Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNIK PEMBORAN

OLEH:
May Risa 213210653
M. Alfitrah Gilang D 213210124
Melfian Saputra 213210400
Reyhan Aulian Manda 213210124
Tasya Meissy Syahidar 213210297

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah teknik pemboran ini dengan penuh
kemudahan dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tentu bukan sepenuhnya
tugas ini dapat diselesaikan dengan baik, namun berkat bantuan dari berbagai
pihak akhirnya laporan ini dapat juga diselesaikan.
Tulisan ini merupakan hasil dari berbagai sumber jurnal yang telah kami
cari, dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk tugas akhir dari mata kuliah
“Teknik Pemboran”.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan laporan ini untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Kami berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas
kesediaannya dalam menerima makalah ini, kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 24 Juni 2023

Kelompok 2 C

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3

2.6 Drilling Fluid (Lumpur Pemboran)...........................................................3

2.6.1 Fungsi Lumpur Pemboran........................................................................4

2.6.2 Sifat Fisik Lumpur Pemboran..................................................................6

2..6.3 Komponen Lumpur Pemboran................................................................7

2.6.4 Jenis Lumpr Pemboran............................................................................8

BAB III KESIMPULAN......................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rig merupakan alat atau sarana yang vital untuk melakukan
proses pengeboran minyak mentah atau gas yang ada di perut bumi.
Rig pengeboran adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan
pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air,
minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Rig
pengeboran bisa berada di atas tanah (Onshore) atau di atas laut/lepas
pantai (Offshore) tergantung kebutuhan pemakaianya. Meskipun rig
lepas pantai dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar laut untuk
mencari mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah
laut belum dapat dilakukan secara komersial. Oleh sebab itu, istilah
"rig" mengacu pada kumpulan peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengeboran pada permukaan kerak bumi untuk
mengambil contoh minyak, air, atau mineral. Dalam suatu Instalasi
pemboran, terutama untuk pemboran migas & geothermal, lazimnya
menggunakan spesifikasi peralatan yang mampu bekerja pada rating
tekanan yang cukup tinggi mulai dari 2000 psi sampai 15000 psi. Rig
pengeboran minyak dan gas bumi dapat digunakan tidak hanya untuk
mengidentifikasi sifat geologis dari reservoir tetapi juga untuk
membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan
minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut. Dalam pemboran sumur
migas, dibutuhkan suatu peralatan yang mampu dan aman
dipergunakan. Peralatan pemboran tersebut disebut Drilling Rig
atau unit pemboran (Bondy, Ross, Gallingane, Hambacher, 2007).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini kami akan membahas beberapa permasalahan
yang bersangkutan dengan judul. Adanya permasalahan yang akan
dibahas menjadi tujuan makalah ini kami buat. Berikut permasalahan
dalam rumusan masalah makalah ini :

1. Apa yang dimaksud dengan Drilling Fluid ?

2. Apa fungsi dari Drilling Fluid ?

3. Apa saja komponen dari Drilling Fluid ?

4. Sebutkan sifat fisik dari Drilling Fluid ?

5. Sebutkan jenis – jenis Drilling Fluid ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya rumusan masalah di atas bertujuan untuk
dibahas pada makalah ini. Permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini bertujuan agar semua dapat memahami dan mendapatkan
ilmu tambahan. Berikut tujuan dari makalah ini :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Drilling Fluid

2. Untuk mengetahui fungsi dari Drilling Fluid

3. Untuk mengetahui komponen dari Drilling Fluid

4. Untuk mengetahui sifat fisik dari Drilling Fluid

5. Untuk mengetahui jenis – jenis Drilling Fluid


BAB II
LANDASAN TEORI

2.6 Drilling Fluid (Lumpur Pemboran)

Lumpur pemboran merupakan suatu bagian yang sangat penting di


dalam kegiatan pemboran. Lumpur pemboran juga salah satu faktor
penunjang keberhasilan dalam operasi pemboran suatu sumur. Dari
penentuan komposisi serta pemilihan jenis dari suatu lumpur pemboran
yang akan digunakan pada pemboran suatu formasi tertentu harus tepat,
sehingga dapat menunjang kelancaran dan menentukan keberhasilan
operasi pemboran tersebut serta menghindari dari kesulitan yang dapat
timbul. Selain itu dengan menggunakan jenis lumpur pemboran yang sesuai
dengan kondisi formasi yang akan ditembus akan diperoleh laju
penembusan yang optimal dan juga akan menekan biaya operasi pemboran
seminimal mungkin.
Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap
suatu proses pemboran, hal ini dikarenakan faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur bor
yang akan digunakan. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan
biaya pemboran sangat tergantung dari lumpur pemboran yang digunakan,
oleh karena itu berbagai faktor pemboran yang ada pada lumpur pemboran
mutlak diperlukan pada proses tersebut. Lumpur pemboran adalah fluida
yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran yaitu untuk
membersihkan dasar lubang sumur dari serbuk bor dan mengangkatnya ke
permukaan, dengan demikian pemboran dapat berjalan dengan lancar.
Lumpur pemboran yang digunakan saat ini pada awalnya berasal dari
pengembangan penggunaan air untuk mengangkat serbuk bor. Seiring
dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur pemboran mulai
digunakan pada proses pemboran. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai
jenis lumpur pemboran, komposisi lumpur pemboran, fungsi lumpur
pemboran, sifat-sifat fisik lumpur pemboran, dan problem pemboran yang

3
4

berhubungan dengan lumpur bor.

2.6.1 Fungsi Lumpur Pemboran

1. Membersihkan dasar lubang.

2. Mengangkat serpih bor : Dalam melakukan pemboran serbuk bor


(cutting) dihasilkan dari pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan
dari dalam lubang bor. Hal ini berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya
lumpur untuk mengangkat serbuk bor. Apabila serbuk bor tidak dapat
dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor didasar lubang,
jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya pipa
oleh serbuk bor.

3. Mendinginkan dan melumasi pahat dan rangkaian bor : Pada saat


pemboran berlangsung maka akan terjadi panas yang diakibatkan karena
adanya gesekan antara pahat dan rangkaian pipa bor dengan lapisan
batuan. Tetapi dengan adanya aliran lumpur maka bisa mendinginkan dan
melumasi sehingga peralatan tidak menjadi rusak dan bisa
memperpanjang umur bit.

4. Melindungi dinding lubang : Lumpur akan membuat lapisan zat padat


tipis (mud cake) di permukaan formasi yang permeable (lulus air).
Pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran yang
masuk ke formasi (adanya aliran yang masuk, yaitu cairan plus padatan
yang menyebabkan padatan tertinggal dan tersaring). Cairan yang masuk
kedalam formasi disebut filtrat. Mud cake diharapkan tidak terlalu tebal
dan tipis karena dengan demikian lubang bor tidak terlalu dipersempit dan
cairan tidak banyak yang hilang.

5. Menjaga dan mengimbangi tekanan formasi : Tekanan formasi yang


normal adalah tekanan yang mempunyai gradien tekanan formasi sekitar
0.433 psi/ft sampai 0.465 psi/ft kedalaman. Pada tekanan yang normal, air
5

dan padatan di pemboran telah cukup untuk menahan tekanan formasi ini.
Untuk tekanan lebih kecil dari normal (subnormal), densitas lumpur harus
diperkecil agar lumpur tidak masuk hilang ke formasi. Sebaliknya untuk
tekanan yang lebih besar dari normal (lebih dari 0.465 psi/ft, abnormal
pressure), maka barite kadang-kadang perlu ditambahkan untuk
memperberat lumpur agar dapat mengimbangi tekanan formasi. Oleh
karena itu tekanan harus dijaga besarnya tekanan hidrostatik lumpur agar
selalu memadai melawan tekanan dari formasi. Besarnya tekanan
hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi
kolom yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp = 0.052x Mw (ppg) x D ................................................................ (2-1)
Hp = 0.00695 x Mw (pcf) x D ............................................................ (2-2)
Dimana:
Hp = Tekanan hidrostatic
lumpur, psi. Mw = Densitas
lumpur,ppg/pcf

6. Menahan serpih bor dan padatan lainya : Selama mencabut pahat


atau melakukan penambahan drillstring, sirkulasi lumpur dihentikan
sementara waktu. Pada saat sirkulasi lumpur dihentikan serbuk bor harus
bertahan agar tidak terendapkan di dasar lubang bor, sebab jika lumpur
mengendap dibawah dapat menyebabkan akumulasi cutting dan pipa bor
akan terjepit (pipe sticking). Kemampuan lumpur menahan serbuk bor
tergantung dari sifat gel strength, tetapi gel strength yang terlalu besar
akan memperberat kerja pompa pada saat memulai sirkulasi kembali.

7. Sebagai media logging : Logging dilakukan untuk mengetahui adanya


minyak dan gas alam didalam lapisan batuan dan juga digunakan sebagai
korelasi batuan. Bahan-bahan yang dibawa oleh lumpur pemboran
maupun perubahan tekanan pada lumpur merupakan informasi atau
sebagai media penghantar arus listrik di lubang bor dalam operasi logging.
6

8. Pembersih Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaner) : Fungsi yang


sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot pahat (bit
nozzles) menimbulkan daya sembur yang sangat kuat sehingga dasar
lubang dan ujung–ujung pahat menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor.
Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan
mempercepat laju pemboran.

9. Menghantarkan daya hidrolika lumpur ke pahat : Pada saat


memasukkan atau mencabut rangakain pipa bor, demikian pula saat
memasukkan casing kedalam lubang bor yang berisi lumpur, sebagian
berat rangkaian pipa bor atau casing akan ditahan oleh gaya keatas dari
lumpur yang sebanding dengan lumpur yang dipindahkan. Bertambah
dalamnya formasi yang dibor, maka rangkaian pipa bor serta casing yang
diperlukan juga bertambah banyak sehingga beban rangkaian pipa bor
serta casing semakin berat.

10. Mencegah dan menghambat korosi : Korosi dapat terjadi karena


adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen CO2, dan H2S. Juga karena
pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam garam di dalam. Untuk
menghindari hal - hal tersebut di atas, ke dalam lumpur dapat ditambahkan
bahan – bahan pencegah korosi atau diusahakan untuk mencegah
pencemaran yang terjadi.

2.6.2 Sifat Fisik Lumpur Pemboran


1. Berat Lumpur : mengontrol tekanan formasi, mencegah
gugurnya formasi dan hilangnya cairan. Alat yang
digunakan yaitu mud balance.
2. Viscositas : mengetahui sifat kekentalan relative dan
mengangkat padatan bor. Alat yang digunakan yaitu marsh
7

funnel.
3. Plastic Viscosity : mengukur gaya gesek antara
padatan,cairan dan yang berhubungan dengan konsentrasi
padatan dalam lumpur. Alat yang digunakan yaitu fann VG
meter.
4. Yield Point : mengukur gaya elektrokimia antara padat-
padat, cair didalam lumpur. Alat yang digunakan fann VG
meter.
5. Gel Strength : menunjukkan kemampuan lumpur didalam
menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak
dalam proses pemboran. Alat yang digunakan yaitu fann
VG meter.
6. Laju Tapisan : mengetahui jumlah cairan yang masuk ke
formasi. Alat yang digunakan yaitu HTHP Filtration Loss.
7. Mud Cake : berhubungan dengan konsentrasi padatan,
sifat kimia dan kestabilan lumpur. Alat yang digunakan
yaitu Filter pressure.

2.6.3 Komponen Lumpur Pemboran


Lumpur pemboran merupakan suatu fluida yang terdiri dari
campuran beberapa material. Secara umum lumpur pemboran
dibagi menjadi empat komponen atau fasa, yaitu :

a. Fasa cair (air atau minyak) : 75% lumpur pemboran


menggunakan air. Istilah oil-base digunakan bila minyaknya
lebih dari 95%.

b. Reactive solids : yaitu padatan yang bereaksi dengan air


membentuk koloid (clay); dalam hal ini clay air tawar seperti
bentonite mengisap (absorb) air tawar dan membentuk lumpur.
8

c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi) : ini dapat berupa
barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan densitas
lumpur. Selain itu, juga berasal dari formasi-formasi yang
dibor dan terbawa lumpur, seperti chert, pasir atau clay- clay
non swelling, sehingga akan menyebabkan abrasi atau
kerusakan pompa.

d. Fasa kimia : merupakan bagian dari sistem yang digunakan


untuk mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam disperson
(menyebarkan partikel-partikel clay) atau flocculation
(pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya tertuju pada
peng-‘koloid’-an clay yang bersangkutan. Zat-zat kimia yang
mendispersi (menurunkan viskositas/mengencerkan)
contohnya seperti Quebracho, phosphate dan sodium annate.
Sedangkan zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas berupa
C.M.C, starch, dan beberapa senyawa polime.

2.6.4 Jenis Lumpr Pemboran

1. Fresh Water Mud

Fresh water mud adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar
dengan (kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm =
1 % berat garam). Jenis-jenis lumpur fresh water muds adalah : Spud
Mud, Natural Mud, Bentonite–treated mud, Phosphate treated mud,
Organic colloid treated mud, “Red” mud, Calcium mud, Lime treated
mud, Gypsum treated mud dan Calcium salt.

a. Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal


atau bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk
mengangkat cutting dan membuka lubang di permukaan.
9

b. Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam


fasa cair, sifat-sifatnya bervariasi tergantung formasi yang di bor.
Lumpur ini digunakan untuk pemboran yang cepat seperti pemboran
pada surface casing.

c. Bentonite–treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-


tipe air tawar.

d. Phospate treated Mud, yaitu mengandung polyphospate untuk


mengontrol viscositas gel strength dan juga dapat mengurangi filtrate
loss serta mud cake dapat tipis.

e. Organic colloid treated Mud, terdiri dari penambahan


pregelatinized starch atau carboxymethyl cellulose pada lumpur yang
digunakan untuk mengurangi filtration loss pada fresh water mud.

f. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan


oleh treatment dengan cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis
lumpur ini adalah alkaline tannate treatment dengan penambahan
polyphospate untuk lumpur dengan pH di bawah 10.

g. Calcium Mud, yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di


sengaja). Calcium bisa ditambah dengan bentuk slake lime (kapur
mati), semen, plaster (CaSO4) atau CaCl2.

2. Salt Water Mud

Salt Water Mud adalah lumpur pemboran yang mengandung air garam
dengan konsentrasi di atas 10.000 ppm. Biasanya lumpur ini ditambah
organik koloid yang berfungsi untuk memperkecil filtrat loss dan
mempertipis mud cake dan lumpur jenis ini biasanya digunakan untuk
mengebor garam massive,saltdome atau salt stringer (lapisan formasi
garam). Salt water mud dapat dibedakan menjadi :
10

a. Unsaturated Salt Water Mud, adalah lumpur yang fasa cairnya


diambil dari air laut dan dapat berbusa sehingga perlu ditambahkan
bahan kimia.

b. Saturated Salt Water Mud, adalah lumpur yang fasa cairnya


dijenuhi oleh NaCL, lumpur ini dapat digunakan untuk mengebor
formasi garam dimana rongga yang terjadi karena pelarutan garam
dapat menyebabkan hilang lumpur, dan ini dapat dicegah dengan
penjenuhan garam terlebih dahulu pada lumpurnya dan lumpur ini
juga dibuat dengan menambahkan air garam yang jenuh untuk
mengencerkan dan dalam pengaturan volume.

c. Sodium Silicate Mud, adalah lumpur yang fasa cairnya


mengandung sekitar 65% volume larutan Na-Silicate dan 35% larutan
garam jenuh. Lumpur ini dikembangkan untuk digunakan bagi
pemboran heaving shale, tetapi jarang diguakan karena lebih banyak
digunakan lumpur Lime Treated Gypsum Lignosulfonate yang lebh
baik, murah dan mudah dikontrol sifat-sifatnya. Biasanya jenis lumpur
ini digunakan pada kondisi formasi tertentu.

3. Oil-In-Water Emulsion Mud (Emulsion Mud)

Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air
sebagai sebagai fasa kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya
hanya air. Sebagai dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud.
Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur,
volume filtrat, tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah
emulsifikasi, filtrate loss berkurang. Keuntungannya adalah bit yang
lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi pada
drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas dan tekanan
pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan
mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada
drillstring. Viskositas dan gel lebih mudah dikontrol bila
11

emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner. Fresh water oil-in-water


emulsion muds adalah lumpur yang mengandung NaCl sampai 60,000
ppm. Lumpur emulsi ini dibuat dengan menambahkan emulsifier
(pembuat emulsi) ke water base mud diikuti dengan sejumlah minyak
yang biasanya 5 – 25% volume. Jenis emulsifier bukan sabun lebih
disukai karena ia dapat digunakan dalam lumpur yang mengandung
larutan Ca tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensi.
Emulsifikasi minyak dapat bertambah dengan agitasi (diaduk).

4. Oil and Oil Base Emultion Mud

Oil-Base Mud mempunyai fasa kontinyu minyak, kadar air tidak


boleh lebih besar dari 5 %, karena bila lebih besar sifat lumpur
menjadi tidak stabil. Untuk itu diperlukan tangki yang tertutup agar
terhindar dari hujan / embun dan bahaya api. Untuk mengontrol
viskositas, menaikan gel strength, dan mengurangi efek kontaminasi
air serta mengurangi filtrate loss perlu ditambahkan zat-zat kimia.
Lumpur jenis ini mahal harganya, biasanya digunakan kalau keadaan
memaksa atau pada completion dan work over sumur. Misalnya
melepas drillpipe terjepit, mempermudah pemasangan casing dan
liner. Keuntungannya, mud cake tipis dan liat, pelumasan baik. Oil-
Base-Emultion Mud mempunyai minyak sebagai fasa kontinyu dan air
sebagai fasa tersebar. Umumnya mempunyai faedah yang sama
dengan oil-base mud yaitu filtratenya minyak, karena itu tidak
menghidratkan shale / clay yang sensitif. Perbedaan utamanya dengan
oil-base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang
berguna (bukan kontaminer). Air yang teremulsi dapat antara 15 - 50
% volume, tergantung densitas dan temperatur yang dihadapi. Karena
air merupakan bagian dari lumpur maka mengurangi bahaya api,
toleran terhadap air dan pengontrolan flow propertis (sifat-sifat aliran)
dapat seperti water base mud.
12

5. Gaseous Drilling Fluid

Lumpur pemboran jenis ini jarang sekali digunakan, hanya digunakan


pada daerah-daerah yang sangat sensitif terhadap tekanan hidrostatik,
yaitu daerah yang membutuhkan berat jenis lumpur yang sangat
rendah. Fluida jenis ini hanya terdiri dari gas atau udara maupun
aerated gas. Biasanya digunakan untuk pemboran yang formasinya
keras dan kering dan juga pada pemboran dimana kemungkinan
terjadinya blow out kecil sekali atau dimana loss circulation
merupakan bahaya utama.
BAB III
KESIMPULAN

1. Lumpur pemboran adalah fluida yang dipergunakan untuk membantu


operasi pemboran.

2. Fungsi dari lumpur pemboran sendiri yaitu dapat membersihkan dasar


lubang, mengangkat serpih bor, mendinginkan dan melumasi pahat dan
rangkaian bor, melindungi dinding lubang, menjaga dan mengimbangi
tekanan formasi, menahan serpih bor dan padatan lainya saat sirkulasi
dihentikan, membantu dalam mengevaluasi prokduktivitas
formasi, menunjang berat dari rangkaian bor, menghantarkan daya
hidrolika lumpur ke pahat serta mencegah dan menghambat korosi.

3. Komponen drilling fluid terbagi menjadi fasa cair ( air atau minyak ),
reactive solids ( padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid ),
inert solids ( zat padat yang tidak bereaksi ) serta fasa kimia.
4. Sifat fisik dari drilling fluid antara lain berat jenis, viskositas, plastic
viscosity, yield point, gel strength, laju tapisan dan mud cake.
5. Jenis – jenis drilling fluid terbagi 3 yaitu lumpur berbahan dasar air
(Water Base Mud), lumpur berbahan dasar minyak (Oil Base Mud),
lumpur berbahan dasar udara atau gas (Gaseous Mud).

13

Anda mungkin juga menyukai