Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KERJA PRAKTEK

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DAN FLY ASH


BOTTOM ASH (FABA) PLTU TIDORE, KOTA TIDORE
KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA

Disusun Oleh :

JUNIARSI MOCHTAR

07381711012

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kerja Praktek : Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash
Bottom Ash (FABA) Di PLTU Tidore, Kota
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.

Tempat KP : PLTU Tidore

Waktu : Februari – Maret 2023

Nama/NPM : Juniarsi Mochtar / 07381711012

Ternate, 31 Januari 2023

Menyetujui,
Pembimbing

HILDA ALKATIRI, ST., MT


NIDN. 0017108404

Mengetahui,

Koordinator Kerja Praktek Ketua Program Studi


Teknik Pertambangan Teknik Pertambangan

HILDA ALKATIRI, ST., MT ARBI HAYA, ST. M.Eng


NIDN. 0017108404 NIP. 197701042005011001

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayatnya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (KP) yang berjudul
“Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash Bottom Ash (FABA) Di
PLTU Tidore, Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.” Selama
menyusun dan menyelesaikan proposal ini, saya telah banyak menerima
bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
segenap pihak yang telah membantu :
1. Bapak Endah Harisun. ST., M.T Selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Arbi Haya ST., M. Eng selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan yang telah membimbing dan memberikan
saran serta bantuan.
3. Ibu Hilda Alkatiri ST., MT selaku Koordinator Kerja Praktek dan
Penasehat Akademik Sekaligus pembimbing saya dalam kerja
praktek ini.
4. Orang Tua tercinta yang telah memberikan support dan doa
selama pelaksanaan kerja praktek.
5. Untuk sahabat dan teman-teman 017 tercinta yang telah
menemani penulis dalam penyusunan laporan,
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. semoga laporan ini
dapat memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek. Semoga amal
kebaikan semua pihak mendapat ganjaran yang berlipat dari Allah SWT.

Ternate, 6 Februari 2024

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Kerja Praktek .................................................................... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek .................................................................. 2
1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI ................................ 3
1.1 Tinjauan Umum Perusahaan ........................................................ 3
1.2 Landasan Teori ............................................................................. 4
BAB III METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ........................... 26
3.1 Tempat dan Waktu Kerja Praktek ............................................... 26
3.2 Metode dan Tahapan Kerja Praktek ........................................... 27
3.3 Bagan Alir ................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 29
4.1 Perizinan Lingkungan PLTU Tidore ............................................ 29
4.2 Proses Produksi PLTU Tidore .................................................... 29
4.3 IDENTIFIKASI JENIS LIMBAH PLTU TIDORE ........................... 32
4.4 Proses Pengelolaan Limbah PLTU Tidore .................................. 34
BAB V PENUTUP .................................................................................... 42
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 42
5.2 Saran .......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 44
LAMPIRAN............................................................................................... 45

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema PLTU ......................................................................... 4
Gambar 2. 2 Peta Lokasi Kesampaian Daerah .......................................... 5
Gambar 2. 3 Proses Konversi Energi PLTU .............................................. 6
Gambar 2. 4 Siklus Fluida Kerja Sederhana PLTU .................................... 7
Gambar 2. 5 Diagram T – s Siklus Tertutup ............................................... 7
Gambar 2. 6 Boilers ................................................................................... 9
Gambar 2. 7 Turbin Uap ............................................................................ 9
Gambar 2. 8 Kondensor ........................................................................... 10
Gambar 2. 9 Generator ............................................................................ 11
Gambar 2. 10 Cooling Tower ................................................................... 11
Gambar 2. 11 Stack ................................................................................. 12
Gambar 2. 12 Ruang Lingkup penglolaan limbah non B3 ........................ 23
Gambar 2. 13 Aspek penting penyimpanan limbah non B3 ..................... 23
Gambar 2. 14 Aspek penting pemanfaatan limbah non B3 ...................... 24
Gambar 3. 1. Bagan Alir Kerja Praktek .................................................... 28
Gambar 4. 1 Tiitik Penaatan dan Izin Pembuangan Air Limbah .............. 30
Gambar 4. 2 Timbulan Limbah B3 PLTU Tidore ...................................... 33
Gambar 4. 3 TPS LB3.............................................................................. 34
Gambar 4. 4 TPSLB3 FABA .................................................................... 34
Gambar 4. 5 Peta Lokasi Penaatan Limbah PLTU Tidore ....................... 36

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kekurangan dan kelebihan PLTU .............................................. 6
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah PLT Sumber Utama ............................. 25
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Kerja Praktek ................................................ 26
Tabel 4. 1 Jenis Limbah B3 dan Non B3(FABA) ...................................... 33
Tabel 4. 2 Kadar Parameter PLTU Tidore ............................................... 39
Tabel 4. 3 Perhitungan Beban Pencemaran Air Limbah Unit PLTU Tidore ...... 39
Tabel 4. 4 Pemanfaatan FABA Periode 2023 .......................................... 40
Tabel 4. 5 Logbook Fly Ash ..................................................................... 41
Tabel 4. 6 Logbook Bottom Ash ............................................................... 41

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara
hingga saat ini masih menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan listrik
di indonesia karena batubara masih menjadi sumber energi termurah.
Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, 66%
listrik indonesia masih disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore
berkapasitas 2x7 MW menggunakan bahan bakar batubara berkalori
rendah dan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan listrik di Maluku
Utara khususnya Pulau Tidore dan sebagian Pulau Ternate.
Konsep dasar dari PLTU adalah batubara sebagai bahan bakar
utama dengan kualifikasi tertentu yang dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Sehingga batu bara sebagai energi primer dapat
dikonversikan menjadi energi listrik dengan bantuan atau tambahan gas
ataupun minyak sebagai bahan bakar serta MFO untuk start up awal.
PLTU merupakan industri penghasil listrik dengan memanfaatkan
air sebagai bahan baku dan batubara, gas ataupun minyak sebagai bahan
bakarnya. Oleh karena itu, sehingga perlu adanya pengolahan air atau
Water Treatment Plant (WTP) sebelum air digunakan untuk keperluan
PLTU. Sumber air dapat diperoleh dari laut, sungai maupun danau.
Pengolahan air sebagai bahan baku PLTU akan menghasilkan juga
limbah cair dan limbah padat Fly Ash dan Bottom Ash yang mengandung
zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan berpontensi
mengganggu lingkungan sehingga perlu untuk dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum dilepaskan lingkungan agar memenuhi baku
mutu. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No.8 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah untuk kegiatan
Pembangkit Listrik dan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Selain itu,

1
untuk limbah hasil pembakaran batubara berupa Fly Ash dan Bottom Ash
(FABA), sebagai limbah B3 dan limbah nonB3 telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan, tetap memiliki kewajiban untuk
diolah hingga memenuhi standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan.
Dari latar belakang diatas sehingga penulis mengambil Kerja
Praktek dengan Judul “Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash
Bottom Ash (FABA) Di PLTU Tidore, Kota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
Kerja Praktek ini yaitu, Apakah kinerja pengelolaan limbah yang
diterapkan pada PLTU Tidore sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.8 Tahun 2009 dan PP No.22 Tahun 2021 ?

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan Kerja Praktek ini yaitu,
Untuk Mengidentifikasi pengelolaan limbah yang diterapkan pada PLTU
Tidore sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.8 Tahun
2009 dan Pengeaan FABA sesuai PP No.22 Tahun 2021.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat dari kerja praktek ini adalah Kegiatan belajar
dalam mengenal kondisi nyata dalam dunia kerja serta sebagai sarana
dalam menambah wawasan dan pengalaman.

1.5 Batasan Masalah


Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis membatasi sesuai dengan
judul kerja praktek pada latar belakang diatas, penulis mengamati dan
mempelajari mengenai pengelolaan air yang digunakan PLTU Tidore dan
kegiatan pengelolaan limbah yang diterapkan pada PLTU Tidore.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
1.1 Tinjauan Umum Perusahaan
1.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi kerja praktek yang dilakukan tepatnya berada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kelurahan Rum Balibunga, Kecamatan
Tidore Utara Kota Tidore kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis Pulau Tidore terletak pada 0°44’19,51” LU - 127°23’16,86” BT.
Dengan luas wilayah ±13.862,86 km² yang berbatasan langsung dengan
beberapa wilayah sebagai berikut;
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Ternate dan Kecamatan
Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan,
Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan Weda, Kabupaten
Halmahera Tengah
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Gane Barat, Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kecamatan Pulau Moti
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Maluku

Kesampaian daerah Kerja Praktek di Pembangkit Listrik Tenaga


Uap (PLTU) Tidore (gambar 2.1) dapat ditempuh dengan menggunakan
jalur laut dari Pelabuhan Bastiong Ternate menggunakan kapal kayu,
speedboat maupun kapal ferri dengan waktu tempuh ±5-10 menit menuju
Pelabuhan Rum Tidore. Jarak Pulau Ternate dan Tidore sekitar 4,5
km.Tarif setiap kapala atau motor laut berbeda, menyebrang lautan dari
Ternate ke Tidore menggunakan speedboat dan membayar tarif sebesar
Rp.15 Ribu/orang, Kapal kayu dengan tarif Rp.10 Ribu/orang atau bisa
juga menggunakan kapal ferri dengan tarif sebesar Rp.8 Ribu/orang. Dari
Pelabuhan Rum Tidore menuju PLTU Tidore Kelurahan Rum Balibunga
Menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan waktu tempuh ± 3
menit dan mengeluarkan tarif sebesar Rp.5 – 7 Ribu/orang. Atau bisa di

3
tempu dengan jalan kaki dari Pelabuhan ke PLTU tidore dengan jarak
tempuh ± 150m.

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Pembangkit Listri Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan jenis
pembangkit yang menggunakan “uap panas” untuk memutar turbin. Uap
panas yang digunakan berasal dari proses penguapan air melalui boiler,
pembangkit ini menggunakan bahan bakar batubara maupun bakar
minyak untuk memanaskan air.

Gambar 2. 1 Skema PLTU


Tingginya jumlah persediaan batubara baik secara global maupun
di Indonesia serta harga yang rendah dan ekonomis menjadikan PLTU
berbahan bakar batubara masih menjadi salah satu yang tertinggi
produksinya. Dalam PLTU batubara digunakan sebagai bahan bakar
boiler untuk menghasilkan energi panas yang berfungsi untuk mengubah
fasa fluida kerja dari cair menjadi uap. Energi kinetik yang terkandung
dalam uap kemudian dimanfaatkan untuk memutar turbin yang
tersambung dengan generator. Salah satu permasalahan utama dari
pemanfaatan batubara dalam pembangkitan listrik adalah tingginya emisi
CO² yang merupakan produk sampingan dari proses pembakaran
batubara. Adapun kelebihan dan kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) sebagai berikut;

4
Gambar 2. 2 Peta Lokasi Kesampaian Daerah

5
Tabel 2.1 Kekurangan dan kelebihan PLTU

Teknologi sudah mature


Kelebihan Biaya bahan bakar rendah
Usia pakai lama
Biaya investasi awal tinggi
Emisi karbon tinggi
Kekurangan Lokasi tidak fleksibel, sebisa mungkin dekat
pelabuhan atau sumber air yang besar untuk
pendinginan
PLTU merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi
kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Proses konversi energi
pada PLTU berlangsung melalui tiga tahapan, antara lain;
1) Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi
panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2) Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran.
3) Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Gambar 2. 3 Proses Konversi Energi PLTU

6
Gambar 2. 4 Siklus Fluida Kerja Sederhana PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU) menggunakan fluida kerja
air uap yang bersikulasi secara tertutup atau siklus yang sama secara
berulang-ulang seperti pada gambar 2.4 diatas. Siklus tertutup pada
PLTU dapat digambarkan dengan diagram T – s (Temperatur – entropil).
Siklus ini merupakan penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan
langkah kerja PLTU adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 5 Diagram T – s Siklus Tertutup

7
1. a - b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah
langkah kompresi isentropis, proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
2. b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai
titik didih. Terjadi di LP heater, HP heater dan Economiser.
3. c - d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut
vapourising (Penguapan) dengan proses isobras isometris, terjadi di
boiler yaitu di wall tube (rises) dan steam drum.
4. d – e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur
kerjanya menjadi uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini
terjadi di superheater boiler dengan proses isobar.
5. e – f : Uap melakukan kerja keras sehingga tekanan dan
temperaturnya turun. Langkah ini adalah langkah ekspansi isentropis,
dan terjadi didalam turbin.
6. f – a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air
kondensat. Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam
kondensor.
1.2.2 Peralatan dan Cara Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memanfaatkan air sebagai
bahan baku dengan batubara, gas ataupun minyak sebagai bahan bakar.
Oleh karena itu, sehingga dalam kegiatan PLTU membutuhkan peralatan
yang baik untuk membantu kegiatan yang dilakukan. Berikut beberapa
peralatan utama Pembangkit Listtrik Tenaga Uap (PLTU), antara lain :
1. Boiler
Boiler merupakan alat utama yang digunakan PLTU yang berfungsi
mengubah air menjadi uap. Boiler terdiri dari pipa-pipa yang didalamnya
air demin sebagai bahan baku dan batubara sebagai bahan bakar boiler.
Saat pembakaran gas panas hasil pembakaran tersebut digunakan unntuk
memanaskan air demin didalam pipa melalui proses konduksi. Uap yang
dihasilkan saat pembakaran pertama ini masih berupa uap jenuh
(Saturated steam) sehingga dipanaskan lagi di (Superheater) untuk

8
dinaikkan temperaturnya sampai menghasilkan uap kering (Superheat)
yang nntinya menuju ke turbin uap.

Gambar 2. 6 Boilers
2. Turbin Uap
Uap kering (Superheat) hasil dari boiler dialirkan ke turbin uap
(Steam Turbine) untuk menumbuk sudut-sudut turbin sehingga
menghasilkan putaran, putaran ini kemudian dimanfaatkan untuk
memutar generator. Uap yang masuk dari boiler pertama akan masuk
ke bagian High Pressure setelah itu uap dikembalikan ke boiler untuk
dipanaskan lagi Reheater baru setelah itu uap dialirkan ke intermediet
pressure (IP) lalu ke low pressure (LP). Setelah itu uap dialirkan ke
kondemsor untuk diubah kembali lagi menjadi air.

Gambar 2. 7 Turbin Uap

9
3. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang
berfungsi untuk mengubah fase uap menjadi fase cair. Di dalam
kondensor terdapat pipa-pipa yang didalamnya mengalir air pendingin
sedangkan di sekitar luar pipa tersebut penuh dengan uap panas
keluaran turbin uap. Air yang mengalir didalam pipa kondensor akan
mengalami perpindahan panas dari uap ke air secara konduksi
sehingga uap mengalami kondensasi berubah menjadi fase cair.

Gambar 2. 8 Kondensor
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Generator dapat bekerja apabila ada perpotongan medan
magnet oleh penghantar kawat. Oleh karena itu generator dapat
bekerja apabila terjadi gerakan atau putaran, karena poros generator
dan turbin uap terhubung maka sumber putaran bisa di dapat dari
turbin uap. Keluaran dari generator umumnya bertegangan 20kV dan
ketika akan ditransmisikan tegangan dinaikkan oleh trafo step up
sampai 500 kV.

10
Gambar 2. 9 Generator
5. Cooling Tower
Air yang keluar dari kondensor memiliki temperatur yang tinggi
akibat perpindahan panas dari uap. Agar air bisa digunakan kembali
maka temperaturnya perlu diturunkan lagi oleh cooling tower dengan
cara mengkontakkan air tersebut dengan udara. Ketika temperatur air
cukup rendah maka bisa digunakan untuk mensuplai kembali ke
kondensor.

Gambar 2. 10 Cooling Tower


6. Stack
Stack atau biasa disebut cerobong asap adalah tempat untuk
membuang abu batubara (fly ash) ke atmosfer. Stack dibuat setinggi
mungkin agar batubara tidak mengganggu likungan sekitar. Sebelum
dibuang ke atmosfer terlebih dahulu dilakukan upaya untuk
meminimalisir polusi dengan dicara filter atau disaring partikel-partikel

11
besar sampai ke ESP (Electrostatic Presipitator) untuk menyaring
partikel-partikel yang sangat kecil agar likungan sekitar tidak tercemar.

Gambar 2. 11 Stack
1.2.3 Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
menghasilkan limbah padat berupa Fly Ash (abu terbang) dan Bottom Ash
(abu dasar), Fly ash adalah abu ringan yang berasal dari sisa pembakaran
batu bara di boiler, memiliki masa jenis rendah dan difilter dengan
peralatan electrostatic precipitator (ESP) sebelum dibuang ke stack. Fly
ash yang tertangkap ESP akan terbuang langsung ke truk khusus
berbentuk kapsul dan dikirim untuk dimanfaatkan kembali menjadi bentuk
lain. Sedagkan Bottom Ash adalah abu yang memiliki massa jenis besar
dan bisa didapatkan didasar boiler yang merupakan sisa bahan bakar
yang tidak terbakar atau umpan boiler yang terikut. Selain limbah padat
PLTU juga menghasilkan limbah cair berupa Waste Water Treatment
Plant (WWTP). Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak meliputi sisa
regenerasi dan chemical cleaning dari WTP, buangan blowdown steam
drum, ceceran oil MOT dan lain sebagainya.

Peraturan perundang-undangan tentang lingkungan hidup


menetapkan tata cara pengelelolaan limbah yang tahapannya mulai dari
Pengahasil limbah -pengakutan – pengumpulan – pengolahan -
penimbunan atau pemanfaatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian

12
pencemaran air. Selain itu, untuk limbah hasil pembakaran batubara
berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sebagai limbah B3 dan limbah
nonB3 telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan,
tetap memiliki kewajiban untuk diolah hingga memenuhi standar dan
persyaratan teknis yang ditetapkan.

Setiap kegiatan usaha menghasilkan limbah yang wajib dilakukan


pengeleloaan untuk mengurangi limbah B3 maupun nonB3, meliputi
beberapa aspek antara lain;

1. Subsitusi bahan, di PLTU misalnya limbah B3 berasal dari


bahan bakar batubara sehingga dipakai bahan lain agar bahan
yang awalnya mengandung limbah B3 menjadi limbah nonB3.
2. Modifikasi proses, di PLTU penggunaan ESP dan bag fillter
dimaksudkan agar limbah yang dilepaskan ke lingkungan
seminimal mungkin tidak mengandung bahan yang berbahaya
untuk lingkungan. Proses ini perlu dikontrol dengan intens dan
ditempatkan pada tempat penampungan khusus.
3. Penggunaan teknologi ramah lingkungan, di PLTU perlu
melakukan penjagaan temperatur agar tidak membentuk Nox
serta penambahan injeksi kapur untuk mengikat Sox agar
lingkungan disekitar PLTU bersih dan sesuai dengan aturan
yang telah diterapkan.
1.2.4 Limbah Cair PLTU
Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang
bersumber dan proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dan
semua peralatan logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler,
laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. Kegiatan
pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas
desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan
dan fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber.

13
Air limbah yang mengandung minyak (oily water) adalah air limbah yang
berasal dari pencucian peralatan-peralatan, tumpahan darı kegiatan
operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator
atau oil separator atau oil catcher atau oil trap.
a. Sumber Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula
bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya, air tersebut harus dibuang (Kristanto, 2013).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2009, air
limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
bersumber dari proses utama, kegiatan pendukung dan kegiatan lain
yang menghasilkan oil water. Proses utama adalah proses yang
menghasilkan air limbah yang bersumber dan proses pencucian
(dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam,
blowdown cooling tower, blowdown boiler laboratorium, dan
regenerasi resin water treatment plant Kegiatan pendukung meliputi
kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan
fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas
flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber.
b. Karakteristik limbah cair
Air buangan dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik
yang larut maupun mengendap. Kerap kali air buangan pabrik
berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang tercemar
mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual lewat
kekeruhan, warna, rasa, bau, yang ditimbulkan dan indikasi lainnya.
Secara laboratorium, limbah cair ditandai dengan peruabahan sifat
kimia air, dimana air telah mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) dalam konsentrasi yang telah melampauhi batas
Kristanto (2013).

14
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara
menurut Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah
cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran
minyak).
Limbah cair tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan
kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur
logam dan minyak).
c. Parameter Limbah Cair
Menurut Sumantri (2013), dalam air limbah terdapat beberapa
parameter yang perlu untuk diketahui. Beberapa parameter ini
diantaranya:
1) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen
dalam ppm atau miligram/liter (mg/L) yang diperlukan untuk
menguraikan benda organik oleh bakteri pada suhu 20°C selama 5
hari. Biasanya hanya dalam waktu 5 hari, sebanyak 60-70%
kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai.
2) Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan jumlah total
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
(biodegradable) maupun yang sukar didekomposisi secara biologis
(nonbiodegradable). Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah
dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.
3) Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen)
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen) adalah banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan mg/L Semakin besar
oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran semakin
kecil.

15
4) Kesadahan
Kesadahan adalah gambaran kation logam divelansi (valensi 2) yang
terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan (presipitas) maupun dengan anion- anion yang
terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan
logam.
5) Seattleable Solid
Adalah lumpur yang mengendap degan sendirinya pada kondisi yang
tenang selama satu jam secara gaya beratnya sendiri.
6) TSS (Total Suspended Solid)
Adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang di dalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran
0.45 mikron. Suspended Solid (material tersuspensi) dapat dibagi
menjadi zat padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah
dissolved solid (padatan terlarut)
7) MLSS (Mixed Liquor Suspendid Solid)
MLSS adalah jumlah TSS yang berasal dari pengendap lumpur aktif
setelah dipanaskan pada suhu 103-105°C.
8) MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspendid Soil)
MLVSS adalah kandungan organicmatter yang terdapat dalam MLSS
Didapat dan pemanasan MLSS pada suhu 600°C. Benda volatile
menguap disebut MLVSS.
9) Kekeruhan (Turbidy)
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit
listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLIU, yaitu PH, TSS.
minyak dan lemak, klorin bebas (C12), kromium total, tembaga (Cu),

16
best (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas, SO42-, dan
temperatur.
1) pH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air
limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih
memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik.
Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan
menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses
penjernihannya (Sugiharto, 1987)
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5-7,5 Air akan bersifat asam atau basa
bergantung besar kecilnya pH Bila pH di bawah pH normal, maka air
tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan
mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap pH dan
menyukai pH antara 7-8,5 Nilat pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH
yang rendah (Sumantri, 2010).
2) TSS
Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan
dengan membran berukuran 0,45 mikron. Suspended sold dapat
dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS memiliki
hubungan erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan
tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk
ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom dalam
Sumantri, 2010).

17
3) Minyak dan Lemak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan
luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan ar akan terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu. tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi
oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan
berkurang. Lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu (Sumantri,
2010)
4) Klorin Bebas (Cl2)
Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan
tumbuhan laut agar tidak menyumbat saluran air pendingin. Air
pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah besar, yaitu beberapa
ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri
(mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan
menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi
sistem pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh
mikroorganisme ini ke dalam saluran air disuntikan gas klor (C1 2)
untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini tidak
dilakukan secara kontinu untuk mencegah kekebalan mikroorganisme
(Marsudi, 2011).
5) Besi (Fe)
Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut
mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi
dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian, dan air industri. Dalam
buangan limbah industri, kandungan besi berasal dari korosi pipa-pipa

18
air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada
perubahan air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat
mengantarkan listrik, dan ini mempercepat terjadinya korosi (Ginting,
2007).
6) Phospat (PO4-)
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan
organisme lainnya yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi.
Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air pada
badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut. Phospat
banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa
phospat. Dalam industri penggunaan phospat terdapat pada ketel uap
untuk mencegah kesadahan (Ginting, 2007).
7) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air.
Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan
dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air
berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam
konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam
ketel maupun pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium,
dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan
menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah
pengukuran kandungan ion Ca, CO3, ion Mg bikarbonat, dan lain-lain
(Ginting, 2007).
8) Sulfat (SO42-)
Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan.
Jenis-jenis sulfur yang terdapat pada air buangan seperti asam
sulfida, sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida, dan merkaptan
membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan.

19
Dalam konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang
ditetapkan limbah sulfur dipandang tidak membahayakan namun tetap
mengeluarkan bau (Ginting, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009
tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga
thermal, kandungan sulfur berasal dari flue gas wet desulphurization
(FGD) sistem sea water wet scrubber dan stockpile batu bara. Flue
gas desulphurization (FGD) sea water wet scrubber adalah sistem
penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air
laut. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang
menghasilkan air limbah berupa air limpasan.
9) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu
limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi
memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat
zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang
terjadi pada suhu rendah (Ginting, 2007)
d. Proses pengolahaan limbah cair (Waste Water Treatment Plant)
PLTU
Proses pengolahan limbah cair di PLTU terdiri dari beberapa bak
dengan rincian sebagai berikut:
1) Waste Water Storage Point
Bak Waste Water Storage Point atau sering disebut juga dengan
kolam inlet dimana seluruh air limbah di tampung pada bak ini dan bak
ini dilengkapi dengan pompa pompa udara yang berfungsi sebagai
aerator untuk proses aerasi. proses aerasi bertujuan untuk
mengontakkan air limbah dengan udara dengan tujuan meningkatkan
kandungan oksigen dalam air tersebut. Meningkatnya kandungan
oksigen dalam air limbah, mempermudah zat – zat untuk menguap

20
seperti hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan
bau dapat dihilangkan, kandungan karbon deoksida air akan
berkurang dan mineral yang terlarut seperti besi dan mangan akan
teroksidasi membentuk endapan yang dapat dihilangkan dengan
sedimentasi dan filtrasi. Aerasi dilakukan dengan menggunakan kisi -
kisi yang diletakkan di bagian bawah kopartemen aerasi yang
berfungsi untuk menyebarkan udara dari blower ke dalam
kompartemen.
2) Neutralization Tank
Limbah cair di PLTU biasanya bersifat asam/basa sehingga
diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. Untuk proses
netralisasi ditambahkan bahan kimia basa dan bahan kimia asam agar
pH limbah cair menjadi netral. Biasanya untuk bahan kimia asam
digunakan asam sulfat atau asam klorida dan untuk bahan kimia basa
biasa digunakan coutik soda. Di bak netralisasi terdapat dosing pump
yang berfungsi memompa asam sulfat atau coustik soda secara
otomatis dan dilengkapi dengan mixer untuk pengadukan.
3) Floculation dan Koagulation Tank
Air dialirkan dari netralization tank dengan proses pengolahan ini
diawali dengan absorbsi fisika dan diikuti dengan absorbsi kimia.
Menggumpalnya butirbutir sol atau partikel tersuspensi menjadi
dispersi yang lebih kasar disebabkan adanya tarik menarik antara
kotoran-kotoran yang ada dalam air (sol hidrofob) dengan polimer
(polielektrolit) dan PAC sehingga, muatan dari sob hidrofob atau
partikel tersuspensi menjadi netral. Partikel-partikel yang terabsorbsi
dengan polielektrolit ini akan terikat pada polielektrolit karena banyak
partikel koloid yang terlibat akan terbentuk komplek-komplek partikel
melalui teori jembatan dalam hal ini polimer bertindak sebagai
jembatan sehingga diameter flok menjadi lebih besar dan stabil.
Penambahan polimer pada Floculation Tank juga ada penambahan
sludge dan Lamella Clarifier Tank yang bertujuan untuk membantu

21
terjadinya proses pembentukan flok yang lebih besar, pada tahap ini
diharapkan semua logam berat yang terdapat di air limbah sudah
mengendap semua.
Air kemudian dialirkan ke Tangki berikutnya. Tangki ini merupakan
tangki tertutup yang terjadi proses penghilangan logam berat seperti
nikel, timah dan tembaga , besi dengan cara penambahan sulfida 10%
kedalam tangki tersebut.
4) Clarifier Tank
Alat ini berfungsi mengendapkan gumpalan yang terjadi pada proses
koagulasi dan folukasi. Proses yang terjadi pada Clriafier Tank adalah
proses pemisahan antara flok flok yang terbentuk pada flocculation
tank dengan air hasil pengolahan. Partikel tersuspensi dipisahkan dari
air hasil pengolahan dengan cara mengalirkan air melewati pemisah.
5) Final Neutralization Tank
Setelah filtrasi, air dialirkan pada tangki final neutralization. Penurunan
pH dilakukan dengan menambahkan asam sulfat di pH, penambahan
ini bertujuan untuk menetralkan air sehingga di dapatkan pH air 6-9.
Dan menaikan pH dengan penambahan NaOH. Final Neutralization
Tank juga dilengkapi dengan Static Inline Mixer, hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa air dapat tercampur hingga lebih homogen.
Selanjutnya air bersih yang telah dianggap memenuhi standar baku
mutu dialirkan ke Seawater Scrubber untuk kemudian dialirkan
kembali ke laut melalui discharge canal atau saluran pembuangan,
sementara air bersih yang masih di bawah standar baku mutu dikirim
kembali ke Wastewater Building Sump.

1.2.5 Limbah FABA (Fly Ash and Bottom Ash) PLTU


Pengaturan pengelolaan Limbah NonB3 adalah seperti tertuang
dalam PP 22 Tahun 2021: BAB VII (Pasal 450 – 470). Dalam
implementasinya di dunia usaha, setiap rencana pemanfaatan Limbah
nonB3 harus tercantum dalam dokumen lingkungan. Pengelolaan FABA

22
sebagai Limbah NonB3 terdiri dari kegiatan seperti Pengurangan,
Penyimpanan, Pemanfaatan, dan Penimbunan, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1. Sedangkan aspek penting terkait dengan kegiatan
Penyimpanan dan Pemanfaatan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar
2 dan Gambar 3.

Gambar 2. 12 Ruang Lingkup penglolaan limbah non B3

Gambar 2. 13 Aspek penting penyimpanan limbah non B3

23
Gambar 2. 14 Aspek penting pemanfaatan limbah non B3
1.2.6 Baku Mutu Air Limbah PLTU
Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
08 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
pembangkit listrik tenaga termal, yang dimaksud dengan baku mutu air
limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau
kegiatan. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
adalah usaha atau kegiatan yang menggunakan bahan bakar baik padat,

24
cair, dan gas maupun campuran serta menggunakan uap panas bumi
untuk menghasilkan tenaga listrik. Berikut ini baku mutu yang telah
ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup kepada industri Pembangkit Tenaga
Listrik Thermal.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah PLT Sumber Utama
A. Sumber Proses Utama
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
3 Minyak dan Lemak mg/L 10
4 Klorin bebas (Cl2) (Bila
mg/L 0,5
dialirkan ke WWTP)
5 Kromium Total (Cr) mg/L 0,5
6 Tembaga (Cu) mg/L 1
7 Besi (Fe) mg/L 3
8 Seng (Zn) mg/L 1
9 Phosphat (PO43-) (Bila
mg/L 10
ada injeksi)
B. Sumber Blowdown Boiler (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
10 pH - 6-9
11 Tembaga (Cu) mg/L 1
12 Besi (Fe) mg/L 3
C. Sumber Blowdown Cooling Boiler (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
13 pH - 6-9
14 Klorin bebas (Cl2) mg/L 1
15 Seng (Zn) mg/L 1
16 Phosphat (PO43-) mg/L 10
D. Sumber Demineralisasi/ WTP (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
17 pH - 6-9
18 TSS mg/L 100

25
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek ini akan dilakukan pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) 2X7 MW Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Waktu kerja praktek direncanakan dimulai pada tanggal 10 Februari 2023
– 5 Maret 2023 atau disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh
perusahaan.

Tabel 3.1 Rencana Jadwal Kerja Praktek

Bulan
Jan Minggu Mart Minggu
No Kegiatan Feb Minggu Ke
Ke Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
Pembuatan
2
Proposal
Konfirmasi
3
Kegiatan
Orientasi
4
Lapangan
5 Pengambilan Data
6 Analisis Data
Penyusunan
7
Laporan
Seminar Kerja
8
Praktek

Catatan : Jadwal dapat disesuaikan dengan kesepakatan dan ketentuan


pihak perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2X7 MW
Tidore

26
3.2 Metode dan Tahapan Kerja Praktek
Kerja praktek ini menggunakan metode deskriptif yang diarahkan
pada kegiatan pengamatan dan observasi dilapangan mengenai tahapan
pengelelolaan air atau Water Treattmen Plan (WTP) di PLTU 2x7 MW
Tidore. Tahapan kegiatan dalam kerja praktek ini dimulai dari kegiatan
pengumpulan data dilapangan, pengolahan data yang didapat sampai
pada penyusunan laporan kerja praktek yang telah dilaksanakan.
3.2.1 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dari kerja praktek ini. Adapun
data- data kerja praktek yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Data primer yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui
wawancara, observasi, dokumentasi, dan pengamatan langsung
dilapangan. Adapun pengamatan langsung dilapangan untuk
mempelajari proses pengolahan air laut, mengidentifikasi jenis, sumber
dan karakteristik limbah yang dihasilkan PLTU Tidore dan kinerja
pengelolaan limbah yang diterapkan PLTU Tidore.
2. Data sekunder atau data untuk menunjang pelaksanaan kerja praktek
ini yang diperoleh dari jurnal, buku, penelitian terdahulu atau membaca
studi pustaka dari perusahaan meliputi; Peta wilayah PLTU Tidore
Laporan Pengelolaan B3, Laporan bulanan, dan SHU Uji sampel.
3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik dari data sekunder maupun data yang
didapatkan dari hasil pengamatan dilokasi kerja praktek yang dilakukan,
maka data yang didapatkan kemudian diolah secara sistematis dan
selanjutnya dilakukan analisis data kualitatif dihadapi sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan.

27
3.3 Bagan Alir

Mulai

Studi literatur

Observasi

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


1. Proses produksi air 1. Peta Administrasi PLTU
laut untuk kebutuhan Tidore.
kegiatan PLTU. 2. Laporan Pengelolaan
2. Sumber-Sumber air Limbah B3.
limbah dan spesifikasi 3. Laporan Bulanan
proses pengolahan Lingkungan PLTU Tidore.
limbah. 4. SHU Sampel Uji
3. Kinerja hasil
pengolahan limbah
PLTU Tidore.
Analisis dan interprestasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. 1. Bagan Alir Kerja Praktek

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perizinan Lingkungan PLTU Tidore


PLTU Tidore 2 x 7 MW berada di Kota Tidore Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara merupakan salah satu pembangkit listrik milik PT PLN
(Persero) yang dikelola oleh PT PLN Nusantara Power dan dioperasikan
oleh PT PJB Services sebagai penyedia jasa operasi dan pemeliharaan
pembangkit listrik. PLTU Tidore menggunakan bahan bakar batubara
dengan kalori rendah/low rank coal dengan nilai kalor sekitar 4.000
kCal/kWh. Boiler yang digunakan pada PLTU Tidore adalah jenis Stoker,
dimana boiler jenis ini memiliki keunggulan fleksibilitas bahan bakar.

Dokumen Lingkungan yang dimiliki PLTU Tidore mengacu pada


Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Tidore Kepulauan tentang Perubahan Izin Lingkungan
Kegiatan PLTU Maluku Utara (Tidore) 2x7MW Nomor: 660/1060.1-
IL/22/VII/2018 Tertanggal pada 10 Juli 2018. Selain itu juga mengacu
pada Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Tidore Kepulauan Tentang Kelayakan
Lingkungan Hidup Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Tidore dan Sarana Pendukung kapasitas 2x7MW di
kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore
Kepulauan Provinsi Maluku Utara oleh PT PLN (Persero) Unit pleaksana
pembangkit Maluku Nomor: 502/8/DPMPTSP/KLH/VIII/2020. Perizinan
mengenai lingkungan terkait limbah yang dihasilkan oleh PLTU Tidore di
muat dalam gambar 4.1 dan 4.2

4.2 Proses Produksi PLTU Tidore


Peralatan utama proses produksi PLTU Tidore adalah boiler, turbin,
generator, dan Water Treatment Plant (WTP). Air laut menjadi bahan baku
utama dalam proses produksi listrik PLTU Tidore.

29
Gambar 4. 1 Tiitik Penaatan dan Izin Pembuangan Air Limbah

Gambar 4. 2 Data Izin Lingkungan di unit PJB service PLTU Tidore

30
Air yang digunakan untuk boiler berasal dari air laut yang dipompa
dengan Reverse Osmosis (RO) Pump setelah diberi chlorine. Air tersebut
dilanjutkan ke sistem pengolahan air atau water treatment plant (WTP)
untuk diolah menjadi air demin atau air yang bebas dari mineral. Air demin
ini pertama kali ditempatkan di hotwell sampai masuk ke boiler sebagai
tempat masaknya air.

Pada boiler, air dipanaskan untuk dijadikan uap. Uap yang


dihasilkan tersebut dialirkan ke steam drum untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa. Kemudian uap dialirkan ke superheater untuk
mengubah face uap basah (saturated steam) menjadi uap jenuh
(superheated steam). Uap jenuh yang dihasilkan ini digunakan sebagai
tenaga turbin.

Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi


kinetik dengan putaran 3000 rpm. Uap yang dihasilkan oleh turbin akan
langsung masuk ke kondensor.

Kondensor berfungsi untuk mengubah uap menjadi air dengan


proses kondensasi. Selanjutnya air kondensat dialirkan ke hotwell untuk
ditampung. Air kondensat dari hotwell akan dipompa ke deaerator dengan
Condensat Extraction Pump. Sebelum masuk ke deaerator, air terlebih
dahulu di gland heater dan Low Pressure Heater (LPH). Di deaerator, air
dipanaskan lagi dengan temperatur >100°C untuk menghilangkan gas-gas
dalam air (non-condensable gas). Hal ini dilakukan untuk membantu tugas
deaerator dalam menghasilkan oksigen. Sehingga, cara kimia juga
dengan tujuan menginjeksikan Hydrazine kedalam air condensat sebelum
air condensat masuk ke deaerator.

Selanjutnya air tersebut dipompa dengan bantuan Boiler Feed


Pump ke boiler yang terlebih dahulu dipanaskan dengan High Pressure
Heater (HPH). Proses pemanasan di boiler menghasilkan uap jenuh untuk

31
digunakan memutar turbin digabung dengan generator 3 phase.
Generator ini kemudian membangkitkan listrik dengan tegangan 20 Kv.

A. Sistem Coal Handling


Bahan bakar utama pada PLTU adalah batubara. Batubara dari
togkang diangkut menggunakan truck dari jetty/tongkang ke coal yard.
Coal yard adalah tempat penimbunan batubara engan kapasitas 20.000
ton dengan pemakaian kapasitas full load kurang lebih 390 ton/hari. Pada
coal yard , terdaat coal shed yang dilengkapi reclaim hopper dan berfungsi
untuk menakar sekaligus menyaring batubara sebelum dipindahkan ke
conveyor.

Coal crusher berfungsi untuk menghaluskan batubara berukuan 6-


32 mm. Dari coal crusher batubara dikirim dengan conveyor melewati
Transfer Tower (TT) 2 sampai ke tempat akhir penyimpanan batubara
yang siap digunakan yaitu coal bunker.

B. Sistem Ash handling


Sumber fly ash dan bottom ash dihasilkan dari proses pembakaran
batubara. Secara teknis, fly ash berasal dari debu flue gas yang
tertangkap dalam clotth bag flter. Sedangkan bottom ash berasal dari sisa
pembakaran batubara pada furnace yang kemudian didinginkan di ash
cooler. Fly ash dan bottom ash yang dihasilkan lansung diangkut
menggunakan dump track dan sementara disimpan di ash yardd dengan
waste pile dan telah mendapatkan izin dari Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tidore Kepulauan Nomor
663/818-IL/PBHN/22/VI/2019.

4.3 IDENTIFIKASI JENIS LIMBAH PLTU TIDORE


Berikut tabel daftar jenis limbah B3 dan Non B3 (FABA) yang
dihasilkan di PLTU Tidore.

32
Tabel 4. 1 Jenis Limbah B3 dan Non B3(FABA)
Bentuk Identifikasi Jenis Limbah Kategori Lama Waktu
No Nama Limbah Sumber Limbah
Limbah 1 2 3 4 Bahaya Penyimpanan
1 Fly Ash Proses B409 2 365
2 Bottom Ash Proses B410 2 365
3 Aki/baterai bekas Pemeliharaan Padat A102d 1 365
Limbah laboratorium (bahan
Laboratorium Padat/cair 365
4 kimia kadaluwarsa) A106d 1

Limbah terkontaminasi B3
(tanah/pasir terkontaminasi,
filter minyak /oli bekas, pipa
bekas line BBM,
Pemeliharaan Padat 365
absorbent/serbuk gergaji
terkontaminasi, konveyor
terkontaminasi dan barang
terkontaminasi lainnya.
5 A1208d 1
Filter Udara (cloth bag filter,
Proses 365
6 Filter udara alat berat) B109D 2
7 Refrigerant bekas Unit Padat A111d 1 365
8 Kemasan bekas B3 Unit Padat B104d 2 365
9 Minyak pelumas bekas Unit Cair B105d 2 365
10 Limbah resin Laboratorium Padat B106d 2 365
Limbah elektronik (lampu TL
bekas, komponen elektronik, Unit Padat 365
11 monitor, PCB) B107d 2
12 Majun Terkonntaminasi Pemeliharaan Padat B110d 2 365
13 Foam bekas Unit Cair B305-3 2 365
14 Chemical Cleaning Pemeliharaan Cair A323-1 1 365
15 Sludge Minyak Unit Cair A332-1 1 365
16 Sludge IPAL Unit Padat B333-3 2 365
17 Filter minyak bekas (purifier) Unit Padat B340-1 2 365

Sumber : Laporan Pengelolaan Limbah B3


Catatan : 1-2 (Limbah Non B3)

Gambar 4. 2 Timbulan Limbah B3 PLTU Tidore


Jumlah limbah B3 PLTU Tidore yang dihasilkan selama periode Februari
tahun 2023 adalah 1,4 ton. Pada grafik di atas terlihat bahwa timbulan
limbah B3 dengan kode B105d (oli/pelumas bekas) yang dihasilkan 1,4
ton dan telah disimpan di TPSLB3. Sedangkan limbah B3 dengan kode
A106d (limbah laboratorium), B107d (limbah elektronik). A102d (aki

33
baterai bekas), B104d (kemasan bekas B3), B106d (limbah lab/bahan
kimia kadaluarsa). B110d (Sarung tangan dan majun bekas). A108d
(limbah padat terkontaminasi), dan B109d (filter udara bekas) belum
dihasilkan pada triwulan ini.

4.4 Proses Pengelolaan Limbah PLTU Tidore


Kegiatan pengelolaan limbah B3 yan dihasilkan dari kegiatan
pendukung disimpan pada TPS LB3 dengan izin dari Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tidore
Kepulauan Nomor 663/818-IL/PBHN/22/VI/2019.

Gambar 4. 3 TPS LB3


Sedangkan pengelolaan limbah non B3 terdaftar berupa fly ash dan
bottom ash disimpan sementara pada ash yard dengan bentuk waste pile
pada titik koordinat N:0°44’24.356” E:127°23’14.636” dan telah
mendapatkan izin yang sama. Peta lokasi penataan pembuangan limbah
PLTU Tidore terlampir pada gambar 4.4.

Gambar 4. 4 TPSLB3 FABA

34
4.4.1 Limbah cair B3
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula
bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya
air tersebut harus dibuang, mencuci suatu komponen dengan
menambahkan bahan kimia tertentu. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan adanya air buangan.

a. Limbah Buangan WTP (Water Treatment Plant)


Pada posisi permukaan tertentu air sisa buangan cucian regenerasi
di dalam bak penetral disirkulasikan dengan pompa penetral (start
secara manual). Tergantung dari pembacaan sensor saat itu,
apabila pH menunjukkan asam (pH < 7), maka larutan basa dari
katup tangki harian kaustik soda (NaOH) akan membuka dan
menetralkan air buangan demikian sebaliknya dengan larutan asam
dari tangki harian asam HCl. Apabila pH telah memenuhi syarat
baku mutu air buangan (7-9), air buangan dibuang ke luar ke
saluran pembuangan.
b. Limbah Buangan desalination plant
Brine dari pompa blowdown secara periodik dipantau nilai pH, suhu
dan kandungan phospatnya (apabila memakai poly-phospat
injection system). Apabila terdapat deviasi dilakukan tindakan-
tindakan koreksi agar air buangan tidak melebihi nilai ambang
batas.

35
Gambar 4. 5 Peta Lokasi Penaatan Limbah PLTU Tidore

36
c. Limbah Buangan Dari Internal Water Treatment
Limbah dari buangan air ketel perlu dipantau dan diketahui nilai pH-
nya, kandungan phospat, tidak boleh melebihi nilai ambang batas
yang diijinkan. Apabila terjadi deviasi pada air buangan, maka
segera dilakukan tindakan pencegahan (misalnya dengan
mengurangi blowdown ketel dan lain sebagainya).
d. Limbah Air Pendingin Kondensor
Untuk menekan perkembangan pertumbuhan biota laut yang dapat
mengganggu proses perpindahan kalor di kondensor, maka pada
sisi masuk saluran air pendingin diinjeksikan larutan cairan
hypochlorite secara berkesinambungan. Kadar hypochlorite yang
terlalu berlebihan dapat merusak habitat microorganisme biota laut
sehingga dapat .mengganggu ekosistem. Apabila kadar
hypochlorite di dalam air pendingin melebihi batas yang disyaratkan
(> 0,1 ppm), maka perlu dilakukan koreksi pada hypochlorite
generator dengan cara mengecilkan arus elektrolysis.
Limbah bahang (air panas) juga dapat dihasilkan dari air pendingin
apabila panas yang dibuang dari uap bekas turbin diserap oleh air
pendingin. Dalam masa rancang bangun PLTU telah dipikirkan
tentang kemungkinan panas tersebut, sehingga untuk
menanggulanginya saluran air pendingin (kanal) dibuat sepanjang
1.300 m agar memberi kesempatan penurunan suhu air pendingin
dan suhu air laut dapat ditekan serendah mungkin ( < 2 C).
e. Limbah Domestik (Sewage Treatment)
Limbah domestik berasal dari buangan domestik gedung sentral
dan gedung administrasi. Sebelum disalurkan ke bak digestion
(penghancur) terlebih dahulu ditampung di bak penampungan. Dari
bak penampungan dipompa ke bak penghancur. Di dalam bak
penghancur, air buangan diaduk dengan udara blower agar sisa
buangan teroksidir dan mengendap serta bakteri aerob dapat hidup
tanpa terjadi pembusukan.

37
Untuk menghapus bakteri phatogen yang dapat menyebabkan
penyakit (coli) air buangan diinjeksi dengan larutan sodium
hypochlorite. Sebagai parameter pengukuran hasil treatment
adalah : kadar sisa Cl2 dan BOD-5 yang terkandung di dalam air
buangan domestik.
Apabila melebihi nilai ambang batas, maka perlu dilakukan koreksi
untuk memperbaiki kondisi treatment (misalnya dengan
memperpanjang pengadukan atau menambah larutan
desinfectant).
f. Limbah Dari Proses Hydrogen Plant
Setiap penggantian larutan elektrolit KOH sebelum dibuang ke
saluran pembuangan, perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan
larutan asam.
g. Limbah Bahan Bakar Minyak dan Pleumas (Oil and Grease)
Limbah minyak umumnya berasal dari ceceran pencucian peralatan
dengan bahan pencuci minyak atau ceceran dari burner gun yang
masuk ke saluran drain gedung sentral. Air buangan (drain) dari
gedung sentral sebelum dibuang ke saluran pembuangan
ditampung terlebih dahulu di dalam oil separator. Minyak dan
pelumas yang lebih ringan dari air akan mengalir lewat luberan ke
dalam bak khusus, sedangkan air yang bebas minyak dibuang dan
disalurkan ke saluran pembuangan. Minyak atau pelumas yang
tertampung di dalam bak khusus dikumpulkan dan dipindahkan
secara manual ke oil recovery pit. Dari oil recovery pit dipompa ke
bunker disatukan dengan bahan bakar MFO (Marine Fuel Oil).
Kadar parameter yang di hasilkan dari PLTU Tidore disajikan pada
tabel berikut:

38
Tabel 4. 2 Kadar Parameter PLTU Tidore
Kadar
Parameter Satuan
Inlet Outlet
pH - 7,09 7,05
Clarifier WTP
Salinitas ‰ 33,5 33,5
pH - 7,87 7,8
Reject RO
Salinitas ‰ 33,2 33,2
Temperatur ̊C
̊ 27 27
Condensor Oil and Grease mg/L < 2,7 < 2,7
Free Chlorine, Cl2 mg/L < 0,01 < 0,01
pH - 8,17 7,89
TTS mg/L <8 <8
WWTP Ash Pond
Manganese (Mn) Dissolved mg/L 0,02 0,02
Iron (Fe) Dissolved mg/L 0,2 0,37
TSS mg/L <8 <8
pH - 7,41 6,8
COD mg/L 89,2 70,3
Limbah Domestik
BOD mg/L 30,3 22,2
Oil and Grease mg/L < 2,7 <2,7
Ammonia, NH3-N mg/L 27,2 2,51
pH - 7,54 7,48
TSS mg/L <8 <8
Oil and Grease mg/L < 2,7 < 2,7
Free Chlorine, Cl2 mg/L < 0,01 < 0,01
WWTP Copper (Cu) Total mg/L < 0,05 < 0,05
Chromium (Cr) Total mg/L < 0,01 <0,01
Iron (Fe) Dissolved mg/L < 0,027 < 0,027
Zinc (Zn) Total mg/L <0,01 0,03
PO4 as P mg/L 0,03 0,03

Tabel 4. 3 Perhitungan Beban Pencemaran Air Limbah Unit PLTU Tidore


Hasil Uji Debit Rata-rata Beban Air Limbah
No. Titik Penataan Parameter Inlet (C in) Outlet (C Out) Inlet (Q in) Outlet (Q Out) Inlet (L in) Outlet (L Out) Effisiensi Pengolahan (Ef(PAL))
mg/L mg/L m3/hari m3/hari mg/hari mg/hari
TSS 8 8 20 20 16 16 0,00%
Minyak dan lemak 2,7 2,7 20 20 5,4 5,4 0,00%
Klorin Bebas (Cl2) 0,01 0,01 20 20 0,02 0,02 0,00%
Cr 0,05 0,05 20 20 0,1 0,1 0,00%
1 Outlet WWTP
Tembaga (Cu) 0,01 0,01 20 20 0,02 0,02 0,00%
Besi (Fe) 0,027 0,027 20 20 0,054 0,054 0,00%
Seng (Zn) 0,03 0,03 20 20 0,06 0,06 0,00%
Phospat (PO4-) 0,01 0,01 20 20 0,02 0,02 0,00%
2 Outlet Condensor Klorin Bebas (Cl2) 0,01 0,01 72456 70104 72,456 70,104 3,25%
TSS 8 8 9 9 7,2 7,2 0,00%
3 Outlet WWTP Ash Pond Mangan (Mn) 0,01 0,01 10 10 0,01 0,01 0,00%
Besi (Fe) 0,027 0,027 11 11 0,0297 0,0297 0,00%
TSS 28 28 11,2 11,2 31,36 31,36 0,00%
COD 24,6 10,6 11,2 11,2 27,552 11,872 56,91%
BOD 8,1 3,21 11,2 11,2 9,072 3,5952 60,37%
4 IPAL Domestik
Oil & Grease 2,7 2,7 11,2 11,2 3,024 3,024 0,00%
Ammonia, NH3-N 5,71 0,12 11,2 11,2 6,3952 0,1344 97,90%
Total Coliform 1700 1300 11,2 11,2 1904 1456 23,53%

Berdasarkan hasil pengujian sampel limbah cair B3 tiap parameter


pada inlet dan outlet, hasil yang di dapatkan yaitu, tiap paramter pengujian

39
tidak melewati kadar maksimum yang di tetapkan berdasarkan PermenLH
No. 8 tahun 2009.

4.4.2 Limbah FABA (Fly Ash Bottom Ash)

Pada PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, disebutkan bahwa Fly
ash dan Bottom ash yang berasal dari PLTU termasuk dalam limbah non
B3 terdaftar dengan kode limbah N106 dan N107 Kemudian merujuk pada
PermenLHK Nomor 19 tahun 2021 tentang tata cara pengelolaan limbah
nonB3, Fly ash dan bottom ash dapat dikelola dengan cara pengurangan,
pengangkutan, pemanfaatan dan penimbunan.

Sehubungan dengan perubahan regulası tersebut, PLTU Tidore telah


mendapatkan dokumen rencana teknis untuk pemanfaatan FABA sebagai
substitusı bahan baku dalam bahan konstruksi seperti batako, paving
block, tanah timbunan pilihan (subgrade), dan lapisan pondası bawah
(subbase) dengan nomor S121/PLB3/PN/PLB.3/02/2022. Pemanfaatan
FABA periode februari 2023 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. 4 Pemanfaatan FABA Periode 2023


Periode sebelumnya 2023
No. Jenis Limbah Sumber Satuan Perlakuan
(Saldo) Januari Februari
Dihasilkan 255,13 229,408
Proses
1 Fly Ash Ton Disimpan di TPS 6180,69 6429,388 6459,404
Produksi
Dimanfaatkan Sendiri 6,432 199,392
Dihasilkan 291,24 214,592
Proses
2 Bottom Ash Ton Disimpan di TPS 4888,896 5141,836 5026,876
Produksi
Dimanfaatkan Sendiri 38,3 329,552

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat limbah fly ash yang bersumber
dari proses produksi di bulan Januari 2023 dihasilkan sebanyak 255,13
ton, jumlah penyimpanan dari periode sebelumnya hingga Januari
sebanyak 6429,388 ton, dan dimanfaatkan sebanyak 6,432 ton.
Sedangkan pada periode februari 2023 limbah fly ash yang dihasilkan
229,408 ton, disimpan pada TPS dari periode sebelumnya sebanyak
6459,404 ton, dan dimanfatkan sebanyak 199,392 ton.

40
Untuk jenis limbah bottom ash dari proses produksi pada bulan
Januari 2023 limbah yang dihasilkan sebanyak 291,24 ton, penyimpanan
di TPS dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 5141,836 ton,
dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 38,3 ton. Pada bulan februari jumlah
limbah yang dihasilkan 214,592 ton, disimpan di TPS dari periode
sebelumnya 5026,867 ton, dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 329,552
ton.

Tabel 4. 5 Logbook Fly Ash


Jenis Fly Tanggal masuk Jumlah Maksimal Tanggal keluar Jumlah Bukti No. Sisa Fly ash
No.
Ash Fly Ash Sumber fly ash Fly Ash Penyimpanan fly ash keluar Tujuan penyerahan Dokumen di TPS
Proses Produksi
1 N106 01 Januari 2023 255,13 30/01/2026 31 Januari 2023 6,432 Warga Rum -
Listrik 6429,388
Proses Produksi Warga Rum Balibunga,
2 N106 01 Februari 2023 229,408 28/02/2026 28 Februari 2023 199,392 -
Listrik Rum, Ome, Internal 6459,404

Limbah fly ash dengan kode N106 yang bersumber dari proses
produksi listrik dimanfaatkan oleh warga Rum Kota Tidore Kepulauan
sebanyak 6,432 ton pada periode Januari 2023. Sedangkan pada bulan
Februari 2023 fly ash dimanfaatkan sebanyak 199,392 ton oleh warga
Rum Balibunga, Rum, Ome dan Internal.
Tabel 4. 6 Logbook Bottom Ash
Jenis Fly Tanggal masuk Jumlah Maksimal Tanggal keluar Jumlah Bukti No. Sisa Fly ash
No.
Ash Fly Ash Sumber fly ash Fly Ash Penyimpanan fly ash keluar Tujuan penyerahan Dokumen di TPS
Proses Produksi
1 N107 01 Januari 2023 291,24 30/01/2026 31 Januari 2023 38,3 Warga Rum -
Listrik 5141,836
Proses Produksi Warga Rum Balibunga,
2 N107 01 Februari 2023 214,592 28/02/2026 28 Februari 2023 329,552 -
Listrik Rum, Ome, Internal 5026,876

Limbah Bottom ash dengan kode N107 yang bersumber dari


proses produksi listrik dimanfaatkan oleh warga Rum Kota Tidore
Kepulauan sebanyak 38,3 ton pada periode Januari 2023. Sedangkan
pada bulan Februari 2023 fly ash dimanfaatkan sebanyak 329,552 ton
oleh warga Rum Balibunga, Rum, Ome dan Internal.

41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kerja praktek ini antara lain;
1. Peralatan utama proses produksi PLTU Tidore adalah boiler, turbin,
generator, dan Water Treatment Plant (WTP). Air laut menjadi
bahan baku utama dalam proses produksi listrik PLTU Tidore.
2. Kegiatan pengelolaan limbah B3 yan dihasilkan dari kegiatan
pendukung disimpan pada TPS LB3, Sedangkan pengelolaan
limbah non B3 terdaftar berupa fly ash dan bottom ash disimpan
sementara pada ash yard dengan bentuk waste pil.
3. Hasil pengujian sampel limbah cair B3 tiap parameter pada inlet
dan outlet, hasil yang di dapatkan yaitu, tiap paramter pengujian
tidak melewati kadar maksimum yang di tetapkan berdasarkan
PermenLH No. 8 tahun 2009.
4. Limbah fly ash yang bersumber dari proses produksi di bulan
Januari 2023 dihasilkan sebanyak 255,13 ton, jumlah penyimpanan
dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 6429,388 ton,
dan dimanfaatkan sebanyak 6,432 ton. Sedangkan pada periode
februari 2023 limbah fly ash yang dihasilkan 229,408 ton, disimpan
pada TPS dari periode sebelumnya sebanyak 6459,404 ton, dan
dimanfatkan sebanyak 199,392 ton.
5. Limbah bottom ash dari proses produksi pada bulan Januari 2023
limbah yang dihasilkan sebanyak 291,24 ton, penyimpanan di TPS
dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 5141,836 ton,
dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 38,3 ton. Pada bulan februari
jumlah limbah yang dihasilkan 214,592 ton, disimpan di TPS dari
periode sebelumnya 5026,867 ton, dan dimanfaatkan sendiri
sebanyak 329,552 ton oleh warga Rum Balibunga, Rum, Ome dan
Internal.

42
5.2 Saran
Dari hasil selama kerja praktek penulis menyadari bahwa di dalam
kegiatan kerja praktek, pihak perusahaann kurang tanggap terhadap
mahasiswa kerja praktek. Terutama di bidang lingkungan agar tidak perlu
sungkan terhadap mahasiswa kerja praktek. Adapun harapan dan saran
dari penulis untuk kedepannya agar di berikan tugas tambahan serta di
berikan bimbingan guna memperluas wawasan pengetahuan mahasiswa
yang sedang melakukan kerjja praktek.

43
DAFTAR PUSTAKA

Alief Rakhman, (2013). Fungsi dan Prinsip kerja Pembangkit Tenaga


Listrik PLTU.

Artikel Teknologi , (2020) Pengolahan Air di PLTU (3).

Farhan Hakimul F, (2021) Peralatan utama pada Pembangkit listrik


Tenaga uap.

Maesha Gusti Rianta ST., M.Sc IndonesiaRe Engineering, (2020)


Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU.

Noviatul Munawaroh, Siti Syamsiatun, Achmad Ali Fikri (2019) Sistem


Pengolahan Air dan Pengendalian Limbah di PLTU Tanjung Jati –
B Desa Tubanan Kembang Jepara

Nurmiati Pasra, Faisal Hakim (2015) Pengoperasian Water Treatment


Plant Di PT PJB Unit Pembangkitan Paiton.

44
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI

Power House

Kolam WTP

WATER TREATMENT PLANT

45
LB3 Cloth Bag Filter

Ash Pond

Workshop Batako & Paving Block

46
Clarifier Ash Pond

Foto Bersama Pembimbing Lapangan

47
LAMPIRAN II
PEMANTAUAN DEBIT HARIAN

48
LAMPIRAN III
PEMANTAUAN KADAR PARAMETER DAN BAKU MUTU UNIT PLTU

49
50
LAMPIRAN IV
NERACA LIMBAH B3

51
LAMPIRAN V
NERACA FLY AZH BOTTOM ASH

52
LAMPIRAN VI
TIMBULAN LIMBAH PADAT DOMESTIK

53

Anda mungkin juga menyukai