Disusun Oleh :
JUNIARSI MOCHTAR
07381711012
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2023
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Kerja Praktek : Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash
Bottom Ash (FABA) Di PLTU Tidore, Kota
Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayatnya yang tercurah untuk hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (KP) yang berjudul
“Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash Bottom Ash (FABA) Di
PLTU Tidore, Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.” Selama
menyusun dan menyelesaikan proposal ini, saya telah banyak menerima
bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
segenap pihak yang telah membantu :
1. Bapak Endah Harisun. ST., M.T Selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Bapak Arbi Haya ST., M. Eng selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan yang telah membimbing dan memberikan
saran serta bantuan.
3. Ibu Hilda Alkatiri ST., MT selaku Koordinator Kerja Praktek dan
Penasehat Akademik Sekaligus pembimbing saya dalam kerja
praktek ini.
4. Orang Tua tercinta yang telah memberikan support dan doa
selama pelaksanaan kerja praktek.
5. Untuk sahabat dan teman-teman 017 tercinta yang telah
menemani penulis dalam penyusunan laporan,
Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. semoga laporan ini
dapat memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek. Semoga amal
kebaikan semua pihak mendapat ganjaran yang berlipat dari Allah SWT.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema PLTU ......................................................................... 4
Gambar 2. 2 Peta Lokasi Kesampaian Daerah .......................................... 5
Gambar 2. 3 Proses Konversi Energi PLTU .............................................. 6
Gambar 2. 4 Siklus Fluida Kerja Sederhana PLTU .................................... 7
Gambar 2. 5 Diagram T – s Siklus Tertutup ............................................... 7
Gambar 2. 6 Boilers ................................................................................... 9
Gambar 2. 7 Turbin Uap ............................................................................ 9
Gambar 2. 8 Kondensor ........................................................................... 10
Gambar 2. 9 Generator ............................................................................ 11
Gambar 2. 10 Cooling Tower ................................................................... 11
Gambar 2. 11 Stack ................................................................................. 12
Gambar 2. 12 Ruang Lingkup penglolaan limbah non B3 ........................ 23
Gambar 2. 13 Aspek penting penyimpanan limbah non B3 ..................... 23
Gambar 2. 14 Aspek penting pemanfaatan limbah non B3 ...................... 24
Gambar 3. 1. Bagan Alir Kerja Praktek .................................................... 28
Gambar 4. 1 Tiitik Penaatan dan Izin Pembuangan Air Limbah .............. 30
Gambar 4. 2 Timbulan Limbah B3 PLTU Tidore ...................................... 33
Gambar 4. 3 TPS LB3.............................................................................. 34
Gambar 4. 4 TPSLB3 FABA .................................................................... 34
Gambar 4. 5 Peta Lokasi Penaatan Limbah PLTU Tidore ....................... 36
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kekurangan dan kelebihan PLTU .............................................. 6
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah PLT Sumber Utama ............................. 25
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Kerja Praktek ................................................ 26
Tabel 4. 1 Jenis Limbah B3 dan Non B3(FABA) ...................................... 33
Tabel 4. 2 Kadar Parameter PLTU Tidore ............................................... 39
Tabel 4. 3 Perhitungan Beban Pencemaran Air Limbah Unit PLTU Tidore ...... 39
Tabel 4. 4 Pemanfaatan FABA Periode 2023 .......................................... 40
Tabel 4. 5 Logbook Fly Ash ..................................................................... 41
Tabel 4. 6 Logbook Bottom Ash ............................................................... 41
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara
hingga saat ini masih menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan listrik
di indonesia karena batubara masih menjadi sumber energi termurah.
Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, 66%
listrik indonesia masih disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore
berkapasitas 2x7 MW menggunakan bahan bakar batubara berkalori
rendah dan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan listrik di Maluku
Utara khususnya Pulau Tidore dan sebagian Pulau Ternate.
Konsep dasar dari PLTU adalah batubara sebagai bahan bakar
utama dengan kualifikasi tertentu yang dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Sehingga batu bara sebagai energi primer dapat
dikonversikan menjadi energi listrik dengan bantuan atau tambahan gas
ataupun minyak sebagai bahan bakar serta MFO untuk start up awal.
PLTU merupakan industri penghasil listrik dengan memanfaatkan
air sebagai bahan baku dan batubara, gas ataupun minyak sebagai bahan
bakarnya. Oleh karena itu, sehingga perlu adanya pengolahan air atau
Water Treatment Plant (WTP) sebelum air digunakan untuk keperluan
PLTU. Sumber air dapat diperoleh dari laut, sungai maupun danau.
Pengolahan air sebagai bahan baku PLTU akan menghasilkan juga
limbah cair dan limbah padat Fly Ash dan Bottom Ash yang mengandung
zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan berpontensi
mengganggu lingkungan sehingga perlu untuk dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum dilepaskan lingkungan agar memenuhi baku
mutu. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No.8 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah untuk kegiatan
Pembangkit Listrik dan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Selain itu,
1
untuk limbah hasil pembakaran batubara berupa Fly Ash dan Bottom Ash
(FABA), sebagai limbah B3 dan limbah nonB3 telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan, tetap memiliki kewajiban untuk
diolah hingga memenuhi standar dan persyaratan teknis yang ditetapkan.
Dari latar belakang diatas sehingga penulis mengambil Kerja
Praktek dengan Judul “Studi Pengelolaan Limbah Cair dan Fly Ash
Bottom Ash (FABA) Di PLTU Tidore, Kota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara.”
2
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
1.1 Tinjauan Umum Perusahaan
1.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi kerja praktek yang dilakukan tepatnya berada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kelurahan Rum Balibunga, Kecamatan
Tidore Utara Kota Tidore kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis Pulau Tidore terletak pada 0°44’19,51” LU - 127°23’16,86” BT.
Dengan luas wilayah ±13.862,86 km² yang berbatasan langsung dengan
beberapa wilayah sebagai berikut;
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Ternate dan Kecamatan
Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan,
Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan Weda, Kabupaten
Halmahera Tengah
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Gane Barat, Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kecamatan Pulau Moti
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Maluku
3
tempu dengan jalan kaki dari Pelabuhan ke PLTU tidore dengan jarak
tempuh ± 150m.
4
Gambar 2. 2 Peta Lokasi Kesampaian Daerah
5
Tabel 2.1 Kekurangan dan kelebihan PLTU
6
Gambar 2. 4 Siklus Fluida Kerja Sederhana PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU) menggunakan fluida kerja
air uap yang bersikulasi secara tertutup atau siklus yang sama secara
berulang-ulang seperti pada gambar 2.4 diatas. Siklus tertutup pada
PLTU dapat digambarkan dengan diagram T – s (Temperatur – entropil).
Siklus ini merupakan penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan
langkah kerja PLTU adalah sebagai berikut:
7
1. a - b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah
langkah kompresi isentropis, proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
2. b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai
titik didih. Terjadi di LP heater, HP heater dan Economiser.
3. c - d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut
vapourising (Penguapan) dengan proses isobras isometris, terjadi di
boiler yaitu di wall tube (rises) dan steam drum.
4. d – e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur
kerjanya menjadi uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini
terjadi di superheater boiler dengan proses isobar.
5. e – f : Uap melakukan kerja keras sehingga tekanan dan
temperaturnya turun. Langkah ini adalah langkah ekspansi isentropis,
dan terjadi didalam turbin.
6. f – a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air
kondensat. Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam
kondensor.
1.2.2 Peralatan dan Cara Kerja
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memanfaatkan air sebagai
bahan baku dengan batubara, gas ataupun minyak sebagai bahan bakar.
Oleh karena itu, sehingga dalam kegiatan PLTU membutuhkan peralatan
yang baik untuk membantu kegiatan yang dilakukan. Berikut beberapa
peralatan utama Pembangkit Listtrik Tenaga Uap (PLTU), antara lain :
1. Boiler
Boiler merupakan alat utama yang digunakan PLTU yang berfungsi
mengubah air menjadi uap. Boiler terdiri dari pipa-pipa yang didalamnya
air demin sebagai bahan baku dan batubara sebagai bahan bakar boiler.
Saat pembakaran gas panas hasil pembakaran tersebut digunakan unntuk
memanaskan air demin didalam pipa melalui proses konduksi. Uap yang
dihasilkan saat pembakaran pertama ini masih berupa uap jenuh
(Saturated steam) sehingga dipanaskan lagi di (Superheater) untuk
8
dinaikkan temperaturnya sampai menghasilkan uap kering (Superheat)
yang nntinya menuju ke turbin uap.
Gambar 2. 6 Boilers
2. Turbin Uap
Uap kering (Superheat) hasil dari boiler dialirkan ke turbin uap
(Steam Turbine) untuk menumbuk sudut-sudut turbin sehingga
menghasilkan putaran, putaran ini kemudian dimanfaatkan untuk
memutar generator. Uap yang masuk dari boiler pertama akan masuk
ke bagian High Pressure setelah itu uap dikembalikan ke boiler untuk
dipanaskan lagi Reheater baru setelah itu uap dialirkan ke intermediet
pressure (IP) lalu ke low pressure (LP). Setelah itu uap dialirkan ke
kondemsor untuk diubah kembali lagi menjadi air.
9
3. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang
berfungsi untuk mengubah fase uap menjadi fase cair. Di dalam
kondensor terdapat pipa-pipa yang didalamnya mengalir air pendingin
sedangkan di sekitar luar pipa tersebut penuh dengan uap panas
keluaran turbin uap. Air yang mengalir didalam pipa kondensor akan
mengalami perpindahan panas dari uap ke air secara konduksi
sehingga uap mengalami kondensasi berubah menjadi fase cair.
Gambar 2. 8 Kondensor
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Generator dapat bekerja apabila ada perpotongan medan
magnet oleh penghantar kawat. Oleh karena itu generator dapat
bekerja apabila terjadi gerakan atau putaran, karena poros generator
dan turbin uap terhubung maka sumber putaran bisa di dapat dari
turbin uap. Keluaran dari generator umumnya bertegangan 20kV dan
ketika akan ditransmisikan tegangan dinaikkan oleh trafo step up
sampai 500 kV.
10
Gambar 2. 9 Generator
5. Cooling Tower
Air yang keluar dari kondensor memiliki temperatur yang tinggi
akibat perpindahan panas dari uap. Agar air bisa digunakan kembali
maka temperaturnya perlu diturunkan lagi oleh cooling tower dengan
cara mengkontakkan air tersebut dengan udara. Ketika temperatur air
cukup rendah maka bisa digunakan untuk mensuplai kembali ke
kondensor.
11
besar sampai ke ESP (Electrostatic Presipitator) untuk menyaring
partikel-partikel yang sangat kecil agar likungan sekitar tidak tercemar.
Gambar 2. 11 Stack
1.2.3 Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
menghasilkan limbah padat berupa Fly Ash (abu terbang) dan Bottom Ash
(abu dasar), Fly ash adalah abu ringan yang berasal dari sisa pembakaran
batu bara di boiler, memiliki masa jenis rendah dan difilter dengan
peralatan electrostatic precipitator (ESP) sebelum dibuang ke stack. Fly
ash yang tertangkap ESP akan terbuang langsung ke truk khusus
berbentuk kapsul dan dikirim untuk dimanfaatkan kembali menjadi bentuk
lain. Sedagkan Bottom Ash adalah abu yang memiliki massa jenis besar
dan bisa didapatkan didasar boiler yang merupakan sisa bahan bakar
yang tidak terbakar atau umpan boiler yang terikut. Selain limbah padat
PLTU juga menghasilkan limbah cair berupa Waste Water Treatment
Plant (WWTP). Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak meliputi sisa
regenerasi dan chemical cleaning dari WTP, buangan blowdown steam
drum, ceceran oil MOT dan lain sebagainya.
12
pencemaran air. Selain itu, untuk limbah hasil pembakaran batubara
berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), sebagai limbah B3 dan limbah
nonB3 telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan,
tetap memiliki kewajiban untuk diolah hingga memenuhi standar dan
persyaratan teknis yang ditetapkan.
13
Air limbah yang mengandung minyak (oily water) adalah air limbah yang
berasal dari pencucian peralatan-peralatan, tumpahan darı kegiatan
operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator
atau oil separator atau oil catcher atau oil trap.
a. Sumber Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula
bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya, air tersebut harus dibuang (Kristanto, 2013).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2009, air
limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
bersumber dari proses utama, kegiatan pendukung dan kegiatan lain
yang menghasilkan oil water. Proses utama adalah proses yang
menghasilkan air limbah yang bersumber dan proses pencucian
(dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam,
blowdown cooling tower, blowdown boiler laboratorium, dan
regenerasi resin water treatment plant Kegiatan pendukung meliputi
kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan
fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas
flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber.
b. Karakteristik limbah cair
Air buangan dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik
yang larut maupun mengendap. Kerap kali air buangan pabrik
berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang tercemar
mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual lewat
kekeruhan, warna, rasa, bau, yang ditimbulkan dan indikasi lainnya.
Secara laboratorium, limbah cair ditandai dengan peruabahan sifat
kimia air, dimana air telah mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) dalam konsentrasi yang telah melampauhi batas
Kristanto (2013).
14
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara
menurut Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah
cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran
minyak).
Limbah cair tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan
kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur
logam dan minyak).
c. Parameter Limbah Cair
Menurut Sumantri (2013), dalam air limbah terdapat beberapa
parameter yang perlu untuk diketahui. Beberapa parameter ini
diantaranya:
1) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen
dalam ppm atau miligram/liter (mg/L) yang diperlukan untuk
menguraikan benda organik oleh bakteri pada suhu 20°C selama 5
hari. Biasanya hanya dalam waktu 5 hari, sebanyak 60-70%
kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai.
2) Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan jumlah total
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis
(biodegradable) maupun yang sukar didekomposisi secara biologis
(nonbiodegradable). Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah
dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.
3) Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen)
Oksigen Terlarut (Disolved Oxygen) adalah banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan mg/L Semakin besar
oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran semakin
kecil.
15
4) Kesadahan
Kesadahan adalah gambaran kation logam divelansi (valensi 2) yang
terdapat dalam air. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan (presipitas) maupun dengan anion- anion yang
terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan
logam.
5) Seattleable Solid
Adalah lumpur yang mengendap degan sendirinya pada kondisi yang
tenang selama satu jam secara gaya beratnya sendiri.
6) TSS (Total Suspended Solid)
Adalah jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang di dalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran
0.45 mikron. Suspended Solid (material tersuspensi) dapat dibagi
menjadi zat padat dan koloid. Selain suspended solid ada juga istilah
dissolved solid (padatan terlarut)
7) MLSS (Mixed Liquor Suspendid Solid)
MLSS adalah jumlah TSS yang berasal dari pengendap lumpur aktif
setelah dipanaskan pada suhu 103-105°C.
8) MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspendid Soil)
MLVSS adalah kandungan organicmatter yang terdapat dalam MLSS
Didapat dan pemanasan MLSS pada suhu 600°C. Benda volatile
menguap disebut MLVSS.
9) Kekeruhan (Turbidy)
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya benda tercampur atau benda koloid dalam air.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit
listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLIU, yaitu PH, TSS.
minyak dan lemak, klorin bebas (C12), kromium total, tembaga (Cu),
16
best (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas, SO42-, dan
temperatur.
1) pH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air
limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih
memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik.
Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan
menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses
penjernihannya (Sugiharto, 1987)
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5-7,5 Air akan bersifat asam atau basa
bergantung besar kecilnya pH Bila pH di bawah pH normal, maka air
tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan
mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap pH dan
menyukai pH antara 7-8,5 Nilat pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH
yang rendah (Sumantri, 2010).
2) TSS
Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan
dengan membran berukuran 0,45 mikron. Suspended sold dapat
dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS memiliki
hubungan erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan
tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk
ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom dalam
Sumantri, 2010).
17
3) Minyak dan Lemak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan
luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan ar akan terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu. tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi
oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan
berkurang. Lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu (Sumantri,
2010)
4) Klorin Bebas (Cl2)
Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan
tumbuhan laut agar tidak menyumbat saluran air pendingin. Air
pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah besar, yaitu beberapa
ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri
(mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan
menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi
sistem pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh
mikroorganisme ini ke dalam saluran air disuntikan gas klor (C1 2)
untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini tidak
dilakukan secara kontinu untuk mencegah kekebalan mikroorganisme
(Marsudi, 2011).
5) Besi (Fe)
Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut
mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi
dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian, dan air industri. Dalam
buangan limbah industri, kandungan besi berasal dari korosi pipa-pipa
18
air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada
perubahan air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat
mengantarkan listrik, dan ini mempercepat terjadinya korosi (Ginting,
2007).
6) Phospat (PO4-)
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan
organisme lainnya yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi.
Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air pada
badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut. Phospat
banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa
phospat. Dalam industri penggunaan phospat terdapat pada ketel uap
untuk mencegah kesadahan (Ginting, 2007).
7) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat,
garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air.
Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan
dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air
berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam
konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam
ketel maupun pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium,
dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan
menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah
pengukuran kandungan ion Ca, CO3, ion Mg bikarbonat, dan lain-lain
(Ginting, 2007).
8) Sulfat (SO42-)
Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan.
Jenis-jenis sulfur yang terdapat pada air buangan seperti asam
sulfida, sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida, dan merkaptan
membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan.
19
Dalam konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang
ditetapkan limbah sulfur dipandang tidak membahayakan namun tetap
mengeluarkan bau (Ginting, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009
tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga
thermal, kandungan sulfur berasal dari flue gas wet desulphurization
(FGD) sistem sea water wet scrubber dan stockpile batu bara. Flue
gas desulphurization (FGD) sea water wet scrubber adalah sistem
penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air
laut. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang
menghasilkan air limbah berupa air limpasan.
9) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu
limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi
memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat
zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang
terjadi pada suhu rendah (Ginting, 2007)
d. Proses pengolahaan limbah cair (Waste Water Treatment Plant)
PLTU
Proses pengolahan limbah cair di PLTU terdiri dari beberapa bak
dengan rincian sebagai berikut:
1) Waste Water Storage Point
Bak Waste Water Storage Point atau sering disebut juga dengan
kolam inlet dimana seluruh air limbah di tampung pada bak ini dan bak
ini dilengkapi dengan pompa pompa udara yang berfungsi sebagai
aerator untuk proses aerasi. proses aerasi bertujuan untuk
mengontakkan air limbah dengan udara dengan tujuan meningkatkan
kandungan oksigen dalam air tersebut. Meningkatnya kandungan
oksigen dalam air limbah, mempermudah zat – zat untuk menguap
20
seperti hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan
bau dapat dihilangkan, kandungan karbon deoksida air akan
berkurang dan mineral yang terlarut seperti besi dan mangan akan
teroksidasi membentuk endapan yang dapat dihilangkan dengan
sedimentasi dan filtrasi. Aerasi dilakukan dengan menggunakan kisi -
kisi yang diletakkan di bagian bawah kopartemen aerasi yang
berfungsi untuk menyebarkan udara dari blower ke dalam
kompartemen.
2) Neutralization Tank
Limbah cair di PLTU biasanya bersifat asam/basa sehingga
diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. Untuk proses
netralisasi ditambahkan bahan kimia basa dan bahan kimia asam agar
pH limbah cair menjadi netral. Biasanya untuk bahan kimia asam
digunakan asam sulfat atau asam klorida dan untuk bahan kimia basa
biasa digunakan coutik soda. Di bak netralisasi terdapat dosing pump
yang berfungsi memompa asam sulfat atau coustik soda secara
otomatis dan dilengkapi dengan mixer untuk pengadukan.
3) Floculation dan Koagulation Tank
Air dialirkan dari netralization tank dengan proses pengolahan ini
diawali dengan absorbsi fisika dan diikuti dengan absorbsi kimia.
Menggumpalnya butirbutir sol atau partikel tersuspensi menjadi
dispersi yang lebih kasar disebabkan adanya tarik menarik antara
kotoran-kotoran yang ada dalam air (sol hidrofob) dengan polimer
(polielektrolit) dan PAC sehingga, muatan dari sob hidrofob atau
partikel tersuspensi menjadi netral. Partikel-partikel yang terabsorbsi
dengan polielektrolit ini akan terikat pada polielektrolit karena banyak
partikel koloid yang terlibat akan terbentuk komplek-komplek partikel
melalui teori jembatan dalam hal ini polimer bertindak sebagai
jembatan sehingga diameter flok menjadi lebih besar dan stabil.
Penambahan polimer pada Floculation Tank juga ada penambahan
sludge dan Lamella Clarifier Tank yang bertujuan untuk membantu
21
terjadinya proses pembentukan flok yang lebih besar, pada tahap ini
diharapkan semua logam berat yang terdapat di air limbah sudah
mengendap semua.
Air kemudian dialirkan ke Tangki berikutnya. Tangki ini merupakan
tangki tertutup yang terjadi proses penghilangan logam berat seperti
nikel, timah dan tembaga , besi dengan cara penambahan sulfida 10%
kedalam tangki tersebut.
4) Clarifier Tank
Alat ini berfungsi mengendapkan gumpalan yang terjadi pada proses
koagulasi dan folukasi. Proses yang terjadi pada Clriafier Tank adalah
proses pemisahan antara flok flok yang terbentuk pada flocculation
tank dengan air hasil pengolahan. Partikel tersuspensi dipisahkan dari
air hasil pengolahan dengan cara mengalirkan air melewati pemisah.
5) Final Neutralization Tank
Setelah filtrasi, air dialirkan pada tangki final neutralization. Penurunan
pH dilakukan dengan menambahkan asam sulfat di pH, penambahan
ini bertujuan untuk menetralkan air sehingga di dapatkan pH air 6-9.
Dan menaikan pH dengan penambahan NaOH. Final Neutralization
Tank juga dilengkapi dengan Static Inline Mixer, hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa air dapat tercampur hingga lebih homogen.
Selanjutnya air bersih yang telah dianggap memenuhi standar baku
mutu dialirkan ke Seawater Scrubber untuk kemudian dialirkan
kembali ke laut melalui discharge canal atau saluran pembuangan,
sementara air bersih yang masih di bawah standar baku mutu dikirim
kembali ke Wastewater Building Sump.
22
sebagai Limbah NonB3 terdiri dari kegiatan seperti Pengurangan,
Penyimpanan, Pemanfaatan, dan Penimbunan, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1. Sedangkan aspek penting terkait dengan kegiatan
Penyimpanan dan Pemanfaatan adalah seperti ditunjukkan pada Gambar
2 dan Gambar 3.
23
Gambar 2. 14 Aspek penting pemanfaatan limbah non B3
1.2.6 Baku Mutu Air Limbah PLTU
Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
08 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
pembangkit listrik tenaga termal, yang dimaksud dengan baku mutu air
limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau
kegiatan. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
adalah usaha atau kegiatan yang menggunakan bahan bakar baik padat,
24
cair, dan gas maupun campuran serta menggunakan uap panas bumi
untuk menghasilkan tenaga listrik. Berikut ini baku mutu yang telah
ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup kepada industri Pembangkit Tenaga
Listrik Thermal.
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah PLT Sumber Utama
A. Sumber Proses Utama
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
3 Minyak dan Lemak mg/L 10
4 Klorin bebas (Cl2) (Bila
mg/L 0,5
dialirkan ke WWTP)
5 Kromium Total (Cr) mg/L 0,5
6 Tembaga (Cu) mg/L 1
7 Besi (Fe) mg/L 3
8 Seng (Zn) mg/L 1
9 Phosphat (PO43-) (Bila
mg/L 10
ada injeksi)
B. Sumber Blowdown Boiler (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
10 pH - 6-9
11 Tembaga (Cu) mg/L 1
12 Besi (Fe) mg/L 3
C. Sumber Blowdown Cooling Boiler (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
13 pH - 6-9
14 Klorin bebas (Cl2) mg/L 1
15 Seng (Zn) mg/L 1
16 Phosphat (PO43-) mg/L 10
D. Sumber Demineralisasi/ WTP (Bila tidak dialirkan ke WWTP)
17 pH - 6-9
18 TSS mg/L 100
25
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek ini akan dilakukan pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) 2X7 MW Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Waktu kerja praktek direncanakan dimulai pada tanggal 10 Februari 2023
– 5 Maret 2023 atau disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh
perusahaan.
Bulan
Jan Minggu Mart Minggu
No Kegiatan Feb Minggu Ke
Ke Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
Pembuatan
2
Proposal
Konfirmasi
3
Kegiatan
Orientasi
4
Lapangan
5 Pengambilan Data
6 Analisis Data
Penyusunan
7
Laporan
Seminar Kerja
8
Praktek
26
3.2 Metode dan Tahapan Kerja Praktek
Kerja praktek ini menggunakan metode deskriptif yang diarahkan
pada kegiatan pengamatan dan observasi dilapangan mengenai tahapan
pengelelolaan air atau Water Treattmen Plan (WTP) di PLTU 2x7 MW
Tidore. Tahapan kegiatan dalam kerja praktek ini dimulai dari kegiatan
pengumpulan data dilapangan, pengolahan data yang didapat sampai
pada penyusunan laporan kerja praktek yang telah dilaksanakan.
3.2.1 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan dari kerja praktek ini. Adapun
data- data kerja praktek yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Data primer yang diperoleh secara langsung oleh penulis melalui
wawancara, observasi, dokumentasi, dan pengamatan langsung
dilapangan. Adapun pengamatan langsung dilapangan untuk
mempelajari proses pengolahan air laut, mengidentifikasi jenis, sumber
dan karakteristik limbah yang dihasilkan PLTU Tidore dan kinerja
pengelolaan limbah yang diterapkan PLTU Tidore.
2. Data sekunder atau data untuk menunjang pelaksanaan kerja praktek
ini yang diperoleh dari jurnal, buku, penelitian terdahulu atau membaca
studi pustaka dari perusahaan meliputi; Peta wilayah PLTU Tidore
Laporan Pengelolaan B3, Laporan bulanan, dan SHU Uji sampel.
3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik dari data sekunder maupun data yang
didapatkan dari hasil pengamatan dilokasi kerja praktek yang dilakukan,
maka data yang didapatkan kemudian diolah secara sistematis dan
selanjutnya dilakukan analisis data kualitatif dihadapi sesuai dengan
tujuan yang sudah ditetapkan.
27
3.3 Bagan Alir
Mulai
Studi literatur
Observasi
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Selesai
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Gambar 4. 1 Tiitik Penaatan dan Izin Pembuangan Air Limbah
30
Air yang digunakan untuk boiler berasal dari air laut yang dipompa
dengan Reverse Osmosis (RO) Pump setelah diberi chlorine. Air tersebut
dilanjutkan ke sistem pengolahan air atau water treatment plant (WTP)
untuk diolah menjadi air demin atau air yang bebas dari mineral. Air demin
ini pertama kali ditempatkan di hotwell sampai masuk ke boiler sebagai
tempat masaknya air.
31
digunakan memutar turbin digabung dengan generator 3 phase.
Generator ini kemudian membangkitkan listrik dengan tegangan 20 Kv.
32
Tabel 4. 1 Jenis Limbah B3 dan Non B3(FABA)
Bentuk Identifikasi Jenis Limbah Kategori Lama Waktu
No Nama Limbah Sumber Limbah
Limbah 1 2 3 4 Bahaya Penyimpanan
1 Fly Ash Proses B409 2 365
2 Bottom Ash Proses B410 2 365
3 Aki/baterai bekas Pemeliharaan Padat A102d 1 365
Limbah laboratorium (bahan
Laboratorium Padat/cair 365
4 kimia kadaluwarsa) A106d 1
Limbah terkontaminasi B3
(tanah/pasir terkontaminasi,
filter minyak /oli bekas, pipa
bekas line BBM,
Pemeliharaan Padat 365
absorbent/serbuk gergaji
terkontaminasi, konveyor
terkontaminasi dan barang
terkontaminasi lainnya.
5 A1208d 1
Filter Udara (cloth bag filter,
Proses 365
6 Filter udara alat berat) B109D 2
7 Refrigerant bekas Unit Padat A111d 1 365
8 Kemasan bekas B3 Unit Padat B104d 2 365
9 Minyak pelumas bekas Unit Cair B105d 2 365
10 Limbah resin Laboratorium Padat B106d 2 365
Limbah elektronik (lampu TL
bekas, komponen elektronik, Unit Padat 365
11 monitor, PCB) B107d 2
12 Majun Terkonntaminasi Pemeliharaan Padat B110d 2 365
13 Foam bekas Unit Cair B305-3 2 365
14 Chemical Cleaning Pemeliharaan Cair A323-1 1 365
15 Sludge Minyak Unit Cair A332-1 1 365
16 Sludge IPAL Unit Padat B333-3 2 365
17 Filter minyak bekas (purifier) Unit Padat B340-1 2 365
33
baterai bekas), B104d (kemasan bekas B3), B106d (limbah lab/bahan
kimia kadaluarsa). B110d (Sarung tangan dan majun bekas). A108d
(limbah padat terkontaminasi), dan B109d (filter udara bekas) belum
dihasilkan pada triwulan ini.
34
4.4.1 Limbah cair B3
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula
bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya
air tersebut harus dibuang, mencuci suatu komponen dengan
menambahkan bahan kimia tertentu. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan adanya air buangan.
35
Gambar 4. 5 Peta Lokasi Penaatan Limbah PLTU Tidore
36
c. Limbah Buangan Dari Internal Water Treatment
Limbah dari buangan air ketel perlu dipantau dan diketahui nilai pH-
nya, kandungan phospat, tidak boleh melebihi nilai ambang batas
yang diijinkan. Apabila terjadi deviasi pada air buangan, maka
segera dilakukan tindakan pencegahan (misalnya dengan
mengurangi blowdown ketel dan lain sebagainya).
d. Limbah Air Pendingin Kondensor
Untuk menekan perkembangan pertumbuhan biota laut yang dapat
mengganggu proses perpindahan kalor di kondensor, maka pada
sisi masuk saluran air pendingin diinjeksikan larutan cairan
hypochlorite secara berkesinambungan. Kadar hypochlorite yang
terlalu berlebihan dapat merusak habitat microorganisme biota laut
sehingga dapat .mengganggu ekosistem. Apabila kadar
hypochlorite di dalam air pendingin melebihi batas yang disyaratkan
(> 0,1 ppm), maka perlu dilakukan koreksi pada hypochlorite
generator dengan cara mengecilkan arus elektrolysis.
Limbah bahang (air panas) juga dapat dihasilkan dari air pendingin
apabila panas yang dibuang dari uap bekas turbin diserap oleh air
pendingin. Dalam masa rancang bangun PLTU telah dipikirkan
tentang kemungkinan panas tersebut, sehingga untuk
menanggulanginya saluran air pendingin (kanal) dibuat sepanjang
1.300 m agar memberi kesempatan penurunan suhu air pendingin
dan suhu air laut dapat ditekan serendah mungkin ( < 2 C).
e. Limbah Domestik (Sewage Treatment)
Limbah domestik berasal dari buangan domestik gedung sentral
dan gedung administrasi. Sebelum disalurkan ke bak digestion
(penghancur) terlebih dahulu ditampung di bak penampungan. Dari
bak penampungan dipompa ke bak penghancur. Di dalam bak
penghancur, air buangan diaduk dengan udara blower agar sisa
buangan teroksidir dan mengendap serta bakteri aerob dapat hidup
tanpa terjadi pembusukan.
37
Untuk menghapus bakteri phatogen yang dapat menyebabkan
penyakit (coli) air buangan diinjeksi dengan larutan sodium
hypochlorite. Sebagai parameter pengukuran hasil treatment
adalah : kadar sisa Cl2 dan BOD-5 yang terkandung di dalam air
buangan domestik.
Apabila melebihi nilai ambang batas, maka perlu dilakukan koreksi
untuk memperbaiki kondisi treatment (misalnya dengan
memperpanjang pengadukan atau menambah larutan
desinfectant).
f. Limbah Dari Proses Hydrogen Plant
Setiap penggantian larutan elektrolit KOH sebelum dibuang ke
saluran pembuangan, perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan
larutan asam.
g. Limbah Bahan Bakar Minyak dan Pleumas (Oil and Grease)
Limbah minyak umumnya berasal dari ceceran pencucian peralatan
dengan bahan pencuci minyak atau ceceran dari burner gun yang
masuk ke saluran drain gedung sentral. Air buangan (drain) dari
gedung sentral sebelum dibuang ke saluran pembuangan
ditampung terlebih dahulu di dalam oil separator. Minyak dan
pelumas yang lebih ringan dari air akan mengalir lewat luberan ke
dalam bak khusus, sedangkan air yang bebas minyak dibuang dan
disalurkan ke saluran pembuangan. Minyak atau pelumas yang
tertampung di dalam bak khusus dikumpulkan dan dipindahkan
secara manual ke oil recovery pit. Dari oil recovery pit dipompa ke
bunker disatukan dengan bahan bakar MFO (Marine Fuel Oil).
Kadar parameter yang di hasilkan dari PLTU Tidore disajikan pada
tabel berikut:
38
Tabel 4. 2 Kadar Parameter PLTU Tidore
Kadar
Parameter Satuan
Inlet Outlet
pH - 7,09 7,05
Clarifier WTP
Salinitas ‰ 33,5 33,5
pH - 7,87 7,8
Reject RO
Salinitas ‰ 33,2 33,2
Temperatur ̊C
̊ 27 27
Condensor Oil and Grease mg/L < 2,7 < 2,7
Free Chlorine, Cl2 mg/L < 0,01 < 0,01
pH - 8,17 7,89
TTS mg/L <8 <8
WWTP Ash Pond
Manganese (Mn) Dissolved mg/L 0,02 0,02
Iron (Fe) Dissolved mg/L 0,2 0,37
TSS mg/L <8 <8
pH - 7,41 6,8
COD mg/L 89,2 70,3
Limbah Domestik
BOD mg/L 30,3 22,2
Oil and Grease mg/L < 2,7 <2,7
Ammonia, NH3-N mg/L 27,2 2,51
pH - 7,54 7,48
TSS mg/L <8 <8
Oil and Grease mg/L < 2,7 < 2,7
Free Chlorine, Cl2 mg/L < 0,01 < 0,01
WWTP Copper (Cu) Total mg/L < 0,05 < 0,05
Chromium (Cr) Total mg/L < 0,01 <0,01
Iron (Fe) Dissolved mg/L < 0,027 < 0,027
Zinc (Zn) Total mg/L <0,01 0,03
PO4 as P mg/L 0,03 0,03
39
tidak melewati kadar maksimum yang di tetapkan berdasarkan PermenLH
No. 8 tahun 2009.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat limbah fly ash yang bersumber
dari proses produksi di bulan Januari 2023 dihasilkan sebanyak 255,13
ton, jumlah penyimpanan dari periode sebelumnya hingga Januari
sebanyak 6429,388 ton, dan dimanfaatkan sebanyak 6,432 ton.
Sedangkan pada periode februari 2023 limbah fly ash yang dihasilkan
229,408 ton, disimpan pada TPS dari periode sebelumnya sebanyak
6459,404 ton, dan dimanfatkan sebanyak 199,392 ton.
40
Untuk jenis limbah bottom ash dari proses produksi pada bulan
Januari 2023 limbah yang dihasilkan sebanyak 291,24 ton, penyimpanan
di TPS dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 5141,836 ton,
dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 38,3 ton. Pada bulan februari jumlah
limbah yang dihasilkan 214,592 ton, disimpan di TPS dari periode
sebelumnya 5026,867 ton, dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 329,552
ton.
Limbah fly ash dengan kode N106 yang bersumber dari proses
produksi listrik dimanfaatkan oleh warga Rum Kota Tidore Kepulauan
sebanyak 6,432 ton pada periode Januari 2023. Sedangkan pada bulan
Februari 2023 fly ash dimanfaatkan sebanyak 199,392 ton oleh warga
Rum Balibunga, Rum, Ome dan Internal.
Tabel 4. 6 Logbook Bottom Ash
Jenis Fly Tanggal masuk Jumlah Maksimal Tanggal keluar Jumlah Bukti No. Sisa Fly ash
No.
Ash Fly Ash Sumber fly ash Fly Ash Penyimpanan fly ash keluar Tujuan penyerahan Dokumen di TPS
Proses Produksi
1 N107 01 Januari 2023 291,24 30/01/2026 31 Januari 2023 38,3 Warga Rum -
Listrik 5141,836
Proses Produksi Warga Rum Balibunga,
2 N107 01 Februari 2023 214,592 28/02/2026 28 Februari 2023 329,552 -
Listrik Rum, Ome, Internal 5026,876
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kerja praktek ini antara lain;
1. Peralatan utama proses produksi PLTU Tidore adalah boiler, turbin,
generator, dan Water Treatment Plant (WTP). Air laut menjadi
bahan baku utama dalam proses produksi listrik PLTU Tidore.
2. Kegiatan pengelolaan limbah B3 yan dihasilkan dari kegiatan
pendukung disimpan pada TPS LB3, Sedangkan pengelolaan
limbah non B3 terdaftar berupa fly ash dan bottom ash disimpan
sementara pada ash yard dengan bentuk waste pil.
3. Hasil pengujian sampel limbah cair B3 tiap parameter pada inlet
dan outlet, hasil yang di dapatkan yaitu, tiap paramter pengujian
tidak melewati kadar maksimum yang di tetapkan berdasarkan
PermenLH No. 8 tahun 2009.
4. Limbah fly ash yang bersumber dari proses produksi di bulan
Januari 2023 dihasilkan sebanyak 255,13 ton, jumlah penyimpanan
dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 6429,388 ton,
dan dimanfaatkan sebanyak 6,432 ton. Sedangkan pada periode
februari 2023 limbah fly ash yang dihasilkan 229,408 ton, disimpan
pada TPS dari periode sebelumnya sebanyak 6459,404 ton, dan
dimanfatkan sebanyak 199,392 ton.
5. Limbah bottom ash dari proses produksi pada bulan Januari 2023
limbah yang dihasilkan sebanyak 291,24 ton, penyimpanan di TPS
dari periode sebelumnya hingga Januari sebanyak 5141,836 ton,
dan dimanfaatkan sendiri sebanyak 38,3 ton. Pada bulan februari
jumlah limbah yang dihasilkan 214,592 ton, disimpan di TPS dari
periode sebelumnya 5026,867 ton, dan dimanfaatkan sendiri
sebanyak 329,552 ton oleh warga Rum Balibunga, Rum, Ome dan
Internal.
42
5.2 Saran
Dari hasil selama kerja praktek penulis menyadari bahwa di dalam
kegiatan kerja praktek, pihak perusahaann kurang tanggap terhadap
mahasiswa kerja praktek. Terutama di bidang lingkungan agar tidak perlu
sungkan terhadap mahasiswa kerja praktek. Adapun harapan dan saran
dari penulis untuk kedepannya agar di berikan tugas tambahan serta di
berikan bimbingan guna memperluas wawasan pengetahuan mahasiswa
yang sedang melakukan kerjja praktek.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI
Power House
Kolam WTP
45
LB3 Cloth Bag Filter
Ash Pond
46
Clarifier Ash Pond
47
LAMPIRAN II
PEMANTAUAN DEBIT HARIAN
48
LAMPIRAN III
PEMANTAUAN KADAR PARAMETER DAN BAKU MUTU UNIT PLTU
49
50
LAMPIRAN IV
NERACA LIMBAH B3
51
LAMPIRAN V
NERACA FLY AZH BOTTOM ASH
52
LAMPIRAN VI
TIMBULAN LIMBAH PADAT DOMESTIK
53