Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BAHAN PELEDAK PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN

DOSEN PEMBIMBING
Yoessi Oktarini, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH

Samuel Paulus Sedik


(1804108010057)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi Peledakan
atau yang lebih khususnya membahas tentang Bahan-bahan Peledak yang digunakan di Industri
Pertambangan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dalam penulisannya karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 10 Mei 2021


Penulis,

Samuel Paulus Sedik

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bahan Peledak......................................................................................................3
2.2 Sejarah Bahan Peledak...........................................................................................................3
2.3 Sifat Umum Bahan Peledak...................................................................................................3
2.4 Klasifikasi Bahan Peledak.....................................................................................................7
2.4.1 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Daya Ledak.....................................................9
2.4.2 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Penggunaannya...............................................9
2.5 Perlengkapan Peledakan......................................................................................................10
2.5.1 Detonator.......................................................................................................................10
2.5.2 Bulk Anfo......................................................................................................................13
2.5.3 Bahan Peledak Nitro Gliserin........................................................................................13
2.5.4 Recording......................................................................................................................13
2.6 Bahan Peledak Yang Digunakan Di Industri Pertambangan...............................................14
BAB III..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan peledak pada dasarnya diciptakan, dibuat dan dipergunakan untuk pertahanan dan
peralatan perang oleh militer. Dengan berkembangnya teknologi, bahan peledak juga digunakan
untuk membantu operasi penambangan dan pekerjaan teknik sipil yang dikenal dengan Bahan
Peledak Komersial atau Bahan Peledak Industri.

Dalam dunia pertambangan bahan peledak digunakan untuk membongkar batu-batuan


yang keras (tambang kuari), pemotongan bukit yang berbatu, pembuatan terowongan bawah
tanah, pembuatan ruang tambang bawah tanah, terowongan bawah air, peledakan batu bara,
penggalian bijih emas, perak, tembaga, besi, timah, nikel, manganese, aluminium, pekerjaan
eksplorasi minyak, pembuatan jalan raya, pembuatan waduk dan saluran irigasi, pembuatan batu
fondasi dan sebagainya. Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai
dengan metode peledakan yang di terapkan.

Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendak nya terlebih
dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. peralatan peledakan (Blasting equipment)
adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali,misalnya blasting machine, crimper dan
sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses
peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi kerancuan dalam
pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode peledakan dalam arti bahwa
perlengkapan dan peralatan akan dikelompokan berdasarkan metodenya. Pekerjaan peledakan
adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan penuh
perhitungan dan hati-hati agar tidak terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu

1
operator yang melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja, sifat dan
fungsi dari peralatan yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diamati pada makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana mengetahui sejarah dan juga definisi dari bahan peledak


2. Bagaimana mengklasifikasikan bahan peledak pada industri pertambangan
3. Bagaimana mengetahui kegunaan dari bahan peledak

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai pada makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan juga definisi dari bahan peledak
2. Untuk mengetahui bagaimana mengklasifikasikan bahan peledak yang digunakan pada
indusri pertambangan
3. Untuk mengetahui kegunaan dari bahan peledak yang digunakan pada industri
pertambangan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Dapat mempelajari bagaimana sejarah dan juga definisi dari bahan peledak secara umum
2. Dapat mempelajari bagaimana mengklasifikasikan ataupun mengelompokkan jenis bahan
peledak yang digunakan pada industry pertambangan
3. Dapat mempelajari kegunaan dari bahan peledak yang digunakan pada industry
pertambangan

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Bahan Peledak


Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair gas atau campuranya yang apabila dikenali suatu aksi panas, berbenturan, gesekan
atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat yang hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas dan tekanan sangat tinggi
yang secara kimia lebih stabil. Perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat yang
disertai dengan tekanan yang sangat tinggi. Pada bahan peledak industri proses kimiawi hampir
seluruhnya berbentuk gas.

2.2 Sejarah Bahan Peledak


Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman dinasti
Sung, terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan nama black powder.
Roger Bacon (1242) telah menulis formula dari black powder. Berthold Schwarz (1300) juga
menulis tentang black powder sebagai senjata api. Tiga abad kemudian Kasper Weindl (1627),
untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi penambangan di Hungaria.
Amerika ( 1675) membangun pabriknya di Massachusetts.

Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu
juga dengan Switzeland (1696) menggunakannya untuk konstruksi jalan. Sedangkan di Amerika
(1705) digunakan untuk penambangan tembaga. Perang dunia I (1917) menghabiskan sebanyak
kurang lebih 115.000 ton black powder, akhirnya pada tahun 1940 pemakaian black powder
berkurang dan banyak pabrik tutup, selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia
pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara untuk
keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).

3
2.3 Sifat Umum Bahan Peledak

Sifat-sifat bahan peledak yang mempengaruhi hasil peledakan adalah kekuatan,


kecepatan detonasi, kepekaan, bobot isi bahan peledak, tekanan detonasi, ketahanan terhadap air,
sifat gas beracun dan permissibilitas.

1. Kekuatan (strength)

Kekuatan suatu bahan peledak berkaitan dengan kandungan energy yang dimiliki oleh
bahan peledak tersebut, dan merupakan ukuran kemampuan bahan peledak tersebut untuk
melakukan kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%). Pada mulanya istilah straight berasal
dari klasifikasi mutu Straight-NG dynamite yang menyatakan % berat NG dalam Staight-NG
dynamite. Tetapi dalam perkembangannya, handak dibuat tidak selalu mengandung NG sehingga
perlu dikembangkan cara ain untuk menentukan kekuatan sesuatu jenis bahan peledak. Ukuran
untuk menyatakan kekuatan handak adalah weight strength (grade strength), volume strength
(bulk strength).

Weight strength menyatakan % berat NG yang terdapat dalam strength-NG dynamite,


yang menghasilkan simpangan ballistic mortal yang sama dengan handak yang diukur apabila
keduanya diledakknan pada berat yang sama. Alat untuk mengukur strength ialah ballistic mortar
terster yang konstruksinya seperti ayunan. Pada ujung ayunan terdapat silinder baja berongga
tempat diletakkan handak yang diuji, dan pada saat diledakkan akan berayun. Jarak ayunan ini
yang diukur.

2. Kecepatan detonasi

4
Kecepatan detonasi (Velocity Of Detonastion = VOD) adalah kecepatan gelombang
detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian handak, dinyatakan dalam m/s. Kecepatan
detonasi bahan peledak komersial ialah antara 1.500-8.000 m/s. Kecepatan detonasi suatu handak
tergantung pada :

 Jenis handak (ukuran butir, bobot isi)


 Diameter dodol atau diameter lubang ledak
 Derajat pengurungan (degree of confinement)
 Penyalaan awal (initiating)

Energi yang dihasilkan oleh reaksi handak dipengaruhi oleh kecepatan detonasi dan
bobot isinya. Persamaan Relative Energy (RE):

Dengan,

SG : berat handak

Ve : VOD : kecepatan detonasi

3. Kepekaan

Kepekaan adalah ukuran besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan peledak untuk
memulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh isian. Kepekaan handak
tergantung pada komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air dan
temperature. Ada beberapa macam kepekaan itu, yaitu:

• Kepekaan terhadap benturan (sensivity of shock/impact)

5
• Kepekaan terhadap gesekan (sensivity of friction)

• Kepekaan terhadap panas (sensivity to heat)

• Kepekaan terhadap ledakan handak lain dari jarak tertentu (gap sensivity)

Bahan peledak yang sensitive belum tentu baik. Bahan peledak yang tidak peka tetapi
mudah penyebaran reaksinya adalah lebih menguntungkan dan lebih aman.

4. Bobot isi bahan peledak

Bobot isi bahan peledak (density) adalah perbandingan antara berat dan volume bahan
peledak. Bobot isi biasanya juga dinyatakan dalam istilah Spesific Gravity (SG), Stick Count
(SC) atau Loading Density (de).

 Spesific Grafity (SG) adalah perbandingan antara density bahan peledak terhadap density
air pada kondisi standar. SG bahan peledak komersial adalah 0,6 – 1,7.
 Stick Count adalah jumlah dodol ukuran standar 1 1/4 “ x 8” yang terdapat pada 1 dos
sebesar 50 pound. Stick Count bahan peedak antara 232-83.
 Loading density adalah berat bahan peledak per unit panjang dari isian.

5. Tekanan detonasi

6
Tekanan detonasi ialah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan
peledak, dinyatakan dalam kilobar (kb). Tekanan detonasi bahan peledak komersial antara 5 –
150 kb.

Tekanan akibat ledakan akan terjadi di sekitar dinding lubang ledak dan menyebar ke
segala arah, yang intensitasnya tergantung pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi dan
VOD), tingkat/ derajat pengurungan, jumlah dan temperature gas hasil peledakan. Secara empiric
Dick merumuskannya :

Dengan,

P : tekanan detonasi (1 kb = 14504 psi)

D : berat jenis handak

C : kecepatan detonasi handak, fps

6. Ketahanan terhadap air

Ketahanan terhadap air dari suatu handak ialah kemampuan handak itu dalam menahan
rembesan air dalam waktu tertentu tanpa merusak, merubah atau mengurangi kepekaannya,
dinyatakan dalam jam. Sifat ini sangat penting dalam kaitannya dengan kondisi tempat keja,
sebab untuk sebagian besar jenis handak, adanya air di dalam lubang ledak data mengakibatkan
ketidakseimbangan kimia dan memperlambat reaksi pemanasan. Lebih lanjut air juga dapat
mengakibatan kerusakan handak. Dikenal ada lima tingkatan dalam ketahanan dalam air, yaitu:

 Sempurna (excellent) jika tahan terhadap air lebih dari 12 jam.


 Sangat bagus (very good) jika tahan terhadap air 8 – 12 jam.

7
 Bagus (good) jika tahan terhadap air 4 -8 jam.
 Cukup (fair) jika tahan terhadap air kurang dari 4 jam.
 Buruk (poor) jika tidak tahan terhadap air.

Handak dapat dilindungi dari air dengan cara menambah campran gelatin ke dalam
komposisinya (sewaktu dalm proses manufacturing di pabrik), atau secara fisik dibungkus
dengan pembungkus kedap air seperti wood fiber, paraffin dan politilen.

7. Sifat gas beracun (fumes)

Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas yaitu smokes
atau fumes. Smokes tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap dan asap yang berwarna putih.
Sedangkan fumes berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari karbon-monoksida dan
oksida-nitrogen. Fumes dapat terjadi jika bahan peledak yang diledakkan tidak memeiliki
keseimbangan oksigen, dapat juga terjadi jika bahan peledak tersebut dalam keadaan rusak
kareana kadaluwarsa, selama penyimpanan dan oleh sebab lain.

8. Kemasan

Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan kotaknya) juga


harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan diperhitungkan dalam campuran. Jenis
pembungkus ini juga mempengaruhi terhadap gas-gas yang dihasilkan dalam peledakan.
8
2.4 Klasifikasi Bahan Peledak

a). Bahan Peledak TNT b). Bahan Peledak Dinamite

Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :

 Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine


 Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid ANFO, Slurry mixtures
 Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming, Permisible, shaped Charges,
Binary, LOX, Liquid.

Berdasarkan kelasnya bahan peledak dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Pemakaiannya

a) Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal untuk peperangan,
demolation, melukai, membunuh, (bom napalm, granat dsb.)
b) Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian industri
pertambangan, konstruksi dll.

2. Berdasarkan Kecepatan rambatnya

a) High Explosive (high action explosive) à Detonation


b) Low Explosive (slow action explosive) à Deflagration

High explosive mempunyai karakteristik dengan :

 Kecepatan peledakan (vod) yang tinggi > 4000 m/s

9
 Tekanan impact tinggi, density tinggi dan sensitive thd cap
 High compressibility sampai dengan 100 kbar.

Low Explosive atau Blasting agent, umumnya berupa campuran antara “fuel” dengan oxidizer
system, dimana tak satupun dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak, ciri khasnya yaitu:

 Perubahan kimia dibawah kecepatan suara (<4000m/s)


 Low compressibility (<3500 bar)

3. Berdasarkan Komposisinya

a) Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu senyawa
misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro Toluena).
b) Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai senyawa
tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil).

4. Berdasarkan Kepekaannya

Dibagi menjadi dua macam yaitu :

 Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api, panas
benturan , gesekan dsb à misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6, Hg(ONC)2
 Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan meledak
setelah terjadi peledakan sebelumnya à misal: ANFO, Dynamit dsb.

2.4.1 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Daya Ledak


High explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah peledak
berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta menciptakan tekanan
pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak rendah yang memiliki tingkat reaksi
yang jauh lebih rendah. Bahan peledak tinggi lebih dikategorikan sebagai bahan peledak primer
dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak sangat sensitif, dapat diledakkan dengan
mudah dan biasanya digunakan hanya pada detonator listrik. Sekunder-tinggi bahan peledak
kurang sensitif, memerlukan kejutan gelombang energi tinggi untuk mencapai ledakan.

10
Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang
mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik.
Bandingkan dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara
1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan sebagai propelan peluru dan
roket. Jenis bahan peledak low explosive yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan
smokeless powder. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak
digunakan sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan dan sekitarnya. Bahan
peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan mercon banting serta bom ikan. Black powder
adalah jenis bahan peledak tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai
bahan pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak digunakan sebagai
propelan peluru dan roket, roket signal, petasan, sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.

2.4.2 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Penggunaannya


Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:

 Bahan peledak “Blasting”, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan
 Bahan peledak “Catridge”, digunakan sebagai pembentuk metal projectile yang
berkemampuan tembus atau potong
 Bahan peledak “Propellant”, digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru
senjata atau motor roket
 Bahan peledak “Fuse”, bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas,
warna dan sebagainya
 Bahan peledak “Pyrotechnic”, bahan peledak yang digunakan sebagai pemula suatu
rangkaian proses peledakan

2.5 Perlengkapan Peledakan


Perlengkapan peledakan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan, namun
penggunaannya hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan, biasanya perlengkapan
ini akan hancur/diledakkan :

11
2.5.1 Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan(ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak
peka detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang
masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:

1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),fungsinya
untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak sehingga menimbulkan
gelombang kejut.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan
VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan
besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.

Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-jenis detonator
adalah sebagai berikut :

1. Detonator biasa (plain detonator)

Detonator jenis ini bisa meledak bila terkena panas yang berlebih, dipukul – pukul, dan
dibanting dengan keras. Bagian - bagian utama dari detonator biasa adalah ramuan pembakar,
isian utama, dan isian dasar dengan mekanisme peledakan diawali dari sumber panas yang
berasal langsung dari aria pialuia sumbu api yang akan membakar semua pembakar.

Keuntungan :

 Tidak dipengaruhi oleh gelombang radio dan arus liar dari dalam bumi
 Lebih praktis, dan murah
 Mudah mengontrol untuk meledakkan beberapa lubang ledak dalam cuaca normal

Kerugian :

 Jumlah lubang yang diledakkan terbatas


 Harus terlebih dahulu tersambung dengan sumbu api

2. Detonator listrik (electric detonator)

12
Jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang dihantarkan melalui kabel
khusus untuk itu detonator jenis ini memiliki keuntungan dan kerugian. Bagian – bagian utama
dari detonator ini adalah legwire yang terdiri dari kabel listrik dan selubung kabel, fusehead yang
berisi kawat halus dan ramuan pembakar, isian utama, dan isian dasar.

Keuntungan :

 Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
 Pola peledakan lebih leluasa
 Hasil peledakan lebih leluasa
 Penanganan lebih mudah dan praktis

Kerugian :

 Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik kurang aman.
 Pengaruh gelombang radio, televisi dan sumber-sumber arus listrik lainnya harus
dipertimbangkan.
 Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik, alat-alat pengetest dan
lain-lain.

3. Detonator Non-Eletrik

Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari gelombang kejut,
dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator non-eletrik menekan pasar pada
tahun 1973, menawarkan semua keuntungan dari inisiasi listrik tetapi menambahkan manfaat
keamanan (ketidakpekaan terhadap listrik, energi frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik)
dan fleksibilitas operasional yang luas (lebih mudah untuk merancang urutan inisiasi yang lebih
besar, secara teoritis dengan tak terbatas jumlah penundaan). Sistem inisiasi terdiri dari tabung
kejut terhubung ke detonator down-the-hole dan konektor permukaan.

Meskipun lapisan mereka bubuk reaktif dan berkat starter, tabung kejut mengirimkan
gelombang kejut ke detonator non-elektrik. Sambungan di lapangan adalah "plumbing-like",
dengan asumsi gelombang getaran seperti air, yang beredar dalam tabung dari detonator yang

13
lain. Detonator non-elektrik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Amerika Serikat selalu
menjadi salah satu pasar terbesar untuk jenis detonator.

4. Detonator elektronik (electronic detonator)

Komponen elektronik diperkenalkan di anisiasi-anisiasi eletrik dunia di akhir 1960-an.


Meningkatkan ukuran setiap shot berubah menjadi strategis untuk pasar inisiator, untuk
detonator elektrik untuk dapat bersaing dengan yang baru diperkenalkan detonator non-elektrik.
Perkembangan elektronik membuat penciptaan mesin peledakan sekuensial. Sekuensial mesin
peledakan memberikan waktu semburan secara elektronik waktu energi dapat diatur untuk
beberapa kawat timah, secara dramatis meningkatkan jumlah maksimum detonator listrik
blasters dapat terhubung dan karenanya meningkatkan jumlah kombinasi potensial. Pada tahun
1990, miniaturisasi peningkatan komponen elektronik melahirkan ide baru: menggunakan jam
elektronik untuk memulai menggantikan pyrotechnical (powder) unsur penundaan yang
menciptakan ketidaktepatan untuk detonator elektrik.

Dari tahun 1990 sampai 2000, gerakan penelitian dan pengembangan besar-besaran
dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk mengembangkan pre-programmed atau diprogram
detonator elektronik. Detonator elektronik Programmable merupakan langkah maju dalam
logika, menawarkan fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini
bersama-sama dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan short
rangkaian inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat yang signifikan (pengurangan
gangguan, meningkatkan produktivitas) kepada stakeholder pertambangan. Perangkat lunak
simulasi numerik telah dikembangkan untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan
dengan sejumlah besar kemungkinan dalam desain shots mereka.

2.5.2 Bulk Anfo


Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan
5,7% FO akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr
handak . Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan
menghasilkan gas CO yang berbahaya. Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan
energi 18% dan menghasilkan gas NO2. Memiliki Ukuran partikel AN antara 1-2 mm.

14
2.5.3 Bahan Peledak Nitro Gliserin
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan
material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin
merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga
pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Alfred Nobel yang pertama kali menemukan
kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan
peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan energi
yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya. Bahan peledak ini mempunyai sifat
plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas
tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada lubang
ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene untuk
mencegah penyerapan air dari udara bebas.

Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini adalah :

 Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik maupun


pengangkutan.
 Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak atau tergilas oleh
kendaraan.
 Membuat kepala pusing .
 Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi .
 Biaya pembuatan tinggi

2.5.4 Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data
seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data
(processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi
dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali
adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.

15
2.6 Bahan Peledak Yang Digunakan Di Industri Pertambangan
1. Amonium Nitra

Ammoniun nitrat (NH4NO3) merupakan bahan dasar yang berperan sebagai penyuplai
oksida pada bahan peledak. Berwarna putih seperti garam dengan titik lebur sekitar 169,6 oC.
Ammonium nitrat adalah zat penyokong proses pembakaran yang sangat kuat, namun ia sendiri
bukan zat yang mudah terbakar dan bukan pula zat yang berperan sebagai bahan bakar sehingga
pada kondisi biasa tidak dapat dibakar. Sebagai penyuplai oksigen, maka apabila suatu zat yang
mudah terbakar dicampur dengan AN akan memperkuat intensitas proses pembakaran dibanding
dengan bila zat yang mudah terbakar tadi dibakar pada kondisi udara normal. Udara normal atau
atmosfir hanya mengandung oksigen 21%, sedangkan AN mencapai 60%. Bahan lain yang
serupa dengan AN dan sering dipakai oleh tambang kecil adalah potassium nitrat (KNO3).

Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila dicampur atau
diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang mudah terbakar, misalnya bahan bakar
minyak (solar, dsb), serbuk batubara, atau serbuk gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan
peledak dengan sensitifitas rendah. Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan

16
sebagai agen peledakan, misalnya pupuk urea, namun AN yang sangat baik adalah yang
berbentuk butiran dengan porositas tinggi, sehingga dapat membentuk komposisi tipe ANFO.

Sifat-sifat ammonium nitrat penting untuk agen peledakan sebagai berikut:

 Densitas : butiran berpori 0,74 – 0,78 gr/cc (untuk agen peledakan) butiran tak berpori
0,93 gr/cc (untuk pupuk urea)
 Porositas : mikroporositas 15%

makro plus mikroporositas 54%

butiran tak berpori mempunyai porositas 0 – 2%

 Ukuran partikel : ukuran yang baik untuk agen peledakan antara 1 – 2 mm


 Tingkat kelarutan terhadap air:bervariasi tergantung temperatur, yaitu :

5oC tingkat kelarutan 57,5% (berat); 30o C tingkat kelarutan 70% (berat)

10oC
tingkat kelarutan 60% (berat); 40o C tingkat kelarutan 74% (berat)

20o C tingkat kelarutan 65,4% (berat)

2. Anfo

ANFO adalah singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida dan fuel oil
(FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik berbentuk serbuk maupun
cair, dapat digunakan sebagai pencampur dengan segala keuntungan dan kerugiannya. Pada

17
tahun 1950-an di Amerika masih menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar dan
sekarang sudah diganti dengan bahan bakar minyak, khususnya solar.

3. Slurries (watergels)

Istilah slurries dan watergel adalah sama artinya, yaitu campuran oksidator, bahan bakar,
dan pemeka (sensitizer) di dalam media air yang dikentalkan memakai gums, semacam perekat,
sehingga campuran tersebut berbentuk jeli atau slurries yang mempunyai ketahanan terhadap air
sempurna. Sebagai oksidator bisa dipakai sodium nitrat atau ammonium nitrat, bahan bakarnya
adalah solar atau minyak diesel, dan pemekanya bisa berupa bahan peledak atau bukan bahan
peledak yang diaduk dalam 15% media air.

Agen peledakan slurry yang mengandung bahan pemeka yang bukan jenis bahan
peledak, misalnya solar, sulfur, atau alumunium, tidak peka terhadap detonator (non-cap
sensitive). Sedangkan slurry yang mengandung bahan pemeka dari jenis bahan peledak, seperti
TNT, maka akan peka terhadap terhadap detonator (cap sensitive). Oleh sebab itu jenis slurry
yang disebutkan terakhir bukanlah merupakan agen peledakan, tetapi benar-benar sebagai bahan
peledak slurry (slurry explosive) dan peka terhadap detonator. Slurry pada umumnya dikenal
karena bahan bakar pemekanya, seperti aluminized slurry, TNT slurry, atau smokeless powder
slurry.

4. Bahan Peledak Berbasis Emulsi (Emulsion Based Explosives)

18
Bahan peledak emulsi terbuat dari campuran antara fase larutan oksidator berbutir sangat
halus sekitar 0,001 mm (disebut droplets) dengan lapisan tipis matrik minyak hidrokarbonat.
Perbedaan ukuran butir oksidator bahan peledak. Emulsi ini disebut tipe “air-dalam-minyak”
(water-in-oil emulsion). Emulsifier ditambahkan untuk mempertahankan fase emulsi. Dengan
memperhatikan butiran oksidator yang sangat halus dapat difahami bahwa untuk membuat
emulsi ini cukup sulit, karena untuk mencapai oxygen balance diperlukan 6% berat minyak di
dalam emulsi harus menyelimuti 94% berat butiran droplets.

5. Bahan Peledak Heavy Anfo

Bahan peledak heavy ANFO adalah campuran daripada emulsi dengan ANFO dengan
perbandingan yang bervariasi (lihat Gambar 3.8 dan 3.9). Keuntungan dari campuran ini sangat
tergantung pada perbandingannya, walaupun sifat atau karakter bawaan dari emulsi dan ANFO
tetap mempengaruhinya. Keuntungan penting dari pencampuran ini adalah :

 Energi bertambah,
 Sensitifitas lebih baik,
 Sangat tahan terhadap air,
 Memberikan kemungkinan variasi energi disepanjang lubang ledak.

6. Bahan Peledak Permissible

19
Bahan peledak permissible adalah bahan peledak yang khusus digunakan pada tambang
batubara bawah tanah. Bahan peledak ini harus lulus beberapa tahapan uji keselamatan yang
ketat sebelum dipasarkan. Pengujian terutama diarahkan pada keamanan peledakan dalam
tambang batubara bawah tanah yang umumnya berdebu agar bahan peledak tersebut tidak
menimbulkan kebakaran tambang. Bahan peledak yang lulus uji akan diklasifikasikan kedalam
“permitted explosive” dengan rating P1 atau P5, di mana kode rating menunjukkan tingkat
kekuatan bahan peledak tersebut. Bahan peledak permissible P1 dapat digunakan untuk
meledakkan batubara yang keras, pembuatan vertical shaft, dan lubang bukaan bahwa tanah
lainnya; sedangkan P5 lebih cocok digunakan pada tambang batubara bawah tanah yang
berdebu.

7. Bahan Peledak Black Powder

20
Black powder atau gunpowder pertama kali dibuat pada abad ke 13 dan digunakan baik
untuk keperluan militer maupun penambangan. Komposisi black powder adalah serbuk batubara,
garam, dan belerang. Bahan peledak ini terbakar cepat sekali, bisa mencapai kecepatan rambat
100 ±10 detik per meter atau 60 meter per detik pada kondisi terselubung, tetapi tidak bisa
meledak. Oleh sebab itu black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak lemah (low
explosive). Kapabilitas black powder sangat dipengaruhi oleh cuaca yang memperburuk
kemampuan bakarnya.

Karena kelemahan inilah black powder tersingkir penggunaannya sebagai bahan peledak
utama dalam industri pertambangan setelah diketemukan nitrigleserin dan bahkan sekarang
bahan peledak berbasis emulsi yang mempunyai kekuatan detonasi sangat tinggi dan aman.
Walaupun demikian black powder saat ini masih tetap dimanfaatkan untuk mengisi sumbu api
atau sumbu bakar atau safety fuse untuk peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Untuk
keperluan militer, black powder digunakan sampai sekarang sebagai mesiu di dalam selongsong
peluru yang berfungsi sebagai pelontar proyektil peluru (propellant) dan juga digunakan pada
berbagai keperluan piroteknik.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang
apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa
secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau
lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan dan bebas dari segala
bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat, material ataupun metode kerja pada saat
dilakukannya operasi penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan
lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan suatu peledakan.

3.2 Saran
Pekerjaan peledakan atau penggunaan bahan peledak sebaiknya dilakukan oleh orang
yang telah ahli di bidangnya, karena pekerjaan peledakan merupakan pekerjaan yang sangat
berbahaya bahkan bisa merenggut nyawa pekerja.

22
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Teknik Peledakan Batuan, Laboratorium Teknologi Mineral dan

batubaraKoesnaryo, S., “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta, 1985

Jimeno,.CL., (1995), Drilling And Blasting Of Rock, AA Bakema, Roterdam .

http: http://www.scribd.com/doc/93327671/PELEDAK

http://www.scribd.com/doc/95553765/PENANGANAN-BAHAN-PELEDAK

http://www.miningsite.info/bahan-peledak 

http://www.anekatambang.net/berita-tambang/istilah-populer-dunia-pertambangan.html

http://suyitno01.wordpress.com/pertambangan/peledakan-blasting/pengetahuan-dasar-bahan-
peledak-komersil/ 

23
Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive Division,
10 p.

Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section, Explosives

Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington, Delaware, pp. 31 – 86.

Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division, pp. 1 – 17.

https://duniatambang.co.id/Berita/read/1335/Mengenal-Jenis-Jenis-Detonator-Sebagai-Blasting-
Capsule

24

Anda mungkin juga menyukai