DOSEN PEMBIMBING
Yoessi Oktarini, S.T., M.T.
DISUSUN OLEH
FAKULTAS TEKNIK
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi Peledakan
atau yang lebih khususnya membahas tentang Bahan-bahan Peledak yang digunakan di Industri
Pertambangan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dalam penulisannya karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Bahan Peledak......................................................................................................3
2.2 Sejarah Bahan Peledak...........................................................................................................3
2.3 Sifat Umum Bahan Peledak...................................................................................................3
2.4 Klasifikasi Bahan Peledak.....................................................................................................7
2.4.1 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Daya Ledak.....................................................9
2.4.2 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Penggunaannya...............................................9
2.5 Perlengkapan Peledakan......................................................................................................10
2.5.1 Detonator.......................................................................................................................10
2.5.2 Bulk Anfo......................................................................................................................13
2.5.3 Bahan Peledak Nitro Gliserin........................................................................................13
2.5.4 Recording......................................................................................................................13
2.6 Bahan Peledak Yang Digunakan Di Industri Pertambangan...............................................14
BAB III..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
II
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendak nya terlebih
dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. peralatan peledakan (Blasting equipment)
adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali,misalnya blasting machine, crimper dan
sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses
peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi kerancuan dalam
pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode peledakan dalam arti bahwa
perlengkapan dan peralatan akan dikelompokan berdasarkan metodenya. Pekerjaan peledakan
adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan penuh
perhitungan dan hati-hati agar tidak terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu
1
operator yang melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja, sifat dan
fungsi dari peralatan yang digunakan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai pada makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan juga definisi dari bahan peledak
2. Untuk mengetahui bagaimana mengklasifikasikan bahan peledak yang digunakan pada
indusri pertambangan
3. Untuk mengetahui kegunaan dari bahan peledak yang digunakan pada industri
pertambangan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat mempelajari bagaimana sejarah dan juga definisi dari bahan peledak secara umum
2. Dapat mempelajari bagaimana mengklasifikasikan ataupun mengelompokkan jenis bahan
peledak yang digunakan pada industry pertambangan
3. Dapat mempelajari kegunaan dari bahan peledak yang digunakan pada industry
pertambangan
2
BAB II
ISI
Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu
juga dengan Switzeland (1696) menggunakannya untuk konstruksi jalan. Sedangkan di Amerika
(1705) digunakan untuk penambangan tembaga. Perang dunia I (1917) menghabiskan sebanyak
kurang lebih 115.000 ton black powder, akhirnya pada tahun 1940 pemakaian black powder
berkurang dan banyak pabrik tutup, selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia
pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara untuk
keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
3
2.3 Sifat Umum Bahan Peledak
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan suatu bahan peledak berkaitan dengan kandungan energy yang dimiliki oleh
bahan peledak tersebut, dan merupakan ukuran kemampuan bahan peledak tersebut untuk
melakukan kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen (%). Pada mulanya istilah straight berasal
dari klasifikasi mutu Straight-NG dynamite yang menyatakan % berat NG dalam Staight-NG
dynamite. Tetapi dalam perkembangannya, handak dibuat tidak selalu mengandung NG sehingga
perlu dikembangkan cara ain untuk menentukan kekuatan sesuatu jenis bahan peledak. Ukuran
untuk menyatakan kekuatan handak adalah weight strength (grade strength), volume strength
(bulk strength).
2. Kecepatan detonasi
4
Kecepatan detonasi (Velocity Of Detonastion = VOD) adalah kecepatan gelombang
detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian handak, dinyatakan dalam m/s. Kecepatan
detonasi bahan peledak komersial ialah antara 1.500-8.000 m/s. Kecepatan detonasi suatu handak
tergantung pada :
Energi yang dihasilkan oleh reaksi handak dipengaruhi oleh kecepatan detonasi dan
bobot isinya. Persamaan Relative Energy (RE):
Dengan,
SG : berat handak
3. Kepekaan
Kepekaan adalah ukuran besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan peledak untuk
memulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh isian. Kepekaan handak
tergantung pada komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air dan
temperature. Ada beberapa macam kepekaan itu, yaitu:
5
• Kepekaan terhadap gesekan (sensivity of friction)
• Kepekaan terhadap ledakan handak lain dari jarak tertentu (gap sensivity)
Bahan peledak yang sensitive belum tentu baik. Bahan peledak yang tidak peka tetapi
mudah penyebaran reaksinya adalah lebih menguntungkan dan lebih aman.
Bobot isi bahan peledak (density) adalah perbandingan antara berat dan volume bahan
peledak. Bobot isi biasanya juga dinyatakan dalam istilah Spesific Gravity (SG), Stick Count
(SC) atau Loading Density (de).
Spesific Grafity (SG) adalah perbandingan antara density bahan peledak terhadap density
air pada kondisi standar. SG bahan peledak komersial adalah 0,6 – 1,7.
Stick Count adalah jumlah dodol ukuran standar 1 1/4 “ x 8” yang terdapat pada 1 dos
sebesar 50 pound. Stick Count bahan peedak antara 232-83.
Loading density adalah berat bahan peledak per unit panjang dari isian.
5. Tekanan detonasi
6
Tekanan detonasi ialah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan
peledak, dinyatakan dalam kilobar (kb). Tekanan detonasi bahan peledak komersial antara 5 –
150 kb.
Tekanan akibat ledakan akan terjadi di sekitar dinding lubang ledak dan menyebar ke
segala arah, yang intensitasnya tergantung pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi dan
VOD), tingkat/ derajat pengurungan, jumlah dan temperature gas hasil peledakan. Secara empiric
Dick merumuskannya :
Dengan,
Ketahanan terhadap air dari suatu handak ialah kemampuan handak itu dalam menahan
rembesan air dalam waktu tertentu tanpa merusak, merubah atau mengurangi kepekaannya,
dinyatakan dalam jam. Sifat ini sangat penting dalam kaitannya dengan kondisi tempat keja,
sebab untuk sebagian besar jenis handak, adanya air di dalam lubang ledak data mengakibatkan
ketidakseimbangan kimia dan memperlambat reaksi pemanasan. Lebih lanjut air juga dapat
mengakibatan kerusakan handak. Dikenal ada lima tingkatan dalam ketahanan dalam air, yaitu:
7
Bagus (good) jika tahan terhadap air 4 -8 jam.
Cukup (fair) jika tahan terhadap air kurang dari 4 jam.
Buruk (poor) jika tidak tahan terhadap air.
Handak dapat dilindungi dari air dengan cara menambah campran gelatin ke dalam
komposisinya (sewaktu dalm proses manufacturing di pabrik), atau secara fisik dibungkus
dengan pembungkus kedap air seperti wood fiber, paraffin dan politilen.
Bahan peledak yang meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas yaitu smokes
atau fumes. Smokes tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap dan asap yang berwarna putih.
Sedangkan fumes berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari karbon-monoksida dan
oksida-nitrogen. Fumes dapat terjadi jika bahan peledak yang diledakkan tidak memeiliki
keseimbangan oksigen, dapat juga terjadi jika bahan peledak tersebut dalam keadaan rusak
kareana kadaluwarsa, selama penyimpanan dan oleh sebab lain.
8. Kemasan
1. Berdasarkan Pemakaiannya
a) Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal untuk peperangan,
demolation, melukai, membunuh, (bom napalm, granat dsb.)
b) Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian industri
pertambangan, konstruksi dll.
9
Tekanan impact tinggi, density tinggi dan sensitive thd cap
High compressibility sampai dengan 100 kbar.
Low Explosive atau Blasting agent, umumnya berupa campuran antara “fuel” dengan oxidizer
system, dimana tak satupun dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak, ciri khasnya yaitu:
3. Berdasarkan Komposisinya
a) Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu senyawa
misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro Toluena).
b) Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai senyawa
tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil).
4. Berdasarkan Kepekaannya
Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api, panas
benturan , gesekan dsb à misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6, Hg(ONC)2
Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan meledak
setelah terjadi peledakan sebelumnya à misal: ANFO, Dynamit dsb.
10
Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang
mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik.
Bandingkan dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara
1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan sebagai propelan peluru dan
roket. Jenis bahan peledak low explosive yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan
smokeless powder. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak
digunakan sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan dan sekitarnya. Bahan
peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan mercon banting serta bom ikan. Black powder
adalah jenis bahan peledak tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai
bahan pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak digunakan sebagai
propelan peluru dan roket, roket signal, petasan, sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.
Bahan peledak “Blasting”, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan
Bahan peledak “Catridge”, digunakan sebagai pembentuk metal projectile yang
berkemampuan tembus atau potong
Bahan peledak “Propellant”, digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru
senjata atau motor roket
Bahan peledak “Fuse”, bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas,
warna dan sebagainya
Bahan peledak “Pyrotechnic”, bahan peledak yang digunakan sebagai pemula suatu
rangkaian proses peledakan
11
2.5.1 Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan(ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak
peka detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang
masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),fungsinya
untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak sehingga menimbulkan
gelombang kejut.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan
VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan
besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-jenis detonator
adalah sebagai berikut :
Detonator jenis ini bisa meledak bila terkena panas yang berlebih, dipukul – pukul, dan
dibanting dengan keras. Bagian - bagian utama dari detonator biasa adalah ramuan pembakar,
isian utama, dan isian dasar dengan mekanisme peledakan diawali dari sumber panas yang
berasal langsung dari aria pialuia sumbu api yang akan membakar semua pembakar.
Keuntungan :
Tidak dipengaruhi oleh gelombang radio dan arus liar dari dalam bumi
Lebih praktis, dan murah
Mudah mengontrol untuk meledakkan beberapa lubang ledak dalam cuaca normal
Kerugian :
12
Jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang dihantarkan melalui kabel
khusus untuk itu detonator jenis ini memiliki keuntungan dan kerugian. Bagian – bagian utama
dari detonator ini adalah legwire yang terdiri dari kabel listrik dan selubung kabel, fusehead yang
berisi kawat halus dan ramuan pembakar, isian utama, dan isian dasar.
Keuntungan :
Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
Pola peledakan lebih leluasa
Hasil peledakan lebih leluasa
Penanganan lebih mudah dan praktis
Kerugian :
Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik kurang aman.
Pengaruh gelombang radio, televisi dan sumber-sumber arus listrik lainnya harus
dipertimbangkan.
Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik, alat-alat pengetest dan
lain-lain.
3. Detonator Non-Eletrik
Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari gelombang kejut,
dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator non-eletrik menekan pasar pada
tahun 1973, menawarkan semua keuntungan dari inisiasi listrik tetapi menambahkan manfaat
keamanan (ketidakpekaan terhadap listrik, energi frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik)
dan fleksibilitas operasional yang luas (lebih mudah untuk merancang urutan inisiasi yang lebih
besar, secara teoritis dengan tak terbatas jumlah penundaan). Sistem inisiasi terdiri dari tabung
kejut terhubung ke detonator down-the-hole dan konektor permukaan.
Meskipun lapisan mereka bubuk reaktif dan berkat starter, tabung kejut mengirimkan
gelombang kejut ke detonator non-elektrik. Sambungan di lapangan adalah "plumbing-like",
dengan asumsi gelombang getaran seperti air, yang beredar dalam tabung dari detonator yang
13
lain. Detonator non-elektrik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Amerika Serikat selalu
menjadi salah satu pasar terbesar untuk jenis detonator.
Dari tahun 1990 sampai 2000, gerakan penelitian dan pengembangan besar-besaran
dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk mengembangkan pre-programmed atau diprogram
detonator elektronik. Detonator elektronik Programmable merupakan langkah maju dalam
logika, menawarkan fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini
bersama-sama dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan short
rangkaian inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat yang signifikan (pengurangan
gangguan, meningkatkan produktivitas) kepada stakeholder pertambangan. Perangkat lunak
simulasi numerik telah dikembangkan untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan
dengan sejumlah besar kemungkinan dalam desain shots mereka.
14
2.5.3 Bahan Peledak Nitro Gliserin
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan
material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin
merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga
pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Alfred Nobel yang pertama kali menemukan
kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan
peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan energi
yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya. Bahan peledak ini mempunyai sifat
plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas
tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada lubang
ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene untuk
mencegah penyerapan air dari udara bebas.
2.5.4 Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data
seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data
(processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi
dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali
adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
15
2.6 Bahan Peledak Yang Digunakan Di Industri Pertambangan
1. Amonium Nitra
Ammoniun nitrat (NH4NO3) merupakan bahan dasar yang berperan sebagai penyuplai
oksida pada bahan peledak. Berwarna putih seperti garam dengan titik lebur sekitar 169,6 oC.
Ammonium nitrat adalah zat penyokong proses pembakaran yang sangat kuat, namun ia sendiri
bukan zat yang mudah terbakar dan bukan pula zat yang berperan sebagai bahan bakar sehingga
pada kondisi biasa tidak dapat dibakar. Sebagai penyuplai oksigen, maka apabila suatu zat yang
mudah terbakar dicampur dengan AN akan memperkuat intensitas proses pembakaran dibanding
dengan bila zat yang mudah terbakar tadi dibakar pada kondisi udara normal. Udara normal atau
atmosfir hanya mengandung oksigen 21%, sedangkan AN mencapai 60%. Bahan lain yang
serupa dengan AN dan sering dipakai oleh tambang kecil adalah potassium nitrat (KNO3).
Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila dicampur atau
diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang mudah terbakar, misalnya bahan bakar
minyak (solar, dsb), serbuk batubara, atau serbuk gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan
peledak dengan sensitifitas rendah. Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan
16
sebagai agen peledakan, misalnya pupuk urea, namun AN yang sangat baik adalah yang
berbentuk butiran dengan porositas tinggi, sehingga dapat membentuk komposisi tipe ANFO.
Densitas : butiran berpori 0,74 – 0,78 gr/cc (untuk agen peledakan) butiran tak berpori
0,93 gr/cc (untuk pupuk urea)
Porositas : mikroporositas 15%
5oC tingkat kelarutan 57,5% (berat); 30o C tingkat kelarutan 70% (berat)
10oC
tingkat kelarutan 60% (berat); 40o C tingkat kelarutan 74% (berat)
2. Anfo
ANFO adalah singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida dan fuel oil
(FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik berbentuk serbuk maupun
cair, dapat digunakan sebagai pencampur dengan segala keuntungan dan kerugiannya. Pada
17
tahun 1950-an di Amerika masih menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar dan
sekarang sudah diganti dengan bahan bakar minyak, khususnya solar.
3. Slurries (watergels)
Istilah slurries dan watergel adalah sama artinya, yaitu campuran oksidator, bahan bakar,
dan pemeka (sensitizer) di dalam media air yang dikentalkan memakai gums, semacam perekat,
sehingga campuran tersebut berbentuk jeli atau slurries yang mempunyai ketahanan terhadap air
sempurna. Sebagai oksidator bisa dipakai sodium nitrat atau ammonium nitrat, bahan bakarnya
adalah solar atau minyak diesel, dan pemekanya bisa berupa bahan peledak atau bukan bahan
peledak yang diaduk dalam 15% media air.
Agen peledakan slurry yang mengandung bahan pemeka yang bukan jenis bahan
peledak, misalnya solar, sulfur, atau alumunium, tidak peka terhadap detonator (non-cap
sensitive). Sedangkan slurry yang mengandung bahan pemeka dari jenis bahan peledak, seperti
TNT, maka akan peka terhadap terhadap detonator (cap sensitive). Oleh sebab itu jenis slurry
yang disebutkan terakhir bukanlah merupakan agen peledakan, tetapi benar-benar sebagai bahan
peledak slurry (slurry explosive) dan peka terhadap detonator. Slurry pada umumnya dikenal
karena bahan bakar pemekanya, seperti aluminized slurry, TNT slurry, atau smokeless powder
slurry.
18
Bahan peledak emulsi terbuat dari campuran antara fase larutan oksidator berbutir sangat
halus sekitar 0,001 mm (disebut droplets) dengan lapisan tipis matrik minyak hidrokarbonat.
Perbedaan ukuran butir oksidator bahan peledak. Emulsi ini disebut tipe “air-dalam-minyak”
(water-in-oil emulsion). Emulsifier ditambahkan untuk mempertahankan fase emulsi. Dengan
memperhatikan butiran oksidator yang sangat halus dapat difahami bahwa untuk membuat
emulsi ini cukup sulit, karena untuk mencapai oxygen balance diperlukan 6% berat minyak di
dalam emulsi harus menyelimuti 94% berat butiran droplets.
Bahan peledak heavy ANFO adalah campuran daripada emulsi dengan ANFO dengan
perbandingan yang bervariasi (lihat Gambar 3.8 dan 3.9). Keuntungan dari campuran ini sangat
tergantung pada perbandingannya, walaupun sifat atau karakter bawaan dari emulsi dan ANFO
tetap mempengaruhinya. Keuntungan penting dari pencampuran ini adalah :
Energi bertambah,
Sensitifitas lebih baik,
Sangat tahan terhadap air,
Memberikan kemungkinan variasi energi disepanjang lubang ledak.
19
Bahan peledak permissible adalah bahan peledak yang khusus digunakan pada tambang
batubara bawah tanah. Bahan peledak ini harus lulus beberapa tahapan uji keselamatan yang
ketat sebelum dipasarkan. Pengujian terutama diarahkan pada keamanan peledakan dalam
tambang batubara bawah tanah yang umumnya berdebu agar bahan peledak tersebut tidak
menimbulkan kebakaran tambang. Bahan peledak yang lulus uji akan diklasifikasikan kedalam
“permitted explosive” dengan rating P1 atau P5, di mana kode rating menunjukkan tingkat
kekuatan bahan peledak tersebut. Bahan peledak permissible P1 dapat digunakan untuk
meledakkan batubara yang keras, pembuatan vertical shaft, dan lubang bukaan bahwa tanah
lainnya; sedangkan P5 lebih cocok digunakan pada tambang batubara bawah tanah yang
berdebu.
20
Black powder atau gunpowder pertama kali dibuat pada abad ke 13 dan digunakan baik
untuk keperluan militer maupun penambangan. Komposisi black powder adalah serbuk batubara,
garam, dan belerang. Bahan peledak ini terbakar cepat sekali, bisa mencapai kecepatan rambat
100 ±10 detik per meter atau 60 meter per detik pada kondisi terselubung, tetapi tidak bisa
meledak. Oleh sebab itu black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak lemah (low
explosive). Kapabilitas black powder sangat dipengaruhi oleh cuaca yang memperburuk
kemampuan bakarnya.
Karena kelemahan inilah black powder tersingkir penggunaannya sebagai bahan peledak
utama dalam industri pertambangan setelah diketemukan nitrigleserin dan bahkan sekarang
bahan peledak berbasis emulsi yang mempunyai kekuatan detonasi sangat tinggi dan aman.
Walaupun demikian black powder saat ini masih tetap dimanfaatkan untuk mengisi sumbu api
atau sumbu bakar atau safety fuse untuk peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Untuk
keperluan militer, black powder digunakan sampai sekarang sebagai mesiu di dalam selongsong
peluru yang berfungsi sebagai pelontar proyektil peluru (propellant) dan juga digunakan pada
berbagai keperluan piroteknik.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang
apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa
secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau
lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan dan bebas dari segala
bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat, material ataupun metode kerja pada saat
dilakukannya operasi penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan
lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan suatu peledakan.
3.2 Saran
Pekerjaan peledakan atau penggunaan bahan peledak sebaiknya dilakukan oleh orang
yang telah ahli di bidangnya, karena pekerjaan peledakan merupakan pekerjaan yang sangat
berbahaya bahkan bisa merenggut nyawa pekerja.
22
DAFTAR PUSTAKA
batubaraKoesnaryo, S., “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta, 1985
http: http://www.scribd.com/doc/93327671/PELEDAK
http://www.scribd.com/doc/95553765/PENANGANAN-BAHAN-PELEDAK
http://www.miningsite.info/bahan-peledak
http://www.anekatambang.net/berita-tambang/istilah-populer-dunia-pertambangan.html
http://suyitno01.wordpress.com/pertambangan/peledakan-blasting/pengetahuan-dasar-bahan-
peledak-komersil/
23
Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive Division,
10 p.
Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section, Explosives
Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington, Delaware, pp. 31 – 86.
Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division, pp. 1 – 17.
https://duniatambang.co.id/Berita/read/1335/Mengenal-Jenis-Jenis-Detonator-Sebagai-Blasting-
Capsule
24