Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1


1.1. Latar Belakang ...........................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................2
1.3. Rumusan Masalah ......................................................................2
1.4. Batasan Masalah...................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian .....................................................................2

BAB II. DASAR TEORI .....................................................................………3


2.1. Perkembangan Mesin Bor Jacro ................................................3
2.2. Definisi Pemboran ......................................................................4
2.3. Jenis-jenis Alat Bor ....................................................................4
2.4. Fungsi Pemboran ........................................................................6
2.5. Tahapan Pemboran .....................................................................6
2.6. Metode Pemboran ....................................................................11
2.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemboran ........................12
2.8. Faktor Pemilihan Alat Pemboran .............................................13
2.9. Efisiensi Kerja Alat ..................................................................14
2.10. Waktu Kerja Efektif .................................................................19

iv
BAB III. Metodelogi dan Rencana Kegiatan ....................................................20

3.1. Metodelogi ......................................................................................20

3.2. Rencana Waktu Penelitian ..............................................................21

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

v
DAFTAR GAMBAR

3.1. Bagan Alir Penelitian ......................................................................................22

vi
DAFTAR TABEL

2.1. Parameter Pengukuran Efisiensi Kerja (Suwandi, 2009) .......................... 15

2.2. Nilai Efisiensi Kerja .................................................................................. 15

3.1. Jadwal Penelitian....................................................................................... 21

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pekerjaan pemboran sudah bukan merupakan hal yang baru lagi bagi
masyarakat kita. Dahulu pemboran hampir seluruhnya dilakukan di daerah
pertambangan, sekarang terdapat di berbagai lapangan kegiatan, misalnya
pemboran pada proyek-proyek besar, jembatan-jembatan dan sebagainya.
Demikian pula pemboran untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang
dilakukan di daerah-daerah yang kering.

Kegiatan utama pemboran adalah membuat lubang ke dalam tanah atau


batuan dengan menggunakan mata bor. Adapun material hasil pemboran (cutting)
dapat berupa batuan yang hancur sebagai lumpur atau inti bor (core) sesuai
dengan tujuan pemboran tersebut (Fuadul, 2011).

Dalam kenyataan di lapangan pelaksanaan tugas pemboran banyak dijumpai


hambatan. Mengingat hal tersebut untuk dapat melakukan pemboran sehingga
diperoleh hasil yang menguntungkan, dalam arti kecepatan tinggi, biaya murah,
dan kedalaman lubang bor yang diinginkan maka operator bor haruslah menguasai
teknik pemboran serta cukup mampu untuk mengatasi segala macam hambatan.
Pengertian teknik pemboran ialah cara bagaimana melakukan pemboran yang
benar agar diperoleh hasil yang diharapkan. Penelitian yang telah dilakukan untuk
meneliti kegiatan pemboran dengan pendekatan yang ditinjau dari efisiensinya.

1
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari judul ini untuk mengetahui produktivitas kegiatan pemboran


pada alat pemboran Jacro 200, dalam melakukan kegiatan pemboran eksplorasi.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui :


1. Cycle time titik pemboran.
2. Efisiensi kerja
3. Faktor-faktor hambatan yang mempengaruhi terhadap produktivitas kegiatan
pemboran .

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah bagaimana mengetahui :


1. Kinerja alat bor
2. Standar operasional pengeboran
3. Target dan plant yang direncanakan
4. Upaya apa saja yang di lakukan untuk mencapai target yang sudah
direncanakan.

1.4. Batasan Masalah

Adapun pada batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan penelitian dilakukan pada area pemboran eksplorasi
2. Pengambilan data hanya menggunakan dua titik pemboran

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yaitu dibuat untuk kepentingan akademis, pihak pelaku


industri dan pihak pemerintah/masyarakat.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Perkembangan Mesin Bor Jacro

Mesin bor Jacro atau drilling rig machine merupakan jenis man portable
dan portable. Pada tahun 1990 mesin bor man portable dirancang dengan dimensi
yang mini dibuat dari bahan rangka allumunium alloy dan mesin penggerak kecil
dipadukan dengan komponen mekanis manual. Konstruksi unit rig relatif ringan
dapat dibongkar menjadi beberapa bagian sehingga dapat memudahkan
pengoprasiannya dan mobilisasi unit rig oleh beberapa tenaga manusia, sehingga
mesin bor jacro pada tahun 1990 ini hanya mampu mengebor sampai kedalaman
maksimal 50 meter (https://dkadrilling.blogspot.com).

Perkembangan mesin bor jacro ini pada tahu 1995 telah mengalami
kemajuan dengan menghasilkan beberapa mesin bor yaitu: bor Jacro 75 dan bor
Jacro 100 sehingga dapat digunakan untuk pengeboran dengan kedalaman 75 –
100 meter. Pada mesin bor tipe ini telah menggunakan material rangka besi (steel)
dan penambahan dua komponen hidrolik (mast cylinder dan rotary motor
hydraulic) dan mesin penggerak (1 cylinder). Mesin bor Jacro 75 dan Jacro 100
ini banyak digunakan perusahaan kontraktor untuk mendukung pemboran
eksplorasi batubara pada kedalaman dangkal.

Seiring dengan waktu dan kemajuan teknologi pada tahun 2000 – 2011,
perkembangan mesin bor jacro khususnya di Indonesia sangat pesat sehingga
menghasilkan mesin bor Jacro 175 - Sp 300. Mesin bor tipe ini dibuat atas dasar
meningkatnya permintaan klien dalam eksplorasi barubara dengan penetrasi yang
lebih dalam. Kondisi ini juga membuat pabrikasi mesin jacro menyesuaikan
produknya. Banyak perubahan atau penambahan fitur komponen dilakukan pada
mesin bor jacro ini, terutama pada mesin penggerak, komponen mesin hidrolik
dan komponen mekaniknya.

3
2.2. Definisi Pemboran

Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam usaha pertambangan.


Kegiatan pemboran memiliki banyak tujuan, dalam kegiatan eksplorasi pemboran
bertujuan untuk mengetahui letak, ketebalan, dimensi, dan jumlah cadangan
(dalam tonase) yang akan dieksplorasi. Secara umum pemboran dalam ekplorasi
memiliki tujuan untuk mengetahui kuantitas suatu cebakan bijih dan mengetahui
jumlah cadangan bijih (Anggayana, 2005).

2.3. Jenis-Jenis Alat Bor

Dalam sejarah pemboran telah banyak jenis-jenis alat bor yang di pakai,
berikut adalah contoh alat bor yang di pakai berikut adalah pengertian dan
contoh alat-alat bor :

1. Bor Tangan. Alat ini biasanya digunakan pada kegiatan eksplorasi dangkal
seperti placer deposit, dan residual deposit. Ada dua jenis alat bor ini,
yaitu:
a. Bor Tangan Spiral(Auger Drill). Bor ini seperti penutup tutup botol
dan dapat di putar dengan tang yang hanya dapat mencapai
kedalaman beberapa meter saja.

b. Bor Bangka. Alat bor ini di kembangakan di indonesia, dimana


suatu alat selubung atau casing, yang di beri platfrom dan di
atasnya ada beberapa orang yang bekerja tetapi pada prinsipnya
sama dengan bor spiral atau tumbuk.
2. Bor Mesin Putar (Driling Rig). Alat bor ini dinilai dari kemampuan
mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan contoh, kemampuan
menentukan arah, dan kemampuan bergerak di suatu medan. Oleh karena
hal itu maka mesin bor ini dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
a. Bor mesin ringan (portable driling rig) yang khas pada mesin ini
adalah bagian-bagian pada mesin ini dapat dikemas dan dibawa

4
secara manual, biasanya hanya biasa mencapai kedalaman 50 meter
saja.
b. Bor inti (core drill rig). Alat ini adalah alat standar yang paling
populer untuk kegiatan eksplorasi yang di mana alat bor ini
menggunakan matabor dari intan.
c. Bor putar biasa (rotary drill rig) mesin ini dinamakan demikian
karena gerak putar dari sumber penggerak/mesin di transmisikan
pada batang bor pada meja putar (rotary table) sehingga hanya
dapat membor vertikal ke bawah.
d. Bor-alir balik (counterflush drill rig) air pembilas masuk dari
casing , keluar melalui pipa bor, membawa contoh yang tidak
bercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor namun untuk
mendapatkan ke dalam contoh ini harus memperhitungkan
kecepatan tidak seteliti bor inti.
3. Bor mesin tumbuk (cable tool) Jenis mesin ini sudah jarang dilakukan
dalam eksplorasi batuan di peceh dengan pahat yang ditumbuk dan contoh
di ambil menggunakan bailer atau drive sampler. Ada beberapa jenis
mesin bor tipe perkusi ini yaitu:
a. Bor tumbuk tali kawat (Cable tool rig). Ini adalah alat bor tertua
yang biasanya di pake untuk pengeboran minyak berbentuk menara
segitiga yang dilengkapi dengan sistem katrol.
b. Bor tumbuk biasa (wagon drill). Bor tumbuk ini digunakan untuk
batuan keras dalam oprasi pertambangan. Biasanya dipasang di
suatu truk atau traktor agar mudah dioprasikan ke segala arah.
c. Bor palu (hammer drill). Pada dasarnya bor palu dan bor tumbuk
biasa adalah sama hanya saja ukuranya yang kecil dan dapat
digunakan menggunakan tangan langsung dah hanya dapat
mencapai kedalaman 30 m saja.
d. Bor palu dalam lubang (down-hole hammer drill). Pada alat bor ini
palu dipadatkan langsung dipasang di atas drive sampler,
berbentuk suatu silinder yang bergerak turun-naik secara lancar

5
dan digerakan oleh udara tertekan dari kompresor melalui pipa bor.
Dapat mencapai kedalaman rata-rata 80-100 meter, tetapi dapat
juga dirancang menggunakan casing sehingga dapat mencapai
kedalaman rata-rata 300- 1000 metar.
e. Bor tumbuk dengan drive sampler (wagon drill with drive sampler)
perkembangan dari bor tumbuk adalah pemasangan apa yang
disebut dengan drive sampler sebagai pengganti mata bor. Alat bor
ini hanya cocok digunakan untuk lapisan tanah sedimen lepas.

2.4. Fungsi Pemboran

Pemboran dilakukan berfungsi untuk mengetahui:


1. Isi kandungan batuan
2. Macam/jenis/sifat batuan
3. Susunan per lapisan / korelasi / penyebaran batuan
4. Umur / sejarah pengendapannya.

2.5. Tahapan Pemboran

Proses pemboran secara umum dilakukan dengan sebagai berikut :


1. Studi geologi regional meliputi : geologi struktur, stratigrafi, dan
geomorfologi.
2. Pemetaan merupakan pemetaan singkapan beserta struktur geologinya
dengan mengumpulkan data dari lapangan.
3. Perencanaan pemboran meliputi jarak interval bor, kedalaman, dan luasan
wilayah.
4. Pemboran open hole, yaitu mengetahui kondisi stratigrafi bawah
permukaan. Coring, yaitu mengetahui kualitas.
5. Dekripsi pasca drilling.
Proses pasca pemboran diawali dengan melakukan perencanaan pemboran
di dalamnya mencakup penentuan titik, mengenai berapa jarak interval,

6
kedalaman yang harus dilakukan proses pemboran serta luasan wilayah
yang akan dilakukan pemboran. Setelah dilakukan planning dan telah
ditentukan titik yang akan dibor pada skema model maka dilakukan proses
penentuan titik bor di lapangan. Selanjutnya melakukan survei layout dan
ploting dilokasi pemboran yaitu melakukan preparasi pemboran di mana
proses ini mencakup proses dilakukanya persiapan lokasi, yaitu dengan
pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air).
Apabila daerah pemboran berada di daerah lereng dan bergelombang maka
dilakukan perataan tanah sehingga daerah titik pemboran rata dan tidak
mengganggu jalannya proses pemboran dan juga termasuk
keamanan/safety pada daerah tersebut diperhatikan. Setelah semua tahapan
dan semua persiapan tempat pemboran selesai maka alat-alat pengeboran
dan alat pendukung lainya diatur di tempat tersebut sehingga jalan
pengeboran dapat berlangsung dengan lancar, setelah semua persiapan
selesai maka sesuai dengan planning awal apakah pemboran akan
dilakukan dengan metode full core/coring maupun open hole dan apakah
pemboran dilakukan dengan model miring atau vertikal.

1. Open Hole

Drilling open hole merupakan pengeboran yang dilakukan untuk


mendapatkan data-data bawah permukaan tanah sehingga menjadi data geologi.
Pengeboran ini menghasilkan lubang terbuka dengan kedalaman sesuai dengan
target kedalaman yang diinginkan. Selama proses pengeboran berlangsung,
diperoleh data cutting yang merupakan material hasil gerusan mata bor (bit) yang
mengalir keluar ke permukaan bersama fluid. Cutting tersebut diambil setiap
interval 1,5 meter yang menjadi representasi jenis litologi yang sedang dibor pada
kedalaman interval tersebut.

7
2. Coring

Drilling coring merupakan pengeboran yang dilakukan untuk mengambil


contoh sampel (coring) pada lapisan litologi di bawah permukaan sebagai data
geologi. Coring dilakukan pada interval kedalaman tertentu berdasarkan dari
interpretasi data logging geofisika atau data cutting yang diperoleh melalui
drilling open hole sebelumnya. Drilling coring dapat juga dilakukan dengan
metode Touch Coring (single hole), artinya pengeboran coring yang tidak
didahului drilling open hole. Touch Coring dilakukan diawali dengan drilling
open hole kemudian ketika menemukan cutting batubara telah muncul kemudian
langsung dilakukan coring atau dengan menggunakan data model/ korelasi titik di
sekitarnya, kemudian diprediksikan bahwa batubara berada di kedalaman tertentu
sehingga ketika sudah mendekati perkiraan posisi roof batubara selanjutnya
langsung dilakukan coring. Penentuan Roof batubara yang akan di coring sangat
penting untuk menghindari batubara lost karena tergerus bit yang mengakibatkan
data tidak akurat (panjang core sebenarnya tidak diketahui). Atau sebaliknya
litologi non-coal di atas lapisan batubara terlalu panjang di coring sehingga
menyebabkan peningkatan biaya drilling.

3. Pemboran vertikal dan pemboran miring :


a. Pemboran Vertikal adalah pemboran yang dilakukan tegak lurus terhadap
permukaan tanah (900).
b. Pemboran Miring adalah pemboran yang dilakukan dengan sudut tertentu
dari permukaan tanah atau bidang Horizontal (< 900). Faktor apa saja
yang harus ada pada pemboran miring. Arah azimuth pemboran
merupakan posisi dari utara yang sejajar dengan arah lapisan arah strike
lapisan seam batubara.

4. Cara Menentukan Strike, Dip dan Azimuth

8
4.a. Strike. Cara untuk menentukan strike adalah dengan menempelkan sisi E
(East), lalu geser hingga gelembong udara dalam Bull’s eye level masuk ke
dalam lingkaran, jangan langsung diotak-atik tetapi tunggu dulu hingga jarum
kompas stabil dan amati sudut yang ditunjuk arah N (North).

4.b. Dip. Cara untuk menentukan dip adalah dengan menempelkan sisi W (West)
badan kompas diusahakan membentuk 900 terhadap strike, clinometers level
diputar-putar sampai gelembung udara berada di antara garis dalam
clinometers level / ditengah-tengahnya dan baca sudut yang berada di dalam
clinometers scale.

4.c. Azimuth. Setelah diketahui maka langsung dilakukan pemboran dengan


proses sebagai berikut :
a). Setting posisi sesuai posisi titik atau lobang bor.
b). Mendirikan menara bor
c). Menyalakan mesin
d). Memasukan pipa dengan mata bor dan memasukan terus pipa bor sampai
dengan target yang ditentukan
e). Pengambilan sampel dan pendiskripsian
f). Proses flusing jika memang diperlukan.

5. Pengambilan sampel dan pendeskripsian sampel

5.a. Sampel Cutting

Sampel cutting merupakan sampel yang berasal dari lubang bor dari proses
pemboran open hole, yang berupa material batuan yang tergerus oleh bit,
kemudian terbawa oleh mud fluid ke permukaan dan mengalir melalui parit
kecil menuju mud pond. Sampel cutting menunjukkan jenis litologi yang
terdapat di bawah permukaan pada kedalaman saat mata bor menggerus
litologi tersebut. Sampel cutting diambil setiap kedalaman tertentu sesuai
kebutuhan, dilakukan pengambilan sampel setiap 1,5 meter dan kelipatannya.

9
Kemudian diletakkan di dekat rig dengan jarak aman yang tidak terganggu
dengan aktivitas pengeboran dan diberi garis/pagar line. Data sampel cutting
kemudian di record pada lembar Daily Drilling Report (DDR). Data cutting
berfungsi sebagai :
1. Data awal untuk mengetahui kondisi litologi pada lubang bor terkait.
2. Data pendukung bagi data logging dan coring sehingga menjadi lebih
akurat dan valid.

Adapun yang dideskripsi pada Full Coring yaitu :


1. Warna
2. Ukuran butir
3. Kondisi lapukan
4. Kekuatan
5. Nama batuan

5.b. Sampling Core

Sampling Core merupakan kegiatan penyamplingan sampel coring


batubara yang meliputi pendiskripsian, pemotretan dan pembungkusan coring
batubara ke dalam kantong sampel. Pastikan sampel coring yang diperoleh tidak
terkontaminasi. Tutup dengan plastik wrap sebelum diletakkan di pipa paralon.
Letakkan pada tempat dan jarak yang aman dari aktifitas drilling. Letakkan bagian
atas/top sampel coring pada sebelah kiri dan bagian bawah/bottom sampel coring
di sebelah kanan. Hitung panjang sampel coring dan bandingkan dengan
panjang/kedalaman kemajuan pipa untuk mendapatkan core recovery.

5.c. Deskripsi Core

Pendeskripsian core dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fisik core


batubara kemudian menuliskan/merekamnya ke dalam log bor. Pertama, isilah
Head dari Logbor yang terdiri dari, Location, Date, Total Depth, Logged by,

10
Geophysics, Rig, Hole No, Sheet of (lembar halaman) dan N-E-R-L (koordinat).
Selanjutnya lakukan pengisian kolom-kolom Sample Interval (pembagian interval
sampel batubara), Depth (ukuran kedalaman), Lithological Sketch (sketsa litologi),
Joint/Bedding Sketch (sketsa kekar/struktur), Dip, Seam Name, Lithological
Description (deskripsi litologi), Strength (kekuatan sampel coring), Fracturing
(pecahan sampel coring) sesuai dengan standar pengisian.

2.6. Metode Pemboran

Menurut Winarno (2008), berdasarkan mekanisme pemboran, metode


pemboran dapat dibagi menjadi lima yaitu:
a. Metode Pemboran Tumbuk
Ada pemboran tumbuk (percusif), energi dari mesin bor diteruskan oleh
batang bor dan mata bor untuk meremukkan batuan. Komponen utama dari
mesin bor ini adalah piston yang mendorong dan menarik tungkai (shank)
batang bor. Pada metode perkusif yang terjadi adalah proses peremukan
(crushing) permukaan batuan oleh mata bor. Contoh alat pemboran tumbuk
yang menggunakan adalah hammer drill dan churn drill.

b. Metode Pemboran Putar (Rotary Drilling)


Lubang bor dibentuk dari pengeboran dengan mekanisme putar dan
disertai pembebanan.
c. Metode Pemboran Putar-Tumbuk (Rotary-Percussion Drill)
Pada pemboran rotari perkusif, aksi penumbukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada
bermacam-macam jenis batuan. Metode putar tumbuk terbagi menjadi dua,
yaitu: hydraulic top hammer dan pneumatic top hammer.
d. Metode Top Hammer
Adalah metode pemboran yang terdiri dari dua kegiatan dasar yaitu
putaran dan tumbukan. Kegiatan ini diperoleh dari gerakan gigi dan piston,
yang kemudian ditransformasikan melalui shank adaptor dan batang bor

11
menuju mata bor. Berdasarkan jenis penggerak putaran dan tumbukannya,
metode ini dibagi menjadi dua jenis yaitu : Hydroulic Top Hammer dan
Pneumatic Top Hammer.
e. Metode Down the Hole Hammer (DTH Hammer)
Adalah metode pemboran tumbuk putar yang sumber dasarnya
menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer dipasang di belakang mata
bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi tumbukan yang hilang
akibat melewati batang bor dan sambungan-sambungannya. Contoh dari alat
bor dengan menggunakan temper tumbuk putar adalah jack hammer.

2.7. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pemboran

Menurut Kramadibrata (2000), kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh


faktor-faktor sifat batuan yang dibor, efisiensi mesin bor, dan keterampilan
operator.

a. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada
pemilihan metode pemboran yaitu: kekerasan, kekuatan, elastisitas,
plastisitas, abrasivitas, tekstur, struktur, dan karakteristik pembongkaran.
b. Kekerasan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan
yang keras akan memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.
Pada umumnya batuan yang keras mempunyai kekuatan yang besar.
Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).
c. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap
gaya dari luar, baik bersifat statis maupun dinamik. Kekuatan batuan
dipengaruhi oleh komposisi mineralnya, terutama kandungan kwarsa.
Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.

12
d. Bobot isi (density)
Merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan dengan bobot isi yang
besar untuk membongkarnya memerlukan energi yang besar pula.
e. Abrasivitas
Adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih keras.
Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran
butir, porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.
f. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun
batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan
bentuk batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek
ini berpengaruh dalam keberhasilan operasi pemboran.
g. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau Modulus
Young (E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral
dan porositasnya. Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi
memerlukan energi yang besar untuk menghancurkanya.
h. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi
permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, di mana batuan
tersebut belum hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral
penyusunya, terutama kuarsa. Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan
energi yang besar untuk menghancurkannya.

2.8. Faktor Pemilihan Alat Bor

Mesin bor merupakan peralatan paling penting dalam operasi pengeboran


sebagai tenaga penggerak dari rangkaian bor. Dalam setiap metode pengeboran
maka akan digunakan jenis mesin bor yang berbeda pula tergantung dari
mekanisme metode pengeboran.

13
Beberapa hal penting dalam pemilihan mesin bor yang akan digunakan antara
lain:
1. Tipe dan model mesin bor, aspek ini berhubungan dengan jenis metode
pengeboran yang akan dilakukan
2. Kemampuan rotasi atau tumbukan dalam persatuan waktu
3. Momen puntir maksimum, yaitu kekuatan maksimum memutar mesin
untuk memutar stang bor.
4. Rentang diameter lubang bor yang bisa dibuat.
5. Total kedalaman yang bisa dicapai
6. Hoisting capacity, yaitu capacity pengerakan terhadap rangkaian bor dari
mata bor sampai ke hoisting water swivel, termasuk sirkulasi fluida bor
yang berada di dalamnya.
7. Sliding stroke, yaitu mobilisasi mesin bor tanpa memindahkan bantalan
mesin atau tanpa kehilangan posisi titik lubang bor. Adakalanya unit
pemutar pada mesin bor harus digeser.
8. Dimensi mesin bor, disesuaikan dengan kondisi di lapangan yang akan
dilakukan kegiatan pemboran.
9. Power unit

Ketepatan dalam memilih mesin bor sangat berpengaruh terhadap efektifitas


operasi pengeboran contohnya: apabila akan melakukan pengeboran dengan
kedalaman 100 meter, maka mesin yang dipilih adalah mesin yang mempunyai
kapasitas pemboran sedalam 100 meter apabila memilih mesin dengan ukuran
kurang dari 100 meter, maka pengeboran tidak akan mencapai target yang
diinginkan (Hafis, 2012).

2.9. Efisiensi Kerja Alat

Menurut Suwandhi (2001), efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang


harus diperhitungkan di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat persatuan
waktu yang akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap
operator, yaitu orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat. Walaupun

14
demikian, apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu penyebabnya
adalah kesalahan operator yang bersangkutan. Mungkin ada penyebab lain yang
tidak dapat dihindari, antara lain cuaca dan kerusakan mendadak.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja alat, karena pekerjaan perawatan alat
(maintenance) harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel (workshop). Agar
memperoleh harga efisiensi kerja alat yang mewakili perlu diberikan batasan –
batasan pekerjaan. Acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan
mekanik. Mungkin setiap perusahaan harus memberikan definisi yang berbeda
tentang pengertian waktu tertunda, terhenti dan sebagainya. Tabel di bawah ini
bisa digunakan sebagai acuan pembagian waktu.

Tabel. 2.1. Parameter Pengukuran Efisiensi Kerja (Suwandhi, 2009)

TERJADWAL (SCHEDULED) S
PERAWATAN
TERJADWAL (AVAILABLE) A
(MAINTENANCE) M

JALAN ( OPERATOR ) O TERHENTI PERBAIKAN PERAWATAN


(IDLE) MENDADAK TERJADWAL
KERJA TERTUNDA
I M SM
(WORKING) (DELAYED)
W D
Mengisi BBM Standby Waktu Waktu
Kerja lancar
Ganti bit Takada perbaikan perbaikan
Seting alat operator Tunggu suku Tunggu suku
Pengawasan rutin Makan dan cadang cadang
Semprot lub bor istirahat
Pelumas Hujan
Pengecekan awal lebat,kabut,

Tabel 2.2. Nilai Efisiensi Kerja (Prodjosumarto, 1995)

Keadaan Medan Keadaan Alat

15
Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Baik Sekali 0,84 0,81 0,76 0,70
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52

Tabel di atas dapat diukur tingkat efisiensi kerja alat dengan lebih teliti karena
data terhentinya alat dikelompokkan dan dibuat atas dasar kondisi yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Dengan demikian dapat dibuat ukuran efisiensi
suatu alat menggunakan data waktu dalam tabel di atas, yaitu:

1. Efektivitas (effectiveness) artinya jam kerja efektif selama waktu yang


disediakan untuk operasi, persamaannya adalah :

E = ( W / O ) x 100 %

Keterangan :
E : Efektivitas (%)
W : Waktu kerja produktif
O : Waktu kerja produktif + tertunda

2. Ketersediaan fisik (physical atau mechanical avaibility) adalah ukuran sehat


tidaknya alat untuk beroperasi, rumusnya adalah :

PA = ( A / S ) x 100 %

Keterangan :
PA : Ketersediaan Fisik (%)
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi (waktu terhenti + tertunda +
produktif)

16
S : Waktu kerja terjadwal

3. Utilitas (utility) adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dan lain-
lain, persamaannya adalah :

U= ( O / A ) x 100 %

Keterangan:
U : Utilitas (%)
O : Waktu kerja produktif + tertunda
A : Waktu kerja tersedia yang meliputi (waktu terhenti + tertunda +
produktif)

Tiga faktor efisiensi kerja alat di atas dapat kita artikan satu persatu mulai
dari, waktu kerja produktif (W), waktu kerja produktif ditambah tertunda (O),
waktu kerja tersedia yang meliputi terhenti ditambah tertunda ditambah produktif
(A), dan waktu terjadwal (S), sebagai berikut :

a. Waktu kerja produktif (W) adalah waktu kerja alat terjadwal semua kegitan
jam alat di lapangan dari shift pertama sampai dengan shift ke dua, atau shift
ke tiga sesuaikan dengan keadaan, tetapi di sini mengunakan dua shift,
dikurangi waktu alat rusak mendadak, dikurangi adanya waktu yang
meliputi hujan lebat, kabut, tidak ada operator, istirahat dan semua
kegiatan yang tak bisa dihindari atau terhenti (IDLE). Selanjutnya dikurangi
waktu yang meliputi kegiatan mengisian bbm, moving alat, operator
terlambat dan semua kegiatan yang bisa di hindari atau terunda
(DELAYED), sehingga terdapat waktu produktif.
b. Waktu kerja produktif ditambah tertunda (O) adalah waktu terjadwal awal
kerja alat di lapangn sampai dengan waktu yang tersedia, dan ditambah

17
waktu tertunda (DELAYED) seperti mengisian BBM, moving alat, tunggu
alat muat, operator terlambat dan semua kegiatan yang bisa dihindari.
c. Waktu kerja yang tersedia meliputi terhenti (IDLE), ditambah tertunda
(DELAYED), ditambah waktu produktif (A) adalah waktu yang meliputi
semua kegiatan baik itu hujan lebat, kabut, tak ada operator, istirahat dan
semua kegiatan yang tak bisa dihindari, ditambah dengan semua kegiatan
yang tertunda seperti, waktu alat mengisi bbm, adanya operator terlambat,
pengecekan awal sebelum jalan dan semua kegiatan tertunda dan, ditambah
waktu produktif seperti waktu terjadwal, awal kerja alat di lapangan sampai
dengan waktu yang tersedia.
d. Waktu terjadwal (S) adalah semua kegiatan jam kerja alat di lapangan dari
shift pertama sampai dengan shift ke dua. Sehingga kita bisa mengukur nilai
kemampuan efektifitas rata-rata suatu alat.
4. Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan dari persamaan rumus di
atas dibagi 3, menjadi :

Keterangan :
Eff rata-rata : Efisiensi kerja rata-rata (%)
E : Efektivitas (%)
PA : Ketersediaan Fisik (%)
U : Utilitas (%)

Dengan demikian efisiensi rata-rata merupakan ekspresi dari kinerja alat


angkut maupun operatornya. Semua kegiatan efektifitas alat terjadwal, mulai dari
kerja terjadwal, rusak mendadak, terhenti (IDLE), tertunda (DELAYED), kerja
alat. Efektifitas, ketersedian fisik, ultilitas, dan efisiensi rata-rata, dapat dijadikan
tabel seperti berikut. Contoh log kinerja suatu alat, berdasarkan data tersebut dapat

18
diambil keputusan harga efisiensi kerja yang nantinya diambil untuk menghitung
produksi alat.

2.10. Waktu Kerja Efektif

Menurut Wilopo (2009), waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang
digunakan selama yaktu kerja produksi di luar waktu stand by dan waktu
perbaikan (break down). Hambatan yang terjadi selama operasi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

a. Hambatan yang dapat dihindari


Hambatan ini disebabkan karena penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh pekerja terhadap waktu kerja yang telah dijadwalkan.
Hambatan ini di antaranya adalah: keterlambatan pada awal kerja, istirahat
lebih awal, perawatan alat dan istirahat lebih lama.

b. Hambatan yang tidak dapat dihindari


Hambatan ini pada umumnya terjadi pada saat rangkaian peralatan
beroperasi. Hambatan ini di antaranya: kerusakan alat dan hujan.

19
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

1. Studi Literatur

Tahap ini yaitu studi pendahuluan yang berupa kegiatan studi pustaka
dan studi literatur mengenai kajian produktivitas kinerja alat bor

2. Observasi Lapangan

Dilakukan dengan melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan


pengamatan langsung terhadap kondisi alat, kerja alat, rangkaian kegiatan
yang dilakukan dan mencari informasi pendukung untuk data-data yang
dibutuhkan.

3. Pengambilan Data

a. Data primer
Berupa pengambilan data langsung didapat dari penelitian
langsung di lapangan :
- Waktu kerja alat (aktual)
- Kondisi litologi atau kondisi geologi
- Kendala lapangan
- Dokumentasi lapangan (foto kegiatan aktual)
b. Data Sekunder
Berupa pengambilan data yang dilakukan tanpa perlu
langsung ke lapangan,yaitu dari data :
- Waktu kerja terjadwal
- Profil perusahaan

20
c. Akuisi data
Dilakukan guna dapat mengelompokan data-data yang sudah
didapatkan dari lapangan baik berupa data sekunder maupun data
primer.

4. Pengolahan Data

Dari data yang didapat, kemudian dihitung dengan menggunakan


rumus-rumus yang ada.

5. Analisa Hasil Pengolahan Data

Untuk memperoleh kesimpulan sementara dan diolah lebih lanjut


pada bagian pembahasan.

3.2 Rencana Waktu Penelitian

Sebelum dilakukan kegiatan pengambilan data dilapangan,


diperlukan perencanaan atau jadwal setelah itu dengan melakukan studi
literatur dari berbagai macam literatur yaitu dari text book, makalah, jurnal
yang berkaitan dengan pengeboran batubara. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan PT. IBM (Inti Bangun Mulya), Site PT. KJA (Kideco Jaya
Agung) selama satu bulan, yaitu pada bulan Juni 2022, diamana data
diambil semaksimal mungkin dan waktu dipergunakan sebaik-baik
mungkin. Penyusunan penelitian berformat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Waktu kegiatan
No Kegiatan
Bulan Juni
1 2 3 4
1 Studi literature
2 Pengambilan data
3 Pengolahan data
4 Pembuatan draft skripsi
5 Presentasi atau seminar

21
Studi Pustaka
Buku-buku, Jurnal Pengeboran
Persiapan

 Instansi yang terkait.

Permasalahan

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Primer Sekunder
Data Tersebut Adalah : Data dari perusahaan berupa:
1. Mengukur waktu edar cycle 1. Sejarah perusahaan
Pengambilan Data

time 2. Waktu Kerja Terjadwal


2. Waktu kerja alat (aktual) 3. Peta kesampaian daerah
- Menghitung waktu kerja terhenti 4. Faktor berai (swell factor)
- Menghitung waktu kerja tertunda 5. Spesifikasi alat bor.
- Menghitung waktu kerja produktif
3. Kendala yang dialami pada
saat (Open Hole) dan (Coring)
4. Mendokumentasi Foto - foto
kegiatan

Akuisi Data
Pengolahan Data

Pengolahan Data
1. Menghitung Effisiensi alat bor
2. Menghitung kemampuan produksi alat bor
3. Menghitung faktor yang mempengaruhi efesiensi kerja alat
bor
4. Mengetahui dan mengkaji faktor-faktor penghambat dalam
kemampuan produksi alat bor.

Hasil
Hasil

1. Effisiensi kerja alat bor


2. Produksi alat bor
3. Faktor yang mempengaruhi efesiensi alat bor
4. Faktor penghambat dalam produksi alat bor

Gambar. 3.1. Bagan Alir Penelitian

22
BAB IV
PENUTUP

Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam dalam tahap ekslorasi.
Tujuan utama dari pemboran yaitu mengambil dan merekam data geologi yang di
tembus alat bor. Adapun material hasil pemboran (cutting) dapat berupa batuan
yang hancur sebagai lumpur, atau inti bor (core) sesuai dengan tujuan pemboran
tersebut.

Untuk memperolah produksi yang optimal maka perlu memperhatikan


kondisi fisik alat ataupun kondisi lokasi pekerjaan sehingga dapat meminimalisir
suatu kendala sehingga tidak menjadi hambatan pada saat kegiatan penambangan.

Proposal penelitian ini dibuat untuk menjadi acuan dalam pengambilan


data dilapangan agar data yang diperoleh lebih lengkap dan terperinci guna
menganalisa dan menyelesaikan permasalahan yang ada.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak terutama perusahaan


ditempat dilaksanakan penelitian ini. Penulisan ini jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran yang membangun diharapkan oleh penulis.

23
DAFTAR PUSTASKA

Abdullah Hafis., 2012. Geo Explora Is Headquatered In Bandung.


Agus Winarno., 2008. Pengantar Teknologi Mineral. Jurusan Tenik Pertambangan
UNMUL.
Awang Suwandi., 2001. Produksi Alat Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral R.I. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keknologi Mineral dan
Batubara, Bandung.

Djojo Wilopo., 2009. Metode Konstruksi dan Alat, Universitas Indonesia.

Fuadul Bahri., 2011. Mekanisme Pemboran Pada Tambang Terbuka. UNMUL,


Samarinda.

https://dkadrilling.blogspot.com/2014/11/perkembangan-mesin-bor-jacro.html?m1
Komang Anggayana., 2005. Pengeboran Eksplorasi dan Penampang Lubang Bor.
Bandung. Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan
Teknologi Mineral ITB.

Suseno Kramadibrata., 2000. Teknik Pengeboran dan Penggalian. Bandung.


Jurusan Teknik Pertambangan ITB.

24

Anda mungkin juga menyukai