Anda di halaman 1dari 52

PRINSIP KERJA DAN PELAKSANAAN

DRILL STEM TEST (DST)

Oleh :

Arif Hidayat (11/BPS-DSH/2007)


Jurusan : Drilling Service Dit. Hulu

PERTAMINA LEARNING CENTRE (PLC)


BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT PERTAMINA TAHUN 2007

Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga KKW dengan
judul “Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST) ” dapat terselesaikan
dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Tidak lupa, sholawat dan salam
selalu tercurah kepada Rosulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya. Amin.
KKW ini penulis susun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program
Bimbingan Profesi Sarjana (BPS). Semoga apa yang tertulis di dalamnya dapat
bermanfaat sebagai salah satu sumber referensi mengenai DST.
Ucapan terimakasih tidak lupa kami ucapkan kepada :
1. Orangtua tercinta atas doa dan kasih sayangnya. Juga untuk istriku tercinta
atas kesabaran dan pengertiannya.
2. Bp. Sutrisno dan Bp. Agus Hermadji sebagai pembimbing kami selama di
Drilling Training Centre. Para tutor dari PT Pertamina dan semua pihak
yang telah berkenan memberikan ilmu kepada kami selama classroom.
Tidak lupa kepada para rigsupt yang telah berkenan membagikan ilmunya
kepada kami. Jazakallah khoiron katsiiro.
3. Bp Supriyatno selaku Ka. Driling Area SBS.
4. Teman-teman seperjuangan di BPS DSH. “Bekerja adalah ibadah”.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya KKW ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan wawasan ilmu dalam penyusunan


KKW ini. Saran dan masukan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan materi
tentang DST.
Suban Burung Barat, 30 November 2007

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
RINGKASAN ....................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
1. Latar belakang ........................................................................................1
2. Ruang lingkup.........................................................................................1
3. Maksud dan tujuan..................................................................................2
4. Metode pendekatan.................................................................................2
5. Sistematika..............................................................................................2
BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ....................................................3
1. Latar belakang keadaan & permasalahan ...............................................3
2. Tujuan pelaksanaan DST........................................................................3
3. Prinsip pelaksanaan DST........................................................................4
4. Perumusan pokok masalah .....................................................................6
BAB III. PEMBAHASAN .....................................................................................7
1. Fungsi dan prinsip kerja surface equipment ...........................................7
2. Fungsi dan prinsip kerja subsurface equipment...................................10
3. Prosedur pelaksanaan running & release DST tool .............................12
4. Proses yang terjadi selama DST ...........................................................15
5. Hambatan pelaksanaan dan solusinya ..................................................17
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................19
1. Kesimpulan ...........................................................................................19
2. Saran-saran/rekomendasi......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................

ii
RINGKASAN

Drill Stem Test merupakan metode komplesi sementara yang dilakukan


pada sumur-sumur eksplorasi/appraisal. Tujuan dilakukannya DST adalah untuk
memastikan jenis fluida pada zona formasi/reservoir dan mengambil sampel
sekaligus mendapatkan data mengenai karakteristik fluida formasi. Data yang
diperoleh dari hasil DST selanjutnya diolah oleh reservoir engineer sebagai bahan
masukan/rekomendasi program pemboran selanjutnya.

DST dapat dilaksanakan pada kondisi open hole atau cased hole. DST
dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang terbagi menjadi dua jenis,
surface equpment dan subsurface equipment, yang dioperasikan oleh
pihak/personel yang berkompeten. Umumnya pelaksanaan DST memerlukan
waktu yang relatif lama tergantung kondisi sumur dan zona formasi yang sedang
diuji.

Tulisan berikut berusaha mengurai dan menganalisa maksud dan tujuan


DST, prinsip kerja peralatan DST, prosedur dan proses/tahap yang terjadi selama
pelaksanaan DST, serta hambatan yang terjadi selama DST berlangsung.

iii
Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Uji sumur (well test) harus dijalankan oleh pihak/personel yang benar-
benar berkompeten dalam bidangnya. Teknik exploratory sumur (coring, logging,
dan mud logging) mampu memberi tafsiran mengenai tipe fluida pada zona
"porous" formasi yang sedang di-bor. Namun demikian, sangat penting untuk
mengetahui secara yakin dan pasti apakah fluida yang keluar dari formasi
mengandung minyak, gas, atau air, memperkirakan flow rate dari fluida formasi
serta serta mengetahui karakteristik dari fluida formasi yangs sedang diuji.
Informasi mengenai jenis fluida reservoir harus didapatkan selama
program pemboran berlangsung, dan bukan pada saat pemboran telah selesai
dilakukan. Alasannya adalah apabila zona yang sedang diuji telah berhasil
diketahui kandungan minyak atau gas beserta parameter-parameter yang
bersangkutan, maka sisa dari program pemboran yang belum dilakukan akan
mengalami modifikasi sesuai dengan hasil uji sumur. Hasil pengujian ini dapat
dipakai sebagai bahan rekomendasi untuk mengambil keputusan apakah akan
dilakukan pemboran pada zona target yang lebih dalam, dan apakah perlu set
casing terlebih dahulu sebelum melakukan pemboran trayek baru.
Jika hasil uji produksi bernilai positif, maka dapat ditentukan apakah
sumur diproduksikan sebagai sumur produksi minyak atau gas, serta jenis
komplesi sumur. Jika hasil uji produksi bernilai negatif (tidak ekonomis untuk
diproduksikan), maka sumur dapat ditinggal (abandon well).

I.2 RUANG LINGKUP


Terdapat beberapa jenis uji sumur yang umumnya dilakukan pada kegiatan
pemboran. Pembahasan dalam penulisan KKW ini adalah khusus mengenai Drill
Stem Test, terutama prinsip kerja dan pelaksanaan di lapangan.

Drilling Service Dit.Hulu 1


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

I.3 MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan yang diharapkan dari penulisan KKW ini adalah
a. Mengetahui latar belakang dan tujuan dilakukannya DST di lokasi pemboran.
b. Mendapatkan data mengenai prosedur pelaksanaan DST di lokasi pemboran.
c. Mengetahui komponen peralatan/tool yang digunakan selama DST
berlangsung, yang terdiri dari :
− Peralatan atas permukaan (surface equipment)
− Peralatan bawah permukaan (subsurface equipment)
d. Mengetahui fungsi dari masing-masing peralatan/tool yang digunakan selama
DST berlangsung.
e. Mengetahui hambatan-hambatan yang dijumpai selama pelaksanaan DST di
lokasi pemboran dan pencegahannya.

I.4 METODE PENDEKATAN


Metode pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan KKW ini
adalah dengan studi literatur dan pengambilan data secara langsung di lapangan,
baik berupa data teknis maupun wawancara/diskusi terhadap pihak dan personel
yang berkompeten di bidangnya. Studi literatur dilakukan dengan menelaah
literatur yang terkait dengan DST maupun sumber-sumber terkait lainnya.
Diharapkan dengan kombinasi dua pendekatan ini akan didapat pembahasan yang
singkat, jelas, dan komprehensif mengenai DST.

I.5 SISTEMATIKA
Sistematika penyusunan KKW ini terdiri dari empat bab. Bab pertama
merupakan Pendahuluan yang berisi latar belakang, ruang lingkup, maksud &
tujuan, metode pendekatan, serta sistematika penyusunan. Bab kedua merupakan
Identifikasi Permasalahan yang meliputi deskripsi keadaan dan gejala
permasalahan, tujuan dan prinsip pelaksanaan DST, serta perumusan pokok
masalah. Bab ketiga berisi Pembahasan meliputi prinsip kerja peralatan DST,
prosedur pelaksanaan, serta hambatan dan solusi. Bab terakhir berisi kesimpulan
dan saran.

Drilling Service Dit.Hulu 2


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

II.1 LATAR BELAKANG KEADAAN & PERMASALAHAN


Sumur Suban Barat (SBB)-2TW/SBB-B merupakan pemboran sumur
appraisal untuk membuktikan potensi hidrokarbon di bagian barat struktur Suban
Conoco Phillips yang merupakan wilayah kerja Pertamina. Pemboran SBB-2TW
merupakan program pemboran sumur twin, sumur lanjutan akibat adanya problem
operasi pada pemboran sumur SBB-2 sebelumnya. Lokasi SBB–2TW berada di
209 km tenggara kota jambi atau 243 km barat daya kota Palembang.
Tajak sumur dilakukan pada tanggal 11 maret, dan mencapai TD di 3373
m pada 10 oktober 2007. Karena merupakan sumur eksplorasi, maka dilakukan
beberapa kali program DST pada interval :
1. DST 1 pada open hole lubang 8 ½ “ di 2674 – 2939 m, dilanjutkan dengan
pemasangan casing 7”.
2. DST 2 pada open hole lubang 6” di 2938.5 – 3373 m (basement).
3. DST 3 pada perforated casing 7” di 2924.5 – 2930.5 m (pre-TAF).
4. DST 4 pada perforated casing 7” di 2897 – 2903 m (TAF)
5. DST 5 pada perforated casing 7” di 2790 – 2796 m (BRF)
6. DST 6 pada perforated casing 7” di 2713 – 2725 m (TAF)
Adapun profile sumur SBB - 2TW dapat dilihat pada lampiran 1.

II.2 TUJUAN PELAKSANAAN DST


DST adalah metode komplesi sementara untuk menentukan karakteristik
produktif zona tertentu serta sebagai bukti awal yang meyakinkan tentang indikasi
kandungan fluida formasi. Karakteristik reservoir yang dapat diestimasi dari
pelaksanaan DST meliputi :
1. Rata-rata permeabilitas efektif.
2. Jenis fluida reservoir, tekanan dan temperatur reservoir, serta properties
fluida (water cut, gas/oil ratio, gas analysis, dll).
3. Batasan, perubahan permeabilitas, dan kontak fluida.

Drilling Service Dit.Hulu 3


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

4. Radius investigasi, yaitu seberapa jauh DST mampu menginvestigasi


reservoir yang sedang diuji.
5. Depletion (pengurangan) fluida reservoir.
6. Menentukan rate/laju produksi bila fluida diproduksikan sebagai bahan
kalkulasi kelayakan ekonomis dari sumur.

II.3 PRINSIP PELAKSANAAN DST


Secara teori, DST dapat dilakukan dalam dua kondisi :
1. DST pada open hole. Faktor kunci pelaksanaan DST pada open hole
adalah stabilitas lubang sumur. Untuk menghindari terjadinya cave in dan
string menjadi stuck, maka packer umumnya disekatkan pada casing
bagian bawah.
2. DST pada cased hole setelah dilakukan perforasi pada casing produksi
Secara garis besar terdapat dua jenis peralatan yang dibutuhkan agar DST
dapat dilaksanakan, yaitu peralatan yang diletakkan di dalam lubang sumur
(subsurface equipment) dan peralatan yang terletak di permukaan (surface
equipment).
Subsurface equipment terdiri atas susunan peralatan sedemikian rupa
sehingga mampu menjalankan fungsi sesuai dengan tahap-tahap proses
pelaksanaan DST secara aman dan handal. Oleh karena pada saat pemboran
berlangsung fluida formasi dikendalikan dengan tekanan hidrostatis kolom
lumpur/CF, maka melaksanakan test berarti :
• Tekanan yang dikerjakan oleh kolom lumpur/CF pada formasi yang
sedang di test harus ditiadakan (canceled) atau dibuat lebih rendah dari
tekanan fluida formasi.
• Fluida formasi harus digiring sampai atas/permukaan tanpa ada resiko
terkontaminasi oleh lumpur pemboran/CF atau dapat menjadi pemicu blow
out.
• Formasi yang tidak sedang diuji harus dijaga tekanannya agar sama
dengan tekanan kolom lumpur/CF sehingga lubang tidak mengalami
caving in dan tidak bercampur dengan fluida formasi yang sedang diuji.

Drilling Service Dit.Hulu 4


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

• Harus mampu untuk menghentikan aliran fulida secara sementara tanpa


menggunakan tekanan hidrostatik lumpur/CF.

Kondisi di atas dapat dipenuhi dengan menggunakan alat :


1. Packer, atau rubber sleeve, yang disekatkan di atas formasi yang akan di test.
Packer di-set pada dinding sumur sehingga memisahkan antara fluida formasi
yang sedang di-test dengan formasi yang tidak sedang di-test sehingga tidak
ada komunikasi antara keduanya.
2. Test assembly, yaitu susunan komponen peralatan yang dibutuhkan selama
pengujian sumur berlangsung.

Fluida dari reservoir yang diuji akan dialirkan ke atas hingga permukaan
dan ditangani oleh surface equipment yang dirancang sedemikian rupa sehingga
aman dan handal selama pengetesan berlangsung. Fungsi surface equipment ini
antara lain :
ƒ Sebagai sarana mengontrol tekanan dan shutt-in well secara cepat.
ƒ Memisahkan fluida menjadi fase gas, minyak dan air, serta mengukur dan
mencatat suhu dan tekanan.
ƒ Sebagai tempat untuk mengambil sampel fluida reservoir.
ƒ Membuang fluida reservoir secara aman ke lingkungan sekitar.

Secara garis besar, terdapat enam tahap pelaksanaan DST:


1. Tahap memasukkan tool DST ke dalam lubang (going into hole) hingga
kedalaman yang ditentukan, dan diikuti dengan set packer untuk
memisahkan antara anulus dengan zona/interval yang akan diuji.
2. Initial Flow (IF), yaitu saat valve tool dibuka selama beberapa saat hingga
fluida formasi mengalir ke dalam string hingga permukaan.
3. Initial Shut-in (ISI). Pada tahap ini valve tool DST ditutup selama durasi
tertentu, dan diikuti dengan beberapa kali shut-in dan flow.
4. Final Flow (FF). Pada tahap ini valve tool DST dibuka kembali sehingga
fluida formasi mengalir ke dalam string dan dialirkan ke permukaan.
5. Final Shut-in (FSI). Pada tahap ini valve tool DST kembali ditutup.
6. Tahap release packer dan cabut rangkaian DST sampai permukaan.

Drilling Service Dit.Hulu 5


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

II.4 PERUMUSAN POKOK MASALAH


Berdasarkan prinsip pelaksanaan DST tersebut, maka perlu dilakukan
kajian dan analisa mengenai :
− Bagaimanakah prinsip kerja dan fungsi peralatan yang digunakan selama
DST berlangsung ?
− Bagaimanakah prosedur pelaksanaan running DST tool ?
− Hambatan apakah yang dijumpai selama pelaksanaan DST di lokasi
pemboran dan solusinya ?

Drilling Service Dit.Hulu 6


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

III.1 FUNGSI DAN PRINSIP KERJA SURFACE EQUIPMENT


Peralatan bawah permukaan pada saat dilakukan DST antara lain :
• Penghantar berupa drill pipe atau tubing dan berfungsi sebagai sarana
penghantar DST tool dan sarana mengalirkan fluida ke permukaan.
• Peralatan DST (EDS, Elnusa Drilling Service) terdiri dari :
1. Slip Joint. Perubahan suhu dan getaran dapat mempengaruhi posisi tool string
DST, sehingga alat ini berfungsi untuk menangani timbulnya gerakan yang
tidak diinginkan selama string berada di dalam lubang agar posisi DST tool di
bawahnya tidak mengalami perubahan. Alat ini memiliki mandrel yang dapat
bergerak sejauh 1.52 m.
2. Drill collar. Pipa DC berfungsi sebagai pemberat agar string dalam keadaan
tension (tegang) saat packer di set. Beberapa pipa DC diletakkan di bawah
slip joint (biasanya 3 stand) dan diletakkan sebuah pipa DC diantara RD safety
circulating valve dan LPR-N sebagai pemisah antara dua dan sebagai pemberi
ruang adanya jebakan tekanan (pressure trapped) diantara dua ball valve agar
tidak mempengaruhi unjuk kerja tool DST lainnya.
3. RD (Rupture Disc) Safety Circulating Valve. Sesuai namanya, alat ini
berfungsi sebagai safety valve (ball valve) yang memisahkan fluida di anulus
dengan fluida di dalam tubing. Pada saat diturunkan ke dalam lubang, ball
valve dalam keadaan terbuka, namun di bawah alat ini terdapat LPR-N valve
(yang juga memiliki ball valve) yang berada dalam keadaan tertutup. Alat ini
memiliki rupture disk di bagian atas, port yang terbuka/tertutup berdasar
posisi mandrell, serta ball valve di bagian bawah. Komunikasi antara fluida
anulus dan fluida di dalam string dilakukan dengan memberi tekanan di
anulus sebesar operating pressure(2500 – 3100) psi sehingga akan memecah
rupture disk dan menggerakkan mandrell dan pin untuk menutup ball valve
dan membuka port komunikasi (lihat lampiran 4).

Drilling Service Dit.Hulu 7


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

4. Drain Valve. Drain valve ditempatkan diantara dua valve, yaitu antara RD
Safety Circulating Valve dan LPR-N yang berfungsi sebagai pressure trapped
jika terjadi perbedaan tekanan antara valve di atas dan di bawahnya. Sebuah
pipa DC juga diletakkan diantara RD Safety Circulating Valve dan LPR-N
sebagai pemberi ruang bila terjadi beda tekanan. Beda tekanan di antara dua
valve ini harus diatasi karena dapat mempengaruhi unjuk kerja peralatan DST
yang lain.
5. LPR-N (Low Pressure Responsif Nitrogen) Valve. LPR-N merupakan valve
(ball valve) yang berfungsi menyekat/menghubungkan fluida di dalam string
(menyekat fluida di atas dan di bawah valve). Pada saat pertama kali di-run,
valve dalam keadaan tertutup (normaly closed) dan string di atas LPR-N diisi
dengan bantalan air (water cushion) sehingga ketika string DST sampai di
zona yang ditentukan, valve ini akan memisahkan antara fluida bantalan dan
fluida formasi. Pengaturan kapan fluida formasi akan dikeluarkan untuk
pengambilan contoh fluida Reservoir di chamber serta kapan valve akan di
shut-in diatur melalui buka-tutup valve ini.
Pembukaan/penutupan LPR-N valve dikendalikan melalui pemberian tekanan
di anulus. Valve akan terbuka jika diberikan tekanan di anulus sebesar
operating pressure (1500 - 1700 psi), dan tertutup jika tekanan di-bleed off
hingga 0 psi. Saat menerima tekanan, tekanan akan mendorong piston, dan
mengaktifkan nitrogen di dalam nitrogen chamber sehingga mendorong top
piston dan pin untuk membuka ball valve. Terdapat mekanisme relief safety
valve yang berfungsi mengatasi fluktuasi tekanan hingga 400 psi dan
memastikan ball valve bekerja stabil (lihat lampiran 4).
Penggunaan LPR-N sebagai test valve yang dioperasikan melalui tekanan
menjadikan peralatan DST dinamakan sebagai PCT (Pressure Controlled
Test). Sebelum PCT, digunakan MFE (Multi Flow Evaluator) sebagai test
valve. MFE dioperasikan dengan mekanisme mekanik, yaitu memberi gerak
rotasi dan angkat string untuk membuka valve.
6. RD Sampler. RD Sampler berfungsi menangkap sampel fluida formasi ke
dalam chamber. RD sampler ini teraktifkan saat diberikan tekanan di anulus

Drilling Service Dit.Hulu 8


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

sebesar 2100 psi. Tekanan akan mengaktifkan dan menggerakkan mandrel.


Fluida formasi yang masuk ke dalam chamber akan terkunci/tertutup ketika
mandrel sampai di posisi penuh.
7. Full Flow Hydraulic Bypasss. Alat ini berfungsi sebagai bypasss fluida yang
mengalir di dalam string. Di dalam alat ini terdapat port dan mandrel yang
dapat bergerak sejauh ± 0,5 m. Apabila mandrell ditarik sampai posisi penuh,
maka port akan terbuka dan terjadi komunikasi antara fluida anulus dan fluida
di dalam string
8. Hydraulic Jars. Hydraulic jars berfungsi sebagai alat pemberi pukulan ke atas
pada saat string mengalami stuck saat diangkat sehingga membantu
melepaskan string DST bila terjadi jepitan.
9. Safety Joint. Safety Joint berfungsi melepas rangkaian DST diatas packer bila
packer terjepit dan tidak bisa dilepas. Caranya adalah dengan menarik
rangkaian DST hingga mencapai tension tertentu, dan diputar kanan beberapa
kali untuk mengaktifkan shear dan memutus string DST. Alat ini diletakkan
tepat di atas packer untuk meminimalkan “ikan” yang terjadi.
10. RTTS (Retrievable Test-Treat Squeeze) Packer. Packer berfungsi untuk
menyekat bidang atas dan bawah packer. RTTS merupakan packer jenis non-
permanent/retrievable, dan memiliki dua buah slip yang terletak diantara
rubber packer (slip terbawah berupa mekanikal slip, slip di bagian atas
merupakan hydraulic slip). Set packer dilakukan dengan memberikan torsi
putar kanan di rotary table selama beberapa kali (10 kali) sehingga akan me-
release pengunci slip. Saat string diturunkan/didudukkan, mekanikal slip akan
mengembang dan akan diikuti dengan mengembangnya rubber packer dan
hydraulic slip. Sebagai indikasi bahwa packer telah ter-set, terjadi penurunan
WOS di weight indikator sebesar 5-8 Klbs. Untuk melepas/release packer
cukup dengan mengangkat string sehingga slip packer akan menguncup dan
rubber packer akan kembali ke posisi normal (lihat lampiran 4).
11. Instream Bundle Carrier. Instream bundle carrier merupakan wadah tempat
EMR (Electronic Memory Record)/mekanikal gauge diletakkan. EMR
merupakan piranti yang digunakan untuk merekam tekanan dan temperatur

Drilling Service Dit.Hulu 9


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

fluida reservoir secara digital berdasarkan scan-rate dan timer yang


dimasukkan melalui program komputer ke dalam EMR. EMR bekerja dengan
power dari batterai yang dirancang khusus.
12. Slotted Tail Pipe (Perforated Tubing). Slotted tail pipe berbentuk tubing yang
berlubang-lubang dan berfungsi sebagai ruang mengalirnya fluida reservoir ke
dalam string hingga kepermukaan.
13. Mule Shoe. Mule shoe berbentuk runcing dan berfungsi sebagai guide saat
string diturunkan, terutama untuk menghindari dudukan saat melewati packer.

String DST yang digunakan umumnya memiliki diameter dalam (ID) sama
atau lebih besar dari 2 1/4" yang bertujuan sebagai sarana apabila dilakukan
running wireline tool atau coiled tubing di dalam string sehingga program
pengujian sumur menjadi fleksibel. Susunan string DST tool beserta program
DST dapat dilihat pada lampiran 3.

III.2 FUNGSI DAN PRINSIP KERJA SUBSURFACE EQUIPMENT


Peralatan atas permukaan pada saat dilakukan DST antara lain :
1. Flow head, dipasang di ujung atas rangkaian DST, memiliki empat buah valve
yaitu : master valve di bagian bawah, dua buah wing valve yang terhubung ke
manifold valve tester dan ke pompa, serta top valve. Prinsip pokok yang harus
diingat saat buka tutup valve adalah : jangan melakukan hentakan saat
memutar kerangan valve, karena dapat menyebabkan percikan api.
2. Chicksan steel flow hoses, sebagai line penghubung knock down yang mudah
diatur dan dibuka/pasang di atas rig floor, sebagai penghubung antara flow
head dan manifold valve tester maupun ke line pompa.
3. Manifold valve tester c/w choke assembly, berfungsi mengatur laju aliran
fluida formasi yang sedang diuji dengan cara mengatur dan memasang bean
choke yang diinginkan. Terdapat dua jenis choke yaitu fixed choke dan
adjustable choke. Ukuran bean choke yang dipasang adalah mulai 8/64 –
64/64 (1 inch). Saat pertama kali LPR-N valve dibuka, aliran fluida dilewatkan
ke adjustable choke dengan bukaan penuh (64/64) untuk mengantisipasi
tingginya tekanan dari fluida formasi serta aliran langsung di-bypass ke flare.

Drilling Service Dit.Hulu 10


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

Setelah dirasakan aman/stabil, aliran dipindahkan ke fixed choke dengan choke


64/64 dan fluida formasi diarahkan ke separator sebelum dibuang. Saat
penggantian ukuran choke, aliran fluida tidak boleh dihentikan, sehingga arah
aliran dilewatkan melalui adjustable choke yang dapat diatur pembukaannya
secara manual melalui skala yang tertera dengan skala maksimum 104. (skala
104 = 64/64 = 1 inch). Dengan mengubah-ubah ukuran bean choke di
manipold test, maka dapat diperoleh informasi mengenai tekanan dan rate
produksi fluida formasi. Semakin kecil ukuran choke yang digunakan, tekanan
terbaca di pressure gauge semakin besar dan rate produksi semakin kecil.
Demikian juga sebaliknya.
4. Pressure gauge monitor & chart reader, berfungsi memantau tekanan
reservoir dari permukaan, baik saat buka atau tutup LPR-N valve. Chart
reader menggunakan barton chart untuk setiap 1 jam pencatatan. Juga
digunakan DWT (Death Weight Tester) sebagai kalibrasi dari pressure gauge
monitor karena memiliki akurasi tinggi (hingga 2 satuan psi).
5. Test unit (separator 3 fase dan storage tank), berfungsi untuk memisahkan
fluida cair (minyak dan air) serta gas. Saluran dengan warna biru untuk aliran
minyak, kuning untuk gas, dan hijau untuk air. Minyak bercampur air akan
ditampung di storage tank dan gas akan dibuang dan dibakar di flare unit.
Separator unit dilengkapai dengan pengaman tekanan berupa PSV (Pressure
Safety Valve) dengan operating Pressure1440 psi dan Rupture Disc dengan
operating pressure 1470 psi dan merupakan angka yang menunjukkan
kapasitas tes unit. Bila tekanan di separator mencapai tekanan tersebut, maka
fluida langsung dilewatkan ke PSV/RD dan langsung dibuang ke flare.
Apabila kondensat yang terkumpul di storage tank sudah penuh, maka
selanjutnya dipindahkan ke tempat lain melalui truck tanki yang dilengkapi
dengan pompa vakum untuk dikirim dan diproses di tempat lain (lihat
lampiran 2.b dan 2.c).
6. Flow line untuk flaring, sebagai line/jalur fluida yang akan dibakar di flare.
Flowline harus dibuat lurus, dan diarahkan ke daerah yang aman.

Drilling Service Dit.Hulu 11


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

7. Flare yang dilengkapi dengan burner dan water sprayer. Flare dilengkapi
dengan Filter yang akan memisah antara minyak dan gas untuk kemudian di
buang (minyak) atau dibakar (gas) apabila tes unit tidak dilengkapi dengan
separator. Jika tes unit menggunakan separator, maka yang dibuang adalah
fase gas. Penyalaan dilakukan melalui burner. Pada burner, terdapat elektroda
yang tersambung dengan aliran listrik 220 V, serta gas elpiji yang
disemprotkan ke dalam burner. Saat terjadi aliran listrik, timbul loncatan
listrik pada elektroda, yang akan membakar gas elpiji. Api yang menyala
diharapkan bisa memantik gas yang keluar dari mufler flare hingga terbakar.
Saat terjadi pembakaran di flare, water sprayer diaktifkan dengan tujuan
untuk melindungi flare unit dari panas berlebih. Dari asap yang dihasilkan dari
pembakaran, dapat diketahui jenis fluida yang terbakar. Jika asap berwarna
putih, maka gas yang terbakar. Jika asap berwarna hitam, fluida yang terbakar
adalah minyak atau campuran minyak dan gas.

Sampel fluida formasi dapat diperoleh melalui peralatan surface


equipment. Umumnya sampel diambil melalui choke manifold dengan selang
karet berukuran kecil, dan diukur kadar H2S-nya. Setiap 30 menit dilakukan
pengambilan sampel fluida dan pengukuran kandungan Cl-. Apabila kandungan
Cl- dibawah 1000 ppm, maka dapat dipastikan fluida yang mengalir adalah murni
fluida dari formasi.

III.3 PROSEDUR PELAKSANAAN RUNNING & RELEASE DST TOOL


Sebelum melaksanakan DST, harus dilakukan tahap persiapan untuk
memastikan pelaksanaan DST berjalan lancar dan aman. Harus diyakinkan bahwa
sumur dalam keadaan aman dengan memperhatikan properties lumpur atau CF
(SG cukup, water loss yang kecil dengan mud cake yang tipis agar string DST
tidak stuck, viskositas yang cukup untuk menangani efek gas cut yang sering
terjadi saat DST). Selain itu, yakinkan dinding lubang untuk set packer dalam
keadaan bersih dengan melakukan scraper terlebih dahulu.

Prosedur masuk rangkaian DST adalah sebagai berikut :

Drilling Service Dit.Hulu 12


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

1. Pastikan semua DST tool sudah di-redress, function test dan pressure test
berdasarkan SOP dari service company yang bersangkutan
2. Pastikan ukuran ID, OD dan panjang dari masing-masing tool DST sudah
benar dan disablon.
3. Sesuaikan ukuran dan tipe thread DST tool, crossover dengan dengan
tubing/DP yang akan digunakan.
4. Pastikan jumlah tubing/DP yang akan dipakai/masuk. Sesuaikan jumlah
DC dengan beban untuk set packer.
5. Buat tool string. Sambung beberapa tool maksimal panjang 4 meter
sebelum diangkat ke rigfloor oleh crane.
6. Pre job safety meeting.
7. Make up DST tool berdasarkan urutan masuk sumur.
8. Isi rangkaian DST tool di atas LPR-N dengan fresh water sampai di ujung
rangkaian DST tool (atau sesuai permintaan reservoir engineer.) dan
lakukan pressure test sebelum masuk sumur. LPR-N valve dalam posisi
tertutup.
9. RIH rangkaian DST. Ketika memasuki liner 7” turunkan string perlahan-
lahan dan jangan sampai posisi packer terduduk yang akan mengakibatkan
rubber packer akan rusak/pecah.
10. Setelah packer sampai pada kedalaman yang ditentukan, lakukan set
packer. Setelah set packer dilaksanakan, lakukan Pressure test untuk
memastikan packer ter-set dengan baik.
11. Make-up flowhead dan sambungkan ke line manifold test dan line pompa.
12. Lakukan pressure test flowhead (5000 psi/10 menit), line dari flowhead ke
manifold (7000 psi/15 menit), serta line dari manifold ke separator (700
psi/10 menit).
13. Pastikan pressure recorder terpasang di BPM rig.
14. Tutup pipe RAM. Setelah pipe RAM tertutup, LPR-N siap difungsikan
(dibuka) untuk Initial Flow (Clean Up) dengan memberikan tekanan di
anulus sesuai operating pressure(1700 psi).
15. Lakukan tahap-tahap DST sesuai dengan program dari reservoir engineer.

Drilling Service Dit.Hulu 13


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

16. Selama pelaksanaan DST, bila LPR-N valve dalam keadaan terbuka,
pastikan pressure di anulus tetap terjaga sesuai operating pressure-nya
(1700 psi). Bila LPRN dalam keadaan tertutup, yakinkan tekanan di dalam
string adalah 0 psi melalui pengamatan di manifold.

Prosedur release dan cabut rangkaian DST adalah sebagai berikut :


1. Pre job safety meeting sebelum release DST tool.
2. Pastikan tidak ada tekanan di dalam string DST. Jika ada, bleed-off.
3. Isi string DST dengan CF sampai penuh (sesuai volume string di atas
LPR-N) secara bertahap untuk memberi kesempatan gas bermigrasi ke
atas. Selanjutnya LPR-N valve dibuka dengan memberi tekanan di anulus
sesuai operating pressure(1700 psi). Lakukan Bull Heading dengan
memompakan CF untuk “kill well” dan sirkulasi hingga SG in/out sama
untuk mengeluarkan sisa-sisa gas trap. Indikasi LPR-N terbuka adalah
turunnya tekanan di dalam string saat bull heading. Lakukan Observasi.
4. Bila sumur loss, pompakan LCM dan dorong dengan CF sesuai volume
yang dibutuhkan. Lakukan sirkulasi dan observasi untuk meyakinkan
sumur aman.
5. Buka RD Safety Circulating Valve dengan memberi tekanan ke anulus
sebesar operating pressure(2500 – 3100 psi). Setelah terbuka, buka Ram
BOP, sirkulasi kondisikan CF. Yakinkan SG In/Out sama. Observasi.
Yakinkan sumur aman.
6. Un-set Packer. Sirkulasi untuk mengeluarkan sisa-sisa gas trap atau fluida
reservoir yang berada di bawah packer sampai bersih. Yakinkan sumur
aman.
7. Cabut rangkaian DST sampai permukaan dan lay down DST tool. Ambil
contoh fluida yang terperangkap di Sampler Sub DST. Pindahkan data di
EMR ke komputer.

Drilling Service Dit.Hulu 14


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

III.4 PROSES YANG TERJADI SELAMA DST


Rangkaian DST diturunkan ke dalam sumur dengan string dalam keadaan
kosong. Semakin dalam diturunkan, string akan mendapat gaya ke atas (efek
Bouyancy) sehingga string harus diisi sebagian dengan bantalan air (water
cushion) agar string mudah masuk ke dalam lubang sumur sekaligus melindungi
string dari collapse. Setelah sampai di kedalaman yang ditentukan, lakukan set
packer dengan memberi putaran ke kanan pada string beberapa kali (10 kali).
Setelah packer terpasang, LPR-N valve dibuka dan terjadi aliran dari
formasi ke dalam string. Inersia fluida formasi yang mengalir dapat menciptakan
tekanan yang menyebabkan osilasi dan turbulensi. Akibatnya, terjadi pressure
loss akibat friksi/gesekan yang terjadi. Ini berakibat perhitungan BHP di EMR
tidak merepresentasikan aliran sesungguhnya dari fluida reservoir. Dengan adanya
bantalan air, efek kejut/menghentak dari mengalirnya fluida dormasi dapat
dikurangi. Bila string dalam keadaan kosong, dapat terjadi burst pada formasi
karena formasi tiba-tiba dihadapkan dengan tekanan atmosfer (string dalam
keadaan kosong) saat pembukaan LPR-N. Burst batuan formasi akan menyumbat
(plug) lubang-lubang pada anchor pipe sehingga menghalangi aliran fluida
formasi ke dalam string.
Tekanan bantalan air adalah sebesar panjang LPR-N valve hingga Slip
Joint (104 m ≈ 148 psi). Sebagai contoh untuk DST4 (perforasi di 2897 – 2903 m)
dengan CF 1.19 :
ƒ Posisi LPR-N Valve : 2873.86 m
ƒ Posisi Slip Joint : 2770.15 m
ƒ Posisi Packer : 2883.00 m
ƒ Ujung Rangkaian DST : 2895.89 m
ƒ Posisi Bridge Plug : 2920.00 m
ƒ Tekanan bantalan air (Pwc)
Pwc = 0.5052 x SG air (ppg) x jarak LPR-N dgn slip joint (feet)
= 0.052 x 8.33 x (2873.86 – 2770.15) x 3.281
= 0.433 x 340.272 = 147.4 psi
ƒ Tekanan fluida di dalam string DST (Ps)
Ps = 0.5052 x SG CF (ppg) x jarak ujung R.DST dgn LPR-N (feet)
= 0.052 x 8.33 x 1.19 x (2895.89 - 2873.86) x 3.281
= 0.515 x 72.28 = 37.26 psi

Drilling Service Dit.Hulu 15


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

ƒ Tekanan Fluida di bawah Packer hingga Bridge Plug Pp:


Pp = 0.5052 x SG CF (ppg) x jarak packer dgn bridge plug (feet)
= 0.052 x 8.33 x 1.19 x (2920 - 2883) x 3.281
= 0.515 x 121.397 = 62.56 psi
ƒ Tekanan Reservoir = 4211 psi
ƒ Differensial Pressure = 4211 – (147.4 + 37.26 + 62.56) = 3963.82 psi

Selanjutnya, perekaman tekanan yang dicatat oleh EMR adalah sebagai


berikut (lihat lampiran 2.a ) :
1. Mula-mula string berada pada tekanan atmosfer (titik A). Saat string
diturunkan ke dalam lubang, tekanan yang terekam di EMR mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya kedalaman disebabkan tekanan
hidrostatic yang dikerjakan oleh kolom CF di anulus. Saat mencapai dasar,
tekanan yang terekam adalah sama dengan tekanan hidrostatik kolom CF yang
mengisi lubang sumur sesuai dengan kedalaman recorder yang bersangkutan
(titik B-C).
2. Initial Flow (IF). String DST diturunkan hingga mencapai interval yang telah
ditentukan, dan dilanjutkan dengan set packer. Saat LPR-N valve dibuka,
fluida formasi mengalir kedalam string (titik C-D). Durasi tahap ini bervariasi
sesuai dengan rekomendasi reservoir engineer. Tujuan dari tahap ini adalah
ƒ Menyamakan kembali tekanan statik fluida reservoir setelah diinfiltrasi
oleh kolom lumpur pemboran/CF. Tekanan kolom CF statik dan set
packer menyebabkan CF berfiltrasi kedalam formasi sehingga perlu untuk
mengembalikan formasi ke keadaan awal.
ƒ Sebagai syarat untuk memperoleh sampel fluida formasi yang asli. Pada
saat dilakukan drilling, zona yang bersangkutan mendapatkan tambahan
fluida formasi berupa bahan-bahan lumpur seperti LCM (Diasel-M), black
magic, atau kandungan yang lain. Biasanya dilakukan pengukuran
terhadap kandungan CL- dari sampel fluida formasi. Bila kandungan CL-
di bawah 1000 ppm, maka diperkirakan fluida yang mengalir adalah murni
fluida formasi. Oleh karenanya, tahap ini biasanya dinamakan Clean-Up.
3. Initial Shut-in Pressure (ISI). Pada tahap ini LPR-N valve ditutup dan terjadi
kenaikan tekanan yang ditunjukkan dengan garis D-E. Durasi tahap ini sesuai

Drilling Service Dit.Hulu 16


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

dengan rekomendasi reservoir engineer dengan berdasarkan perkiraan


permeabilitas reservoir. Selanjutnya tahap dilanjutkan dengan melakukan
beberapa kali flow dan shut in dengan mengubah ukuran bean choke di
manifold sebagai bagian dari tes produksi.
4. Final Flow (FF) dan Extended Flow. Pada tahap ini LPR-N valve dibuka
dengan ukuran choke tertentu. Tujuan tahap ini adalah untuk mengevaluasi
performa asli aliran fluida formasi. Tekanan yang tercatat diperlihatkan pada
garis E-F dan dilakukan secukupnya
5. Final Shut-in Pressure (FSP). Durasi tahap ini lebih lama dibanding durasi
ISI, terutama pada formasi dengan permeabilitas yang rendah. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan data tekanan formasi secara reliable. Tekanan
yang tercatat ditunjukkan pada garis F-G.
6. Release packer, dan angkat string DST ke permukaan. Tekanan yang terekam
ditunjukkan dengan garis J-K yang mengalami penurunan tekanan seiring
dengan diangkatnya string ke permukaan, hingga akhirnya tekanan yang
tercatat sama dengan tekanan atmosfer (± 15 psi ).
Durasi flow maupun shut in well ditentukan berdasarkan program yang dibuat
oleh reservoir engineer. Adapun analisa kualitatif dari variasi gauge plot DST
dapat dilihat pada lampiran 6.

III.5 HAMBATAN PELAKSANAAN DAN SOLUSINYA


Beberapa hambatan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan
DST antara lain :
1. Terjadi kebocoran pada manifold test. Hal ini seringkali disebabkan karena
tekanan fluida formasi yang sampai ke permukaan cukup besar dengan
fluida berupa gas yang tercampur dengan pasir. Hal ini mengakibatkan
valve di manifold terkikis sehingga terjadi kebocoran. Petugas harus selalu
dalam keadaan standby dan melakukan pengecekan secara rutin terhadap
line di permukaan dan di manifold sehingga apabila dijumpai kebocoran,
maka dapat dilakukan penggantian valve sesegera mungkin.
2. Tidak berfungsinya LPR-N valve saat dibuka. Untuk meyakinkan agar
valve LPR-N terbuka saat diberi tekanan anulus 1700 psi, yakinkan gas

Drilling Service Dit.Hulu 17


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

nitrogen yang diisikan ke dalam chamber sesuai dengan yang diinginkan,


dan lakukan function test, serta pressure test sebelum masuk DST tool.
Lakukan fault tree analysis untuk mencari penyebab tidak berfungsinya
DST tool.
3. Kegagalan EMR dalam merekam perubahan tekanan dan temperatur di
bawah. Yakinkan bahwa baterai yang digunakan masih bagus, dan
gunakan 2-3 EMR recorder. Bilamana perlu, kombinasikan EMR dengan
mekanikal gauge.
4. Tidak berfungsinya R/D safety circulating valve disebabkan banyaknya
kotoran/semen yang menyumbat dan menghambat pergerakan mandrel
sehingga port tidak bisa terbuka. Lakukan beberapa kali usaha untuk
membuka R/D. Apabila gagal, maka terpaksa string DST harus dicabut,
namun dengan prosedur yang aman. Buka Full Flo Bypasss Hydraulic
dengan angkat string di rotary table sejauh 2m sehingga terjadi
komunikasi antara fluida anulus dengan fluida formasi. Yakinkan tidak
ada aliran yang berarti. Jika aman, lakukan unset packer dan cabut sampai
permukaan dengan hati-hati dengan selalu menjaga level CF di anulus.

Dari sudut pandang reservoir engineer, jika formasi mengalamai


kerusakan hebat, dan ratio zona damage-nya besar, tekanan transients yang
didapatkan selama periode FF masih berkisar di zona damaged, sehingga
permeabilitas yang didapatkan bukan merepresentasikan permeabilitas reservoir,
namun damaged zone. Jika zona pengujian DST berada pada lada lapisan shale
sand, filtrate CF dapat menyebabkan deflokulasi dan swelling clay yang terdapat
pada sand. Akibatnya, permeabilitas reservoir di sekitar lubang bor akan tereduksi
sehingga hasil test tidak merepresentasikan secara benar kandungan hidrokarbon
pada reservoir. Lama waktu periode clean-up juga harus dilakukan secukupnya
dan tidak boleh terlalu singkat untuk memastikan bahwa fluida yang didapatkan
pada tahap alir selanjutnya merupakan fluida asli dari formasi, yang tidak
tercampur dengan bahan lumpur pemboran/LCM/black magic. Oleh karenanya,
perlu dilakukan perhitungan secara cermat oleh reservoir engineer agar DST yang
dilaksanakan benar-benar menghasilkan data yang handal dan sesuai.

Drilling Service Dit.Hulu 18


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
1. DST merupakan metode komplesi sementara yang bertujuan mendapatkan
sampel fluida formasi dan parameter-parameter fluida formasi (tekanan,
temperatur, SG, dll) sehingga bisa diketahui permeabilitas formasi, radius
formasi, wellbore damage, serta rate produksi. Pelaksanaan DST melibatkan
pihak/personel yang ahli dalam bidangya.
2. DST dapat dilakukan pada kondisi open hole atau cased hole. Jika DST
dilakukan pada open hole, hasil DST akan menentukan apakah akan dilakukan
pemasangan casing pada zona yang bersangkutan, atau dilakukan sumbat
semen dan dilakukan perforasi pada zona di atasnya. Dari beberapa DST yang
dilakukan, akan didapatkan bahan masukan untuk mengambil keputusan
apakah sumur akan dijadikan sumur produksi atau abandoned well.
3. Susunan string DST ditentukan oleh DST engineer. Dalam pelaksanaan di
lapangan, tidak terdapat perbedaan tool string yang digunakan baik untuk
open hole maupun cased hole.
4. Peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan DST terbagi menjadi dua jenis,
yaitu surface equipment dan subsurface equipment. Sebelum pelaksanaan DST
dimulai, masing-masing peralatan harus dilakukan function test dan Pressure
test untuk memastikan alat bekerja dengan baik dan menghindari terjadinya
hambatan yang dapat menggagalkan hasil yang diinginkan.
5. DST biasanya dilakukan pada sumur eksplorasi/wild cat, sehingga aspek
kesehatan, keselamatan kerja, dan lindungan lingkungan harus benar-benar
diperhatikan. Bila fluida reservoir diperkirakan berupa gas, maka bahaya yang
ditimbulkan harus diantisipasi sejak awal. Harus disediakan peralatan untuk
keadaan emergency seperti : APAR, SCBA (self contained breathing

Drilling Service Dit.Hulu 19


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

apparatus), sirine/alarm, sinyal tanda bahaya, serta pelatihan yang diberikan


kepada kru dan service company.

IV.2 SARAN-SARAN/REKOMENDASI
1. Perlu dilakukan kajian tersendiri mengenai DST dilihat dari sudut pandang
reservoir engineer sehingga didapatkan analisa data yang diperoleh selama
DST berlangsung. Dengan demikian akan didapatkan gambaran secara
jelas maksud dan tujuan dilakukannya DST berdasarkan karakteristik
formasi yang diuji.
2. Terdapat beberapa jenis pengujian (well testing) yang dilakukan pada
sumur. Perlu dilakukan kajian dan perbandingan antara metode DST dan
metode Wireline Formation Tester.

Drilling Service Dit.Hulu 20


Prinsip Kerja dan Pelaksanaan Drill Stem Test (DST)

DAFTAR PUSTAKA

Baker Hughes INTEQ, 1999. Petroleum Geology. Houston, United States of


America.

Sclumberger, 1998. Introduction to Well Testing. England.

Well Control School, 2000. Guide to Blowout Prevention. Louisiana.

Widiarso, Lukas Djoko Widiarso,2007. Drill Stem Test : Materi training BPS Bor

2007.

DST manual book : Yuan Heng. Halliburton.

DST web page. http://www.bjsdst.com/DST%20basic.htm

Drilling Service Dit. Hulu


LAMPIRAN
Lampiran 1. Well Profile SBB – 2TW.
Lampiran 2.a. Gauge Plot Pressure Recorder

Lampiran 2.b. Separator unit


Lampiran 2.c. Skema Separator Unit
Lampiran 3.a. DST 2 Tool String (open hole)
Lampiran 3.b. DST 3 Tool String
Lampiran 3.c. Program DST 2
Lampiran 3.d. Program DST 3

Catatan
1. Jika hasil tes pada selang 2924.5 - 2930.5 m ini tidak mengalir atau rate gas < 0.5 MMscfd, dilakukan
perforasi di selang 2917 - 2923 m dan lakukan UKL secara commingle (program menyusul).
Sebaliknya jika hasil tes ini berhasil, program langsung lanjut ke UKL 4 untuk menguji formasi TAF
(Program menyusul).
2. Jika dari tes ini tidak mengalir, baik pada tahap initial flow dan 1st flow, program di atas tidak
berlaku lagi. Dan setelah dilakukan 1st flow langsung dilakukan shut-in selama 2 kali waktu 1st flow
atau maksimal 48 jam. Kalau memungkinkan setelah shut in dilakukan cabut kering dan ambil
sampel fluida di dalam string.
Lampiran 3.e. Gauge Plot DST 3
Lampiran 4. a. BJ Jar

a. Jar posisi normal b. Jar saat ditarik (pull)

Lampiran 4.b. LPR-N Valve

a. Posisi open b. Posisi close


Lampiran 4.c. RD Safety Circulating Valve

a. Posisi open valve b. Posisi close valve

Lampiran 4.d. RTTS Packer

a. Posisi RIH b. Putar kanan c. Pengunci slip “unlock” & mekanikal


slip mengembang
d. Rubber packer mengembang e. Hydraulic slip mengembang
Lampiran 5.a Pembuangan Gas Selama DST Melalui Flare
Lampiran 5.b. Peralatan Surface Euipment

5.b.1. Flow Head

5.b.2. Choke Manifold


5.b.3. Separator 3 Fase

5.b.4. Storage Tank

5.b.5. Flare Unit & Burner


5.b.6. Adjustable Choke 5.b.7. Bean Choke

5.b.8. Barton Chart 5.b.9. Fixed Choke

5.b.10. Kondensat 5.b11. Silver Nitrat & Amonium Klorat


untuk uji kandungan CL-
Lampiran 5.c. Peralatan Sub-surface equipment

5.c.1. RTTS Packer

5.c.2. Ball valve LPRN & Rupture Disc

5.c.3. Instream Bundle Carier

5.c.4. Slotted Tail Pipe (perforated tubing)


5.c.5. EMR, EMR Carier dan Baterai

5.c.6. Proses Transfer Data EMR ke Komputer


Lampiran 6. Analisa kualitatif gauge plot DST
INTERPRETASI KUALITATIF GAMBAR HASIL REKAMAN
Gambar Keterangan
2 Fluida hilang sebelum penyekat (packer) didudukan. Tekanan turun waktu alat
masih ke dalam sumur. Arus cairan di anulus turun. Mungkin fluida, mengalir ke
formasi atau ke dalam pipa bor. UKL ini dapat dikatakan normal.

3 Kebocoran pada pipa bor. Terlihat tekanan awal yang tinggi ketika alat dibuka
pertama kali. Perolehan terutama berupa lumpur bor dan sedikit fluida reservoir
karena tekanan balik dari lumpur.

4 Pengaruh bantalan air yang kecil. Bantalan air menyebabkan bertambahnya


tekanan awal pada saat aliran terjadi. Perolehan terdiri dari bantalan air dan
fluida reservoir yang banyaknya tergantung pada bantalan air, karakteristik
batuan dan fluida formasi, operasi di permukaan, dan lain-lain.

5 Gambar kurva yang tidak rata sebagai akibat getaran jarum pencatat (stylus).
Getaran ini dapat disebabkan oleh gelombang laut, pergerakan kapal dan
lainlain. UKL ini dapat dikatakan normal, kecuali bagian-bagian kurva yang
tidak rata.

6 Akibat terproduksinya bantalan air di sumur gas:


a. Bantalan air naik ke permukaan.
b. Bantalan air sedang diproduksikan.
c. Gas kering mengalir melalui jepitan.

7 Sumur dengan transmissibility sedang. Fluida reservoir mengalir ke permukaan.


Bentuk kurva dan lamanya fluida mencapai permukaan tergantung pada
permeabilitas, viskositas, volume dan panjang pipa bor, gesekan, tekanan, massa
jenis fluida, dan lain-lain

8 Alat pencatat tekanan tersumbat ketika perkakas di dasar sumur sebelum


penyekat dipasang. Sumbat terlepas pada tekanan yang sama sewaktu keluar dari
lubang. Fluida reservoir diperoleh dalam jumlah yang normal.

9 Alat pencatat tekanan tersumbat setelah penyekat didudukkan sebelum perkakas


dibuka. Sumbat terlepas pada tekanan lebih rendah ketika keluar dari sumur.
Fluida reservoir diperoleh dalam jumlah yang normal.

10 Adanya kelebihan fluida didalam pipa. Tekanan alir di bagian hulu baik jepitan
di permukaan atau di bawah permukaan akan tetap sampai tekanan balik sebagai
akibat akumulasi fluida menjadi sangat besar, sehingga laju aliran berkurang.

11 Pengaruh dua lapisan. Disebabkan oleh dua zone lensa pasir yang tidak
berhubungan dengan baik, patahan, discontinuity, batas fluida, dan lain-lain.
Kurva berubah sudut kemiringannya sering terjadi pada saat pengaliran dan
penutupan dan perubanan mungkin terjadi dalam arah yang berlawanan,
tergantung pada keadaan.

12 Pencatat tekanan berangsur-angsur tersumbat selama periode pengaliran.


Terbuka ketika keluar dari lubang baru. Perolehan fluida reservoir normal.

13 Pencatat tekanan tersumbat selama pengaliran dan terbuka pada saat penutupan
lanjut (buildup). Perolehan fluida reservoir normal.
14 Perubahan ukuran rangkaian pipa. Perubanan kemiringan selama pengaliran
tergantung pada letak pipa yang lebih besar di dalam rangkaian. Perolehan fluida
reservoir normal.

15 Pencatat tekanan tersumbat ketika alat diturunkan ke lubang sumur.


Penyumbatan ini terjadi ketika berat fluida sama dengan tekanan yang direkam.
Kemudian terbuka pada tekanan yang lebih rendah, ketika alat tersebut diangkat
dari lubang sumur. Perolehan fluida reservoir normal.

16 Jarum pencatat merobek chart dan tidak dapat bergerak. Perolehan fluida
reservoir normal.

17 Interferensi sumur. Waktu UKL biasanya terlalu pendek untuk mengetahui


interferensi dengan spasi sumur saat ini. Tekanan menurun pada waktu lanjut.
Perolehan fluida reservoir dapat dikatakan normal.

18 Dua pengujian dengan alat pencatat tekanan yang sama. Tekanan ekstrapolasi
buildup kedua lebih kecil dari buildup pertama. Mungkin juga reservoir kecil
dengan tekanan yang terus menerus (depletion).
19 & 20 Satu pengujian menggunakan dua pencatat tekanan. Pencatat tekanan sebelah
kiri menandakan formasi berpermeabilitas tinggi dengan skin kecil, nol, bahkan
mungkin negatif. Kurva sebelah kanan memperlihatkan pencatat tekanan yang
tersumbat ketika sampai di dasar sumur, kemudian terbuka kembali ketika mulai
diangkat dari dasar sumur. Apabila pencatat tekanan (untuk kasus alat di sebelah
kanan) ada dasar sumur, kemungkinan tersumbat oleh partikel.

21 Dua pengujian menggunakan alat pencatat tekanan yang sama. Karakteristik


kurva uji yang kedua berbeda dengan yang pertama. Skin atau parameter lain
pada persamaan aliran atau buildup yang sensitif terhadap perubahan pengaliran
atau penutupan, telah berubah diantara kedua pengujian ini. Tekanan awal
pengujian kedua lebih tinggi (sebesar berat kolom cairan) dari pengujian pertama
karena masuknya fluida kedalaman rangkaian pipa selama pengujian pertama.

22 & 23 Satu pengujian menggunakan dua alat pencatat tekanan. Gambar 22


menunjukkan penyumbatan yang berangsur-angsur dari arah bawah alat
pencatat. Gambar 22 menunjukkan karakteristik reservoir yang sesungguhnya.
Pencatat (Gambar 22) mengukur berat fluida di atas alat bukannya sifat
reservoir. Kedua gambar tidak identik sebab penyumbatan pada pipa
menyebabkan tekanan yang berbeda.

24 & 25 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Kedua kurva identik
(kecuali perbedaan kecil yang disebabkan oleh beda letak kedua perekam
tersebut). Kedua kurva ini normal karena alat bekerja baik, tidak ada
penyumbatan atau hal lainnya.

26 & 27 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Gambar 26 menunjukkan


karakteristik reservoir sedangkan Gambar 26 menunjukkan perekam tersumbat
ketika diturunkan ke dasar lubang dan tetap tersumbat ketika diperiksa di
permukaan.

28 Jam berhenti ketika penutupan sumur. UKL normal. Perolehan fluida normal.
29 Jarum perekam terhambat jalannya (terseret-seret). Tekanan yang terekam
menunjukkan karakteristik tangga (stair-step character). Jarum pencatat perlu
diatur kembali kedudukannya. UKL normal.

30 Rangkaian pipa tepat di atas alat pencatat tersumbat. Perolehan fluida sedikit,
terutama lumpur. Tekanan naik dengan cepat mencapai tekanan reservoir.

31 Produksi air dan sumur mati. Berat air dan sedikit lumpur pada rangkaian pipa
melebihi tekanan reservoir sehingga sumur tersebut mati.

32 Pengaruh dari tekanan yang sangat tinggi. Kenaikan tekanan selama periode
pengaliran dan periode buildup lebih cepat dari biasanya. Perolehan lumpur juga
mungkin lebih besar. Tekanan tertingi kemungkinan melebihi atau tidak
melebihi tekanan reservoir normal.

33 Pelarutan kembali gas dalam pipa bor ketika sumur ditutup di permukaan.
Pengujian ini mungkin normal.

34 Lapisan tidak permeabel. Sejumlah kecil lumpur dan fluida formasi mungkin
diperoleh.

35 Lapisan berpermeabilitas rendah. Diperoleh sejumlah kecil lumpur dan fluida


formasi.

36 Aliran tersumbat kemudian terbuka kembali pada beberapa lokasi di atas alat
pencatat tekanan. Perolehan fluida reservoir dalam jumlah yang berkurang.

37 Penyumbatan aliran secara berangsur-angsur di bawah alat pencatat. Tekanan


turun ke harga yang sama dengan berat fluida di atas pencatat ketika laju aliran
berkurang. Diperoleh sedikit lumpur dan fluida reservoir.

38 Dipengaruhi oleh skin. Diperoleh sejumlah fluida formasi; tekanan bertambah


selama pengaliran. Laju kenaikan tekanan (buildup) tergantung pada
permeabilitas, tekanan dan perbedaan tekanan kompresibilitas fluida, volume
yang dipengaruhi, derajat kerusakan karena padatan atau invasi filtrat lumpur,
perforasi, penetrasi parsial dan lain-lain. Skin yang tinggi dapat mengurangi laju
aliran secara nyata dan menyebabkan perbedaan tekanan oleh skin yang sangat
besar.

39 Aliran dalam jepitan berasal dari lapisan berpermeabilitas tinggi. Tekanan alir
(dasar sumur atau permukaan, Pwf) dan laju aliran tergantung pada
transmissibility, tekanan reservoir, perbedaan tekanan, ukuran jepitan dan
berbagai karakteristik fluida, formasi dan sistem aliran. Peningkatan tekanan
selama penutupan dan pengaliran terjadi sangat cepat, ``sehingga sulit
memperoleh harga skin dan permeabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

40 Aliran disebabkan oleh heads, swabbing, dan lain-lain. Terdapat berbagai


macam variasi disebabkan oleh swabbing. Perolehan termasuk fluida reservoir.
Swabbing menyebabkan pengurangan tekanan apabila arus cairan diturunkan.

41 Kurva berbentuk “S”. Penutupan terjadi di permukaan, gas pelarutan ke dalam


cairan, zona berpermeabilitas rendah terletak di dalam lapisan yang ketat, dan
lain-lain menghasilkan bentuk kurva seperti itu selama peningkatan tekanan.
Yang diperoleh termasuk fluida reservoir dalam jumlah normal.
42 Penyekat gagal bekerja dengan baik, dipasang kembali dan berhasil. Diperoleh
lumpur dan fluida reservoir dengan jumlah yang berkurang.

43 Jam mengalami kerusakan. Pegas jam terlepas ketika alat dibuka. Perolehan
termasuk fluida reservoir dalam jumlah normal.

44 Alat gagal ditutup. Tidak didapat buildup. Perolehan termasuk fluida formasi.

45 Alat gagal dibuka. Tidak ada perolehan fluida kecuali sejumlah kecil lumpur
bor. Tekanan yang diukur cenderung berkurang mendekati harga tekanan
reservoir.

46 Jam tidak berfungsi. Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.

47 Jam berhenti pada saat alat dibuka dan berjalan kembali ketika alat ditutup.
Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.

48 Penyekat tidak bekerja dan tidak dapat dipasang. Perolehan lumpur dan
sejumlah kecil fluida formasi.

49 Penyekat tidak bekerja pada saat penutupan. Perolehan fluida reservoir dalam
jumlah normal dan lumpur sebanyak yang diperlukan untuk mengimbangi
tekanan.

50 Adanya kerusakan pada peralatan jam. Skala waktu tidak benar. Diperoleh fluida
reservoir dalam jumlah normal.

51 Jam berhenti ketika alat mencapai dasar dan bekerja kembali pada saat alat
diangkat keluar dari lubang. Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.

Anda mungkin juga menyukai