Disusun oleh :
i
PERTAMINA LEARNING CENTER (PLC)
BIMBINGAN PROFESI SARJANA PT. PERTAMINA EP TAHUN 2008
Jakarta, 28 Januari 25 Juli 2008
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERTAS KERJA WAJIB (KKW)
DRILLING DEPARTMENT
PT. PERTAMINA EP
Oleh:
Edwin Rachman
(34/BPS-EP/2008)
DRILLING SUPERINTENDENT
AREA I REGION SUMATERA
RIZALDI
TGL .............................
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas berkat karunia dan hidayah Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan program BPS - PEP selama 6 bulan yang diadakan oleh
Pertamina Learning Center, Drilling Department dan HRD Pertamina EP.
Penulis melaksanakan OJT di lokasi sumur pemboran TBN-E1 di field Tambun
Region Jawa dari 04 April 2008 04 Mei 2008. Banyak hal yang penulis peroleh selama
menjalani OJT di lokasi pemboran yaitu pengetahuan tentang operasi pemboran itu
sendiri, kondisi kerja di lokasi pemboran, tugas dan tanggung jawab sebagai perwakilan
perusahaan dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan seluruh personel yang
ada di lokasi pemboran. Walaupun penulis merasa masih banyak hal yang perlu dipelajari
dan dipahami.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, memberikan pengalaman dan pengetahuan, serta memberikan semangat
kepada penulis, antara lain :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan kesabaran dalam
menjalani proses ini.
2. Bapak Budi Setiawan, Vice President Drilling Department PT. Pertamina EP
3. Ibu Nina Nurlina, Vice President Pertamina Learning Center
4. Bapak Insan Purwarisya, General Manager HRD PT. Pertamina
5. Bapak Budianto, Manager Operasi Drilling Department PT. Pertamina EP
6. Bapak. Sukardono, Asmen Operasi Reg. Jawa PT. Pertamina EP
7. Bapak Yakob Wirya, Asmen Management Data PT. Pertamina EP
8. Bapak Azis Muslim dan Bapak Sapto, Drilling Superintendent Reg. Jawa PT.
Pertamina EP
9. Bapak Winner Reynold, Well Data Engineer Drilling Support PT. Pertamina EP
10. Bpk. Rizaldi selaku Drilling Superintendent Area I Region Sumatera
11. Bpk. Oktaviano Sukmono, Bpk. R.M Dhimas Hastantyo Irwan, dan Bpk. Oki F.M ,
selaku Drilling Supervisor di lokasi pemboran TBN-E1 yang telah memberikan
pengetahuan dan bimbingan selama proses OJT.
ii
12. Bpk. Masrul Ali Jusda selaku Drilling Supervisor di lokasi pemboran TBN-E2 yang
telah memberikan pengetahuan dan bimbingan selama proses OJT.
13. Rekan-rekan peserta BPS EP 2008 dan yang paling utama rekan rekan satu tim
OJT di lokasi pemboran TBN E1 dan TBN E2
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran-saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Terakhir penulis
berharap bahwa tulisan ini bisa memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan
penulis sendiri.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. ii
DAFTAR ISI ............................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
RINGKASAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN .......... 1
1.1. Latar Belakang ....... 2
1.2. Ruang Lingkup .. 2
1.3. Maksud dan Tujuan ... 3
1.4. Metode Pendekatan 3
1.5. Sistematika . 3
BAB II Teori Dasar . 4
2.1. Teori Dasar . 4
2.2. Klasifikasi Semen Pemboran .............................................. 6
2.3. Thickening Time ................................................................. 7
2.4. Aditif Semen ...................................................................... 7
2.5. Perhitungan Penyemenan ................................................... 8
2.6. Prose Penyemenan Casing 9 5/8 ........................................ 9
BAB III PEMBAHASAN . 12
3.1 Perhitungan Kebutuhan Semen Dan Displacement ........... 12
3.2 Persiapan Penyemenan Casing 9 5/8 ................................. 15
3.3 Proses Penyemenan Casing 9 5/8 ...................................... 17
3.4 Proses Paska Penyemenan Casing 9 5/8 ........................... 19
BAB IV PENUTUP ... 20
4.1. Kesimpulan . 20
4.2. Saran ... 20
DAFTAR PUSTAKA ... 22
LAMPIRAN A .. 23
LAMPIRAN B .. 26
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Peta Lokasi Tambun ......................................................................... 1
2.1 Alur Pemompaan Semen .................................................................. 10
2.2 Cutting Bottle dan Rock Catcher ..................................................... 10
2.3 Cementing Skid Unit ....................................................................... 10
2.4 Surge Tank dan Slurry Tube ............................................................ 10
2.5 Water Tank ...................................................................................... 10
2.6 Penyaring Bubuk Semen ................................................................. 11
2.7 Casing Hanger ................................................................................. 11
2.8 Cementing Head .............................................................................. 11
2.9 Cement Silo ..................................................................................... 11
2.10 Top Plug & Bottom Plug ................................................................. 11
2.11 Float Collar & Casing Shoe .............................................................. 11
3.1 Pembagian Lubang 12 Casing 9 5/8 Pada Perhitungan Semen .. 13
3.2 Skema Cementing Head ................................................................... 17
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
5
LAMPIRAN A Casing Tally 9 /8 Sumur TBN E1/33 ... 23
LAMPIRAN B Report Graph TBN E1 / 33 . 26
vi
RINGKASAN
Lapangan Tambun terletak sebelah utara kota Bekasi propinsi Jawa Barat.
Sumur TBN-E1 / 33 merupakan sumur infill yang bertujuan untuk menambah titik
serap hidrokarbon di bagian utara struktur Tambun. Usulan pemboran lokasi TBN-E1
/ 33 terletak pada Lapangan Tambun dengan lokasi di cluster TBN-E. Salah satu
proses penting dari keseluruhan proses pemboran adalah penyemenan casing 9 5/8,
yang direncanakan dipasang pada selang kedalaman 0 - 1882 mku, dengan posisi
casing shoe 20" pada kedalaman 80 mku, casing shoe 13 3/8" pada kedalaman 780
mku, casing shoe 9 5/8 pada kedalaman 1882 mku, dan kedalaman lubang 12 1/4
pada 1882 mku. Namun pada keadaan pelaksanaan dilapangan berubah akibat pada
kedalaman 1874 mku dengan kedalaman tegak 1778.53 m (5835.36 Ft) pemboran
telah mencapai formasi Batu Raja (BRF). Maka posisi keseluruhan casing berubah
dan mengakibatkan susunan casing dan jumlahnya tidak sesuai dengan perencanaan.
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan saat proses penyemenan berlangsung akan
dibahas lebih lanjut dalam kertas kerja wajib ini.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Lapangan Tambun terletak sebelah utara kota Bekasi propinsi Jawa Barat.
Lokasi dapat dicapai dengan kondisi jalan yang cukup baik. Secara geografis
lapangan Tambun berada pada 0640 Lintang Selatan dan 17513 Bujur Timur
(Gambar 1.1). Lapangan ini merupakan antiklinal yang memanjang dari arah utara
ke selatan, di bagian timur dipotong oleh patahan turun berarah timur Laut-Barat
daya dengan blok bagian timur yang turun. Sumur TBN-E1 / 33 merupakan
sumur infill yang bertujuan untuk menambah titik serap hidrokarbon di bagian
utara struktur Tambun. Usulan pemboran lokasi TBN-E1 / 33 terletak pada
Lapangan Tambun dengan lokasi di cluster TBN-E. Operasi pemboran dilakukan
mulai dari trayek lubang 26, kemudian 17 , 12 , dan 8 . Tajak sumur
dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2008 pukul 22.00 WIB dengan pahat 26 dan
penyemenan casing 20 pada selang kedalaman 0 80 m. Kemudian lanjut
dengan bor lubang 12 1/4" dan penyemenan casing 13 3/8 pada selang 0 790 m,
dimana Kick Of Point (KOP) di kedalaman 330 mku. Casing 9 5/8" (trayek lubang
12 ) pada sumur ini direncanakan dipasang mulai dari permukaan sampai
kedalaman 1882 mku yang selanjutnya dilakukan penyemenan mulai dari
permukaan sampai kedalaman 1882 mku.
Gambar 1.1
Peta Lokasi Tambun
1
Definisi secara umum penyemenan adalah suatu proses pendorongan
bubur semen ke dalam casing, yang kemudian keluar melalui casing shoe naik ke
annulus di luar casing dan didiamkan agar mengeras serta melekatkan casing
dengan formasi atau casing trayek sebelumnya dan bertujuan untuk menutup zona
zona yang mengganggu selama berlangsungnya operasi, seperti sloughing shale,
tekanan formasi abnormal atau mengisolasi daerah lost circulation.
2
1.3 Maksud dan Tujuan
Penulisan kertas kerja wajib ini bertujuan agar dapat memahami proses
persiapan dan pelaksanaan operasi penyemenan casing 9 5/8.
1.5 Sistematika
Sistematika dari penulisan kertas kerja wajib ini adalah sebagai berikut:
- Bab I berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup pekerjaan, maksud dan
tujuand dari penulisan kertas kerja wajib ini.
- Bab II lebih cenderung berisikan tentang identifikasi permasalahan dengan
referensi teori dasar, persiapan dan proses penyemenan 9 5/8.
- Bab III membahas tentang persiapan proses penyemenan casing 9 5/8 dan
paska penyemenan casing 9 5/8.
- Bab IV penulis akan menarik kesimpulan dan memberikan saran atas
permasalahan yang terjadi.
3
BAB II
TEORI DASAR
4
- Re-cementing, penyemenan ini dilakukan untuk menyempurnakan primary
cementing yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas
puncak semen
- Plug back Cementing dilakukan untuk:
o Menutup / meninggalkan sumur (well abandonment)
o Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio
berkurang pada open hole completion
o Sebagai landasan Whipstock untuk side track dengan metode
pemboran berarah , yang dikarenakan adanya perbedaan
compressive strength antara semen dan formasi maka akan
mengakibatkan bit berubah arahnya
Primary cementing dapat dilakukan dengan 4 metode penyemenan, yaitu:
- Perkins system
- Poor boy system
- Stage system
- Liner system
Adapun Metode yang akan digunakan untuk penyemenan casing 9 5/8 ini
adalah metode perkins system. Prinsip dari penyemenan dengan metode perkins
system adalah menggunakan dua buah sumbat / plug (Bottom Plug dan Top Plug)
untuk memperkecil kontaminasi bubur semen dengan spacer dan mud
displacement. Penggunaan metode penyemenan ini akan menggunakan alat alat
sebagai berikut:
- Peralatan Di Permukaan
o Cutting Bottle
o Rock Catcher
o Silo
o Water Tank
o Batch Mixer
o Displacement Tank
o Surge Can
5
o Slurry Tube (nama produk peralatan dari Dowell untuk mencampur
semen dengan air dan additive)
o Cementing Head
o Cementing Skid Unit (Dua buah pompa Triplex)
o Cementing Line
o Casing Hanger
o Casing Head Spool
- Peralatan Di Dalam Permukaan
o Casing shoe 9 5/8
o Float collar 9 5/8
o Centraliser 9 5/8
o Stop Ring 9 5/8
o Top Plug 9 5/8
o Bottom Plug 9 5/8
6
- Kelas D, digunakan pada kedalaman dari 6000 feet sampai 10000 feet
(3050 m) dalam kondisi temperatur dan tekanan yang cukup tinggi.
- Kelas E, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 14000 feet (4270
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi.
- Kelas F, digunakan pada kedalaman 10000 feet sampai 16000 feet (4880
m) dan pada kondisi temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.
- Kelas G + Kelas H, digunakan sebagai basic well cement dari permukaan
sampai kedalaman 8000 feet (2440 m). Bisa ditambahkan accelerator dan
retarder untuk berbagai kondisi temperatur dan kedalaman sumur.
7
3. Retarder
Digunakan untuk memperlambat pengerasan bubur semen
(memperpanjang Thickening Time).
4. Weighting Agents
Digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen
5. Loss circulation material
Berfungsi sebagai bahan penyumbat
6. Dispersants
Berfungsi untuk menaikkan kualitas mud removal dan pencampuran
(mixability), serta mengurangi water slurries dan friction pressure.
7. Fluid Loss Control
Berfungsi untuk mencegah hilangnya fasa liquid semen ke dalam formasi,
sehingga terjaga kandungan cairan pada bubur semen.
8. Defoamer
Untuk menghilangkan / mengurangi busa pada bubur semen.
IDcasing 2 Bbl
Kapasitas Casing:
1029.4 Ft
8
Selain itu juga perlu diketahui differential pressure dari bubur semen dan mud
displacement dengan menggunakan rumus tekanan hidrostatis, yaitu:
Tekanan Hidrostatik Ph = 1.422 x S g x Depth (m)
Sg = Specific Gravity
Depth = Kedalaman (Meter)
Pada pemompaan semen, bubur semen dihitung dalam satuan barrels (bbls),
dan gallon (gal). Sedangkan kebutuhan bubuk semen bisa dihitung dalam satuan
sak dimana dari hasil tes laboratorium didapat harga yield slurry semen sebagai
dasar perhitungan kebutuhan sak semen.
9
Gambar 2.1
Alur Pemompaan Semen
10
Gambar 2.6 Gambar 2.7
Penyaring Bubuk Semen Casing Hanger
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
- Annulus capasity antara casing 13 3/8" (ID casing 13 3/8", 54.5 ppf =
12.6152 9.6252
12.615 inci) dengan casing 9 5/8 = = 0.0646 Bbl
1029.4 Ft
- Hole Capasity 12 :
12.252
= = 0.1458 Bbl
1029.4 Ft
II
III
FC 1836.50 M
V
FS 9 5/8" 1871.50 M
TD IV 1874.00 M
Gambar 3.1
Pembagian Lubang 12 Casing 9 5/8 Pada Perhitungan Semen
13
Dari gambar di atas volume semen yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi :
1. Volume lead slurry pada annulus antara casing 13 3/8" dengan casing 9 5/8
Sehingga total tail slurry adalah ( 54.93 + 1.794 + 8.7 ) Bbl = 65.424 Bbl
14
65.424 Bbl x 5,615 Cuft
Bbl
1.14 Cuft
Sak
= 322.241 sak 323 sak
Total kebutuhan bubuk semen untuk lead dan tail slurry adalah
( 995 + 323) sak = 1318 sak
Untuk proses mendorong semen dari permukaan hingga top plug menyentuh
bottom plug (bumping) maka dibutuhkan volume lumpur sebesar :
15
didalamnya ukuran panjang float shoe & float collar seperti yang tertera
pada lampiran.
- Tes kondisi float shoe & float collar dengan menggunakan air
- Periksa langsung secara acak panjang casing dan urutannya berdasarkan
casing tally serta pastikan tidak ada kesalahan.
- Persiapkan casing 9 5/8 elevator, casing slip, casing spider slip & casing
accessories.
- Angkat casing pertama yang telah disambung dengan float shoe dengan
elevator dan lakukan pengujian check valve dengan cara diisi lumpur.
- Pengelasan dilakukan pada float shoe, shoe track dan float collar untuk
mempererat ikatan.
- Setelah collar dan shoe terpasang, cek float dengan mengisikan lumpur
dan amati penurunan level lumpur dalam casing.
- Lanjut masuk rangkaian casing sampai shoe di 1871.5 m dan float collar di
1836.5 m.
- Bottom plug dimasukkan terlebih dahulu ke dalam cementing head dan
dilanjutkan dengan memasukkan top plug seperti pada gambar 3.2, proses
ini disaksikan oleh company man.
- Sirkulasi kondisikan lumpur (turunkan Yield Point) sambil mixing
additive semen dengan komposisi sebagai berikut :
Untuk spacer :
o 36.33 gal/bbl Air lokasi
o 0.25 gal/bbl D-047
o 4.0 lbs/bbl D-182
o 182.26 lbs/bbl D-031 (Barite)
Untuk additive lead slurry :
o 490.7 lbs CaCl 2 (sebagai accelerator)
o 229.7 gallon D-075 (sebagai extender)
o 167.0 gallon D-110 (sebagai retarder)
o 10.40 gallon D-047 (sebagai antifoamer)
Untuk additive tail slurry :
16
o 3.40 gallon D-047 (sebagai antifoamer)
o 3.40 gallon D-80 (sebagai dispersant)
o 15.9 gallong D-110 (sebagai retarder)
Gambar 3.2
Skema Cementing Head
17
- Pemompaan spacer sebanyak 20 bbls SG 1.4, dengan rate 3 BPM, jenis
chemical yang digunakan adalah Mud push dari Dowell Schlumberger.
Spacer ini berfungsi untuk mencegah kontaminasi lumpur dengan bubur
semen.
- Jatuhkan bottom plug
- Pompa lead slurry cement 285 bbl dengan SG 1.65, laju alir 3 BPM
(Barrels per Minute)
- Pompa tail slurry cement 63.6 bbl dengan SG 1.90, laju alir 3 BPM
- Jatuhkan top plug
- Pompa displacement mud dengan total volume 456.9 bbls berupa 10.0 bbl
air dengan laju alir + 5 BPM dan 436.9 bbls lumpur dengan menggunakan
pompa Dowell Schlumberger dengan laju alir + 6 BPM
- Pompakan tambahan displacement mud sebanyak 10 bbls oleh pompa
Dowell Schlumberger dengan laju alir + 2 BPM hingga terjadi bumping
dengan tekanan yang terbaca di cementing unit sebesar 1300 psi (masih
lebih kecil dari burst pressure casing 9 5/8 sebesar 3520 psi dan lebih
besar dari differential pressure sebesar 1027.18 psi yang dimana sudah
cukup untuk terjadinya bumping). Jadi total displace mud yang
dipompakan 456.9 bbls
- Tunggu semen kering (TSK) selama 14 jam dan pengamatan contoh
semen di permukaan menjadi keras.
Jadi total waktu pemompaan bubur semen 4 jam, yang dimana masih lebih cepat
dibanding dengan batas thickening time dari hasil uji laboratorium Dowell
Schlumberger.
Dalam proses penyemenan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
yang dapat menimbulkan masalah bila persiapan kurang matang, diantaranya
adalah pengangkatan cutting pada lubang bor harus bersih, tidak ada sangkutan
pada saat cabut rangkaian, casing yang tersisa di rak sesuai dengan tally casing,
proses pencampuran bahan kimia tambahan pada semen telah bercampur menjadi
homogen dan ambil contoh bahan kimia tambahan tersebut dan ambil contoh
18
semen yang telah melalui proses pencampuran sebagai acuan di permukaan
bahwa semen telah kering.
BAB IV
19
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses persiapan, proses penyemenan dan proses paska
penyemenan casing 9 5/8 pada sumur TBN-E1 / TBN-33 ini, dapat disimpulkan
bahwa sebelum dilakukannya proses penyemenan casing 9 5/8 selain persiapan
seluruh peralatan penyemenan telah siap peralatan juga harus dalam kondisi baik
dan juga harus dipastikan lubang telah aman dari masalah yang timbul selama
proses pengeboran berlangsung, baik itu loss circulation, tekanan abnormal,
formasi gugur atau lubang tidak mulus dan masalah masalah lain yang mungkin
timbul.
4.2 Saran
Dari hasil pengamatan langsung dilapangan maka beberapa saran yang dapat
diberikan sebagai evaluasi agar kedepannya proses penyemenan dapat dilakukan
lebih baik lagi adalah sebagai berikut :
1. Sebelum proses penyemenan berlangsung, pastikan terlebih dahulu bahwa
lubang telah aman dari masalah masalah yang timbul selama proses
pemboran.
2. Pastikan bahwa lubang telah bersih dari cutting yang dihasilkan selama
proses pemboran yaitu dengan mensirkulasikan lumpur selama waktu yang
dibutuhkan lumpur untuk mengalir dari dasar lubang kepermukaan, bila
perlu dua sampai tiga kalinya.
3. Lakukan penyapuan lubang dengan menggunakan lumpur yang memiliki
viskositas yang tinggi (Sweep Hi-Vis), bila perlu dilakukan dua kali.
4. Yakinkan bahwa bahan kimia tambahan pada semen telah tercampur
dengan baik dan homogen.
5. Sebelum proses pemboran berlangsung sebaiknya ambil beberapa contoh
bahan kimia yang akan digunakan dalam campuran semen, dan beberapa
contoh bubur semen yang telah dicampur untuk dilakukan pengujian
20
laboratorium dan sebagai acuan bahwa semen telah kering agar proses
pemboran selanjutnya dapat dilakukan.
6. Pada saat casing terakhir, pastikan bahwa box casing tidak berada pada
bottom flange (wellhead section A) agar pemasangan casing hanger dapat
dilakukan dengan baik.
21
Daftar Pustaka
22
LAMPIRAN A
Casing Tally 9 5/8 Sumur TBN E1/33
23
24
No Urut Panjang Jumlah Kedalaman No Panjang Jumlah Kedalaman No Panjang Jumlah Kedalaman
No Csg No Csg No Csg
Masuk (m) (m) (m) Urut (m) (m) (m) Urut (m) (m) (m)
Shoe 0,53 0,53 1871,58 151 44 10,16 470,22 1411,52 106 89 9,44 919,78 961,24
194 1 11,59 12,12 1871,05 150 45 10,16 480,38 1401,36 105 90 9,86 929,64 951,80
193 2 11,13 23,25 1859,46 149 46 10,13 490,51 1391,20 104 91 10,15 939,79 941,94
( ) 192 3 11,73 34,98 1848,33 148 47 9,70 500,21 1381,07 103 92 10,04 949,83 931,79
Collar 0,47 35,45 1836,60 147 48 9,83 510,04 1371,37 102 93 9,99 959,82 921,75
191 4 11,41 46,86 1836,13 146 49 9,90 519,94 1361,54 101 94 10,15 969,97 911,76
190 5 11,24 58,10 1824,72 145 50 9,51 529,45 1351,64 100 95 10,14 980,11 901,61
189 6 11,62 69,72 1813,48 144 51 9,89 539,34 1342,13 99 96 10,15 990,26 891,47
188 7 11,56 81,28 1801,86 143 52 9,94 549,28 1332,24 98 97 10,12 1000,38 881,32
187 8 11,59 92,87 1790,30 142 53 9,81 559,09 1322,30 97 98 9,82 1010,20 871,20
186 9 11,92 104,79 1778,71 141 54 10,16 569,25 1312,49 96 99 10,13 1020,33 861,38
185 10 11,77 116,56 1766,79 ( ) 140 55 10,13 579,38 1302,33 ( ) 95 100 9,78 1030,11 851,25
184 11 11,81 128,37 1755,02 139 56 9,87 589,25 1292,20 94 101 10,16 1040,27 841,47
183 12 11,11 139,48 1743,21 138 57 10,15 599,40 1282,33 93 102 9,36 1049,63 831,31
182 13 10,76 150,24 1732,10 137 58 10,18 609,58 1272,18 92 103 10,14 1059,77 821,95
181 14 11,25 161,49 1721,34 136 59 10,15 619,73 1262,00 91 104 10,01 1069,78 811,81
180 15 11,30 172,79 1710,09 135 60 10,15 629,88 1251,85 90 105 10,14 1079,92 801,80
179 16 11,50 184,29 1698,79 134 61 10,15 640,03 1241,70 89 106 9,52 1089,44 791,66
178 17 10,91 195,20 1687,29 133 62 10,15 650,18 1231,55 88 107 9,55 1098,99 782,14
177 18 11,82 207,02 1676,38 132 63 9,94 660,12 1221,40 87 108 10,13 1109,12 772,59
176 19 11,82 218,84 1664,56 131 64 9,71 669,83 1211,46 86 109 9,84 1118,96 762,46
175 20 11,57 230,41 1652,74 130 65 9,87 679,70 1201,75 85 110 10,16 1129,12 752,62
174 21 11,30 241,71 1641,17 129 66 9,98 689,68 1191,88 84 111 9,72 1138,84 742,46
173 22 11,82 253,53 1629,87 128 67 10,14 699,82 1181,90 83 112 10,15 1148,99 732,74
172 23 11,74 265,27 1618,05 127 68 9,63 709,45 1171,76 82 113 10,14 1159,13 722,59
171 24 11,76 277,03 1606,31 126 69 9,76 719,21 1162,13 ( ) 81 114 9,30 1168,43 712,45
170 25 11,49 288,52 1594,55 125 70 10,14 729,35 1152,37 80 115 10,16 1178,59 703,15
169 26 11,76 300,28 1583,06 124 71 10,17 739,52 1142,23 79 116 9,95 1188,54 692,99
168 27 11,52 311,80 1571,30 123 72 10,07 749,59 1132,06 78 117 10,13 1198,67 683,04
( ) 167 28 11,32 323,12 1559,78 122 73 9,67 759,26 1121,99 77 118 9,83 1208,50 672,91
166 29 11,79 334,91 1548,46 121 74 10,15 769,41 1112,32 76 119 9,34 1217,84 663,08
165 30 11,51 346,42 1536,67 120 75 10,15 779,56 1102,17 75 120 9,70 1227,54 653,74
164 31 11,50 357,92 1525,16 119 76 10,15 789,71 1092,02 74 121 9,60 1237,14 644,04
163 32 11,54 369,46 1513,66 118 77 9,87 799,58 1081,87 73 122 9,90 1247,04 634,44
162 33 0,00 369,46 1502,12 117 78 10,16 809,74 1072,00 72 123 10,08 1257,12 624,54
161 34 0,00 369,46 1502,12 116 79 9,92 819,66 1061,84 71 124 10,04 1267,16 614,46
160 35 10,15 379,61 1502,12 ( ) 115 80 10,11 829,77 1051,92 70 125 9,16 1276,32 604,42
159 36 10,16 389,77 1491,97 114 81 9,78 839,55 1041,81 69 126 10,15 1286,47 595,26
158 37 9,88 399,65 1481,81 113 82 10,05 849,60 1032,03 68 127 10,14 1296,61 585,11
157 38 10,16 409,81 1471,93 112 83 10,04 859,64 1021,98 67 128 10,00 1306,61 574,97
156 39 10,16 419,97 1461,77 111 84 10,14 869,78 1011,94 ( ) 66 129 10,13 1316,74 564,97
155 40 10,14 430,11 1451,61 110 85 10,14 879,92 1001,80 65 130 9,92 1326,66 554,84
154 41 9,92 440,03 1441,47 109 86 10,12 890,04 991,66 64 131 10,14 1336,80 544,92
153 42 10,14 450,17 1431,55 108 87 10,15 900,19 981,54 63 132 9,40 1346,20 534,78
152 43 9,89 460,06 1421,41 107 88 10,15 910,34 971,39 62 133 10,14 1356,34 525,38
*) Kedalaman tubular dibaca dari ujung bawah tubular tersebut.
26
27