Anda di halaman 1dari 29

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN TUNA (YELLOWFIN TUNA)

DENGAN ALAT TANGKAP PANCING (TUNA HAND LINE)


OLEH NELAYAN JAMBULA, KOTA TERNATE

LAPORAN PKL

Oleh:
Arsul Lastory
NPM. 121055424416007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
TERNATE
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahman kesehatan dan hidaya-Nya kepada penulis. Berkat ijin-Nya lah penulis memiliki

kekuatan dan kemudahan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan laporan pkl ini

dengan judul ”Tenknik Penagkapan Ikan Tuna (Yellowfin Tuna) Menggunakan Pancing

Ulur (Haed Line) Oleh Nelayan Jambula kecamatan Ternate selatan,

Penulis dapat mendapatkan bingbingan, masukan dan arahan dalam penyelesaian

praktek kerja lapangan ini, sehinga dapat kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Bpk. Dr.Ahmad Talib SP, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian


Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate
2. Bpk. Umar Tangke, S.Pi, M,Si selaku Ketua Program Studi Teknologi

Hasil Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Maluku

Utara sekaligus Pembimbing 1 pada PKL ini.

3. Bapak dan ibu Dosen S.Pi Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Dalam proses penyusunan laporan PKL ini, pada kesempatan ini penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

laporan ini. semuga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat serta dalam

menambah pengetahuan bagi penulis dan pihak lainnya.

Ternate, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
...................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...................................................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
...................................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN
...................................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
..........................................................................................................................
1
1.1. Latar Belakang
.............................................................................................................................
1
1.2 Tujuan Dan Manfaat PKL
.............................................................................................................................
4
BAB II METODE PENELITIAN
..........................................................................................................................
5
2.1. Waktu Dan Tempat PKL
....................................................................................................................
5
2.2. Alat Dan Bahan
....................................................................................................................
5
2.3. Prosedur Kerja
....................................................................................................................
5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
..........................................................................................................................
8

iii
3.1. Keadaan Umum TPI Jambula
....................................................................................................................
8
3.2. Produksi Selama PKL
....................................................................................................................
9
3.3. Kapal dan Alat Tangkap
....................................................................................................................
10
3.4. Operasi Penangkapan
....................................................................................................................
12
BAB IV PENUTUP
..........................................................................................................................
18
4.1.Kesimpulan
....................................................................................................................
18
4.2.Saran
....................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................
19
Lampiran
..........................................................................................................................
20

iv
DAFTAR TABEL

Tabel teks Halaman

1 Hasil tangkapan pancing hand line..........................................16

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar teks Halaman

1 Kantor TPI Jambula...................................................................8


2 Hasil Tangkapan Ikan Yellowfin Tuna......................................9
3 Kapal Tuna Hand Line (Long Boat) .......................................10
4 Jenis alat tangkap (a) dan umpan (b) .....................................11
5 Operasi Penangkapan..............................................................13

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran teks Halaman

1 Dokumentasi PKL....................................................................... 20

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Potensi sumberdaya ikan khususnya ikan tuna di Laut Provinsi Maluku

Utara cukup besar dan karena daerah perairan Laut Provinsi Maluku Utara

merupakan wilayah lintasan migrasi ikan tuna dari Samudra Pasifik menuju

Samudara Hindia. Potensi ikan tuna di perairan Maluku Utara terbagi pada

Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714 dan 715 di perkirakan mencapai

69.438.248 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 34.321.112 atau

sekitar 49.43% pada tahun 2013 (Tangke, 2016).

Kelurahan Jambula (Ternate) merupakan salah satu tempat pendaratan

ikan pelagis besar kususnya tuna hasil tangkapn nelayan skala kecil di Ternate

Provinsi Maluku Utara. Pada saat ini sudah tersedia Tempat Pendataan Ikan (TPI)

dengan sarana yang memadai dan dikelola oleh Badan Pengelolah Pangkalan

Pendaratan Ikan (BPPPI) dengan aktifitas penjualan ikan dilakukan melalu sistem

lelang. Hasil tangkapan terutama dari jenis ikan tuna yang sudah di lelang akan

langsung dibawa menuju PPN yang terletak kurang lebih 9.1 km dari lokasi TPI.

Ikan yang didaratkan sebagaian besar berasal dari daerah tangkapan disekitar

pantai sebelah barat kota Ternate Provinsi Maluku Utara dan daerah perairan

lepas pantai.

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kota Ternate Provinsi

Maluku Utara terdiri atas pancing ulur, rawai dan tonda. Pancing ulur merupakan

jenis alat tangkap dominan dan umumnya mengunakan kapal viber bermesin 5 Pk

1
dengan ukuran 3 GT. Pancing ulur atau tuna hand line merupakan salah satu jenis

alat tangkap ikan dari kelompok pancing. Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan, Nomor PER 02/MEN/2011, pancing ulur (hand line) termasuk dalam

kalsifikasi alat tangkap hook and lines, dengan yang berbagai jenis alat tangkap

yang berfungsi untuk penangkap ikan agar bisa mencapai hasil tangkapan,

teknologi pancing ulur saat ini sudah semakin banyak dikembangkan, salah

satunya adalah Pancing ulur (hand line). Pancing ulur merupakan alat tangkap

tradisional untuk menangkap ikan pelagis besara. Selain konstruksinya sederhana,

pengoperasiannya juga tidak memerlukan modal yang besar (Sudirman dan

Mallawa 2012). Perkembangan perikanan pancing ulur (hand line) tidak banyak

mengalami kemajuan yang berarti jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.

Dalam rangka peningkatan produksi hasil tangkapan, maka diperlukan

pengembangan perikanan pancing ulur. Salah satu usaha pengembangan itu

dilakukan dengan memodifikasi alat tangkap ikan yang sudah ada.

Pancing ulur merupakan alat tangkap sederhana dengan konstruksi ukuran

dan bentuk mata pancing serta berbagai jenis umpan buatan sebagai faktor utama

keberhasilan pengoperasian alat tangkap. Mata pancing (hook) merupakan bagian

yang sangat vital dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap pancing

(Nugroho 2002). Mata pancing mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda

dan sangat berpengaruh terhadap ukuran ikan sasaran. Oleh karena itu

pengembangan alat tangkap ini dilakukan dengan berbagai uji coba dan

modifikasi guna mendapatkan informasi baru terkait ukuran dan bentuk mata

pancing. Modifikasi alat tangkap melalui PKL uji coba pada pengoperasian alat

2
tangkap pancing telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Damanhuri

(1980) dan Nugroho (2002) tentang selektivitas ukuran mata pancing pada

perikanan tuna. disisi lain penggunaan mata pancing dengan berbagai ukuran serta

berbagai macam dan bentuk umpan buatan untuk efektivitas penangkapan ikan

masih kurang diterapkan khususnya di lokasi PKL. Nelayan pancing ulur (Hand

line) cenderung hanya menggunakan satu ukuran mata pancing pada aktivitas

penangkapan ikan. Sementara tuntutan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang

maksimal cukup tinggi. Nelayan tidak memikirkan bahwa sering terlepasnya ikan

hasil tangkapan dari mata pancing atau ikan tidak terkait pada mata pancing

adalah satu faktor yang menyebabkan hasil tangkapan kurang. Kegagalan

pemancingan yang dilakukan tidak terpikir dan dianggap hal yang biasa, maka

perlu dilakukan PKL teknik penangkapan ikan tuna mengunakan pancing ulur

(hand line) di Jambula, Ternate selatan mengetahui dan menganalisis komposisi

jenis dan distribusi hasil tangkapan menggunakan alat tangkap pancing ulur di

Jambula.Kota Ternate.Provinsi Maluku Utara.

Kelebihan alat tangkap pancing ulur (hand line) yaitu selektif perawatan

yang sederhana dan metode pengoperasian yang relatif mudah, model yang

diperlukan lebih sedikit dan menggunakan umpan organik yang mudah didapat

diantaranya ikan layang, tongkol, cumi dan jenis ikan pelagis kecil lainnya.

Sedangkan beberapa kekurangan alat tangkap pancing ulur (hand line) yaitu

jumlah hasil tangkapa lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lain, keahlian

perseoranggan sangatlah menonjol, nilon/damil sering terjadi putus jika

mendapatkan ikan yang sanggat besar, mengunakan umpan alami degan mudah

3
lepas dan rusak serta ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga hasil

tangkapan relative sedikit.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan alat tangkap pancing ulur (hand

line) diatas tersebut, penulis melakukan PKL untuk mengetahui secara lebih

mendalam tentang teknik penangkapan ikan tuna mengunakan pancing ulur (hand

line), dengan fokus masalah PKL “Identifikasi dan klasifikasi jenis ikan

berdasarkan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Jambula, Ternate Selatan.

Berdasarkan kelibihan dan kekurangan serta karakteristik alat tangkap

pancing ulur diatas, maka perlu dilakukan PKL tentang teknik penangkapan ikan

tuna menggunakan pancing ulur (hand line) di Jambula Ternate Selatan, Ternate

untuk mengetahui dan teknik proses penangkapan ikan tuna menggunakan

pancing ulur (hand line) di jambula.

1.2 Tujuan dan Manfaar Praktek Kerja Lapang

Praktek kerja lapang (PKL) ini betujuan untuk mengetahui teknik

pengoperasian alat tangkap tuna hand line, jenis dan jumlah hasil tangkapan.

Sedangkan manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah dapat memberikan

manfaat kepada akademisi khususnya mahasiswa, masyrakat (nelayan) dan

pemerintah terkait degan pengunaan alat tangkap tuna hand line di Jambula,

Ternate Selatan.

4
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Waktu Dan Tempat PKL

PKL ini telah dilaksanakan mulai tanggal 20 Juli 2020 sampai dengan 7

Agustus 2020. Pengamatan dan Pengambilan data lapangan dilakukan pada saat

operasi penangkapan di laut Maluku Utara dengan pancing tuna hand line dan

fishing base berada di pangkalan TPI Ternate Selatan Kelurahan Jambula Kota

Ternate Provinsi Maluku Utara.

2.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. bahan praktek kerja lapangan


No Jenis Alat Kegunaan
1 Pancing Hand Line Kegiatan penagkapan
2 Alat Tulis Di gunakan untuk mencatat data
3 Kamera Mengambil dokumentasi proses operasi penagkapan
4 GPS Menentukan koordinat fishing ground
Memandu dalam wawancara dengan pegambilan
5 Kuisioner
data
6 Motor tempel/viber  Sarana untuk melakukan kegiatan penangkapan

2.3. Prosedur Kerja

Metode pengumpulan data yang dilakukan degan mencatat semua proses

kegiatan penangakapan mulai dari persiapan sampai nelayan kembali ke fishing

base. pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan mengikuti kegiatan

penangkapan serta mengamati secara langsung proses penangkapan dengan alat

tangkap tuna hand line oleh nelayan. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan

5
praktek kerja lapang ini adalah data primer dan data sekunder. data primer didapat

dengan melakukan pengamatan secara langsung, teknik pengoperasian alat

tangkap tuna hand line dan wawancara langsung dengan nelayan setelah

pengoperasian dilaksanakan. Data sekunder adalah data pendukung untuk

membantu dan melengkapi dalam penyelesaian praktek kerja lapang ini. Data

sekunder yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja lapang ini adalah data alat

tangkap, dan hasil tangkapan yang diperoleh dari nelayan Ternate Provinsi

Maluku Utara

Dalam prosedur sebelum melakukan penangkapan alat tangkap pancing

ulur ini, ialah : 1. Mempersiapkan 1 unit pancing ulur yang memiliki ukuran dan

jenis pancing. 2. Sebelum mengoperasikan alat tangkap pancingtuna tuna hand

line, nelayan terlebih dahulu mencari umpan dengan menggunakan candat

(menangkap cumi-cumi). Atau sudah di siapakan sebelum keberangkatan ke

fishing ground 3. Setelah umpan didapat/di siapkan barulah nelayan menuju ke

fising groun tempat pada rumpon lalu menurunkan alat tangkap (setting) dengan

kedalaman 40-60 meter sejauh 17-20 mil dari pantai. 4. Untuk menentukan lokasi

daerah penangkapan sesuai dengan kebiasaan nelayan setempat dan mengunakan

GPS 5. Pemasangan (setting) umpan pada mata pancing, kemudian menurunkan

tali utama serta tali cabang yang diikat pada tali utama dan mata pancing yang

telah diberi umpan cumi, seterusnya sampai tali utama diberi pemberat. 6. Setelah

1 stega jam lama terentang diperairan lalu dilakukan penarikan (hauling) atau

pengangkatan. Pada saat melakukan hauling, alat tangkap disusun kembali dengan

baik seperti sediakalanya untuk memudahkan pengoperasian berikutnya.

6
Pengoperasian alat tangkap pancing ulur dilakukan selama 16 hari secara

bertahap. Dalam 1 hari dilakukan setting pada pagi dan sore hari. Waktu

penurunan alat tangkap pada waktu pagi hari berkisar antara jam 08:00 s/d 12:00

WIB sedangkan sore hari berkisar antara jam 02:00 s/d 17:00 WIB. 7. Hasil

tangkapan dihitung dan pengukuran berdasarkan jumlah individu (ekor), panjang

cm dan jumlah berat (Kg) dan jumlah berat per jenis. 8. Dilihat dari dua faktor

dan dua taraf.

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Keadaan Umum TPI Jambula

3.1.1. Tempat Pendaratan Ikan

TPI Jambulah merupakan salah satu kantor yang baru berdiri beberapa

bulan lalu yang terdapat di Kelurahan Jambulah. Kota Ternate.Provinsi Maluku

Utara. yang bertujuan untuk pendataan hasil tangkapan pada nelayan jambula dan

bekerja sama degan nelayan sehinga mempermudahkan di setiap para nelayan.

Kelurahan Jambulah Kota Ternate adalah tempat strategi yang sangat berpotensial

terhadap penagkapan ikan tuna yang sangat banyak. Olehnya itu sebagian besar

penduduknya bermata pencarian sebagai nelayan. Pada umumnya alat tangkap

yang digunakan adalah dan pancing ulur. Alat tangkap pancing ulur ini

dioperasikan nelayan setempat sejauh 17-20 mil dari pesisir pantai ke fishing

ground. Armada yang digunakan oleh para nelayan Jambula adalah motor

temple/viber. Nelayan Jambula Kota Ternate tersebut melaut sampai sehari.

Gambar 1. Kantor TPI Jambula

8
3.2. Produksi Selama PKL

3.2.1. Operasi Penagkapa Ikan

Operasi penangkapan pancing ulur yang berpangkalan di Jambula Kota

Ternate, memanfaatkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, sehingga daerah

penangkapan pancing ulur adalah di lokasi rumpon. Jenis hasil tangkapan pancing

ulur selama prakte kerja lapang adalah tuna ekor kuning (Thunnus albacares).

Komposisi produksi jenis hasil tangkapan dengan pancing ulur Selama 16 kali

penangkapan dengan pancing tuna hand line, menunjukkan jenis ikan tuna ekor

kuning, yaitu sebesar 20%. Jenis tuna mata besar dan tuna sirip kuning, masing-

masing sebanyak 10% dan 20%. Frekuensi produksi pancing hand line selama 16

kali penangkapan berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan, Penentuan frekuensi

kelas kisaran produksi menggunakan persamaan Sturges (Pranowo 1982). Kisaran

produksi tunal pada menunjukkan tertinggi tertangkap pada kisaran 2-8 ekor

dengan jumlah frekuensi sebanyak 5 kali penangkapan. Pada kisaran produksi

terjadi satu kali penangkapan. Rata-rata produksi ikan tuna sirip kuning 2 ekor

dan jumlah produksi tertinggi sebesar 3 ekor dan terendah sebanyak 1 ekor. Tre

hubungan produktivitas penangkapan tuna ekor kuning dengan lama waktu

pemancingan menunjukkan kecenderungan yang menurun.

Gambar 2. Hasil Tangkapan Ikan Yellowfin Tuna

9
3.3. Kapal dan Alat Tangkap

3.3.1. Persiapan Kapal Penagkapan Dan Alat Tangkap

Alat penangkapan ikan yang digunakan nelayan Jmabula Kota Ternate

adalah perahu motor tempel 3 GT. Mesin penggeraknya berkapasitas 15 PK.

Perahu terbuat dari fiber/kayu, atau campuran fiber dan kayu. Dimensi rata-rata

perahu adalah panjang (L) 9 m, lebar (B) 1 m dan tinggi (D) 0.6 m. Nelayan

menggunakan 1 mesin berkapasitas 15 PK dengan bahan bakar 15 sampai 20

liter/trip untuk daerah penangkapan di sekitar rumpon. Adapun jika nelayan

menangkap ikan dengan teknik mengikuti lumba-lumba dengan jarak lebih dari 20

mil, nelayan menggunakan 2 mesin berkapasitas masing-masing 15 PK atau 1

mesin berkapasitas 40 PK dengan bahan bakar 30 sampai 100 liter/trip.

Gambar 3. Kapal Tuna Hand Line (Long Boat)

3.3.2. Alat Tangkap Tuna Handline

10
Nelayan Jambula Kota Ternate menggunakan alat tangkap tuna handline

(pancing ulur) dalam operasi penangkapan ikan. Unit alat tangkap pancing ulur

terdiri dari bahan-bahan tali (senar) utama, tali cabang, kili-kili, mata pancing dan

pemberat. Tali utama menggunakan bahan nylon monofilament merek Damil

nomor 80 atau 70, sedangkan tali cabang terbuat dari bahan nylon monofilament

merek dolpin cap buaya nomor 50 dan panjangnya 12 meter. Mata pancing jenis

tuna hook nomor 05 atau 06 dan jenis mata pancing biasa nomor 05 yang dibuat

oleh nelayan sendir (Enjah Rahmat dan Irma Thamrin 2016). dan alat bantu

penangkapan adalah gelang, ganco, dan balok pemukul. Umpan yang dipakai

untuk menangkap yellowfin tuna adalah jenis umpan hidup dan umpan buatan,

umpan hidup diantaranya adalah ikan layang (Decapterus sp), ikan trigger

(Odunnus niger) dan cumi (Loligo spp), sedangkan umpan buatan antara lain

kepala sendok makan yang diberi mata pancing, umpan buatan menyerupai cumi,

ikan terbang dan ikan layang, umpan buatan ini terbuat dari selang air sebagai

tubuh ikan dan sirip serta ekor terbuat dari ban dalam bekas dan gaya lambat yang

terbuat dari kertas bening berbentuk segi tiga dengan bagian ekor yang panjang

kemudian pada bagian tengahnya di beri kertas berwarna biru, jika ikan tuna lebih

cenderung untuk memakan ikan layang, warnawarni jika ikan tuna cenderung

memakan umpan cumi serta kertas bening murni jika ikan tuna cenderung

memakan umpan ikan komo.

11
(a) (b)
Gambar 4. Jenis alat tangkap (a) dan umpan (b)

3.4. Operasi Penangkapan

3.4.1. Persiapan Alat Tangkap

Praktek kerja lapang ini dilaksanakan dengan beberapa tahap diantaranya

tahap persiapan, semua peralatan disiapkan sebelum menuju kelokasi praktek

kerja lapangan. Persiapan peralatan yang dilakukan pada pukul 03.00-04.00 WIB

mulai dari alat tangkap dan umpan, pengecekan mesin, pengisian bahan bakar,

perbekalan es batu untuk pendingin ikan dan persiapan perbekalan (ransum).

Perahu segera menuju ke fishing ground setelah semua persiapan selesai. Daerah

penangkapan tuna handline yang berbasis di Jambula Kota Ternate yaitu dengan

jarak daerah penangkapan 17-20 mil laut. Nelayan berangkat dari fishing base ke

fishing ground (daerah penangkapan ikan) sekitar pukul 05.00 dini hari. Mereka

berangkat lebih pagi karena harus mencari umpan terlebih dahulu di perjalanan ke

daerah penangkapan ikan. Jika umpan dari hari sebelumnya masih tersisa, maka

nelayan berangkat agak siang. Berdasarkan hasil wawancara nelayan Jambula,

operasi penangkapan ikan dimulai dengan menentukan lokasi penangkapan di

rumpon. Selain itu, ditentukan juga dengan melihat tanda-tanda alam seperti

12
keberadaan burung laut dan adanya lumba-lumba. Setelah sampai di fishing

ground, mesin perahu dimatikan dan proses penangkapan segera disiapkan. Mata

pancing diturunkan ke dalam air secara perlahan setelah umpan dikaitkan.

Selanjutnya adalah proses menunggu umpan dimakan oleh ikan target. Apabila

umpan dimakan oleh ikan maka pancing segera ditarik ke atas kapal. Berbeda

halnya dengan teknik mengejar lumba-lumba. Mesin tetap dinyalakan dan perahu

melaju mengikuti pergerakan lumba-lumba. Umpan yang digunakan yaitu ikan

komo atau ikan tiruan dari kayu/plastik yang di hubungkan ke atas dengan tali

layangan. Umpan terlihat meloncat loncat seperti ikan hidup ketika ditarik perahu,

sehingga menarik ikan target untuk memakannya. Ikan yang tertangkap,

dibersihkan dengan air laut dan dimasukkan ke bak penampung (palka) yang

sudah diisi es batu. Nelayan membawa es batu 20-30 buah dengan berat 0.8

kg/buah untuk satu kali operasi penangkapan ikan. Selanjutnya pancing tersebut

diulurkan kembali ke laut untuk pengoperasian selanjutnya. Lama pengoperasian

penangkapan sampai palka terisi penuh ikan atau maksimal sekitar pukul 17.00.

Nelayan meninggalkan fishing ground menuju fishing base jika sudah selesai

melakukan penangkapan. Ikan hasil tangkapan selanjutnya dijual ke PPN

(pengumpul ikan).

(a) (b)

13
(c) (d)
Gambar 5. Operasi Penangkapan

a). Beberapa sayatan ditambahkan dan ditaruh di atas batu kemudian diikat

bersamaan dengan umpan yang sudah dikaitkan pada mata pancing. Ikatan

menggunakan simpul hidup agar mudah terlepas ketika ditarik. Tali cisabu

ditusukkan pada kantong minyak cumi, kemudian batu yang sudah diikat

dengan mata pancing diturunkan pelan-pelan ke laut pada kedalaman sekitar

40-60 meter atau sampai mencapai gerombolan ikan tuna,

b) Main line di hentakan untuk melepaskan batu pemberat dari umpan, jika ikan

telah memakan umpan maka proses selanjutnya adalah alat tangkap dinaikan

dengan cara main line di tarik keatas kapal tangkap proses ini biasanya

berjalan 15-20 meit.

c) Jika ikan hasil tangkapan telah berhasil ditarik hingga mencapai pinggiran

kapal maka ikan tersebut diganco pada bagian pipi/operculum kemudian di

pukul sampai mati dengan pemukul yang sudah di siapkan, kemudian hasil

tangkapan tersebut dinaikan ke atas kapal.

d) Hasil tangkapan segara di masukan ke dalam palka jika sudah dinaikkan ke

kapal dengan bahan pengawet es balok yang telah disiapkan. Hal ini dilakukan

untuk menjaga agar mutu ikan tersebut tidak turun sehingga harga jual ikan

tersebut tetap tinggi.

14
3.4.2. Pancing Dioperasikan

Tahap setting dimulai dari pelepasan mata pancing beserta hand line dari

penggulungnya sampai batas swivel kedua diatas pemberat. dimana dalam satu

alat pancing terdapat beberapa swivel sebagai penanda panjang tali pancing

ataupun kedalam saat pancing dioperasikan. Swivel pertama memiliki jarak 40 m

dari pemberat, swivel kedua memiliki jarak 60 m dari swivel pertama. Selanjutnya

melemparkan mata pancing yang telah dipasang umpan keperairan diikuti dengan

melemparkan pemberat, kemudian dibiarkan tenggelam sampai batas swivel

kedua diatas pemberat.

3.4.3. Pancing Tuna Handline

Tahap hauling adalah tahap penarikan pancing setelah dirasa pancing telah

termakan ikan, sebagai tanda bahwa umpan telah termakaan ikan dan mata

pancing telah terkait pada ikan adalah alat tangkap terasa lebih berat saat di dalam

air. ketika ikan telah terkait oleh pancing kemudian pancing ditarik keatas secara

berlahan kapal tangkap proses ini biasanya berjalan 20-30 jika nelayan

menggunakan sesuai irama perlawanan ikan agar ikan lemas dan kemungkinan

ikan lolos semakin kecil serta tangan tidak terluka oleh nilon akibat perlawanan

ikan (Paris Siswoko, 2013). jika ikan hasil tangkapan telah berhasil ditarik hingga

mencapai pinggir kapal maka ikan tersebut diganco pada bagian pipi/operculum

kemudian di pukul sampai mati dengan pemukul yang sudah di siapkan, kemudian

hasil tangkapan tersebut dinaikan ke atas kapal; 8) hasil tangkapan segara di

tangani jika sudah naik ke kapal (Umar Tangke, 2016). Beberapa sayatan

ditambahkan dan ditaruh di atas batu kemudian diikat bersamaan dengan umpan

15
yang sudah dikaitkan pada mata pancing. Ikatan menggunakan simpul hidup agar

mudah terlepas ketika ditarik. Tali cisabu ditusukkan pada kantong minyak cumi,

kemudian batu yang sudah diikat dengan mata pancing diturunkan pelan-pelan ke

laut pada kedalaman sekitar 40-60 m. Ketika tali pancing sudah terulur pada

kedalaman yang sudah ditentukan (terasa tegang), maka tali pancing disentak

sekuat mungkin agar batu dan mata pancing terlepas, pada saat itu umpan yang

diikatkan pada batu akan berhamburan dan kantong minyak cumi akan

menyebarkan larutan ekstrak minyak cumi, sehingga menarik perhatian ikan

untuk memakannya, termasuk sayatan umpan cumi yang dikaitkan pada mata

pancing Pada saat terasa ikan sudah memakan umpan, tali pancing ditarik atau

digara-gara hingga ikan dipastikan sudah terkait betul kemudian tali pancing

ditarik pelan-pelan mengikuti pergerakan tuna dengan hati-hati sampai tuna

mendekati kapal, dan memukul pangkal kepala ikan sebelum dinaikkan dengan

ganco ke atas perahu. Selanjutnya tuna dimasukkan ke dalam palka yang sudah

diisi es curah.

Dalam pelaksanaan PKL ini menggunakan satu alat tangkap yang

digunakan di operasikan tangkapan secara berlahan. Operasi dilakukan dari

belakang kapal sebelah kanan mengunakan satu alat tangkapa. Rumpon sebagai

fishing ground yang berada di perairan Provinsi Maluku Utara.

Tabel 2. Hasil tangkapan pancing hand line


Hasil Tnagkapa Pancing hand line
Berat ikan
No Bulan/Tgl/Tahun Ekor Panjang ikan (cm)
(kg)
1 Juli 20 2020 2 135-136 90.8
2 Juli 21 2020 3 111-112-137 95.1
3 Juli 22 2020 2 138-163 99

16
4 Juli 23 2020 3 116 -128-131 109.9
5 juli 25 2020 1 121 32
6 Juli 26 2020 2 119-129 65
7 juli 27 2020 3 134-136 -120 116
8 Juli 28 2020 2 130-135 86
9 Juli 29 2020 1 132 43
10 Agustus 4 2020 2 118-120 52
11 Agustus 5 2020 1 139 40
12 Agustus 12 2020 2 133-119 71
13 Agustus 13 2020 1 118 27
14 Agustu 15 2020 1 132 42
15 Agustus 182020 1 119 29
16 Agustus 19 2020 1 129 37

Hasil Tangkapan

1000
Produksi (Kg)

109.9 116
90.8 95.1 99 86
100 65 71
52
43 40 42 37
32 27 29

10
2 3 2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1
Juli-Agustus 2020

Gambar 6. Hasil tangkapan di susun mengunakan tabel

17
Tabel 3.Hasil Tangkapan pancing Hand Line

Hasil Tangkapan Pancing Hand Line


Jumlah Tangkapan (Unit)

1000

100 ekor
panjang ikan
cm
10
Series 3

1
20 21 22 23 25 26 27 28 29 4 5 12 13 15 18 19
Juli-Agustus 2020

Gambar 7. Perkembangan alat tangkap pancing hand line di TPI Jambula.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarakan Hasil Praktek Kerja Lapang yang telah di lakukan maka


dapat disimpulkan:
1. Alat tangkap pancing Tuna hand lines lebih efektif digunakan dalam

menangkap ikan tuna di sekitar rumpon di Jambula Kota Ternate karena

memiliki nilai kualitas dan ukuran ikan yang besar secara individu sehingga

bernilai ekonomi tinggi. Namun, kombinasi dari alat tangkap pancing tuna

hand lines. pancing layang-layang (kite lines). lebih efektif digunakan karena

masing masing memiliki keunggulan dari setiap aspek dan adanya saling

ketergantungan antara alat tangkap satu dengan yang lainnya.

18
2. Alat tangkap pancing ulur ini dioperasikan nelayan setempat sejauh 17-20 mil

dari pesisir pantai ke fishing ground sehinga strategi yang sangat berpotensial

terhadap penagkapan ikan tuna yang sangat banyak.

4.2. Saran

Berdasarakan kesimpulan dari hasil Praktek Kerja Lapang diatas, maka

dapat di sarankan bahwa: Teknik penagkapan mengunakan pancing tuna hand line

perluh di kembangkan sehingga bisa berpotensi baik dan bermanfaat parah nelayat

setempat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Tesen, Roma Yuli F Hutapea April 2020. StudiI Pengoperasian


Pancing Ulur Dan Komposisi Hasil Tangkapan Pada Ka Jala Jana 05 Di
WPP 572. Aurelia Journal (Authentic Research of Global Fisheries
Application Journal) E-ISSN: 2715-7113
Paris Siswoko, Pramonowibowo, dan Aristi Dian Purnama Fitri Tahun 2013,
Pengaruh Perbedaan Jenis Umpan Dan Mata Pancing Terhadap Hasil
Tangkapan Pada pancing Coping Di Daerah Perumpon (hand line)
Perairan Pacitan ,Jwa timur, Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology Volume 2, Nomor 1, , Hlm 66-75
Tangke U, John.W.Ch Karuwal, Mukti Zainuddin, Achmad Mallawa Thn 2016,
Analisis Hubungan Suhu Permukaan laut, Salinitas, Dan Arus Hasil
Tangkapan Ikan Tuna Di Bagian Barat Pulau Halmahera.Jurnal IPTEKS
PSP Vol.3 (5) April 2016:368-382 ISSN:2355-729X
Enjah Rahmat dan Irma Thamrin juni 2013. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna
Dengana Alat Pancing Ulur Di Laut Banda Oleh Nelayan Ambon
(Provinsi Maluku), Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta Pelabuhan
Perikanan Nusantara Ambon p-ISSN: 1693-7961 e-ISSN: 2541-2450
Kariyanto, Emil Reppie dan Johnny Budiman Desember 2014. Perbandingan hasil
tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di
Laut Maluku, Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): 221-
226, ISSN 2337-4306,
Mahyudin, Pareng Rengi and Arthur Brown 2014. Komposisi Hasil Tangkapan
Pancing Ulur Yang Menggunakan Umpan Ikan Parang-Parang Dan Ikan
Tenggiri Di Perairan Ynag Telah Dipasang Rumpon Di Perairan Teluk
Rhu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Student of Fisheries and Marine
Science Faculty, Universityof Riau
Alfa FP. Nelwan1, Sudirman1, Mukti Zainuddin1, Muh. Kurnia September 2015.
Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar Menggunakan Pancing
Ulur Yang Berpagkalan Di Kabupaten Majena. Vol. 6, Hal: 129-142,
Vol. 6, No. 2, November 2015 Hal: 129-142
Enjah Rahmat dan Agus Salim Juli 2013. Teknologi Alat Penangkapan Ikan
Pancing ulur (handline) Tuna Di PerairanLaut Sulawesi Berbasis di
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi PKL

1. Tangkapan Ikan Yellowfin Tuna 2. Kapal Tuna Hand Line (Long Boat)

3. Jenis alat tangkap 4. Umpan cumi-cumi

5. Operasi Penangkapan 6. proses penagkapan

21
7. Hasil tangkapan di naikan 8. Penaganan hasil tangkapan

22

Anda mungkin juga menyukai