Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TEKNIK EKSPLORASI

Eksplorasi Endapan Batubara PT. Bukit Asam (persero), Tbk Unit


Penambangan Tanjung Enim

Oleh:

Syauqi Thifal
18080036

Dosen Pengampu :
Ansosry ST, MT

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan judul “Eksplorasi Endapan
Batubara PT. Bukit Asam (persero), Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim”. Maka
saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan Terima kasih kepada :

1. Bapak  Ansosry ST, MT selaku dosen Teknik Eksplorasi


2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna,terdapat kekurangan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak sengaja,
untuk itu kritik serta saran yang membangun untuk penyempurnakan laporan yang
saya buat ini. semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran khususnya mata kuliah Teknik Eksplorasi. Terima Kasih
dan semoga bermanfaat.

Padang, 19 Desember 2020


Penulis

Syauqi Thifal

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Maksud dan Tujuan Penyelidikan ...............................................................................1
B. Perizinan .....................................................................................................................1
C. Sejarah Penyelidikan.....................................................................................................1
BAB II GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI..........................................................3
A. Geografi Daerah Penyelidikan..................................................................................... 3
1. Lokasi dan Kesampaian Daerah.............................................................................3
2. Keadaan daerah penyelidikan................................................................................4
3. Morfologi daerah peyelidikan................................................................................4
B. Geologi Regional..........................................................................................................6
BAB III KEGIATAN EKSPLORASI.................................................................................9
A. Metode Penyelidikan.....................................................................................................9
B. Tahapan Penyelidikan....................................................................................................9
C. Uraian Pekerjaan Yang Dilakukan.................................................................................9
BAB IV HASIL EKSPLORASI.......................................................................................11
A. Geologi Daerah Penyelidikan......................................................................................11
B. Keadaan Endapan........................................................................................................12
1. Penyebaran..........................................................................................................12
2. Kadar/Kualitas.....................................................................................................13
3. Perhitungan Cadangan.........................................................................................13
BAB V SIMPULAN.......................................................................................................15
LAMPIRAN....................................................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah ...................................................... 3


Gambar 2.2 Tata Letak Tambang di Unit Pertambangan Tanjung Enim ....................6

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Curah Hujan.....................................................................................4


Tabel 4.1 Penggolongan Penyebaran Batubara PT. Bukit Asam...........................12
Table 4.2 Rentang kualitas Batubara pada PT Bukit Asam ..................................13
Tabel 4.3 Cadangan Batubara PT. Bukit Asam Persero Tbk Tanjung Enim.........14

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 ................................................................................................................16

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan


Kegiatan survei tinjau terhadap indikasi keterdapatan dan terendapkannya
batubara pada wilayah penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data awal
tentang keberadaan endapan batubara yang didasarkan pada studi geologi regional
inforrnasi yang berkembang di masyarakat singkapan batubara yang dijumpai dan
tespit yang dibuat untuk mendukung kegiatan penelitian.
Tujuannya adalah Memperoleh data dan gambaran awal tentang
keberadaan dan keterdapatan endapan batubara baik dari segi kualitas, kuantitas
sebaran lateral dan ketebalanny, Stratigrafi dan fariasi litologi dari singkapan yang
dijumpai.Fisiografi dan geomorfologi Status dan tataguna lahan masyarakat
B. Perizinan
IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan umum,
eksplorasi dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut pasal 29
peraturan pemerintah no.23 tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan
usahapertambangan mineral dan batubara (“PP 23/2010”), IUP eksplorasi
diberikan berdsarkan permohonan dari badan usaha pertambangan (WIUP).
Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan pemegang IUP
eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP.
C. Sejarah Penyelidikan
Sejarah penambangan batubara di Tanjung Enim dimulai tahun 1919.
Tambang yang pertama beroprasi adalah Air Laya menggukanan sistem
penambangan open pit. Selanjutnya pada tahun 1923, Tambang bawah tanah atau
underground mining mulai dilakukan sampai tahun 1940-an. Pemerintah
menyetujui pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA) pada tahun 1950. PN TABA pada tahun 1981 berubah nama menjadi PT

1
Tambang Batubara Bukit Asam, hal itu juga diikuti dengan statusnya menjadi
Perseroan Terbatas, seiring berjalannya waktu pada tahun 1990 PT Bukit Asam
digabungkan dengan Perum Tambang Batubara, hal tersebut membuat PTBA
mulai menjajaki proyek briket pada tahun 1994. PTBA tercatat sahamnya di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan Kode “PTBA” pada akhir tahun
2002 tidak lama setelah itu, pada tahun berikutnya PT Tambang Bukit Asam
(Persero) berubah status kembali menjadi Perseroan Terbuka, dan diikuti dengan
perubah nama menjadi PT Bukit Asam (Persero), Tbk. Enam tahun kemudian PT
Tambang Bukit Asam (Persero), Tbk. Berubah menjadi PT Bukit Asam (Persero),
Tbk.
Ada Beperapa site di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim, antara
lain:
1.Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah Izin Usaha
Pertambangan dengan luas 7.6221 hektar. Mengandung kalori tinggi, Serta
memiliki beragam Kalori dibandingkan dengan site yang ada di IUP PT Bukit
Asam (Persero) Tbk,.Tambang Air Laya menggunakan metode tambang terbuka
dengan sistem berkesinambungan (continuous mining) dan sistem shovel - truck.
2.Tambang Banko Barat merukan site kedua terbesar sebelah Tambang Air
Laya dengan luas Izin Usaha Pertambangan 4.500 hektar, kalori batubara tidak
seberagam site tambang Air Laya dengan kualitas kalori rata- rata 5200 dan
5000,metode penambangannya menggunakan tambang terbuka menggukan sistem
shovel-truck
3.Tambang Muara Tiga Besar memiliki luas Izin Usaha Pertambanagn
3.300 hektar yang terbagi menjadi Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU) dan
Tamabang Muara Tiga besar selatan (MTBS) .Tambang Muara Tiga Besar Utara
(MTBU) terbagi menjadi Muara Tiga Besar Utara Barat (MTBUB) dan Muara
Tiga Basar Utara Timur (MTBUT), keduanya merupakan tambang yang
dioperasikan dengan metode penambangan shovel and truck, Tambang Muara
Tiga Besar Selatan (MTBS) Sudah tidak beroprasi lagi.

2
BAB II
GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI

A. Geografi Daerah Penyelidikan


1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk berada di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan dengan jarak ± 186 km Barat Daya dari
pusat kota Palembang. Lokasi pertambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) dapat dicapai dengan
menggunakan pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta dengan waktu
tempuh 60 menit untuk sampai ke bandara Sultan Mahmud Badaruddin II,
kemudian perjalanan dilakukan mengunakan jalur darat menggunakan
kendaraan roda empat dari kota Palembang menuju Tanjung Enim dengan
jarak 186 km dan waktu tempuh ± 5 jam.

Sumber : satker eksplorasi rinci PT. Bukit Asam (Persero), Tbk)


Gambar 2.1
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

2. Keadaan Daerah Penyelidikan

3
`Menurut Jackson (1961) daerah penelitian merupakan bagian dari
cekungan palembang bagian selatan yang terbentuk dari hasil sedimentasi
pada fase penyusutan air muka laut (regresi).
Metode penambangan di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. adalah metode
tambang terbuka sehingga besarnya curah hujan memiliki pengaruh besar
pada kegiatan penambangan. Kegiatan penambangan akan berhenti apabila
terjadi hujan dengan intensitas tinggi karena dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja. Daerah penambangan batubara Banko Barat memiliki
kelembapan dan temperatur tinggi, yaitu berkisar antara 23º C sampai dengan
36,5º C.untuk curah hujan pada bulan oktober 2017 di daerah Banko Barat
dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.
3. Tabel 2.1
Data Curah Hujan

Morfologi Daerah Penyelidikan


Berdasarkan kondisi geografis wilayah penambangan PTBA dibagi
menjadi tiga daerah penambangan yaitu lokasi Tambang Air Laya (TAL),
Muara Tiga Besar (MTB), dan Banko (Gambar 2.2). Lokasi Tambang MTB
terbagi lagi menjadi dua daerah penambangan yaitu Muara Tiga Besar Utara
(MTBU) dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS). Secara khusus, penelitian
ini dilakukan di MTBU Berdasarkan kondisi geografis wilayah penambangan
PTBA dibagi menjadi tiga daerah penambangan yaitu lokasi Tambang Air

4
Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB), dan Banko (Gambar 2.2). Lokasi
Tambang MTB terbagi lagi menjadi dua daerah penambangan yaitu Muara
Tiga Besar Utara (MTBU) dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS). Secara
khusus, penelitian ini dilakukan di MTBU.
Secara geografis area MTBU terletak antara 3°42’00’’ LS - 3°50’00”
LS dan 103°45’00” BT - 1030 50’10” BT yang secara administratif terletak
10 km sebelah barat kota Tanjung Enim. Kondisi daerah tambang MTBU
mempunyai variasi struktur antiklin yang terdiri tiga daerah utama yaitu:
(Iskandar, KGS Dedi dan Moamar. G.2013)
1. Daerah Barat, membujur dari tengah ke barat dengan panjang ± 1,5 Km
dengan kemiringan lebih dari 37°.
2. Daerah Tengah, berada diantara zona timur dan zona barat dengan
panjang kira-kira 6 Km dan kemiringannya antara 10° - 30°.
3. Daerah Timur, memanjang ke arah barat dari lokasi penambangan Air
Laya dengan panjang ± 1,5 Km dan mempunyai kemiringan lebih dari
37°.
Sumbu antiklin memiliki arah barat laut sampai tenggara (WNW-ESE).
Pada sisi selatan tambang MTBU dibatasi sampai lapisan batubara,
kemiringan (dip) lapisan batubara mengarah ke utara dengan kemiringan
sampai 35˚, pada sisi utara tambang MTBU dibatasi sampai kedalaman 300
meter. Kemiringan lapisan yang tinggi dan pada beberapa tempat membatasi
tambang dibagian barat dan timur. Lokasi penambangan MTBU wilayah
sump barat berada pada MTBU tengah dengan jarak 1600 meter dari lokasi
backfilling di sump tengah. Sump yang terdapat pada lokasi ini sudah tidak
digunakan lagi dan lumpur pada daerah tersebut sudah digelontorkan menuju
sump utama.

5
Gambar 2.2
Tata Letak Tambang di Unit Pertambangan Tanjung Enim

B. Geologi Regional
Geologi regional daerah PTBA termasuk dalam Sub Cekungan
Palembang yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan dan
terbentuk pada zaman Tersier. Sub Cekungan Sumatera Selatan yang diendapkan
selama zaman Kenozoikum mempunyai urutan litologi yang terdiri dari 2 (dua)
kelompok, yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang.

Kelompok Telisa terdiri dari Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi
Baturaja dan Formasi Gumai, sedangkan

Kelompok Palembang terdiri dari Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim
dan Formasi Kasai.

6
Endapan Tersier pada Cekungan Sumatera Selatan dari yang tua sampai
dengan yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa formasi, yaitu: (Togu,
C.P.

2015)

1. Formasi Muara Enim


Formasi Muara Enim merupakan formasi yang indikasikan mengandung
batubara yang dicirikan dengan adanya batu lempung, batu lanau dan batu pasir
yang dominan. Di daerah Banko Barat, Formasi Muara Enim terdiri dari
endapanendapan Sungai Tua secara tidak selaras. Endapan sungai–sungai yang
berumur kuarter ini belum mengalami pemadatan secara sempurna.
2. Formasi Kasai
Formasi ini dicirikan oleh tufa yang berwarna putih, seperti yang
tersingkap di daerah Suban maupun Klawas, terdiri dari batu pasir tufaan, batu
lanau tufaan, batu lempeng tufaan dan batubara tipis. Lingkungan
pengendapannya dari darat sampai transisi dengan ketebalan 500–1000 meter.
3. Formasi Talang Akar
Formasi ini berada di lokasi Sumur Limau, kurang lebih barat daya
Prabumulih dengan nama asal “Talang Akar Stage”. Anggota gritsand dari batu
pasir kasar hingga sangat kasar dengan gabungan serpih dan lanau yang
diendapkan di lingkungan fluvial hingga delta. Anggota ini diendapkan tidak
selaras di atas
Formasi Lahat selama Oligasen dengan ketebalan 550 meter.
4. Formasi Baturaja
Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu dan batu gamping detritus,
ke arah cekungan berubah fasies menjadi serpih, napal dengan sisipan tipis batu
gamping dari Formasi Gumai. Formasi Baturaja terletak tidak selaras di atas
batuan Pra Tersier. Ketebalan formasi ini pada daerah paparan adalah 60–75
meter, tetapi apabila terletak di atas batuan dasar, ketebalannya bervariasi antara

7
60–120 meter, bahkan pada singkapan Bukit Gerbah mencapai 520 meter.
Formasi ini berumur
Miosen Awal.
5. Formasi Gumai
Puncak transgesi pada cekungan Sumatera Selatan dicapai pada waktu
pengendapan Formasi Gumai sehingga formasi ini mempunyai penyebaran yang
sangat luas pada cekungan Sumatera Selatan. Formasi ini diendapkan selaras di
atas Formasi Baturaja dan anggota transisi foraminifera dengan sisipan batu pasir
gampingan pada bagian bawah dan sisipan batu gamping pada bagian tengah dan
atasnya. Ketebalan formasi ini mencapai 200 – 500 meter.
6. Formasi Air Benakat
Litologi satuan ini adalah serpih gampingan yang kaya akan foraminifera
di bagian bawahnya, dan semakin ke atas akan dijumpai batu pasir yang
mengandung gloukonit. Pada puncak satuan ini kandungan pasirnya meningkat,
kadang dijumpai sisipan tipis batubara atau sisa–sisa tumbuhan. Fomasi ini
diendapkan pada lingkungan neritik yang berangsur–angsur menjadi laut dangkal
dan prodelta. Formasi Air Benakat diendapkan selaras di atas Formasi Gumai
pada Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir dengan ketebalan kurang dari 60 meter.
7. Formasi Lahat
Formasi Lahat diendapkan tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier pada
lingkungan darat. Formasi ini berumur Oligosen Bawah, tersusun oleh tuff
breksi, lempung tufaan, breksi dan konglomerat. Pada tempat yang lebih dalam,
fasiesnya berubah menjadi serpih, serpih tufaan, batulanau dan batupasir dengan
sisipan batubara. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0 sampai 300 meter.

8
BAB III
KEGIATAN EKPLORASI

A. Metode Penyelidikan
Metodologi yang dipakai dalam pelaksanaan kegiatan survei tinjau
batubara meliputi pengumpulan serta evaluasi data primer dan data sekunder
yang berasal dari hasil intepretasi dan evaluasi peta-peta sumber daya geologi
dan topografi. Metode yang dipergunakan:
1. Studi literatur yang ada pernah dilakukan penelitian terdahulu.
2. Pengamatan langsung disingkapan batubara
3. Pendekatan ke berbagai orang yang secara formal berurusan dengan
pertambangan tersebut
4. Dialog dengan masyarakat sekitar lahan daerah investigasi yang
mengetahui keberadaan batubara tersebut.
Sasaran: Sasaran utama dari penyelidikan ini adalah dalam upaya merintis
akses sumber daya batubara sehingga mampu mengidentifikasi jenis dan kualitas
batubara yang tersingkap di lapangan.
B. Tahapan Penyelidikan
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penyelikan adalah sebagai berikut :
1. Pemetaan geologi
2. Pemetaan topografi
3. Pemboran inti
C. Uraian Pekerjaan Yang Dilakuakan
1. Pemetaan Geologi
Kegiatan pemetaan geologi diprioritaskan pada formasi pembawa
batubara yang nampak dipermukaan. Sasaran utama dalam pemetaan ini
adalah singkapan batubara. Apabila pada suatu sungai ditemukan
beberapa singkapan batubara dan diketahui jurus kemiringannya maka

9
dilakukan pengukuran lintasan kompas, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui tebal dan jumlah lapisan batubara serta litologi antara lapisan
batubara tersebut (“interseam”).
Korelasi lapisan batubara didasarkan pada kelurusan arah jurus antara
singkapan yang satu dengan lainnya, dan litologi pengapit batubara
tersebut. Selain itu dilakukan pula korelasi di permukaan dengan
menggunakan metoda tiga titik.Pengambilan conto batubara dilakukan
secara acak (“grab sampling”) atau dengan cara alur (”channel sampling”)
apabila memungkinkan.
2. Pemetaan Topografi
Pemetaan topografi dilaksanakan setelah gambaran batubara di daerah
penyelidikan diketahui, selanjutnya dipilih daerah yang dianggap paling
prospek untuk dipetakan.
Alat yang digunakan adalah sebuah GPS Garmin 12-XL, 3 buah alat ukur
theodolit yaitu yang terdiri atas 2 buah T-0 dan sebuah T-2, luas daerah
yang dipetakan sekitar 2.000 Ha, dengan skala peta 1 : 10.000.
3. Pemboran Inti
Alat yang digunakan di dalam pemboran terdiri dari 1 unit mesin bor LY-
24 dengan menggunakan “wire line” dan 1 unit mesin bor TONE secara
konvensional. Jenis ”core barrel” yang digunakan adalah NQ ( diameter
inti bor 47,60 mm ).Di daerah Babat telah dilakukan pemboran sebanyak
12 lubang bor yang kedalamannya berkisar antara 50 m- 80 m, dengan
kedalaman total 905,00 m, kode lokasi bor adalah BT

10
BAB IV
HASIL EKSPLORASI

A. Geologi Daerah Penyelidikan


Lapisan batubara di daerah IUP PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit
Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari Cekungan
Sumatera Selatan (Coster, 1974 dan Harsa, 1975). Lapisan batubara pada
daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan batubara yang terdiri dari lapisan
tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan
tujuh lapisan gantung (hanging seam).
Ditinjau dari keadaan geologi pembentukan batubara, maka lapisan
batubara pada awalnya berupa lapisan yang datar (flat) atau sedikit miring.
Kemiringan yang besar mengindikasikan telah terjadinya fenomena geologi
yang signifikan (lipatan/patahan) di sekitar lokasi tersebut, sehingga batubara
memiliki kemiringan yang besar, maka material batuan di sekitar batubara
tersebut (overburden/interburden) juga mengalami proses geologi yang sama.
Daerah penambangan PTBA termasuk dalam zona fisiografis
cekungan Sumatera Selatan dan merupakan bagian dari antiklinorium Muara
Enim dari Cekungan Sumatera Selatan. Lithologi utama yang dijumpai adalah
Formasi Muara Enim sebagai pembawa batubara dan didominasi oleh batuan
lempung lanau dengan umur Mio-pliosen.
Struktur geologi yang berkembang adalah antiklin yang membentuk
kubah, sesar normal, sesar-sesar minor dengan pola radial, dan sesar yang
tidak menerus sampai bagian bawah dari lapisan batuan. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari intrusi andesit di daerah cadangan. Selain intrusi batuan
beku andesit, struktur geologi di daerah PTBA juga dipengaruhi adanya gaya
tektonik pada zaman Pliosen dengan arah utama utara-selatan.

11
B. Keadaan Endapan
1. Penyebaran
Sebaran kualitas batubara yang ada di daerah Bukit Asam berupa Sub-
Bituminous hingga Antrasite.

Tabel 4.1
Penggolongan Penyebaran Batubara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk (Astm)

Kelas Group Group Keterangan

Antrasit 1 Meta Antrasit Tidak Ada

2 Antrasit Suban

3 Semi- Antrasit Air laya

Bituminus 1 Low Volatile Bituminus -

2 Medium Volatile Bituminus -

3 Volatile Bituminus Air Laya dan Bukit Kendi

4 High Volatile Bituminus -


Coal B
5 High Volatile Bituminus -
Coal C
Sub - 1 Sub-Bituminus Coal A Air Laya
Bituminus
2 Sub-Bituminus Coal B MuaraTiga Besar

3 Sub-Bituminus Coal C Banko Barat

12
2. Kadar\Kualitas

Table 4.2
Rentang kualitas Batubara pada PT Bukit Asam (persero) Tbk Tanjung Enim

Batubara
No Parameter Uap Sub Bituminus Antrasit
(Bituminus)
1 Total Moisture (as) % 20 - 30 2- 10 6
2 Inherent Moisture (adb)% 1,1 - 4 0,6 - 2 2
3 Ash Content (ads) % 4-7 4-9 8
4 Volatile Matter (ads) % 40- 54 15,5 - 29,5 13 - 15
5 Fixed Carbon (ads) % 48 - 54 61 - 79 75 - 81
6 Calori Value Kcal/kg 5000-6000 6500 7500
7 Sulpuhur Total (ads) % 0,3 - 0,6 0,3 - 0,9 1
8 Chlorine (ads) % 0,01 0,01 0,01
9 Ukuran Butir, mm 0 – 40 1–10 dan 10 –30 1 – 30

3. Perhitungan Cadangan
Jumlah cadangan batubara yang terdapat di lokasi kuasa pertambangan
PT Bukit Asam Tanjung Enim adalah sebesar 3126,94 juta ton untuk
cadangan terukur, 1422,21 juta ton untuk cadangan tertunjuk dan 335,00
juta ton untuk cadangan tereka. Jumlah cadangan batubara yang ada di
PT. Bukit Asam Tanjung Enim yang terukur maupun yang tereka dapat
dilihat pada tabel 4.3

13
Tabel 4.3
Cadangan Batubara PT. Bukit Asam Persero Tbk Tanjung Enim

Cadangan (juta ton)


Daerah
Terukur Terunjuk Tereka
(measured) (indicated) (inferred) Jumlah
Air Laya 236,74 12,62 0,00 249,36
Arahan Utara 180,00 40,00 10,00 230,00
Arahan Selatan 272,00 86,00 0,00 358,00
Air Selero 49,04 0,69 0,00 49,73
Banko Barat 554,75 116,35 0,00 671,10
Banko tengah 480,39 308,91 0,00 789,30
Banko Selatan 273,41 184,40 0,00 457,81
Banjar Sari 242,14 42,90 0,00 285,04
Bunian-Sukamerindu 20,67 0,00 0,00 20,67
Bukit Kendi 14,67 30,77 0,00 45,44
Kungkilan 105,20 41,19 0,00 146,39
Muara Tiga Besar 308,40 23,00 0,00 331,40
MTBS Barat 213,36 33,38 0,00 248,74
MTBS Timur 174,17 0,00 0,00 174,17
Suban Jeriji Selatan 0,00 0,00 325,00 325,00
Suban Jeriji Utara 0,00 502,00 0,00 502,00
Total 3126,94 1422,21 335,00 4884,15

BAB V

14
SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode penambangan di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. adalah metode


tambang terbuka sehingga besarnya curah hujan memiliki pengaruh besar
pada kegiatan penambangan. Kegiatan penambangan akan berhenti apabila
terjadi hujan dengan intensitas tinggi karena dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan kerja.
2. Geologi regional daerah PTBA termasuk dalam Sub Cekungan Palembang
yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan dan terbentuk pada
zaman Tersier. Sub Cekungan Sumatera Selatan yang diendapkan selama
zaman Kenozoikum mempunyai urutan litologi yang terdiri dari 2 (dua)
kelompok, yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang.
3. Lapisan batubara di daerah IUP PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit
Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari Cekungan
Sumatera Selatan (Coster, 1974 dan Harsa, 1975). Lapisan batubara pada
daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan batubara yang terdiri dari lapisan
tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan
tujuh lapisan gantung (hanging seam).
4. Daerah Tambang PT Bukit Asam, Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan
beriklim tropis dan terbagi dua musim yaitu musih hujan dan musim kemarau.
Dari bulan Desember sampai dengan Maret merupakan musim penghujan
sedangkan pada bulan juni sampai dengan September merupakan musim
kemarau.
5. Jumlah cadangan batubara yang terdapat di lokasi kuasa pertambangan PT
Bukit Asam Tanjung Enim adalah sebesar 3126,94 juta ton untuk cadangan
terukur, 1422,21 juta ton untuk cadangan tertunjuk dan 335,00 juta ton untuk
cadangan tereka.

15
LAMPIRAN

16
17

Anda mungkin juga menyukai