TEKNIK PEMBORAN
OLEH:
May Risa 213210653
M. Alfitrah Gilang D 213210124
Melfian Saputra 213210400
Reyhan Aulian Manda 213210124
Tasya Meissy Syahidar 213210297
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 2 C
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya rumusan masalah di atas bertujuan untuk
dibahas pada makalah ini. Permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini bertujuan agar semua dapat memahami dan mendapatkan
ilmu tambahan. Berikut tujuan dari makalah ini :
3
4
dan padatan di pemboran telah cukup untuk menahan tekanan formasi ini.
Untuk tekanan lebih kecil dari normal (subnormal), densitas lumpur harus
diperkecil agar lumpur tidak masuk hilang ke formasi. Sebaliknya untuk
tekanan yang lebih besar dari normal (lebih dari 0.465 psi/ft, abnormal
pressure), maka barite kadang-kadang perlu ditambahkan untuk
memperberat lumpur agar dapat mengimbangi tekanan formasi. Oleh
karena itu tekanan harus dijaga besarnya tekanan hidrostatik lumpur agar
selalu memadai melawan tekanan dari formasi. Besarnya tekanan
hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi
kolom yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp = 0.052x Mw (ppg) x D ................................................................ (2-1)
Hp = 0.00695 x Mw (pcf) x D ............................................................ (2-2)
Dimana:
Hp = Tekanan hidrostatic
lumpur, psi. Mw = Densitas
lumpur,ppg/pcf
funnel.
3. Plastic Viscosity : mengukur gaya gesek antara
padatan,cairan dan yang berhubungan dengan konsentrasi
padatan dalam lumpur. Alat yang digunakan yaitu fann VG
meter.
4. Yield Point : mengukur gaya elektrokimia antara padat-
padat, cair didalam lumpur. Alat yang digunakan fann VG
meter.
5. Gel Strength : menunjukkan kemampuan lumpur didalam
menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak
dalam proses pemboran. Alat yang digunakan yaitu fann
VG meter.
6. Laju Tapisan : mengetahui jumlah cairan yang masuk ke
formasi. Alat yang digunakan yaitu HTHP Filtration Loss.
7. Mud Cake : berhubungan dengan konsentrasi padatan,
sifat kimia dan kestabilan lumpur. Alat yang digunakan
yaitu Filter pressure.
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi) : ini dapat berupa
barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan densitas
lumpur. Selain itu, juga berasal dari formasi-formasi yang
dibor dan terbawa lumpur, seperti chert, pasir atau clay- clay
non swelling, sehingga akan menyebabkan abrasi atau
kerusakan pompa.
Fresh water mud adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar
dengan (kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm =
1 % berat garam). Jenis-jenis lumpur fresh water muds adalah : Spud
Mud, Natural Mud, Bentonite–treated mud, Phosphate treated mud,
Organic colloid treated mud, “Red” mud, Calcium mud, Lime treated
mud, Gypsum treated mud dan Calcium salt.
Salt Water Mud adalah lumpur pemboran yang mengandung air garam
dengan konsentrasi di atas 10.000 ppm. Biasanya lumpur ini ditambah
organik koloid yang berfungsi untuk memperkecil filtrat loss dan
mempertipis mud cake dan lumpur jenis ini biasanya digunakan untuk
mengebor garam massive,saltdome atau salt stringer (lapisan formasi
garam). Salt water mud dapat dibedakan menjadi :
10
Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air
sebagai sebagai fasa kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya
hanya air. Sebagai dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud.
Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur,
volume filtrat, tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah
emulsifikasi, filtrate loss berkurang. Keuntungannya adalah bit yang
lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi pada
drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas dan tekanan
pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan
mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada
drillstring. Viskositas dan gel lebih mudah dikontrol bila
11
3. Komponen drilling fluid terbagi menjadi fasa cair ( air atau minyak ),
reactive solids ( padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid ),
inert solids ( zat padat yang tidak bereaksi ) serta fasa kimia.
4. Sifat fisik dari drilling fluid antara lain berat jenis, viskositas, plastic
viscosity, yield point, gel strength, laju tapisan dan mud cake.
5. Jenis – jenis drilling fluid terbagi 3 yaitu lumpur berbahan dasar air
(Water Base Mud), lumpur berbahan dasar minyak (Oil Base Mud),
lumpur berbahan dasar udara atau gas (Gaseous Mud).
13