LAPORAN PKL
Oleh:
Arsul Lastory
NPM. 121055424416007
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahman kesehatan dan hidaya-Nya kepada penulis. Berkat ijin-Nya lah penulis memiliki
kekuatan dan kemudahan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan laporan pkl ini
dengan judul ”Tenknik Penagkapan Ikan Tuna (Yellowfin Tuna) Menggunakan Pancing
praktek kerja lapangan ini, sehinga dapat kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
3. Bapak dan ibu Dosen S.Pi Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Dalam proses penyusunan laporan PKL ini, pada kesempatan ini penulis
laporan ini. semuga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat serta dalam
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...................................................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
...................................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................................................
1
1.1. Latar Belakang
.............................................................................................................................
1
1.2 Tujuan Dan Manfaat PKL
.............................................................................................................................
4
BAB II METODE PENELITIAN
..........................................................................................................................
5
2.1. Waktu Dan Tempat PKL
....................................................................................................................
5
2.2. Alat Dan Bahan
....................................................................................................................
5
2.3. Prosedur Kerja
....................................................................................................................
5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
..........................................................................................................................
8
iii
3.1. Keadaan Umum TPI Jambula
....................................................................................................................
8
3.2. Produksi Selama PKL
....................................................................................................................
9
3.3. Kapal dan Alat Tangkap
....................................................................................................................
10
3.4. Operasi Penangkapan
....................................................................................................................
12
BAB IV PENUTUP
..........................................................................................................................
18
4.1.Kesimpulan
....................................................................................................................
18
4.2.Saran
....................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................
19
Lampiran
..........................................................................................................................
20
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi PKL....................................................................... 20
i
BAB I
PENDAHULUAN
Utara cukup besar dan karena daerah perairan Laut Provinsi Maluku Utara
merupakan wilayah lintasan migrasi ikan tuna dari Samudra Pasifik menuju
Samudara Hindia. Potensi ikan tuna di perairan Maluku Utara terbagi pada
69.438.248 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 34.321.112 atau
ikan pelagis besar kususnya tuna hasil tangkapn nelayan skala kecil di Ternate
Provinsi Maluku Utara. Pada saat ini sudah tersedia Tempat Pendataan Ikan (TPI)
dengan sarana yang memadai dan dikelola oleh Badan Pengelolah Pangkalan
Pendaratan Ikan (BPPPI) dengan aktifitas penjualan ikan dilakukan melalu sistem
lelang. Hasil tangkapan terutama dari jenis ikan tuna yang sudah di lelang akan
langsung dibawa menuju PPN yang terletak kurang lebih 9.1 km dari lokasi TPI.
Ikan yang didaratkan sebagaian besar berasal dari daerah tangkapan disekitar
pantai sebelah barat kota Ternate Provinsi Maluku Utara dan daerah perairan
lepas pantai.
Maluku Utara terdiri atas pancing ulur, rawai dan tonda. Pancing ulur merupakan
jenis alat tangkap dominan dan umumnya mengunakan kapal viber bermesin 5 Pk
1
dengan ukuran 3 GT. Pancing ulur atau tuna hand line merupakan salah satu jenis
alat tangkap ikan dari kelompok pancing. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Nomor PER 02/MEN/2011, pancing ulur (hand line) termasuk dalam
kalsifikasi alat tangkap hook and lines, dengan yang berbagai jenis alat tangkap
yang berfungsi untuk penangkap ikan agar bisa mencapai hasil tangkapan,
teknologi pancing ulur saat ini sudah semakin banyak dikembangkan, salah
satunya adalah Pancing ulur (hand line). Pancing ulur merupakan alat tangkap
Mallawa 2012). Perkembangan perikanan pancing ulur (hand line) tidak banyak
mengalami kemajuan yang berarti jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.
dan bentuk mata pancing serta berbagai jenis umpan buatan sebagai faktor utama
yang sangat vital dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap pancing
(Nugroho 2002). Mata pancing mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
dan sangat berpengaruh terhadap ukuran ikan sasaran. Oleh karena itu
pengembangan alat tangkap ini dilakukan dengan berbagai uji coba dan
modifikasi guna mendapatkan informasi baru terkait ukuran dan bentuk mata
pancing. Modifikasi alat tangkap melalui PKL uji coba pada pengoperasian alat
2
tangkap pancing telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Damanhuri
(1980) dan Nugroho (2002) tentang selektivitas ukuran mata pancing pada
perikanan tuna. disisi lain penggunaan mata pancing dengan berbagai ukuran serta
berbagai macam dan bentuk umpan buatan untuk efektivitas penangkapan ikan
masih kurang diterapkan khususnya di lokasi PKL. Nelayan pancing ulur (Hand
line) cenderung hanya menggunakan satu ukuran mata pancing pada aktivitas
maksimal cukup tinggi. Nelayan tidak memikirkan bahwa sering terlepasnya ikan
hasil tangkapan dari mata pancing atau ikan tidak terkait pada mata pancing
pemancingan yang dilakukan tidak terpikir dan dianggap hal yang biasa, maka
perlu dilakukan PKL teknik penangkapan ikan tuna mengunakan pancing ulur
jenis dan distribusi hasil tangkapan menggunakan alat tangkap pancing ulur di
Kelebihan alat tangkap pancing ulur (hand line) yaitu selektif perawatan
yang sederhana dan metode pengoperasian yang relatif mudah, model yang
diperlukan lebih sedikit dan menggunakan umpan organik yang mudah didapat
diantaranya ikan layang, tongkol, cumi dan jenis ikan pelagis kecil lainnya.
Sedangkan beberapa kekurangan alat tangkap pancing ulur (hand line) yaitu
jumlah hasil tangkapa lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lain, keahlian
mendapatkan ikan yang sanggat besar, mengunakan umpan alami degan mudah
3
lepas dan rusak serta ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga hasil
line) diatas tersebut, penulis melakukan PKL untuk mengetahui secara lebih
mendalam tentang teknik penangkapan ikan tuna mengunakan pancing ulur (hand
line), dengan fokus masalah PKL “Identifikasi dan klasifikasi jenis ikan
berdasarkan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Jambula, Ternate Selatan.
pancing ulur diatas, maka perlu dilakukan PKL tentang teknik penangkapan ikan
tuna menggunakan pancing ulur (hand line) di Jambula Ternate Selatan, Ternate
pengoperasian alat tangkap tuna hand line, jenis dan jumlah hasil tangkapan.
Sedangkan manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah dapat memberikan
pemerintah terkait degan pengunaan alat tangkap tuna hand line di Jambula,
Ternate Selatan.
4
BAB II
METODE PENELITIAN
PKL ini telah dilaksanakan mulai tanggal 20 Juli 2020 sampai dengan 7
Agustus 2020. Pengamatan dan Pengambilan data lapangan dilakukan pada saat
operasi penangkapan di laut Maluku Utara dengan pancing tuna hand line dan
fishing base berada di pangkalan TPI Ternate Selatan Kelurahan Jambula Kota
Alat dan bahan yang digunakan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
tangkap tuna hand line oleh nelayan. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan
5
praktek kerja lapang ini adalah data primer dan data sekunder. data primer didapat
tangkap tuna hand line dan wawancara langsung dengan nelayan setelah
membantu dan melengkapi dalam penyelesaian praktek kerja lapang ini. Data
sekunder yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja lapang ini adalah data alat
tangkap, dan hasil tangkapan yang diperoleh dari nelayan Ternate Provinsi
Maluku Utara
ulur ini, ialah : 1. Mempersiapkan 1 unit pancing ulur yang memiliki ukuran dan
fising groun tempat pada rumpon lalu menurunkan alat tangkap (setting) dengan
kedalaman 40-60 meter sejauh 17-20 mil dari pantai. 4. Untuk menentukan lokasi
tali utama serta tali cabang yang diikat pada tali utama dan mata pancing yang
telah diberi umpan cumi, seterusnya sampai tali utama diberi pemberat. 6. Setelah
1 stega jam lama terentang diperairan lalu dilakukan penarikan (hauling) atau
pengangkatan. Pada saat melakukan hauling, alat tangkap disusun kembali dengan
6
Pengoperasian alat tangkap pancing ulur dilakukan selama 16 hari secara
bertahap. Dalam 1 hari dilakukan setting pada pagi dan sore hari. Waktu
penurunan alat tangkap pada waktu pagi hari berkisar antara jam 08:00 s/d 12:00
WIB sedangkan sore hari berkisar antara jam 02:00 s/d 17:00 WIB. 7. Hasil
cm dan jumlah berat (Kg) dan jumlah berat per jenis. 8. Dilihat dari dua faktor
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
TPI Jambulah merupakan salah satu kantor yang baru berdiri beberapa
Utara. yang bertujuan untuk pendataan hasil tangkapan pada nelayan jambula dan
Kelurahan Jambulah Kota Ternate adalah tempat strategi yang sangat berpotensial
terhadap penagkapan ikan tuna yang sangat banyak. Olehnya itu sebagian besar
yang digunakan adalah dan pancing ulur. Alat tangkap pancing ulur ini
dioperasikan nelayan setempat sejauh 17-20 mil dari pesisir pantai ke fishing
ground. Armada yang digunakan oleh para nelayan Jambula adalah motor
8
3.2. Produksi Selama PKL
penangkapan pancing ulur adalah di lokasi rumpon. Jenis hasil tangkapan pancing
ulur selama prakte kerja lapang adalah tuna ekor kuning (Thunnus albacares).
Komposisi produksi jenis hasil tangkapan dengan pancing ulur Selama 16 kali
penangkapan dengan pancing tuna hand line, menunjukkan jenis ikan tuna ekor
kuning, yaitu sebesar 20%. Jenis tuna mata besar dan tuna sirip kuning, masing-
masing sebanyak 10% dan 20%. Frekuensi produksi pancing hand line selama 16
produksi tunal pada menunjukkan tertinggi tertangkap pada kisaran 2-8 ekor
terjadi satu kali penangkapan. Rata-rata produksi ikan tuna sirip kuning 2 ekor
dan jumlah produksi tertinggi sebesar 3 ekor dan terendah sebanyak 1 ekor. Tre
9
3.3. Kapal dan Alat Tangkap
Perahu terbuat dari fiber/kayu, atau campuran fiber dan kayu. Dimensi rata-rata
perahu adalah panjang (L) 9 m, lebar (B) 1 m dan tinggi (D) 0.6 m. Nelayan
menangkap ikan dengan teknik mengikuti lumba-lumba dengan jarak lebih dari 20
10
Nelayan Jambula Kota Ternate menggunakan alat tangkap tuna handline
(pancing ulur) dalam operasi penangkapan ikan. Unit alat tangkap pancing ulur
terdiri dari bahan-bahan tali (senar) utama, tali cabang, kili-kili, mata pancing dan
nomor 80 atau 70, sedangkan tali cabang terbuat dari bahan nylon monofilament
merek dolpin cap buaya nomor 50 dan panjangnya 12 meter. Mata pancing jenis
tuna hook nomor 05 atau 06 dan jenis mata pancing biasa nomor 05 yang dibuat
oleh nelayan sendir (Enjah Rahmat dan Irma Thamrin 2016). dan alat bantu
penangkapan adalah gelang, ganco, dan balok pemukul. Umpan yang dipakai
untuk menangkap yellowfin tuna adalah jenis umpan hidup dan umpan buatan,
umpan hidup diantaranya adalah ikan layang (Decapterus sp), ikan trigger
(Odunnus niger) dan cumi (Loligo spp), sedangkan umpan buatan antara lain
kepala sendok makan yang diberi mata pancing, umpan buatan menyerupai cumi,
ikan terbang dan ikan layang, umpan buatan ini terbuat dari selang air sebagai
tubuh ikan dan sirip serta ekor terbuat dari ban dalam bekas dan gaya lambat yang
terbuat dari kertas bening berbentuk segi tiga dengan bagian ekor yang panjang
kemudian pada bagian tengahnya di beri kertas berwarna biru, jika ikan tuna lebih
cenderung untuk memakan ikan layang, warnawarni jika ikan tuna cenderung
memakan umpan cumi serta kertas bening murni jika ikan tuna cenderung
11
(a) (b)
Gambar 4. Jenis alat tangkap (a) dan umpan (b)
kerja lapangan. Persiapan peralatan yang dilakukan pada pukul 03.00-04.00 WIB
mulai dari alat tangkap dan umpan, pengecekan mesin, pengisian bahan bakar,
Perahu segera menuju ke fishing ground setelah semua persiapan selesai. Daerah
penangkapan tuna handline yang berbasis di Jambula Kota Ternate yaitu dengan
jarak daerah penangkapan 17-20 mil laut. Nelayan berangkat dari fishing base ke
fishing ground (daerah penangkapan ikan) sekitar pukul 05.00 dini hari. Mereka
berangkat lebih pagi karena harus mencari umpan terlebih dahulu di perjalanan ke
daerah penangkapan ikan. Jika umpan dari hari sebelumnya masih tersisa, maka
rumpon. Selain itu, ditentukan juga dengan melihat tanda-tanda alam seperti
12
keberadaan burung laut dan adanya lumba-lumba. Setelah sampai di fishing
ground, mesin perahu dimatikan dan proses penangkapan segera disiapkan. Mata
Selanjutnya adalah proses menunggu umpan dimakan oleh ikan target. Apabila
umpan dimakan oleh ikan maka pancing segera ditarik ke atas kapal. Berbeda
halnya dengan teknik mengejar lumba-lumba. Mesin tetap dinyalakan dan perahu
komo atau ikan tiruan dari kayu/plastik yang di hubungkan ke atas dengan tali
layangan. Umpan terlihat meloncat loncat seperti ikan hidup ketika ditarik perahu,
dibersihkan dengan air laut dan dimasukkan ke bak penampung (palka) yang
sudah diisi es batu. Nelayan membawa es batu 20-30 buah dengan berat 0.8
kg/buah untuk satu kali operasi penangkapan ikan. Selanjutnya pancing tersebut
penangkapan sampai palka terisi penuh ikan atau maksimal sekitar pukul 17.00.
Nelayan meninggalkan fishing ground menuju fishing base jika sudah selesai
(pengumpul ikan).
(a) (b)
13
(c) (d)
Gambar 5. Operasi Penangkapan
a). Beberapa sayatan ditambahkan dan ditaruh di atas batu kemudian diikat
bersamaan dengan umpan yang sudah dikaitkan pada mata pancing. Ikatan
menggunakan simpul hidup agar mudah terlepas ketika ditarik. Tali cisabu
ditusukkan pada kantong minyak cumi, kemudian batu yang sudah diikat
b) Main line di hentakan untuk melepaskan batu pemberat dari umpan, jika ikan
telah memakan umpan maka proses selanjutnya adalah alat tangkap dinaikan
dengan cara main line di tarik keatas kapal tangkap proses ini biasanya
c) Jika ikan hasil tangkapan telah berhasil ditarik hingga mencapai pinggiran
pukul sampai mati dengan pemukul yang sudah di siapkan, kemudian hasil
kapal dengan bahan pengawet es balok yang telah disiapkan. Hal ini dilakukan
untuk menjaga agar mutu ikan tersebut tidak turun sehingga harga jual ikan
14
3.4.2. Pancing Dioperasikan
Tahap setting dimulai dari pelepasan mata pancing beserta hand line dari
penggulungnya sampai batas swivel kedua diatas pemberat. dimana dalam satu
alat pancing terdapat beberapa swivel sebagai penanda panjang tali pancing
dari pemberat, swivel kedua memiliki jarak 60 m dari swivel pertama. Selanjutnya
melemparkan mata pancing yang telah dipasang umpan keperairan diikuti dengan
Tahap hauling adalah tahap penarikan pancing setelah dirasa pancing telah
termakan ikan, sebagai tanda bahwa umpan telah termakaan ikan dan mata
pancing telah terkait pada ikan adalah alat tangkap terasa lebih berat saat di dalam
air. ketika ikan telah terkait oleh pancing kemudian pancing ditarik keatas secara
berlahan kapal tangkap proses ini biasanya berjalan 20-30 jika nelayan
menggunakan sesuai irama perlawanan ikan agar ikan lemas dan kemungkinan
ikan lolos semakin kecil serta tangan tidak terluka oleh nilon akibat perlawanan
ikan (Paris Siswoko, 2013). jika ikan hasil tangkapan telah berhasil ditarik hingga
mencapai pinggir kapal maka ikan tersebut diganco pada bagian pipi/operculum
kemudian di pukul sampai mati dengan pemukul yang sudah di siapkan, kemudian
tangani jika sudah naik ke kapal (Umar Tangke, 2016). Beberapa sayatan
ditambahkan dan ditaruh di atas batu kemudian diikat bersamaan dengan umpan
15
yang sudah dikaitkan pada mata pancing. Ikatan menggunakan simpul hidup agar
mudah terlepas ketika ditarik. Tali cisabu ditusukkan pada kantong minyak cumi,
kemudian batu yang sudah diikat dengan mata pancing diturunkan pelan-pelan ke
laut pada kedalaman sekitar 40-60 m. Ketika tali pancing sudah terulur pada
kedalaman yang sudah ditentukan (terasa tegang), maka tali pancing disentak
sekuat mungkin agar batu dan mata pancing terlepas, pada saat itu umpan yang
diikatkan pada batu akan berhamburan dan kantong minyak cumi akan
untuk memakannya, termasuk sayatan umpan cumi yang dikaitkan pada mata
pancing Pada saat terasa ikan sudah memakan umpan, tali pancing ditarik atau
digara-gara hingga ikan dipastikan sudah terkait betul kemudian tali pancing
mendekati kapal, dan memukul pangkal kepala ikan sebelum dinaikkan dengan
ganco ke atas perahu. Selanjutnya tuna dimasukkan ke dalam palka yang sudah
diisi es curah.
belakang kapal sebelah kanan mengunakan satu alat tangkapa. Rumpon sebagai
16
4 Juli 23 2020 3 116 -128-131 109.9
5 juli 25 2020 1 121 32
6 Juli 26 2020 2 119-129 65
7 juli 27 2020 3 134-136 -120 116
8 Juli 28 2020 2 130-135 86
9 Juli 29 2020 1 132 43
10 Agustus 4 2020 2 118-120 52
11 Agustus 5 2020 1 139 40
12 Agustus 12 2020 2 133-119 71
13 Agustus 13 2020 1 118 27
14 Agustu 15 2020 1 132 42
15 Agustus 182020 1 119 29
16 Agustus 19 2020 1 129 37
Hasil Tangkapan
1000
Produksi (Kg)
109.9 116
90.8 95.1 99 86
100 65 71
52
43 40 42 37
32 27 29
10
2 3 2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1
Juli-Agustus 2020
17
Tabel 3.Hasil Tangkapan pancing Hand Line
1000
100 ekor
panjang ikan
cm
10
Series 3
1
20 21 22 23 25 26 27 28 29 4 5 12 13 15 18 19
Juli-Agustus 2020
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
memiliki nilai kualitas dan ukuran ikan yang besar secara individu sehingga
bernilai ekonomi tinggi. Namun, kombinasi dari alat tangkap pancing tuna
hand lines. pancing layang-layang (kite lines). lebih efektif digunakan karena
masing masing memiliki keunggulan dari setiap aspek dan adanya saling
18
2. Alat tangkap pancing ulur ini dioperasikan nelayan setempat sejauh 17-20 mil
dari pesisir pantai ke fishing ground sehinga strategi yang sangat berpotensial
4.2. Saran
dapat di sarankan bahwa: Teknik penagkapan mengunakan pancing tuna hand line
perluh di kembangkan sehingga bisa berpotensi baik dan bermanfaat parah nelayat
setempat.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
1. Tangkapan Ikan Yellowfin Tuna 2. Kapal Tuna Hand Line (Long Boat)
21
7. Hasil tangkapan di naikan 8. Penaganan hasil tangkapan
22