Anda di halaman 1dari 33

KOMPONEN HOISTING SYSTEM

OJT DI RIG PERTAMINA N-110M1/18


SUMUR SOPA U1 - 37

Oleh :
Lutfy Faluthi Firdaus – 22/BPS-DSH/2007
Jurusan: Drilling Services Hulu

PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)


BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT PERTAMINA TAHUN 2007
Jakarta, 15 Januari 2007 – 11 Januari 2008
22/BPS‐DSH 2007 

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa sehingga diberi kesempatan untuk dapat menulis Kertas Kerja Wajib
(KKW) dalam rangka menyelesaikan seluruh Program Bimbingan Profesi Sarjana
2007, Jurusan Drilling Service Hulu. KKW ini merupakan resume dari proses
OJT yang dilaksanakan di Rig N-110M1/18 yang sedang melaksanakan
pengeboran lokasi SOPA U1 di Sumbagsel. Tema yang diangkat yaitu mengenai
Hoisting System, dengan sub bahasan Analisa Masalah dan Tindakan Perbaikan
Pada Drawwork National N-110M1 Pada Pemboran Sumur SPA 37.

Kertas Kerja Wajib ini dibuat sesingkat-singkatnya namun dengan sejelas-


jelasnya sehingga benar-benar dimaksimalkan dari buah pemikiran Penulis agar
penyerapan materi dan proses yang didapat selama ini dilapangan dapat benar-
benar dikuasai, sekaligus sebagai bukti bahwa Penulis benar-benar mengikuti
rangkaian OJT.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, kami banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak baik berupa sumbangan pikiran, waktu, tenaga dan semangat.
Oleh karena itu melalui tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga besar Firdaus Djasad, atas segala dukungan moral dan material tanpa
batas semenjak penulis dilahirkan dan sampai masa yang tak terhingga.
2. Bapak Sutrisno, selaku pembimbing on job training.
3. Bapak Supriyatno, selaku Kepala Drilling Area Sumbagsel.
4. Bapak L. Djoko Widiarso, selaku ADM Support Area Sumbagsel.
5. Bapak Meiyono dan Djoko Hariyanto, selaku Rig Superintendent
N-110M1/18 yang selalu sabar memberikan arahan dan masukan.
6. Seluruh rekan Toolpusher, Driller, dan Crew N-110M1/18 atas kerjasamanya
dan jawaban-jawaban yang diberikan disela-sela kesibukan mereka.

i
22/BPS‐DSH 2007 

7. Adriwan, Andri, Evin, Rian, atas canda dan tawa serta kerjasama sehingga
waktu yang terlewati di SOPA terasa menyenangkan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis ungkapkan disini satu persatu, yang
tidak kalah pentingnya bagi tulisan KKW ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena
ini adalah sebuah permulaan yang akan menjadi awal bagi Penulis, sehingga
masukan dan saran yang membangun banyak sekali diharapkan agar Penulis dapat
mengoreksi dan menjadi lebih mahir dalam proses-proses pengeboran di masa
yang akan datang.

Dengan kerendahan hati, penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi
kita semua, Terimakasih.

Prabumulih, 1 Desember 2007


Penulis,

Lutfy Faluthi Firdaus, ST.


22 / BPS – DSH / 2007

ii
22/BPS‐DSH 2007 

LEMBAR PERSETUJUAN

Kertas Kerja Wajib ini telah diketahui oleh pihak-pihak yang terkait dalam
pelaksanaannya dilapangan sehingga seluruh isi nya betul-betul sudah
dikonsultasikan dan memang benar sesuai dengan kondisi yang ada di Rig
Pertamina N-110M1/18 saat di lokasi SOPA-37.

Mengetahui,

Chief Mekanik N-110M1/18 Rig Supt N-110M1/18

( Saryono ) ( Meiyono )

iii
22/BPS‐DSH 2007 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
RINGKASAN ...................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1. Latar Belakang
2. Ruang Lingkup
3. Maksud dan Tujuan
4. Metode Pendekatan
5. Sistematika

BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ............................................... 3


1. Deskripsi Komponen dan Gejala Permasalahan
2. Dimensi Permasalahan
3. Perumusan pokok masalah

BAB III. PERAWATAN DAN PERBAIKAN ................................................. 9


1. Interpretasi Data dan Informasi
2. Analisa Koreksi
3. Alternatif Pemecahan masalah
4. Perumusan Sasaran Yang Akan Dicapai
5. Pendekatan Untuk Pemecahan masalah

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 18


1. Kesimpulan
2. Saran / Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

LAMPIRAN

iv
22/BPS‐DSH 2007 

DAFTAR GAMBAR

Gbr. 2.1. Skema Drawwork ................................................................................. 3


Gbr. 2.2. Brake Rim (a) dan Brake Band (b) ........................................................ 5
Gbr. 2.3. Skema Hydromatic Brake ...................................................................... 6
Gbr. 3.1. Proses Make Up Drill Pipe .................................................................... 9
Gbr. 3.2. Skema Make Up Cathead .................................................................... 12
Gbr. 3.3. Bearing Drum Drawwork (a) Baut Dead End Brake Band (b)
Terhubung dengan Stabilizer (c) ......................................................... 13
Gbr. 3.4. Hydromatic Brake 46” (terpasang) dan 60” (rusak) ........................... 14
Gbr. 3.5. Over Running Clutch sudah washout (a) dan yang baru (b) ................14
Gbr 3.6. Sling Brake Out Cathead Mulai Putus ................................................ 15
Gbr. 3.7. Diaphragma Setelah Ditambal ............................................................ 16

v
22/BPS‐DSH 2007 

RINGKASAN

Sistem Pengangkat (Hoisting System) adalah salah satu dari antara


komponen-komponen utama dari Rig yang berfungsi untuk membantu sistem alat-
alat pemutar di dalam mengebor sumur dengan menyediakan alat-alat yang sesuai
serta ruang kerja yang dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan drill string,
casing string dan peralatan subsurface (bawah tanah) lainnya dari dan ke lubang
sumur.
Sistem Pengangkat terdiri dari 2 (dua) sub bagian utama, yaitu :

1. Rangka Pendukung (Supporting Structure)


Adalah konstruksi rangka baja yang dirakit atau dibangun di atas titik sumur
(lokasi pengeboran) yang tugasnya adalah untuk mendukung rangkaian peralatan
pipa bor dan lain-lain peralatan yang digunakan oleh sistem pemutar untuk
mengebor lubang.
Rangka Pendukung (Supporting Structure) terdiri dari :

A. Substructure
Konstuksi baja yang besar yang dibangun untuk menjadi dasar dan
menunjang menara bor yang tingginya ditentukan oleh kebutuhan pencegah
semburan liar. Substructure ini menjadi tempat kerja untuk kegiatan-
kegiatan di atas dan di bawah lantai Rig (Rig Floor).

B. Menara Pengeboran (Derrick/Mast)


Fungsi dari menara bor adalah untuk menyediakan ruang untuk mengangkat
atau memasukan rangkaian pipa bor dari atau ke dalam lubang bor. Semakin
tinggi menara bor, semakin panjang rangkaian pipa bor yang dapat
ditangani, sehingga semakin cepat proses operasi making a trip.

vi
22/BPS‐DSH 2007 

2. Peralatan Pengangkat (Hoisting Equipment)


Adalah peralatan khusus untuk mengangkat, menurunkan dan menggantung
rangkaian pipa bor (terdiri dari drill pipe, drill collar, dsb.) dan mata bor (drilling
bit) di dalam lubang sumur. Alat pengangkat ini terdiri dari :

A. Drawwork (Mesin Penarik)


Adalah unit mesin penarik/pengangkat yang kuat (mesin derek) yang
terletak di dekat meja pemutar di lantai Rig.

B. Overhead Tools (Alat-alat Bagian Atas)


Merupakan “mata rantai penghubung” didalam sistem pengangkat yang
terdiri dari :
- Crown Block :
Unit roda-roda/puli-puli (sheaves-sheaves) yang terletak di puncak
menara pengeboran.

- Travelling Block :
Susunan roda-roda/puli-puli (sheaves-sheaves) yang digantung di
bawah crown block di atas lantai bor. Bersama-sama dengan crown
block membentuk sistem kerek katrol.
- Hook (kait) :
Alat berbentuk kait yang besar terletak di bawah travelling block di
mana swivel dan rangkaian pipa bor tergantung selama operasi-operasi
pengeboran.

- Elevator :
Penjepit yang sangat kuat dan digantung pada link (gantungan elevator)
yang dikaitkan di sisi travelling block atau di hook. Elevator-elevator
ini dipakai untuk menurunkan atau menaikkan bagian-bagian rangkaian
pipa bor ke dan dari lubang bor.

C. Drilling Line
Tali kawat baja berkekuatan tinggi yang menjadi penghubung dari
drawwork , crown block dan travelling block.

vii
22/BPS‐DSH 2007 

Lantai Rig (Floor)


Lantai bor adalah lantai yang terletak di atas substructure dan menjadi
tempat kerja untuk kabanyakan operasi-operasi pengeboran.

Lantai kerja ini mempunyai 2 (dua ) tugas utama, yaitu :


A. Menunjang peralatan dan alat-alat kerja yang diperlukan , dan
B. Menyediakan tempat kerja

Istilah-istilah Perlengkapan di lantai Rig :


A. Rotary Table (meja pemutar)
Adalah alat yang memutar dan dipakai juga untuk menggantung batang bor
(pipa-pipa bor, drill collars, dan sebagainya) yang memutar mata bor di
dasar sumur.
B. Rotary Drive
Adalah meneruskan daya dari mesin penarik ke meja pemutar.
C. Drillers Consoles
Adalah pusat instrument dari Rig Pengeboran
D. Make-up dan Break-out Tong
Adalah kunci-kunci yang besar yang dipakai untuk memutar sambungan
pipa bor dan sambungan drill collar, untuk menyambung dan melepas
bagian-bagian pipa bor
E. Mouse hole
Adalah lubang berselubung terletak di samping meja pemutar di lantai Rig
yang dipergunakan untuk meletakkan pipa bor yang akan disambung dengan
kelly pada waktu menambah 1 (satu) batang pipa bor untuk untuk mengebor
lebih dalam
F. Rat hole
Adalah lubang berselubung terletak di samping kaki derrick atau kaki mast
di lantai rig dimana kelly diletakkan sewaktu melakukan suatu “round trip”
G. Dog house
Adalah ruang/rumah kecil dipakai untuk kantor petugas pengebor dan
penyimpanan alat-alat kecil lainnya

viii
22/BPS‐DSH 2007 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kegiatan pengeboran, instrumen Rig merupakan aset yang paling
penting untuk diperhatikan guna menjamin lancarnya bisnis pengeboran bagi
PDSI sebagai penyedia jasa pengeboran atau Rig Services. Beberapa hal yang
merupakan intrumen Rig dikelompokkan kedalam beberapa grup yaitu Sistem
Pengangkat (Hoisting System), Sistem Pemutar (Rotating System), Sistem
Peredaran (Circulating System), Sistem Tenaga (Power System), dan Sistem
Pencegah Semburan Liar (Blow Out Prevention System).
Setiap instrumen tersebut mempunyai kegunaan masing-masing yang saling
menunjang satu sama lainnya, dan juga memiliki cara penanganan dan perawatan
yang berbeda. Seluruhnya merupakan komponen penting sehingga bila terjadi
trouble pada satu komponen saja, dapat mengganggu kinerja dan kelangsungan
kerja yang dapat berakibat down time pada proses pengeboran. Oleh sebab itu
seluruh personel bor harus mengetahui masing-masing komponen tersebut agar
perlakuan yang diterapkan dan perawatan yang diberikan bisa tepat sasaran.

1.2. Ruang Lingkup


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan membahas sebuah
subyek tentang Komponen Sistem Pengangkat (Hoisting System) dengan sub
bahasan yaitu Analisa Masalah dan Tindakan Perbaikan Pada Drawwork.
Dalam rangka OJT ini, maka Rig yang dijadikan bahan tulisan merupakan
Rig dimana penulis melaksanakan OJT yaitu Rig Pertamina N-110M1/18 yang
sedang melaksanakan pengeboran eksploitasi sumur SPA 37 di area Sumbagsel.

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dibuatnya kertas kerja ini yaitu:
a. Sebagai parameter untuk mengukur pemahaman penulis terhadap materi-
materi yang didapat selama mendapatkan ilmu pengetahuan baik dalam
class room maupun OJT di lapangan.

   1 

 
22/BPS‐DSH 2007 

b. Sebagai syarat untuk menyelesaikan training Bimbingan Profesi Sarjana


Drilling Service Hulu, Pertamina 2007.

1.4. Metode Pendekatan


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. OJT / Praktek di lapangan, yaitu melakukan proses pembelajaran dan
pemahaman mengenai fungsi komponen Hoisting System selama berada di
lingkungan Rig pengeboran.
b. Studi literatur, yaitu penggunaan buku-buku yang berhubungan dan
berkaitan erat dengan materi dan permasalahan yang akan ditulis.
c. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan konsultasi langsung baik
dengan Rig Superintendent, maupun orang-orang yang menguasai
permasalahan yang sedang diteliti.

1.5. Sistematika
Laporan tugas akhir ini dibuat dalam beberapa pembahasan agar sistematis
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang materi, ruang lingkup pembahasan, maksud dan
tujuan, metode pendekatan serta sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


Berisikan uraian singkat yang sistematis tentang permasalahan yang ditemui
pada Komponen Hoisting System, yaitu Drawwork National N-110M1.

BAB III. PEMBAHASAN MASALAH


Berisikan tentang pembahasan lebih lanjut serta cara pengatasan dan
perbaikan terhadap masalah yang telah teridentifikasi.

BAB IV. PENUTUP


Berisikan kesimpulan dari hasil tulisan yang disajikan serta saran-saran dari
penulis.

   2 

 
22/BPS‐DSH 2007 

BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

2.1. Deskripsi Komponen Drawwork


Drawwork adalah merupakan komponen yang paling vital dari suatu sistem
pengangkat Rig, yang menyediakan tenaga pengangkatan dan pengereman yang
dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan rangkaian pipa bor dari dan ke
dalam lubang bor / sumur.
Tugas-tugas utamanya adalah untuk :
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke unit travelling block
sewaktu proses pengangkatan dan penurunan rangkaian pengeboran.
Penurunan dan pengangkatan ini disebut “trip-in”, “trip-out” atau sekedar
“trip”.
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke rotary drive sprockets
pada kebanyakan Rig (Rig yang baru biasanya mempunyai mesin-mesin
sendiri untuk melakukannya).
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke cat head untuk
menyambung (making up) atau melepas (breaking out) bagian-bagian
rangkaian pipa bor.

Gbr. 2.1. Skema Drawwork

   3 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Komponen-komponen pada Drawwork terdiri dari :

A. Drum (Hoisting Drum)


Hoisting drum berfungsi meneruskan torsi yang dibutuhkan untuk
mengangkat atau mengerem melalui drilling line yang tergulung dalam hoisting
drum. Panjang drilling line yang digulung dalam hoisting drum tergantung dari
jumlah sheaves / pulley dalam travelling block dan tinggi menara.

B. Drum (Sandreel Drum)


Berfungsi untuk meneruskan torsi untuk mengangkat atau mengerem
melalui sand line yang tergulung pada sandreel drum.

C. Sistem pengereman
Terdiri dari rem mekanis utama dan rem pembantu hidrolik atau listrik
untuk memperlambat atau menghentikan gerakan tali baja.

a. Rem Utama Mekanis (Main Mechanical Brake)


Merupakan alat tunggal yang paling penting dari sistem
pengangkat. Rem ini mempunyai kemampuan untuk membuat seluruh
beban kerja untuk betul-betul berhenti atau untuk mengurangi kecepatan
putaran drum.
Untuk tujuan keselamatan setiap drum mempunyai rem di 2 (dua)
sisi, yaitu sebuah di setiap drum flange. Konstruksi dari rem mekanis,
pada dasarnya terdiri dari sabuk baja yang lentur yang disebut brake
band yang dibagian sisi dalam dipasang sepatu-sepatu rem (brake block /
brake lining) dan di satu ujungnya dijangkarkan tetap sedang ujung yang
lain dapat digerakkan untuk ditarik oleh brake lever sehingga sepatu rem
dapat menekan brake rims pada hoisting drum flange untuk mengerem
pelan-pelan atau berhenti sama sekali.
Brake flange (Brake Rim) akan mengalami keausan normal karena
gesekan dengan brake lining sewaktu mengerem.

   4 

 
22/BPS‐DSH 2007 

a  b 

Gbr 2.2. Brake Rim (a) dan Brake Band (b)

b. Rem Pembantu (Auxiliary Brake)


Adalah rem hidrolis yang membantu meringankan tugas rem
mekanis pada waktu bekerja dengan beban-beban yang berat pada sumur
yang dalam. Rem pembantu ini dipakai hanya untuk mengatur kecepatan
penurunan pipa dan apabila bekerja sendiri, ia tidak dapat
memberhentikan beban rangkaian pipa pengeboran.
Hydromatic brake atau water brake, berkonstruksi dari rotor yang
dihubungkan dengan drum drawwork dengan jaw dan over running
clutch dan housing / stator nya dijangkarkan di skid drawwork. Prinsip
dasar operasinya adalah meredam torsi putar dengan memanfaatkan
gesekan dan adukan air yang tersirkulasi melalui brake ini.
Pocket rotor bergerak terlempar keluar karena gaya centrifugal.
Kemudian air tersebut mengalir dengan bertekanan ke dalam vane pocket
dari stator. Air yang berada dalam vane pocket stator tersebut akan
ditendang masuk ke rotor pocket kembali, dan inilah yang menghasilkan
pengereman. Kejadian ini akan terjadi terus menerus selama rotor
berputar. Terbentuknya adukan / gesekan air menghasilkan hambatan
melawan putaran rotor, dan selanjutnya akan merubah energi mekanis
menjadi panas.

   5 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Untuk putaran poros drum ke belakang hanya akan mendapat


tahanan yang kecil.

Gbr. 2.3. Skema Hydromatic Brake

D. Transmisi
Transmisi digunakan untuk meneruskan torsi, mengatur kecepatan serta
merubah arah putaran sehingga dengan putaran engine yang tinggi dengan torsi
rendah akan dapat dihasilkan suatu putaran lebih rendah dengan torsi yang lebih
tinggi dan sebaliknya.

E. Cathead
Sebagian tenaga drawwork juga diteruskan ke cathead yang dapat berfungsi
untuk membantu mengangkat peralatan ke lantai bor, menyambung dan
melepaskan sambungan pipa bor. Cathead adalah sub bagian dari drawwork dan
terdiri dari 2 (dua) Cathead yaitu :
1. Drum cathead atau make up cathead (terletak di sisi driller pada
drawwork), dan
2. Break out cathead (pada sisi lainnya)

Cathead-cathead ini digunakan untuk menyambung dan melepas


sambungan pipa bor. Meskipun demikian, tugasnya yang lebih utama lainnya

   6 

 
22/BPS‐DSH 2007 

adalah untuk mengangkat alat-alat kerja yang ringan dan untuk memindahkannya
dari tanah ke lantai bor dan lain-lain.

F. Over Running Clutch

Clutch ini hanya dapat menggigit satu arah saja dan untuk arah lain, clutch
ini tidak akan bekerja. Clutch ini dipasang di antara drum dan hydrodynamic
(hydromatic brake). Adakalanya jam clutch dilepaskan agar dapat bebas saat
drilling.

G. Safety Shut Down Device (Crownomatic Brake)


Crownomatic brake mempunyai fungsi untuk mencegah travelling block
jangan sampai menubruk crown block. Mekanisme ini diatur dengan meletakkan
posisi toggle valve arm tepat diatas batas lilitan yang menjadi batas gerakan
travelling block. Bila jumlah lilitan dilebihi maka toggle valve arm akan tertekan
ke samping, dan tekanan udara akan mengalir otomatis ke air cylinder assembly
dan menarik clutch dari brake shaft sehingga secara otomatis akan mengerem
drum.
Sementara itu dalam waktu yang sama udara juga mengalir otomatis ke air
relay valve, yang berakibat saluran udara ke high drum clutch valve dan low drum
clutch valve akan terhenti dan sekaligus tekanan udara di kedua clutch akan
terbuang. Dengan demikian pengereman otomatis tersebut di atas tidak akan
menyebabkan gangguan engine.
Untuk menormalkan operasi kembali reset valve dioperasikan untuk
membuang tekanan terlebih dahulu sebelum travelling block digerakkan.

2.2. Dimensi Permasalahan


Seperti yang telah dipaparkan diatas, maka pembahasan mengenai
permasalahan pada Komponen Hoisting System ini tidak akan mencakup seluruh
system tetapi hanya seputar drawwork dan perlengkapannya.

   7 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Sebagian besar problem adalah masalah mekanis, dan problem yang akan
dibahas merupakan problem yang ditemukan saat penulis melakukan pengamatan
serta saat mengoperasikan drawwork. Gejala-gejala yang dirasakan kemudian
dikonfirmasikan kepada Chief mekanik maupun Rig Supt untuk memastikan hal
tersebut betul sebuah masalah, sehingga bukan merupakan miss interpretasi
penulis dalam membedakan mana yang masalah dan mana yang normal.

2.3. Perumusan Pokok Permasalahan


Masalah yang ditemukan pada drawwork selama pengeboran sumur SOPA
37 ini antara lain,
A. Masalah Pada Cathead
Kurangnya daya untuk mencapai torsi yang dibutuhkan untuk proses make
up Drill Pipe 5” dengan menggunakan cathead.
B. Masalah pada Drum Hoisting
Timbul suara berisik / gemuruh kasar saat melakukan trip in.
C. Masalah pada Hydromatic Brake
Hydromatic brake kurang maksimal dalam membantu menstabilkan laju
masuk DP saat proses trip in.
D. Sling Brake Out Cathead Rusak

Drawwork National N-100M1 dapat dlihat pada lampiran 2.

   8 

 
22/BPS‐DSH 2007 

BAB III. PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Interpretasi Data dan Informasi


Setelah kita rumuskan setiap permasalahan yang ditemukan, selanjutnya kita
uraikan satu persatu untuk langkah pengatasannya.

A. Masalah Pada Cathead


Di lantai bor, saat melakukan make up Drill Pipe (DP), digunakan kunci
tong yang kemudian dikencangkan dengan ditarik oleh rantai cathead. Untuk DP
ukuran 3½“ tampak tidak masalah, namun saat mengencangkan Drill Collar atau
DP yang berukuran 5” tampak torsi yang diberikan susah dicapai. Torsi yang
didapat hanya mencapai 5000 Lbs, sementara pengencangan seharusnya dengan
torsi 6000 Lbs. Sehingga sering kali crew memberikan tarikan ekstra dengan
manila rope untuk membantu rantai cathead menarik kunci tong.
Kurangnya torsi ini bisa beresiko lepasnya ikatan stand DP saat pengeboran
terutama pada saat back reaming bila terjadi overpull pada open hole.

Gbr. 3.1. Proses Make Up Drill Pipe

   9 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Untuk pengencangan saat tidak melakukan pengeboran seperti proses


scraper, DP dikencangkan hanya dengan torsi 5000-5500 Lbs saja, dengan asumsi
tidak ada putaran yang diberikan pada DP yang dapat menimbulkan torsi pada
batang stand. Sehingga pada proses ini kendala tersebut tidak begitu
dipermasalahkan.
Memang kejadian ini tidak selalu terjadi, namun cukup sering juga terulang
sehingga memakan ekstra time dalam proses make up. Floorman yang seharusnya
memasang dan membuka tong serta mencabut sleve, terpaksa melakukan ekstra
job untuk merangkai manila rope ke cathead dan menariknya bersamaan dengan
driller mengoperasikan rantai cathead untuk make up. Setelah torsi tercapai,
floorman tersebut harus kembali lagi ke posisinya untuk membantu membuka
tong dan melepas sleve.

B. Masalah pada Drum Hoisting


Kemudian waktu turun rangkaian / trip in dilakukan secara cepat, suara
gemuruh dari drum hoisting drawwork sangat terdengar. Waktu naik rangkaian /
trip out suara tersebut agak samar atau bahkan tidak ada karena kecepatannya
rendah dan ada suara engine di gas. Saat trip in tersebut, lama-lama juga timbul
panas pada sisi kiri dan kanan drawwork, walau tidak signifikan namun hal
tersebut harus diperhatikan sebagai suatu gejala kerusakan. Panas yang berlebih
tersebut muncul terutama waktu trip in beban berat saat mulai mencapai
kedalaman 1000 meter. Saat driller sering melakukan pengereman baru panas ini
mulai timbul.

C. Masalah pada Hydromatic Brake


Saat trip in pada beban rangkaian berat atau pada kedalaman sekitar 1000
meter ini, harusnya laju masuknya string tetap stabil seperti waktu trip in di awal-
awal, yaitu sebelum beban menjadi berat. Driller dapat merasakan beban brake
lebih banyak ketimbang sebelumnya sehingga tangan cepat pegal. Efeknya turun
tidak terlalu mulus karena kecepatan kurang konstan. Hal tersebut menandakan

   10 

 
22/BPS‐DSH 2007 

tidak bekerjanya hydromatic brake yang seharusnya membantu menstabilkan laju


rangkaian saat proses trip in.

D. Sling Break Out Cathead Rusak


Sewaktu melakukan proses breakout Stand DP, diamati ke dalam drum
break out cathead dan tampak ujung sling yang menyangkut di dead end drum
sudah mulai putus. Memang sebenarnya sudah cukup lama di perhatikan namun
dulunya tidak separah ini. Bila tidak dilakukan pembenahan dikhawatirkan sling
akan putus saat melakukan break out DP, dan akan membahayakan keselamatan
pekerja maupun peralatan.

3.2. Analisa Koreksi

A. Masalah Pada Cathead


Cathead yang dipakai untuk mengencangkan DP adalah make up cathead
yang terletak disisi driller. Prinsip kerja dari cathead tersebut adalah mengambil
putaran dari cat shaft dengan diatur oleh mekanisme clutch / coupling. cluth yang
dipakai disini yaitu type drum clutch yaitu merupakan jenis friction clutch yang
dioperasikan dengan tekanan udara. Diaphragm akan mengembang bila mendapat
tekanan dan friction shoe akan menempel pada elemen yang digerakkan. Torsi
yang dihasilkan oleh cathead ini dapat mencapai 15.000 Lbs, sehingga pada kasus
ini sudah dapat disimpulkan gejala slip pada saat friction shoe menempel pada
elemen.
Setelah diyakini hal yang menjadi penyebab, maka cathead housing pun
dibuka. Dari situ ditemukan kalau karet diaphragm sobek. Hal ini memang sebuah
inti permasalahan karna saat diberikan pressure udara, diaphragm ini tidak bisa
mengembang maksimal karena udara bocor terutama saat pemberian pressure
dengan cara perlahan-lahan. Untuk mengambilnya dibuka 8 baut penahan pada
bibir yang dalam dan 12 pada bibir yang luar, kemudian diaphragm bisa dilepas
untuk diganti dengan yang baru. Posisi diaphragm dapat dilihat pada bagan
berikut, ditunjukkan oleh nomor 5 (arsiran warna hijau).

   11 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Gbr. 3.2. Skema Make Up Cathead

B. Masalah pada Drum Hoisting


Suara gemuruh yang dihasilkan pada drum saat trip in dapat ditimbulkan
oleh clearance bearing yang mulai diluar standard. Hal lain yang bisa
menyebabkan suara gemuruh antara lain sepatu rem yang tidak rata sehingga saat
menyentuh brake rim menimbulkan getaran, dan juga air pendingin yang kurang
memadai sehingga timbul panas dan membuat brake lining menjadi keras dan
akhirnya terjadi pemuaian pada brake rim sehingga dia tidak bulat lagi (kinked).
Hanya saja pada sumur sebelumnya pernah dilakukan pengechekan terhadap
bearing oleh Moduspek dan dinyatakan masih layak pakai, namun schedule
penggantian direncanakan setelah Rig down karena bearing pengganti sudah ada.
Pengechekan dilanjutkan dari hal yang paling mudah, yaitu sirkulasi air
pendingin. Pada tangki air hydromatic (jadi satu dengan suply untuk air pendingin
drum hoisting), dapat dilihat debitnya hampir konstan. Output dari drum banyak
dan membawa panas. Hal tersebut menandakan proses pendinginan dan transfer
panas terjadi dengan baik.
Suara gemuruh tersebut berasal dari baut pemegang lining bagian atas pada
brake band sudah ada yg kendor, kemungkinan karena baut penahan brake band
bagian kiri yang menempel pada stabilizer brake bukan original. Karena pada
baut tersebut paling sering dilakukan pengencangan akibat kendor. Sedang

   12 

 
22/BPS‐DSH 2007 

bagian kanan baut masih original, dan jarang dilakukan pengencangan. Pin-pin
kelengkapan brake pun sudah banyak yang washout dan harus diganti karena
semua tidak original lagi. Semua hal tersebut membuat saat brake diangkat, masih
ada brake lining yang kadang bersentuhan dengan brake rim sehingga
menimbulkan suara. Tidak menutup kemungkinan pula brake rim sudah tidak
bundar / bergelombang karena umur pakai dan panas. Hal tersebut juga dapat
dirasakan pada tuas brake yang terasa naik turun waktu melakukan pengereman
perlahan.
Masalah lain yaitu pada bagian low clucth assembly, rumah drum yang
menempel pada shaft sudah pernah washout, sehingga direpair dengan tambal
daging. Kemungkinan pada bagian ini sudah washout lagi, karena suara yg paling
kencang ada pada bagian low clutch ini. (Lihat lampiran 3).

Gbr. 3.3. Bearing Drum Drawwork (a) Baut Dead End Brake Band (b)
Terhubung dengan Stabilizer (c)

Untuk pengechekan lebih lanjut, serta penggantian komponen dan repair


hanya bisa dilakukan bila posisi Rig stand by atau maintenance, sehingga saat ini
belum dapat dilakukan karena masih operasi.

C. Masalah pada Hydromatic Brake


Seperti yang diketahui fungsi hydromatic brake sebagai penahan laju saat
proses trip in kurang bekerja dengan baik, maka hal pertama yang di cek adalah
kebocoran yang terjadi. Pada water seal sudah terlihat air mengalir keluar,

   13 

 
22/BPS‐DSH 2007 

terutama saat sedang bekerja tampak lebih deras. Namun bila ditelusuri lebih jauh
kenapa seal bisa bocor, ternyata hydromatic brake tersebut bekerja secara over
load. Pada buku spesifikasi drawwork national N110-M1 ditulis bahwa
hydromatic brake yang direkomendasikan untuk 1500HP harus menggunakan
yang berukuran 60”, sedangkan yang terpasang adalah yang berukuran 46”.

Gbr. 3.4. Hydromatic Brake 46” (terpasang) dan 60” (rusak)

Hydromatic brake ukuran 60” yang merupakan kelengkapan dari drawwork


N-110M1 ini mengalami kerusakan yaitu bearing rontok, water seal kiri dan
kanannya rusak. Sekarang dalam status tunggu spare part. Pemasangan juga harus
menggunakan overrunning clutch baru karena yang ada adalah pinjaman. namun
overrunning clutch yang baru untuk hydromatic brake 60” sudah ready.

Gbr. 3.5. Overrunning Clutch Sudah Washout (a) dan Yang Baru (b)

   14 

 
22/BPS‐DSH 2007 

D. Sling Break Out Cathead Rusak


Sewaktu melakukan proses break out stand DP, diamati ke dalam drum
break out cathead dan tampak ujung sling yang menyangkut di dead end drum
sudah mulai putus. Hal tersebut wajar, seperti layaknya drilling line yang
memiliki ton mile sebagai parameter penggunaannya supaya tidak terjadi
kerusakan, sling break out ini pun memiliki waktu lelahnya juga dalam menerima
beban setiap kali melakukan break out.

Gbr. 3.6. Sling Brake Out Cathead Mulai Putus

Untuk itu dilakukan penggeseran simpul sling pada dead end drum break
out cathead atau diganti dengan yang baru. Waktu pengerjaannya saat proses
loging berlangsung, karna tidak ada pekerjaan yang menggunakan cathead.

3.3. Alternatif Pemecahan Masalah


Secara umum, alternatif pemecahan masalah tidak bisa diaplikasikan,
dengan kata lain harus ganti baru kecuali pada kasus diaphragm yang sobek.
Karena spare part pengganti yang didapat berbeda spesifikasinya, maka
diaphragm baru tersebut tidak dapat dipasang dengan baik sehingga harus
dicarikan solusi alternatif agar pekerjaan tetap berjalan. Untuk itu dilakukan
pengeleman guna memperbaiki diaphragm yang sobek tersebut.

   15 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Gbr. 3.7. Diaphragm Setelah Ditambal

Setelah dipasang kembali, torsi 6000 Lbs sudah dapat diraih dengan mudah.
Pressure sebesar 120 psi mampu ditahan oleh diaphragm hasil repair ini, namun
tidak bertahan lama, hanya untungnya proses pengeboran sudah selesai. Kegiatan
yang tersisa tinggal masuk rangkaian scraper, dan set rangkaian packer serta
tubing produksi. Untuk proses ini tidak ada torsi besar yang diberikan pada
rangkaian, sehingga saat make up cukup dengan torsi yang semampunya yaitu
5000-5500 Lbs.
Sedang kasus yang membutuhkan repair pada waktu stand by nanti,
alternatif yang dilakukan yaitu hanya dengan perawatan seperti mengencangkan
ulang, grease, dan lain sebagainya agar operasi tidak terganggu / break down.

3.4. Perumusan Sasaran Yang Akan Dicapai


Setiap perbaikan tentu saja membawa kearah hal yang positif. Peralatan
dapat kembali bekerja secara optimal, dan dengan hal tersebut maka peralatan
yang terkait juga dapat bekerja secara maksimal pula dan memberikan tingkat
keawetan yang lebih baik.
Selain itu kita bisa melihat sasaran dari tercapainya hasil perbaikan secara
QCDSM. Yaitu,

Quality : Hasil kerja menjadi meningkat kualitasnya.


Cost : Dengan pekerjaan yang lebih cepat karena tidak ada waktu terbuang
akibat kerusakan sebelumnya, hemat waktu berarti menghemat biaya.

   16 

 
22/BPS‐DSH 2007 

Delivery : Pekerjaan selesai selalu sesuai target yang diberikan sehingga


pelanggan terpuaskan.
Safety : Dengan ketepatan semua kekuatan bahan dan ukuran torsi setelah
perbaikan, maka membawa keadaan yang lebih safe baik untuk
peralatan maupun pekerja.
Morale : Semangat kerja menjadi lebih baik karena setiap pekerjaan
berlangsung tanpa kendala, tidak ada beban pikiran.

3.5. Pendekatan Untuk Pemecahan Masalah


Untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah, hal terbaik adalah belajar
dari pengalaman dan kesalahan. Pada kasus ini biasanya tip dan trik benar-benar
matang pada setiap kesempatan yang berulang. Hal lainnya adalah dengan
bertanya kepada orang yang telah berpengalaman agar ada guidence dan tidak
terlalu lama meraba-raba dalam memperbaiki pada kasus yang belum pernah
dihadapi. Dan solusi yang paling terakhir adalah bawa ke bengkel atau ganti
barang baru tanpa repair, yang pastinya kurang disukai Perusahaan karna mahal.
Namun metode yang dipakai lebih baik adalah dengan metode jepang, yaitu
bertanya 4-5 kali kenapa (5W) untuk mencari root cause dari problem. Sebagai
contoh pada kasus hydromatic brake rusak, metodenya sebagai berikut.
Why : Water seal rusak / bocor
Why : Shaft tidak center lagi
Why : Bearing rusak / roller nya rontok
Why : Gigi freewheel overrunning clutch sudah washout
Why : Sudah tua dan tidak pernah di chek kondisinya

Maka tindakan yg diambil bisa sangat tepat, semua harus diganti dengan
acuan kalau overrunning clutch bekerja dengan baik, maka kerja rotor akan mulus
sehingga bearing tidak cepat rusak dan posisi shaft tetap center sehingga water
seal awet.
Bila kita mengatasi pada Why yang ke 2 atau ke 3 saja, maka kejadian akan
terus berulang dalam waktu yang relatif singkat atau tidak sampai umur pakai.

   17 

 
22/BPS‐DSH 2007 

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hoisting System merupakan salah satu dari antara komponen-komponen
utama dari Rig yang berfungsi untuk membantu sistem alat-alat pemutar di dalam
mengebor sumur dengan menyediakan alat-alat yang sesuai serta ruang kerja yang
dibutuhkan untuk mengangkat dan menurunkan drill string, casing string dan
peralatan subsurface (bawah tanah) lainnya dari dan ke lubang sumur.
Salah satu komponen utama dari Hoisting System itu sendiri adalah
drawwork. Tugas utamanya yaitu:
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke unit travelling block
sewaktu proses pengangkatan dan penurunan rangkaian pengeboran putar.
Penurunan dan pengangkatan ini disebut “trip-in”, “trip-out” atau sekedar
“tripping”.
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke rotary drive
sprockets pada kebanyakan Rig-Rig (Rig-Rig yang baru biasanya
mempunyai mesin-mesin sendiri untuk melakukannya).
- Meneruskan tenaga dari penggerak-penggerak mula ke cat head untuk
menyambung (making up) atau melepas (breaking out) bagian-bagian
rangkaian pipa bor.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada drawwork Rig N-


110M1, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Drawwork dengan tugas-tugas utama seperti diuraikan diatas, juga memiliki
keterbatasan kemampuan atau alat pengaman dalam menjalankan tugasnya.
Sehingga harus dilengkapi dengan spesial devices seperti crownomatic
sensor hydromatic brake
B. Untuk proses make up dan break out drill pipe, drill collar, dan sebagainya
yang membutuhkan torsi pada penggunaannya, harus dipastikan kinerja
cathead berjalan dengan prima. Salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu

   18 

 
22/BPS‐DSH 2007 

diaphragm yang berfungsi untuk menekan friction shoe, karena bagian ini
rawan sobek akibat panas.
C. Kerusakan pada hydromatic brake dapat mengakibatkan ketidak stabilan
dalam proses menurunkan rangkaian terutama pada beban-beban berat.
D. Kerusakan pada hydromatic brake juga dapat menimbulkan panas yang
berlebih pada brake mekanisme drawwork karena pengaplikasian brake
menjadi lebih besar untuk mengimbangi beban turun. Panas berlebih juga
dapat membuat life time bearing-bearing pada drawwork menjadi singkat.
E. Bila menemukan kendala dalam penggantian spare part, maka improvisasi
dan modifikasi harus dilakukan sepandai-pandainya agar kegiatan operasi
tetap berjalan tanpa hambatan.

4.2. Saran-Saran
Setelah mengikuti seluruh rangkaian evaluasi pada Drawwork ini, penulis
meiliki saran-saran antara lain sebagai berikut,
A. Minimum stock spare part harus ditentukan dan selalu di kontrol oleh Rig
Superintendent, dan Store Keeper berperan aktif mengingatkan bila ada
spare part yang sudah terpakai dan membuat stock menjadi kosong.
B. Minimum stock spare part untuk yang fast mooving seperti contohnya
diaphragm cathead harus disediakan lebih dari satu, sedangkan untuk yang
non fast mooving seperti contohnya bearing drawwork harus memiliki
minimum stock minimal satu. Hal ini untuk menghindari seperti kejadian
hydromatic brake yang mengalami kerusakan pada water seal dan harus
menunggu spare part berbulan-bulan lamanya.
C. Running hour drawwork juga harus di kontrol, karena setiap element yang
berputar termasuk bearing mempunyai life time. Bila hal tersebut sulit
dilakukan mungkin bisa dengan parameter jumlah sumur, atau hari
beroperasi. Yang jelas harus ada, agar tidak terjadi lagi istilah “kalau belum
break down belum diganti”.
D. Untuk PDSI, semoga dapat mempebaiki layanan prima seperti penyediaan
spare part dengan waktu singkat agar bisa menjadi AP yang world class.

   19 

 
22/BPS‐DSH 2007 

DAFTAR PUSTAKA

Mudofir, A., 1993, Modul Hoisting System, Cepu.

Kartawijaya, I. Wayan., 2007, Modul Hoisting System, Jakarta.

Steel Co, Armco., 1978, Part List National Drawworks Type 110-M, Texas.

Inventory, Rig., 2007, Inventory Rig N-110M1/18 Periode Mei 2007, Prabumulih.

Spesification, API., 1997, Spesification For Drilling and Production Hoisting


Equipment, 13th Ed, Washington DC.

   20 

 
22/BPS‐DSH 2007 

LAMPIRAN
22/BPS‐DSH 2007 

Lampiran 1

Daftar Peralatan Hoisting System Rig N-110M1/18


22/BPS‐DSH 2007 

Lampiran 2

Drawwork National N-110M1/18


22/BPS‐DSH 2007 

Lampiran 3

Drum Drawwork Assembly

Low Clucth 
Brake Rim /  Assembly 
Drum Flange 
Hoisting 
High Clucth  Drum 
Assembly 

Anda mungkin juga menyukai