Oleh :
Erwani
(6288012B)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya
knowledge capturing yang berjudul Balancing Impeller Fan. Ucapan terima kasih,
penulis persembahkan kepada :
Penulis menyadari bahwa karya knowledge capturing ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk pengembangan karya knowledge capturing ini selanjutnya.
Semoga karya knowledge capturing ini dapat berguna bagi kemajuan PT. PLN
(Persero) khususnya dan seluruh pembaca karya knowledge capturing ini pada
umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV .................................................................................................................... 29
MANFAAT IMPLEMENTASI ................................................................................ 29
BAB V ...................................................................................................................... 32
PENUTUP ................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 33
LAMPIRAN ............................................................................................................. 34
BIOGRAFI NARASUMBER ................................................................................... 35
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data kegiatan Balancing Impeller dan Komparasi Financial ............... 30
v
BAB I
PENDAHULUAN
Metode balancing yang sering diterapkan didunia industri antara lain : Metode
3 (tiga) Titik dan Metode Sudut Fasa. Sebelum tahun 2010, pelaksanaan balancing
impeller di PLTU Bukit Asam menggunakan Metode 3 (tiga). Namun, metode ini
masih kurang efektif dalam mendapatkan hasil balancing, selain itu waktu yang
digunakan untuk melakukan balancing rata-rata membutuhkan waktu lebih dari 6
(enam) jam. Pelaksanaan balancing dilakukan pengukuran dan perhitungan secara
konvensional sehingga data yang didapatkan terkadang kurang.
Durasi waktu yang cukup lama untuk melaksanakan balancing impleller dapat
mempengaruhi ketersediaan pembangkit PLTU Bukit Asam karena membuat waktu
derating/stop unit pun akan lama. Selain itu, kinerja PLTU Bukit Asam akan
mengalami penurunan karena nilai EAF turun.
1.2. Tujuan
Pembentukan COP SOP Balancing ini bertujuan untuk membuat SOP Balancing
menggunakan alat ukur Vibscanner agar proses balancing mesin dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
1
BAB II
DASAR TEORI
Vibrasi atau getaran seringkali terjadi pada mesin-mesin yang bergerak secara
rotating maupun reciprocating. Fenomena vibrasi ini sering dijadikan acuan bagi
bagian pemeliharaan untuk mengidentifikasi apakah mesin tersebut masih berfungsi
dengan baik atau sudah memerlukan perawatan lebih lanjut. Jika vibrasi mesin sudah
melebihi batas yang diizinkan, maka sudah saatnya mesin tersebut diberi tindakan
perawatan.
Vibrasi merupakan akibat dari suatu keadaan mesin. Banyak penyebab yang
memungkinkan vibrasi terjadi seperti: Unbalance, Missalignment, poros bengkok,
pengikatan baut kurang kuat (looseness), dll. Vibrasi dapat juga disebabkan oleh
gabungan penyebab-penyebab yang disebutkan sebelumnya.
Salah satu penyebab vibrasi yang sering terjadi adalah unbalance (tidak
seimbang). Suatu benda berputar dikatakan balance (seimbang) jika titik berat benda
tersebut berada tepat pada sumbu putarnya. Jika titik berat benda tersebut berada di
luar sumbu putar, maka akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang mengarah dan
tegak lurus terhadap sumbu putarnya. Gaya sentrifugal inilah yang mengakibatkan
terjadinya unbalance.
Vibrasi diakibatkan oleh adanya gaya yang bekerja pada suatu benda yang
berubah baik arah maupun besarnya secara terus menerus dalam periode waktu
tertentu. Misalkan sebuah benda yang digantung dengan pegas spiral seperti pada
gambar 2.1.
2
Gambar 2.1 Vibrasi pegas spiral
Dalam keadaan diam, beban berada pada posisi netral. Apabila beban ditarik ke
bawah, akan terjadi regangan pada pegas. Bila tarikan dilepas, pegas akan menarik
beban ke atas melampaui posisi netralnya sehingga pegas mendapat tekanan yang akan
mengakibatkan pegas menekan beban ke bawah. Demikian terjadi berulang-ulang.
Gerakan berulang-ulang ini dinamakan vibrasi. Hal yang sama akan terjadi pada rotor
yang sedang berputar, misalnya saja diakibatkan oleh adanya gaya sentrifugal dimana
gaya sentrifugal ini diakibatkan oleh karena titik berat rotor tidak berada pada sumbu
rotor. Gaya sentrifugal tersebut akan selalu berubah arah sesuai dengan perubahan
posisi suatu titik pada rotor tersebut. Apabila suatu material dibebani dengan gaya
yang arah maupun besarnya berubah-ubah secara kontinyu maka material tersebut
akan lebih cepat mencapai batas kelelahannya dibandingkan dengan material yang
dibebani gaya yang tetap baik arah maupun besarnya. Oleh sebab itu, vibrasi harus
diusahakan sekecil mungkin agar batas kelelahan material dapat dicapai dalam waktu
lebih lama, atau dengan kata lain umur pakai (lifetime) material tersebut lebih panjang.
Dari gambar 2.2 dapat dilihat apa yang dimaksud dengan karakteristik tersebut.
3
Gambar 2.2 Karakteristik vibrasi
Pada titik :
• A, C, dan E : Kecepatan maksimum (PeakVelocity), sedangkan percepatan
nol (ZeroAcceleration)
• B dan D : Kecepatan Nol (ZeroVelocity), Percepatan Maksimum
(PeakAcceleration) dan Simpangan maksimum (PeakDisplacement)
• A sampai E disebut satu siklus.
2.1.1 Frekuensi
Frekuensi berhubungan erat dengan periode, dimana periode adalah waktu yang
diperlukan untuk menjalani satu siklus lengkap dar A sampai E. Frekuensi adalah
jumlah siklus lengkap yang terjadi dalam satu satuan waktu.
Contoh:
Dalam 1 menit terjadi 1200 siklus lengkap, maka frekuensinya adalah 1200 kali per
menit (1200 cpm) atau 20 kali per detik (20 cps).
Keterangan:
CPM = Cyclesperminute dan CPS =Cyclespersecond = Hertz (Hz)
Apabila Periode = T dan Frekuensi = F, Maka F = 1/T.
4
2.1.2 Amplitudo
Amplitudo adalah jarak simpang gelombang vibrasi. Amplitudo dapat
dinyatakan dalam kecepatan, simpangan, maupun percepatan. Jarak simpangan antara
batas atas dengan batas bawah disebut PeaktoPeak (PP), atau adakalanya diukur
dengan PeaktoZero (P0) yang berarti jarak simpangan antara batas atas dengan garis
netral (0).
Contoh :
• DisplacementPeaktoPeakDisp. P-P
• DisplacementPeaktoZeroDisp. P-0
2.1.3 Kecepatan
Kecepatan vibrasi akan selalu berubah besarnya. Dapat dilihat dari gambar 1.2
pada saat beban berada di batas atas dan batas bawah, kecepatannya akan nol karena
pada titik tersebut terjadi perubahan arah gerakan. Kecepatan maksimum dicapai pada
posisi netral. Pada umumnya alat ukur vibrasi mengukur kecepatan pada kecepatan
maksimum (PeakVelocity), dengan satuan sentimeter per detik atau inch per detik.
2.1.4 Percepatan
Percepatan adalah perubahan besarnya kecepatan. Sesaat sebelum mencapai
batas atas, terjadi perlambatan yang mendekati harga maksimum karena berusaha
untuk mengurangi kecepatan. Sesaat sesudah batas atas terjadi percepatan untuk
mempercepat kecepatan menuju batas bawah. Percepatan maksimum terjadi pada
batas atas dan batas bawah.
2.1.5 Fase
Fase didefinisikan sebagai posisi satu titik pada gelombang vibrasi terhadap satu
titik pada gelombang vibrasi yang lain atau terhadap satu titik tetap. Pada gambar 2.3
dapat dilihat A dan B mempunyai simpangan dan frekuensi yang sama besar tapi
fasenya berbeda 180 derajat.
5
Gambar 2.3 Fase pada vibrasi
6
Gambar 2.4 Posisi pengukuran vibrasi
2.4 Balancing
Suatu benda berputar dikatakan balance jika titik berat benda tersebut berada di
sumbu putarnya. Jika titik berat tidak berada pada sumbu putarnya, akan
mengakibatkan gaya sentrifugal yang mengarah menjauhi dan tegak lurus sumbu
putar. Gaya sentrifugal ini menyebabkan kondisi unbalance.
Besarnya gaya sentrifugal yang terjadi adalah:
2𝜋𝑁 2
𝐺 = 𝑚𝑅( )
60
Agar benda berputar tersebut balance, maka harus diberikan bobot pengimbang
yang dapat menetralisir pengaruh dari gaya sentrifugal tersebut (dipasang berlawanan)
atau dengan cara mengurangi berat pada arah gaya sentrifugal sehingga titik berat
bergeser dan berada pada sumbu putar.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
untuk keperluan proses pembakaran di dalam ruang bakar. Sementara mixed hot and
cold air digunakan sebagai udara primer mill pulverizer.
Pada gambar 3.2, garis yang tercetak tebal merupakan sistem udara
pembakaran. Sistem umumnya dilengkapi dengan 2 buah FDF serta 2 saluran (duct)
yang dihubungkan oleh saluran penghubung (cross tie).
MOTOR
9
Nama Peralatan : 4 FCA 200
MPI : 218
Daya Motor : 400 kW
Daya Pompa/Fan : kW
Putaran 1490 rpm
INormal / IStart : ampere
Group Vibrasi : I 10816-3
Bearing Motor : 6224 Outboard
: NU 218 Inboard
Bearing Fan : 22224 CCK Inboard
: 23224 CCK Outboard
Radius Fan : 795 mm
Berat Rotor Fan : 650 Kg
Gambar 3.3. Data teknis dan ilustrasi Forced Draft Fan Eksisting
Pada gambar 3.4 terlihat bahwa PAF menerima pasokan udara dari Discharge
FDF. Udara primer dari PAF dihembuskan ke Pulverizer, bercampur dengan bubuk
batubara, dan selanjutnya mengalir ke burner - burner batubara. Di samping sebagai
sarana transportasi serbuk batubara, udara primer juga berfungsi untuk mengeringkan
batubara didalam Pulverizer. Guna memenuhi fungsi ini, maka temperatur udara
primer harus cukup tinggi untuk menguapkan air dari batubara. Karena itu, PAF
umumnya dilengkapi dengan pemanas udara tersendiri yang dipasang disisi hisapnya.
Pemanas ini disebut Pemanas udara primer (Primary Air Heater) dan menggunakan
flue gas sebagai media pemanas. Data teknis dan ilustrasi Primary Air Fan Eksisting
PLTU Bukit Asam dapat dilihat pada Gambar 3.5.
11
Bearing A Bearing B
Bearing C Bearing D
FAN
MOTOR
Gambar 3.5. Data teknis dan ilustrasi Primary Air Fan Eksisting
12
3.1.3. Induced Draft Fan
Pada sistem Balanced Draft, FDF berfungsi untuk menghembuskan udara
pembakaran sementara Induced Draft Fan (IDF) dipakai untuk mengisap flue gas hasil
pembakaran dari ruang bakar boiler. Oleh karena itu, sepanjang laluan udara dan gas
bekas, ada daerah yang bertekanan positif (lebih tinggi dari tekanan atmosfir), dan ada
daerah yang bertekanan negatif (lebih rendah dari tekanan atmosfir). Itulah sebabnya
sistem ini disebut balanced draft.
13
Bearing A Bearing B Bearing C Bearing D
FAN
MOTOR
Gambar 3.7. Data teknis dan ilustrasi Induced Draft Fan Eksisting
14
3.2. Tahap Persiapan Balancing
1. Stop mesin/peralatan yang akan di balancing
• Lakukan Koordinasi Persiapan Balancing antara Personil PdM
(Enjiniring), Pemeliharaan Boiler, Listrik dan Operator yang
bertugas berdasarkan Work Order yang sudah dibuat.
• Lakukan koordinasi dengan dispatcher P3BS untuk derating unit
bahwa unit (untuk balancing unit yang sedang beroperasi, jika
unit stop tidak perlu dilakukan)
• Setelah mendapatkan persetujuan dari dispatcher P3BS, operator
dapat melakukan penurunan beban dilanjutkan dengan stop Fan
yang akan dibalancing
• Pastikan emergency lokal peralatan yang akan dibalancing telah
diaktifkan
• Pastikan breaker peralatan yang akan dibalancing telah di rack
out
• Pastikan Fan yang telah distop berhenti berputar dengan
sempurna. Apabila Fan tidak berhenti, cek damper telah full
closed untuk memastikan tidak ada aliran udara. Apabila damper
tidak full closed, koordinasikan dengan bagian pemeliharaan
untuk perbaikannya.
15
Gambar 3.8. Persiapan Balancing
16
a
17
Tekan dan tahan JOYSTICK
Kuning selama 3 detik untuk
menyalakan Alat Vibscanner
Menu Balancing
4.3 Pilih jenis tipe peralatan fan dan harus disesuaikan dengan posisi
fan yang akan di balancing
18
Contoh Tipe ID-Fan
19
Meng-input Data Teknis Fan :
• Massa Rotor
• Jari-jari Fan
• RPM Fan
5. Persiapan pengukuran
5.1 Lakukan penentuan “Titik Acuan” pada impeller dan rotor, dimana
posisi titik acuan pada impeller harus sejajar (segaris lurus)
dengan titik acuan pada rotor
20
Membuat Marking 0o Rotor Motor :
• Lakukan pemberian line
marking
• Dilakukan untuk hitungan
sensor RPM
• 0o Impeller Fan harus
sama/mendekati 0o Rotor
Motor
5.2 Lakukan marking pada titik acuan yang telah ditentukan pada
rotor dan impeller dengan menggunakan pilox ataupun spidol
(warna putih atau warna lain yang dapat memantulkan cahaya)
5.3 Lakukan pemasangan RPM transiducer dengan bantuan
triggerstand, dimana sinar laser harus bisa menjangkau/mengarah
pada titik acuan yang telah ditandai
21
Memasang Vibration transducer dimana
sensor vibrasi akan akan menghitung nilai
vibrasi dan sudut fasa vibrasi
22
Tekan “Pause” proses Balancing impeller
Fan jika Putaran sudah stabil
4. Catat nilai vibrasi, sudut fasa dan RPM pada tampilan layar tersebut
sebagai “initial unbalance”
23
Catat : Nilai bobot trial mass yang harus
ditambahkan, berikut sudut tempat
penambahannya
24
Tandai sudut titik penambahan trial
mass sesuai penunjukkan alat ukur
25
Start untuk mengetahui hasil vibrasi setelah
penambahan trial mass
11. Biarkan proses berlangsung hingga nilai RPM yang cenderung stabil
kemudian tekan “Pause”
12. Catat nilai vibrasi, sudut fasa dan RPM pada tampilan layar tersebut
sebagai “TrialMeasurementUnbalance”
26
Catat : Nilai Trims Mount Mass sebagai
bobot corection mass yang harus
ditambahkan pada impeller berikut sudut
tempat penambahannya
27
19. Catat nilai vibrasi, sudut fasa dan RPM pada tampilan layar tersebut
sebagai “Trim’MountMeasUnbalance”
20. Pindahkan joystick ke arah kanan untuk mengetahui jumlah
“TrimMountMeas” yang akan ditambahkan dan titik sudut tempat
penambahan “TrimMountMeas” yang akan dilakukan pada impeller
tersebut. Namun pada saat memindahkan joystick tersebut akan ada
“options” apakah akan melakukan removetrialmass yang telah
ditambahkan atau tidak (hal ini tergantung keefektifan nilai vibrasi
yang dihasilkan), jika kita pilih “ya” maka akan dilakukan
“TrimMountMeas” kembali namun jika kita pilih “tidak” maka akan
melanjutkan “Trim Mount Meas” tersebut
Catat :
• Jika alat menunjukkan simbol
“senyum” maka balancing sudah
berhasil
• Jika alat tidak menunjukkan simbol
senyum maka balancing harus
dilanjutkan dengan penambahan
corection mass lanjutan atau
mengganti penambahan sebelumnya
21. Jika indicator tanda senyum pada alat telah muncul maka balancing
yang dilakukan telah “complete” atau selesai.
28
BAB IV
MANFAAT IMPLEMENTASI
Pencapaian Saving Cost dengan Balancing Menggunakan Metode PdM (2010 - 2014) Rp 568.704.000
Kegiatan balancing impeller yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 merupakan
sebuah bagian kegiatan pemeliharaan yang tidak rutin untuk meningkatkan Equivalen
Avaibility Factor (EAF) suatu unit pembangkit namun jika dilakukan secara tidak
efektif dalam kondisi unit yang sangat dibutuhkan untuk pembebanan maksimal maka
akan menyebabkan derating unit yang merupakan sebuah kerugian produksi listrik
29
pembangkit. Derating ini adalah yang akan menjadi perhatian kita sebagai
pembanding keefektifan penggunaan SOP Balancing ini dalam peningkatan EAF.
Berdasarkan tabel diatas terlihat adanya komparasi financial dimana telah terjadi
pengurangan nilai kerugian pada saat melakukan balancing (kondisi derating) dengan
menggunakan metode baru (tools) dibanding dengan menggunakan metode lama (3
titik) yakni sebesar Rp.35.544.000,- per balancing (pada saat derating), jika
dihitung dari tahun 2010- 2014 kita telah melaksanakan balancing sebanyak 34 kali
dengan penghematan sebesar 568 Juta Rupiah.
PRIMARY 29%
FTA 47%
FCA 24%
Jika kita komparasi plus adanya Biaya Jasa (eksternal) onsite Balancing Impeller
± 15 juta Rupiah / Impeller jika tidak dilakukan oleh internal maka akan membutuhkan
biaya tambahan sebesar 510 Jt (2010-2014). Sehingga Benefit dengan Balancing
dengan metode sudut fase (metode tools PdM) secara mandiri sebesar 568 juta + 510
juta = 1,07 Milyar Rupiah (2010 - 2014). Hal ini membuktikan bahwa SOP balancing
metode tools ini sangat efektif sekali karena sangat mendukung terhadap efisiensi
waktu pekerjaan yang dilaksananakan maupun secara finansialnya.
30
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan balancing
impeller dengan menggunakan SOP ini adalah antara lain :
1. Pastikan impeller yang akan dibalancing sudah dalam keadaan bersih dari
pengotor
2. Penentuan Titik Acuan (TA) harus akurat dan dilakukan secara hati-hati
karena akan menentukan besarnya sudut penambahan “Trial Mass”
3. Menjaga posisi sensor RPM jangan sampai bergeser
4. Penempatan sensor RPM harus benar yakni berlawanan arah terhadap
putaran Fan
5. Memastikan keakuratan penimbangan penambahan “Trial Mass” dan
posisi penambahan “Trial Mass” pada saat akan melakukan pengelasan.
Adanya kegiantan Predictive Maintenance (PdM) ini merupakan salah satu untuk
meningkatkan EAF demi menjaga keandalan pembangkit. Didalam menerapkan
kegiatan PdM sangat diperlukan tools yang cukup canggih sebagai penunjang didalam
proses pelaksanaannya. Keberadaan tools PdM canggih seperti alat Vibration
Analyzer yang berfungsi untuk pengukuran vibrasi-analisa dan balancing ini sangatlah
membantu dalam peningkatan efektifitas pelaksanaan pemeliharan unit pembangkit di
PLTU Bukit Asam. Selain itu juga dengan alat ini kami dapat melakukan kerja sama
antar unit pembangkit untuk saling membantu ataupun sharing knowledge untuk
mendapatkan solusi memecahkan masalah teknis dalam melaksanakan kegiatan
pemeliharaan.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kegiatan balancing dengan menggunakan metode tools ini lebih
membutuhkan durasi waktu yang lebih cepat yaitu rata-rata selama 2
Jam dibandingkan dengan metode 3 (tiga) titik yaitu rata-rata selama 6
Jam
2. Balancing impeller yang telah dilakukan dengan menggunakan tools ini
telah mengurangi nilai kerugian akibat derating dibanding dengan
balancing menggunakan metode 3 (tiga) titik, dimana jumlah kerugian
yang terkurangi adalah rata-rata sebesar Rp.35.544.000,- per balancing.
3. Adapun benefit finansial yang dihasilkan selama melakukan balancing
impeller dengan tools PdM kita (2010-2014) adalah sebesar 1,07 Milyar
Rupiah.
5.2. Saran
Metode balancing yang telah kami lakukan ini bisa digunakan untuk balancing
single plane Fan/Impeler single plane seperti IDF, FDF, PAF dan sebagainya di
Pembangkitan Sektor Bukit Asam dan sektor atau unit-unit pembangkitan lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
BIOGRAFI NARASUMBER
35