SURABI
Oleh:
I KADEK RAMA HARTAWIBAWA
1915313025
MENYETUJUI
MENGETAHUI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan di ULP SANUR
Penulis menyadari bahwa tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB II ............................................................................................................... 3
PROFIL PERUSAHAAN ................................................................................... 3
2.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................. 3
2.1.1 Sejarah PT PLN (Persero) ............................................................. 3
2.1.2 Visi, Misi, Pedoman Perilaku dan Motto PT PLN (Persero) ......... 5
iv
3.3.5 Fuse Cut Out ................................................................................ 65
BAB IV ............................................................................................................ 78
PEMBAHASAN DAN ANALISA ..................................................................... 78
4.1 Pembahasan ......................................................................................... 78
4.1.1 Gangguan sistem jaringan distribusi listrik pada gardu........... 83
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3. 22 Fused Cut Out (FCO) ................................................................. 66
Gambar 3. 23 PHB-TR ...................................................................................... 67
Gambar 3. 24 Transformator 3 Fasa ................................................................. 69
Gambar 3. 25 Tipe Kumparan Transformator .................................................... 69
Gambar 3. 26 Trafo Daya.................................................................................. 70
Gambar 3. 27 Trafo Tegangan .......................................................................... 70
Gambar 3. 28 Trafo Arus................................................................................... 71
Gambar 3. 29 Name Plate Trafo ....................................................................... 74
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. dalam hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di
sebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk
mencapai tujuan organisasi itu. Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengertian mikro dan pengertian makro. Pengertian SDM secara mikro
adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau
institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja,
tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara
makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan
kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja [1].
Cara yang dapat dilakukan oleh dunia usaha dan industri dalam
mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) disuatu perusahaan tertentu
dengan melakukan pelatihan, tujuannya adalah untuk mengenbangkan individu
dalam hal untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang dimiliki, serta
sikap individu tersebut. Pendidikan, tujuannya untuk meningkatkan kerja yang
artinya suatu pengembangan yang sifatnya formal dan berhubungan langsung
dengan karir mereka sendiri.
Saat ini daya mampu sistem kelistrikan di Bali mencapai 1.322 MW yang
berasal dari PLTU Celukan Bawang 380 MW, pembangkit listrik tenaga disel dan
gas (PLTDG) pesanggaran 232,2 MW, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)
kubu 1 MW, pembangkit listrik tenaga mikro hido (PLTMH) 1,4 MW, pembangkit
listrik tenaga disel (PLTD) pesanggaran unit 52,5 MW, PLTG pesanggaran 74
MW, PLTG gilimanuk 130 MW, dan PLTG pemaron 80 MW. Maka dari itu
pasokan listrik di Bali harus terjaga karena Bali sebagai tujuan pariwisata [4].
3
4
d. Motto
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik “electricity for better life”
(Sumber : https://kioslambang.wordpress.com/2011/11/24/arti-logo-pln/)
b. Elemen-Elemen Lambang
1. Bidang Persegi Berwarna Kuning
(Sumber : http://eprints.undip.ac.id/61208/3/bab_2.pdf)
(Sumber : http://eprints.undip.ac.id/61208/3/bab_2.pdf)
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang
merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap
insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang
(Sumber : http://eprints.undip.ac.id/61208/3/bab_2.pdf)
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang
usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran
dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi
warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap)
seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di
samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
4. Tulisan PLN
(Sumber : http://eprints.undip.ac.id/61208/3/bab_2.pdf)
9
EBALOM masih dikuasai dan diurus oleh pihak Belanda, sampai saat terakhir
N.V EBALOM terjadi beberapa kali pergantian pimpinan, adapun nama-nama
pimpinannya diantaranya :
1. L.De.Yong
2. J.de.Hart
3. Kwee The Jong
4. Renould
5. J.J Waters
6. Schurica
Sekitar tahun 1956/1957 N.V EBALOM DENPASAR di Nasionalisasi atau
dikuasai oleh pemerintah Indonesia dan namanya diganti menjadi Perusahaan
Listrik Negara dan ditempatkan dibawah pengawasan / pembinaan Kantor
besar PLN Surabaya, yang kemudian kantor besar Surabaya berganti sebutan
menjadi kantor PLN Eksploitasi IX-Surabaya. PLN cabang Denpasar dan masih
berlokasi di gemeh Jl.Diponegoro-Denpasar.
Selain PLN cabang Denpasar yang sudah ada, maka pada tanggal 4 Mei
1965 di Denpasar dibentuk pula Kantor PLN Eksploitasi VIII berlokasi di
Sanglah (Jl.Diponegro) Denpasar yang dipimpin oleh Ir. Soetrisno Oerip.
Dengan dibentuknya Kantor PLN Eksploitasi IX-Surabaya. Selanjutnya menjadi
PLN Eksploitasi VII cabang Denpasar.Para Pejabat yang pernah menjabat
selaku kepala PLN Cabang Denpasar antara lain:
1. I Gusti Agung Ngurah Raka
2. Ir. Wayan Sandi
3. Ir. Soetrisno Oerip
4. I Gusti Agung Rai Nuara
5. Sukandar BEE
6. Poeman Hariandja BEE
7. I Made Karsa
8. B.M Akwan
9. Maryono Ah.T
10. I Gede Sukarya Ayub
Sekitar Tahun 1970 kantor PLN Eksploitasi VIII Denpasar, pindah dari
gedung sewaan di Jl. Diponegoro (sanglah) Denpasar dan menempati gedung
baru yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No.2 Denpasar. Tahun 1974
11
sebutan PLN Eksploitasi VII diubah menjadi PLN Eksploitasi XI dan Tahun
1976 diubah menjadi PLN Wilayah XI.
Kemudian pada Tahun 1992 Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah
XI pindah ke kantor baru yang berlokasi di Jl. Letda Tantular No. 1 (ULP)
Denpasar yang diresmikan tepatnya hari Selasa 29 Desember 1992. Sesuai
Visi Pemerintah yaitu terselenggaranya Industri Ketenagalistrikan yang
transparan, kompetitif, efisien, dan akrab lingkungan untuk kesejahteraan
rakyat sesuai dengan kebijaksanaan restrukturisasi sector ketenagalistrikan di
Indonesia. Dibentuklah Pilot Project Unit Pelayanan sesuai instruksi Direksi PT.
PLN (Persero) No. 03/10/DIR/2000 tanggal diimplementasikan mulai tanggal
20 Juni 2000 sampai dengan 1 Juni 2001. Dan sampai sekarang PT. PLN
(Persero) Wilayah XI telah direstrukturisasika menjadi PT. PLN (Persero) Unit
Bisnis Bali, NTB & NTT, meliputi wilayah kerja:
1. Provinsi Daerah Tingkat Bali
2. Provinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat
3. Provinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur
PT. PLN (Persero) ULP Denpasar (ULP Denpasar) merupakan salah satu
sub unit pelaksana di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, yang tergabung dalam
unit pelaksana PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan. ULP Denpasar melayani
Kota Denpasar, yang merupakan ibukota Provinsi Bali, dan dipersiapkan
menjadi salah satu dari 3 Kota metropolitan baru di Indonesia, selain Medan
dan Makassar. Kota Denpasar mencakup atas 4 kecamatan (Denpasar Barat,
Denpasar Timur, Denpasar Utara dan Denpasar Selatan) dengan 43 desa atau
kelurahan dan 209 dusun, atau dikenal sebagai banjar. Kota Denpasar
berbatasan dengan Kabupaten Badung disebelahutara, barat dan selatan,
sedangkan disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Selat
Lombok. Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78km2 atau 2, 27% dari
luas wilayah Provinsi Bali.
12
1. Penyulang Dermaga
2. Penyulang Gelogor Carik
3. Penyulang Jadi Pesona
4. Penyulang Palapa
5. Penyulang Pedungan
6. Penyulang Pegok
7. Penyulang Pelabuhan
8. Penyulang Reagen
9. Penyulang Serangan
10. Penyulang Sidakarya
11. Penyulang Blanjong
12. Penyulang BTID
c. Gardu Induk Sanur
Gardu Induk Sanur menyupli 20 penyulang di antaranya adalah:
1. Express Feeder Semawang
2. Express Feeder Tohpati
3. Penyulang Batanng Hari
4. Penyulang Batur Sari
5. Penyulang Buruan
6. Penyulang IB Mantra
7. Penyulang Padang Galak
8. Penyulang Panjer
9. Penyulang Pemuda
10. Penyulang Renon
11. Penyulang Sedap Malam
12. Penyulang Sindu
13. Penyulang Surabi
14. Penyulang Trengguli
15. Penyulang Tukad Badung
16. Penyulang Gazebo
17. Penyulang GBB
18. Penyuang Radison
19. Penyulang Segara
20. Penyulang Musi
14
d. Bagian Teknik
Bagian Teknik bertanggung jawab dalam perencanaan, pembangunan
jaringan distribusi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta
20
Dalam lingkungan kerja PT. PLN (Persero) Distribusi UP3 Bali Selatan
ULP Sanur khususnya di bidang Distribusi harus di perhatikan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia
dalam perusahaan karena keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
berpengaruh langsung terhadap produktivitas perusahaan.
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.
2. Meningkatkan produksi serta produktivitas perusahaan.
3. Menjamin keselamatan orang lain yang ada di tempat bekerja,
serta memelihara dan menggunakan sumber produksi secara
aman dan efisien.
Pengetahuan-pengetahuan yang perlu untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan yang merupakan pengetahuan penunjang adalah meliputi:
1. Dasar-dasar penerapan lingkungan kerja.
2. Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja.
3. Bahan-bahan kimia berbahaya.
4. Ergonomi.
5. Gizi Kerja.
6. Sanitasi-psikologi kerja.
7. Efek bahan kimia terhadap kesehatan.
8. Toksikologi Industri.
9. Teknik monitoring/evaluasi lingkunga kerja.
10. P3K (Pertolongan pertama Pada Kecelakaan).
11. APD (Alat Pelindug Diri).
12. Penyakit akibat kerja.
23
1. Peran Pengawas K3
Memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan berlangsung secara
aman, tertib, lancar (sesuai SOP / Instruksi Kerja) dan tanpa
kecelakaan (Safety Process & Zero Accident).
2. Uraian Tugas Dan TangguangJawab Pengawas K3
Persiapan (sebelum pekerjaan dimulai):
a. Melaksanakan Job Safety Analysis (JSA) sebelum
melaksanakan pekerjaan yang akan diawasinya
b. Membuat rencana pengamanan pada lokasi pekerjaan.
c. Melaksanakan Safety Meeting/Safety Talk sebelum
pekerjaan dimulai.
d. Mengecek/memastikan kesiapan personil.
e. Mengecek/memastikan kesiapan peralatan kerja, Alat
Pelindung Diri (APD) dan Tagging/rambu-rambu
peringatan.
f. Memastikan bahwa SOP/IK yang akan digunakan sudah
siap dan up to date.
g. Siap dan up to date
3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari analisa gangguan potensi gardu pada DT 0137 penyulang
surabi sebagai berikut:
1. Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan pada gardu DT 0137 secara
external.
2. Menjelaskan cara mengatasi gangguan yang terjadi di gardu tersebut.
56
57
(sumber: https://pdkb.id/read/89/bagaimana-listrik-bisa--sampai-ke-rumah-kita-
.html)
(Sumber: http://distribusitenaga.blogspot.com/2013/11/sistem-distribusi-tenaga-
listrik.htm)
(sumber: https://123dok.com/document/q5r44kwz-standar-konstruksi-gardu-distribusi-gardu-
hubung-tenaga-listrik.html)
(sumber: https://docplayer.info/53004400-Bab-iv-pembahasan-gardu-beton-tembok-gardu-kios-
gardu-portal.html)
(sumber: https://trafoinstrumen.wordpress.com/2016/06/09/gardu-cantol/)
(sumber: https://www.produkanda.com/sell/201905/164824-gardu-portal-2-tiang.html)
(sumber: https://123dok.com/document/q5rnvv7z-tinjauan-deskripsi-perhitungan-distribusi-
sekunder-menggunakan-palembang-repository.html)
Fault Indicator (dalam hal ini PMFD : Pole Mounted Fault Detector)
perlu dipasang pada section jaringan dan percabangan untuk
memudahkan pencarian titik gangguan, sehingga jaringan yang tidak
mengalami gangguan dapat dipulihkan lebih cepat.
(sumber: https://123dok.com/document/q5r44kwz-standar-konstruksi-gardu-distribusi-gardu-
hubung-tenaga-listrik.html)
(sumber: http://makalah-beta.blogspot.com/2015/10/makalah-gardu-induk-dan-gardu-hubung-
d.html)
65
Keterangan:
TP = Pengaman Transformator
PMB = Pemutus Beban - LBS
PT = Transformator Tegangan
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan
3.3.4 Lightning Arrester (LA)
Lightning arrester atau penangkap petir adalah peralatan pengaman
instalasi sistem tenaga listrik atau gardu induk dari gangguan tegangan lebih
akibat sambaran petir (lightning surge) maupun oleh surja hubung (switching
surge). Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM, Pemasangan
LA dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO. Untuk tingkat IKL diatas
110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan Transformator yang
dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA, dan di ujung
jaringan dipasang LA–10 KA.
(sumber: http://puramayungan.com/detailproduct/13/lightning-arrester--la)
(sumber: https://www.haivofusecutout.com/Outdoor-Expulsion-Drop-out-Type-Standard-Fuse-
Cutout-pd42206095.html)
67
Gambar 3. 12 PHB-TR
(Sumber: http://repository.polimdo.ac.id/551/1/Noldi%20Sinongka.pdf)
3.3.7 Transformator
a. Pengertian Transformator
(Sumber: https://www.webstudi.site/2019/09/jenis-transfomator.html)
.
Gambar 3. 14 Tipe Kumparan Transformator
(sumber:
b. Jenis-Jenis Transformator
Ada beberapa jenis trafo yang dikenal dan digunakan secara luas di
masyarakat, diantaranya adalah :
1. Trafo Daya
Trafo Daya adalah trafo yang biasa digunakan di GI, baik itu GI
Pembangkit dan GI Distribusi dimana trafo tersebut memiliki kapasitas daya
70
2. Kumparan Transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat
berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun
terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton,
pertinax dan lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat
transformasi tegangan dan arus.
3. Minyak Transformator
Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi
cair yang dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada
transformator. Sebagai bagian dari bahan isolasi, minyak harus
memiliki kemampuan untuk menahan tegangan tembus,
sedangkan sebagai pendingin minyak transformator harus
72
Flash Over dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan
distribusi seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja hubung. Bila
besar surja tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan
impuls isolator, maka kemungkinan Akan terjadi flash over pada
bushing. Pada system 20 KV, ketahanan impuls isolator adalah 160
kV. Flash over menyebabkan loncatan busur api antara konduktor
dengan bodi trafo sehingga mengakibatkan hubungan singkat phasa
ke tanah.
b) Bushing Kotor
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya
lapisan penghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat
mengakibatkan jalannya arus melalui permukaan bushing sehingga
mencapai body trafo Umumnya kotoran ini tidak menjadi penghantar
sampai endapan kotoran tersebut basah karena hujan/embun.
5. Kegagalan Isolasi Minyak Trafo/Packing Bocor
Kegagalan isolasi minyak trafo dapat terjadi akibat penurunan kualitas
minyak trafo sehingga kekuatan dielektrisnya menurun. Hal ini
disebabkan oleh:
a) Packing bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo
berkurang.
b) Karena umur minyak trafo sudah tua.
3.3.8 Kontruksi Gardu Distribusi
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1 Pembahasan
4.1.1 KONTRUKSI GARDU DT 0137
Kontruksi gardu DT 0137 memakai jenis gardu portal tiang.
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T
section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO)
sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen
pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning Arrester
(LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator
79
akibat surja petir. Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran
terbuka (open-loop), seperti pada sistem distribusi dengan saluran
kabel bawah tanah, konfigurasi peralatan adalah π section dimana
transformator distribusi dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi
Incoming – Outgoing atau dapat sebaliknya. Guna mengatasi faktor
keterbatasan ruang pada Gardu Portal, maka digunakan konfigurasi
switching/proteksi yang sudah terakit ringkas sebagai RMU (Ring
Main Unit). Peralatan switching incoming-outgoing berupa Pemutus
Beban atau LBS (Load Break Switch) atau Pemutus Beban Otomatis
(PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang bekerja secara manual (atau
digerakkan dengan remote control). Fault Indicator (dalam hal ini
PMFD: Pole Mounted Fault Detector) perlu dipasang pada section
jaringan dan percabangan untuk memudahkan pencarian titik
gangguan, sehingga jaringan yang tidak mengalami gangguan dapat
dipulihkan lebih cepat.
4.1.2 PEMBAHASAN KONTRUKSI GARDU DT 0137 DI BANDINGKAN
DENGAN STANDAR KONSTRUKSI YANG BERLAKU
d. Tumbuhan
Tumbuhan yang merambat dan dahan / ranting pohon besar dapat pula
menjadi penyebab gangguan.
4.2 Analisa
Langkah awal dalam menganalisa potensi gangguan gardu adalah
identifikasi letak gangguan pada sistem jaringan distribusi pada gardu
dengan melibatkan semua komponen dalam sistem distribusi listrik, dimulai
dari gardu induk sampai ke jaringan tegangan rendah untuk mencari
kemungkinan penyebab permasalahan. Secara umum, penyebab kerusakan
jaringan distribusi listrik disebabkan karena kerusakan peralatan yang
dipakai dalam menyalurkan distribusi listrik, sedangkan kerusakan peralatan
distribusi dapat disebabkan karena gangguan alam, gangguan binatang,
gangguan manusia, gangguan material yang dipakai, atau kesalahan
instalasi jaringan distribusi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Gangguan pada gardu distribusi DT 0137 disebabkan oleh berbagai
faktor, mulai dari faktor binatang, seperti burung kelelawar, kodok besar,
hingga ular, dari faktor manusia seperti halnya, layang-layang yang
menyangkut di bagian konduktif gardu distribusi, faktor sambaran petir,
dan faktor tumbuhan, seperti pada dahan atau ranting pohon besar yang
dapat mengakibatkan gangguan short circuit.
2. Didapatkan hasil pengukuran nilai arus ganguan satu fasa ke tanah akibat
binatang (tupai) di FCO, bushing, dan arrester dapat melebihi 30 Ampere
yang dapat mengakibatkan padamnya jaringan distribusi. Namun setelah
menggunakan Tekep Isolator tipe YS-FCO-AP di fuse cut out didapatkan
nilai sebesar 46,14206371 mikro ampere pada gangguan tupai kering dan
46,14208458 mikro ampere pada gangguan tupai basah dan setelah
penggunaan tekep Isolator tipe YS-BUS-ARR-AP pada bushing
trafo dan arrester didapatkan nilai sebesar 16,83937183 mikro ampere
pada gangguan tupai kering dan 16,83937461 mikro ampere pada
gangguan tupai basah. Dari penurunan nilai arus gangguan akibat
binatang ini akan mengakibatkan tetap terjaganya keandalan pasokan
listrik ke pelanggan karena tidak ada jaringan distribusi yang padam.
3. Untuk mengatasi gangguan pada gardu distribusi DT 0137 dapat
dilakukan tindakan preventif berupa pemasangan alat pelindung pada
komponen gardu distribusi. Salah satunya adalah dengan pemasangan
Tekep Isolator tipe YS-FCO-AP pada Fuse Cut Out (FCO) dan Tekep
Isolator YS-BUS-ARR-AP bushing trafo dan arrester sehingga
memperkecil atau bahkan mengurangi potensi terjadinya gangguan pada
gardu distribusi DT 0137 yang dapat menghambat proses penyaluran
tenaga listrik ke pelanggan.
5.2 Saran
1. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini hanya pada faktor kerusakan
jaringan distribusi, untuk selanjutnya dapat dilakukan analisis mengenai
penyebab gangguan jaringan distribusi pada gardu.
58
59
[14] http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/4188/2/132015083_BAB%20II_SAMPAI_
BAB%20TERAKHIR.pdf sistem distribusi tenaga listrik
[15] Anonim. 2011. Sistem Distribusi Tenaga Listrik [Online]. Available:
http://eprints.polsri.ac.id/1693/3/BAB%20II.pdf (Accesed 25 Desember 2021)
[16] Harsono, H. D. (2014). Studi pengaruh beban lebih terhadap
kinerja relay arus lebih pada transformator daya di gardu induk pedan
menggunakan ETAP. Jurnal Elektrikal, 1(2), 45–59.
[17] Hidayatulloh, N. (2009). Kemampuan Arrester untuk Pengaman
Transformator pada Gardu Induk Srondol 150 kV. Skripsi Teknik Elektro,
1–61.
[18] Nasution, E. S., Pasaribu, F. I., Arfianda, M., Studi, P., Elektro, T.,
Muhammadiyah, U., Utara, S., Studi, P., Elektro, T., Muhammadiyah, U.,
Utara, S., Elektro, J. T., Islam, U., Utara, S., Studi, P., Elektro, T.,
Muhammadiyah, U., Utara, S., Buchollz, R., … Science, H. (2019). Rele
diferensial sebagai proteksi pada transformator daya pada gardu induk.
Ready Start, 02(1), 179–186.
[19] Oleh, D. (2020). Nurmiati Pasra.
[20] PT. PLN. (2010). Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu
Hubung Tenaga Listrik Buku 4 PT PLN (Persero).
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi gardu DT 0137
L-1
Gardu DT 0137 tampak belakang. Gardu DT 0137 tampak samping.
Tekep isolator pada bushing dan arrester. Tekep Isolator pada Fuse Cut Out.
L-2
Lampiran 2 Single Line Diagram Penyulang Surabi.
L-3
Lampiran 3 Detail Inpeksi Pada Gardu DT 0137.
L-4