, 31,2º, 33º dimana 𝑅𝑥 =
0,0374 N dan 𝑅𝑦 = -0,0904 N dan sehingga R =0,0969 N. Pada tabel III dengan
𝑀1 = 0,07kg 𝑀2 = 0,06kg 𝑀3 = 0,05kg 𝑀4 = 0,09kg, dan rata-rata 𝜃 yaitu 40º,
27,6º, 27,6º, 38,2º dimana 𝑅𝑥 = 0,2635 N dan 𝑅𝑦 = -0,0591 N dan sehingga R =
0,2698 N.
POLIGON GAYA 37
PESAWAT ATWOOD
LAPORAN PRATIKUM
PESAWAT ATWOOD
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD REZKY 09320210096
ABDUL HAMID 09320210098
MUH.RIFKY HIDAYAT 09320210099
MUHAMMAD FIRMAN 09320210106
MUH.RIFKY HIDAYAT 09320210133
KELOMPOK IA/III
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
PESAWAT ATWOOD 39
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Intruksi Umum (TIU)
1. Kami dapat memahami Penggunaan Pesawat Atwood dalam penentuan
tetapan grafitasi.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
dan Gerak Lurus Beraturan (GLB).
2. Kami dapat menentukan percepatan.
3. Kami dapat menentukan nilai grafitasi.
PESAWAT ATWOOD 40
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pesawat atwood yaitu alat yang sering di gunakan mengamati hukum Gerak
atau mekanika pada gerakannya yang di percepat secara beraturan alat ini juga di
gunakan untuk menjelaskan hukum dari tegangan. Energi dari potensial dan kinetik
dengan menggunakan dua pemberat (massa benda) yang di hubungkan dengan tali
pada sebuah katrol benda yang lebih berat I letakkan lebih tinggi posisinya jika di
bandingkan dengan yang lebih ringan jadi benda yang berat karna adanya suatu
gravitasi yang akan menyebabkan tertariknya benda yang lebih ringan karna adanya
benda yang lebih ringan karena adanya tali dari katrol. Pesawat Atwood adalah alat
eksperimental yang sering digunakan untuk mengamati hukum-hukum mekanik
tentang gerak akselerasi secara teratur. Dalam percobaan bidang atwood terdapat
gerakan lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
Pesawat Atwood terdiri atas statif yang dilengkapi dengan katrol (K), penahan
(P), beban (B1 dan B2) yang massanya sama. Tambahan beban (B3) berupa beberapa
cincin atau ring baut. Penahan (P) berupa cincin yang diameter dalamnya lebih besar
dari diameter beban B, tetapi lebih kecil dari diameter luar tambahan beban B3,
sehingga jika sistem beban dilepaskan, mula-mula beban B1 bergerak dipercepat,
tetapi setelah melewati penahan P, tambahan beban B, tertinggal di penahan tersebut
sehingga selanjutnya beban B1 bergerak dengan laju konstan. Alat peraga yang
terdiri dari tiang berskala R yang pada ujung atasnya terdapat katrol, tali
penggantung yang massanya dapat diabaikan, dua beban M1 dan M2 berbentuk
silinder dengan massa yang sama masing-masing M di ikatkan pada ujung tali
penggantung, dua beban tambahan dengan massa masing-masing m1 dan m2 dan
yang terakhir genggaman dengan pegas.
Dari penjelasan di atas, maka mahasiswa dalam makalah fisika dasar ini akan
membahas secara khusus tentang pesawat atwood dengan melakukan percobaan
secara langsung mahasiswa melakukan percobaan ini untuk dapat membuktikan
tentang hukum newton I dan hukum newton II. Energi dari potensial dan kinetik
dengan menggunakan dua pemberat (massa benda).
41
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yangdigunakan untuk
mengamati hukum mekanika gerak yangberubah beraturan. Pesawat Atwood adalah
alat yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tegangan, energi potensial
dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan
dengan tali pada sebuah katrol. Pada pengoperasian alat ini, yang dihitung adalah
waktu yang dibutuhkan oleh suatu beban yang bergerak dengan kecepatan awalnya
sama dengan nol sampai beban tersebut berhenti bergerak. Penggunaan suatu alat
secara manual dinilai sudah umum, sangat sederhana, dan hasil yang diperoleh
kurang akurat. Alat ini mulai dikembangkan sekitarabad ke delapan belas untuk
mengukur percepatan gravitasig. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang
dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung talidikaitkan massa beban
m1dan m2. Jika massa benda m1danm2sama (m1 = m2), maka keduanya akan diam.
Akan tetapijika massa benda m2lebih besar dari pada massa benda m1(m2 > m1),
maka massa m1akan tertarik oleh bendam2.Secara matematis dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
(𝑀2 + 𝑀1 )𝑔 − 𝑓𝑔
a I= ….……………….…………………………...(2.2.1)
1
𝑀1 + 𝑀2 + 2
𝑟
Keterangan :
I = Momen inersia katrol , R = Jari-jari katrol, g = Percepatan gravitasi,
fg = Kerugian gaya gesek
Hukum newton adalah Tiga rumusan dasar dalam fisika yang menjeaskan dan
memberikan gambaran tentang kaitan gaya yang bekerja dengan gerak yang terjadi
pada suatu benda. Kata Newton berasal dari ilmuan yang menemukan dan
memperkenalkannya yaitu Sir Isaac Newton, Ketiga hukum tersebut dirangkum
dalam karyanya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica.Hukum Newton
dijelaskan untuk meneliti dan mengamati gerak dalam berbagai mekanisme maupun
sistem. Hukum juga dapat membuat kita paham mengenai hukum gaya yang bekerja
dengan gerakan yang terjadi pada benda yang berkaitan mengenai suatu gaya dan
gerak pada permukaan benda.
a. Hukum Newton I
Newton mengatakan bahwa “Jika resultan gaya pada suatu benda sama
dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan
tetap bergerak dengan kecepatan yang tetap”. Kesimpulan Newton tersebut
dikenal sebagai hukum I Newton. Rumus hkum n sebagai berikut :
∑F = 0 ……………...…….………...……..………………...........(2.2.2)
Keterangan :
∑ 𝐹 = Resultan gaya yang bekerja pada benda diam (v = 0)
Hukum diatas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka
benda selamanya akan diam. Beda hanya bergerak jika pada suatu benda diberi gaya
dari luar. Sebaliknya jika benda sedang bergerak maka benda selamanya bergerak,
kecuali bila ada gaya yang menghentikannya. Konse gaya dan massa yang di
jelaskan oleh hukum I Newton membahas tentang sifat benda yang cenderung
memperlakukan keadaanya atau dengan kata lain sifat kemulasannya untuk
mengubah dalam keadaanya. Ini sifat akan kita sebut kelembaman atau inersia
(Surya,1986).
b. Hukum Newton II
Dalam Hukum Newton II ini dengan menjelaskan bahwa “Percepatan yang
dihasilkan oleh resultan yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan
resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”. Atau biasa juga
diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari
43
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
momentum linear benda tersebut terhadap waktu. Dapat dirumuskan sebagai
berikut.
∑ F = m. a ………………………………………………………….(2.2.3)
Keterangan :
∑F = Gaya ,(N)m = Massa Benda (Kg),a = Percepatan (m/s2)
Contoh Hukum Newton II dalam kehidupan sehari-hari yaitu gaya yang
ditimbulakn ketika menarik gerobak yang penuh dengan padi untuk dipindahkan ke
rumah dari sawah atau mobil yang massanya sama ketika ditarik dengan gaya yang
lebih besar akan mengalami gaya yang lebih besar pula. Serta mobil yang sedang
bergerak dengan massa 1 ton kemudian bergerak dengan percepatan 1
m/s2(Surya,1986).
c. Hukum Newton III
Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya
pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya
berlawanan. Suatu gaya tentang tidak lain hanyalah salah satu aspek suatu dari
interaksi bersamaan antara dua benda. Sudah ada bukti bahwa kalau suatu benda
melakukan gaya kepada benda benda lain maka benda yang kedua itu, selain akan
melakukan gaya pula pada benda pertama yang bersamanya sama berlawanan
arahnya dan mempunyai garis kerja yang sama. Jika, gaya tunggal tersendiri saja
adalah satu kemustahilan.
Hukum ini membahas tentang interaksi dua benda dimana jika benda pertama
memberikan gaya (aksi) ada benda kedua maka benda kedua selalu membahas pada
menggunakan gaya (teraksi) pada benda pertama sam besar. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari adalah bisa seorang anak menendang gaya reaksi dan pitu
terhadap gaya aksi dan anak itu adalah anak itu merasa kesakitan.
Keterangan :
Faksi = Arah yang bekerja , Freaksi = Arah yang berlawanan,(-) = Gaya
yang berlawanan.
44
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Peristiwa seperti itu diungkapkan oleh Newton sebagai berikut:” Jika suatu
benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua ini mengerjakan
gaya pada benda yang pertama yang besarnya sama dengan yang diterima tapi
arahnya berlawanan”(Surya,1986). Suatu gaya tentang tidak lain hanyalah salah satu
aspek suatu dari interaksi bersamaan antara dua benda. Sudah ada bukti bahwa kalau
suatu benda melakukan gaya kepada benda benda lain maka benda yang kedua itu.
2.3 Gaya
𝐹 =𝑚 ×𝑎 ……...............................................…..………….......(2.2.5)
Keterangan :
F = Gaya ( N ),m = Massa Benda (kg),a = Percepatan (m/s)
2.3.1 Macam-macam Gaya
a. Gaya Gesek
Gaya Gesek adalah gaya yang bekerja antara dua permukaan benda yang
saling bersentuhan.
………............…..……………………………..…………..…....…....(2.2.6)
𝑓𝑔 = 𝜇𝑔 × N
Keterangan :
Fg = Gaya Gesek ( N ),µg = Kofisien Gesekan,N = Gravitasi Bumi
b. Gaya Berat
Gaya Berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda. Berat
suatu benda adalah didefinisikan sebagai suatu besarnya gaya tarik bumi yang
dapat bekerja pada benda tersebut. Berat benda itu sangat dipengaruhi oleh
besarnya kuat medan dari grafitasi dimana benda itu tepat berada. Gaya berat adalah
suatu yang didefiniskan sebagai gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda
berat suatu benda adalah suatu besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu
benda itu sangat dipengaruhi oleh besarnya kuat medan dari grafitasi tersebut. Berat
suatu benda adalah didefinisikan sebagai suatu besarnya gaya tarik bumi yang
dapat bekerja pada benda tersebut. Berat benda itu sangat dipengaruhi oleh
45
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
besarnya kuat medan dari grafitasi dimana benda itu tepat berada. Oleh karna itu
rumus gaya berat adalah sebagai berikut :
\
𝑤 =𝑚 ×𝑔
…………………………….………………..……(2.2.7)
Keterangan :
w = Gaya berat (N),m = Massa benda (kg),g = Gravitasi bumi (m/s2)
2.4 Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu
tertentu. Tiap benda yang mengalami perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau
arahnya saja atau kedua-duanya. Percepatan rata-rata ( 𝑎 ) adalah hasil bagi antara
perubahan kecepatan ( ∆v ) dengan selang waktu ( ∆t). Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut :
∆𝑣 𝑣2 − 𝑣1
𝑎= = .....................................................................(2.2.8)
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1
Keterangan :
= percepatan rata-rata (m/s2), ∆v = perubahan kecepatan (m/s), ∆t= selang
waktu (s),v1 = kecepatan awal (m/s),v2 = kecepatan akhir (m/s), t1 = waktu
awal (s),t2 = waktu akhir (s)
Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis
lurus.Jenis gerak ini disebut juga sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama besar, gerak suatu obyek
yang lintasannya berupa garis lurus.
a. Gerak Lurus Beraturan
Gerak adalah perubahan atau perpindahan posisi suatu objek atau suatu benda
yang diamati dari suatu titik acuan. Titik acuan yang dimaksud adalah didefinisikan
sebagai titik awal objek atau benda tersebut ataupun titik tempat pengamat objek
atau berada ( Muhammad Satrio Bimasakti, 2011 ). GLB atau gerak lurus beraturan
adalah sebuah keadaan dimana sebuah benda bergerak dalam kecepatan yang tetap
46
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
atau konstan. Gerak sendiri memiliki pengertian “perubahan posisi objek dari titik
awal ke tujuan”. Ada dua macam jenis dari gerak ini, ada gerak lurus beraturan
(GLB) dan gerak lurus berubah beraturan(GLBB). Namun dalam kesempatan kali
ini kita akan secara khusus membahas GLB atau gerak lurus beraturan.Terdapat tiga
Hukum Newton yang diungkapkan oleh salah seorang ilmuan besar dan terkenal
dalam sejarah karena penemuannya, nama beliau bernama Sir Isaac Newton.
Contoh dari gerak lurus adalah mobil yang dan bergerak pada jalan yang
lurus.
𝑠 𝑠
𝑣= ……….
𝑠= 𝑣 × 𝑡 …………................................................................(2.2.9)
𝑡=
𝑡 𝑣
.
Keterangan :
v = Kecepatan (m/s), s = Jarak atau Perpindahan (m), t = Waktu (s)
Hubungan dari antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau berupa
garis lurus dengan tangan ( tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan nilai
kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik, semakin besar pula nilai
47
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kecepatannya.
X = X 0 + V0 .t……...…........................................................................(2.2.10)
1
+ .a.t 2
2
Keterangan :
X0 = posisi awal (m),X = posisi akhir (m),V0 = Kecepatan awal (m/s) V =
kecepatan akhir (m/s),A = percepatan (m/s2),t = waktu (s)
48
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Keterangan:
S = Jarak atau perpindahan (m),v = Kelayakan atau kecepatan (m/s),t =
Waktu yang dibutuhkan (s),a = Percepatan benda (m/s2),V0= Kecepatan
awal (m/s)
Suatu benda yaitu melakukan suatu gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
jika percepatannya itu selalu konstan.
1
X = X0 +............…………................................................................(2.2.12)
at
2
49
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar 2.2.5 Grafik x terhadap t2 untuk GLBB (sumber:Widya Arsy, 2013)
Sebenarnya kedua tipe gerak benda yang dibahas di atas bukanlah jenis gerak
yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.Gerak yang banyak kita
jumpai pada umumnya jauh lebih kompleks dan rumit.Tetapi dalam ilmu Fisika
khususnya bahwa dalam menjelaskan fenomena alam selalu dimulai dengan model
yang paling sederhana.
c. Gerak Melingkar Beraturan
Gerak Melingkar adalah jika senuah benda dapat bergerak dengan cara
melingkar dilakukan pada benda maka akan berlaku persamaan gerak lingkar
sehingga dalam hal ini ada visis momen inersia (momen lembap) yang
ekuivalenpada besaran visis massa (m) pada gerak momen inersia (i) suatu benda
pada pokok harganya sama dengan sesuai porosnya. Arah dari kecepatan sudut pada
GMB searah dengan arah dari kecepatan linearnya. Kecepatan sudut dari gerak
melingkar beraturan memang tetap, tetapi arah kecepatan sudutnya berbeda beda
karena gerak benda dipengaruhi oleh gaya yang membelokkan benda tersebut, gaya
ini disebut dengan gaya sentripetal.
Contoh yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dalam bidang mekanika
klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi, yang kemudian
banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh ( Haridan Subbangi, 2007) . Adapun
tiga hokum yang dikemukakan oleh Isaac Neton adalah, Hukum Newton I, Hukum
Newton II, dan Hukum Newton III. Dimana besar gaya grafitasi ini sesuai dengan
bunyi dari Hukum Newton tentang grafitasi tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut. “Setiap benda dialam akan tarik menarik dengan benda-benda lainnya
dengan gaya yang besarnya akan sebanding atau berbanding lurus dengan hasil kali
suatu massa atau dengan suatu partikel tersebut dan sebanding atau berbanding
terbalik dengan suatu kuadrat dari jarak benda tersebut”. Dan secara matematis
Hukum Newton tentang suatu Grafitasi tersebut dapat pula dirumuskan sebagai
berikut.
𝑀𝑚
F~
𝑅
……………...............................................................................(2.2.13)
𝑀𝑚
Atau F = G 𝑅2
Keterangan :
F = Gaya Grafitasi (W),M = Massa kedua benda (kg),R = Jarak antara benda
(M),G = Konstanta Grafitasi (6,67.10-4 Nm2kg)
𝑀
𝑔 = 𝐺..………...…….………........……….............................……..(2.2.14)
𝑅2
Dinamika gerak meliputi berbagai jenis gerak. Gerak adalah gerakan suatu
obyek yang itu lintasanya berupa garis lurus, dapat pula jenis gaya ini disebut suatu
translasi yang beraturan pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang
besarnya sama.Gerak lurus adalah gerak objek yang lintasannya berupa garis
lurus.Jenis gerak ini disebut juga sebagai translasi beraturan.
a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus suatu obyek dimana gerakan yang sama ini memiliki, kecepatan
tetap atas konstan maka sehingga jarak yang di tempuh dalam gerak lurus beraturan
adalah kelajuan kali waktu.
……………..……................................................................(2.2.15)
S=v.t
...........
Keterangan:
S= jarak tempuh (m), v = Kecepatan (m/s),t = waktu (s)
Hubungan antara jarak tempuh (s) terhadap waktu tempuh (t) dari sebuah
benda yang akan melakukan gerak lurus beraturan tersebut grafik linear atau berupa
garis lurus dengan tangan ( tan) sudut kemiringan grafik dan menunjukkan nilai
kecepatan benda serta semakin curam kemiringan grafik. semakin besar pula nilai
kecepatannya.
X……....................................................................................................(2.2.19)
= X0 +
1
at
2
Keterangan :
Xo= Posisi awal (m),X= Posisi Akhir (m),A= Percepatan (m/s2) t= Waktu (s)
Dari persamaan di atas akan diperoleh grafik linier jika diplot antara x
terhadap t2 dengan kemiringan grafik tan () = a/2. Gerak yang banyak kita jumpai
pada umumnya jauh lebih kompleks dan rumit.
Gerak sendiri memiliki pengertian “perubahan posisi objek dari titik awal ke
tujuan”. Ada dua macam jenis dari gerak ini, ada gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan(GLBB). Benda dapat di katakan bergerak ketika ada
gaya yang di berikan sehingga gaya dapat di katakan sebagai sesuatu yang dapat
menyebabkan sebuah benda bergerak lebih cepat, gerak itu sendiri dibagi atas dua
53
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yaitu gerak linear dan gerak rotasi.
Gambar 2.2.7 Grafik x/t terhadap t untuk GLBB (sumber:Widya Arsy, 2013)
Grafitasi adalah gaya tarik yang terjadi antar semua partikel yang
memepunyai massa dia alam semesta.Fisika modern mendefinisikan grafitasi
menggunakan teori relatifitas yang umum,namun bukan grafitasi universal newton
yang lebih sederhana.
𝑚1𝑚2
𝐹𝑔 = 𝐺 ………....................................................................( 2.2.20 )
𝑟2
Keterangan :
G = Gravitasi (m/s2), m1 = Massa Pertama (kg),m2 = Massa Kedua (kg),
54
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Fg = Gaya Tarik Antara Dua Benda (N), r2 = Jarak Antara Dua Benda (m)
Berdasarkan hukum newton grafitasi adalah aksi suatu jarak massa suatu titik
bereasksi sama langsung dalam seketika pada massa walaupun massa tersebut tidak
bersentuhan.Pandangan modern bahwa grfitasi bereaksi secara cepat mulai medan
suatu meradap pada suatu titik menghasilkan suatu medan dan medan ini bereaksi
pada massa apapun yang berhubungan langsung dengan cara bersentuhan ( M.
Achya Arifudin, 2007 ).
Gerak rotasi atau gerak melingkar merupakan gerak suatu benda pada
porosnya pada suatu lintasan melingkar bila sebuah benda mengalami gerak rotasi
melalui porosnya ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang
ekivalen yang sama dengan jarak linear, Momen inersia merupakan representasi dari
suatu tingkat kelembapan lambat dia berputar dari suatu ke keadaan diam dan
semakin lambat juga ia untuk benda yang bergerak rotasi.. Gerak rotasi (melingkar)
juga dapat diartikan gerakan pada bidang datar yang lintasannya berupa lingkaran.
kita akan mempelajari bagaimana suatu benda dapat berotasi dan apa yang
menyebabkan.
Gerak rotasi adalah suatu gerakan di mana benda berputar di sekitar sumbu
tetap. Dalam gerak rotasi memiliki besaran-besaran seperti sudut dan radian,
kecepatan sudut dan percepatan sudut. Beberapa contoh gerak rotasi sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya bumi berotasi pada sumbunya untuk
bergerak mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk elips, demikian juga
dengan bulan yang berotasi pada sumbunya untuk bergerak mengelilingi bumi.
Disamping itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi gerak rotasi pada suatu
benda, yaitu momen inersia, momen gaya, titik berat, momentum sudut, dan hukum
kekekalan momentum sudut. Momen Inersia, dilambangkan dengan (I) yang
merupakan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya,
Momen Gaya atau torsi dilambangkan dengan (τ) merupakan suatu besaran yang
menyebabkan benda berotasi, Titik Berat merupakan letak rata-rata dari semua
massa titik dalam sebuah sistem benda sehingga kita dapat menentukan berat benda
tersebut secara keseluruhan.
55
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Semakin besar momen inersia pada suatu benda semakin mengubah kecepatan
sudut ketika sedang berputar sebagai contoh dalam ukuran yang sama dengan
sebuah silinder yang lebih besar dari pada silinder kayu hal ini bisa diperkirakan
karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk memutar silinder besi di bandingkan
dengan silinder kayu. Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan
massa ditranslasi. Sedangkan pada gerak translasi dengan momennya gerak pada
gerak translasi jika gaya menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak translasi
maka momen itulah yang akan menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada
gerak rotasi dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya massa dengan
momen inersia.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang
bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia
berputar dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan
sudutnya ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah
silinder yang terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar
daripada silinder kayu. Hal ini bisa.
Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak
translasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan momen
gaya pada gerak translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak
translasi maka momen gaya itulah yang menyebabkan timbulnya percepatan sudut
pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah roda atau membuka daun pintu, saat itu
kita sedang memberikan momen gaya pada benda-benda tersebut. Dengan
memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi Hukum II Newton
untuk diterapkan pada gerak rotasi, yaitu “Percepatan sebuah benda berbanding
lurus dengan gaya total yang bekerja padanya akan berbangding dengan massa.
Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”. Maka dapat
disimpulkan bahwa gaya total yang diberikan pada benda dapat menyebabkan
percepatan. Bentuk persamaan Hukum II Newton adalah:
F………………………………….………………………….………..(2.2.21)
= m.a
Keterangan:
F = Gaya (N), m = Massa Benda (kg) , a = percepatan (m/s2)
56
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Gambar 2.3.1 (a) Peraga Pesawat Atwood, (b) Roll meter (c) Beban silinder ,(d)
57
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
58
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
𝐓𝐛𝐜
5.1 Menentukan ∑=
𝐧
Tbc T1+T2+T3
Tbc = ∑ = =
n n
Tbc1 1,36+1,39+1,38 4,13
Tbc1 =∑ = = = = 1,37
n 3 3
Tbc2 1,12+1,12+1,10 3,34
Tbc2 =∑ = = = = 1,11
n 3 3
Tbc3 1,17+1,19+1,19 3,55
Tbc3 =∑ = = = = 1,18
n 3 3
𝐓𝐛𝐚
5.2 Menentukan ∑=
𝐧
Tba T1+T2+T3
Tba = ∑ =
n n
Tba1 0,58+ 0,58+0,60
Tba1 = ∑ = = 0,58
n 3
Tba2 0,60+0,61+0,62
Tba2 = ∑ = = 0,61
n 3
Tba3 0,66+0,66+0,67
Tba3 = ∑ = = 0,66
n 3
5.3 Persamaan benda dan percepatan gravitasi
XBa2
𝑎𝑛 = 2XBc .TBa
59
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
5.4 Teori Ketidakpastian
δa XBa2
(δXBa) = 2(XBc)(TBa)2
= 0,6595
1
∆xBa = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-2
= 0,5 x 10-2
= 5 x 10-3
= 0,005
δa XBa2
(δXBc) = 2(XBc)(TBa)2
Dimana : u = XBa2 uꞌ = 0
v = 2XBc.TBa2 vꞌ = 2TBa2
u′.v−v′.u
=
v2
(0− 2XBc . TBa2 )−(2TBa2 . XBa2 )
=
(2XBc . TBa2 )2
0−(2x 0,6 x 0,582 )(2 x 0,58 2 𝑥0,42 )
=
(2 x 0,6 x 0,582 )2
60
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0−(0,39)(0,10)
=
(0,39)2
−0,039
=
0,39
= - 0,1
1
∆xBc = 2 x skala terkecil
= 0,5 . 10-3
= 5 . 10-4
= 0,0005
δa 2 XBa2
(δTBa) = 2(XBC)(TBa)2
Dimana : u = XBa2 uꞌ = 0
v = 2XBc.TBa2 vꞌ = 2(XBc) 2
u′ .v−v′ .u
= v2
(0 . 2XBc . TBa2 )−(2 X Bc .TBa . Xba2 )
= (2XBc . TBa2 )2
= - 0,26
(TBa1 −TBan )2 + (TBa2 −TBan )2 + (TBa3 −TBan )2
∆TBa = √
n(n−1)
0+ 0+ 0,0004
=√
6
0,0004
=√ 6
61
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= √0,000066
= 0,0081
δa 2 δa 2 δa 2
∆a = √( ) . (∆xBa)2 + (δXBc) . (∆xBc)2 + (δTBa) . (∆xTBa)2
δXBa
= √0,000014
= 0,0037
∆a
KR = x 100%
2(∆a+a)
0,0037
= x 100%
2(0,0037 +0,26)
0,0037
= x 100%
0,0074+0,52
0,0037
= x 100%
0,5274
= 0,0070 x100%
= 0,7 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,7%
= 99,3%
= - 1,619
1
∆𝑚𝑠 = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10- 4
= 0,0005
𝛿𝑔 2
(𝛿𝑚𝑏) = (2𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
𝑚𝑏
𝛿𝑔 2 𝑈 ′ .𝑉−𝑈.𝑉′
(𝛿𝑚𝑏) = 𝑉2
𝑎.𝑚𝑏−(2𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎.
=
(𝑚𝑏)2
0,41.0,0116−(2.0,1975+0,0116)0,41
=
0,01162
0,0047 − 0,1714
=
0,0001
− 0,1667
=
0,0001
= -1,667
1
∆𝑚𝑏 = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3
= 5 x 10-4
= 0,0005
𝛿𝑔 2 (2𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
(𝛿𝑎 ) = 𝑚𝑏
𝑈 ′ . 𝑉 − 𝑈. 𝑉′
=
𝑉2
63
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
(2𝑚𝑠+𝑚𝑏)(𝑚𝑏)−0 (2𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎
=
(𝑚𝑏)2
(2 .0,1975+0,0116)(0,0116)−(2.0,1975+0,0116).0,41
=
0,01162
0,0048−0,1714
=
0,0001
−0,1666
=
0,0001
= -1,666
𝛿𝑔 2 𝛿𝑔 2 𝛿𝑔 2
√
∆𝑔 = ( 2
) . (∆𝑚𝑠) + ( ) . (∆𝑚𝑏) + ( ) . (∆𝑎)2
2
𝛿𝑚𝑠 𝛿𝑥𝑚𝑏 𝛿𝑎
= √0,0044
= 0,0663
∆𝑔
KR = x 100%
2(∆𝑔+𝑔)
0,0663
= x 100%
2(0,0663 +1,666)
0,0663
= x 100%
0,1326+3,332
0,0663
= x 100 %
3,4646
= 1,91 %
KB = 100% - Kr
= 100% - 1,91 %
= 98,09 %
64
PESAWAT ATWOOD
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
Dari tabel yang dipaparkan diatas membuktikan bahwa semakin besar jarak,
maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin besar. Sedangkan semakin kecil jarak,
maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil yang
kami dapatkan pada percobaan dimana Xbc dengan jarak 0,6 m , 0,4 m dan 0,5 m
membutuhkan waktu selama 1,37 s, 1,11 s dan 1,18 s. Dimana Xba dengan jarak 0,4
m, 0,6 m, dan 0,5 m membutuhkan waktu selama 0,58 s, 0,61 s, dan 0,66 s.
Pada percepatan benda diperoleh nilai 0,41 m/s² dan 0,57 m/s² dan 0,27 m/s2.
Nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang di inginkan disebabkan alat peraga
yang digunakan mengalami bebarapa masalah, seperti silinder bergerak ke bawah
dengan lambat, dan lain sebagainya
65
PESAWAT ATWOOD
GAYA GESEK
LAPORAN PRATIKUM
GAYA GESEK
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD REZKY 09320210096
ABDUL HAMID 09320210098
MUH.RIFKY HIDAYAT 09320210099
MUHAMMAD FIRMAN 09320210106
AIDUN NUR ARFAIL 09320210133
KELOMPOK IA/III
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan. Gaya juga dapat diartikan sebagai
kekuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada benda baik itu perubahan
bentuk atau perubahan keadaan. Di dalam ilmu fisika, gaya atau kakas adalah apapun
yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan.Gaya
mempunyai agung dan arah, sehingga adalah besaran vektor. Satuan SI yang dipakai
untuk mengukur gaya adalah Newton (dilambangkan dengan N).Salah satu dari
sekian banyak materi tentang gaya yang dipelajari dalam mata kuliah fisika dasar
adalah gaya gesekan.
Gaya gesekan terjadi akibat dua permukaan yang saling bersentuhan dan
berlawanan arah. Gaya gesekan terbagi atas dua jenis, yaitu gaya gesek antara dua
permukaan yang saling diam satu sama lain yang disebut dengan gaya gesek statis
(f5). koefisien gesekannya disebut koefisien gesekan statis (1S) dan gaya gesekan
antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut dengan gaya gesek kinetik
(fk), koefisien gesekannya disebut koefisien gesekan kinetis (yuk).
Untuk mengembangkan sekumpulan pengetahuan tentang gesekan, tidak
cukup bagi mahasiswa hanya mempelajari konsep ataupun teorinya saja tetapi perlu
disertai dengan proses penyelidikan ilmiah. Hal ini didasarkan pada pembelajaran
fisika merupakan bagian dari ilmu sains,
Menurut Sukardiyono dan Wardani (2013) sains terdiri dari dua aspek yaitu
sains dikenal dengan penyelidikan ilmiah (proses) dan sains yang dikenal dengan
body of knowledge (produk). Proses penyelidikan ilmiah tersebut salah satunya dapat
dilakukan dengan kegiatan praktikum. Misbah, dkk (2018) mengatakan bahwa salah
satu cara agar seseorang memperoleh dan mengembangkan sekumpulan pengetahuan
yang dimilikinya ialah melalui kegiatan praktikum.
Hal ini didasarkan pada mahasiswa mampu merasakan secara langsung adanya
masalah, mengembangkan hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan, merancang
percobaan atau melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan menarik
kesimpulan. (Sufinah, dkk, 2013).
GAYA GESEK 67
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
GAYA GESEK 68
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GAYA GESEK 70
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yang berpengaruh padanya”.Sesungguhnya hukum newton ini memberikan
pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu benda
bergantung kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak
ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya
harus dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu
keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak akan mungkin mengalami
percepatan (Silaban,sucipto:1985).
Hukum newton II menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda
sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa
benda dan adalah vector percepatannya. Sebagai contoh adalah saat kita mendorong
buku yang berada diatas meja kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan
kemudian bergerak. Menurut hukum newton II , perubahan gerak ini disebabkan oleh
adanya gaya yang arahnya berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu
tidak ada tentulah buku tidak bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya
gesekan.
Jika gaya yang kita berikan kecil , gaya gesek statis pun kecil. Makin besar
gaya gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda
bergerak kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah gaya yang kita
berikan. Ini berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis
mencapai maksimum. Nilai maksimum ini dsebut juga gaya gesekan (statis
maksimum) untuk dua permukaans yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan
maksmum benda kan tetap bergerak. (Anonim,2008).
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling
bersentuhan sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat
licin tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak , tonjolan-
tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom tonjolan
pada permukaan lainnya , sehingga gaya- gaya listrik diantara atom dapat
membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika
mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami
hambatan dan akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan
pelepasan ikatan tersebut (Giancolli,2001:102).
Pengertian Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi disebabkan karena
GAYA GESEK 71
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
bersentuhannya dua permukaan benda. Contoh dari gaya gesek ini ialah gaya yang
bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan berhenti, karet rem yang terdaspat sepeda
akan bersentuhan dengan pelek sepeda sehingga akan terjadi gesekan yang
menyebabkan sepeda tersebut dapat berhenti pada saat dilakukan pengereman. Gaya
gesek tersebut akan terjadi apabila dua buah benda saling bersentuhan serta bergerak
berlawanan arah, relatif satu dengan yang lain. Gaya gesek yang melawan atau juga
menahan gaya tarik/dorong ini berbeda-beda besarnya.
Besar gaya gesek itu tergantung pada keadaan permukaan benda yang saling
bersentuhan. Pada permukaan yang licin besar gaya gesekan akan lebih kecil
ketimbang gaya gesek yang terjadi pada permukaan yang kasar. Gaya gesek ini
merupakan gaya yang berarah melawan gerak benda atau juga arah kecenderungan
benda bergerak. Gaya gesek ini muncul apabila dua (2) buah benda bersentuhan.
Benda-benda yang dimaksud di sini ini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat
pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat contohnya
ialah gaya gesek statis serta juga kinetis, sedangkan untuk gaya antara benda padat
serta cairan serta gas ialah gaya Stokes.Selain dari itu, besar gaya gesek juga
tergantung pada berat ringannya benda yang bergesekan.
Menarik/mendorong kursi lebih mudah daripada menarik/mendorong meja. Hal
tersebut menunjukkan bahwa besar gaya gesek pada benda yang ringan lebih kecil
daripada besar gaya gesekan pada benda yang lebih berat. Selain terjadi antara dua (2)
permukaan benda padat yang bersentuhan, gaya gesek ini juga dapat terjadi antara
benda padat dengan zat alir (benda cair atau gas) atau juga antara lapisan-lapisan zat
alir itu sendiri. Besar gaya gesek pada suatu benda padat yang bergerak di dalam zat
alir (cair/gas) itu tergantung pada laju benda serta luas penampang penampang
lintang yang berpasangan dengan zat alir.Semakin besar laju pada suatu benda dalam
zat alir, maka semakin besar gaya gesekannya. Selain dari itu, besar gaya gesek juga
tergantung pada berat ringannya benda yang bergesekan
Demikian juga pada luas permukaan, semakin luas permukaan suatu
bendayang berpapasan dengan zat alir, maka semakin besar gaya geseknya.
Dikehidupan sehari-hari gaya gesek ini juga dapat merugikan namun tetap dapat juga
menguntungkan. Untuk dapat memudahkan mendorong lemari di atas lantai kita
menginginkan gaya gesek yang kecil. Namun tetapi apabila kita berjalan di atas lantai
GAYA GESEK 72
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kita membutuhkan gaya gesekan yang besar. Apabila tidak, maka kita akan terpeleset.
mukaan disebut benda, besarnya gaya gesek statis juga dipengaruhi oleh besarnya
gaya normal (N) yang diberikan bidang pada benda.
Hukum I kekasaran ini dinyatakan dengan koefisien gesekan. Untuk benda
diam, koefisien Newton menyatakan bahwa: “jika resultan gaya yang bekerja pada
sebuah benda sama dengan 0 (nol) maka benda yang diam akan terus diam dan benda
yang bergerak akan cenderung bergerak”. Berdasarkan Hukum Newton tersebut,
selama benda masih diam berarti resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut
adalah nol. Dengan demikian, selama benda masih diam, gaya gesek statis selalu
sama dengan gaya yang bekerja pada benda-benda tersebut. Secara matematis, rumus
gaya gesek statis dapat dinyatakan sebagai berikut:
N = W ….................................................................................................... (3.2.3)
Keterangan : Fs = Gaya Gesek Statis (N) , μs = Koefisien Gesek Statis, N =
Gaya Normal
Koefisien gesek adalah ketika dua permukaan benda bergesekan. dengan nilai
tanpa satuan. contoh koefisien gesek karbida 0,5.Ketika kalian menendang bola di
atas tanah, bola akan menggelinding dengan kecepatan tertentu. saat sedang bergerak,
ada gaya yang menghambat gerak bola dan mengurangi kecepatannya. Bola dapat
bergerak diakibatkan gaya dari tendangan (gaya dorong). Ketika kalian menendang
bola di atas tanah, bola akan menggelinding dengan kecepatan tertentu. Tetapi,
semakin lama kecepatan bola semakin berkurang dan akhirnya berhenti. Bola dapat
bergerak diakibatkan gaya dari tendangan (gaya dorong). Namun, saat sedang
bergerak, ada gaya yang menghambat gerak bola dan mengurangi kecepatannya.
Gaya yang menyebabkan kecepatan bola semakin berkurang disebut gaya
gesek kinetis.Jadi, gaya gesek kinetis adalah gaya gesek yang bekerja pada benda
yang bergerak. Gaya gesek kinetis dilambangkan dengan fk. Gaya ini termasuk gaya
dissipatif, yaitu gaya dengan usaha yang dilakukan akan berubah menjadi kalor
dalam persamaan. (panas). Hubungan antara gaya gesek, koefisien gesek kinetis (μk),
saat sedang bergerak, ada gaya yang menghambat gerak bola dan mengurangi
kecepatannya. Gaya yang menyebabkan mengurangi kecepatannya.
GAYA GESEK 73
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.3 Gambar Gaya Gesek
Gaya gesek bekerja pada garis singgung kedua benda. Misalkan, sebuah
benda yang terletak pada suatu bidang datar horizontal dikenai gaya sebesar F. Gaya
gesek juga dapat terjadi pada suatu benda yang bergerak di udara. Untuk benda yang
melayang di udara, besar kecilnya gaya gesek bergantung pada luas permukaan benda
yang bersentuhan dengan udara. Semakin besar luas bidang sentuh, makin besar gaya
gesek udara pada benda tersebut. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil luas bidang
sentuh semakin kecil gaya geseknya. Konsep ini digunakan pada penggunaan parasut
untuk para penerjun bebas. Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut
dapat kalian lihat pada gambar di bawah ini.
Berdasarkan gambar di atas, arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah
gaya luar yang bekerja pada benda dan arah gerak benda. Untuk benda padat yang
bergerak di atas benda padat, besar kecilnya gaya gesek sangat bergantung pada kasar
atau licinnya permukaan benda yang bersentuhan, semakin kasar permukaan maka
semakin besar gaya geseknya. Sebaliknya, semakin licin permukaan, semakin kecil
gaya geseknya.
Selain itu, gaya gesek juga dapat terjadi pada suatu benda yang bergerak di
udara. Untuk benda yang melayang di udara, besar kecilnya gaya gesek bergantung
pada luas permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Semakin besar luas
bidang sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut, Begitupun
sebaliknya, semakin kecil luas bidang sentuh semakin kecil gaya geseknya.
Gaya gesek atau friction force memiliki beberapa sifat atau karakteristik yang
membedakannya dengan jenis gaya-gaya lain. Berikut ini adalah sifat-sifat gaya
gesek secara umum:
1. Arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah gaya luar yang bekerja pada
benda sehingga gaya gesek bersifat menghambat gerak benda. Misalnya, apabila
gaya luar ke kiri, arah gaya gesek ke kanan. Sebaliknya, jika gaya luar ke kanan, arah
gaya gesek ke kiri. .
2. Arah gaya gesek selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda .Jika benda itu
bergerak ke kanan, maka arah gaya gesek ke kiri. Jika benda bergerak ke bawah, arah
GAYA GESEK 74
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gaya gesek ke atas begitu pun seterusnya. .
3. Untuk benda padat yang bergerak di atas benda padat, besarnya gaya gesek
dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan benda yang bersinggungan. Semakin
kasar permukaan benda, semakin besar gaya gesek dan sebaliknya.
4. Untuk benda yang bergerak di udara seperti gerak jatuh bebas, besarnya gaya
gesek yang dialami benda dipengaruhi oleh luas bidang sentuh benda. Semakin luas
permukaan sentuh, semakin besar gaya geseknya begitu pun sebaliknya.
GAYA GESEK 75
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kecepatan tertentu. Tetapi, semakin lama kecepatan bola semakin berkurang dan
akhirnya berhenti. Bola dapat bergerak diakibatkan gaya dari tendangan. Namun, saat
sedang bergerak, ada gaya yang menghambat gerak bola dan mengurangi
kecepatannya. Gaya yang menyebabkan kecepatan bola semakin berkurang disebut
gaya gesek kinetis. Jadi gaya gesek kinetis adalah gaya gesek yang bekerja pada
benda yang bergerak.
Sama seperti gaya gesek statik, besar gaya gesek kinetik juga bergantung
padagaya normal serta tingkat kekasaran permukaan benda dan bidang yang
bersinggungan (koefisien gesekan).Secara matematis, rumus gaya gesek kinetis
adalah sebagai berikut.
Fk = μk N ................................…..…………………..…..…………(3.2.5)
Keterangan:
Fk = Gaya gesek kinetis (N), μk = Koefisien gesekan kinetic, N = Gaya normal
(N)
Nilai koefisien gesekan baik koefisien gesek statis maupun kinetis tidak pernah
lebih dari 1. Selain itu, besar koefisien gesek statis umumnya selalu lebih besar dari
pada koefisien gesek kinetis (μs > μk).
1. Hukum Newton I
Benda yang diam akan bergerak jika diberi gaya benda yang sudah bergerak
dengan kecepatan tertentu akan tetap bergerak dengan kecepatan itu jika tidak ada
gangguan (gaya).. Bunyi Hukum Newton I adalah “ jika resultan gaya pada benda
sama dengan nol maka benda yang diam akan tetap diam “. Secara sederhana Hukum
Newton I menyatakan bahwa percepatan benda nol jika gaya total (resultan gaya)
yang bekerja pada benda yang sama dengan nol. Maka rumusnya adalah :
∑F = 0 …….….................…..…………………..……………(3.2.6)
Keterangan :
∑F = Resultan Gaya (kg m/s2)
Sebenarnya hukum I newton diatas itu sudah pernah diucapkan oleh Galileo
beberapa tahun sebelum Newton. Ahli Galileo menyatakan bahwa “kecepatan yang
GAYA GESEK 76
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
diberikan pada suatu benda akan tetap dipertahankan jika semua gaya tersebut
penghambatnya dihilangkan”
2. Hukum II Newton
Hukum Newton II akan membahas keadaan benda jika resultan gaya pada
benda tidak nol.. Jika gaya tersebut diperbesar dua kali ternyata percepatannya
menjadi dua kali lebih besar. Disini dapat disimpulkan bahwa percepatan sebanding
dengan resultan gaya yang bekerja. “percepatan suatu benda sebanding dengan
jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding
terbalik dengan massanya”.
Contoh Hukum Newton II dalam kehidupan sehari-hari yaitu gaya yang
ditimbulkan ketika menarik gerobak yang penuh dengan padi untuk dipindahkan ke
rumah dari sawah atau mobil yang massanya sama ketika ditarik dengan gaya yang
lebih besar akan mengalami gaya yang lebih besar pula.
F = m.a ...…………...............…..…………………..……………(3.2.7)
Keterangan :
F = gaya (N), m = massa benda (kg), a = percepatan (m/s2)
3. Hukum III Newton
Dalam kehidupan sehar-hari kamu akan selalu dapat bahwa gaya yang bekerja
pada sebuah benda dari benda. Contoh gaya tersebut adalah:
a. Selalu otomatis menarik gerbang
b. Palu memukul paku, gaya yang diberikan pula pada paku
c. Teman mu yang mendorog meja, gaya yang diberikan pada meja
Contoh palu memberikan gaya pada paku, paku juga dapat gaya balik (reaksi),
buktinya palu memantul kembali dan setelah mengenai paku. Jadi palu memberikan
gaya kepada paku tetapi sebaliknya oalu memberikan gaya balik kepada paku.
Besarnya gaya aksi sama dengan gaya bereaksi tetspi berlawanan arah, adanya aksi
dan reaksi ini adalah inti dari hukum III nowton yang berbunyi “ketika benda pertama
memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama”.
Hukum tersebut sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap gaya aksi
akan selalu ada gaya reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah namun itu perlu
diketahui bahwa gaya aksi itu dan gaya reaksi itu bekerja pada benda yang berbeda.
Persamaan Hukum III Newton yaitu pada gaya gravitasi pembawa gaya magnet, gaya
GAYA GESEK 77
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
listrik dan pada saat kita memukul paku itu menggunakan palu. Hukum tersebut
sering disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap gaya aksi akan selalu ada gaya
reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah namun itu perlu diketahui bahwa gaya
aksi itu dan gaya reaksi itu bekerja pada benda yang berbeda.Hukum tersebut sering
disebut dengan hukum gaya reaksi, untuk setiap gaya aksi akan selalu ada gaya
reaksi. Hukum tersebut sering disebut dengan hukum gaya.
Keterangan :
1. Gaya Otot
Gaya otot adalah gaya yang dilakukan oleh otot-otot tubuh kita. Misalnya
ketika kita menendang bola, maka kita mengerahkan gaya otot kaki kita. Gaya otot
sangat fleksibel karena dikendalikan oleh koordinasi biologis pada manusia. Oleh
karena itu, gaya otot bisa mendorong dan menarik. Gaya otot adalah dorongan ataupun
tarikan yang bekerja pada suatu benda yang bersumber dari otot kita.Gaya otot juga terjadi
saat kita menarik, mendorong, dan mengangkat benda. Dilansir dari Lumen Learning,
otot dapat berkontraksi (memendek dan menebal) atau berelaksasi (memanjang dan
menipis) membuat tulang dan sendi bergerak dan menghasilkan gerakan tubuh.
2. Gaya Magnet
Gaya magnet adalah bentuk gaya yang memiliki kemampuan menarik benda
berbahan khusus yang ditimbulkan akibat adanya magnet di dalamnya. Magnet
memiliki kemampuan untuk menolak benda sekaligus bisa menarik dan
mempertahankan benda lain tersebut tetap menempel. Magnet akan menarik benda
magnetis, sedangkan benda yang tidak dapat ditarik adalah benda tidak magnetis atau
juga disebut dengan diamagnetik.
3. Gaya Gravitasi Bumi
Gaya gravitasi bumi adalah gaya yang diakibatkan oleh gaya tarik Bumi
yangterhadap segala benda di permukaan Bumi Adanya gaya gravitasi yang di
gunakan menyebabkan kita tetap dapat berdiri di atas lapisan permukaan Bumi.
GAYA GESEK 78
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Contoh peristiwa gaya gravitasi yang terjadi di kehidupan sehari-hari adalah air hujan
jatuh ke tanah,benda yang dilempar ke udara, akan jatuh kembali ke tanah, daun dan
buah jatuh dari pohon.
4. Gaya Mesin
Gaya mesin adalah gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin. Gaya mesin sangat
membantu aktivitas kita. Misalnya gaya yang dihasilkan oleh kerja mesin derek dan
kerja motor pada mesin kendaraan. Gaya mesin adalah gaya yang dihasilkan dari
kerja mesin. Contoh gaya mesin terdapat pada mobil, motor, atau peralatan
elektronik. Gaya mesin dinilai sangat efektif dalam membantu meringankan aktivitas
manusia.
5. Gaya Listrik
Gaya listrik adalah gaya yang dihasilkan oleh muatan-muatan listrik. Gaya
listrik juga dapat diartikan suatu gaya yang dihasilkan oleh berbagai benda yang
punya muatan listrik.Gaya listrik bisa juga diartikan sebagai gaya yang dihasilkan
oleh benda bermuatan listrik dalam medan listrik.Gaya listrik misalnya terdapat pada
sisir dan penggaris plastik yang telah digosok dengan rambut kering, sehingga dapat
menarik sobekan kertas-kertas kecil. Sisir atau penggaris plastik yang telah digosok
dengan rambut kering akan memiliki muatan listrik karena kelebihan elektron.
Contoh manfaat gaya listrik yang paling umum adalah untuk menyalakan alat
elektronik seperti televisi, kipas angin, dan lainnya. Pada televisi, gaya listrik berubah
jadi cahaya dan suara. Hasilnya, kita bisa mendengarkan suara dan melihat gambar
pada layar televisi.
6. Gaya Pegas
Gaya pegas merupakan suatu gaya tarik yang ditimbulkan oleh pegas. Gaya
pegas ini timbul disebabkan karena adanya sifat elastik/sifat lenting pegas/karet
gelang. Sifat elastik ini dipunyai oleh benda yang apabila diubah bentuknya setelah
dilepaskan, maka benda itu akan kembali ke keadaan/bentuk semula. Oleh sebab gaya
pegas ini disebabkan oleh sifatnya yang elastik. Contohnya gaya pegas timbul pada
bambu yang dibengkokkan atau juga busur panah yang ditarik. Gaya pegas ini
dimanfaatkan antara lain untuk dapat mengurangi pengaruh dari getaran pada jalan
yang kasar, contohnya pada sepeda motor, mobil, dokar atau juga sepeda. Contoh lain
dari gaya pegas adalah ketika seseorang pemanah menarik anak panah.
GAYA GESEK 79
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
(b) (c)
GAYA GESEK 80
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3.2.2 Untuk benda statis bidang miring
Pertama-tama memilih benda meluncur terlebih dahulu, kemudian
meletakkan pada ujung perangkat bidang miring. Setelah itu mengangkat ujung
perangkat bidang miring secara perlahan dan juga memperhatikan kondisi dari benda
peluncur tersebut. Kemudian mengangkat perangkat bidang miring sehingga benda
meluncur mulai bergerak, kemudian melakukan prosedur tersebut pada benda
meluncur dengan permukaan karpet dan benda meluncur dengan permukaan karet.
3.2.3 Untuk Gesekan Kinetis
Pertama-tama menentukan kemiringan dari perangkat bidang miring dengan
mengangkat bidang miring, kemudian menentukan (penentuan sudut kemiringan ini
harus lebih besar dari sudut kemiringan yang didapatkan di status bidang miring).
Setelah menentukan memasang lock dan mengeraskan lock, selanjutnya menentukan
titik gimana bunda peluncur yang akan diletakkan. Setelah menentukan titiknya
kemudian mengukur panjang lintasan dari titik yang sudah ditentukan sampai pada
ujung perangkat bidang miring, setelah mengukur kemudian mencatat panjang
lintasan tersebut.
Kemudian mengambil benda meluncur dengan permukaan kayu dan
menyiapkan stopwatch, selanjutnya meletakkan benda meluncur pada titik yang telah
ditentukan dan bersamaan dengan waktu melepaskan benda meluncur, mulai
menyalakan stopwacth. selanjutnya mengulangi prosedur tersebut beberapa kali dan
mengambil nilai bonus dari waktu yang dicatat, selanjutnya mengulangi prosedur
kerja tersebut pada benda peluncur dengan permukaan karpet dan benda peluncur
dengan permukaan karet.
GAYA GESEK 81
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
Percobaan gaya gesek yang dilakukan melalui bidang datar statis, hasil
pengukurannya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4.1 Data hasil pengamatan
Massa Anak Massa
Jenis Benda Massa Benda Timbangan (kg)
No. Piringan
Peluncur (kg)
mt1 mt2 mt3 (kg)
1. Kayu 0,1652 kg 0,029 0,029 0,030
2. Karpet 0,1894 kg 0,030 0,029 0,030 0,0252
3. Karet 0,2071 kg 0,040 0,037 0,039
Percobaan gaya gesek yang dilakukan melalui bidang miring statis, hasil
pengukurannya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4.2 data hasil pengamatan
Percobaan gaya gesek yang dilakukan melalui bidang datar dinamis, hasil
pengukurannya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4.3 Data hasil Pengamatan
GAYA GESEK 82
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GAYA GESEK 83
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
1. Menghitung nilai µs untuk keadaan statis pada bidang datar dan bidang miring
a. Keadaan statis bidang datar pada benda peluncur
mp+mt
µs =
mb
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
𝑛
a.Untuk permukaan kayu
mp+mt1
µs1 =
mb
0,0252 + 0,029
=
0,1652
0,0542
=
0,1652
= 0,3280
mp+mt2
µs2 =
mb
0,0252 + 0,029
=
0,1652
0,0542
=
0,1652
= 0,3280
mp+mt3
µs3 =
mb
0,0252 + 0,030
=
0,2071
0,0552
=
0,1652
= 0,3341
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
𝑛
0,3280 +0,3280+0,3341
=
3
GAYA GESEK 84
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,9901
=
3
= 0,3300
b.Untuk permukaan karpet
mp+mt1
µs1 =
mb
0,0252 + 0,030
=
0,1894
0,0552
=
0,1894
= 0,2914
mp+mt2
µs2 =
mb
0,0252 + 0,029
=
0,1894
0,0542
=
0,1894
= 0,2861
mp+mt3
µs3 =
mb
0,0252 + 0,030
=
0,1894
0,0552
=
0,1894
= 0,2914
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
3
0,2914 + 0,2861 + 0,2914
=
3
0,8689
=
3
= 0,2896
c.Untuk permukaan karet
mp+mt1
µs1 = mb
0,0252 + 0,040
=
0,2071
0,0652
=
0,2071
GAYA GESEK 85
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,3148
mp+mt2
µs2 =
mb
0,0252 + 0,037
=
0,2071
0,0622
=
0,2071
= 0,3003
mp+mt3
µs3 =
mb
0,0252 + 0,039
=
0,2071
0,0642
=
0,2071
= 0,3099
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
3
0,3148 +0,3003+0,3099
=
3
0,925
=
3
= 0,3083
Tabel 5.1.1 hasil perhitungan pada keadaan statis bidang datar
No Mb Mt Mp µs µs Jenis peluncur
1 0,029 0,3280
2 0,1652 0,029 0,0252 0,3280 0,3300 Kayu
3 0,030 0,3341
1 0,030 0,2914
2 0,1894 0,029 0,0252 0,2861 0,2896 Karpet
3 0,030 0,2914
1 0,040 0,3148
2 0,2071 0,037 0,0252 0,3003 0,3083 Karet
3 0,039 0,3099
GAYA GESEK 86
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
3
a. Untuk permukaan kayu
µs1 = tan Ө1
= tan 21
= 0,3838
µs2 = tan Ө2
= tan 21
= 0,3838
µs3 = tan Ө3
= tan 20
= 0,3639
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
𝑛
0,3838+0,3828+0,3639
=
3
1,1315
=
3
= 0,3771
b. Untuk permukaan karpet
µs1 = tan Ө1
= tan 18
= 0,3249
µs2 = tan Ө2
= tan 19
= 0,3443
µs3 = tan Ө3
= tan 20
= 0,3639
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
𝑛
0,3249+0,3443+0,3639
=
3
1,0331
=
3
GAYA GESEK 87
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,3443
c. Untuk permukaan karet
µs1 = tan Ө1
= tan 24
= 0,4452
µs2 = tan Ө2
= tan 22
= 0,4040
µs3 = tan Ө3
= tan 23
= 0,4244
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs =
3
0,4452+0,4040+0,4244
=
3
1,2736
=
3
= 0,4245
Tabel 5.1.2 hasil perhitungan pada keadaan Statis bidang miring
No Ө µs µs Jenis peluncur
1 21 0,3838
2 21 0,3838 0,3771 Kayu
3 20 0,3639
1 18 0,3249
2 19 0,3443 0,3443 Karpet
3 20 0,3639
1 24 0,4452
2 22 0,4040 0,4245 Karet
3 23 0,4244
X =m
t1+t2+t3
T =
n
GAYA GESEK 88
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2. 𝑥
µk = tan 𝜃 − 𝑔 . 𝑡 2 .cos 𝜃
X = 1,2
t1+t2+t3
t =
n
1,05+1,07+1,07
=
3
3,19
=
3
= 1,0633
t2 = 1,1306
Өk = 30o cos Өk = 0,8660 tan Өk = 0,5773
2. 𝑥
µk = tan Ө -
𝑔 . 𝑡 2 .cos 𝜃
2 . 1,2
= tan 30 -
9,81 . 1,1306 . cos 30
2.4
= 0,5773 -
9,81 . 1,1306 . 0,8660
2.4
= 0,5773 -
9,6049
= 0,5773 – 0,2498
= 0,3275
b. Untuk jenis peluncur karpet
X = 1,2
t1+t2+t3
t =
n
0,83+0,82+0,84
=
3
2,49
=
3
= 0,83
t2 = 0,6889
Өk = 30o cos Өk = 0,8660 tan Өk = 0,5773
2. 𝑥
µk = tan Ө -
𝑔 . 𝑡 2 .cos 𝜃
GAYA GESEK 89
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2 . 1,2
= tan 30 -
9,81 . 0,6889 . cos 30
2.4
= 0,5773 -
9,81 . 0,6889 . 0,8660
2.4
= 0,5773 -
5.8525
= 0,5773 – 0,4100
= 0,1673
c. Untuk jenis peluncur karet
X = 1,2
𝑡1+𝑡2+𝑡3
t =
3
1,12+1,12+1,13
=
3
3,37
=
3
= 1,1233
t2 = 1,2618
Өk = 30o cos Өk = 0,8660 tan Өk = 0,5773
2. 𝑥
µk = tan Ө -
𝑔 . 𝑡 2 .cos 𝜃
2 . 1,2
= tan 30 -
9,81 . 1,2618 . cos 30
2.4
= 05773 -
9,81 . 1,2618 . 0,8660
2.4
= 0,5773 -
10,7195
= 0,5773 – 0,2238
= 0,3535
Tabel 5.1.3 hasil perhitungan pada keadaan dinamis bidang miring
No Benda peluncur X Ө Tan Ө Cos Ө t µk
1 Kayu 1,0633 0,3275
2 Karpet 1,2 30o 0,5773 0,8660 0,83 0,1673
3 Karet 1,1233 0,3535
GAYA GESEK 90
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
5.2 Perhitungan ketidakpastian pengukuran masing-masing data dengan
tingkat kepercayaan 100 %
a. Teori ketidakpastian pada bidang datar
mp+mt
µs = mb
𝛿µs mp+mt
(𝛿𝑚𝑝) =
mb
u = mp + mt u’ = 1
v = mb v’ = 0
𝑢′ 𝑣−𝑣 ′ 𝑢
=
𝑣2
1.Mb – 0.mp + mt
=
𝑚𝑏2
1 . 0,1655 – 0.(0,0252 + 0,0243)
=
0,16552
0,1655
=
0,027
= 6,129
1
∆mp = 2 x skala terkecil
1
= 2 x 10-3
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
𝛿µs 𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝛿𝑚𝑡) = 𝑚𝐴
u = mp + mt u’ = 1
v = mb v’ = 0
𝑢′ 𝑣−𝑣 ′ 𝑢
=
𝑣2
1. 𝑚𝑏 − 0 . 𝑚𝑝+𝑚𝑡
=
𝑚𝑏2
1. 0,1655 − 0.(0,0252−0,0243)
=
0,16552
0,1655
=
0,027
GAYA GESEK 91
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 6,1296
𝑚𝑡1+ 𝑚𝑡2+𝑚𝑡3
mt =
3
0,024+ 0,024+0,025
=
3
0,073
=
3
= 0,0243
(0,00000009)+(0,00000009)+(0,00000049)
=√
6
0,00000058
=√
6
= √0,00000009
= 0,0003
𝛿µs 𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝛿𝑚𝐴) = 𝑚𝐴
U = mp + mt u’ = 0
V = mb v’ = 1
𝑢′ 𝑣−𝑣 ′ 𝑢
=
𝑣2
0. 𝑚𝑏 − 1 . 𝑚𝑝+𝑚𝑡
=
𝑚𝑏2
0. 0,1655 − 1.(0,0252−0,0243)
=
0,16552
0,0495
=
0,027
= 1,833
1
∆mb = 2 x skala terkecil
GAYA GESEK 92
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1
= 2 x 10-3
= 0,5 x 10-3
= 5 x 10-4
𝛿µs 2 𝛿µs 2 𝛿µs 2
∆µs = √(𝛿𝑚𝑝) (∆𝑚𝑝)2 + ( 𝛿𝑡 ) (∆𝑡)2 + (𝛿𝑚𝐴) (∆𝑚𝐴)2
0,0186
= 2 (0,0186+ 1,833)100%
0,0186
= 0,0372+3,3598 x100%
0,0186
= x100%
3,397
= 0,0054
KB = 100% - KR
= 100% - 0,0054
= 99,99 %
b. Teori ketidakpastian pada bidang miring statis
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣 , u
(𝛿𝜇𝜃) = 𝑣2
GAYA GESEK 93
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
0,8660.0,8660+(−0,5.0,5)
=
0,86602
0,7499+(−0,25)
= 0,7499
0,4999
= 0,7499
= 0,6666
𝜃1 +𝜃2 + 𝜃3
𝜃 = 𝑛
21+21+20
=
3
62
=
3
= 20,6
(0,4)+(0,4)+(−0,6)
= √ 3(2)
0,2
=√6
= √0,0333
= 0,1824
𝛿𝜇 2
∆𝜇𝑠 = √( 𝜇𝜃𝑠 ) (∆𝜃)2
= √(0,6666)2 (0,1824)2
= √0,4443 − 0,0332
= √0,4111
= 0,6411
∆𝜇𝑠
KR = × 100%
2(∆𝜇𝑠 + 𝜇𝑠 )
0,6411
= × 100%
2(0,6411 + 0,3771)
0,6411
= × 100%
2,0364
GAYA GESEK 94
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0,314 × 100%
= 0,356 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,356%
= 99,64%
tan 𝜃
𝜇𝑘 = 𝑔+ 𝑡 2 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑘
𝛿𝜇 2 𝛿𝜇 2 𝛿𝜇 2
∆𝜇𝑘 = √( 𝛿𝜃𝑠 ) (∆𝜃)2 + ( 𝛿𝑥𝑠 ) (∆𝑥)2 + ( 𝛿𝑡𝑠 ) (∆𝑡)2
𝛿𝜇𝑘
( ) = 𝑢′ − 𝑣 ′
𝛿𝜃
Dimana : 𝑢 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃 𝑢, = 𝑠𝑒𝐶 𝜃
2𝑥 tan 𝜃 .2𝑥
v = 𝑔 .𝑡 2 .cos 𝜃 v’ = 𝑔 .𝑡 2 .cos 𝜃
𝛿𝜇𝑘 tan θ . 2𝑥
( 𝛿𝜃 ) = 𝑆𝑒𝑐 𝜃 − 𝑔 . 𝑡 2 . 𝑐𝑜𝑠𝜃
0,5773 .2(1,2)
= 𝑆𝑒𝑐 30 − 9,81 . 1,1306 .0,8660
1,3855
= 6,4829 − 9,6049
= 6,4829 − 0,1442
= 6,3387
1
∆𝜃 = × skala terkecil
2
1
=2 ×1
= 0,5
𝛿𝜇𝑘
( 𝛿𝑥 ) = 𝑢′ − 𝑣 ′
Dimana : 𝑢 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃 𝑢, = 0
2𝑥 2
v = 𝑔 .𝑡 2 .cos 𝜃 v’ = 𝑔 .𝑡 2 .cos 𝜃
𝛿𝜇𝑘 2
( ) = 0−
𝛿𝑥 𝑔. 𝑡 2. 𝑐𝑜𝑠𝜃
2(1,2)
= 0− 9,81 .(1,1306).(0,8660)
2,4
= 0− 9,6049
GAYA GESEK 95
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= 0 − 0,2498
= 0,2498
1
∆𝑥 = × skala terkecil
2
1
= 2 × 10−3
= 0,0005
𝛿𝜇𝑘
( ) = 𝑢′ − 𝑣 ′
𝛿𝑡
Dimana : 𝑢 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃 𝑢, = 0
2𝑥 −2
v = 𝑔 .𝑡 2 .cos 𝜃 v’ = 𝑔 .𝑡 3 .cos 𝜃
𝛿𝜇𝑘 2𝑥
( 𝛿𝑡 ) = 0 − 𝑔 . 𝑡 3 . 𝑐𝑜𝑠𝜃
2(1,2)
= 0− 9.81 .(1,1306).(0,8660)
(2,4)
= 0− 9,6049
= 0 − (0,2498)
= -0,2498
(𝑡1 − 𝑡̅)2 + (𝑡2 − 𝑡̅)2 + (𝑡3 − 𝑡̅)2
∆𝑡 =√ 𝑛(𝑛−1)
0,01
=√ 6
= √0,0016
= 0,04
𝛿𝜇 2 𝛿𝜇 2 𝛿𝜇 2
∆𝜇𝑘 = √( 𝛿𝜃𝑠) (∆𝜃)2 + ( 𝛿𝑥𝑠) (∆𝑥)2 + ( 𝛿𝑡𝑠) (∆𝑡)2
= √0,6264
= 0,791
GAYA GESEK 96
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
∆𝜇𝑘
KR = 2(∆𝜇𝑘 + 𝜇𝑘) × 100%
0,791
= 2(0,791 + 0,848) × 100%
0,791
= (1,582)+(1,696) × 100%
0,791
= × 100%
3,278
= 0,241 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,241%
= 99,75 %
GAYA GESEK 97
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
3 0,039 0,3099
3 20 0,3639
1 18 0,3249
2 19 0,3443 0,3443 Karpet
3 20 0,3639
1 24 0,4452
2 22 Karet
0,4040 0,4245
3 23 0,4244
GAYA GESEK 98
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tabel 6.1.3 Keadaan dinamis bidang miring
No Benda peluncur X Ө TanӨ CosӨ t µk
Pada keadaan statis bidang datar terdapat 3 buah benda peluncur yaitu kayu,
karpet, karet. Pada benda peluncur kayu menghasilkan gaya gesek yang besar yaitu
µs = 0,3280. Jenis benda peluncur karpet menghasilkan gaya gesek sedang yaitu µs =
0,2896 Pada peluncur karet menghasilkan gaya gesek yang kecil yaitu µs = 0,3083.
Pada keadaan statis bidang datar menghasilkan teori ketidakpastian KB 99,99%.
Pada keadaan statis bidang miring ketiga benda peluncur akan dicari derajat
kemiringannya ketika diberi gaya. Benda kayu yang permukaannya halus memiliki
kemiringan 0,3711°, dan bunda karpet dengan derajat kemiringan 0,3443°,
sedangkan benda karet memiliki permukaan kasar memiliki derajat kemiringan
0,4245°. Pada keadaan statis bidang miring menghasilkan teori ketidakpastian KB
99,64%.
Pada keadaan dinamis bidang miring ketiga benda peluncur di hitung kecepatan
bendanya. Dimana telah ditentukan sudut kemiringannya dan jaraknya. Pada benda
meluncur dengan permukaan kayu waktu yang dibutuhkan adalah 1,0633 Sedangkan
untuk benda peluncur permukaan karet waktu yang dibutuhkan 0,83 dan pada benda
meluncur dengan permukaan karet waktu yang dibutuhkan 1,1233. Pada keadaan
dinamis bidang miring menghasilkan teori ketidakpastian KB 99,75%.
GAYA GESEK 99
KONSTANTA GAYA
PEGAS
LAPORAN PRAKTIKUM
KONSTANTA GAYA PEGAS
[
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD REZKY 09320210096
ABDUL HAMID 09320210098
MUH.RIFKY HIDAYAT 09320210099
MUHAMMAD FIRMAN 09320210106
AIDUN NUR ARFAIL 09320210133
KELOMPOK : 1A/III
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pegas adalah benda elastis dari kawat logam atau lilitan batang yang
berbentuk silinder yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis. Pegas
memiliki sifat keelastisitasan. Gaya pegas ini selalu terjadi pada benda-benda
lenting yang bentuknya diubah. Contohnya gaya pegas timbul pada bambu yang
dibengkokkan atau juga busur panah yang ditarik sifat lenting pegas maupun karet
gelang maka gaya pegas juga disebut gaya elastik atau gaya lenting. Gaya pegas
ini dimanfaatkan antara lain untuk dapat mengurangi pengaruh dari getaran pada
jalan yang kasar, contohnya pada sepeda motor, mobil, dokar atau juga sepeda.
Elastisitas adalah sifat dari benda yang cenderung kembali kekeadaan semula
setelah mengalami perubahan bentuk karena mendapat gaya dari luar berupa
tarikan,tekanan, dan dorongan. Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu,
maka panjangnya akan berubah. Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin
besar pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas
akan kembali ke keadaan semula. Dalam kehidupan sehari-hari pegas sudah
umum digunakan, seperti dalam springbed, jam tangan, dan sepeda motor. Jika
beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang setiap pegas
akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik setiap pegas.
Karateristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas (k). Pengertian Gaya
pegas merupakan suatu gaya tarik yang ditimbulkan oleh pegas. Pada karet gelang
yang direnggangkan serta juga pada pegas yang direnggangkan atau
dimampatkan, akan menimbulkan gaya kearah benda yang merenggangkannya
atau memampatkannya. Gaya yang muncul itulah yang disebut dengan gaya
pegas.
Konstanta pegas merupakan karakteristik dari suatu pegas. Besarnya
konstanta pegas dipengaruhi oleh besarnya gaya pemulih. Dan gaya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari besarnya jarak simpangan yang
diberikan pada pegas dan oleh faktor tetapan pegas itu sendiri. Faktor nilai tetapan
F = -k . x ....................................................................................(4.2.1)
Keterangan :
F = Gaya yang bekerja (N), k = Konstanta gaya pegas (N/m), x =
Perubahan panjang pegas (m).
Persamaan inilah yang disebut dengan Hukum Hooke. Tanda negatif (-)
dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan arah
dengan arah perpanjangan. Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas ,
berarti pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya tariknya.
Untuk menentukan nilai dari tetapan pegas tersebut dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu cara statis dan cara dinamis. Cara statis merupakan cara yang
digunakan untuk menetukan nilai konstanta pegas dengan menghitung
pertambahan panjang pegas ketika diberi beban (W). Dengan cara statis maka
akan dapat dilihat pengaruh pertambahan massa terhadap perubahan panjang
pegas. Sedangkan cara dinamis adalah cara yang digunakan apabila pegas yang
diberi beban tadi dihilangkan bebannya maka pegas akan mengalami getaran
dengan periode tertentu. Dengan cara ini dapat dilihat hubungan massa terhadap
periode getaran suatu pegas. Jika beban yang digantungkan pada pegas dalam
keadaan setimbang, kemudian diberi sedikit usikan dengan menarik massa
kebawah atau menekannya keatas kemudian melepaskannya kembali, maka pegas
akan mengalami getaran. Getaran ini akan menyebabkan adanya periode dan
amplitudo dan juga percepatan yang arahnya selalu menuju ketitik setimbang.
Gaya pegas ini timbul disebabkan karena adanya sifat elastik/sifat Lenting.
(
N
/
m
Keterangan :
W = Usaha (Nm), Ep = Energi Potensial ( Nm ), K = Konstanta gaya pegas
( N/m ).
F = K..............
. Δx .............................................................................(4.2.4)
Keterangan :
Keterangan :
F = K..............
. Δx .............................................................................(4.2.6)
Keterangan :
F = K..............
. Δx .............................................................................(4.2.7)
Keterangan :
F : besar gaya luar yang diberikan pada Pegas (N), Δx : Pertambahan
panjang pegas (m), K : Konstanta Pegas (N/m).
Ketika sebuah pegas diberi gaya luar dengan ditarik, maka pegas akan
mengeluarkan gaya yang besarnya sama dengan gaya luar yang menariknya, tetapi
arahnya berlawanan (aksi = reaksi). Jika gaya yang diberikan pegas ini disebut
Gaya pemulih pegas (Fp), gaya pemulih ini juga sebanding dengan pertambahan
panjang pegas Δx.
2.3.3 Modulus elastisitas (Modulus Young)
Elastis atau Elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke
kondisi awalnya ketika gaya yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan.
Contoh benda elastis adalah pegas. Selain bersifat elastis, pegas juga dapat
berubah menjadi bersifat plastis jika ditarik dengan gaya yang besar melewati
Energi pegas adalah energi yang dimiliki oleh benda yang memiliki
potensial atau benda yang elastis yang mempunyai potensi. Energi pegas juga
dapat diartikan sebagai energi yang dihasilkan oleh benda yang bersifat pegas atau
elastis.Benda-benda yang memiliki sifat elastis atau lentur. Sebuah pegas yang
ditarik dengan gaya F, menyebabkan pegas meregang (bertambah panjang).
Besarnya energi yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas sama dengan energi
yang tersimpan pada pegas, yaitu Energi Potensial Pegas.
Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas. Batas elastisitas
merupakan gaya maksimum yang dapat diberikan pada benda sebelum benda
berubah bentuk secara tetap dan panjang benda tidak dapat kembali seperti semula
(menjadi plastis ataupun hancur). Kita akan mengamati sebuah objek yaitu pegas,
sebuah benda yang dapat menjadi elastis. Pada kondisi pegas saat ditarik, terdapat
gaya pada pegas yang besarnya sama dengan gaya tarikan pada pegas tetapi
arahnya berlawanan (F aksi =-F reaksi ). Jika gaya tersebut disebut dengan gaya
pegas (Fp) maka gaya ini pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas ( x).
Fp = - F
…………………...........................................(4.2.8)
Fp = - k .
Keterangan :
Fp = gaya pegas (N), pertambahan panjang pegas (m), k = konstanta pegas
(N/m).
Kamu tidak perlu khawatir terhadap tanda minus (-). Tanda tersebut hanya
menyatakan arah gaya pegas yang berlawanan dengan arah gaya tarik. Sifat pegas
yang elastis banyak digunakan dalam kegunaan sehari-hari. Contoh penggunaan
pegas dapat kamu lihat pada kasur pegas (spring bed) atau pada kendaraan
bermotor. Pada kendaraan bermotor pegas digunakan sebagai peredam kejut
(shockbreaker). Penggunaan pegas biasanya dipakai secara bersamaan dalam satu
sistem pegas. Nilai konstanta pegas tersebut akan berubah tergantung susunannya.
Dari persaman persamaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam batas
elastisitas benda, gaya F sebanding dengan pertambahan panjang benda.Besarnya
gaya hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak
pergerakan pegas dari posisi normalnya. Pernyataan inilah yang dikenal dengan
Hukum Hooke.
KONSTANTA GAYA PEGAS 111
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.5 Hukum Newton
Keterangan:
ΣF = Resultan Gaya (kg m/s2), m = Massa Benda (kg), a = percepatan
(m/s2).
F aksi = -F...........
reaksi .......................................................................(4.2.11)
Keterangan:
Faksi = Arah yang bekerja, Freaksi = Arah yang Berlawanan, (-) = Gaya
yang berlawanan.
Percepatan gravitasi termasuk dalam gerak jatuh bebas. Gerak jatuh bebas
merupakan gerak benda jatuh dari ketinggian tertentu menuju permukaan bumi
tanpa kecepatan awal dan benda mengalami percepatan. Percepatan merupakan
besaran vektor sehingga mempunyai besar dan arah konstan (ketetapan percepatan
gravitasi 9,81 m/s2). Artinya, setiap detik sebuah partikel yang dikenai percepatan
gravitasi kecepatannya akan bertambah sebesar 9,81 m/s. Angka 9,81 m/s2
seringkali dibulatkan menjadi 9,8 ataupun menjadi 10 m/s2. Percepatan gravitasi
adalah perubahan kecepatan gaya tarik bumi terhadap suatu benda atau zat. Nilai
percepatan gravitasi berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, tergantung
ketinggian dan kondisi geologi tempat tersebut, serta dipengaruhi juga oleh jauh
atau dekatnya zat atau benda terhadap pusat bumi. Semakin jauh zat atau benda
tersebut maka semakin kecil percepatan gravitasinya.
Kelajuan setiap benda yang jatuh bebas bertambah secara teratur, karenanya
gerak jatuh bebas juga merupakan salah satu contoh gerak lurus berubah beraturan
yang digunakan untuk menghitung besaran-besaran fisika terkait gerak lurus
beraturan, seperti jarak, kecepatan awal, kecepatan akhir, selang waktu, dan
percepatan. Rumusan dari besaran-besaran fisika tersebut adalah :
Kecepatan Awal (vo) dan Kecepatan Akhir (vt)
KONSTANTA GAYA PEGAS 113
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Keterangan:
S = Perpindahan benda (m), Vo = Kecepatan awal benda (m/s)
Selang waktu dan Percepatan.
Keterangan:
vt = Kecepatan akhir benda (m/s), Vo = Kecepatan awal benda (m/s), a =
percepatan benda (m/s2), s = Perpindahan benda(m).
a b c
d e f
Gambar 4.3.1 (a) Alat peraga konstanta gaya pegas,(b) Mistar,(c) Beban
pemberat, (d) Ember kecil,(e) Stopwatch (f) Pegas statis.
Timbanglah massa ember, massa pegas dan massa beban, gantunglah ember
pada pegas dan atur sedemikian rupa sehingga jarum menunjukkan skala 0,
berikan beban kedalam ember beberapa kali dan setiap kali penambahan beban,
maka penunjukkan jarum harus dicatat. Keluarkan beban dan ulangi prosedur 3
beberapa kali sesuai petunjuk asisten, untuk kondisidinamis, gantungkan ember,
aturposisi jarum agar membelakangi mistar, masukkan satu beban lalu getarkan
naik turun, tunggu hingga getaran yang terjadi stabil, ukur waktu getaran untuk
interval tertentu (sesuai petunjuk asisten). Tambahkan beban dalam ember lalu
ulangi seperti prosedur 6, lakukan penambahan beban beberapa kali sesuai
petunjuk asisten.
TABEL PENGAMATAN
4.1 Keadaan Statis
ASISTEN
5.1 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaan statis untuk setiap beban
dalam satuan N/m
Fn=m.g
𝑋𝑎1+𝑋𝑏1+𝑋𝑐1+𝑋𝑑1 0,02+0,021+0,022+0,022
∑ 𝑋1 = = = 0,0212 m
𝑛 4
𝑋𝑎2+𝑋𝑏2+𝑋𝑐2+𝑋𝑑2 0,036+0,037+0,039+0,04
∑ 𝑋2 =
𝑛
= 4
= 0,038 m
𝑋𝑎3+𝑋𝑏3+𝑋𝑐3+𝑋𝑑3 0,055+0,056+0,057+0,057
∑ 𝑋3 =
𝑛
=
4
= 0,0562 m
𝐹𝑛
Kn =
∑ 𝑋𝑛
𝐹1 0,0981
K1= ∑ 𝑋1 = = 4,6273 N/m
0,0212
𝐹2 0,1962
K2= ∑ 𝑋2 = 0,038 = 5,1631 N/m
𝐹3 0,2943
K3= ∑ = = 5,2366 N/m
𝑋3 0,0562
5.2 Perhitungan nilai konstanta gaya pegas pada keadaan dinamis untuk setiap beban.
4𝜋2
K = (mc + mb + mp )
𝑇2
T
Tn =
jumlah getaran
T 7,25
Ta1= = 10
= 0,725 s
jumlah getaran
T 7,71
Ta2= = 10
= 0,771 s
jumlah getaran
T 8,38
Tc3= = 10
= 0,838 s
jumlah getaran
T 7,28
Td1= = 10
= 0,728 s
jumlah getaran
T 7,75
Td2= = = 0,775 s
jumlah getaran 10
T 8,39
Td3= = = 0,839 s
jumlah getaran 10
Periode (s)
Massa
No
Beban (kg)
Ta Tb Tc Td
= 0,527 s
ΣT 0,771+ 0,772+ 0,774+ ,0,775
T2 = = = 0,7732
𝑛 4
= 0,597 s
ΣT 0,836+ 0,837+ 0,838+ 0,839
T3 = = = 0,8372
𝑛 4
= 0,700 s
4( 3,14 )2
= ( 0,1068 )
0,5272
4 ( 9,8596 )
= ( 0,1068 )
0,2777
= 15,1674 N/m
222
4
7
K2 = 0,5972 (0,0617+0,02+0,0351)
4( 3,14 )2
= ( 0,1168 )
0,5972
4(9,8596)
= ( 0,1168 )
0,3564
= 12,9248 N/m
222
4
7
K3=0,7002 (0,0617+0,03+0,0351)
4( 3,14 )2
= ( 0,1268 )
0,7002
4(9,8596)
= ( 0,1268 )
0,49
= 10,2055 N/m
K = 255,4687
δK 2 2 δK 2 2
∆K = √( ) (∆F) + ( δx ) (∆x)
δF
δK u′ . v − v′ . u′
= dimana u = f u′ = 1
δF v2
1..X−0.F
= v=x v′ = 0
X2
1.X
= X2
1
= 2 x 0,001
= 0,5 x 0,001
= 0,0005
(0,00000144+0,00000004+0,00000064+0,00000064
=√ 4(3)
0,00000276
=√ 12
= √0,00000023
= 0,0004
δK 2 δK 2
∆K= √( δF ) (∆F)2 + ( δx ) (∆x)2
δK u′ .v−v′ .u
=√ dimana u = f u′ = 0
δf v2
δK 0.x−1.f
= v=x v, = 1
δf x2
0.0,0384 − 1.0,1962
= 0,03842
0 − 0,1962
= 0,0014
= √(0,00018 + 0,00001
= √0,00019
= 0,0137
∆K
KR = × 100 %
2(∆K+K)
0,0137
= 2 ( 0,0137+5,009 )× 100 %
0,0137
= 0,0274+10,018× 100 %
0,0137
= 10,0454× 100 %
= 0,1363 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 0,1363
= 99,8637 %
4 π2 m u
K = =
T2 v
4.3,142 .0,02
K = 0,5972
4.9,8596.0,02
= 0,3564
0,7887
= 0,3564
= 2,2129
δK u′ . v − v′ . u
=
δm v2
u = 4 π2 u1 = 0
v = t2 v1 = 1
= 110,6755
δK u′ . v − v′ . u
= u = 4 π2 u1 = 0
δT v2
0.t2 .1.4 π2
= v = t2 v1 = 1
t22
0.t2 .1.4 π2
= t22
0.0,3564.1.4.3,14
= 0,35642
=0
(0,0001)+ (0)+(0,0001)+(0,004)
= √ 4(3)
0,00000276
=√ 12
= √0,00035
= 0,0187
δK 2 2 δK 2 2
∆K = √( ) (∆m) + (δT) (∆T)
δm
= √(110,6755)2(0,0005)2 + (0)2(0,0187)2
KONSTANTA GAYA PEGAS 123
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
= √ (12.249,0663)(0,00000025) + (0)(0,0003)
= √0,0030 + 0
= √0,0030
= 0,0547
∆K
KR = × 100 %
2(∆K+K)
0,0547
= 2 (0,0547+2,2129)× 100%
0,0547
= 0,1094+4,4258× 100%
0,0547
= 4,5352 × 100%
= 1,2061%
KB = 100 % - KR
= 100 % - 1,2061
= 98,7939 %
6.2 Pembahasan
Pada keadaan statis di tabel 6.1.1 dapat kita lihat hasil yang berbeda dari setiap
percobaan dengan beban berbeda menghasilkan gaya, nilai konstanta dan nilai simpangan
yang nilainya berbeda beda berarti massa pada percobaan ini sangat mempengaruhi nilai
nilai dari ketentuan tersebut dan begitupun juga pada tabel 6.1.2 pada keadaan dinamis
tapi perbedaanya terletak pada priode atau waktu dimana nilai ini hanya berlaku di pegas
dinamis.
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD REZKY 09320210096
ABDUL HAMID 09320210098
MUH.RIFKY HIDAYAT 09320210099
MUHAMMAD FIRMAN 09320210106
AIDUN NUR ARFAIL 09320210133
KELOMPOK : 1A/III
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2021
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa dalam viskositas untuk laju perubahan bentuk sudut fluida
yang tertentu maka tegangan tersebut tergeser berbanding lurus dengan viskositas.
Viskositas adalah alasan-alasan yang diperlukannya usaha untuk mendayung
perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu alasan mengapa
dayung bisa bekerja. Efek viskos merupakan hasil yang penting dalam pipa aliran
darah. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos cenderung melekat pada
permukaan zat yang bersentuhan dengannya. Diantara salah satu sifat zat cair
adalah kental (viskos) dimana zat cair memiliki kekentalan yang berbeda- beda
materinya, misalnya kekentalan minyak goreng dengan kekentalan oli. Dengan
sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu sebagai pelumas
mesin. Telah diketahui bahwa suatu pelumas yang dibutuhkan adalah tiap-tiap
mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda (Anggraini W., et al 2014).
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu
tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya
sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah
perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki suatu zat cair.
Sehingga kecepatan bola itu berubah, hambatan dinamakan kekentalan, sedangkan
densitas adalah massa jenis yang diukur menggunakan picnometer (Anggraini,
W., et al 2014).
2.1 Viskositas
Gambar 5.2.1 (a) Falling sphere viscometer, (b) Kesetimbangan gaya seret dan
gaya berat didalam zat cair (sumber: Lubis,2018)
Keterangan:
η=koefisien kekentalan, r=jari-jari bola kelereng, v=kecepatan relatif bola
terhadap fluida.
Gambar 5.2.2 Gaya yang Bekerja Pada Saat Bola Dengan Kecepatan Tetap.
(Sumber: Novianta,2015)
2.3 Fluida
Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah
fluida, jelas bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antar dua partikel didalam
fluida tidaklah tetap. Mekanika zat padat adalah mekanika benda tegar. Seringkali
kita harus memasukkan sifat elastisitas zat padat jika sistem yang kita bahas tidak
dapat di anggap sebagai benda tegar sejati. Molekul- molekul di dalam fluida
mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri-sendir (Soebyakto, dkk,
2016).
VISKOSITAS FLUIDA 132
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Istilah fluida termasuk cairan dan gas. Klasifikasi seperti itu tidaklah selalu
jelas. Beberapa fluida, seperti gelas dan ternada mengalir begitu lambat sehingga
berperilaku seperti benda padat untuk interval-interval waktu yang biasanya kita
gunakan untuk bekerja dengan benda-benda tersebut (Halliday, 1985).
Dalam zat cair gaya interaksi antara molekul-molekul, yaitu yang di sebut
gaya kohesi, masih cukup besar, karena jarak antar molekul tidaklah terlalu besar.
Akibatnya zat cair masih tampak sebagai kesatuan, kita masih dapat melihat
batas-batas zat cair.
Berat sebuah benda adalah gaya gravitasional yang dilakukan bumi padanya
berat termasuk gaya , karena itu merupakan besaran vector. Arah dari vector ini
adalah arah dari gaya gravitasional, yaitu meuju kepusat bumi. Besar berat
dinyatakan sebuah gaya, seperti misalnya pon atau newton.
Jika sebuah beda bermassa m dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah
percepatan gravtasi g dan gaya yang bekerja padanya adalajj gaya berat w jika
kedua newton kedua.
…………………......…..........……………..................................…...(5.2.2)
F= ma
Keterangan:
f = Frekuemsi (Hz) ma = Arus listrik (A) Diterapkan pada benda yang sedang
jatuh bebas.
W= m.g ...………...…....……........................…………..………(5.2.3)
…
…………
Keterangan:
…………
w = Berat suatu benda (kg) m g = Massa g = Gravitasi.
………..
w dan g adalah besar vector berat dan vector percepatan. Untuk mencegah
…………
agar benda
…………jangan jatuh, harus ada gaya ke atas yang besarnya sama dengan W
……………
……
upaya gaya netto sama dengan nol.
………..
Telah disebutkan sebelumnya bahwa secara eksperimen telah diketahui
bahwa……………
harga g untuk sebuah benda di tempat yang sama adalah sama. Dari disini
…
diproleh bahwa perbandingan berat antara dua benda sama dengan pebandingan
massanya. Karena itu neraca kimia, yang sebetulnya merupakan alat untuk
Keterangan:
w = Berat suatu benda (kg) g = Percepatangravitasi (m/s 2 ) m = Massa (s).
…
…………
…………
………..
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
M= W/g
…..…………..……….....................….....………….…(5.2.5)
Keterangan:
f = Frekuensi (Hz) w = Berat suatu benda (kg) g = Percepatan gravitasi
(m/s2 ).
Keterangan:
S = Berat jenis dengan satuan (N/m3) W = Berat benda dengan satuan (kg)
V ……………………
= Volume benda dengan satuan (m3).
…………..
VISKOSITAS FLUIDA 135
………………
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.6 Viskositas Zat Cair
ρvD
……...............…………..........……….……………………….........….(5.2.7)
RE =
η
Keterangan:
RE= Bilangan Reynold, p=Massa jenis g/cm3 , v=Volume benda (m3 ) d =
Diameter pipa (mm).
Ketika Re kecil (< 2000) maka zat cair mengalir secara laminer (setiap
bagian zat cair itu mengalir menuruti garis arusnya sendiri, dan garis arus itu tidak
pernah saling ber-potongan). Sebaliknya, bila Re besar (> 4000) maka fluida
mengalir secara turbulen (terjadi arus pusar). Persamaan diatas memperlihatkan
bahwa RE kecil bila 𝜂 besar. Artinya, keberadaan 𝜂 yang semakin besar membuat
aliran cenderung laminer.
Ketika aliran zat cair itu laminer, maka dikuasai persamaan Poiseuille. Jika
zat cair mengalir di dalam pipa sepanjang l, berjejari R, viskositas (kekentalan) 𝜂,
pada debit Q maka persamaan Poiseuille itu dinyatakan:
πR3 ∆ P
……………………………………………….……….......................…(5.2.8)
Q=
8l
Keterangan:
Q =Debit(m3), r=Jari-jari dalam pipa atau tabung (m), l=Panjang pipa (mm),
Ƞ =Koefisien viskositas (Ns/m2).
persamaan persamaan diatas, pada R, l, dan ∆P yang sama maka Q
Mengacu ……………
…………………..
menjadi kecil bila 𝜂 besar. Itu disebabkan Q sebanding dengan kelajuan alir zat
cair (v) pada R yang tetap. 𝜂 Formulasi inilah yang digunakan sebagai dasar
………………
Viskositas meter Ostwald, yaitu pengukuran 𝜂 berdasarkan kelajuan alir zat
cair.Yang mengacu pada persamaan diatas.
Fa < W ………………………………………………………….(5.2.9)
Keterangan :
Fa = Gaya Archimedes (N) , w = Berat semu dalam air (N).
……….……………………………………………..……(5.2.10)
Fa = W
Keterangan :
Fa = Gaya Archimedes (N) , w = Berat semu dalam air (N).
Fa > W ………………………………………………..………..(5.2.11)
Keterangan :
Fa = Gaya Archimedes (N) , w = Berat semu dalam air (N)
(g) (h)
Gambar 5.2.5 (a) Neraca analitik, (b) Kelereng, (c) Gelas ukur, (d) Mikrometer
sekrup, (e) Fluida sunlight, (f)Meteran, (g) Fluida oli, (h) Stopwatch
Berikut ini hasil percobaan viskositas fluida,dapat dilihat pada tabel berikut ini.
ASISTEN
b. Untuk Oli
L1 =0,1 m L2 = 0,2 m L3 =0,3 m
𝑡1+𝑡2+𝑡3 0,15+0,16+0,18 0,49
t1 = = = = 0,16
𝑛 3 3
𝑡1+𝑡2+𝑡3 0,22+0,23+0,26 0,71
t2 = = = = 0,23
𝑛 3 3
𝑡1+𝑡2+𝑡3 0,72+0,75+0,78 2,25
t3 = = = = 0,75
𝑛 3 3
a. Untuk Sunlight
L1 = 0,1 m L2 = 0,2 m L3 = 0,3 m
r1=D1/2 r2=D1/2 r3=D1/2
=0,01531/2 =0,01528/2 =0,01533/2
=0,00765 =0,00764 =0,00766
b. Untuk Oli
L1 = 0,1 m L2 = 0,2 m L3 = 0,3 m
r1= D1/2 r2= D1/2 r3= D1/2
= 0,01626/2 = 0,01631/2 = 0,01625/2
= 0,00813 = 0,00815 = 0,008125
0,0046
=3
. 3,14 (0,00765)3
4
0,0046
= 9,42
(0,0000004477)
4
0,0046
= 0,000001054
=4.364,3263 Kg/m3
Untuk Oli
𝑚 𝑚
ρb = =3
𝑣 𝜋𝑟̅ 3
4
0,0056
=3
. 3,14 (0,00813)3
4
0,0056
= 9,42
(0,0000005373)
4
0,0056
= 0,000001265
= 4.426,8774 Kg/m3
Untuk Sunlight
𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑠𝑖− 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρf = =
𝑣 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
202,7−129,4
= 0,05 . 0,1
202,7 129,4
−
1000 1000
= 0,05 . 0,1
0,2027 − 0,1294
= 0,005
0,0733
= 0,005
= 14,66 Kg/m3
Untuk Oli
𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑠𝑖−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρf = =
𝑣 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
225,9 − 129,4
= 0,05 . 0,1
225,9 129,4
−
1000 1000
= 0,05 . 0,1
= 19,3 Kg/m3
5.4 Menentukan Nilai Viskositas “ɳ” dari data yang diperoleh
a. Untuk Sunlight
L1 = 0,1 m L2 = 0,2 m L3 = 0,3 m
ɳ1 + ɳ2 + ɳ3
ɳ= 3
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ1 = 9𝐿
2 . 9,81 . 0,22 (0,00765)2 (4.364,3263 −14,66)
ɳ1 = 9 . 0,1
2 . 9,81 . 0,22 (0,00005852) (4.349,6663)
ɳ1 = 9 . 0,1
1,0987
ɳ1 = 0,9
ɳ1 = 1,2207
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ2 = 9𝐿
2 . 9,81. 0,33 (0,00764)2 (4.364,3263 −14,66)
ɳ2 = 9 . 0,1
2 . 9,81 . 0,33 (0,00005836) (4.349,6663)
ɳ2 = 9 . 0,1
1,6435
ɳ2 = 0,9
ɳ2 = 1,8261
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ3 = 9𝐿
2 . 9,81 . 0,92 (0,00766)2 (4.364,3263 −14,66)
ɳ3 = 9 . 0,1
2 . 9,81 . 0,92 (0,00005867) (4.349,6663)
ɳ3 =
0,9
VISKOSITAS FLUIDA 145
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
4,6063
ɳ3 = 0,9
ɳ3 = 5,1181
ɳ1 + ɳ2 + ɳ3
ɳ= 3
1,2207 + 1,8261 + 5,1181
ɳ= 3
8,1649
ɳ= 3
ɳ = 2,7216
b. Untuk Oli
L1 = 0,1 m L2 = 0,2 m L3 =0,3 m
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ1 = 9𝐿
2 . 9,81 . 0,16 (0,00813)2 (4.426,8774 − 19,3)
ɳ1 = 9 . 0,1
2 . 9,81 . 0,16(0,00006609) (4.407,5774)
ɳ1 = 9 . 0,1
0,9144
ɳ1 = 0,9
ɳ1 = 1,016
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ2 = 9𝐿
2 . 9,81 . 0,23 (0,00815)2 (4.426,8774 − 19,3)
ɳ2 = 9 . 0,1
2 . 9,81 . 0,23 (0,00006642) (4.407,5774)
ɳ2 = 9 . 0,1
1,3210
ɳ2 = 0,9
ɳ2 =1,4677
2 . 𝑔 . 𝑡𝑟 2 (ρb − ρf)
ɳ3 = 9𝐿
ɳ3 = 4,7511
ɳ1 + ɳ2 + ɳ3
ɳ= 3
1,016 + 1,4677 + 4,7511
ɳ= 3
7,2348
ɳ= 3
ɳ = 2,4116
𝛿ɳ 𝑈′. 𝑉 − 𝑉 ′. 𝑈
=
𝛿𝑡 𝑉2
2. 𝑔. 𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)(9L) − 0
=
(9𝐿)2
2. 𝑔. 𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
9𝐿2
(2 × 9,81) × (0.007)2 (4.364,3263 − 14,66)
=
9𝑙 2
0,2921
=√
6
= √0,0486
= 0,2204
𝛿𝜂 𝑔. 𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
𝛿𝑟 9𝐿
Keterangan :
𝑈 = 2. 𝑔. 𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) 𝑈 ′ = 4. 𝑔𝑡𝑟 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
𝑉 = 9𝐿 𝑉′ = 0
𝛿𝜂 𝑈′𝑉 − 𝑉 ′𝑈
=
𝛿𝑟 𝑣2
4 𝑥 𝑔 𝑥 𝑡 𝑥 𝑟 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) − 0 𝑥 2𝑥𝑔𝑥𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
(9𝐿)
0
= √
6
=0
𝑉 = 9𝐿 𝑉′ = 0
𝛿𝜂 𝑈′. 𝑉 − 𝑉 ′. 𝑈
=
𝛿𝜌𝑏 𝑣2
(2 . 𝑔. 𝑡𝑟 2 ) × (9𝐿) − (0). 2. 𝑔. 𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
(9𝐿)2
2 × (9,81) × (0,22) × (0,007)2 X 9.0,1
=
(9.0,1)2
(19,62) (0,22)(0,000049)(0,9)
=
0,81
0,0001
=
0,81
= 0,0001
𝑚
𝜌𝑏 =
𝑉
𝛿𝜌𝑏 2 𝛿𝜌𝑛 2
√
∆𝜌𝑏 = ( 2
) (∆𝑚) + ( ) (∆𝑉)2
𝛿𝑚 𝑉
4
1(3 𝜋𝑟 3 )
=
4
(3 𝜋𝑟 3 )2
4
1(3 × 3,14(0,0073 )
=
4 3 2
3 × 3,14 × (0,007 )
(4,1866)(0,000049)
=
(4,1866)(0,0000000024)
0,0002
=
8,389
= 0,00002
1
∆𝑚 = × 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
= 0,5 × 10−3
= 0,0005
𝛿𝜌𝑏
= 𝑈′𝑉 + 𝑉 ′𝑈
𝛿𝑣
𝛿𝑉 2
∆𝑉 = √( ) (∆𝑟)2
𝛿𝑟
Keterangan :
4
𝑈= 𝜋 𝑈′ = 0
3
𝑉 = 𝑟3 𝑉 ′ = 3𝑟 2
𝛿𝑣
= 𝑈′𝑉 + 𝑉 ′𝑈
𝛿𝑟
VISKOSITAS FLUIDA 150
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
4
= 3𝑟 3 . 𝜋
3
4
= 3(0,007)3 ( . 3,14)
3
= 3(0,000000343)(4,1866)
= 0,000004
𝛿𝑉 2
√
∆𝑉 = ( ) (∆𝑟)2
𝛿𝑟
= √(0,000022 )(0)2
= √0,0000000004 . 0
= √0
=0
𝛿𝑉 2 𝛿𝑉𝑏 2
√ 2
∆𝜌𝑏 = ( ) (∆𝑚) + ( ) (∆𝑉)2
𝛿𝑟 𝑉
= √0,0000000000000100 + 0
= √0,0000000000000100
= 0,0000001
𝛿𝜂 2𝑔𝑡𝑟 2 ( 𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
𝛿𝜌𝑓 9𝐿
Keterangan :
𝑈 = 2𝑔𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) 𝑈 ′ = 2𝑔𝑡𝑟 2
𝑉 = 9𝐿 𝑉′ = 0
𝛿𝜂 𝑈′𝑉 − 𝑉 ′𝑈
=
𝛿𝜌𝑓 𝑉2
2𝑔𝑡𝑟 2 × 9𝐿 − 0 × 2𝑔𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
=
(9𝐿)2
2𝑔𝑡𝑟 2
=
9𝐿
VISKOSITAS FLUIDA 151
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2(9,81)(0,22) (0,007)2
=
(9𝑙)
(19,62)(0,22)(0,000049)
=
(9.0,1)
0,0002
=
0,9
= 0,0002
𝑚
𝜌𝑓 =
𝑉
𝛿𝜌𝑓 2 𝛿𝜌𝑓 2
Δ𝜌𝑓 = √( 2
) (∆𝑚) + ( ) (∆𝑉)2
𝛿𝑚 𝜌𝑉
Keterangan :
𝑈=𝑚 𝑈′ = 1
𝑉=𝑉 𝑉′ = 0
𝛿𝜌𝑓 𝑈′𝑉 − 𝑉 ′𝑈
=
𝛿𝑚 𝑉2
1𝑋𝑉−0𝑋𝑚
=
𝑉2
𝑉
= 2
𝑉
1
=
𝑉
1
=
4 3
3 𝜋𝑟
1
=
4
(3,14)(0,007)3
3
1
=
4,1866(0,000000343)
1
=
0,00000143
= 699,300
𝛿𝜌𝑓 𝑚
=
𝛿𝑉 𝑉
Keterangan :
𝑈=𝑚 𝑈′ = 0
𝑉=𝑉 𝑉′ = 1
𝛿𝜌𝑓 𝑈′𝑉 − 𝑉 ′𝑈
=
𝛿𝑉 𝑉2
0. 𝑉 − 1. 𝑚
=
4
(3 𝜋𝑟 3 )2
−0,0046
=
4
(3 (3,14)(0,007)3 )2
−0,05
=
(4,1866)(0,000000000001)
−0,05
=
0,000000000004)
= −0,00000000125
1
Δ𝑣 = 𝑋 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
= 0,0005
𝛿𝜂 2𝑔𝑡𝑟 2 ( 𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)
=
𝛿𝐿 9𝐿
Keterangan :
𝑈 = 2𝑔𝑡𝑟 2 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓) 𝑈′ = 0
𝑉 = 9𝐿 𝑉′ = 9
𝛿𝜂 𝑈′𝑉 − 𝑉 ′𝑈
=
𝛿𝐿 𝑉2
𝛿ɳ 2 𝛿ɳ 2 𝛿ɳ 2
) (∆𝑡)2 + ( ) (∆𝑟)2 + (
( ) (∆𝜌𝑏)2 +
𝛿𝑡 𝛿𝑟 𝛿𝜌𝑏
∆ɳ =
𝛿ɳ 2 𝛿ɳ 2
( ) (∆𝜌𝑓) + ( ) (∆𝐿)2
2
√ 𝛿𝜌𝑓 𝛿𝐿
∆ɳ
𝐾𝑅 = × 100%
2 (ɳ+∆ɳ)
0,1454
= × 100%
2 × (1,2207 + 0,1454)
0,1454
= × 100%
2(1,3661)
0,1454
= 2,7322 × 100%
PENUTUP
A. Kesimpulan
I. Poligon Gaya
Dari percobaan yang dilakukan dapat kami simpulkan bahwa gaya yang
dihasilkan pada saat terjadinya sebuah pergerakan pada benang yang
diakibatkan adanya gaya yang diberikan oleh beban.Apabila gaya yang
diberikan oleh beban kepada tali itu berbeda,maka sudut yang dihasilkan
akan berbeda pula.Adapun pada percobaan ini dipengaruhi oleh beban yang
berikan pada setiap lengan yang ada pada tali.Semakin besar beban yang
diberikan maka sudut yang dihasilkan akan semakin kecil,begitu pun
sebaliknya.
xiv
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Sebuah pegas yang diberi suatu gaya, maka pegas tersebut akan
kembali ke bentuk semula. Hal ini sesuai dengan sifat pegas itu sendiri yang
sangat lentur atau elastis.Nilai besaran konstanta yang dimiliki pegas dan
delta x nya akan memberikan pengaruh pada besaran energy potensial
pegas tersebut. Besarnya nilai konstanta pegas berbanding lurus dengan
besarnya nilai energy potensial. Namun jika nilai konstantanya semakin
kecil, maka nilai energy potensialnya akan semakin besar.Perubahan nilai
panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier dengan gaya tekan
maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut.
Jika beban berat suatu benda semakin besar, maka konstanta
pegasnya juga akan semakin besar.Massa benda dan nilai gravitasi bumi
akan berbandinglurus dengan konstanta pegas. Namun konstanta pegas
akan berbanding terbalik dengan delta x. Pertambahan panjang pegas akan
sebanding dengan gaya yang diberikan, jika pegas ditarik tanpa melebihi
batas elastisitas.
V. Viskositas Fluida
Semakin besar diameter bola yang dijatuhkan ke dalam fluida maka
xv
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
semakin besar pula kecepatan bola tersebut jatuh.Semakin besar massa bola
yang jatuh ke dalam fluida maka semakin besar pula kecepatan bola tersebut
jatuh ke dalamnya.Viskositas sangat mempengaruhi kecepatan suatu benda
untuk melewatifluida.
xvi
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
B. Saran
xvii
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
I. Poligon Gaya
V. Viskositas Fluida
xviii
DAFTAR PUSTAKA
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sarojo, Ganijanti Aby. 2009. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika.
Jakarta.
Serway, Raymond A, 2014. Fisika untuk Sains dan Teknik, Salemba Teknika.
Jakarta.
Silaba dan Sucipto. 1985. fisika dasar jilid 1. Jakarta : erlangga
Inderalaya.
Tim fisika dasar. 2015. Panduan praktikum fisika dasar 1. Jambi : universitas
jambi
Tippler P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik, Jilid 1. Alih Bahasa Prasetio L
dan Rahmad W.A. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Warsito, dkk. 2012. Desain dan Analisis Pengukuran Viskositas dengan Metode
Bola Jatuh Berbasis Sensor Optocouplr dan Sistem Akusisinya pada Komputer.
Zaelani, ahmad, dkk. 2006. 1700 bank soal bimbingan belajar itu berbeda.
Bandung: yrama widya.
LAMPIRAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAMPIRAN
A. Nomeklatur
F Gaya N
m Massa kg
R Resultan Gaya N
r Jari-jari cm
t Waktu S
v Kecepatan m/s
s Jarak m
N Gaya Normal N
W Gaya Berat N
A Luas Penampang m²
L Panjang m
∆L Pertambahan Panjang m
A Amplitudo m
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
x Jarak m
∆x Pertambahan Panjang m
Δp Perbedaan tekanan Pa
d Diameter mm
V Volume m³
𝒬 Debet Fluida m³
Fa Gaya Apung N
h Kedalaman m
f Frekuensi Hz
B. Biografi
BIOGRAFI
BIOGRAFI
BIOGRAFI
BIOGRAFI
BIOGRAFI