Anda di halaman 1dari 281

PANDUAN TATA KELOLA DAN

IDENTIFIKASI RISIKO
BIDANG PEMBANGKITAN

2009

SATUAN MANAJEMEN RISIKO


PT PLN (PERSERO)
PANDUAN TATA KELOLA DAN
IDENTIFIKASI RISIKO
BIDANG PEMBANGKITAN
Versi 1 / 2009

PT PLN (PERSERO)
Panduan Tata Kelola dan Identifikasi Risiko Bidang Pembangkitan
Versi 1 – 2009
© 2009, Terbitan pertama
PT PLN (Persero)

PT PLN (PERSERO)

Hak cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau menggunakan isi


buku ini baik secara elektronik maupun cetak tanpa izin tertulis dari PT PLN (Persero)
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

SAMBUTAN

 Sambutan Direktur Utama PT PLN (Persero) iv


 Sambutan Kepala Satuan Manajemen Risiko. v

DIAGRAM PROSES BISNIS PEMBANGKITAN vi

BAB I Pendahuluan 1
BAB II Tata Kelola Pembangkit. 4
1. Penjelasan Umum.
2. Kesiapan Pembangkit. 5
2.1. Work Planning & Control (WP&C) Management 6
2.2. Outage Management 16
2.3. Manajemen Material / Material Manegement. 20
3. Keandalan Unit Pembangkit 31
3.1. Reliability Management 31
3.2. Operation Management 36
4. Efficiency Management 38
5. Sistim Manajemen Terpadu 41
BAB III Peta Kegiatan Proses Bisnis Pembangkitan 47
1. Kesiapan Unit Pembangkit 47
1.1. Work Planning & Control (WP&C) Management 47
1.1.1. Identifikasi Pekerjaan 47
1.1.2. Perencanaan Harian 47
1.1.3. Perencanaan Mingguan 47
1.1.4. Annual Planning (Perencanaan dan Penjadwalan PM) 48
1.1.5. Long Term Planning 48
1.1.6. Eksekusi Pekerjaan, Monitoring 48
1.1.7. Evaluasi Pelaksanaan Pekerjaan 48
1.1.8. Dokumentasi Feedback 48
1.1.9. Capital Planning & Maintenance Mix. 48
1.2. Outage Management 48
1.2.1. Pre – Outage (Perencanaan dan persiapan) 48
1.2.2. Outage / Pelaksanaan Overhaul 49

  i
1.2.3. Post Outage 49
1.3. Material Management 49
1.3.1. Manajement Inventory 49
1.3.2. Manajemen Pengadaan 49
1.3.3. Manajemen Gudang 49
2. Keandalan Unit Pembangkit 50
2.1. Reliability Management. 50
2.1.1. SERP (System/Equipment Ranking Priority) 50
2.1.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) 50
2.1.3. Root Cause Failure Analysis (RCFA) 50
2.1.4. Base line Audit 50
2.1.5. Predictive Maintenance 51
2.2. Operation Management. 51
2.2.1. Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit
berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit. 51
2.2.2. Pengoperasian, pengujian dan pengaturan
jam kerja operasi peralatan. 51
2.2.3. Melakukan first line maintenance 51
2.2.4. Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi. 51
2.2.5. Pengelolaan bahan bakar 52
2.2.6. Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat
Pengatur Beban dan kantor pusat. 52
3. Efficiency Management 53
3.1. Operator Action. 53
3.2. Efficiency Improvement. 53

4. Sistim Manajemen Terpadu 53


4.1. Komitmen Manajemen 53
4.2. Tinjauan Manajemen 53
4.3. Pemahaman (Awareness) 53
4.4. Pengendalian Dokumen 53
4.5. Pengendalian Operasi K3 53
4.6. Pengendalian Operasi Lingkungan 54

BAB IV Persiapan Dalam Menjalankan Proses Bisnis Pembangkit. 55


1. Kesiapan Unit Pembangkit 55
1.1. Work Planning & Control (WP&C) Management 55
1.2. Outage Management 59
1.3. Material Management 61

  ii
2. Keandalan Unit Pembangkit 66
2.1. Reliability Management. 66
2.2. Operation Management. 69
3. Efficiency Management 70
3.1. Operator Action. 70
3.2. Efficiency Improvement. 71

4. Sistim Manajemen Terpadu 71


4.1. Komitmen Manajemen 71
4.2. Tinjauan Manajemen 71
4.3. Pemahaman (Awareness) 71
4.4. Pengendalian Dokumen 71
4.5. Pengendalian Operasi K3 71
4.6. Pengendalian Operasi Lingkungan 71

BAB V Identifikasi Risiko 72


1. Kesiapan Unit Pembangkit
1.1. Work Planning & Control (WP&C) Management 73
1.2. Outage Management 100
1.3. Material Management 139
2. Keandalan Unit Pembangkit
2.1. Reliability Management. 162
2.2. Operation Management. 193
3. Efficiency Management
3.1. Operator Action. 213
3.2. Efficiency Improvement. 214

4. Sistim Manajemen Terpadu 219

LAMPIRAN 257

  iii
SAMBUTAN
Sambutan
Direktur Utama PT PLN (Persero)

PT PLN (Persero) dalam penyelenggaraan korporasi telah menerapkan Prinsip-


prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk meningkatkan nilai bagi
pelanggan, pemegang saham dan Perusahaan.
Dengan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada iklim bisnis, maka PT PLN
(Persero) memandang bahwa Penerapan Enterprise Risk Management (ERM) di PT
PLN (Persero) sudah menjadi suatu keharusan yang tidak dapat dipisahkan.
Manajemen Risiko harus menjadi bagian dari pola pikir setiap karyawan.dan
diimplementasikan secara sistematik pada setiap lini proses untuk menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan.

Penyusunan Panduan Tata Kelola dan Identifikasi Risiko Bidang Pembangkitan


merupakan faktor yang sangat fundamental dalam pengembangan dan penerapan
ERM pada level Strategic dan operasional proses bisnis Pembangkitan baik yang
yang telah beroperasi maupun PLTU Batubara 10.000 MW.

Tata Kelola Bidang Pembangkit akan memandu semua pihak yang terkait untuk
mengenali dan memahami proses bisnis yang sedang ditangani dan yang akan
dijalankan sehingga dapat melakukan identifikasi setiap potensi risiko yang dapat
berpengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran-
sasarannya.

Identifikasi resiko pada seluruh proses bisnis Pembangkitan PT PLN (Persero)


merupakan langkah yang paling kritis dalam proses Managemen Risiko dan juga
sebagai factor kunci bagi keberhasilan kegiatan tersebut karena pada dasarnya
Risiko tidak akan dapat dikelola apabila tidak teridentifikasi. Manajemen, terutama
yang berkaitan langsung dengan Pengelolaan Unit Pembangkit harus keluar dari
“Fire Fighting Mode” agar perusahaan terhindar dari kerugian yang besar.

Proses bisnis Pembangkitan di PT PLN (Persero) pada umumnya adalah kegiatan


berulang, sehingga untuk memudahkan pelaksanaan penyusunan Analisa Risiko
yang dihadapi perusahaan, maka diperlukan suatu standarisasi pada kegiatan dan
identifikasi risiko untuk seluruh proses bisnis pembangkitan di PT PLN (Persero)
agar mudah dalam pelaksanaannya.

Dengan selesainya penyusunan buku Pedoman Tata Kelola Pembangkit dan


Identifikasi Risiko ini diharapkan dapat digunakan sebagai Panduan dalam
Pengelolaan Pembangkit serta Penyusunan Analisa Risiko Bisnis Pembangkit
dalam kaitannya dengan pencapaian sasaran-sasaran sesuai visi, misi PT PLN
(Persero) sehingga semua langkah-langkah yang harus dilakukan menjadi terstruktur
dengan jelas, baku dan standar.

iv
Sambutan
Kepala Satuan Manajemen Risiko

Pengelolaan dan penerapan manajemen risiko di PT PLN (Persero) sesuai dengan


Keputusan Direksi No. 229.K/010/DIR/2004 merupakan tanggung jawab seluruh
Manajemen PT PLN (Persero) dengan mengacu pada Pedoman Good Corporate
Governance PT PLN (Persero). Untuk mendukung pengelolaan dan penerapan
manajemen risiko secara menyeluruh pada setiap level organisasi, maka Satuan
Manajemen Risiko telah menyusun road map manajemen risiko dengan tujuan akhir
adalah terintegrasinya manajemen risiko dalam proses bisnis.

Manajemen risiko secara praktis terdiri dari tahapan: identifikasi risiko, analisa dan
evaluasi risiko, serta penyiapan rencana tindakan (mitigasi). Tahapan-tahapan
tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan untuk menghasilkan
pengelolaan risiko yang komprehensif.

Mengawali proses pengelolaan risiko di bidang pembangkitan, penyusunan buku


pedoman yang berisi tentang tata kelola dan identifikasi risiko merupakan langkah
awal yang penting dan menentukan tercapainya tingkat operational excellence pada
pengelolaan pembangkit di Perusahaan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan
bahwa pengelolaan pembangkit di lingkungan PT PLN (Persero) hingga saat ini
belum terstruktur dengan baik, walaupun PT PLN (Persero) memiliki sejarah dan
catatan yang panjang dalam pengelolaan pembangkit. Sebagai konsekuensinya para
pengelola unit pembangkit tidak dibekali dengan informasi yang cukup dan
komprehensif untuk asset yang menjadi tanggungjawabnya. Dari sisi lain hal tersebut
dapat dipandang bahwa para pengelola tidak memiliki informasi yang akurat
mengenai risk dan tingkat exposure dari asset yang dikelolanya. Keadaan tersebut
menjadi kendala dalam pencapaian sasaran target kinerja yang dibebankan kepada
para pengelola unit pembangkit tersebut, sehingga pada akhirnya berpotensi
menimbulkan ketidakefisienan dalam pengelolaan asset perusahaan.

Pemetaan Kegiatan dan Identifikasi Risiko adalah salah satu cara untuk memperoleh
informasi tentang jenis dan tingkatan risiko yang dihadapi dalam pengelolaan asset
perusahaan sehingga harus dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh dengan
mengetahui secara spesifik risiko dan dampak yang terkait, namun demikian proses
Identifikasi Risiko ini hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila Tata
Kelola Pembangkitannya telah disusun sesuai standard ataupun best practice yang
berlaku di dunia Internasional.

Sehubungan dengan hal tersebut Satuan Manajemen Risiko PT PLN (Persero)


bersama PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) memprakarsai penyusunan buku
Pedoman Tata Kelola dan Identifikasi Risiko Bidang Pembangkitan sebagai bagian
dari proses pengelolaan risiko secara keseluruhan di Perusahaan.

Buku ini disiapkan untuk dipergunakan dan menjadi pedoman dalam pengoperasian
unit pembangkit existing maupun pembangkit baru seperti PLTU Batubara Proyek
10.000 MW yang akan segera beroperasi.

v
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, kami menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun, terutama kepada
Saudara Purnomo Jati Agung dan Saudara Abdullah Dahlan, yang telah bekerja
keras untuk menyelesaikan penyusunan buku pedoman ini. Semoga buku ini dapat
dijadikan Panduan/ Pedoman oleh Anak Perusahaan/ Unit Pengelola Pembangkit
dilingkungan PT PLN (Persero) sehingga risiko pada pengelolaan pembangkitan
dapat dikelola secara baik dan terstruktur yang pada akhirnya dapat menciptakan
nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (stakeholders).

Jakarta, Desember 2009

Kepala Satuan Manajemen Risiko


PT PLN (Persero)

Didy Poeriadi

vi
DIAGRAM PROSES BISNIS PEMBANGKITAN

 
vi 
 
I

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 229.K/00/DIR/2004


tanggal 2 November 2004, tentang penerapan Enterprise Risk Management
(ERM) pada manajemen PT PLN (Persero), maka proses manajemen risiko
harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan strategis /
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) dan merupakan tanggung jawab operasional
seluruh manajemen PT PLN (Persero).

Dalam bisnis PT PLN (Persero), pusat listrik adalah salah satu dari rangkaian
proses bisnis yang berada diposisi hulu. Pusat listrik merupakan instalasi yang
padat teknologi dan padat modal yang dalam pengoperasiannya membutuhkan
suatu tata kelola yang baik, terintegrasi dan sumber daya manusia yang
kompeten dan peduli.

Setiap aktifitas dalam proses bisnis pembangkitan akan meng-ekspose


karyawan atau organisasi kepada potensial loss. Pada bidang operasi dan
pemeliharaan, impact risiko yang terjadi akan terkait dengan kerusakan /
kegagalan peralatan, kesehatan & keamanan serta lingkungan.

Kegagalan dalam mempertahankan unjuk kerja peralatan akan menyebabkan


kegagalan dalam mempertahankan mutu dan keandalan supply listrik kepada
konsumen. Kondisi ini tidak hanya berakibat kepada gagalnya perusahaan
dalam pencapaian target, tetapi juga dapat berakibat kepada terjadinya risiko
kerugian finansial dan citra perusahaan, bahkan dapat memicu terjadinya
kecelakaan kerja serta pencemaran lingkungan.

Dalam rangkaian proses manajemen risiko pada tahap awal, proses yang paling
kritis adalah identifikasi risiko dan proses yang baru bisa dilakukan dengan baik
dan benar apabila Tata Kelola Unit Pembangkitan telah terlebih dahulu
dilakukan berdasarkan praktek - praktek terbaik (best practice) yang berlaku di
dunia internasional.

Pusat listrik tidak hanya dituntut memiliki tata kelola, namun semua pihak terkait
harus memahami setiap proses kegiatan yang ada agar dapat melakukan
identifikasi risiko yang terkandung didalamnya sehingga dapat melakukan
analisa dan mitigasi.

Berdasarkan Statistik tahun 2008, PT PLN (Persero) mempunyai 5.006 Unit


pembangkit, tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan kapasitas terpasang
25.593 MW ditambah lagi dengan akan segera selesainya proyek PLTU
Batubara 10.000 MW yang sampai saat ini belum memiliki tata kelola dan
identifikasi risiko pembangkitan yang standard, baik Standar Nasional Indonesia
(SNI/PLN) maupun Standard Internasional.


Satuan Manajemen Risiko PT PLN (Persero) bersama PT Pembangkitan
Jawa Bali (PT PJB) yang telah terlebih dahulu menyusun dan
mengimplementasikan Tata Kelola Unit Pembangkitan, menyusun suatu
Panduan Tata Kelola dan Identifikasi Risiko Unit Pembangkitan untuk dapat
diimplementasikan atau dijadikan pedoman dalam pengoperasian dan
pemeliharan unit pembangkitan berbasis risiko baik untuk pusat listrik existing
maupun beberapa pusat listrik yang masih dalam tahap pembangunan, yang
dalam waktu dekat akan beroperasi.

Pedoman Tata Kelola dan Identifikasi Risiko Unit Pembangkitan ini terdiri
atas :

1) Business process pada Proses & Mekanisme Tata Kelola Unit


Pembangkitan yang ditekankan pada 6 bidang operasional ditambah
dengan Sistem Manajemen Terpadu (Mutu, Lingkungan dan Keselamatan &
Kesehatan Kerja)
2) Peta business process pada Proses & Mekanisme Tata Kelola Unit
Pembangkitan
3) Persiapan dalam menjalankan business process pada Proses &
Mekanisme Tata Kelola Unit Pembangkitan
4) Identifikasi risiko business process pada Proses & Mekanisme Tata Kelola
Unit Pembangkitan
 
Bidang-bidang diatas diuraikan secara terstruktur dalam setiap kelompok dan
sub kelompok kegiatan sampai kepada kegiatan pendukung agar mudah
dipahami.

Buku ini diharapkan dapat membantu manajemen dan semua karyawan terkait
untuk mengenali dan memahami proses bisnis dari usaha yang dikelola
sehingga dapat melakukan identifikasi terhadap setiap risiko yang terkandung
pada setiap proses.

Pengenalan dan pemahaman terhadap risiko yang terkandung pada setiap


proses bisnis pembangkitan akan mempermudah manajemen untuk melakukan
analisis dampak serta mitigasinya, sehingga adanya kerusakan atau kegagalan
yang tidak dapat dihindari sudah dapat diantisipasi sejak dini.

Pada prakteknya pengelolaan unit pembangkitan ataupun intalasi lainnya akan


selalu ada tarik menarik kepentingan antara pencapaian tingkat keandalan
dengan biaya.

Diharapkan dengan mengenali dan menguasai Tata Kelola dan Identifikasi


Risiko Unit Pembangkitan, manajemen unit pembangkitan bisa melihat celah
yang dapat dijadikan jalan keluar (breakthrough) ataupun melakukan tradeoff
diberbagai hal untuk mendapatkan keseimbangan agar mampu bersaing dalam
kompetisi bisnis pembangkitan.

Selanjutnya agar identifikasi dan pengelolaan risiko serta mitigasi yang


diperlukan dapat dilakukan secara sistimatis, maka diterbitkan edaran Direksi
No. 04.E/DIR/2006 tentang Pedoman Proses Pencapaian Sasaran melalui
Enterprise Resource Management (ERM) di PT PLN (Persero).


Beragamnya jenis pembangkitan di PT PLN (Persero) dengan karakteristik yang
berbeda, maka manajemen unit pembangkitan berpotensi untuk menemukan
alur proses yang sedikit berbeda sehingga risiko yang terkandung juga akan
berbeda. Walaupun demikian penyesuaian atas peta kegiatan dan identifikasi
risiko ini masih dimungkinkan, sehingga risiko - risiko yang bersifat khusus /
spesifik dapat ditambahkan dalam tabel deployment analisa risiko.

Secara prinsip dengan philosophy yang sama, pengelolaan pembangkitan dan


identifikasi risiko dapat dilakukan walaupun terdapat beberapa perbedaan.


II

TATA KELOLA UNIT PEMBANGKITAN


BAB II

TATA KELOLA UNIT PEMBANGKITAN

1. Penjelasan Umum

Dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan, pengoperasian unit - unit
pembangkitan sebagai asset utama perusahaan memerlukan pengelolaan yang
sistematis, terstruktur dan terukur agar dapat memenuhi target Rencana Jangka
Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan
kontrak kinerja dengan hasil yang optimal. Pengelolaan tersebut dijabarkan dalam tata
kelola unit pembangkitan dengan menerapkan manajemen asset yang mengadopsi
praktek terbaik (best practices), dan selanjutnya menjadi pedoman bagi seluruh jajaran
manajemen unit pembangkitan dalam menjalankan proses bisnis sekaligus
melaksanakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).

Tata kelola unit pembangkitan di lingkungan PT PLN (Persero) dengan mengadopsi


proses bisnis pembangkitan berdasarkan praktek terbaik (best practices) seperti yang
telah diimplementasikan dan dibuktikan oleh PT Pembangkitan Jawa Bali dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir, menunjukkan perlu adanya pengelolaan yang terintegrasi,
konsisten dan berkelanjutan seperti digambarkan sebagai berikut (Referensi :
Keputusan Direksi PT Pembangkitan Jawa Bali Nomor. 105.K/010/DIR/2007 tentang
Tata Kelola Unit Pembangkitan PT pembangkitan Jawa Bali) :

Gambar 2.1. Proses & Mekanisme Tata Kelola Unit Pembangkitan


Identifikasi risiko untuk Proses dan Mekanisme Tata Kelola Unit Pembangkitan :

1) Dilakukan pada business process.

2) Generation plan merupakan penjabaran dari Corporate Strategy Map, Rencana


Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) pada level operasional Unit Pembangkitan. Sistem ini
digunakan untuk menentukan sasaran, program kerja dan pengendalian oleh
Manajemen dalam rangka pengelolaan Unit Pembangkitan. Dalam
implementasinya, Generation Plan diwujudkan pada perencanaan kinerja
manajemen pengelolaan unit pembangkitan yang dikaskade pada tiga level
manajemen (Manager, Deputi Manajer dan Supervisor). Pada system ini tidak
dilakukan identifikasi risiko.

Business process dalam Proses dan Mekanisme Tata Kelola Unit Pembangkitan
meliputi implementasi di beberapa program sebagai berikut :

1. Kesiapan Unit Pembangkitan


 Work Planning & Control Management
 Outage Management.
 Material & Fuel Management.

2. Keandalan Unit Pembangkitan


 Reliability Management
 Operation Mangement

3. Efficiency Management

4. Sistem Manajemen Terpadu.

Pengembangan dokumen beserta implementasinya untuk mendukung kinerja unit


pembangkitan yang dilakukan secara terintegrasi / terpadu dengan mengacu pada
standard :
 Sistem Manajemen Mutu, berdasarkan ISO 9001 : 2000 (atau versi upgrade-
nya ISO 9001 : 2008)
 Sistem Manajemen Lingkungan, berdasarkan ISO 14001 : 2004
 Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, berdasarkan OHSAS
18001 : 1999 serta Sistem Manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001:1999
dan Permenaker No. Per.05/Men/1996

2. Kesiapan Unit Pembangkitan

Peningkatan kesiapan, keandalan dan efisiensi merupakan target utama dari proses
operasional Unit Pembangkitan, yaitu : kesiapan yang optimal dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, menjaga dan meningkatkan keandalan aset serta
meningkatkan koordinasi antar bidang dengan melakukan praktek terbaik dalam
bidang operasi dan pemeliharaan. Pencapaian target tersebut salah satunya
ditentukan oleh maintainability (kecepatan dan ketepatan pemeliharaan), dimana salah
satu key success factor – nya adalah pelaksanaan perencanaan dan pengendalian


pemeliharaan secara terencana dan menyeluruh, yang dalam Proses dan Mekanisme
Tata Kelola Unit Pembangkitan disebut dengan Work Planning & Control (WP&C)
Management.

2.1. Work Planning & Control (WP&C) Management

2.1.1. Proses WP&C Management

Proses WP&C management menekankan pada optimalisasi peran fungsi


perencanaan & pengendalian pemeliharaan dalam daily planning, weekly
planning, monthly planning dan annual planning untuk memastikan bahwa
seluruh program kerja telah direncanakan, dijalankan, dievaluasi,
dikendalikan dan ditingkatkan berdasarkan kaidah manajemen yang baik.
Untuk dapat membangun budaya WP&C management secara efektif di
Unit Pembangkitan, harus dipahami terlebih dahulu perihal pokok dari
WP&C management, kemudian melaksanakan berdasarkan kaidah
praktek terbaik (best practices).
Perihal pokok dalam proses WP&C management yang efektif adalah
sebagai berikut :
1. Menjamin safety dengan melakukan identifikasi, pemilihan,
perencanaan, koordinasi, dan eksekusi pekerjaan yang tepat untuk
mengoptimalkan availability dan reliability dari equipment dan system.
2. Mengelola risiko terkait dengan pelaksanaan kerja.
3. Identifikasi dampak pekerjaan terhadap unit dan kelompok kerja dan
memproteksi unit dari kondisi transient yang tidak diantisipasi karena
pelaksanaan kerja.
4. Mengoptimalkan efisiensi dan efektivitas sumber daya / resources
(staf, material, tool, teknologi)

Proses WP&C management harus melaksanakan hal – hal berikut:


1. Mengoptimalkan kinerja dan meningkatkan kesehatan equipment dan
system.
2. Meningkatkan kinerja safety
3. Meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya melalui
penggunaan sumber daya (resources) secara efisien.
4. Menyediakan perencanaan jangka panjang untuk memasukkan
perubahan desain yang besar dan aktivitas perawatan predictive dan
preventive. Harus memasukkan ketetapan untuk menangani
equipment yang obsolete dan manajemen asset.
5. Mengintegrasikan semua organisasi di unit dalam proses,
memberikan penjelasan mengenai proses, kontribusi terhadap proses,
serta pertanggungjawaban dan komitmen terhadap proses. Integral
terhadap budaya ini merupakan bentuk rasa memiliki dan
bertanggung jawab.
6. Menyediakan metodologi yang sesuai dalam memprioritaskan
pekerjaan untuk menjamin pekerjaan pada unit secara benar dan
selesai pada waktu yang tepat.
7. Menyertakan jalur umpan balik yang efektif untuk meningkatkan dan
menjamin proses perbaikan secara berkelanjutan (continuos
improvement). Termasuk indikator yang terukur dan berarti serta
membangun budaya yang sehat untuk mendorong mempelajari hal
yang pernah terjadi dan tersalurnya feedback
8. Menyediakan metodologi yang tepat untuk pendekatan bertingkat
pada perencanaan dan penjadwalan sehingga menjamin kesesuaian
pada setiap aktivitas di unit.


Gambar 2.2. Aliran Proses Dasar WPC
(Ref. : Physical Asset Management Handbook, Edisi Empat, John S Mitchel,
Diterjemahkan oleh Ir. Hendro Purwanto, MTS Indonesia)

Output dari WP&C management adalah:


1. Proses bisnis yang menjelaskan setiap aspek dari fungsi perencanaan
& pengendalian pekerjaan pemeliharaan, mulai dari identifikasi
pekerjaan, perencanaan & penjadwalan, pelaksanaan, closing out,
pemecahan masalah dan pengawasan kinerja.
2. Menetapkan budaya kerja yang sesuai dengan proses bisnis WP&C
dalam rangka mendukung kebutuhan pemeliharaan secara
keseluruhan.

2.1.2. Perencanaan Pemeliharaan

Perencanaan pemeliharaan terdiri atas :

 Rencana 5 tahunan
 Rencana tahunan
 Rencana 3 bulanan
 Rencana mingguan
 Rencana harian


Yearly

4.1
Develop 5 year
Plan
Quarterly

4.2
Planned Develop Plan of the
Outage Year
Monthly
Scheduling
4.3
Yearly PM & Develop Plan of the
PdM Schedule Quarter
Weekly
& Load
Balancing 4.4
Yearly Detail Planning Develop Plan of the
Maintenance & Scheduling Week
Budget Daily
of individual
Outages 4.5
First Line Work outside Develop Plan of the
Maintenance Outages Day
Work Orders – not urgent
Monthly (required after 7
Schedule & days)
Load Work outside
Balancing Outages
 Preventative
Preventive  – urgent (required
Maintenance
Maintenance  in less than 7 days)
UHAR
 Contractor 
Contractor
 Corrective  Preventative
 Preventive 
Corrective Maintenance
Maintenance 
UHAR
Corrective
Corrective

Gambar 2.3 : Frame work Perencanaan Pemeliharaan

Dalam proses perencanaan pemeliharaan dilakukan identifikasi serta


memasukkan semua tugas-tugas yang relevan yang dibutuhkan oleh
rencana Pemeliharaan serta menjadwalkan outage untuk mengidentifikasi
sumber daya, peralatan dan spesialis yang diperlukan, dan termasuk
pembiayaan yang tidak terbatas pada :
 Consumables
 Suku cadang.
 Identifikasi peralatan kritis dan strategis.
 Layanan dari subkontraktor dan penyedia layanan.
 Negosiasi tahunan kontrak pemeliharaan pihak ketiga dengan mitra
dan sub-kontraktor untuk pekerjaan pemeliharaan outsourced.
 Kontrak pengawasan dan pengelolaan pihak ketiga
 Personil pemeliharaan
 Jadwal dan kerja shift
 Transportasi
 Pembelian dan re-source
 Pengujian
 Modifikasi


 

1) Rencana 5 Tahunan / Long Term Planning

Maksud dari rencana 5 tahunan / Long Term Planning adalah untuk


menyediakan baseline kerangka kerja dari kegiatan pemeliharaan
utama yang akan dilakukan dalam periode 5 tahun kedepan. Berlaku
sebagai “roadmap” yang memberikan petunjuk bilamana kegiatan
pemeliharaan lainnya bisa dilakukan. Juga berfungsi sebagai baseline
untuk menentukan “dependable capacity” dari unit pembangkitan.

J F M A M J J A S O N D
 

  Yearly Planning Meeting No. 2
4.1.6: YEARLY Planning Meeting No. 2
4.1.4: YEARLY Planning Meeting No. 1
Yearly Planning Meeting No. 1 
4.1.3: Distribute Draft 5-Year Plan
4.1.2: Start Compiling Draft 5-Year Plan
Distribute Draft 5 year plan 

Gambar 2.4 : Skema Perencanaan 5 Tahunan

Materi yang dibutuhkan untuk membuat dan mereview rencana


produksi dan pemeliharaan jangka panjang adalah sebagai berikut:

 Rencana terakhir produksi 5 tahunan dari dispatcher untuk


masing-masing unit pembangkitan
 Rencana terakhir pemeliharaan 5 tahunan dari unit pembangkitan
 Perkiraan planned outage untuk berbagai unit pembangkitan
 Sejarah forced outage selama 5 tahun kebelakang
 Sejarah derating selama 5 tahun kebelakang
 Kapasitas produksi untuk masing-masing unit pembangkitan.
 Project yang akan dilakukan :
 Modifikasi besar / upgrade (capital budget)
 Kegiatan penting lain yang akan dilakukan 
 Jadwal shutdown untuk major, intermediate dan minor inspection,
dalam bentuk tanggal kalender
 Kebutuhan bahan bakar selama 5 tahun kedepan
 Kebutuhan peralatan keselamatan kerja
 Persyaratan asuransi
 Kebutuhan / persyaratan lingkungan hidup

Fungsi bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan


Pemeliharaan (Rendal Ops dan Har) harus mampu melakukan
koordinasi dengan baik dalam melakukan review rencana 5 tahunan
dan updates dengan menambahkan perencanaan untuk tahun ke 5
yang baru untuk pekerjaan sebagai berikut :


 Kompilasi jadwal 5 tahunan, untuk mengetahui seluruh kebutuhan
planned outage (major, Intermediate, minor inspection), modifikasi
besar dan kejadian penting lainnya (production loss dan / atau
pemeliharaan) yang akan dibuat perencanannya.
 Menghitung dependable capacity untuk setiap entitas (pusat listrik)
dengan cara:
a) Menghitung total jam produksi yang tersedia tiap unit
pembangkit (total jam kalender dikurangi jam planned outage
dikurangi perkiraan jam forced outage)
b) Menghitung perkiraan jam derating untuk masing-masing unit
pembangkit
c) Menghitung perkiraan rata-rata derating untuk masing-masing
unit pembangkit
d) Menghitung dependable capacity untuk setiap unit pembangkit
(a x kapasitas unit) - (b x c)
 Membandingkan dependable production capacity dengan rencana
produksi 5 tahunan terakhir dari dispatcher. Menyesuaikan jadwal
untuk memenuhi rencana produksi
 Jika rencana produksi tidak dapat dipenuhi, dilakukan negosiasi
ulang rencana produksi.
 Melakukan estimasi biaya untuk pelaksanaan outage.
 Melakukan kalkulasi perkiraan konsumsi bahan bakar tiap bulan
untuk masing-masing unit pembangkit.
 Identifikasi suku cadang dan kebutuhan material outage, yang
membutuhkan waktu pengadaan (lead time) 12 bulan atau lebih
(membutuhkan waktu 12 bulan atau lebih untuk sampai di lokasi
sejak tanggal order dimulai).
 Membuat kompilasi draft rencana pemeliharaan 5 tahunan (jadwal
outage, kebutuhan sumber daya)
 Membuat kompilasi draf rencana operasi 5 tahunan (jadwal
outage)

Penyusunan rencana 5 tahunan di lingkungan unit pembangkitan PT


PLN (Persero) ini melibatkan:

 Kantor Wilayah
 Manajer Unit
 Deputy Manager Pemeliharaan
 Deputy Manager Operasi
 Supervisor bidang Pemeliharaan
 Supervisor bidang Operasi
 Supervisor bidang Enjinering

2) Rencana Tahunan

Maksud dari rencana tahunan adalah :

 Identifikasi sedini mungkin dimana puncak beban kerja dapat


diperkirakan

10 
 Untuk sedini mungkin menjawab permasalahan puncak beban
kerja dengan:
 Menggeser jadwal yang memiliki frekuensi lebih rendah,
misalnya tahunan atau 6 bulanan.
 Menunda pekerjaan yang memiliki frekuensi tinggi seperti
tugas harian atau mingguan
 Mengeliminasi kegiatan yang tidak perlu
 Alokasi kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh tenaga
kerja yang lebih rendah kualifikasinya
 Melakukan review terhadap persyaratan tenaga kerja
 Untuk menciptakan kerangka kerja baseline dalam perioda satu
tahun, sebagai “roadmap” dimana kegiatan corrective
maintenance dapat dilakukan.

Rencana tahunan harus di review dan diperpanjang setiap tiga bulan.


Review dilakukan pada pertengahan bulan terakhir dalam tiap kwartal
seperti terlihat digambar berikut.

J F M A M J J A S O N D

4.2.11: Plan of the Year Review Meetings


Plan of the Year Review Meetings 

Gambar 2.5 : Skema Perencanaan Tahunan

Penyusunan rencana tahunan di lingkungan unit pembangkitan PT


PLN (Persero) ini melibatkan :

 Kantor Wilayah
 Manajer Unit
 Deputy Manager Pemeliharaan
 Deputy Manager Operasi
 Supervisor Bidang Pemeliharaan
 Supervisor Bidang Operasi
 Supervisor Bidang Enjinering

11 
3) Rencana 3 Bulanan

Maksud utama dari rencana 3 bulanan adalah untuk merencanakan


dan menjadwalkan outage untuk overhaul dan project besar lain yang
akan dilakukan dalam perioda 3 bulanan. Rencana 3 bulanan harus di
review setiap bulan, pada akhir bulan, dengan acuan perioda 3
bulanan dimulai 1 bulan sejak tanggal meeting.

J F M A M J J A S O N D

Plan of the Quarter Meeting


These move on
“Plan of the Quarter” Window to be reviewed with a month -
1. Approve Plans & Schedules for 1st month in Window from month to
month.
2. Review & refine scope,/ priorities & Specific Materials for 2nd month in Window
3. Confirm Outages & Projects for “Plan of the Quarter” window & Start
prepare scope, priorities & Specific Materials for 3rd month in Window

Gambar 2.6 : Skema Perencanaan 3 Bulanan

Penyusunan rencana 3 bulanan di lingkungan unit pembangkitan PT


PLN (Persero) ini melibatkan :

 Manajer Unit
 Deputy Manager Pemeliharaan
 Deputy Manager Operasi
 Supervisor Bidang Pemeliharaan
 Supervisor Bidang Operasi
 Supervisor Bidang Enjinering

4) Rencana Mingguan

Tujuan dari rencana mingguan adalah untuk menyiapkan jadwal


pekerjaan, diluar dari planned outage, untuk setiap bagian
pemeliharaan untuk minggu berikutnya.

Kegiatan rencana mingguan dilakukan pada hari Senin, ekstrak daftar


seluruh WO (Work Order) normal (baru dikerjakan setelah 7 hari
didepan dan tidak tergolong planned outage).

Penyusunan rencana mingguan di lingkungan unit pembangkitan PT


PLN (Persero) ini melibatkan :

 Deputy Manager Pemeliharaan


 Deputy Manager Operasi
 Supervisor Bidang Pemeliharaan
 Supervisor Bidang Operasi
 Supervisor Bidang Enjinering.

12 
5) Rencana Harian

Tujuan dari rencana harian adalah mereview dan mengidentifikasi


Work Order yang perlu segera ditindak lanjuti serta membahas
Service Request yang terbit setiap hari untuk dilakukan Planning and
Schedulling.

Fungsi dan agenda :

 Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasi menyampaikan


kondisi unit terakhir
 Membahas Backlog Emergency Repair (dalam 48 jam harus
sudah selesai)
 Tidak untuk mendiskusikan Incident Log Sheet (ILS) yang terbit
terbaru secara mendalam, tapi untuk mengalokasikan grup kerja
(workgroup) dimana dibutuhkan tindakan pemeliharaan.
 Untuk menentukan urgensi dari tindakan pemeliharaan yang
dibutuhkan
 Urgent direncanakan, dijadwalkan dan diselesaikan dalam
waktu 7 hari kedepan (Daily Planning)
 Normal diatas 7 hari – range 1 bulan
 Outage dapat ditunda sampai periode shutdown yang
direncanakan ke depan.
 Menentukan tanggal tindakan pemeliharaan diharapkan selesai.
 Review pekerjaan urgent yang backlog
 Review pekerjaan urgent yang hampir backlog

Penyusunan rencana harian di lingkungan unit pembangkitan PT PLN


(Persero) ini melibatkan :

 Deputy Manager Pemeliharaan


 Deputy Manager Operasi
 Supervisor Bidang Pemeliharaan
 Supervisor Bidang Operasi
 Supervisor Bidang Enjinering 
 

6) Eksekusi Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dibahas dalam Work Planning and


Control (WP&C) Management ini adalah sebagai berikut:

 Non Tactical Maintenance yaitu pemeliharaan tidak terencana


yang mencakup Pemeliharaan Emergency dan Pemeliharaan
Corrective.
 Tactical Maintenance yaitu pemeliharaan terencana yang
mencakup Pemeliharaan Preventive, Project / Modifikasi,
Pemeliharaan Predictive dan Run to Failure.

13 
i. Pemeliharaan Corrective
Pemeliharaan corrective adalah kegiatan pemeliharaan atau
perbaikan peralatan yang tidak terjadwal, yang dilakukan untuk
mengembalikan (termasuk memperbaiki dan adjusment) peralatan
yang tak bekerja atau berfungsi sebagaimana mestinya.
pemeliharaan corrective dapat dilakukan saat peralatan sedang
beroperasi, stand by atau peralatan sedang tidak beroperasi.

ii. Pemeliharaan Emergency


Pemeliharaan emergency merupakan pemeliharaan yang harus
segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
akibat lain yang lebih serius. Kasus emergency terjadi dimana unit
pembangkit mengalami force outage sehingga penanganan
kerusakan atau kelainan pada pemeliharaan emergency harus
dilakukan segera pada prioritas tinggi. Perbedaan utama
pemeliharaan emergency dengan pemeliharaan corrective terletak
pada tingginya dampak terhadap operasional unit pembangkit
maupun keselamatan kerja dan keselamatan instalasi (safety),
dimana pemeliharaan corrective dilakukan saat unit pembangkit
sedang beroperasi sedangkan pemeliharaan emergency dilakukan
saat unit pembangkit mengalami force outage dan dituntut segera
beroperasi kembali.

iii. Project / Modifikasi


Project / modifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
suatu proyek atau modifikasi peralatan atau unit, baik untuk
mengembalikan atau menambah kemampuan dan keandalan
peralatan maupun unit pembangkit. Dengan demikian
pelaksanaan pekerjaan ini bisa bersifat menambah asset atau bisa
juga hanya menyempurnakan kinerja peralatan atau unit
pembangkit. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari
problem solving yang direkomendasikan Bidang Enjinering berupa
Failure Defense Task (FDT) atau Engineering Change
Management (ECM). Termasuk dalam jenis pemeliharaan ini
adalah tindak lanjut dari pekerjaan pemeliharaan corrective dan
repair dengan cakupan lingkup kerja serta biaya yang besar
sehingga memerlukan perhatian dan penanganan khusus.
Termasuk juga dalam project / modifikasi ini adalah paket
pekerjaan diluar standard inspection, walaupun pengerjaannya
dilakukan bersamaan pada waktu inspection.

iv. Pemeliharaan Predictive


Pemeliharaan predictive merupakan pemeliharaan yang dilakukan
dengan melakukan kegiatan condition monitoring dan diagnosa
gejala kerusakan suatu peralatan serta melakukan kajian failure
analysis secara dini sehingga tindakan pemeliharaan selanjutnya
dapat dilakukan dengan tepat sebelum terjadinya
kerusakan/kegagalan. Pelaksanaan pemeliharaan predictive

14 
dilakukan tanpa harus melakukan shutdown unit pembangkit,
namun dimungkinkan bila hanya membutuhkan shutdown
peralatan. Dengan demikian, pekerjaan pemeliharaan predictive
dalam pelaksanaanya merupakan kegiatan monitoring secara
berkala atas dasar interval waktu, interval operasi atau kriteria
tertentu lainnya yang ditetapkan lebih dulu. Tindak lanjut
terencana dari kegiatan pemeliharaan predictive seperti perbaikan
atau penggantian part dari suatu peralatan, apalagi sampai
melakukan kegiatan bongkar pasang atau overhaul peralatan,
tidak termasuk dalam cakupan pemeliharaan predictive, melainkan
termasuk kegiatan pemeliharaan corrective, repair atau overhaul.
Pemeliharaan predictive termasuk pemeliharaan terrencana
jangka pendek sehingga termasuk dalam kategori pemeliharaan
rutin.

v. Pemeliharaan Preventive
Pemeliharaan preventive merupakan pemeliharaan rutin yang
dilakukan atas dasar interval waktu (hari, minggu, bulan, jam
operasi atau kali operasi) yang telah ditetapkan lebih dulu atau
kriteria tertentu lainnya serta dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan dari suatu item peralatan mengalami kondisi yang
tak diinginkan.
Namun demikian, ruang lingkup pekerjaan pemeliharaan
preventive tidak termasuk bongkar pasang peralatan atau
overhaul peralatan (termasuk penggantian spare part utama),
karena kegiatan tersebut sudah termasuk kategori pemeliharaan
overhaul.
Dengan demikian, temuan-temuan kerusakan serta penanganan
tindak lanjutnya tidak lagi termasuk pemeliharaan preventive,
namun sudah masuk pada kriteria pemeliharaan corrective, repair,
overhaul atau Engineering / Project. Pelaksanaan pemeliharaan
preventive dilakukan tanpa harus melakukan shutdown unit
pembangkit, namun dimungkinkan bila hanya membutuhkan
shutdown peralatan. Pemeliharaan preventive termasuk
pemeliharaan terrencana jangka pendek sehingga termasuk
dalam kategori pemeliharaan rutin.

vi. Run to Failure


Kegiatan pemeliharaan run to failure diberlakukan pada peralatan
yang tidak kritikal sehingga peralatan tersebut dibiarkan
beroperasi terus sampai mengalami kerusakan. Setelah itu
dilakukan penggantian dengan peralatan baru. Kriteria peralatan
run to failure adalah :
 Tidak kritikal
 Ada redundan
 Effort untuk melakukan pemeliharaan lebih berat dibandingkan
run to failure (biaya penggantian dan perbaikan)
 Kerusakan tidak berdampak terhadap availability, produksi dan
efisiensi unit pembangkit.

15 
vii. Penerimaan Hasil Pekerjaan Pemeliharaan
Proses penerimaan ini meliputi penerimaan pekerjaan Non
Tactical (pemeliharaan corrective – emergency) dan Tactical
(Project/Modifikasi, pemeliharaan preventive dan pemeliharaan
predictive). Prosedur ini dilakukan ketika suatu kegiatan
pemeliharaan telah selesai dilakukan oleh bagian pelaksana
pekerjaan. Personil yang melakukan proses penerimaan adalah :

 Supervisor Bidang Operasi


 Supervisor Enjinering
 Deputi Manajer Bidang Pemeliharaan

viii. Dokumentasi Pemeliharaan


Merupakan kegiatan untuk mendokumentasikan kegiatan
pemeliharaan yang telah selesai dengan tujuan mempermudah
menelusuri histori peralatan. Kegiatan ini meliputi Work Order
Closed Out, Post Maintenance Test dan Maintenance Report.
 Work Oder Closed Out adalah memasukkan seluruh informasi
pemeliharaan yang telah dilakukan kedalam Computerized
Maintenance Management System (CMMS).
 Post Maintenance Test adalah kegiatan untuk menjamin
kualitas pemeliharaan termasuk performance test, prosedur
kualitas standar dan tindakan pemeliharaan lainnya.
 Maintenance Report adalah kegiatan pelaporan hasil
pelaksanaan pemeliharaan beserta rekomendasi yang harus
ditindak lanjuti untuk meningkatkan keandalan peralatan.

ix. Continous Improvement


Merupakan kegiatan lanjutan setelah selesainya rangkaian proses
pemeliharaan yang menindak lanjuti masukan dan rekomendasi
yang didapat. Tindak lanjut tersebut meliputi Analisa Prioritisasi
dan Kesempatan Optimalisasi Pemeliharaan, Maintenance
Optimization (Failure Defense Planning Procedure), Performance
Monitoring dan Engineering Change Management.

 
2.2. Outage Management.

Outage Management merupakan proses yang mengatur seluruh pekerjaan,


yang membutuhkan unit pembangkit dikeluarkan secara terencana dari sistem
tenaga listrik.
Pengelolaan outage atau keluarnya unit dari sistem jaringan tenaga listrik
dimaksudkan agar pekerjaan yang dilakukan pada masa tersebut dapat berjalan
dengan efektif (cepat dan berkualitas).
Proses sinergi dan berkesinambungan didalam outage management meliputi
kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring,
evaluasi dan rencana tindak lanjut program pemeliharaan “planned outage”
yang mencakup:

16 
 Penentuan lingkup pemeliharaan
 Penjadwalan
 Pembuatan work package
 Penetapan kebutuhan sumber daya (SDM, material dan tools)
 Penetapan kesiapan sarana
 Penetapan standar kualitas dan sasaran hasil pekerjaan
 Penetapan anggaran dan biaya
 Penentuan metode / standar prosedur komunikasi
 Pelaksanaan overhaul (OH)
 Pelaporan hasil overhaul (OH)

Parameter utama dari keberhasilan pelaksanaan suatu overhaul adalah


peningkatan kinerja mesin, penurunan biaya operasi dan efisiensi sumber daya.

2.2.1. Prosedur Implementasi Outage Management

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam outage management


dijelaskan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.7 :

1. Menyusun dan menetapkan jadual kegiatan Outage Management


berdasarkan jadual pemeliharaan tahunan (Overhaul) Unit
Pembangkit.

2. Mengadakan kegiatan meeting pre-outage untuk persiapan


pelaksanaan outage, dengan tahapan sebagai berikut:

 Meeting perencanaan 18 bulan sebelum overhaul (R1)


Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form
monitoring RO/PO/DO/BA untuk spare parts spesifik, project,
rehabilitasi dan jasa (untuk delivery time 12 s/d 18 bulan).

17 
PRE OUTAGE POST
OUTAGE EXECUTION OUTAGE

PLANNING PREPARATION
18 bln
12 bln
6 bln
3 bln
1 bln
1 Mng

0 bln
OH OH
OH

R1 R2 R3 P1 , P2 , P3
( Skope, Anggaran, ( Skope, Anggaran, ( Skope, Anggaran, ( Skope, Anggaran,
Sparepart Utama ) Sparepart Utama ) Sparepart Pendukung ) Sparepart Umum )

FEED BACK ( Input next Inspection )

Gambar 2.7. Frame Work Outage Management

 Meeting perencanaan 12 bulan sebelum overhaul (R2)


Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form
monitoring RO/PO/DO/BA untuk spare parts spesifik, project,
rehabilitasi dan jasa (untuk delivery time 6 s/d 12 bulan).

 Meeting Perencanaan 6 bulan sebelum overhaul (R3)


Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan form
monitoring RO/PO/DO/BA untuk spare parts spesifik, project,
rehabilitasi dan jasa (untuk delivery time 3 s/d 6 bulan).

 Meeting perencanaan 3 bulan sebelum overhaul (P1)


Menetapkan pengadaan, menerbitkan dan menetapkan form
monitoring RO/PO/BA untuk spare parts spesifik, spare parts
umum dan jasa (delivery time 1 s/d 3 bulan). Selain itu juga
dilakukan penetapan detail ruang lingkup OH, tim OH, tools dan
sarana serta perkiraan kebutuhan tenaga kerja.

 Meeting perencanaan 1 bulan sebelum overhaul (P2)


Menetapkan pengadaan, menerbitkan dan menetapkan form
monitoring RO/PO/BA untuk spare parts umum, consumable
material dan jasa (delivery time s/d 1 bulan). Selain itu juga
dilakukan penetapan detail ruang lingkup OH,tim OH, tools dan
sarana.

 Meeting perencanaan 1 minggu sebelum OH (P3)


Melakukan review ruang lingkup OH, kesiapan tim, tools,
sarana, spare parts, consumable material, jasa serta RO/PO.

18 
Pembahasan difokuskan juga pada mekanisme koordinasi dan
komunikasi selama pelaksanaan overhaul.

3. Melakukan performance test sebelum overhaul paling lambat 2


minggu sebelum unit shutdown sesuai dengan ruang lingkup
kegiatan performance test yang telah dibuat (SOP).

4. Melakukan kegiatan overhaul saat awal shutdown unit.


Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan/ pengambilan material
(spare part, material consumable, tools dan sarana), persiapan pre-
test peralatan, penetapan ruang lingkup tambahan pekerjaan hasil
temuan saat awal shutdown, melakukan isolasi peralatan dan
pengamanan area serta briefing K3.

5. Melakukan kegiatan overhaul saat periode disassembly.


Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan kelengkapan kerja
(instruksi kerja, data clearance, material, tools, kompetensi dan man
hours), menetapkan skope tambahan tindak lanjut hasil temuan saat
disassembly, melakukan koordinasi dengan semua pihak agar
pekerjaan disassembly berjalan dengan baik (tepat waktu, tepat
kualitas dan aman).

6. Melakukan kegiatan overhaul saat periode inspeksi.


Kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kondisi peralatan
(visual, pengukuran, kalibrasi, dll), penetapan standard inspeksi
(referensi standard/ manufacture) dan penetapan ruang lingkup
tambahan hasil temuan pada saat inspeksi peralatan.

7. Melakukan kegiatan overhaul saat periode assembly.


Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan kelengkapan kerja
(instruksi kerja, data clearance, material, tools, kompetensi dan man
hours), melakukan koordinasi dengan semua koordinator bidang
agar pekerjaan assembly berjalan dengan baik (tepat waktu, tepat
kualitas dan aman).

8. Melakukan pengujian / test peralatan.


Kegiatan yang dilakukan meliputi konfirmasi kepastian kesiapan
instruksi kerja untuk pengujian (peralatan, sub-sistem dan sistem),
menetapkan standard pengujian dan melakukan pengujian / test
(individual test dan interlock test).

9. Melakukan kegiatan overhaul saat periode start-up dan sinkron.


Kegiatan yang dilakukan meliputi penetapan standard SOP/ IK
untuk start-up dan sinkron serta melakukan koordinasi dengan
semua koordinator (bidang overhaul, tim start-up dan tim QC) agar
kegiatan start-up dan sinkron berjalan sesuai target.

10. Melakukan presentasi dan laporan hasil pekerjaan overhaul.


Kegiatan yang dilakukan meliputi presentasi hasil overhaul ( berisi
rencana & realisasi alokasi waktu dan ruang lingkup overhaul, hasil
performance test, kendala kendala, evaluasi dan rekomendasi) serta

19 
pembuatan laporan hasil pelaksanaan overhaul (berisi jadual dan
ruang lingkup overhaul, rencana dan realisasi, hasil performance
test, laporan harian, data inspeksi, foto dokumentasi, daftar
pemakaian material dan laporan hasil pekerjaan jasa /repair).

11. Evaluasi dan rekomendasi hasil pekerjaan overhaul.


Menyusun executive summary hasil pelaksanaan overhaul yang
berisi evaluasi dan rekomendasi hasil dari laporan pelaksanaan
kegiatan overhaul.

12. Rencana tindak lanjut untuk overhaul berikut.


Menetapkan rencana tindak lanjut hasil evaluasi dan rekomendasi
pelaksanaan overhaul untuk overhaul periode berikutnya termasuk
juga kendala-kendala dalam pelaksanaannya (human asset,
knowledge asset dan physical asset) sebagai bagian dari program
continuous improvement.

 
2.3. Manajemen Material / Material Management.

Manajemen material merupakan bagian dari mata rantai penyediaan tenaga


listrik yang harus dilakukan secara efektif. Perencanaan pengendalian
pemeliharaan, manajemen inventory, gudang dan pengadaan material dilakukan
secara terintegrasi didalam sistem informasi dengan tujuan untuk mencapai
empat tepat yaitu tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat waktu dan tepat harga.

Salah satu kegiatatan manajemen material adalah melakukan klasifikasi dan


setting ROP (reorder point) dan ROQ (Reorder Quantity) terhadap stok item
material dapat memberikan manfaat yang besar terhadap pengelolaan
persediaan di Kantor Wilayah dan dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap kegiatan pemeliharaan pembangkit. Klasifikasi material tersebut
sangat cocok diterapkan di Kantor Wilayah, mengingat perusahaan memiliki
stok item persediaan dengan jumlah yang besar.

Dengan klasifikasi material dan seting ROP/ROQ secara tepat maka akan
dicapai titik seimbang didalam pengelolaan persediaan yakni nilai persediaan
yang seminimum mungkin dan service level yang setinggi mungkin.

Sehubungan dengan beberapa kondisi penting diatas, diperlukan kebijakan


pengendalian persediaan / inventory control dan pengadaan.

2.3.1. Tujuan Kebijakan Pengendalian Material Persediaan.

Alasan / tujuan dalam menerapkan kebijakan pengendalian persediaan


adalah sebagai berikut :
1. Keseragaman pengelolaan persediaan di seluruh unit pembangkitan.
2. Mengelompokkan material persediaan sesuai dengan kriteria yang
sejenis berdasarkan kriteria kekritisan, ketersediaan dan usage,
sehingga kita dapat memberikan perlakuan / pengendalian yang
berbeda sesuai dengan kriteria stok material.

20 
3. Untuk mengetahui bagaimana stock item material dikontrol, kapan
harus dipesan dan seberapa banyak harus dipesan dengan cara
menggunakan alat bantu analisa ABC dan seting ROP / ROQ.
Menggunakan salah satu fungsi analisa ABC untuk mengetahui apa
dan bagaimana material dikontrol, sedangkan seting ROP/ROQ
digunakan untuk menjawab kapan dan berapa banyak stok item
material harus dipesan.
4. Dicapainya titik setimbang di manajemen persediaan yakni
memaksimumkan service level, meminimumkan nilai persediaan.

2.3.2. Definisi - Definisi.

Ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan, sebagai berikut :


1. Lead Time

1.1. Internal Lead Time.

 Inventory lead time : waktu yang diperlukan oleh


inventory controller untuk mengevaluasi permintaan user
sampai dengan rekomendasi pembelian ke purchasing.
(Recommended Order Stores ke Recommended Order
Buy).
 Purchase lead time : waktu yang diperlukan purchasing
untuk memproses pengadaan dari Recommended Order
Buy (ROB) menjadi Purchase Order (PO).
 Receiving and inspection lead time : waktu yang
diperlukan bagian penerimaan dalam memeriksa dan
menerima material.

1.2. External Lead Time.

Waktu yang diperlukan supplier (pemasok) untuk mensuplai


material sesuai dengan purchase order yang diterima.

1.3. Total Lead Time

Waktu total yang diperlukan pada item 1.1 ditambah dengan


1.2.
2. Klasifikasi ABC adalah suatu tools yang digunakan untuk
mengelompokkan stock item material berdasarkan kriteria
kekritisan (criticality) level ABC, ketersediaan (availability) level
ABC dan pemakaian (usage) level ABC yang akan didefinisikan
lebih lanjut pada bagian dibawah ini.

21 
2.1. Kriteria Kekritisan (criticality) :

 Level A : Sangat kritis.


Stock item material yang dapat menyebabkan plant
stop, kehilangan produksi (misalnya hanya satu alat
yang digunakan untuk memproduksi kapasitas 100%).

 Level B : Kritis.
Stok item material yang dapat menyebabkan unit
derating, atau mengancam unit untuk derating. Ketidak
tersediaan material menyebabkan tertundanya
perbaikan sehingga tidak dapat beroperasi secara
optimal.
 Level C : Kurang kritis.
Stok item material yang tidak berdampak langsung bagi
operasi, (misalnya consumable item; stationery; stok
yang ditahan vendor).

2.2. Kriteria Ketersediaan (availability) :

 Level A : Long Lead Time.


Stok item material dimana proses pengadaannya
memerlukan waktu total lead time diatas 90 (sembilan
puluh) hari kalender.

 Level B : Medium Lead Time.


Stok item material dimana proses pengadaannya
memerlukan waktu total lead time antara 30 (tiga
puluh) sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari
kalender.
 Level C : Short Lead Time.
Stok item material dimana proses pengadaannya
memerlukan waktu total lead time dibawah 30 (tiga
puluh) hari kalender.

2.3. Usage Value (Nilai pemakaian material per periode) :

 Level A :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x
Jumlah item) dalam suatu periode tertentu diatas Rp.
500 juta.
 Level B :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x
Jumlah item) dalam suatu periode tertentu antara Rp.
100 Juta s/d Rp. 500 juta.

22 
 Level C :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x
Jumlah item) dalam suatu periode tertentu dibawah Rp.
100 Juta.
Analisa ABC ini digunakan untuk mengetahui nilai
pemakaian dari setiap kelompok item barang sehingga
dapat diketahui bagaimana cara melakukan kontrolnya
(manual / otomatis)

3. Service Level Material


Service level (tingkat ketersediaan) material adalah perbandingan
atara total item permintaan material yang dapat dipenuhi terhadap
total item permintaan material.

Catatan : Permintaan material dikatakan dipenuhi apabila


permintaan user dapat dilayani petugas gudang tepat pada saat
tanggal diperlukan.

4. Perputaran material
Perputaran material adalah perbandingan antara pemakaian
material terhadap saldo rata-rata dalam periode tertentu.

Keterangan :
1. Pemakaian material : total biaya pemakaian material gudang
pada periode tertentu.
2. Saldo rata-rata : saldo awal dikurangi saldo akhir dibagi 2.

5. Slow moving dan fast moving


Slow moving adalah item-item barang yang pergerakannya diatas
3 bulan dan termasuk didalamnya adalah item-item dead
stock.Untuk item barang slow moving perlakuan dan perhitungan
ROP/ROQ dilakukan secara manual oleh inventory controller.
Fast moving adalah item-item barang yang pergerakannya
dibawah 3 bulan. Sedangkan untuk item fast moving perlakuan
dan perhitungan ROP/ROQ dapat dibantu perhitungannya melalui
sistem (otomatis)

23 
2.3.3. Kriteria Stock Item Material
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen material
maka dipandang perlu adanya penyeragaman pengelolaan material
persediaan dalam bentuk kebijakan pengendalian persediaan / inventory
control dan pengadaan untuk menetapkan kriteria material, seting
ROP/ROQ, service level material, perputaran material, strategi
pengendalian persediaan dan pengadaan sebagai berikut :

Strategi
Strategi
Service Turn over Reorder pengendalian
pembelian yang
Kriteria Level (Tahunan) Algorithm persediaan yang
direkomendasikan
direkomendasikan

(%)

1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
AAA 99.99 0-1 00 secara manual. secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
AAB 99.99 0-1 00 secara manual. secara manual.

2. Menentukan nilai 2. Tidak Kontrak


ROP/ROQ payung
secara manual.

AAC 95-98 3-5 00 1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual. secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ABA 97 1-2 00 1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual. secara manual.

24 
 

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ABB 97 2-3 00 1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual. secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ABC 95 3-4 00 1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual. secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ACA 90 3-5 00 1. Menentukan nilai 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual. secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ACB 93 3-4 00 1. Melakukan Setup 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual secara manual.

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

ACC 95 4-6 00 1. Melakukan Setup 1. Melakukan


ROP/ROQ Kontrak/PO
secara manual secara manual.

25 
 

2. Melakukan 2. Tidak Kontrak


Process RO payung
Stores menjadi
RO Buy secara
manual.

BAA 93 0-1 11 1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Tidak Kontrak


Stores menjadi payung
RO Buy secara
manual

BAB 95 1-2 11 1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Tidak Kontrak


Stores menjadi payung
RO Buy secara
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
BAC 95 4-6 11 Algorithm

2. Memprocess RO
Stores menjadi
RO Buy secara
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
BBA 90 4-6 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


BBB 92 4-6 11 ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual.
Reorder

26 
Algorithm 2. Melakukan
kontrak payung
2. Memprocess RO
Stores menjadi
RO Buy secara
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
BBC 95 6-8 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
BCA 90 6-9 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual
Reorder
Algorithm 2. Melakukan
BCB 92 6-9 11 kontrak payung
2. Memprocess RO
Stores menjadi
RO Buy secara
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
BCC 95 6-9 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

27 
 

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CAA 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CAB 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CAC 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CBA 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CBB 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

28 
 

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CBC 87 >5 11 dihasilkan oleh secara
Reorder manual.al
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CCA 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
CCB 87 >5 11 dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm

2. Memprocess RO 2. Melakukan
Stores menjadi kontrak
RO Buy secara payung.
manual

1. Sesuai dengan 1. Melakukan


ROP/ROQ yag Kontrak/PO
dihasilkan oleh secara manual.
Reorder
Algorithm 2. Melakukan
CCC 87 >5 11 kontrak payung
2. Memprocess RO
Stores menjadi
RO Buy secara
manual

29 
2.3.4. Penjelasan - Penjelasan

1. Penentuan kriteria kekritisan (criticality) adalah wewenang dan


tanggung jawab user (Bidang Perencanaan & Pengendalian Operasi /
Pemeliharaan, Bidang Engineering atau sesuai kebijakan)

2. Penentuan kriteria ketersediaan (avaibility) adalah wewenang dan


tanggung jawab Bidang Pengadaan dan Inventory Control

3. Penentuan usage level dalam kriteria stock item material


sebagaimana table di atas dilakukan secara otomatis oleh CMMS
dalam modul ABC level berdasarkan riwayat pemakaian satu periode
sebelumnya.
4. Setiap item material memungkinkan terjadinya perubahan usage level
pada setiap periodenya, sehingga akan berubah juga kriteria stock
item material nya

5. Usage level D adalah material yang pada periode satu tahun


sebelumnya tidak ada pemakaian atau nilai pemakaiannya nol rupiah

6. Kriteria stock item material yang mempunyai usage level D, perlakuan


inventory dan pengadaan hanya diberikan kepada item material yang
mempunyai kriteria criticality A

7. Tidak semua item material yang masuk dalam kriteria stock item
material sebagaimana tabel di atas dapat dilakukan stock di gudang,
tetapi harus memperhatikan ha-hal dibawah ini dengan syarat
ketersediaan material tetap terjamin :
i. Jenis kebutuhan (rutin atau non rutin)
ii. Expire date (batas akhir pakai) suatu material
iii. Prosedur penyimpanan dan penanganan material (area,
pengaruh lingkungan dll)

8. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kontrak payung


adalah sebagai berikut :
i. Efektifitas pembelian meliputi :
 Nilai barang (harga)
 Ketersediaan dipasaran,
 Jarak tempuh,
 Transportasi
ii. Kesiapan pemasok
iii. Kemampuan penyimpanan

9. Item material yang mempunyai kriteria kekritisan A atau B dan


mempunyai perputaran material < 4, apabila berdasarkan kajian
ekonomis maupun teknis dengan didasari perhitungan life cycle cost
dan revenue hasilnya lebih menguntungkan, maka direkomendasikan
untuk melakukan kontrak payung.

10. Perhitungan ROP/ROQ juga dapat diberlakukan sama polanya untuk


unit yang menggunakan perhitungan Min / Max karena kebutuhan
material dihitung dari kebutuhan masing-masing warehouse.

30 
3. Keandalan Unit Pembangkitan

3.1. Reliability Management.

Dua faktor utama yang menentukan ketersediaan (availability) unit pembangkit


adalah Reliability (keandalan) dan Maintainability (kecepatan pemeliharaan).
Ketersediaan ini harus diupayakan secara maksimal sesuai batas desain.

3.1.1. Reliability Improvement Program.

Reliability Improvement program merupakan kegiatan untuk menjamin


tidak terjadinya kegagalan pada seluruh peralatan saat dioperasikan,
tidak mengalami derating, dengan biaya optimum, dengan meminimalkan
atau menghilangkan kegagalan & penyebabnya, serta melakukan
optimasi (skema Gambar – 1).

Diawali dengan melakukan asessment keseluruhan peralatan (baseline)


dan prioritisasi peralatan / System Equipment Reliability Prioritization
(SERP). Hasil dari kedua proses tersebut digunakan sebagai acuan untuk
menentukan prioritas peralatan yang membutuhkan kajian Failure Mode
Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Failure Analysis (RCFA). Action
plan/ Failure Defense Task (FDT) & rekomendasi adalah output dari
kajian tersebut.

 
Gambar 2.8. Diagram Kegiatan Reliability Improvement

31 
3.1.2. Prosedur Implementasi Reliability Improvement Program Baseline
(Assessment) 

Equipment audit merupakan pemetaan terhadap kesiapan peralatan yang


ada di unit pembangkit, sehingga diketahui kondisi peralatan secara
nyata, dengan langkah - langkah sebagai berikut:
1) Melakukan pengambilan data melalui predictive tool technology untuk
semua peralatan, berupa data-data vibrasi, thermograpy, oil analysis,
dll.
2) Mengumpulkan data operasi, berupa gangguan kerusakan, alarm,
trip, derating, laporan hasil Gatecycle dan kondisi resource (fuel, oil,
water).
3) Mengumpulkan data - data pemeliharaan berupa histori peralatan,
job card feedback, laporan quality control.
4) Menentukan levelisasi tingkat kesehatan peralatan berdasarkan hasil
referensi seperti pada ketiga item diatas.
5) Melakukan workshop koordinasi (engineering, operasi dan
pemeliharaan) untuk membuat program-program recovery untuk
peralatan yang masuk kategori merah dan kuning.

3.1.2.1. SERP 

SERP (System Equipment Reliability Prioritization) merupakan


metode untuk me-ranking tingkat kehandalan sistem peralatan.

Hasil dari proses SERP adalah Maintenance Priority Index (MPI)


berupa ranking peralatan berdasarkan kriteria tertentu yang
mencerminkan tingkat kekritisan.

Hasil MPI dan hasil dari mapping equipment (pemetaan


peralatan) merupakan proses identifikasi awal yang memberikan
gambaran terhadap peralatan peralatan kritis yang harus segera
mendapatkan penanganan dan ditingkatkan keandalannya.

Proses SERP dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:

 Menentukan atau membagi Unit Pembangkit ke dalam sistem,


dimana dalam satu sistem merupakan kumpulan dari
beberapa peralatan / equipment.
 Menentukan dampak kerusakan & tingkat kehandalan sistem
peralatan berupa system criticality ranking (SCR) & operational
criticality ranking (OCR).
SCR didapat dengan formula sebagai berikut:

  

32 
 

SCR = (OC2 + PT2 + PQ2 + SF2 + RC2 + PE2) / 6

Dimana:

OC : Operational Cost

PT : Process Throughput

PQ : Product Quality

SF : Safety

RC : Regulatory / Environment Compliance

PE : Plant Efficiency

Keterangan : tabel nilai OC,PT,PQ,SF,RC dan PE seperti pada


lampiran 1

Nilai OCR didapat dengan melihat besarnya dampak


kerusakan pada system / sub system peralatan terhadap unit
pembangkit. (tabel nilai untuk OCR ada pada lampiran 2)

 Mengkombinasikan Operational Criticality dengan System


Criticality dimana peralatan tersebut berada, yang akan
menghasilkan sebuah ranking dari satu peralatan berdasarkan
tingkat kekritisannya terhadap operasi unit, yang disebut Asset
Criticality Ranking (ACR).

ACR = SCR x OCR

 Menentukan asset failure probability factor (AFPF).


AFPF menunjukkan tingkat kehandalan suatu peralatan
dengan parameter yang diukur berupa frekwensi kerusakan
dari peralatan tersebut dalam periode satu tahun terakhir.
(tabel nilai ada pada lampiran 3)

 Nilai MPI didapat dengan mengkombinasikan nilai ACR dan


nilai AFPF

MPI = ACR x AFPF

33 
3.1.2.2. FMEA

Nilai MPI yang lebih tinggi menunjukkan bahwa sistem peralatan


tersebut mempunyai resiko kegagalan dan dampak yang lebih
besar terhadap operasional unit pembangkitan, sehingga menjadi
prioritas utama untuk segera diidentifikasi modus kerusakan dan
diformulasikan langkah pencegahannya.

FMEA atau Failure Mode and Effect Analysis adalah sebuah


metoda untuk mengenali modus kerusakan dan pengaruh
kerusakan terhadap fungsi peralatan atau asset.

Hasil dari FMEA berupa langkah-langkah pencegahan (failure


defense task) yang pada akhirnya akan didapatkan tindakan
preventive maintenance yang paling optimal.

Langkah-langkah dalam proses FMEA adalah sebagai berikut:

 Menentukan sistem peralatan atau sub sistem peralatan yang


menjadi prioritas.
Contoh: water treatment plant system.

 Mendefinisikan peralatan peralatan atau komponen peralatan


yang ada didalam sistem peralatan atau sub-sistem peralatan
tersebut. Contoh: water treatment plant system terdiri dari
pompa injeksi kimia, tangki bahan kimia, pompa air, tangki
penampung air, instalasi perpipaan, dan sebagainya.

 Menentukan fungsi dari masing masing peralatan pada sistem


atau sub sistem peralatan tersebut.
Contoh: peralatan pompa injeksi kimia adalah bagian dari
water treatment plant system yang mempunyai fungsi
melakukan injeksi kimia, tangki bahan kimia mempunyai fungsi
sebagai penampung bahan kimia, dan seterusnya.

 Mendefinisikan modus-modus kegagalan untuk semua


peralatan.
Contoh: pompa injeksi kimia mempunyai modus kegagalan
berupa flow injeksi kurang, diafraghma pompa sering pecah,
casing pompa retak, dan seterusnya.

 Menjelaskan dampak dari modus kegagalan.


Contoh: Flow injeksi kimia yang rendah akan berdampak pada
kegagalan memproduksi air murni sesuai dengan kualitas
yang diinginkan, diafraghma pompa yang pecah menyebabkan
kegagalan untuk memproduksi air murni, dan seterusnya.

 Mengidentifikasi berbagai potensi penyebab dari modus


kegagalan.

34 
Contoh: Untuk modus kegagalan flow injeksi kimia rendah,
dapat disebabkan karena oil filter / strainer yang tersumbat,
packing bocor, dan lain sebagainya.

 Menentukan action plan (FDT) maupun rekomendasi untuk


semua potensi penyebab kegagalan.
Contoh: Langkah awal untuk mengatasi oil filter yang
tersumbat dilakukan action plan berupa pengecekan terhadap
kontaminan (wear particle), pengecekan filter, pengecekan
kualitas oli, dan seterusnya.

Sedangkan jika penyebab kegagalan sudah terdefinisi dengan


pasti, maka dibuat rekomendasi untuk mengatasi kegagalan
tersebut.

Contoh : oil filter tersumbat yang disebabkan karena desain


mesh nya yang terlalu rapat dibuat rekomendasi berupa
perubahan desain filter.

3.1.2.3. RCFA

RCFA (Root Cause Failure Analysis) merupakan proses


investigasi untuk dapat mengetahui penyebab utama dari suatu
modus kegagalan (penyebab masih belum jelas). RCFA
dilakukan karena beberapa FMEA mempunyai modus kegagalan
yang penyebabnya belum diketahui.

Investigasi dilakukan dengan mengumpulkan data di lapangan,


data desain, pengalaman dan teori penunjang.

Selanjutnya dari data dan teori tersebut, oleh sistem owner


digunakan sebagai bahan analisa untuk mendapatkan suatu
kesimpulan mengenai penyebab utama dari kegagalan yang
pada akhirnya akan didapatkan suatu rekomendasi yang tepat.

Metode yang digunakan dapat menggunakan metode fish bone


diagram, fault tree analysis dan metode yang lain.

35 
3.1.2.4.  Output dan Evaluasi

 Action plan dan rekomendasi yang dihasilkan (dari FMEA dan


RCFA), diberikan ke Bidang Perencanaan dan Pengendalian
Pemeliharaan (RENDALHAR) untuk direncanakan dan
dijadwalkan waktu eksekusinya.
 Melakukan evaluasi atau pengukuran efektifitas hasil
rekomendasi.
Rekomendasi yang dihasilkan (perubahan ruang lingkup /
penjadwalan PdM, preventive maintenance, modifikasi dan lain
lain) dilakukan evaluasi dan diukur tingkat efektifitasnya secara
berkesinambungan sebagai proses dari suatu continuous
improvement . 
 Proses continuous improvement tersebut akan membentuk
suatu baseline baru terhadap kondisi aktual unit pembangkit.
   

3.2. Operation Management

Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang menjamin agar unit


pembangkit dapat beroperasi secara kontinyu sesuai dengan target dan kontrak
yang telah disepakati.

Kegiatan tersebut meliputi proses perencanaan produksi, pengoperasian,


penjadwalan outage, mengendalikan, serta mengevaluasi agar pembangkit
beroperasi secara aman, andal, efisien, serta mentaati ketentuan lingkungan dan
keselamatan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

3.2.1. Prosedur Implementasi Operation Management

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam operation management adalah


sebagai berikut:

1. Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit berdasarkan


kebutuhan sistem dan kesiapan unit.
 Membuat rencana operasi jangka panjang untuk periode lima
tahunan dan tahunan yang perencanaannya mengacu pada
histori kejadian kritis masa lalu, rencana produksi, aturan PLN,
estimasi unjuk kerja pembangkit, kebutuhan investasi serta
jadwal pemeliharaan (preventive / outage).
 Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan yang
disesuaikan dengan kondisi unit (stock batubara, rencana
perbaikan, histori peralatan dan lain - lain).
 Mengoperasikan unit pembangkit untuk kondisi normal, seperti
tertuang dalam dokumen prosedur operasi normal untuk start-up
unit, shut- down unit, start-stop peralatan, pengaturan beban unit
dan pembangkit stand-by.
 Mengoperasikan unit saat keadaan tidak normal, seperti tertuang
pada prosedur situasi tidak normal operasi, yang disebabkan
adanya gangguan jaringan transmisi, gangguan pada kualitas

36 
bahan bakar/ air / bahan kimia, tingkat polusi melebihi ambang
batas, pembatasan sistem pembangkit serta adanya gangguan/
kerusakan peralatan.

2. Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi


peralatan.
 Melakukan change over peralatan sesuai jadwal.
 Melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2
mingguan dan bulanan).
 Melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan /
overhoul.

3. Melakukan first line maintenance


 Melakukan patrol check dan house keeping operasi minimal 3 kali
per shift.
 Melakukan tindakan first line maintenance (menambah oli /
minyak, pengencangan baut - baut, pembersihan filter,
pembersihan peralatan dan lain lain)
 Melakukan pengamanan dan penanganan awal jika terjadi
gangguan sesuai dengan prosedur penanganan gangguan.
 Melaporkan, memonitor dan mengendalikan gangguan.

4. Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.

 Melakukan pengukuran / metering, pencatatan dan pelaporan


energi listrik untuk memantau kinerja pembangkit dan pembuatan
neraca energi listrik bulanan.
 Membandingkan dan mengevaluasi kesiapan unit yang telah
dicapai (waktu dan produksi listrik netto) dengan target yang telah
disepakati.
 Membandingkan dan mengevaluasi konsumsi spesifik unit
pembangkit aktual (batubara, bahan kimia, auxiliary) dengan
target yang telah disetujui.
 Melakukan review / update Standard Operating Procedure (SOP)
dan mengeluarkan rekomendasi untuk menjaga keandalan dan
efisiensi, berdasarkan kondisi terakhir unit pembangkit (kajian
evaluasi gangguan, histori peralatan, rencana pemeliharaan,
rencana produksi, kondisi bahan bakar dan lain lain)
 

5. Manajemen bahan bakar.

 Melakukan perhitungan kebutuhan pemakaian bahan bakar


batubara untuk satu bulan kedepan.
 Perhitungan berdasarkan pada rencana alokasi energi sesuai
kesepakatan dengan Pusat Pengatur Beban, pemakaian rata rata
harian, dan ketentuan stock minimum bahan bakar.
 Mengusulkan kebutuhan batubara hasil perhitungan dan jadwal
kedatangan kapal pembawa batubara yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan unit pembangkit.
 Mengawal proses penerimaan batubara, koordinasi dengan
perusahaan bongkar muat dan surveyor independen sesuai
dengan prosedur penerimaan bahan bakar batubara.

37 
 Membuat laporan ketidaksesuaian kondisi batu bara maupun
pada saat proses pengiriman.
 Membuat rencana kebutuhan bahan bakar HSD, mengusulkan
dan mengawal proses transportasi dan penerimaan bahan bakar
sesuai dengan prosedur penerimaan bahan bakar HSD.
 Membuat rencana kebutuhan bahan kimia, mengusulkan dan
mengawal proses penerimaan bahan kimia sesuai dengan
prosedur penerimaan bahan kimia.
 

6. Emergency Management.

Mengoperasikan unit saat kondisi darurat, seperti adanya bencana


alam, huru hara, kebakaran/ ledakan, pencemaran bahan berbahaya,
bocoran uap dan air serta black-out. Tindakan yang dilakukan
adalah:

 Melaksanakan prosedur tanggap darurat


 Melakukan komunikasi dan koordinasi
 Menghubungi pihak keamanan dan terkait lainnya
 Melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan

7. Melakukan komunikasi dan pelaporan ke Pusat Pengatur Beban dan


Kantor Pusat.
 Melaporkan rencana daya mampu mingguan dan bulanan
kepada Pusat Pengatur Beban dan Kantor Pusat.
 Melakukan komunikasi secara real time dengan Pusat Pengatur
Beban untuk informasi kondisi beban / daya yang dibangkitkan
agar sesuai dengan permintaan (sesuai dengan prosedur kontrak
niaga).
 Melakukan pelaporan jika terjadi gangguan unit.
 Membuat laporan pengusahaan bulanan yang mencakup
rencana produksi listrik, rencana alokasi pengiriman energi,
realisasi produksi dan penjualan energi, energi pemakaian
sendiri, susut trafo, kWh terjual, factor - faktor operasi,
pemakaian dan penerimaan bahan bakar serta biaya operasi.
 Memberikan informasi laporan pengusahaan bulanan tersebut ke
Kantor Pusat.
 Membuat berita acara transaksi energi antara unit pembangkit
dan Pusat Pengatur Beban.

4. Efficiency Management

Efficiency Management Program merupakan kegiatan untuk mengelola unit


pembangkit dengan melakukan perencanaan, implementasi program dan evaluasi
secara berkesinambungan sehingga dicapai efisiensi unit yang optimal.

Untuk menjamin unit beroperasi secara efisien dibutuhkan identifikasi setiap peralatan,
analisa, simulasi dan optimasi peralatan peralatan agar bekerja pada titik optimumnya.

Tool utama yang digunakan untuk membantu analisa dan simulasi adalah software
Gatecycle.

38 
Gatecycle merupakan software berbasis PC yang mengaplikasikan kinerja terperinci
dan menganalisa desain dari suatu Power Plant. Program ini menggabungkan intuisi,
user interface, dan model analisis secara detail serta menggunakan konsep
thermodynamic, heat and mass balance dalam proses perhitungannya.

Simulasi dengan menggunakan software Gatecycle dapat memberikan gambaran


besarnya effisiensi suatu peralatan maupun suatu unit pembangkit dengan
memberikan gambaran berupa:

 Unjuk kerja dari peralatan maupun unit pembangkit yang sedang di analisa.
 Efek dari perubahan desain yang sedang diusulkan atau program improvement
yang direncanakan.
 

4.1. Prosedur Implementasi Efficiency Management Program

Implementasi kegiatan efficiency management di dalam unit pembangkitan pada


intinya adalah sebagai berikut:

 Melakukan pemodelan untuk mengetahui performance dari unit pembangkit


dengan bantuan software gatecycle. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan.

 Melakukan validasi hasil running gatecycle dengan melakukan performance


test unit pembangkit, pengambilan data, serta melakukan perhitungan manual
untuk mendapatkan effisiensi unit berdasar standar acuan dari ASME PTC 4.1
dan 4.6 (tentang perhitungan boiler efficiency, heat rate dan SFC dan turbin
efficiency management)
Keterangan : Prosedur performance test mengacu pada dokumen SOP
tentang performance test procedure. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan.

 Melakukan evaluasi unjuk kerja berdasar hasil pemodelan gatecycle dan


performance test.
Evaluasi berupa pengamatan terhadap data data setiap peralatan dengan:

- Membandingkan hasil running gatecycle kondisi aktual / eksisting dengan


kondisi saat commissioning.
- Membandingkan hasil running gatecycle kondisi actual dengan hasil
running bulan sebelumnya
Keterangan : contoh rekapitulasi data hasil pemodelan dan performance test
dapat dilihat pada lampiran.

 Membuat executive summary laporan bulanan dari hasil evaluasi yang telah
dilakukan.
Executive summary berisi power plant performance overview, analisa
permasalahan dan action plan, rekomendasi yang disertai CBA.

 Melakukan monitoring hasil rekomendasi.

39 
4.2. Pemodelan Dengan Gatecycle
 

  HEAT BALANCE HEAT BALANCE


MODEL SIMULATION
BASELINING
  PERFORMANCE
OPTIMIZATION
DATA
  COLLECTION
PERFORMANCE PERFORMANCE
MODEL SIMULATION

Gambar 2.9. Proses Pemodelan Dengan Gatecycle

4.2.1. Data Collection

Data collection merupakan tahapan awal dari proses simulasi yaitu


pengumpulan data performace yang dibutuhkan sebagai input. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

 Melakukan pendataan semua parameter operasional pembangkit


untuk peralatan yang baru terpasang (saat commissioning) maupun
kondisi actual. Parameter operasional tersebut seperti pressure,
temperature dan flowrate.
 Memasukkan parameter tersebut kedalam inputan software
gatecycle.

4.2.2. Heat Balance Model

Heat Balance Model merupakan proses pembuatan model berdasar data


data operasional untuk peralatan yang baru terpasang (commissioning).

4.2.3. Performance Model

Performance model merupakan proses pembuatan model berdasarkan


kondisi aktual.

4.2.4. Heat Balance Simulation

Heat balance simulation merupakan proses simulasi (perhitungan) untuk


heat balance model

4.2.5. Performance Simulation

Performance Simulation merupakan proses simulasi (perhitungan) untuk


performance model.

4.2.6. Performance Optimization

Performance Optimization merupakan proses:

 Komparasi perbedaan hasil pemodelan untuk peralatan saat


komisioning dan kondisi actual.

40 
 Analisa permasalahan jika terjadi penurunan unjuk kerja yang
signifikan.
 Pembuatan rekomendasi yang disertai dengan cost and benefit
analysis.
 Monitoring hasil rekomendasi
 

Data Collection     Trending data  
1.03
1.02
1.01
Heat  Balance Model 
Engineer 1
0.99
0.98
0.97
S63 V1 S44
S36 0.96
0.95
FHPSRY

IPST
HPST
LPST

S6
0.94
     
S13 S15
S12 HPSPRY
S14
S62
S10 S32

1/1/2004 1/29/2004 4/8/2004 5/6/2004


4/22/2004 6/3/2004
5/20/20046/17/2004
AUXSTM
S45

S8
S7
IPSPRY S38
SP3
SP2
S53

1/15/2004 2/12/2004
2/26/2004 3/25/2004
3/11/2004
S2 S58
SP5
S46
S40
S1 MU1
PSHRHT
S35 CND1
S11 S72 S3
CWS
S48
S49 S59
DRUM1 S41 CWR
HPSH RHTR PSHTR S39 S33
M5
S73 S52

S17 S74
S9
FUEL
ECON S34
S16 S37 FWH4
S54
SP1
S18
FB1 S5 S23
S55

FWH7
S50
FWH3
S27
S4 S66 S51 S22

S68
M3 SP7 FWH6
S70
S67
GIF S24
FWH2 S19
S42
M4
S69 S26
MODEL: GRK34 HX1
M1

S71
AIR FWH5 S21 S28

CASE: G34HBL STACK


S47
S25
DEAER

SP4
POWER: 150.99
S29
SCAH FWH1 GLNSTM

HR: 2342.81 S56 S30 S43


S31 S75

SP6

EFF: 36.70 S64


PI1
S57

FDF S20
S76
BFWPMP

S65 CNDPMP
M2 GSC
S61
IPBFP GLNCDN

RCYPMP
S60

 
Performance Model (calculation) 
       

Gambar 2.10. Contoh Implementasi Pemodelan Dengan Gatecycle

Keterangan lengkap software gatecycle dapat dilihat dalam Buku Panduan


Operasional Gatecycle.

5. Sistem Manajemen Terpadu

Sistem Manajemen Terpadu (SMT) merupakan sistem manajemen yang


mengintegrasikan semua komponen bisnis ke dalam satu sistem yang koheren,
sehingga diharapkan manajemen dapat menyelesaikan aktivitas dan permasalahan
organisasi dengan cara yang paling efisien, untuk mencapai visi, misi dan
meningkatkan citra organisasi. Dalam konteks ini, sistem yang akan diintegrasikan
adalah Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan ISO 9001:2000 (bisa juga
dengan versi upgrade – nya ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
berdasarkan ISO 14001:2004 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:1999 dan Permenaker No.
Per.05/Men/1996. Makna integrasi / keterpaduan tersebut adalah bahwa dengan
mematuhi klausul – klausul ISO 9001:2000 (atau ISO 9001:2008) akan terwujud

41 
maksud organisasi untuk mendapatkan kepuasan pelanggan, dengan mematuhi
klausul – klausul ISO 14001:2004 akan terwujud maksud organisasi akan kepentingan
corporate social responsibility / CSR dan dengan mematuhi klausul – klausul OHSAS
18001 / Permenaker No. Per.05/Men/1996 akan terwujud maksud organisasi dalam
memberikan perlindungan lingkungan kerja yang aman bagi pekerja.

5.1. Sistem Manajemen Mutu (SMM) Berdasarkan ISO 9001:2000 (ISO 9001 :
2008).
Berdasarkan klausul ISO 9001:2000, fokus perusahaan terletak pada
pelanggan, kebutuhan dan kepuasannya serta perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement) sehingga lebih berorientasi pada mata rantai proses
produksi

5.2. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Berdasarkan ISO 14001:2004.


Definisi Sistem Manajemen Lingkungan, sesuai dengan ISO 14001:1996
adalah, ” sejumlah elemen yang saling berhubungan dan berfungsi secara
bersama – sama untuk mencapai pengaturan yang efektif dan efisien atas
aktifitas, produk dan pelayanan dari suatu organisasi yang mempunyai (atau
dapat mempunyai) dampak terhadap lingkungan.
ISO 14001:2004 dipublikasikan pada 15 November 2004 merupakan upgrade
ISO 14001:1996 (yang didasarkan pada prinsip – prinsip sistem manajemen
mutu seri ISO 9000) dengan perubahan terletak pada :

 Proses perbaikan (improved) yang melekat pada ISO 9001:2000, sehingga


lebih jelas dan lebih kompatibel dengan ISO 9001:2000.
 Lebih fokus pada pemenuhan kepatuhan pada peraturan dan ketentuan –
ketentuan lingkungan lainnya, sehingga lebih baik dalam hal penyampaian
performance lingkungan dan pemenuhan terhadap peraturan / hukum.
 Tujuan dan sasaran yang harus terukur.
Tinjauan manajemen harus dilakukan secara menyeluruh dan detil (point
by point).

5.3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Berdasarkan OHSAS 18001:1999 dan Permenaker No. Per.05/Men/1996.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Permenaker No.
Per. 05/Men/1996)
SMK3 yang diimplementasikan dalam konteks ini adalah berdasarkan OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per.05/Men/1996.

Bukan merupakan standard internasional dan bersifat voluntary.


Dibuat oleh Badan Sertifikasi antara lain : BVQI, SGS, DNV, BSI, LRQA
Bukan merupakan standard produk dan standard kinerja K3 serta tidak
untuk menentukan level kinerja.

42 
Tidak mengharuskan zero accident dan tidak mengharuskan ikut semua
peraturan / persyaratan K3.
Merupakan pendekatan proses, dapat diterapkan di seluruh sektor, tipe dan
ukuran organisasi, serta kompatibel dalam rangka memfasilitasi integrasi
dengan standard ISO 9001:2000 (SMM), ISO 14001:1996 (SML) dan QS
9000.

5.4. Integrasi Standard Sistem Manajemen

Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan ISO 9001:2000, Sistem


Manajemen Lingkungan (SML) berdasarkan ISO 14001:2004 dan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per.05/Men/1996 memiliki kesamaan dalam
banyak hal, sehingga sangat memungkinkan dilakukan integrasi. Selain alasan
tersebut alasan dilakukannya integrasi diantara ketiga sistem manajemen
tersebut adalah :

 ISO 9001:2000 lebih fokus pada perbaikan berkelanjutan (continuous


improvement), yang merupakan salah satu dasar SML dan SMK3.
 ISO 14001:2004 dikembangkan dengan adanya perbaikan (improvement)
dimana klausul ini melekat pada ISO 9001:2000.
Fokus pada proses yang berulang – ulang dari suatu aktifitas seperti
kebijakan, perencanaan, implementasi dsb, termasuk inovasi dan
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) yang terdapat dalam
ISO 14001:2004 secara konsep sama dengan SMM yang mempunyai
penekanan kuat pada pentingnya komitmen manajemen puncak,
partisipasi pekerja sehingga akan membentuk budaya mutu.
 ISO 9001 menghasilkan terlalu banyak paperwork yang dibuat dan terlalu
banyak pada fokus – fokus tertentu pada system, apalagi jika diaplikasikan
pada organisasi yang bersifat birokratis sehingga lebih menekankan pada
proses produksi dengan kualitas yang sama.
 Standard SMT dibangun berdasarkan inti aspek manajemen yang sama,
yaitu kebijakan, perencanaan, implementasi, tinjauan dan menekankan
bahwa semua organisasi harus memiliki inovasi dengan fokus pada
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
 Sertifikasi SMT dibuat sensitif dalam hubungannya dengan sertifikasi yang
minimal pada standard spesifik

Parameter yang harus dilakukan dalam proses integrasi SMM, SML dan
SMK3 adalah :

 Kepemimpinan dalam suatu organisasi dilakukan oleh manajemen


puncak.
 Komunikasi yang efektif harus dilakukan pada semua level.
 Menggunakan proses pendekatan dan Plan Do Check Action (PDCA).
 Melibatkan semua karyawan pada semua level.

Persyaratan pendokumentasian Sistem Manajemen Terpadu (SMT) :

 Menggunakan standard – standard yang bisa diaplikasikan, misalnya


ISO 9001:2000, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:1999.

43 
 Adanya persyaratan pelanggan / pihak – pihak yang berkepentingan.
 Adanya persyaratan undang – undang dan non regulator.
 Adanya aliran proses dan pengendalian operasional.
 Assessment resiko harus ditujukan kepada resiko keselamatan dan
kesehatan kerja, dampak lingkungan dan dampak kegagalan prosess.
 Harus mencakup kepatuhan terhadap peraturan dan hukum untuk
produk, keselamatan, kesehatan, lingkungan, keamanan, analisis dan
dampaknya.

Pengecualian proses integrasi standard dalam SMT :

 Sistem intregrasi tidak mengintegrasikan kebijakan sistem manajemen


keuangan (finansial) ke dalam kebijakan dan prosedur mutu,
lingkungan dan keselamatan dan kesehatan kerja.
 Sistem integrasi bukan membuat satu standard yang sifatnya nasional
dan global.
 Bukan berarti memadukan berbagai disiplin ilmu antara disiplin ilmu
mutu, disiplin ilmu lingkungan dan disiplin ilmu keselamatan dan
kesehatan kerja K3 dalam satu ilmu.

Type untuk mengintegrasikan sistem manajemen tergantung pada kondisi


organisasi pada saat itu.

1. Type 1 : Konversi
Jika organisasi telah memiliki sistem manajemen yang terpisah untuk
sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan dan sistem
manajemen K3.

2. Type 2 : Add On
Jika organisasi telah memiliki sistem manajemen mutu, dan kemudian
diintegrasikan dengan ke dalam sistem manajemen lingkungan dan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Parameter penting dalam integrasi sistem manajemen :

 Identifikasi dan pemahaman pemenuhan standard ISO 9001:2000,


ISO 14001:1996 dan OHSAS 18001:1999, dengan menggunakan
guidance.
 Desain perencanaan untuk integrasi elemen – elemen SMM, SML dan
SMK3, dengan menentukan hal – hal yang signifikan terhadap
kebutuhan organisasi.
 Format & struktur dokumentasi SMT yang paling efisien.
 Assessment dengan methodologi yang tepat serta tinjauan terhadap
SMT, didahului oleh audit internal untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan.
 Sertifikasi.
 

Guna menjamin bahwa Sistem Manajemen Terpadu dilaksanakan dengan


benar dan konsisten di Perusahaan, maka perlu dilaksanakan hal-hal sebagai
berikut:

44 
1. Komitmen Manajemen (Management commitment)
Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya dalam
pengembangan dan penerapan sistem manajemen terpadu dalam
pengelolaan pembangkit dengan tetap memperhatikan aspek perbaikan
terhadap sistem manajemen terpadu secara berkelanjutan secara efektif
dengan melakukan kegiatan-kegiatan:

1.1. Komunikasi dan konsolidasi kepada seluruh anggota organisasi.


Komunikasi dan konsolidasi dalam perspektif dalam sistem
manajemen terpadu didefinisikan sebagai proses interaktif berupa
pertukaran informasi dan pendapat, yang melibatkan arus komunikasi
verbal dan tulisan didalam organisasi untuk membahas tata kelola
pembangkitan.

Komunikasi dan konsolidasi dengan anggota organisasi dilakukan


secara berkala. Salah satu keuntungan yang didapat dari komunikasi
dan konsolidasi berkala adalah penemuan risiko atau peluang baru
yang muncul sesuai dengan dinamika pengoperasian pembangkit.
Terlepas dari metoda yang dipakai dalam melakukan komunikasi dan
konsolidasi, satu hal yang harus menjadi perhatian adalah komunikasi
dan konsolidasi harus dilakukan maksimal dengan melibatkan para
pihak yang berkepentingan, terarah dan terukur dalam pembahasan
topik, dilakukan pada waktu yang tepat yang dilandasi pada sasaran
yang jelas. Pembangunan kepedulian (awareness) dari setiap
anggota organisasi terhadap sistem manajemen terpadu merupakan
bagian dari aspek komunikasi dan koordinasi. Sehingga setiap
anggota organisasi memiliki kepedulian dan pemahaman yang sama
terhadap sistem yang diterapkan di organisasinya.

1.2. Menetapkan kerangka sistem manajemen terpadu.


Kerangka sistem manajemen terpadu dibangun dengan
memperhatikan tujuan dan fungsi organisasi dengan memperhatikan
aspek peningkatan proses secara berkelanjutan dalam pengelolaan
pembangkit. Kerangka sistem manajemen terpadu merupakan alat
manajemen untuk mencapai target produksi dan keuangan secara
efisien dan efektif di organisasinya.

1.3. Memastikan sistem manajemen terpadu dilaksanakan secara


konsisten dan berkelanjutan
Kepastian penerapan sistem manajemen terpadu pada organisasi
yang menjadi sub-ordinatnya menjadi tanggung jawab manajemen
puncak dengan tetap memperhatikan efektivitas dari pelaksanaan
sistem manajemen terpadu. Dengan demikian, pengawasan dan
pengendalian harus dilakukan secara berkala dengan metoda yang
dipakai disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Metoda yang
dipakai harus memiliki kemampuan melakukan proses sesuai dengan
tahap perencanaan, jika dalam hasil pelaksanaan tidak sesuai dengan
rencana maka perlu dilakukan tindakan koreksi terhadap proses yang
telah dijalani.

45 
2. Tinjauan manajemen
Tinjauan terhadap sistem manajemen terpadu adalah untuk memastikan
ketepatan penerapan, kecukupan dan efektivitas sistem tersebut. Dalam
melakukan tinjauan, manajemen harus memasukkan unsur asesmen
terhadap peluang perbaikan sistem termasuk upaya penggantian sebagian
atau seluruh proses yang tidak efektif atau menjadi kendala dalam
pelaksanaan sistem.

3. Pemahaman (Awareness)
Pelaksanaan alat manajemen pada akhirnya juga sangat tergantung pada
ketersediaan kompetensi sumber daya manusia di organisasi tersebut.
Pengembangan kompetensi SDM didapat melalui program pendidikan dan
atau pelatihan yang didukung oleh keahlian dan pengalaman. Organisasi
harus menetapkan level kompetensi untuk setiap anggota organisasi yang
terlibat dalam kegiatan, meningkatkan kompetensi personil secara
berkesinambungan, dan memastikan bahwa setiap personil memahami
fungsi dan perannya dalam mencapai tujuan organisasi dengan
implementasi sistem manajemen terpadu.

4. Pengendalian Dokumen
Semua Dokumen hasil dari pengawasan, pengendalian dan tinjauan
terhadap sistem manajemen mutu terpadu harus dicatat dan
didokumentasikan serta menjadi bagian dari arsip organisasi.

46 
III

PETA KEGIATAN
PROSES BISNIS PEMBANGKITAN
 

BAB III

PETA KEGIATAN

PROSES BISNIS PEMBANGKITAN

Kegiatan yang dilakukan pada Proses Bisnis Pembangkitan bertujuan untuk mencapai
sasaran yang telah diuraikan pada BAB II. Kegiatan tersebut akan dicantumkan dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Dalam BAB ini akan diuraikan seluruh alternative kegiatan yang mungkin dapat
dilaksanakan untuk mencapai setiap sasaran rinci yang telah diuraikan pada BAB II.

Pemilihan alternative kegiatan akan sangat tergantung pada hasil Kajian Kelayakan Operasi,
Keuangan serta disesuaikan dengan karakteristik unit bisnis setempat.

Secara ringkas peta kegiatan proses bisnis pembangkitan dapat digambarkan sesuai
dengan sasaran utama dan sasaran rinci kegiatan sebagai berikut :

1. Kesiapan Unit Pembangkitan


1.1. Work Planning & Control (WP&C) Management
1.1.1. Identifikasi Pekerjaan
1.1.1.1. Deskripsi permintaan pekerjaan
1.1.1.2. Efektivitas permintaan pekerjaan
1.1.1.3. Morning Meeting – Agenda
1.1.1.4. Morning Meeting – Persiapan
1.1.1.5. Morning Meeting – Efektifitas

1.1.2. Perencanaan Harian (Pekerjaan Urgent), Termasuk Pembuatan Work


Package (Instruksi Kerja, SDM, Material, Tools, Kebutuhan APD / Alat
Pelindung Diri, Lama & Interval Pekerjaan):
1.1.2.1. Identifikasi dan distribusi WO
1.1.2.2. Pelaksanaan perencanaan harian
1.1.2.3. Penggalian informasi untuk kelengkapan WO
1.1.2.4. Kualitas work package
1.1.2.5. Penjadwalan

1.1.3. Perencanaan Mingguan (Pekerjaan Normal), Termasuk Pembuatan Work


Package (Instruksi Kerja, SDM, Material, Tools, Kebutuhan APD / Alat
Pelindung Diri, Lama & Interval Pekerjaan):
1.1.3.1. Identifikasi dan distribusi WO
1.1.3.2. Pelaksanaan Perencanaan Harian (Prasyarat)
1.1.3.3. Penggalian informasi untuk kelengkapan WO
1.1.3.4. Kualitas work package
1.1.3.5. Penjadwalan 4 mingguan

47 
1.1.4. Annual Planning, (Perencanaan dan Penjadwalan PM)
1.1.4.1. Jadwal dan rencana pemeliharaaan preventive
1.1.4.2. Pembagian load dan resource pemeliharaan preventive
1.1.4.3. Daftar kebutuhan biaya tahunan (PM)
1.1.4.4. Review melalui annual meeting

1.1.5. Long Term Planning :


1.1.5.1. Draft rencana lima tahunan; Yearly Planning 1; Yearly planning
2
1.1.5.2. Identifikasi item & material yang membutuhkan delivery time
yg panjang

1.1.6. Eksekusi Pekerjaan, Monitoring / Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan


1.1.6.1. Distribusi WO ke Supervisor
1.1.6.2. Manajemen tooling & shops
1.1.6.3. Kelengkapan safety
1.1.6.4. Eksekusi pekerjaan
1.1.6.5. Final test / post maintenance testing.
1.1.6.6. Serah terima ke Operator dan Bidang Renevhar

1.1.7. Evaluasi pelaksanaan pekerjaan.

1.1.8. Dokumentasi feedback


1.1.8.1. Ketepatan waktu (Waktu yang diperlukan dari pekerjaan
selesai di lapangan dan post maintenance testing / final test
dilakukan sampai dengan feedback diterima planner Bidang
Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan agar WO dapat di-
close)
1.1.8.2. Informasi yang lengkap pada WO close (failure mode & cause,
tindakan korektif yang dilakukan, hasil test, pemakaian aktual
material, manhour dan resource lain, dll.)
1.1.8.3. Dokumentasi

1.1.9. Capital Planning & Maintenance Mix


1.1.9.1. Perencanaan Anggaran Pemeliharaan
1.1.9.2. Cost Posting

1.2. Outage Management.


1.2.1. Pre Outage (Perencanaan & Persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning),
review progress meeting R1, R2, R3, P1 & hasil OH yang telah
dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2.
1.2.1.2. Identifikasi jadwal dan ruang lingkup pekerjaan overhaul
1.2.1.3. Identifikasi kondisi performance unit (kondisi operasi)
1.2.1.4. Identifikasi kondisi peralatan dari pemeliharaan rutin
(rekomendasi preventive, corrective & predictive maintenance)
1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material
utama)

48 
1.2.1.6. Monitoring dan pengendalian hasil review kegiatan / OH
(Overhaul) yang lalu.
1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
1.2.1.8. Checklist kesiapan pekerjaan OH (Khusus P3)

1.2.2. Outage / Pelaksanaan Overhaul


1.2.2.1. Dis-assembly
1.2.2.2. Inspeksi
1.2.2.3. Assembly
1.2.2.4. Test peralatan
1.2.2.5. PerIode Start-Up & Sinkron

1.2.3. Post Outage


1.2.3.1. Performance Test
1.2.3.2. Pelaporan hasil overhaul
1.2.3.3. Evaluasi & rekomendasi
1.2.3.4. Rencana tindak lanjut OH berikutnya

1.3. Material Management.


1.3.1. Manajemen Inventory
1.3.1.1. Database Catalogue
1.3.1.2. Usulan Pengadaan (RO)
1.3.1.3. Inventory Policy
1.3.1.4. Penetapan ROP & ROQ
1.3.1.5. Assesment Persediaan Gudang
1.3.1.6. Laporan Manajemen Material
1.3.1.7. Optimasi Stok Material Gudang

1.3.2. Manajemen Pengadaan


1.3.2.1. Suplier master
1.3.2.2. Perencanaan & pelaksanaan proses pengadaan
1.3.2.3. Monitoring dan pengendalian proses pengadaan
1.3.2.4. Kontrak payung (Merupakan kontrak jangka menengah atau
panjang kepada supplier tertentu untuk memenuhi material
yang dibutuhkan yang sudah terprediksi penggunaannya dan
dikirim dengan jumlah dan waktu sesuai kebutuhan)

1.3.3. Manajemen Gudang


1.3.3.1. Monitoring dan scheduling penerimaan barang
1.3.3.2. Pemilahan dan pemisahan material karantina
1.3.3.3. Identitas material
1.3.3.4. Stock opname
1.3.3.5. Prosedur penanganan dan penyimpanan material
1.3.3.6. Perencanaan dan proses pelaksanaan transaksi pergudangan
(in dan out)
1.3.3.7. Identifikasi dan penanganan material dead stock, obsolete
stock dan material return (material pengembalian bekas pakai)
 

49 
 
2. Keandalan Unit Pembangkit
2.1. Reliability Management.
2.1.1. SERP (System Equipment Reliability Prioritization) /Menetapkan prioritas
pekerjaan berdasarkan criticality ranking peralatan
2.1.1.1. Kelengkapan daftar system dan equipment
2.1.1.2. Penetapan kriteria ranking
2.1.1.3. Workshop SERP
2.1.1.4. Hasil MPI

2.1.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)


2.1.2.1. Definisi system dan unjuk kerja yang dibutuhkan
2.1.2.2. Identifikasi equipment yang membutuhkan FMEA
2.1.2.3. Jadwal workshop FMEA
2.1.2.4. Workshop FMEA
2.1.2.5. Tentukan assumsi dan groundrules yang akan digunakan untuk
menganalisis
2.1.2.6. List individual komponen atau berbagai fungsi
2.1.2.7. Kembangkan blok diagram
2.1.2.8. Device an analysis worksheet.
2.1.2.9. Ratio FMEA oleh external dan internal
2.1.2.10. Pengukuran efektifitas hasil.
2.1.2.11. Rekomendasi

2.1.3. Root Cause Failure Analysis (RCFA)


2.1.3.1. Daftar problem/Identify the unacceptable performance.
2.1.3.2. Workshop
2.1.3.3. Identifikasi dan rekomendasi hasil RCFA
2.1.3.4. Cost Benefit Analysis (CBA)

2.1.4. Base line Audit


Pemetaan terhadap kesiapan peralatan yang ada di unit pembangkit,
sehingga diketahui kondisi peralatan secara nyata. Dilakukan Equipment
Audit dengan langkah langkah sebagai berikut:
2.1.4.1. Melakukan pengambilan data melalui predictive tool technology
untuk semua peralatan, berupa data-data vibrasi, thermograpy,
oil analysis, dll.
2.1.4.2. Mengumpulkan data operasi, berupa gangguan kerusakan,
alarm, trip, derating, laporan hasil gatecycle dan kondisi
resource (fuel, oil, water).
2.1.4.3. Mengumpulkan data pemeliharaan berupa histori peralatan, job
card feedback, laporan quality control.
2.1.4.4. Melakukan workshop koordinasi (engineering, operasi dan
pemeliharaan) untuk membuat program-program recovery untuk
peralatan yang masuk kategori merah dan kuning.

50 
2.1.5. Predictive Maintenance
2.1.5.1. Setting Up Database Predictive Maintenance (PdM)
2.1.5.2. Jadwal
2.1.5.3. Persiapan Teknis Lapangan
2.1.5.4. Pengukuran (Monitoring)
2.1.5.5. Data Management
2.1.5.6. Analisa & Rekomendasi
2.1.5.7. Tindak Lanjut
2.1.5.8. Cost and Benefit Analysis

2.2. Operation Management.


2.2.1. Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit berdasarkan
kebutuhan sistem dan kesiapan unit.
2.2.1.1. Membuat rencana operasi jangka panjang.
2.2.1.2. Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan
2.2.1.3. Mengoperasikan unit pembangkit untuk kondisi normal (Seperti
tertuang dalam SOP normal )
2.2.1.4. Mengoperasikan unit saat keadaan tidak normal (Seperti
tertuang dalam SOP tidak normal )

2.2.2. Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi peralatan.


2.2.2.1. Melakukan change over peralatan sesuai jadwal.
2.2.2.2. Melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2
mingguan dan bulanan).
2.2.2.3. Melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan /
overhaul.

2.2.3. Melakukan first line maintenance


2.2.3.1. Melakukan patrol check dan house keeping
2.2.3.2. Melakukan tindakan first line maintenance (menambah oli/
minyak, pengencangan baut baut, pembersihan filter,
pembersihan peralatan dan lain lain)
2.2.3.3. Melakukan pengamanan dan penanganan awal jika terjadi
gangguan sesuai dengan prosedur penanganan gangguan.
2.2.3.4. Melaporkan gangguan.
2.2.3.5. Memprioritaskan pekerjaan pemeliharaan
2.2.3.6. Memonitor gangguan.
2.2.3.7. Mengendalikan gangguan.
2.2.3.8. Evaluasi & Laporan Gangguan

2.2.4. Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.


2.2.4.1. Melakukan pengukuran/ metering, pencatatan dan pelaporan
energi listrik untuk memantau kinerja pembangkit dan
pembuatan neraca energi listrik bulanan.
2.2.4.2. Membandingkan dan mengevaluasi kesiapan unit yang telah
dicapai (waktu dan produksi listrik netto) dengan target yang
telah disepakati.

51 
2.2.4.3. Membandingkan dan mengevaluasi konsumsi spesifik unit
pembangkit aktual (batubara, bahan kimia, auxiliary) dengan
target yang telah disetujui.
2.2.4.4. Melakukan review/ update SOP dan mengeluarkan rekomendasi
untuk menjaga keandalan dan efisiensi, berdasarkan kondisi
terakhir unit pembangkit (kajian evaluasi gangguan, histori
peralatan, rencana pemeliharaan, rencana produksi, kondisi
bahan bakar dan lain lain)

2.2.5. Pengelolaan bahan bakar


2.2.5.1. Melakukan perhitungan kebutuhan pemakaian bahan bakar
untuk satu bulan kedepan.
2.2.5.2. Mengusulkan kebutuhan bahan bakar hasil perhitungan dan
jadwal kedatangan angkutan pembawa bahan bakar yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan unit pembangkit.
2.2.5.3. Mengawal proses penerimaan batubarabahan bakar, koordinasi
dengan perusahaan bongkar muat dan surveyor independen
sesuai dengan prosedur penerimaan bahan bakar .
2.2.5.4. Membuat laporan ketidaksesuaian kondisi bahan bakar maupun
pada saat proses pengiriman.
2.2.5.5. Membuat rencana kebutuhan bahan bakar HSD, mengusulkan
dan mengawal proses transportasi dan penerimaan bahan bakar
sesuai dengan prosedur penerimaan bahan bakar HSD.
2.2.5.6. Membuat rencana kebutuhan bahan kimia, mengusulkan dan
mengawal proses penerimaan bahan kimia sesuai dengan
prosedur penerimaan bahan kimia.

2.2.6. Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor
pusat.
2.2.6.1. Melaporkan rencana daya mampu mingguan dan bulanan
kepada Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
2.2.6.2. Melakukan komunikasi secara real time dengan Pusat Pengatur
Beban untuk informasi kondisi beban/ daya yang dibangkitkan
agar sesuai dengan permintaan (sesuai dengan prosedur
kontrak niaga).
2.2.6.3. Melakukan pelaporan jika terjadi gangguan unit.
2.2.6.4. Membuat laporan pengusahaan bulanan yang mencakup
rencana produksi listrik, rencana alokasi pengiriman energi,
realisasi produksi dan penjualan energi, energi pemakaian
sendiri, susut trafo, kWh terjual, faktor faktor operasi, pemakaian
dan penerimaan bahan bakar serta biaya operasi.
2.2.6.5. Memberikan informasi laporan pengusahaan bulanan tersebut
ke kantor pusat.
2.2.6.6. Membuat berita acara transaksi energi antara unit pembangkit
dan PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban .

52 
3. Efficiency Management

3.1. Operator Action. (Operator bertanggung jawab dalam operasi unit yang efisien)
3.1.1. Operator bertanggung jawab untuk meminimalkan “controllable” losses
(PS)
3.1.2. Operator membuat keputusan-keputusan yang menghasilkan dampak
besar pada heat rate (Efisiensi)

3.2. Efficiency Improvement.


3.2.1. Baselining didasarkan pada data heat balance
3.2.2. Data Collection
3.2.3. Heat balance modelling : model based normalization
3.2.4. Performance test
3.2.5. Identify corrective action

4. Sistem Manajemen Terpadu


4.1. Komitmen Manajemen
4.2. Tinjauan Manajemen
4.3. Pemahaman (Awareness)
4.4. Pengendalian Dokumen
4.5. Pengendalian Operasi K3
4.5.1. Pengendalian Supplier dan Pihak Ke-3
4.5.2. Ijin Safety (Safety Permit)
4.5.3. Sistem Isolasi dan Penormalan serta Log Out dan Tag Out
4.5.4. Pengendalian Combustable Material
4.5.5. Pengendalian Alat Pelindung Diri
4.5.6. Pengendalian Keamanan Lingkungan Kerja
4.5.7. Pengendalian Pekerjaan Panas (Hot Work)
4.5.8. Pengendalian Pekerjaan Dalam Ruang Terbatas (Terowongan, Vesel,
tangki, dll).
4.5.9. Pengendalian Pekerjaan Pada Ketinggian.
4.5.10. Pengendalian Pekerjaan Bawah Air
4.5.11. Pengendalian Pekerjaan Pada Instalasi Gas (Explosif dan
Combustible).
4.5.12. Pengendalian Rokok (Smoking Kontrol).
4.5.13. Pengendalian Kesehatan Kerja.
4.5.14. Pengendalian Alat Angkat, Angkut, Bejana Bertekanan dan Instalasi
Penangkal Petir.
4.5.15. Pengendalian Pekerjaan pada Lokasi Bertegangan.
4.5.16. Pengendalian Risiko Radiasi
4.5.17. Pengendalian Fire Fighting and Protection System.
4.5.18. Pengendalian APAR dan APAT
4.5.19. Pengendalian Kotak PPGD (P3K)

53 
4.6. Pengendalian Operasi Lingkungan
4.6.1. Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4.6.2. Pengendalian Limbah B3
4.6.3. Pengendalian Limbah Cair Berminyak.
4.6.4. Pengendalian Limbah Cair Proses /Operasi.
4.6.5. Pengendalian Limbah Cair Dometik /Limbah Sanitasi.
4.6.6. Pengendalian Limbah Padat Non B3 (Limbah Padat Domestik).
4.6.7. Pengendalian Emisi Gas Buang.

54 
IV

PERSIAPAN DALAM MENJALANKAN


PROSES BISNIS PEMBANGKITAN
BAB IV

PERSIAPAN DALAM MENJALANKAN PROSES BISNIS PEMBANGKITAN

Dalam menjalankan proses bisnis pembangkitan dengan menggunakan tata kelola


pembangkitan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, memerlukan persiapan data
maupun kegiatan untuk dijadikan dasar pengambilan langkah – langkah operasional yang
efektif dan efisien guna pencapaian target kinerja operasional pembangkit.

Adapun data / kegiatan yang diperlukan dalam menjalankan proses bisnis pembangkitan
dengan menggunakan Tata Kelola pembangkitan adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan Unit Pembangkitan


1.1. Work Planning & Control (WP&C) Management
1.1.1. Identifikasi Pekerjaan
1.1.1.1. Deskripsi permintaan pekerjaan.
 Deskripsi permintaan pekerjaan dari operator atau fungsi
perencanaan & pengendalian pemeliharaan yang tertulis
dalam ILS (Insident Log Sheet)
 Deskripsi pekerjaan jelas, kuantitatif (menyebutkan deviasi
thd standar), lengkap dan akurat. Tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut
1.1.1.2. Efektivitas permintaan pekerjaan.
 Permintaan pekerjaan untuk seluruh kerusakan di
lapangan.
 Daftar semua kerusakan per periode waktu.
1.1.1.3. Morning Meeting – Agenda.
 Review Emergency Work,
 Mengubah ILS menjadi Work Order (prioritas dan tanggal
selesai)
 Daftar backlog dan kemungkinan backlog untuk urgent job.
1.1.1.4. Morning Meeting – Persiapan
 Status pembangkit (Data plant status dari shift supervisor).
 Daftar backlog dan kemungkinan backlog untuk pekerjaan
Urgent dari Spv Har
 Daftar ILS dan Daily / Weekly / Yearly Plan dari Supervisor
Perencanaan & Pengandalian Pemeliharaan.
1.1.1.5. Morning Meeting – Efektifitas
 Hasil dari morning meeting dan lingkungan pendukungnya
(kehadiran, gangguan - telpon, keluar masuk, debat kusir,
dll)
 Tindak lanjut & monitoring meeting.

55 
1.1.2. Perencanaan Harian (Pekerjaan Urgent), Termasuk Pembuatan Work
Package (Instruksi Kerja, SDM, Material, Tools, Kebutuhan APD / Alat
Pelindung Diri, Lama & Interval Pekerjaan):
1.1.2.1. Identifikasi dan distribusi WO
 WO Urgent
 WO Open
 Planner in charge
1.1.2.2. Pelaksanaan perencanaan harian (Menjadi prasyarat)
 Pemahaman planner yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan maintenance yang harus dilaksanakan.
(Prasyarat)
 Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk merencanakan
pekerjaan dan mengidentifikasi resource. (Prasyarat)
1.1.2.3. Informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi WO
 Scope of work
 Safety issue / Pertimbangan aspek risiko K3 & aspek
dampak lingkungan
 Spare part
 Skill & Manhours, jumlah tenaga kerja
 Durasi & interval pekerjaan.
 Spesial Tools
 Job Task
 Post Maintenance testing
 Referensi
 Apakah pekerjaan harus mematikan equipment atau tidak
(offline atau online)
1.1.2.4. Kualitas work package
 Scope of work
 Spare/material,
 Skill & manhour, jumlah tenaga kerja
 Durasi & interval pekerjaan.
 Special tool / equipment,
 Job task / instruction,
 Post maintenance testing dan
 Safety requirement (Aspek risiko K3 & dampak lingkungan)
 History
1.1.2.5. Penjadwalan
 Alokasi SDM
 Ketersediaan Material
 Tools
 Ijin Operasi
 Apakah pekerjaan harus mematikan equipment atau tidak
(offline atau online)
 Penyesuaian rencana mingguan.

56 
1.1.3. Perencanaan mingguan (pekerjaan normal), Termasuk Pembuatan Work
Package (Instruksi Kerja, SDM, Material, Tools, Kebutuhan APD / Alat
Pelindung Diri, Lama & Interval Pekerjaan):
1.1.3.1. Identifikasi dan distribusi WO
 WO Normal
 WO Open (belum selesai)
 Planner in charge

1.1.3.2. Pelaksanaan perencanaan mingguan (Prasyarat)


 Pemahaman planner yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan maintenance yang harus dilaksanakan.
 Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk merencanakan
pekerjaan dan mengidentifikasi resource.

1.1.3.3. Penggalian informasi untuk kelengkapan WO


 Scope of Work
 Safety issue / Pertimbangan aspek risiko K3 & aspek
dampak lingkungan
 Spare part
 Skill & Manhours, jumlah tenaga kerja
 Durasi & interval pekerjaan.
 Spesial Tools
 Job Task
 Post Maintenance
 Referensi.
 Apakah pekerjaan harus memastikan equipment atau tidak
(Perlu LOTO atau tidak)

1.1.3.4. Kualitas work package


 Lingkup pekerjaan,
 Spare/material,
 Skill & manhour, jumlah tenaga kerja
 Durasi & interval pekerjaan.
 Special tool/equipment,
 Job task/instruction,
 Post maintenance testing dan
 Safety requirement (Aspek risiko K3 & dampak lingkungan)
 History

1.1.3.5. Penjadwalan 4 mingguan


 Alokasi SDM
 Ketersediaan Material
 Tools
 Ijin Operasi
 LOTO (Log Out Tag Out)
 Rencana 4 mingguan

57 
1.1.4. Annual planning (Perencanaan dan Penjadwalan PM)
1.1.4.1. Jadwal dan rencana pemeliharaaan preventive
 Daftar kebutuhan material
 Daftar manhours personil, jumlah tenaga kerja, Durasi &
interval pekerjaan untuk pekerjaan PM

1.1.4.2. Pembagian load dan resource preventive maintenance :


 Daftar pembagian load pekerjaan,
 Skill,
 Manhour,
 Material / spare
 Tool
 Jumlah tenaga kerja, durasi & interval pekerjaan

1.1.4.3. Daftar kebutuhan biaya tahunan (PM)

1.1.4.4. Review melalui annual meeting


 Jadwal PM

1.1.5. Long term planning :


1.1.5.1. Draft rencana lima tahunan, Yearly Planning 1 dan Yearly
Planning 2
 Identikasi pekerjaan OH
 Identikasi pekerjaan modifikasi / penggantian besar
 Daftar material spesifik yang dibutuhkan
 Anggaran jangka panjang (lima tahunan)
 Rencana Investasi
 Ijin batas kewenangan

1.1.5.2. Identifikasi Item & material yang membutuhkan delivery time


yang panjang
 Daftar material spesifik yang dibutuhkan
 Anggaran jangka panjang (lima tahunan)
 Rencana investasi
 Jadwal pekerjaan overhaul

1.1.6. Eksekusi pekerjaan, monitoring / pengawasan pelaksanaan pekerjaan


1.1.6.1. Distribusi WO ke foreman / teknisi
 Work Order (setelah ada klasifikasi dari bidang
Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan)
 Person in Charge / teknisi
1.1.6.2. Manajemen tooling & shops / bengkel
1.1.6.3. Kelengkapan Safety
 APD (Alat pelindung Diri)

58 
1.1.6.4. Kesesuaian pelaksaaan dengan instruksi kerja (work package)
 Instruksi Kerja & check list
1.1.6.5. Post maintenance testing / final testing
 Standard kualitas yang dipersyaratkan
1.1.6.6. Serah terima ke operator dan Rendal Har
 Hasil Pekerjaan
 Peralatan test yang digunakan
 Check list uji

1.1.7. Evaluasi pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan,


 Hasil pekerjaan
 Data historical

1.1.8. Dokumentasi feedback


1.1.8.1. Ketepatan waktu (waktu yang diperlukan dari pekerjaan
selesai di lapangan dan post maintenance testing dilakukan
sampai dengan feedback diterima planner agar WO dapat di-
close.)
 Data finish date
1.1.8.2. Informasi yang lengkap pada WO Closed
 Failure mode effect analysis (FMEA) & Root cause failure
analysis (RCFA),
 Tindakan korektif yang dilakukan,
 Hasil test
 Realisasi pemakaian material
 Man hour
 Resource lain
1.1.8.3. Dokumentasi
 WO closed
 Historical data

1.1.9. Capital planning & maintenance mix


1.1.9.1. Perencanaan anggaran pemeliharaan
Perencanaan anggaran yang optimal dengan
mempertimbangkan LCC
1.1.9.2. Cost posting
Pembebanan biaya pada tiap peralatan.

1.2. Outage Management


1.2.1. Pre Outage (Perencanaan & Persiapan) : R1 (18 Bulan Perencanaan),
R2 (12 Bulan Perencanaan), R3 (6 Bulan Perencanaan), P1 (3 Bulan
Perencanaan), P2 (1 Bulan Perencanaan), P3 (1 Minggu Perencanaan)
1.2.1.1. Review OH (Overhaul) yang lalu
Hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang
sudah dilaksanakan sebagai input planning

59 
1.2.1.2. Identifikasi jadual dan scope pekerjaan OH
 Jenis pemeliharaan terkait
 Identifikasi jadual, scope of work, standar.
 Usulan penerbItan WO dan planner outage yang
bertanggung jawab.
1.2.1.3. IdentIfIkasI kondisi performance unIt (kondisi operasI)
 Identifikasi potret hasil assessment
 Daya mampu netto, efisiensi, jam operasi unit
1.2.1.4. Identifikasi kondisi peralatan dari pemeliharaan rutin
(rekomendasi preventive, corrective & predictive maintenance)
 Hasil pemeliharaan tactical & non tactical.
1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management :
 Pembuatan work package (tata urutan pelaksanaan
pekerjaan) sesuai dengan jenis pemeliharaannya.
 Penetapan kebutuhan Material, sesuai dengan jenis
pemeliharaannya.
Identifikasi kebutuhan spare part spesifik sesuaI delivery
time serta penerbitan Issue Requisition atau
Recommended Order sebagai dasar proses pengadaan
 Penetapan kebutuhan Tools, sesuai dengan jenis
pemeliharaannya.
 Penetapan kebutuhan SDM
 Penetapan kesiapan sarana
 Penetapan standard kualitas dan sasaran hasil pekerjaan.
 Standard pekerjaan fisik OEM
 Standard performance OEM.
 Prosedur, instruksi kerja, check list (formulir)
 Penetuan metode / standar prosedur komunikasi
 Penetapan anggaran dan biaya

1.2.1.6. Monitoring dan pengendalian hasil review kegiatan / OH yang


lalu.
Konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan
sesuaI target yang ditetapkan misalnya proses pengadaan
barang beserta alokasinya.
1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
 Ketepatan waktu (dalam range +7 hari dari tanggal yang
ditetapkan)
 Pertemuan sesuai jadual kegiatan dan kelengkapan
peserta pertemuan
1.2.1.8. Khusus untuk P3, dilengkapi dengan :
 Review kesiapan jadual, scope pekerjaan (baik yang
standard maupun tambahan), Struktur TIm OH dan Sarana
(yang dalam kendali owner).
 Review kesiapan spare parts / material

60 
 Review hasil performance test unit & kesiapan ijin kerja
(safety / working permit) dilengkapi dengan pelaksanaan
isolating area / equipment.
 Review kondisi unit & hasil pemeliharaan rutin (Preventive
& Predictive Maintenance).
 Checklist kesiapan pekerjaan overhaul.

1.2.2. Outage Execution / Pelaksanaan Overhaul


1.2.2.1. Dis-assembly
1.2.2.2. Inspeksi
1.2.2.3. Assembly
1.2.2.4. Test Peralatan
1.2.2.5. Periode start up dan sinkron
 Tersedianya kelengkapan start up dan sinkron
 Tim start up dan sinkron
 SOP (Standard Operating Procedure) / Instruksi Kerja
Start Up
 Referensi standard operation book equipment
 Pelaksanaan pekerjaan start up
 Mekanisme koordinasi antar bidang dan unit.

1.2.3. Post Outage / Pasca Pekerjaan Overhaul


1.2.3.1. Performance Test
1.2.3.2. Pelaporan hasil overhaul
1.2.3.3. Evaluasi & rekomendasi
1.2.3.4. Rencana tindak lanjut dari laporan, evaluasi dan rekomendasi
hasil pelaksanaan overhaul
 Rencana tindak lanjut untuk overhaul berikutnya
 Rencana tindak lanjut kendala – kendala dalam
perencanaan
 Pemantauan tindak lanjut

1.3. Material Management


1.3.1. Manajemen Inventory
1.3.1.1. Database Catalogue
Sebuah sajian informasi detail dari sebuah material atau
barang yang menggambarkan secara jelas dan lengkap
tentang spesifikasi dan klasifikasi material yang
terdokumentasi dalam bentuk format yang teratur dan rapi
 Sistem dokumentasi dan keintegrasian dengan system
informasi / manajemen terpadu
 Manfaat sebagai sumber informasi dalam pengelolaan
material
 Struktur dan kelengkapan klasifikasi
 Continuous improvement
 Update

61 
1.3.1.2. Usulan Pengadaan (RO)
Data material atau jasa yang terencana, informatif dan lengkap
sebagai dasar proses pengadaan
 Jadwal & rencana
 Ketepatan waktu penyerahan ke bagian pengadaan
 Kelengkapan ToR (Term of Reference)
 Pengendalian
 Continuous improvement

1.3.1.3. Inventory Policy


Penerapan suatu kebijakan perusahaan yang mengatur
tentang pengelolaan material yang meliputi metode
pengendalian persediaan, metode pembelian, dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara biaya inventory dan
waktu pemesanan serta penggunaan.
 Pengelompokan material berdasarkan kreteria criticality,
avaibility dan usage value
 Analisa dan pengolahan data hasil pengelompokan
 Rekomendasi-rekomendasi terkait perlakuan dari sisi
inventory dan pengadaan
 Dokumentasi hasil analisa, pengolahan data dan
rekomendasi-rekomendasi
 Approval
 Implementasi terhadap rekomendasi-rekomendasi
 Continuous improvement

1.3.1.4. Penetapan ROP & ROQ


Suatu sistem perencaan persediaan gudang dengan sistem
auto ROQ & ROQ (ROQ= Jumlah material yang dipesan
dalam setiap order ROP =Jumlah tertentu dari persediaan
sebagai acuan waktu dalam pemesanan ulang.
 Rekomendasi setting ROP/ROQ berdasarkan kriteria
inventory policy.
 Kesesuaian rekomendasi setting ROP/ROQ
 Rekap dan identifikasi berdasarkan fungsi kebutuhan
 Review dan pengendalian terhadap akurasi pada periode
waktu tertentu.
 Updated

1.3.1.5. Assesment Persediaan Gudang


Identifikasi dan review terhadap kondisi persediaan gudang
secara detail dan periodik sebagai bentuk monitoring dan
pengendalian terhadap nilai persediaan gudang.
 Pelaksanaan assesment persediaan gudang secara rutin.
 Dokumentasi data yang baik dan mudah diakses.
 Analisa dan evaluasi, alokasi dan jadwal pemakaian telah
dibuat dan dikomunikasikan ke bidang terkait, sebagai

62 
masukan perencanaan dan pemenuhan kebutuhan
material unit,
 Action plant optimalisasi untuk pemanfaatan unit

1.3.1.6. Laporan Manajemen Material


Data yang berisi tentang kondisi persediaan dan semua
transaksi material yang terdokumentasi dalam bentuk laporan
yang berfungsi untuk monitoring, pengendalian dan
perencanaan proses bisnis material.
 Laporan manajemen material yang terjadwal.
 Melakukan analisa dan evaluasi, tindak lanjut, dan hasil
analisa yang terdokumentasi dan tersaji dengan baik,
 Database terintegrasi dan online dalam Sistem Informasi
Terpadu

1.3.1.7. Optimasi Stok Gudang


Identifikasi dan pemilahan stock material gudang berdasarkan
nilai, tahun penerimaan dan asas manfaat yang meliputi
material layak pakai, tidak layak pakai, layak pakai mesin
absolut dan material stock minimum, dalam rangka
optimalisasi stock material gudang untuk menujang keandalan
dan efisiensi unit.
 Identifikasi dan pemilahan material berdasarkan terhadap
status fungsi, status manfaat, nilai persediaan, lama
digudang,
 Rekap data identifikasi.
 Laporan dan action plan termasuk tindak lanjut
penghapusan atau pemanfaatan unit.

1.3.2. Manajemen Pengadaan


1.3.2.1. Suplier Master
Daftar rekanan yang teridentifikasi secara detail disertai
monitoring performancenya.
 Database on line dan terintegrasi dalam SIT,
 Klasifikasi sesuai capability per jenis barang atau jasa,
 Identifikasi secara detail sudah ada,
 Program evaluasi kinerja dan monitoring performance
secara periodic
 Dokumentasi data evaluasi kinerja secara baik, tertib ada
approval,
 Data supplier dan data kinerja sudah saling berhubungan
 Program pembinaan terhadap supplier.

1.3.2.2. Perencanaan & Pelaksanaan Proses Pengadaan


Rangkaian proses perencanaan dan pelaksanaan proses
pengadaan yang effektif, effisien serta terkendali dengan
mengacu kepada mekanisme dan aturan perusahaan dalam

63 
rangka menjaga tingkat ketersediaan material yang optimal
untuk menunjang keandalan dan effisiensi unit.
 Penjadwalan, pengendalian dan sistematika proses
pengadaan.
 Schedule proses
 Cheklist kelengkapan berkas administrasi
 Cheklist pendistribusian pengesahan
 Monitoring dan pengendalian levering kedatangan barang
rutin harian
 Analisa dan evaluasi rutin bulanan
 Ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan
 Continous improvement

1.3.2.3. Monitoring dan pengendalian proses pengadaan


Pelaksanaan monitoring pada setiap tahap proses pengadaan
yang dilakukan secara periodik untuk memastikan efektifitas
dan efisiensi proses.
 Monitoring proses pengadaan secara teratur, sistematis
dan menyeluruh,
 Dilakukan analisa dan evaluasi serta terdokumentasi
dengan tertib
 Database online dan terintegrasi dalam Sistem Informasi
Terpadu.
 Updated dan continous improvement

1.3.2.4. Kontrak Payung


Merupakan kontrak jangka menengah atau panjang kepada
supplier tertentu untuk memenuhi material yang dibutuhkan
yang sudah terprediksi penggunaannya dan dikirim dengan
jumlah dan waktu sesuai kebutuhan).
 Rekomendasi material untuk dikontrak payung sesuai
inventory policy
 Akurasi, kualitas dan kuantitas rekomendasi sudah optimal,
 Updated implementasi sesuai rekomendasi
 Continous improvement

1.3.3. Manajemen Gudang


1.3.3.1. Monitoring dan skeduling penerimaan barang.
Melakukan monitoring, scheduling dan pengendalian terhadap
rencana penerimaan barang sesuai dengan levering
kedatangan dalam PO.
 Informasi kedatangan barang diterima secara SIT,
 Pelaksanaan monitoring dan scheduling terhadap rencana
penerimaan barang secara terprogram dan periodic
 Pendokumentasian secara baik dan tertib, data tersaji
secara baik dan informative
 Updated dan continuos improvement

64 
1.3.3.2. Pemilahan dan pemisahan material karantina
Pemisahan dan pemilahan terhadap material dalam masa
karantina meliputi material yang belum diperiksa, sudah
diperiksa (ditolak atau diterima) dan material titipan.
 Pemisahan dan pemilahan barang pada area berbeda
 Identitas pemisahan
 List atau daftar barang pada setiap area
 Kerapian dan estetika
 Continous improvement

1.3.3.3. Identitas Material


Pemberian kode material, nama material, expire date, satuan,
golongan berbahaya, flamable dan identitas yang lain.
 Identitas material sudah baku, spesifik, terstandardisasi,
jelas dan mudah dibaca
 Kerapian dan estetika sangat baik
 Tanpa duplikasi
 Updated & continous improvement

1.3.3.4. Stock Opname


Melaksanakan pemeriksaan harian terhadap kesesuaian SOH
gudang antara fisik dan catatan (SIT) yang dilakukan setiap
hari pada akhir jam kerja dan hanya dilakukan terhadap
barang atau material yang bertransaksi (masuk atau keluar).
 Pengecekan dan pemeriksaan harian untuk kesesuaian
antara jumlah material secara fisik dan sistem secara
terjadwal setiap hari
 Dokumentasi data
 Penelusuran penyebab selisih langsung dan selisih
langsung dilakukan journal
 Analisa dan evaluasi serta continous improvement.

1.3.3.5. Prosedur penanganan dan penyimpanan material


Suatu pedoman baku tentang prosedur, tata cara
penyimpanan dan tata cara penanganan, material dalam
gudang.
 Prosedur penanganan dan penyimpanan material sudah
baku
 Teraplikasikan
 Mudah diakses
 Updated dan continuous improvement

1.3.3.6. Perencanaan dan proses pelaksanaan transaksi pergudangan


(in dan out).
Rangkaian proses perencanaan dan proses pelaksanaan
transaksi pergudangan yang meliputi penerimaan dan

65 
pengeluaran material, yang effektif, effisien serta terkendali
dengan mengacu kepada mekanisme dan aturan.
 Transaksi penerimaan dan pengeluaran barang gudang
yang terencana, tercatat dan terdokumen
 Monitoring dan pengendalian
 Database transaksi berdasarkan Sistem Informasi Terpadu
 Transaksi berdasarkan schedule.

1.3.3.7. Identifikasi dan penanganan material dead stock, obsolete


stock dan material return (material pengembalian bekas
pakai).
Melakukan Identifikasi, monitoring dan pengendalian terhadap
material dead stock, material obsolete stock dan material
return (pengembalian bekas pakai) secara terprogram,
terdokumen dan ada tindak lanjut
 Identifikasi dan penanganan material dead stock, obsolete
stock dan material return dilaksanakan secara rutin dan
terjadwal, tercatat, terdokumen
 Data tersaji dengan baik dan tertib
 Updated
 Pengkodean secara khusus
 Database Sistem Informasi Terpadu
 Tindak lanjut dan continuos improvement

2. Keandalan Unit Pembangkitan


2.1. Reliability Management
2.1.1. Failure Defense Planning (FDP) - SERP (System Equipment Reliability
Priority).
2.1.1.1. Kelengkapan daftar system dan equipment.
Daftar system / equipment berdasarkan KKS
2.1.1.2. Penetapan kriteria rangking (system / sub system / equipment)
 Operational Cost
 Product Throughput / availability
 Product quality
 Safety factor
 Regulatory compliance
 Plant efficiency
2.1.1.3. Workshop SERP (System Equipment Reliability Prioritization).
Workshop untuk membahas:
- Nilai sistem dan peralatan menurut kriteria ranking
- Kehadiran Subject Matter Expert (SEM) dan Manajemen/Spv
2.1.1.4. Hasil MPI (Maintenance Prioritization Index).
MPI telah tersusun dengan komprehensif dan mudah dipahami,
serta menggambarkan kondisi nyata dari plant
 Operational criticality ranking
 Failure probability ranking

66 
2.1.2. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
2.1.2.1. Definisi system dan unjuk kerja yang dibutuhkan
2.1.2.2. Identifikasi equipment yang membutuhkan FMEA
2.1.2.3. Jadwal dan Prioritas FMEA
2.1.2.4. Workshop
 Kualitas workshop untuk menggali data :
 Identifikasi kerusakan
 Identifikasi penyebab kerusakan
 Identifikasi efek kerusakan
 Perumusan Failure Defense Task (FDT) untuk eksekusi
2.1.2.5. Tentukan assumsi dan groundrules yang akan digunakan untuk
menganalisis
2.1.2.6. List individual komponen atau berbagai fungsi
2.1.2.7. Kembangkan blok diagram (Fault Tree Analysis)
2.1.2.8. Device an analysis worksheet.
2.1.2.9. Rasio FMEA oleh external dan internal
2.1.2.10. Pengukuran Efektifitas hasil untuk meningkatkan kehandalan
unit.
2.1.2.11. Rekomendasi

2.1.3. Failure Defense Planning (FDP) – RCFA (Root Cause failure Analysis).
2.1.3.1. Daftar Problem / Identify the unacceptable performance.
Daftar permasalahan yang belum diketahui akar
permasalahannya dalam proses FMEA
2.1.3.2. Workshop
Dilengkapi jadual & peserta
2.1.3.3. Identifikasi & rekomendasi hasil RCFA
Akar permasalahan yang ditemukan, dokumentasinya dan
ketepatan rekomendasi yang dihasilkan dari workshop RCFA
2.1.3.4. Cost benefit analysis (CBA)
Perhitungan biaya yang bisa dihemat dari penyelesaian masalah
dari RCFA

2.1.4. Base line Audit


(Pemetaan terhadap kesiapan peralatan yang ada di unit pembangkit,
sehingga diketahui kondisi peralatan secara nyata. Dilakukan Equipment
Audit dengan langkah langkah sebagai berikut)
2.1.4.1. Melakukan pengambilan data melalui predictive tool technology
untuk semua peralatan, berupa data-data vibrasi, thermograpy,
oil analysis, dll.
2.1.4.2. Mengumpulkan data operasi, berupa gangguan kerusakan,
alarm, trip, derating, laporan hasil gatecycle dan kondisi
resource (fuel, oil, water).
2.1.4.3. Mengumpulkan data pemeliharaan berupa histori peralatan, job
card feedback, laporan quality control.
2.1.4.4. Menentukan levelisasi tingkat kesehatan peralatan berdasarkan
hasil referensi seperti pada ketiga item diatas.

67 
2.1.4.5. Melakukan workshop koordinasi (engineering, operasi dan
pemeliharaan) untuk membuat program-program recovery untuk
peralatan yang masuk kategori merah dan kuning.

2.1.5. Predictive Maintenance (PdM)


2.1.5.1. Setting Up Database PdM
Setting Up Database PdM (Equipment & Technology Matric)
berdasarkan SERP, FMEA
2.1.5.2. Jadwal
Jadual bulanan pelaksanaan PdM, termasuk didalamnya
resource manhours dan peralatannya
2.1.5.3. Persiapan Teknis Lapangan
Identifikasi dan persiapan pelaksanaan pekerjaan : orang, alat,
metode, link bagian lain
2.1.5.4. Pengukuran / Monitoring
Pengamatan kondisi peralatan dilakukan dengan mengukur level
vibrasi, kondisi pelumasan, panas, impurities dll menggunakan
peralatan vibration montring, tribology tools, infra red dll.
2.1.5.5. Data Management
Penanganan data kondisi peralatan secara computerized dari
data pengukuran dan data lainnya, termasuk didalamnya
membuat trend data, warning system dsb.
2.1.5.6. Analisa & Rekomendasi
Analisa dari data terkumpul dan seluruh kondisi yang
mempengaruhi operasi peralatan pembangkit dan memberikan
rekomendasi kepada O/M
2.1.5.7. Tindak lanjut
Pelaksanaan, pengamatan atau perubahan schedule dan
pekerjaan dari hasil analisa dan rekomendasi
2.1.5.8. Cost Benefit Analysis
Kalkulasi biaya pelaksanaan PdM dan hasil rekomendasinya
dibanding dengan biaya yang akan timbul jika pemeliharaan
tidak terencana

2.1.6. Failure Defense Planning (FDP) – Work Package


2.1.6.1. Prasyarat kerja (Tujuan, scope, safety & operation permit,
instruksi kerja)
2.1.6.2. Resource (Kelengkapan work package sesuai dengan
kebutuhan WO)
2.1.6.3. Referensi
Kelengkapan manual, prosedur, drawing untuk kelancaran kerja.
2.1.6.4. Post Maintenance Testing
Identifikasi test pekerjaan maintenance untuk menjamin kualitas

2.1.7. Pengukuran efektifitas task


2.1.8. Analisa dan Evaluasi efektifitas task
2.1.9. Penyempurnaan berkelanjutan

68 
2.2. Operation Management
2.2.1. Shift Meeting
Kegiatan teragenda untuk mencapai koordinasi internal shift dan
kesinambungan pergantian shift.

2.2.2. Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit berdasarkan


kebutuhan sistem dan kesiapan unit.
2.2.2.1. Membuat rencana operasi jangka panjang.
2.2.2.2. Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan
2.2.2.3. Mengoperasikan unit pembangkit untuk kondisi normal (Seperti
tertuang dalam SOP normal )
2.2.2.4. Mengoperasikan unit saat keadaan tidak normal (Seperti
tertuang dalam SOP tidak normal )

2.2.3. Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi


peralatan.
2.2.3.1. Melakukan change over peralatan sesuai jadwal.
2.2.3.2. Melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2
mingguan dan bulanan).
2.2.3.3. Melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan /
overhaul.

2.2.4. Melakukan first line maintenance


2.2.4.1. Melakukan patrol check dan house keeping
2.2.4.2. Melakukan tindakan first line maintenance (menambah oli/
minyak, pengencangan baut baut, pembersihan filter,
pembersihan peralatan dan lain lain)
2.2.4.3. Melakukan pengamanan dan penanganan awal jika terjadi
gangguan sesuai dengan prosedur penanganan gangguan.
2.2.4.4. Melaporkan gangguan.
2.2.4.5. Memprioritaskan pekerjaan pemeliharaan
2.2.4.6. Memonitor gangguan.
2.2.4.7. Mengendalikan gangguan.
2.2.4.8. Evaluasi & Laporan Gangguan

2.2.5. Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.


2.2.5.1. Melakukan pengukuran/ metering, pencatatan dan pelaporan
energi listrik untuk memantau kinerja pembangkit dan
pembuatan neraca energi listrik bulanan.
2.2.5.2. Membandingkan dan mengevaluasi kesiapan unit yang telah
dicapai (waktu dan produksi listrik netto) dengan target yang
telah disepakati.
2.2.5.3. Membandingkan dan mengevaluasi konsumsi spesifik unit
pembangkit aktual (batubara, bahan kimia, auxiliary) dengan
target yang telah disetujui.
2.2.5.4. Melakukan review/ update SOP dan mengeluarkan rekomendasi
untuk menjaga keandalan dan efisiensi, berdasarkan kondisi

69 
terakhir unit pembangkit (kajian evaluasi gangguan, histori
peralatan, rencana pemeliharaan, rencana produksi, kondisi
bahan bakar dan lain lain)

2.2.6. Pengelolaan bahan bakar


2.2.6.1. Melakukan perhitungan kebutuhan pemakaian bahan bakar
batubara untuk satu bulan kedepan.
2.2.6.2. Mengusulkan kebutuhan batubara hasil perhitungan dan jadwal
kedatangan kapal pembawa batubara yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan unit pembangkit.
2.2.6.3. Mengawal proses penerimaan batubara, koordinasi dengan
perusahaan bongkar muat dan surveyor independen sesuai
dengan prosedur penerimaan bahan bakar batubara.
2.2.6.4. Membuat laporan ketidaksesuaian kondisi batu bara maupun
pada saat proses pengiriman.
2.2.6.5. Membuat rencana kebutuhan bahan bakar HSD, mengusulkan
dan mengawal proses transportasi dan penerimaan bahan bakar
sesuai dengan prosedur penerimaan bahan bakar HSD.
2.2.6.6. Membuat rencana kebutuhan bahan kimia, mengusulkan dan
mengawal proses penerimaan bahan kimia sesuai dengan
prosedur penerimaan bahan kimia.

2.2.7. Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan


kantor pusat.
2.2.7.1. Melaporkan rencana daya mampu mingguan dan bulanan
kepada P3B dan kantor pusat.
2.2.7.2. Melakukan komunikasi secara real time dengan P3B untuk
informasi kondisi beban/ daya yang dibangkitkan agar sesuai
dengan permintaan (sesuai dengan prosedur kontrak niaga).
2.2.7.3. Melakukan pelaporan jika terjadi gangguan unit.
2.2.7.4. Membuat laporan pengusahaan bulanan yang mencakup
rencana produksi listrik, rencana alokasi pengiriman energi,
realisasi produksi dan penjualan energi, energi pemakaian
sendiri, susut trafo, kWh terjual, faktor faktor operasi, pemakaian
dan penerimaan bahan bakar serta biaya operasi.
2.2.7.5. Memberikan informasi laporan pengusahaan bulanan tersebut
ke kantor pusat.
2.2.7.6. Membuat berita acara transaksi energi antara unit pembangkit
dan PT PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban .

3. Efficiency Management

3.1. Operator Action. (Operator bertanggung jawab dalam operasi unit yang efisien)
3.1.1. Operator bertanggung jawab untuk meminimalkan “controllable” losses
3.1.2. Operator membuat keputusan-keputusan yang menghasilkan dampak
besar pada heat rate,

70 
3.2. Efficiency Improvement.
3.2.1. Baselining didasarkan pada data heat balance
3.2.2. Data collection
3.2.3. Heat balance modelling : model based normalization
3.2.4. Performance Test
3.2.5. Identify corrective action.

4. Sistem Manajemen Terpadu


4.1. Komitmen Manajemen
4.2. Tinjauan Manajemen
4.3. Pemahaman (Awareness)
4.4. Pengendalian Dokumen
4.5. Pengendalian Operasi K3
4.5.1. Pengendalian Supplier dan Pihak Ke-3
4.5.2. Ijin Safety (Safety Permit)
4.5.3. Sistem Isolasi dan Penormalan serta Log Out dan Tag Out
4.5.4. Pengendalian Combustable Material
4.5.5. Pengendalian Alat Pelindung Diri
4.5.6. Pengendalian Keamanan Lingkungan Kerja
4.5.7. Pengendalian Pekerjaan Panas (Hot Work)
4.5.8. Pengendalian Pekerjaan Dalam Ruang Terbatas (Terowongan, Vesel,
tangki, dll).
4.5.9. Pengendalian Pekerjaan Pada Ketinggian.
4.5.10. Pengendalian Pekerjaan Bawah Air
4.5.11. Pengendalian Pekerjaan Pada Instalasi Gas (Explosif dan
Combustible).
4.5.12. Pengendalian Rokok (Smoking Kontrol).
4.5.13. Pengendalian Kesehatan Kerja.
4.5.14. Pengendalian Alat Angkat, Angkut, Bejana Bertekanan dan Instalasi
Penangkal Petir.
4.5.15. Pegendalian Pekerjaan pada Lokasi Bertegangan.
4.5.16. Pengendalian Risiko Radiasi
4.5.17. Pengendalian Fire Fighting and Protection System.
4.5.18. Pengendalian APAR dan APAT
4.5.19. Pengendalian Kotak PPGD (P3K)

4.6. Pengendalian Operasi Lingkungan


4.6.1. Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4.6.2. Pengendalian Limbah B3
4.6.3. Pengendalian Limbah Cair Berminyak.
4.6.4. Pengendalian Limbah Cair Proses /Operasi.
4.6.5. Pengendalian Limbah Cair Dometik /Limbah Sanitasi.
4.6.6. Pengendalian Limbah Padat Non B3 (Limbah Padat Domestik).
4.6.7. Pengendalian Emisi Gas Buang.

71 
V

IDENTIFIKASI RISIKO
BAB V

IDENTIFIKASI RISIKO

Langkah yang paling kritis dalam proses mengelola risiko adalah proses Identifikasi risiko
dalam setiap kegiatan. Suatu organisasi harus dapat melihat secara jelas risiko yang
terkandung dalam setiap proses bisnis karena risiko tidak akan bisa di asses dan dikelola
sebelum dapat diidentifikasi.

Keberhasilan dalam mengelola risiko sangat tergantung kepada kualitas pernyataan risiko
(risk statement) serta pemahaman terhadap risiko yang terkandung dalam pernyataan
tersebut.

Pada bisnis ketenagalistrikan khususnya untuk bidang pembangkitan identifikasi dilakukan


bedasarkan semua proses yang terjadi pada setiap aspek pengelloaan baik risiko yang
bersumber dari dalam (internal) maupun risiko yang bersumber dari luar (external).

Aspek umum yang dapat dipertimbangkan untuk identifikasi risiko antara lain :

1. Risiko internal yang meninjau aspek sebagai berikut :

• Personil
• Proses
• Infrastruktur
• Technology

2. Risiko external yang meninjau aspek sebagai berikut :

• Ekonomi dan pasar


• Lingkungan
• Sosial, politik.
• Technology.

Identifikasi risiko pada proses bisnis Bidangan Pembangkitan berisi identifikasi risiko yang
berpotensi timbul dalam pelaksanaan pengelolaan Unit pembangkit dan dimaksudkan untuk
mempermudah serta dapat menjadi template bagi manajemen Unit pembangkit untuk
membuat analisa risiko.

Namun demikian, karena sangat beragamnya Unit pembangkit yang ada dilingkungan PT
PLN (Persero) maka sangat mungkin terdapat adanya beberapa perbedaan yang perlu
penyesuaian.

72
IDENTIFIKASI RISIKO

KESIAPAN UNIT PEMBANGKIT


TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Identifikasi Pekerjaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.1.1. Deskripsi permintaan pekerjaan
Deskripsi permintaan pekerjaan dari Operator atau Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan yang tertulis
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
dalam ILS (Incident Log Sheet)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Deskripsi pekerjaan jelas, Deskripsi permintaan pekerjaan tidak 1 Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan akan kekurangan
kuantitatif (menyebutkan deviasi lengkap dan tidak jelas. data dalam mempersiapkan sumber daya / resources, yaitu
terhadap standard), lengkap dan material, manhours (jumlah orang & kompetensi yang
akurat. Tidak memerlukan dibutuhkan), tools , APD (alat pelindung diri), lama & interval
penjelasan lebih lanjut pekerjaan serta standard job , yang dapat menyebabkan terjadi
kesalahan eksekusi pemeliharaan peralatan

2 Tidak menguntungkan jika ditinjau dari kepentingan


kelengkapan data history.
3 Jika deskripsi tidak lengkap, maka dalam pembuatan WO masih
harus banyak membutuhkan konfirmasi dari Supervisor
Pemeliharaan, misalnya jika terkait dengan pekerjaan
pemeliharaan corrective . Waktu yang dibutuhkan membuat WO
lebih lama.

73
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Identifikasi Pekerjaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.1.2. Efektivitas permintaan pekerjaan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Memastikan bahwa seluruh kerusakan di lapangan sudah dibuatkan permintaan pekerjaannya.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Seluruh kerusakan yang terjadi Daftar permintaan pekerjaan kurang dari 1 Jika permintaan pekerjaan masih sangat sedikit dibandingkan
sudah dibuatkan permintaan 20% kerusakan di lapangan jumlah kerusakan yang terjadi mengakibatkan semua kerusakan
pekerjaan. tidak bisa diperbaiki, karena ketidaksiapan resources yaitu
ketidaksiapan material, manhours (jumlah orang & kompetensi
yang dibutuhkan), tools, APD (alat pelindung diri), lama & interval
pekerjaan serta standard job . Sebagai catatan, PR (Purchase
Requisition ) untuk pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ke - 3 atau
material yang tidak ada di gudang. Sedangkan IR (Issued
Requisition ) untuk material yang sudah tersedia di gudang
2 Pekerjaan yang seharusnya diprioritaskan tidak terlaksana

74
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Identifikasi Pekerjaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.1.3. Morning Meeting - Agenda
Agenda :
- Plant status dari Shift Supervisor Produksi
- Daftar backlog dan kemungkinan backlog untuk pekerjaan urgent dari Bidang Perencanaan & Evaluasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
Pemeliharaan
- Mereview emergency work serta ILS (Incident Log Sheet) dan Daily/Weekly/Yearly Plan dari Bidang Perencanaan
& Evaluasi Pemeliharaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Sudah dilakukan persiapan Tidak ada materi yang disiapkan atau Jika tidak ada materi yang disiapkan atau materinya tidak lengkap maka
secara rutin terhadap semua sudah dilakukan persiapan tetapi tidak hal - hal berikut tidak diketahui : lokasi gangguan / kerusakan beserta
materi dan sudah lengkap mencakup semua materi identitas peralatannya, jenis gangguan / kerusakan, deviasi parameter
didistribusikan/diketahui peserta persiapan standar. Informasi kurang gangguan / kerusakan, efek yg ditimbulkan dari gangguan / kerusakan
sebelum meeting. Peserta lengkap tersedia pada saat meeting dan tersebut, serta target penyelesaian pekerjaan pemeliharaan.
paham terhadap materi dan peserta belum memahami
menjadi acuan selama meeting

75
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Identifikasi Pekerjaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.1.4. Morning Meeting - Persiapan
Hasil dari morning meeting dan lingkungan pendukungnya (kehadiran peserta terkait & pejabat berwenang, terjadinya
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses gangguan seperti dering & penerimaan telpon oleh peserta, peserta rapat keluar masuk ruangan, terjadinya debat
kusir, dsb)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 1 Menghasilkan WO (work 1 Morning meeting hanya merubah Jika hanya sekedar mengubah ILS (Incident Log Sheet) menjadi WO
order ) dengan prioritas dan ILS (Incident Log Sheet) menjadi (Work Order), dan kehadiran pihak terkait tidak optimal serta masih
tanggal jatuh tempo yang WO (Work Order) , sedangkan banyak terjadi gangguan selama rapat berlangsung, maka WO yang
sesuai dengan kebutuhan prioritas dan target penyelesaian dihasilkan dipastikan tidak akurat, karena fungsi morning meeting selain
plant. pekerjaan kurang sesuai. mengubah ILS (Incident Log Sheet) menjadi WO, juga untuk
menetapkan prioritas (apakah tergolong WO normal, WO urgent atau
2 Kehadiran lengkap (peserta 2 Kehadiran peserta terkait 50% atau
WO emergency) dan menetapkan PIC (Personal in Charge).
terkait & pejabat kurang dan pejabat berwenang
berwenang) serta (Asisten Manajer Pemeliharaan,
gangguan rapat minimum Operasi & Enjiniring) jarang hadir.
3 Efektivitas meeting dan 1 Masih banyak terjadi gangguan 1 Morning meeting juga dijadikan fungsi koordinasi sehingga semua
tepat waktu selama rapat berlangsung (rapat tidak ketidaksesuaian yang terjadi di lapangan (diluar permasalahan
tepat waktu, peserta sering keluar yang telah dibuatkan ILS oleh operator) bisa ditampung yang
masuk ruangan, dering telephon / HP, selanjutnya diubah menjadi ILS
terjadi debat kusir dsb)
2 Persiapan yang baik, sebelum rapat semua peserta sudah
membawa materi yang dibutuhkan, sehingga tidak perlu
pendistribusian materi pada saat rapat berlangsung.

76
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Identifikasi Pekerjaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.1.5. Morning Meeting - Efektifitas

Hasil dari morning meeting dan lingkungan pendukungnya (kehadiran peserta terkait & pejabat berwenang, terjadinya
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
gangguan dering & penerimaan telpon oleh peserta, peserta rapat keluar masuk ruangan, terjadinya debat kusir, dll)

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


5 1 Menghasilkan WO (work 1 Morning meeting hanya merubah 1 Jika hanya sekedar mengubah ILS (Incident Log Sheet) menjadi
order ) dengan prioritas dan ILS (Incident Log Sheet) menjadi WO (Work Order ), dan kehadiran pihak terkait tidak optimal serta
tanggal jatuh tempo yang WO (Work Order) , sedangkan masih banyak terjadi gangguan selama rapat berlangsung, maka
sesuai dengan kebutuhan prioritas dan target penyelesaian WO yang dihasilkan dipastikan tidak akurat, karena fungsi
plant. pekerjaan kurang sesuai. morning meeting selain mengubah ILS (Incident Log Sheet)
menjadi WO, juga untuk menetapkan prioritas (apakah tergolong
2 Kehadiran lengkap (peserta 2 Kehadiran peserta terkait 50% atau
WO normal, WO urgent atau WO emergency) serta menetapkan
terkait & pejabat kurang dan pejabat berwenang
PIC (Personal in Charge).
berwenang) serta (Asisten Manajer Pemeliharaan,
gangguan rapat minimum Operasi & Enjiniring) jarang hadir.
3 Efektivitas meeting dan 3 Masih banyak terjadi gangguan 2 Morning meetin g juga dijadikan fungsi koordinasi sehingga semua
tepat waktu selama rapat berlangsung (rapat tidak ketidaksesuaian bisa ditampung yang selanjutnya diubah menjadi
tepat waktu, peserta sering keluar ILS.
masuk ruangan, dering telephon / HP,
3 Efektifitas morning meeting hendaknya bisa diukur secara
terjadi debat kusir dsb)
kuantitatif, dengan jalan membuat score meeting secara
konsisten, dan setiap akhir bulan dilakukan evaluasi dan
disampaikan kepada peserta untuk dijadikan continuous
improvement.

77
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Harian
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.2.1. Identifikasi dan distribusi WO ( Work Order )
Pemahaman informasi mengenai WO ( Work Order ) urgent yang masih bersifat open, status WO dan personal
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan yang bertanggung jawab.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
6 Daftar WO (work order ) urgent 1 Tidak ada kejelasan, atau daftar WO Akibat yang ditimbulkan :
yang masih aktif tersedia urgent aktif tidak tersedia untuk
dengan mudah, status WO dan seluruh planner Bidang
planner Bidang Perencanaan & Perencanaan & Evaluasi
Evaluasi Pemeliharaan yang Pemeliharaan.
bertanggung jawab selalu up to
2 Status WO urgent tersedia dan 1 PIC (Personel In Charge) untuk pekerjaan terkait tidak jelas
date .
planner Bidang Perencanaan &
Evaluasi Pemeliharaan yang
bertanggung jawab tidak up to date.

2 WO tidak terkelola dengan baik yaitu tidak jelas kapan


pekerjaan dimulai, tidak diketahui material di gudang tersedia atau
tidak, juga material yang diminta melalui PR tidak jelas kapan
datangnya, schedule juga tidak terkelola dengan baik.
Mengakibatkan progress pekerjaan di lapangan maupun yang
masih direncanakan tidak terkontrol.
3 Ketidakjelasan status WO menyebabkan inkonsistensi
pencantuman resources dalam WO (kompetensi yang
dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup, final test & safety
requirement ). Identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu
terupdate di SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi
planner Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan)

78
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Harian
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.2.2. Pelaksanaan perencanaan harian
Pemahaman Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan yang bertanggung jawab, terhadap kegiatan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses pemeliharaan yang harus dilaksanakan. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk merencanakan pekerjaan dan
mengidentifikasi sumber daya / resource .
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
7 Bidang Perencanaan & Evaluasi Bidang Perencanaan & Evaluasi Kerusakan yang terjadi pada hari itu dan harus segera dibuatkan WO -
Pemeliharaan memiliki Pemeliharaan tidak memiliki nya (serta harus selesai pada hari itu juga) menjadi tertunda karena
pemahaman penuh mengenai pemahaman mengenai kegiatan waktu yang dibutuhkan Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan
kegiatan pemeliharaan yang pemeliharaan yang harus dilakukan pada untuk mengumpulkan informasi sangat lama, harus datang langsung
harus dilakukan pada setiap setiap WO. Waktu yang dibutuhkan untuk ke lokasi, dan / atau masih harus bertanya pada pelaksana dsb,
WO. Waktu yang dibutuhkan membuat perencanaan lebih dari 1 hari. sehingga penyelesaian pekerjaan pemeliharaan menjadi tertunda.
kurang dari 1 hari.

79
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Harian
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.2.3. Informasi yang dibutuhkan untuk melengkapi WO
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Efektifitas penggalian informasi untuk kelengkapan WO (work order), antara lain: ruang lingkup, safety issue, spare /
material, skill & manhours, special tool / equipment, job task / instruction dan final test. Termasuk memastikan
apakah pekerjaan harus mematikan equipment atau tidak.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
8 Supervisor pemeliharaan secara Supervisor pemeliharaan tidak 1 Menyebabkan inkonsistensi penulisan resources dalam WO
proaktif memberikan seluruh memberikan informasi yang cukup (kompetensi yang dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup,
informasi yang dibutuhkan kepada Bidang Perencanaan & Evaluasi final test & safety requirement, tools, APD yang diperlukan).
kepada Bidang Perencanaan & Pemeliharaan. Identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu terupdate di
Evaluasi Pemeliharaan, tanpa SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi pelaksana
membuat pekerjaan menjadi pekerjaan)
tertunda
2 Jika informasi tidak cukup dan tidak ada kerjasama yang
kooperatif dari supervisor pemeliharaan, maka waktu yang
dibutuhkan membuat WO lebih lama, jika planner berusaha untuk
membuat work package selnegkap - lengkapnya.

80
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Harian
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.2.4. Kualitas work package
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kelengkapan work package sesuai dengan kebutuhan WO (work order)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
9 WO berisi deskripsi, lingkup WO (work order) hanya berisi deskripsi 1 Pelaksana tidak memahami secara menyeluruh pekerjaan yang
pekerjaan, spare/material, skill & dan lingkup pekerjaan, tidak ada informasi harus diselesaikan beserta perangkat pendukungnya sehingga
manhour, special lainnya penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat. Termasuk jika skill
tool/equipment, job & manhour yang tidak dicantumkan maka tidak bisa dilakukan
task/instruction, post improvement saat pelaksanaan disesuaikan kebutuhan, misalnya
maintenance testing / final test harus dilakukan re-schedule disesuaikan dengan loading aktual
dan safety requirement , dengan pekerjaan.
kualitas yang baik (jelas,
lengkap dan mudah dipahami & 2 Tidak menguntungkan jika ditinjau dari kepentingan
dilaksanakan). kelengkapan data history.

81
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Harian
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.2.5. Penjadwalan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Alokasi sumber daya manusia dan penyesuaian rencana mingguan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
10 Penjadwalan sangat Penjadwalan tidak terkendali, berdasarkan 1 WO (work order) tidak terkelola dengan baik yaitu tidak jelas
mempertimbangkan kebutuhan keputusan salah satu pihak dalam kapan pekerjaan dimulai, tidak diketahui material di gudang
plant, didukung informasi morning meeting, atau hanya didominasi tersedia atau tidak, juga material yang diminta melalui PR
kebutuhan resource yang jelas. oleh ketersediaan spare/material serta (purchase requisition) tidak jelas kapan datangnya, schedule juga
tanpa didukung informasi kebutuhan tidak terkelola dengan baik.
resource secara menyeluruh yang jelas.

2 Menyebabkan ketidakjelasan status WO (Work Order) sehingga


mengakibatkan inkonsistensi pencantuman resources dalam WO
(kompetensi yang dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup,
post maintenance testing / final test & safety requirement).
Padahal identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu
terupdate di SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi
planner Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan)

82
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Mingguan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.3.1. Identifikasi dan distribusi WO
Pemahaman informasi mengenai WO Normal yang open, status dan planner Bidang Perencanaan & Evaluasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
Pemeliharaan yang bertanggung jawab.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
11 Daftar WO (work order) urgent 1 Tidak ada kejelasan, atau daftar WO
yang masih aktif tersedia urgent aktif tidak tersedia untuk
dengan mudah, status WO dan seluruh planner Bidang Akibat yang ditimbulkan :
planner Bidang Perencanaan & Perencanaan & Evaluasi
Evaluasi Pemeliharaan yang Pemeliharaan.
bertanggung jawab selalu up to 2 Status WO urgent tersedia dan 1 PIC (Personel In Charge) untuk pekerjaan terkait tidak jelas
date. planner Bidang Perencanaan &
Evaluasi Pemeliharaan yang 2 WO tidak terkelola dengan baik yaitu tidak jelas kapan
bertanggung jawab tidak up to date. pekerjaan dimulai, tidak diketahui material di gudang tersedia atau
tidak, juga material yang diminta melalui PR tidak jelas kapan
datangnya, schedule juga tidak terkelola dengan baik.
Mengakibatkan progress pekerjaan di lapangan maupun yang
masih direncanakan tidak terkontrol.
3 Ketidakjelasan status WO menyebabkan inkonsistensi
pencantuman resources dalam WO (kompetensi yang
dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup, final test & safety
requirement ). Identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu
terupdate di SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi
planner Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan)

83
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Mingguan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.3.2. Pelaksanaan perencanaan mingguan (Prasyarat)
Pemahaman Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan yang bertanggung jawab, terhadap kegiatan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses pemeliharaan yang harus dilaksanakan. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk merencanakan pekerjaan dan
mengidentifikasi sumber daya / resource .
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
12 Bidang Perencanaan & Evaluasi Bidang Perencanaan & Evaluasi Kerusakan yang terjadi pada hari itu dan harus segera dibuatkan WO -
Pemeliharaan memiliki Pemeliharaan tidak memiliki nya (serta harus selesai pada hari itu juga) menjadi tertunda karena
pemahaman penuh mengenai pemahaman mengenai kegiatan waktu yang dibutuhkan Bidang Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan
kegiatan pemeliharaan yang pemeliharaan yang harus dilakukan pada untuk mengumpulkan informasi sangat lama, harus datang langsung
harus dilakukan pada setiap setiap WO. Waktu yang dibutuhkan untuk ke lokasi, dan / atau masih harus bertanya pada pelaksana dsb,
WO. Waktu yang dibutuhkan membuat perencanaan lebih dari 1 hari. sehingga penyelesaian pekerjaan pemeliharaan menjadi tertunda.
kurang dari 1 hari.

84
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Mingguan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.3.3. Penggalian informasi untuk kelengkapan WO
Efektifitas penggalian informasi untuk kelengkapan WO (work order), antara lain: ruang lingkup, safety issue, spare /
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses material, skill & manhours, special tool / equipment, job task / instruction dan final test. Termasuk memastikan
apakah pekerjaan harus mematikan equipment atau tidak.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
13 Supervisor pemeliharaan secara Supervisor pemeliharaan tidak 1 Menyebabkan inkonsistensi penulisan resources dalam WO
proaktif memberikan seluruh memberikan informasi yang cukup (kompetensi yang dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup,
informasi yang dibutuhkan kepada Bidang Perencanaan & Evaluasi final test & safety requirement, tools, APD yang diperlukan).
kepada Bidang Perencanaan & Pemeliharaan. Identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu terupdate di
Evaluasi Pemeliharaan, tanpa SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi pelaksana
membuat pekerjaan menjadi pekerjaan)
tertunda
2 Jika informasi tidak cukup dan tidak ada kerjasama yang
kooperatif dari supervisor pemeliharaan, maka waktu yang
dibutuhkan membuat WO lebih lama, jika planner berusaha untuk
membuat work package selnegkap - lengkapnya.

85
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Mingguan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.3.4. Kualitas work package
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kelengkapan work package sesuai dengan kebutuhan WO (work order)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
14 WO berisi deskripsi, lingkup WO (work order) hanya berisi deskripsi 1 Pelaksana tidak memahami secara menyeluruh pekerjaan yang
pekerjaan, spare/material, skill & dan lingkup pekerjaan, tidak ada informasi harus diselesaikan beserta perangkat pendukungnya sehingga
manhour, special lainnya penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat. Termasuk jika skill
tool/equipment, job & manhour yang tidak dicantumkan maka tidak bisa dilakukan
task/instruction, post improvement saat pelaksanaan disesuaikan kebutuhan, misalnya
maintenance testing / final test harus dilakukan re-schedule disesuaikan dengan loading aktual
dan safety requirement , dengan pekerjaan.
kualitas yang baik (jelas,
lengkap dan mudah dipahami & 2 Tidak menguntungkan jika ditinjau dari kepentingan kelengkapan
dilaksanakan). data history.

86
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Perencanaan Mingguan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.3.5. Penjadwalan 4 Mingguan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Alokasi sumber daya manusia (load balancing) dan rencana 4 Mingguan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
15 Penjadwalan sangat Penjadwalan tidak terkendali, berdasarkan 1 WO (Work Order) tidak terkelola dengan baik yaitu tidak jelas
mempertimbangkan kebutuhan keputusan salah satu pihak dalam kapan pekerjaan dimulai, tidak diketahui material di gudang
plant, didukung informasi morning meeting, atau hanya didominasi tersedia atau tidak, juga material yang diminta melalui PR
kebutuhan resource yang jelas. oleh ketersediaan spare / material serta (purchase requisition) tidak jelas kapan datangnya, schedule juga
tanpa didukung informasi kebutuhan tidak terkelola dengan baik. Pekerjaan untuk bulan berikutnya
resource secara menyeluruh yang jelas. menjadi tidak ter-manage.
2 Menyebabkan ketidakjelasan status WO (Work Order) sehingga
mengakibatkan inkonsistensi pencantuman resources dalam WO
(kompetensi yang dibutuhkan & jumlah tenaga kerja yang cukup,
post maintenance testing / final test & safety requirement).
Identifikasi resources yang dibutuhkan harus selalu terupdate di
SIT (Sistem Informasi Terpadu) (masalah dari sisi planner Bidang
Perencanaan & Evaluasi Pemeliharaan)

87
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Annual Planning
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.4.1. Jadwal dan rencana Pemeliharaaan Preventive (PM)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kalender kerja 1 tahun dengan mengidentifikasi outage atau proyek dalam 1 tahun kedepan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
16 Semua jadwal dan rencana Tidak ada penjadwalan dan perencanaan 1 Jika tidak ada penjadwalan dan perencanaan maka pemeliharaan
pemeliharaaan preventive atau penjadwalan dan rencana preventive tidak bisa disiapkan sumber daya / resource
tersedia di SIT (Sistem pemeliharaaan preventive tidak tersedia sehingga pekerjaan seolah - oleh bersifat run to failure.
Informasi Terpadu) dan dengan lengkap untuk seluruh sistem /
2 Contoh nyata risiko operasional jika preventive maintenance tidak
dipahami oleh tim pemeliharaan equipment dan belum dimasukkan ke SIT
dilaksanakan adalah pengaruh langsung pada meningkatnya
preventive . (Sistem Informasi Terpadu)
jumlah trip unit, meningkatnya kegagalan start (misalnya pada unit
gas turbine tidak dilakukan pemeliharaan preventive pada sistem
ignition dan filter parker / Temperature Aafter Turbine). Juga
berpotensi meningkatkan continuous derating (misalnya pada
peralatan kritis HP Pump & MCWP / Main Cooling Water Pump)

88
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Annual Planning
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.4.2. Pembagian load dan resource Preventive Maintenance (PM)
Daftar pembagian load pekerjaan, skill, manhour, material / spare dan tool pemeliharaan preventive yang telah
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ditentukan untuk 1 tahun kedepan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
17 Pembagian manhour, skill, Tidak ada pembagian load pekerjaan Pekerjaan pemeliharaan preventive tidak optimal, misalnya yang paling
material/part tool pemeliharaan pemeliharaan preventive atau pembagian nyata adalah manhour akan menumpuk di satu titik waktu, tidak ada
preventive yang telah ditentukan manhour pekerjaan telah di-breakdown distribusi yang seimbang
untuk 1 tahun kedepan dan untuk beberapa bulan kedepan, tetapi
dipahami oleh tim unit. tidak untuk resource yang lain.

18 Daftar kebutuhan biaya tahunan Daftar kebutuhan biaya tahunan tidak 1 Perencanaan anggaran pemeliharaan dalam RKAP tidak akurat
tersedia untuk semua pekerjaan lengkap
yang direncanakan. 2 Material rutin tidak tersedia di gudang

89
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Annual Planning
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.4.4. Review melalui annual meeting
Review:
- Daftar perubahan rencana tahunan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
- kehadiran Asman (Asisten Manajer) / Supervisor terkait
- update di SIT (Sistem Informasi Terpadu)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
19 Review daftar perubahan Saat review kehadiran manajemen/Spv Jika tidak dilakukan review, maka progress RKAP (Rencana Kerja &
rencana tahunan dihadiri dibawah 25% dan belum semua pekerjaan Anggaran Perusahaan) tidak termonitor dan penyerapan anggaran tidak
seluruh manajemen / Supervisor ter- update di SIT (Sistem Informasi optimal
terkait dan semua pekerjaan ter- Terpadu)
update di SIT (Sistem Informasi
Terpadu)
20 Menggunakan format baku untuk Tidak dilaksanakan secara teratur, Draft perencanaan 5 tahun tertuang dalam RJPP (Rencana Jangka
mengumpulkan informasi dan sistematis dan menyeluruh Panjang Perusahaan). Jika RJPP tidak dibuat atau dibuat tetapi
membuat draft. Dilaksanakan hasilnya tidak akurat (karena kekurangan sumber data, kehadiran
sesuai dengan jadwal. Item dan manajemen tidak optimal) maka RKAP yang dibuat tidak akurat dan
jasa dengan delivery yang implementasi deviasinya besar, karena RJPP merupakan salah satu
panjang telah diidentifikasi. sumber penting RKAP

90
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Long Term Planning
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.5.1. Yearly Planning 1
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Yearly planning meeting 1. Update draft rencana 5 tahun berdasarkan hasil meeting.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
21 Rapat dihadiri oleh seluruh Tidak dilaksanakan secara teratur, Draft perencanaan 5 tahun tertuang dalam RJPP (rencana jangka
peserta. Menghasilkan rencana sistematis dan menyeluruh panjang perusahaan). Jika RJPP tidak dibuat, atau dibuat tetapi
5 tahun yang siap untuk hasilnya tidak akurat (karena kekurangan sumber data, kehadiran
disetujui. manajemen tidak optimal) maka RKAP yang dibuat tidak akurat dan
implementasi deviasinya besar, karena RJPP merupakan salah satu
sumber penting RKAP
22 Persetujuan rencana 5 tahun Tidak dilaksanakan secara teratur, 1 Draft perencanaan 5 tahun tertuang dalam RJPP (rencana jangka
berhasil diperoleh. Distribusi sistematis dan menyeluruh panjang perusahaan). Jika RJPP tidak dibuat, atau dibuat tetapi
rencana 5 tahun telah dibuat. hasilnya tidak akurat (karena kekurangan sumber data, kehadiran
Visibility telah jelas untuk manajemen tidak optimal) maka RKAP yang dibuat tidak akurat
rencana 5 tahun. Untuk item dan dan implementasi deviasinya besar, karena RJPP merupakan
service yang membutuhkan salah satu sumber penting RKAP
delivery time panjang telah
diterbitkan RO-nya 2 Pada tahap ini, jika RO belum dibuat atau RO yang sekedar dibuat
sehingga menyebabkan kualitas administrasi yang tidak baik,
misalnya RO yang kurang lengkap dari sisi spesifikasi teknis atau
TOR nya, sehingga harus bolak-balik untuk melakukan konfirmasi
ulang dan banyak memakan waktu. Hal ini menyebabkan kurang
efektifnya proses pengadaan, sehingga kedatangan barang
melampaui batas waktu yang dibutuhkan atau barang datang,
sementara unit sudah dalam kondisi normal operasi.

91
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Long Term Planning
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.5.2. Identifikasi Item & Material yang membutuhkan delivery time yang panjang
Persetujuan rencana 5 tahun. Distribusi rencana 5 tahun. Visibility rencana 5 tahun. Menerbitkan RO untuk item dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
service yang membutuhkan delivery time panjang
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
23 Tersedianya daftar material Tidak dilaksanakan secara teratur, 1 Draft perencanaan 5 tahun tertuang dalam RJPP (rencana jangka
spesifik yang dibutuhkan, sistematis dan menyeluruh panjang perusahaan). Jika RJPP tidak dibuat, atau dibuat tetapi
anggaran jangka panjang , hasilnya tidak akurat (karena kekurangan sumber data, kehadiran
rencana Investasi dan jadwal manajemen tidak optimal) maka RKAP yang dibuat tidak akurat
overhaul dan implementasi deviasinya besar, karena RJPP merupakan
salah satu sumber penting RKAP
2 Pada tahap ini, jika RO belum dibuat atau RO yang sekedar dibuat
sehingga menyebabkan kualitas administrasi yang tidak baik,
misalnya RO yang kurang lengkap dari sisi spesifikasi teknis atau
TOR nya, sehingga harus bolak-balik untuk melakukan konfirmasi
ulang dan banyak memakan waktu. Hal ini menyebabkan kurang
efektifnya proses pengadaan, sehingga kedatangan barang
melampaui batas waktu yang dibutuhkan atau barang datang,
sementara unit sudah dalam kondisi normal operasi.

92
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan, monitoring/pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.6.1. Distribusi WO ke Supervisor
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Distribusi WO ke semua Supervisor terkait setelah ada klarisifikasi dari Renevhar
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
24 WO telah terdistribusi ke semua WO tidak terdistribusi WO (work order) yang dikeluarkan oleh Bidang Perencanaan &
Supervisor terkait setelah ada Evaluasi Pemeliharaan membagi jenis pekerjaan ke dalam preventive,
klarisifikasi dari Bidang korektif atau overhaul. Jika WO ini tidak didistribusikan atau
Perencanaan & Evaluasi pendistribusian tanpa klarifikasi & klasifikasi akan menyulitkan
Pemeliharaan pelaksana pekerjaan di lapangan

93
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan, monitoring/pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.6.2. Manajemen Tooling & Shops
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Manajemen tools dan Bengkel
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
25 Manajemen tool yang formal Memiliki tools / share sendiri. Tidak ada Menghambat kelancaran pekerjaan, tool mudah hilang, tempat kerja
telah diaplikasikan, terkendali spesifikasi atau standard tool. Tidak ada menjadi tidak rapi / berantakan.
dan teratur. Tools dapat dilacak tempat penyimpanan tool atau tool tak
sebagai store item. Program terkontrol. Tool tidak disimpan dalam
kalibrasi untuk tooling / tempat khusus.
instrumen akurat. Ada wilayah Central shops biasanya berantakan.
untuk tujuan perakitan. Petugas tempat yang tidak resmi / tidak khusus.
bagian penyimpanan tool Ventilasi untuk shop, penerangan,
memperbaiki tool. purpose built peralatan mengangkat dan menurunkan
area centers. Ada tempat untuk barang tidak mencukupi. Shop jauh dari
pekerjaan repair yang cepat tempat penyimpanan barang. Pekerjaan
sesuai dengan jenis pekerjaan yang berjalan tidak ditentukan dengan job
yang dilakukan oleh kru yang / area atau perintah kerja.
kompeten. Ada tempat terpisah
untuk laydown pekerjaan yang
sedang berjalan, penerimaan
material dan pekerjaan yang
telah selesai.
Manajemen tools dan kondisi
bengkel yang rapi & terjaga.

94
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan, monitoring/pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.6.3. Kelengkapan Safety
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Alat Pelindung Diri (APD)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
26 Pelaksana telah Pelaksana pekerjaan tidak diperlengkapi Dapat terjadi gangguan kesehatan, kecelakaan dan bahkan dapat
memperlengkapi diri dengan dengan APD dalam melaksanakan mengancam jiwa pekerja.
APD dalam setiap pelaksanaan pekerjaan,

27 Semua eksekusi pekerjaan telah Pekerjaan dieksekusi tidak sesuai instruksi Terjadi kesalahan pengerjaan sehingga malah berpotensi menurunkan
sesuai dengan instruksi kerja kerja performance peralatan pasca pekerjaan pemeliharaan. Juga
dan manhour sesuai rencana menyebabkan inefisiensi waktu dan biaya.

28 Dilakukan testing segera setelah Tidak dilakukan testing Jika tidak dilakukan final test / post maintenance testing , maka hasil
pekerjaan perbaikan dinyatakan pekerjaan pemeliharaan / quality control dari pekerjaan tidak bisa
selesai dengan jaminan kualitas dipertanggungjawabkan
yang disetujui pihak terkait

95
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan, monitoring/pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.6.6. Serah terima ke Operator dan Bidang Perencanaan & Evalusi Pemeliharaan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Serah terima peralatan setelah dinyatakan siap operasi
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
29 Dilakukan serah terima segera Tidak dilakukan serah terima peralatan 1 Jika tidak dilakukan post maintenance testing / final test ,
setelah peralatan dinyatakan makahasil pekerjaan pemeliharaan / quality control dari
siap untuk dioperasikan yang pekerjaan tidak bisa dipertanggungjawabkan
disetujui semua bidang terkait
2 karena tidak dilakukan serah terima, maka operator tidak
mengetahui kapan peralatan siap untuk dioperasikan.
30 Terlaksananya evaluasi Tidak dilakukan evaluasi terhadap 1 Tidak terungkap adanya kelemahan atau kesalahan serta
pelaksanaan pekerjaan pelaksanaan pekerjaan Overhaul serta adanya deviasi antara rencana dengan realisasi pelaksanaan
Overhaul serta terecordnya data tidak dilakukan pembuatan historical data pekerjaan.
historical dari setiap pekerjaan. 2 Dengan tidak adanya historical data akan berpotensi terhadap
terjadinya misleading dalam pengambilan keputusan
pemeliharaan berikutnya.
31 Feedback disampaikan ke Tidak ada feedback 1 Jika tidak ada feedback maka tidak bisa dilakukan improvement
Renevhar segera setelah WO untuk pekerjaan pemeliharaan berikutnya (termasuk perbaikan
selesai dikerjakan. resources : standard job dsb). Tidak ada perencanaan & mitigasi
untuk mengantisipasi agar kerusakan tidak terjadi berulang.
Selanjutnya manajemen history pemeliharaan menjadi tidak
optimal.
2 Kelengkapan feedback WO / closing comment yang ditulis
dengan informatif informasi berupa isi job code(failure
mode,failure effect, dan corrective action), part causing failure
serta pengisian labor hours di modul labor costing belum bisa
dilakukan secara konsisten

96
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Dokumentasi Feedback
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.8.2. Informasi yang lengkap pada WO closed
Informasi feedback terdiri dari: failure mode & cause, tindakan korektif yang dilakukan, hasil test, pemakaian aktual
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
material, manhour dan resource lain, dll.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
32 Informasi tersedia lengkap, jelas Tidak ada informasi feedback dalam WO Jika tidak ada feedback maka tidak bisa dilakukan improvement untuk
dan mudah dipahami pekerjaan pemeliharaan berikutnya.(termasuk perbaikan resources :
standard job dsb) Tidak ada perencanaan & mitigasi untuk
mengantisipasi agar kerusakan tidak terjadi berulang. Selanjutnya
manajemen history pemeliharaan menjadi tidak optimal.

33 WO di-close dengan feedback WO di-close tanpa ada feedback Jika tidak ada feedback maka tidak bisa dilakukan improvement untuk
diisikan kedalam SIT (Sistem pekerjaan pemeliharaan berikutnya. (termasuk perbaikan resources :
Informasi Terpadu) standard job dsb)Tidak ada perencanaan & mitigasi untuk
mengantisipasi agar kerusakan tidak terjadi berulang. Selanjutnya
manajemen history pemeliharaan menjadi tidak optimal.

97
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Capital Planning & Maintenance Mix
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.9.1. Perencanaan Anggaran Pemeliharaan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Perencanaan anggaran yang optimal dengan mempertimbangkan LCC (life cycle cost)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
34 Strategi penggantian asset Tidak ada anggaran untuk memodali Perencanaan anggaran tidak dimasukkan dalam RKAP tetapi dalam
jangka panjang digunakan untuk penggantian asset. Setiap kasus ditangani sistem lain misalnya SKI (surat kuasa investasi). Anggaran
perencanaan modal. Proses pada saat munculnya kasus tersebut. pemeliharaan tidak terkendali.
anggaran tahunan memperbaiki
rencana jangka panjang dengan
mempertimbangkan LCC.
External benchmarking
digunakan untuk mendorong
dilakukannya Continous
Improvement.

98
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan WORK PLANNING & CONTROL
Tahap Proses Capital Planning & Maintenance Mix
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.1.9.2. Cost Posting
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pembebanan Biaya pada tiap peralatan.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
35 Ukuran kinerja adalah bagian Biaya diketahui tapi tidak terkontrol. Terjadi pekerjaan - pekerjaan pemeliharaan yang tidak perlu (over
dari kehidupan sehari-hari dalam Anggaran berlebih itu wajar. maintenance)
pembangkit.
Semua biaya dicatat dan
diketahui berdasarkan jenis
biaya, area, peralatan, work
order. unit pembangkit.
maintenance mix diukur,
diketahui dan digunakan untuk
memperbaiki target.
External benchmarking
digunakan untuk mendorong
dilakukannya Continous
Improvement.

99
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek
R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 1 Rekomendasi hasil OH (Overhaul) 1 Pada saat R1 : Review dan 1 Kebutuhan material, baik yang sudah pasti harus diganti
sudah dilakukan tindak lanjut rekomendasi OH (overhaul) terkait dengan umur atau material yang
tidak dilakukan tIndak lanjut direkomendasikan untuk diganti, maupun jasa yang
untuk planning berikutnya membutuhkan lead time panjang (sampai 18 bulan) tidak
bisa diidentifikasi atau tidak bisa diidentifikasi secara
jelas.
2 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana
setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM
/ Original Equipment Manufacturer) seharusnya segera
dilakukan improvement standard OH.
3 Rencana evaluasi operasi (baik di tingkat unit maupun
korporat) tidak bisa melakukan fungsi scheduling,
memonitor & pengendalian
4 Tidak bisa segera merespon tuntutan asuransi atau
peraturan perundangan, dimana pada saat overhaul
ditemukan failure mode baru yang menuntut perubahan
scope overhaul tidak bisa diantisipasi sehingga
kemungkinan tidak bisa comply ke peraturan
perundangan.

100
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Jika memang ada rencana untuk memperbaiki scope
overhaul, misalnya waktunya diperpendek, maka akan
menemui hambatan dari sisi resources, misalnya
penyiapan tools, manhours, spare parts spesifik, dsb. Jika
terkait spare parts spesifik maka bisa membutuhkan
waktu pengadaan 18 bulan.
2 Review progress meeting R1, R2, 1 Pada saat R2 : Review progress 1 Karena tidak ada identifikasi kebutuhan atau identifikasi
R3, P1, P2 dan rekomendasi hasil meeting R1 tidak dilakukan yang tidak jelas, maka akan menghambat proses
OH (Overhaul) sudah dilakukan tIndak lanjut untuk planning berikutnya (tidak bisa dilakukan permintaan atau
tindak lanjut berikutnya penerbitan purchase order)
2 Terhambatnya penetapan Spare Parts Spesifik, Spare
Parts Umum, Project, Rehabilitasi dan Jasa dengan
delivery time 12 s/d 18 bulan termasuk penetapan
kebutuhan expert lokal maupun import

101
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Terhambatnya penerbitan RO/PO/DO atas kebutuhan
Spare Part Spesifik, Project, Rehabilitasi dan Jasa oleh
fungsi pengadaan.

4 Terhambatnya penyusunan RKAP karena parts spesifik,


project, rehabilitasi dan jasa tersebut umumnya
membutuhkan anggaran besar dan harus dianggarkan
dalam RKAP
2 Pada saat R3 : Review progress 1 Material spesifik atau material yang direkomendasikan
meeting R2 tidak dilakukan untuk diganti tidak tersedia pada saat overhaul
tIndak lanjut untuk planning berikutnya, atau kedatangan material / jasa yang
berikutnya terlambat sehingga dapat memundurkan jadwal overhaul
yang telah direncanakan.

2 Anggaran untuk overhaul khususnya, dan anggaran


pemeliharaan secara keseluruhan tidak bisa direncanakan
secara optimal.

102
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Terhambatnya penetapan Spare Parts Spesifik, Spare
Parts Umum, Project, Rehabilitasi dan Jasa dengan
delivery time 6 s/d 12 bulan termasuk penetapan
kebutuhan expert lokal maupun asing
4 Terhambatnya penerbitan RO/PO/DO atas kebutuhan
Spare Part Spesifik, Project, Rehabilitasi dan Jasa oleh
fungsi pengadaan.
5 Terhambatnya penyusunan RKAP (Rencana Kerja &
Anggaran Perusahaan) karena parts spesifik, project,
rehabilitasi dan jasa tersebut umumnya membutuhkan
anggaran besar dan harus dianggarkan dalam RKAP
3 Pada saat P1 : Review progress 1 Material spesifik atau material yang direkomendasikan
meeting R3 tidak dilakukan untuk diganti tidak tersedia pada saat overhaul
tIndak lanjut untuk planning berikutnya, atau kedatangan material / jasa yang
berikutnya terlambat sehingga dapat memundurkan jadwal overhaul
yang telah direncanakan.

103
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek
R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Anggaran pemeliharaan consumable dan pekerjaan
ikutan (termasuk jasa) secara keseluruhan tidak bisa
direncanakan secara optimal.
3 Terhambatnya penetapan Spare Parts Spesifik, Spare
Parts Umum, Project, Rehabilitasi dan Jasa dengan
delivery time 3 s/d 6 bulan termasuk penetapan
kebutuhan expert lokal maupun asing
4 Terhambatnya penetapan detail ruang lingkup OH, Tim
OH, Tools dan Sarana, Consumable Material dan Jasa
5 Masalah - masalah yang bisa ditimbulkan ditinjau dari
kesiapan resources :

104
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
Dari Sisi Internal
A Terhambat untuk menyiapkan specific tool, spare
parts yang melekat pada mesin utama dan
peralatan pendukung (lifting device / Over Head
Travelling Crane) material consumables, tools
dan manpower dengan jumlah yang cukup dan
kompeten sebelum dilaksanakan inspection

B Kesulitan menyiapkan strategic spare peralatan


auxiliary dalam kondisi siap pasang (setelah
dilakukan pengetesan)
C Perlu melakukan improvement SOP shutdown
dan forced cooling untuk mendukung pekerjaan
inspection. Jika tidak segera dilakukan tindak
lanjut akan menghambat hal ini.

105
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
D Terhambat dalam mempersiapkan Tim QC untuk
melakukan monitoring & controlling pekerjaan
inspection yang selanjutnya akan menyepakati
progress pekerjaan (khusus untuk jasa dengan
OEM / original equipment manufacturing)

4 Pada saat P2 : Review progress 1 Jika tidak dilakukan tindak lanjut terkait dengan
meeting P1 tidak dilakukan penggantian parts, maka kemungkinan bisa
tindak lanjut untuk planning menyebabkan penurunan kinerja sistem / sub system /
berikutnya equipment pada saat operasional [pasca overhaul].

2 Dapat memundurkan jadwal overhaul yang telah


direncanakan.
3 Terhambatnya penetapan detail Scope OH, Tim OH,
Tools dan Sarana, Consumable Material dan Jasa
4 Masalah - masalah yang bisa ditimbulkan ditinjau dari
kesiapan resources :

106
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Dari sisi owner (pemilik unit pembangkit)
A Terhambat untuk menyiapkan specific tool, spare
parts yang melekat pada mesin utama dan
peralatan pendukung (lifting device / Over Head
Travelling Crane) material consumables, tools
dan manpower dengan jumlah yang cukup dan
kompeten sebelum dilaksanakan inspection

B Kesulitan menyiapkan strategic spare peralatan


auxiliary dalam kondisi siap pasang (setelah
dilakukan pengetesan)
C Perlu melakukan improvement SOP shutdown
dan forced cooling untuk mendukung pekerjaan
inspection. Jika tidak segera dilakukan tindak
lanjut akan menghambat hal ini.

107
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
D Terhambat dalam mempersiapkan Tim QC untuk
melakukan monitoring & controlling pekerjaan
inspection yang selanjutnya akan menyepakati
progress pekerjaan (khusus untuk jasa dengan
OEM / Original Equipment Manufacturer)

108
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Pada saat P3 : Review progress 1 Jika tidak dilakukan tindak lanjut terkait kebutuhan spare
meeting P2 tidak dilakukan parts, proses overhaul akan terganggu terkait
tindak lanjut. ketidaksiapan spare parts
2 Dapat memundurkan jadwal overhaul yang telah
direncanakan.

3 Ketidaksiapan organisasi overhaul, termasuk di dalamnya


tim Quality Control . Bisa jadi pelaksana dalam overhaul
tersebut adalah expert luar yang masih membutuhkan
waktu untuk proses pengadaan jasa. Menyebabkan
ketidaksiapan sumber daya (resources)
4 Terhambatnya penetapan detail ruang lingkup OH, Tim
OH, Tools dan Sarana, Consumable Material dan Jasa
5 Masalah - masalah yang bisa ditimbulkan ditinjau dari
kesiapan resources :

109
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Dari sisi owner (pemilik unit pembangkit)
A Terhambat untuk menyiapkan specific tool, spare
parts yang melekat pada mesin utama dan
peralatan pendukung (lifting device / Over Head
Travelling Crane) material consumables, tools
dan manpower dengan jumlah yang cukup dan
kompeten sebelum dilaksanakan inspection

B Kesulitan menyiapkan strategic spare peralatan


auxiliary dalam kondisi siap pasang (setelah
dilakukan pengetesan)

C Perlu melakukan improvement SOP shutdown


dan forced cooling untuk mendukung pekerjaan
inspection. Jika tidak segera dilakukan tindak
lanjut akan menghambat hal ini.

110
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.1. Review Overhaul yang lalu (pada R1 / 18 month planning), review progress meeting R1, R2,
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek R3, P1 & hasil OH yang telah dilaksanakan serta review progress tindak lanjut meeting P2
Review hasil evaluasi, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH yang sudah dilaksanakan, serta review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses tindak lanjut meeting R1, R2, R3, P1, P2, hasil evaluasI, rekomendasi & rencana tindak lanjut OH
sebagaI input planning
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
D Terhambat dalam mempersiapkan Tim QC untuk
melakukan monitoring & controlling pekerjaan
inspection yang selanjutnya akan menyepakati
progress pekerjaan (khusus untuk jasa dengan
OEM / Original Equipment Manufacturer)

3 Semua data base sudah ada dalam Semua data base masih dalam Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
SIT (Sistem Informasi Terpadu) dan aplikasi manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
100% updated menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan menyusun atau memperbaharui scope
pekerjaan overhaul

111
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.2. Identifikasi Jadwal dan scope pekerjaan overhaul.
Identifikasi jadual, scope of work, baik yang standar maupun tambahan. Usulan Penerbitan WO dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
planner Outage yang bertanggung jawab.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 1 Jadual dan Scope OH (Overhaul) Jadual dan Scope OH Jadual yang belum diterbitkan akan mengganggu penyiapan
sudah dibuat (Overhaul) belum dibuat resources (penyediaan material spesifik & consumable, tools,
pengaturan man power dsb)
2 Penerbitan WO (Work Order) baru Penerbitan WO (Work Order) WO (Work Order) yang belum diterbitkan akan mengganggu
dibuat 100 % belum dibuat penyiapan resources (penyediaan material spesifik &
consumable, tools, pengaturan man power dsb)

3 Data base sudah ada di SIT (Sistem 1 Data base masaIah dalam 1 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. aplikasI manual. masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan menyusun atau memperbaharui scope
pekerjaan overhaul

2 Jadual kegiatan Manajemen Outage yang belum


terstruktur secara baik bisa menyebabkan kehilangan
riwayat / historical.

112
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.2. Identifikasi Jadwal dan scope pekerjaan overhaul.
Identifikasi jadual, scope of work, baik yang standar maupun tambahan. Usulan Penerbitan WO dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
planner Outage yang bertanggung jawab.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Kesulitan mengantisipasi jika dalam perjalanan terdapat
perubahan pola operasi yang menyebabkan pergeseran
jadwal overhaul (misalnya pergantian jenis bahan bakar
dari BBG ke BBM atau sebaliknya) bisa menyebabkan
MTBF (Mean Time Between Failure ) lebih besar jika
dibandingkan dengan interval inspection. hal ini bisa
menghambat :
A Penyiapan SOH untuk equipment non redundancy
yang tidak ada stock
B Menghambat penyiapan PR untuk equipment yang
redundancy bila belum ready
C Terhambat dalam melakukan review SERP juga
standard job.

113
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.3. Identifikasi kondisi performance unit (kondisi operasi)
Identifikasi potret kondisi operasi peralatan (hasil assesment ). Daya mampu netto, effisiensi, jam
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
operasI unit

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


3 1 Potret kondisi operasi unit 100% 1 Potret kondisi operasi unit belum 1 Kondisi operasi yang sama sekali belum diidentifikasi
sudah diidentifikasi di identifikasi atau belum seluruhnya diidentifikasi menyebabkan tidak
diketahuinya pergeseran jadwal overhaul, jika jadwal
overhaul sangat ditentukan oleh pola operasi.

2 Jika tidak dilakukan assessment maka :

A Tidak bisa diketahui kondisi reliability setiap


equipment terkini, dimana investigasi bisa dilakukan
secara langsung dengan mempelajari kondisi
peralatan maupun investigasi berdasarkan informasi
yang diperoleh dari ILS atau daily meeting atau
weekly meeting

B Tidak bisa memberikan informasi penting untuk


pembuatan FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
atau RCFA (Root Cause Failure Analysis)

114
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.3. Identifikasi kondisi performance unit (kondisi operasi)
Identifikasi potret kondisi operasi peralatan (hasil assesment ). Daya mampu netto, effisiensi, jam
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
operasI unit
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
C Dengan tidak dilakukan assessment maka juga tidak
dilakukan pembuatan tindak lanjut / rekomendasi,
serta membuat perencanaan mandiri untuk eksekusi
long term / mid term

D Dengan tidak dilakukan assessment berarti tidak


bisa dilakukan perkiraan remaining life terhadap
equipment tertentu yang membutuhkan eksekusi saat
overhaul.
2 Data base sudah ada di SIT (Sistem 1 Data base masaIah dalam 1 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. aplikasI manual. masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan menyusun atau memperbaharui scope
pekerjaan overhaul
2 Jadual kegiatan Manajemen Outage yang belum
terstruktur secara baik bisa menyebabkan kehilangan
riwayat / historical.

115
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.3. Identifikasi kondisi performance unit (kondisi operasi)
Identifikasi potret kondisi operasi peralatan (hasil assesment ). Daya mampu netto, effisiensi, jam
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
operasI unit
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Kesulitan mengantisipasi jika dalam perjalanan terdapat
perubahan pola operasi yang menyebabkan pergeseran
jadwal overhaul (misalnya pergantian jenis bahan bakar
dari BBG ke BBM atau sebaliknya) bisa menyebabkan
MTBF lebih besar jika dibandingkan dengan interval
inspection. hal ini bisa menghambat :

A Penyiapan SOH (Stock on Hand )untuk equipment


non redundancy yang tidak ada stock
B Menghambat penyiapan PR (Purchase Requisition)
untuk equipment yang redundancy bila belum ready

C Terhambat dalam melakukan review SERP (System


Equipment Reliability Prioritization) juga standard
job.

116
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.4. Identifikasi kondisi peralatan dari pemeliharaan rutin (rekomendasi preventive, corrective &
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek predictive maintenance )
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Rekomendasi hasil darI pemeliharaan tactical dan non tactical
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 1 Rekomendasi hasil pemeliharaan Rekomendasi hasil 1 Menurunnya jumlah pemeliharaan preventive dari kondisi
rutin (tactical dan non tactical) pemeliharaan rutin (tactical dan ideal yang harus dilakukan yang berpotensi meningkatkan
100% sudah ditindaklanjuti non tactical) belum ditindak gangguan operasi pasca overhaul
lanjuti

2 Dengan tidak dilakukan assessment berarti tidak bisa


dilakukan perkiraan remaining life terhadap equipment
tertentu yang membutuhkan eksekusi saat overhaul.

2 Data base sudah ada di SIT (Sistem Data base masih dalam aplikasI 1 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan untuk melakukan improvement atau untuk
menyusun / memperbaharui scope pekerjaan overhaul

2 Jadual kegiatan Manajemen Outage yang belum


terstruktur secara baik bisa menyebabkan kehilangan
riwayat / historical.

117
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
1.2.1.4. Identifikasi kondisi peralatan dari pemeliharaan rutin (rekomendasi preventive, corrective &
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek
predictive maintenance )
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Rekomendasi hasil darI pemeliharaan tactical dan non tactical
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Kesulitan mengantisipasi jika dalam perjalanan terdapat
perubahan pola operasi yang menyebabkan pergeseran
jadwal overhaul (misalnya pergantian jenis bahan bakar
dari BBG ke BBM atau sebaliknya) bisa menyebabkan
MTBF lebih besar jika dibandingkan dengan interval
inspection. hal ini bisa menghambat :

A Penyiapan SOH (Stock on Hand )untuk equipment


non redundancy yang tidak ada stock

B Menghambat penyiapan PR (Purchase Requisition)


untuk equipment yang redundancy bila belum ready

C Terhambat dalam melakukan review SERP (System


Equipment Reliability Prioritization) juga standard
job.

118
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material utama)
Identifikasi kebutuhan sparepart spesifik sesuai delivery time serta penerbitan issue requisition (IR)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
atau Recommended Order (RO) sebagaI dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 1 Sparepart utama / spesifik 100% 1 Spare part utama / spesifik Kebutuhan spare part utama / spesifik ini untuk overhaul
sudah diidentifikasi dan IR/RO belum diidentifikasi dan IR/RO dibagi atas 2 bagian, dan kedua hal ini yang harus
sudah diterbitkan dengan belum diterbitkan diidentifikasi sebelum diterbitkannya IR / RO, yaitu :
spesifikasi lengkap.
1 Parts yang harus diganti pada overhaul berikutnya terkait
dengan life time yang sudah habis (harus sudah diketahui
paling lambat 18 bulan sebelum overhaul)

2 Parts yang harus diganti pada overhaul berikutnya


sebagai tindak lanjut rekomendasi hasil overhaul
sebelumnya

119
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material utama)
Identifikasi kebutuhan sparepart spesifik sesuai delivery time serta penerbitan issue requisition (IR)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
atau Recommended Order (RO) sebagaI dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Jika masalah tindak lanjut terkait dengan penggantian
material maka jika tidak segera ditindaklanjuti akan
menghambat dari sisi pengadaan material, apalagi jika
material tersebut membutuhkan delivery time yang
panjang. Masalah - masalah terkait dengan pengadaan
yang membutuhkan delivery time panjang bisa
diidentifikasikan sebagai berikut : Salah satu contoh
masalah adalah pada saat mempersiapkan spesifikasi
teknis. Masalah - masalah umum yang terkait dengan
spesifikasi teknis ini adalah: detil spesifikasi,
perubahan spesifikasi dan approval spesifikasi.

120
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material utama)
Identifikasi kebutuhan sparepart spesifik sesuai delivery time serta penerbitan issue requisition (IR)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
atau Recommended Order (RO) sebagaI dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
Detail spesifikasi teknik yang tidak lengkap karena
persiapan yang tidak cukup sehingga akan menghambat
proses pengadaan. Spesifikasi yang tidak lengkap juga
berpotensi menyebabkan perubahan spesifikasi teknik di
tengah jalan yang berdampak pada mundurnya kesiapan
material. Dalam beberapa hal, masalah approval
spesiifikasi juga bisa menjadi hambatan misalnya proses
approval membutuhkan waktu lama (bahkan tidak
diapprove) oleh pejabat terkait. Umumnya spesifikasi
teknik yang tidak diapprove oleh pejabat berwenang tidak
akan diperoses oleh pengadaan.

121
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material utama)
Identifikasi kebutuhan sparepart spesifik sesuai delivery time serta penerbitan issue requisition (IR)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
atau Recommended Order (RO) sebagaI dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Data base sudah ada di SIT (Sistem 1 Data base masih dalam aplikasI 1 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan untuk melakukan improvement atau untuk
menyusun / memperbaharui scope pekerjaan overhaul
2 Jadual kegiatan Manajemen Outage yang belum
terstruktur secara baik bisa menyebabkan kehilangan
riwayat / historical.
3 Kesulitan mengantisipasi jika dalam perjalanan terdapat
perubahan pola operasi yang menyebabkan pergeseran
jadwal overhaul (misalnya pergantian jenis bahan bakar
dari BBG ke BBM atau sebaliknya) bisa menyebabkan
MTBF lebih besar jika dibandingkan dengan interval
inspection. hal ini bisa menghambat :
A Penyiapan SOH (Stock on Hand )untuk equipment
non redundancy yang tidak ada stock
B Menghambat penyiapan PR (Purchase Requisition)
untuk equipment yang redundancy bila belum ready

122
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.5. Identifikasi / penetapan work management (termasuk material utama)
Identifikasi kebutuhan sparepart spesifik sesuai delivery time serta penerbitan issue requisition (IR)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
atau Recommended Order (RO) sebagaI dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
C Terhambat dalam melakukan review SERP (System
Equipment Reliability Prioritization) juga standard
job.

123
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.6. Monitoring dan pengendalian hasil review kegiatan / OH (Overhaul) yang lalu
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


6 Kegiatan monitoring dan pengendalian 1 Kegiatan monitoring dan 1 Progress kemajuan jika sudah dilakukan tindak lanjut
progress planning OH (Overhaul) dilakukan pengendalian belum tidak diketahui
sebanyak 6 kali dilaksanakan

2 Kebutuhan material, baik yang sudah pasti harus diganti


terkait dengan umur atau material yang
direkomendasikan untuk diganti, maupun jasa yang
membutuhkan lead time panjang (sampai 18 bulan) tidak
bisa diidentifikasi atau tidak bisa diidentifikasi secara
jelas.

3 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana


setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

4 Bidang Perencanaan & Evaluasi Operasi (baik di


tingkat unit maupun korporat) tidak bisa melakukan fungsi
scheduling, memonitor & pengendalian

124
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.6. Monitoring dan pengendalian hasil review kegiatan / OH (Overhaul) yang lalu
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Tidak bisa segera merespon tuntutan asuransi atau
peraturan perundangan, dimana pada saat overhaul
ditemukan failure mode baru yang menuntut perubahan
scope overhaul tidak bisa diantisipasi sehingga
kemungkinan tidak bisa comply ke peraturan
perundangan.
6 Jika memang ada rencana untuk memperbaiki scope
overhaul, misalnya waktunya diperpendek, maka akan
menemui hambatan dari sisi resources, misalnya
penyiapan tools, manhours, spare parts spesifik, dsb. Jika
terkait spare parts spesifik maka bisa membutuhkan
waktu pengadaan 18 bulan.

2 Data base masih dalam aplikasI 2 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan untuk melakukan improvement atau untuk
menyusun / memperbaharui scope pekerjaan overhaul

125
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
7 Pertemuan kegiatan R1 dilaksanakan Pertemuan kegiatan R1 tidak Masalah yang ditimbulkan sama dengan penjelasan nomor
dengan peserta 100% undangan dilaksanakan 1.2.1.1 diatas
(perfungsi), tanggal pertemuan
Progress kemajuan jika sudah dilakukan tindak lanjut tidak
dilaksanakan sesuai tanggal yang
diketahui
ditetapkan
8 1 Checklist kesiapan OH sudah 1 Checklist kesiapan OH belum Jika checklist kesiapan OH terkait erat dengan keberhasilan
dilakukan oleh ASMAN dan dilakukan eksekusi pekerjaan overhaul. Jika checklist kesiapan ini belum
dIsetujui oleh Manajer dengan dilaksanakan, maka proses yang terganggu adalah :
tingkat kesiapan 100%
1 Performance Test Awal ( Before ) :
Proses validitas data yang diambil sebagai Acuan
sebelum dilaksanakannya pekerjaan OH kemungkinan
besar menjadi tidak akurat.
2 Pelaksanaan OH Awal Shut Down :
Terganggunya persiapan - persiapan (preaparation)
pekerjaan yang meliputi :
A Persiapan / Pengambilan Spare Part Umum /
Spesifik

126
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
B Persiapan / Pengambilan Material consumable
C Persiapan Tools
D Konfirmasi Tenaga Kerja ( Outsourcing )
E Briefing ( K3 / Tim OH )
3 Periode Disassembly :
Jika checklist kesiapan belum dilaksanakan pada periode
ini maka dikawatirkan pekerjaan isolasi terhadap
peralatan yang akan dieksekusi tidak optimal sehingga
tidak tercover seluruhnya, mungkin ada yang tidak
dikerjakan sama sekali karena terlewat.
4 Periode Inspeksi :
Jika checklist kesiapan belum dilaksanakan pada periode
ini maka dikawatirkan pekerjaan melihat kondisi dari
peralatan, baik secara visual maupun dengan pengukuran
tidak berjalan dengan optimal.

127
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Periode Assembly :
Jika checklist kesiapan belum dilaksanakan pada periode
ini maka dikawatirkan pekerjaan pemasangan setelah
dilakukan disassembly & inspeksi sesuai standard job
peralatan tidak berjalan dengan optimal.
6 Periode Pengujian ( Test ) :
Jika checklist kesiapan belum dilaksanakan pada periode
ini maka dikawatirkan pekerjaan menguji peralatan, baik
secara visual maupun dengan pengukuran apakah telah
memenuhi standard quality & safety yang dipersyaratkan
tidak berjalan dengan optimal, dimana pekerjaan
pengujian tersebut meliputi : individual test (sub system)
dan interlock test (system)

Progress kemajuan jika sudah dilakukan tindak lanjut tidak


diketahui

128
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Pre Outage (Perencanaan dan Persiapan) : untuk R1 (18 bulan perencanaan), R2 (12 bulan
Tahap Proses perencanaan), R3 (6 bulan perencanaan), P1 (3 bulan persiapan), P2 (1 bulan persiapan), P3 (1
minggu persiapan)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.1.7. Efektifitas pertemuan / koordinasi antar bidang / subdit
Pengamatan terhadap konsistensi pertemuan (koordinasi) dan proses kegiatan sesuai target yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ditetapkan antara lain : proses pengadaan barang beserta alokasinya sesuai format standard.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Data base sudah ada di SIT (Sistem 1 Data base masih dalam aplikasI 1 Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan untuk melakukan improvement atau untuk
menyusun / memperbaharui scope pekerjaan overhaul
2 Jadual kegiatan Manajemen Outage yang belum
terstruktur secara baik bisa menyebabkan kehilangan
riwayat / historical.

129
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Pelaksanaan Overhaul
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.2.1. Dis-assembly
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pelaksanaan pembongkaran peralatan sesuai prosedur
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
9 Pekerjaan dis-assembly terlaksana sesuai Pekerjaan dis-assembly belum 1 Pekerjaan lebih lama : Terjadinya kerusakan part akibat
prosedur dan dilakukan dengan cara dan terlaksana sesuai prosedur kesalahan bongkar dan handling serta kemungkinan
peralatan yang sesuai serta terorganisir terjadinya kehilangan part / tools
dengan baik,
2 Dapat memundurkan realisasi jadwal overhaul yang telah
direncanakan.

130
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Pelaksanaan Overhaul
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.2.2. Inspeksi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran terhadap peralatan/engine yang di overhaul
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
10 Telah dilakukan inspeksi ( pemeriksaan, Pekerjaan inspeksi tidak berjalan 1 Terjadinya penggunaan kembali part-part yang tidak
pengamatan, pengukuran) terhadap dengan baik. memenuhi standard yang berakibat kepada tidak
peralatan-peralatan setelah dilakukan dis- tercapainya unjuk kerja yang ditargetkan ataupun
assembly. kerusakan.

2 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana


setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM
/ Original Equipment Manufacturer) seharusnya segera
dilakukan improvement standard OH.

131
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Pelaksanaan Overhaul
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.2.3. Assembly
Memastikan bahwa pekerjaan re assembly dilakukan dengan benar dan dengan part yang telah
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses direncanakan & berkualitas baik
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
11 Pekerjaan re assembly terlaksana sesuai Pekerjaan re assembly dilaksanakan 1 Performance unit tidak sesuai target; Berpotensi untuk
ketentuan, menggunakan sparepart belum sepenuhnya sesuai dengan terjadinya kerusakan lebih cepat serta target produksi dan
berkualitas baik serta dengan range waktu ketentuan dan terlambat. efisiensi tidak tercapai.
waktu yang tepat atau lebih cepat
2 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana
setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

3 Dapat terjadi pekerjaan ulang (re-work)

132
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Pelaksanaan Overhaul
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.2.4. Test Peralatan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pelaksanaan Test terhadap perlatan secara individu
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
12 Semua peralatan secara individu atau Kondisi setiap peralatan secara 1 Gagal start, dapat membahayakan sistem ; Terjadinya
sistem/sub sistem telah di test sesuai individu belum diketahui, karena keterlambatan operasi.
ketentuan belum dilakukan individual test

2 Review/laporan hasil kegiatan assembly tidak diketahui

3 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana


setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

4 Dapat memundurkan realisasi jadwal overhaul yang telah


direncanakan.

133
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan OH (Overhaul)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.2.5. Periode Start-Up & Sinkron
Tersedianya kelengkapan start-up dan Sinkron yang meliputI tim start-up dan sinkron, SOP / IK start-
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses up, referensi standard operation book equipment, pelaksanaan pekerjaan start-up dan sinkron,
mekanisme koordinasi antar bidang dan unit
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
13 1 Kelengkapan pekerjaan start-up dan Kelengkapan pelaksanaan start- 1 Validasi Proses secara keseluruhan terhadap Hasil
sInkron 100%, SOP / IK start-up up dan sinkron tIdak lengkap, Pelaksanaan OH
dan sinkron 100% tersedia, koordInasI tidak optimal
koordinasi antar bidang / unit
optimal dan terjadual. 2 Pelaksanaan Start-Up tidak sesuai dengan Standar

3 Monitoring Parameter tidak sesuai Standard

4 Melaksanakan Koordinasi dengan Pihak Pengatur Beban

5 Pelaksanaan Sinkron tidak sesuai dengan Standar.


2 Data base sudah ada di SIT (Sistem Data base masih dalam aplikasI Data base yang masih dalam aplikasi manual atau belum
Informasi Terpadu) 100% updated. manual masuk seluruhnya dalam Sistem Informasi Terpadu
menyebabkan informasi yang ada tidak optimal
digunakan untuk melakukan improvement atau untuk
menyusun / memperbaharui scope pekerjaan overhaul

134
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Post Outage
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.3.1. Performance Test.
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Test yang dilakukan terhadap unit untuk mengukur unjuk kerja setelah dilakukan overhaul
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
14 Performance Test telah dilakukan sesuai Performance Test tidak dilakukan atau 1 Unjuk kerja engine tidak diketahui dengan baik.
standard. dilakukan belum sesuai standard yang
2 Validasi Proses secara keseluruhan terhadap Hasil
yang ditentukan.
Pelaksanaan OH
3 Kegiatan Manajemen Outage yang belum terstruktur
secara baik bisa menyebabkan kehilangan riwayat /
historical.
4 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana
setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

135
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Post Outage
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.3.2. Pelaporan Hasil Overhaul
Semua kegiatan Pelaksanaan Overhaul, evaluasi dan rekomendasi akan disusun dalam bentuk laporan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses

No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan


15 Tim pelaksana Overhaul telah merecord Laporan pelaksanaan overhaul tidak 1 Rekam jejak tidak lengkap sehingga bisa memicu kepada
rangkaian pakerjaan, temuan. Melakukan dibuat atau dibuat dengan format dan tindakan yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat kepada
evaluasi serta membuat rekomendasi isi yang tidak standard. tidak optimalnya hasil Overhaul atau over budget.
terhadap hal-hal yang perlu diperhatikan
ataupun yang harus dilakukan pasca 2 Validasi Proses secara keseluruhan terhadap Hasil
overhaul ataupun pada saat overhaul yang Pelaksanaan OH
akan datang.
3 Kegiatan Manajemen Outage yang belum terstruktur
secara baik bisa menyebabkan kehilangan riwayat /
historical.
4 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana
setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

136
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Post Outage
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.3.3. Evaluasi dan Rekomendasi.
Evaluasi terhadap pelaksanaan OH serta terhadap hal yang harus diperhatikan ataupun hal-hal yang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses membutuhkan tindak lanjut.
No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan
16 Laporan telah dilengkapi dengan evaluasi Laporan belum dilengkapi dengan 1 Tidak ada informasi apakah pelaksanaan overhaul telah
dan rekomendasi. Evaluasi dan Rekomendasi yang dilakukan sesuai standard atau tidak. Tidak ada informasi
jelas. tentang apa yang harus mendapat perhatian khusus.

2 Validasi Proses secara keseluruhan terhadap Hasil


Pelaksanaan OH
3 Kegiatan Manajemen Outage yang belum terstruktur
secara baik bisa menyebabkan kehilangan riwayat /
historical.
4 Tidak bisa memperbaiki standard overhaul, dimana
setelah ditemukannya failure mode baru (dari
pengalaman overhaul sendiri maupun best practice OEM)
seharusnya segera dilakukan improvement standard OH.

137
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OUTAGE MANAGEMENT
Tahap Proses Eksekusi Pekerjaan OH (Overhaul)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.2.3.4. Rencana Tindak Lanjut OH Berikutnya
PenyampaIan rencana tindak lanjut darI laporan, evaluasi dan rekomendasI hasil pelaksanaan OH
yang mencakup :
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses - Rencana tindak lanjut untuk OH berikutnya ( program continuous improvement ).
- Rencana tindak lanjut kendala-kendala dalam perencanaan

No. Sasaran Pernyataan Risko Penjelasan


17 1 Program rencana tindak lanjut Program rencana tindak lanjut untuk Jika program rencana tindak lanjut untuk overhaul berikutnya
untuk OH berikutnya dibuat secara OH berikutnya tidak dibuat yang idealnya disampaikan melalui presentasi hasil
detail pelaksanaan overhaul serta berupa laporan & evaluasi tidak
dibuat , maka dampak yang bisa ditimbulkan adalah :
a Bisa menyebabkan kehilangan riwayat / historical.
b Tidak bisa memperbaiki standard overhaul
2 Data base sudah ada di SIT (Sistem Data base masih dalam aplikasI Tidak ada pedoman untuk melakukan improvement untuk
Informasi Terpadu) 100% updated. manual inspection berikutnya, baik terkait dengan eksekusi pekerjaan
itu sendiri maupun kesiapan resources (manhours, tools,
standard job, material, risiko lingkungan dan K3 termasuk
kebutuhan APD)

138
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.1. Database Catalogue
Sebuah sajian informasi detail dari sebuah material atau barang yang menggambarkan secara jelas dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses lengkap tentang spesifikasi dan klasifikasi material yang terdokumentasi dalam bentuk format yang
teratur dan rapi
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Data base catalog ada, Data base catalog belum ada, data Katalog merupakan pintu gerbang proses bisnis material. Dampak
terdokumentasi dan terintegrasi base material baru sebatas catatan- rendahnya kualitas katalog :
dalam SIT (Sistem Informasi catatan manual atau insidentil, 1 Efektifitas proses bisnis terganggu
Terpadu), struktur dan klasifikasi belum terstruktur dan belum ada 2 Ketidaksesuaian antara input dan output (Input dari fungsi
sudah baik, menjadi acuan atau klasifikasi dengan baik. S Shg katalog adalah : Pengambilan Barang / IR, Usulan
sumber informasi dalam pada saat diperlukan material Pengadaan / RO, Order Pembelian / PO, Penerimaan
pengelolaan material, sudah tidak tersedia/tidak cocok atau Barang / BA, dan Penyimpanan Barang)
memenuhi 100 % dari transaksi kurang Data base tidak
material, kelengkapan spesifikasi dapat di akses dengan baik sebab 3 Adanya duplikat dalam katalog
100 %, tidak ada duplikat dan software tidak user friendly 4 Pengulangan pembelian pada part yang sama dalam
penulisan standart 100 %, periode tertentu
continuous improvemen, updated 5 Menumpuknya material di gudang yang tidak jelas status
fungsi dan manfaatnya
6 Persediaan gudang tidak optimal

139
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.2. Usulan Pengadaan (RO)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Data material atau jasa yang terencana, informatip dan lengkap sebagai dasar proses pengadaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Usulan pengadaan (RO) sudah Usulan pengadaan (RO) dibuat 1 Proses bisnis material terganggu. Sebab dari sisi katalog
terjadwal dan terencana, seadanya, tidak terjadwal dan tidak semua equipment yang ada di unit harus terkatalog (dari
penyerahan ke bagian pengadaan ada unsur perencanaan, sisi kuantitas). Sedangkan kualitas katalog ditentukan
tepat waktu, usulan yg penyerahan ke bagian pengadaan beberapa kritera yaitu masalah kelengkapan deskripsi atau
dikembalikan (konfirmasi ulang) tidak tepat waktu, usulan yg spesifikasi, pola dan struktur penulisan dan duplikasi.
spesifikasi atau TOR lengkap 100 dikembalikan (konfirmasi ulang) Ukuran katalog sudah lengkap atau belum tergantung
%, rekap dan identifikasi spesifikasi atau kelengkapan TOR pada kelengkapan spesifikasi material. RO secara
berdasarkan kebutuhan sudah < 50 %, rekap identifikasi otomatis mengambil dari katalog.
ada, proses bisnis terintegrasi dan berdasarkan input kebutuhan belum
online dalam SIT, dokumentasi ada, proses bisnis RO manual, 2 RO yang sekedar dibuat menyebabkan kualitas
ada, monitoring terintegrasi dan dokumentasi belum ada, monitoring administrasi yang tidak baik, misalnya RO yang kurang
online dalam SIT, fungsi dan pengendalian belum ada. lengkap dari sisi spesifikasi teknis atau TOR nya, sehingga
pengendalian sudah baik, System Pendataan Material tidak harus bolak-balik untuk melakukan konfirmasi ulang dan
continous improvement standart banyak memakan waktu. Hal ini menyebabkan kurang
efektifnya proses pengadaan, sehingga kedatangan
barang melampaui batas waktu yang dibutuhkan atau
barang datang, sementara unit sudah dalam kondisi
normal operasi.

140
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.3. Inventory Policy
Penerapan suatu Kebijakan perusahaan yang mengatur tentang pengelolaan material yang meliputi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses metode pengendalian persediaan, metode pembelian, dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara biaya inventory dan waktu pemesanan serta penggunaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Pengelompokan material Inventory policy tidak ada atau Jika inventory policy tidak ada atau implementasinya belum
berdasarkan kreteria Criticality, sudah ada tetapi implemantasi optimal, maka dampak umum yang terjadi adalah penumpukan
Avaibility dan usage value sudah belum ada. Inventory Policy tidak material di gudang (dengan kata lain material yang tersedia
dilaksanakan, Analisa dan up dated. digudang tidak semua material yang dibutuhkan, sementara
pengolahan data hasil Inventory Policy sudah ada namun material yang dibutuhkan tidak semua tersedia di gudang). Tetapi
pengelompokan sudah tidak konsisten secara lebih spesifik, dampak tidak ada kebijakan diuraikan
dilaksanakan, rekomendasi- berdasarkan tujuan dari dibuatnya inventory policy ini, yaitu :
rekomendasi terkait perlakuan dari
sisi inventory dan pengadaan
sudah ada. hasil analisa, 1 Pengelompokan material berdasarkan kriteria kekritisan
pengolahan data dan rekomendasi- (criticality), ketersediaan (lead time) dan nilai penggunaan
rekomendasi terdokumen dengan (usage value). Hal ini merupakan metode perencanaan
tertib dan baik, ada approval, kebutuhan spare part dengan memberikan perlakuan
Implementasi terhadap terhadap part berdasarkan skala prioritas, sehingga dapat
rekomendasi-rekomendasi 100 %, memberikan perlakuan / pengendalian yang berbeda
continous improvement terhadap item part, baik dari sisi metode inventorynya
maupun metode pengadaannya. Tujuannya adalah
mendapatkan tingkat ketersediaan spare part yang
optimal (tepat guna, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat
waktu dan tepat harga), untuk menjamin keandalan dan
effisiensi unit serta Tercapai titik kesetimbangan antara
tingkat pelayanan (Service Level) dan tingkat nilai
persediaan (Inventory Level). Jika hal ini tidak
dilaksanakan atau tidak optimal, maka yang terjadi
adalah :

141
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.3. Inventory Policy
Penerapan suatu Kebijakan perusahaan yang mengatur tentang pengelolaan material yang meliputi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses metode pengendalian persediaan, metode pembelian, dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara biaya inventory dan waktu pemesanan serta penggunaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
A Kualitas data base katalog rendah
B Tidak ada pengendalian untuk melakukan cek fisik
lapangan
B Status part tidak jelas
2 Perlakuan dan pengendalian item material dari sisi
inventory / persediaan. Jika hal ini tidak dilakukan maka :
A Pengelompokan item part tidak akurat

B Tidak jelasnya status fungsi serta tingginya nilai


material gudang yg tidak bergerak, sehingga takut
terjadi peningkatan nilai gudang.
C Kebingungan masalah pengalokasian biaya yang
timbul
D Adanya pola pikir"unit butuh, baru beli"
E Persediaan tidak siap, baik tidak siap dari sisi fisik
maupun tidak siap dari sisi administrasi.
F Tidak adanya pemahaman yang sama antar bidang
terkait

142
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.3. Inventory Policy
Penerapan suatu Kebijakan perusahaan yang mengatur tentang pengelolaan material yang meliputi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses metode pengendalian persediaan, metode pembelian, dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara biaya inventory dan waktu pemesanan serta penggunaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Perlakuan dan pengendalian item material dari sisi proses
pengadaan. Jika hal ini tidak dilakukan maka :

A Pengelompokan item part tidak akurat

B Tidak adanya pemahaman yang sama antar bidang


terkait

143
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.4. Penetapan ROQ & ROP
Suatu sistem perencaan persediaan gudang dengan sistem auto ROQ & ROP (ROQ= Jumlah material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses yang dipesan dalam setiap order ; ROP =Jumlah tertentu dari persediaan sebagai acuan waktu dalam
pemesanan ulang)
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Rekomendasi setting ROP/ROQ Rekomendasi setting ROP/ROQ Setting ROP & ROQ (termasuk juga kontrak payung) merupakan
berdasarkan kriteria inventory berdasarkan kriteria inventory policy implementasi tindak lanjut dari inventory policy. Maka, jika setting
policy sudah ada, setting belum ada, setting ROP/ROQ ROP & ROQ ini tidak ada maka tidak akan diketahui seberapa
ROP/ROQ 100 % sesuai belum dilaksanakan baik & seberapa berhasil inventory policy yang telah dikeluarkan.
rekomendasi, rekap dan Jika setting ROP / ROQ bagus maka kebijakan inventory yang
identifikasi berdasarkan fungsi telah dikeluarkan ternyata bagus, demikian juga sebaliknya.
kebutuhan sudah ada, review dan Ukurannya adalah kuantitas dan kualitas (kelengkapan deskripsi
pengendalian terhadap akurasi atau spesifikasi, pola dan struktur penulisan dan duplikasi).
setiap 6 bulan, tingkat akurasi 100
% updated

144
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.5. Assesment persediaan gudang
Identifikasi dan review terhadap kondisi persediaan gudang secara detail dan periodik sebagai bentuk
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
monitoring dan pengendalian terhadap nilai persediaan gudang

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


5 Assesment persediaan gudang Assesment terhadap persediaan Assessment terhadap persediaan gudang secara fungsi
sudah dilaksanakan secara rutin gudang belum dilaksanakan atau merupakan tool untuk mengukur seberapa baik kebijakan
setiap 1 bulan, data terdokumen assesment persediaan gudang inventory yang telah dikeluarkan. Tool ini untuk mengetahui
dan tersaji dengan baik, mudah sudah dilaksanakan, belum seberapa optimal persediaan berdasarkan kondisi riil. Jika
diakses, ada analisa dan evaluasi, dijadwal, belum terprogram, assessment ini tidak dilakukan maka, kebijakan inventory yang
alokasi dan jadwal pemakaian dilaksanakan untuk memenuhi telah dikeluarkan tidak diketahui seberapa berhasil
sudah dibuat, dikomunikasikan ke permintaan insidentil. System implementasinya.
bidang terkait, sebagai masukan Informasi terpadu belum diset up/
perencanaan dan pemenuhan belum ada.
kebutuhan material unit, ada
action plant optimalisasi untuk
pemanfaatan untuk unit

145
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.6. Laporan Manajemen Material
Data yang berisi tentang kondisi persediaan dan semua transaksi material yang terdokumentasi dalam
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
bentuk laporan yang berfungsi untuk monitoring, pengendalian dan perencanaan proses bisnis material

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


6 Laporan manajemen material Laporan manajemen material Laporan manajemen material belum ada, laporan manajemen
dijadwalkan setiap bulan, paling belum ada, laporan manajemen material belum terjadwalkan secara rutin, hanya untuk memenuhi
lambat tangal 7 bulan berikutnya, material belum terjadwalkan secara permintaan insidentil maka keseluruhan progress transaksi
akurasi data 100% , ada analisa rutin, hanya untuk memenuhi material (yang ada di inventory, pengadaan dan gudang) tidak
dan evaluasi, ada tindak lanjut, permintaan insidentil diketahui atau tidak bisa dimonitoring.
hasil analisa terdokumen dan
tersaji dengan baik, data base
terintegrasi dan online dalam SIT
(Sistem Informasi Terpadu)

146
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Inventory
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.1.7. Optimasi Stock Material Gudang
Identifikasi dan pemilahan stock material gudang berdasarkan nilai, tahun penerimaan dan asas
manfaat yang meliputi material layak pakai, tidak layak pakai, layak pakai mesin absolut dan material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
stock minimum, khusus material penerimaan sampai dengan Th 2006, dalam rangka optimalisasi stock
material gudang untuk menunjang keandalan dan efisiensi unit.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


7 Identifikasi dan pemilahan Identifikasi dan pemilahan material Optimasi stock material gudang dilakukan dengan cara
material berdasarkan terhadap belum dilaksanakan. Identifikasi dan pemilahan, tetapi sifatnya insidentil. Meski
status fungsi, status manfaat, nilai Identifikasi dan pemilahan material demikian, jika hal ini tidak dilakukan maka bisa mengakibatkan
persediaan, lama digudang, sudah sudah dilaksanakan namun belum penumpukan material di gudang atau barang banyak yang tidak
dilaksanakan, progres 100 % , di update jelas status fungsi maupun asas manfaatnya.
rekap data identifikasi ada,
laporan sudah dibuat, action plan
sudah dibuat, sudah ada tindak
lanjut penghapusan atau
pemanfaatan unit

147
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.1. Supplier Master / Supplier Management
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Daftar rekanan yang teridentifikasi secara detail disertai monitoring performancenya
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
8 Data suplyer sudah ada, data Data suplyer belum lengkap. Beberapa hal berikut ini akan terjadi jika manajemen supplier
base on line dan terintegrasi Data suplyer sudah ada , data base belum diimplementasikan secara optimal :
dalam SIT, klasifikasi sesuai masih manual, klasifikasi sesuai
capability sudah spesifik per jenis capability belum ada, identifikasi 1 Tidak terjalin kerjasama dan komunikasi yang sehat serta
barang atau jasa, identifikasi secara detail belum ada, evaluasi saling menghargai antara user dengan supplier.
secara detail sudah ada, evaluasi kinerja dan monitoring performance 2 Jika data base yang dimiliki belum optimal dan belum bisa
kinerja dan monitoring belum ada. Bagian/ seksi terkait yg digunakan sebagai tool untuk pengendalian & analisis,
performance terprogram secara bertanggung jawab perihal ini maka tidak bisa dipetakan dengan jelas supplier yang
periodik, data evaluasi kinerja belum jelas. memiliki performance terbaik untuk karakteristik
terdokumen dengan baik, tertib pengadaan barang tertentu. Ini jelas bukan merupakan
dan ada approval, data suplyer rekomendasi ideal.
dan data kinerja sudah linked, 3
Karena evaluasi kinerja dan monitoring performance
pembinaan terhadap supplyer
supplier belum ada maka tidak bisa dilakukan
secara terprogram sudah ada
improvement proses procurement kedepan sekaligus tidak
bisa dilakukan peningkatan terhadap performance supplier
itu sendiri. Pada akhirnya juga tidak ada definisi secara
jelas tujuan dan tanggungjawab untuk peningkatan
performance supplier, antara user dengan suppliernya
4 Optimalisasi supplier harus dilakukan sebagai bagian tidak
terpisahkan dalam mata rantai supply chain management
berdasarkan Tata Kelola Unit Pembangkitan. Harga dan
kontrak menjadi faktor penting, tetapi yang tidak kalah
pentingnya potensial perbaikan secara terus menerus yang
bisa dilakukan.

148
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.1. Supplier Master / Supplier Management
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Daftar rekanan yang teridentifikasi secara detail disertai monitoring performancenya
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Jika data base yang dimiliki belum optimal sehingga
manajemen supplier juga belum diimplementasikan
dengan baik, maka parameter - parameter berikut yang
seharusnya bisa digunakan sebagai pedoman & evaluasi
performance hubungan antara user dengan supplier juga
tidak berjalan dengan baik :
A Tidak dipertimbangkan untuk hubungan jangka
panjang dan/atau procurement dengan nilai atau
volume besar
B Perlu dilakukan perhatian khusus serta pembinaan
jika kebijakan yang dilakukan adalah
mempertahankan hubungan baik dengan supplier

C Memenuhi harapan yang diinginkan oleh organisasi


secara umum serta mendukung proses bisnis
procurement yang dijalankan
D Supplier dengan kinerja terbaik dan merupakan
partners yang sangat direkomendasikan untuk
hubungan jangka pendek dan panjang

149
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.2. Perencanaan dan pelaksanaan proses pengadaan
Rangkaian proses perencanaan dan pelaksanaan proses pengadaan yang effektif, effisien serta
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses terkendali dengan mengacu kepada mekanisme dan aturan perusahaan dalam rangka menjaga tingkat
ketersediaan material yang optimal untuk menunjang keandalan dan effisiensi unit

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


9 Penjadwalan, pengendalian dan Proses pengadaan belum terjadwal 1 Jika perencanaan & pelaksanaan proses pengadaan tidak
sistematika proses pengadaan dan terkendali secara baik dan optimal dilakukan maka tujuan manajemen material tidak
sangat baik, schedule proses ada sistematis, schedule proses tidak tercapai, yaitu terpenuhinya service level material (indikator
100 %, checklist kelengkapan ada, checklist kelengkapan berkas untuk mengukur tingkat ketersediaan material untuk
berkas administrasi ada 100 %, administrasi belum ada, checklist pemenuhan kebutuhan) berdasarkan proses yang tepat
cheklis pendistribusian pendistribusian pengesahan belum waktu, tepat kualitas, tepat kuntitas dan tepat harga.
pengesahan ada 100 %, ada, monitoring dan pengendalian
monitoring dan pengendalian levering kedatangan barang belum
2 Pada level operasional, kinerja manajemen material
levering kedatangan barang rutin ada. Peraturan Pengadaan Barang
menjadi tidak bagus karena nilai persediaan (inventory
harian, analisa dan evaluasi rutin dan Jasa belum dilaksanakan
level) trendnya cenderung naik sementara trend service
bulanan, ketaatan dan kepatuhan secara benar .
levelnya cenderung turun. Hal ini disebabkan “Persediaan
terhadap aturan sangat baik (tidak
tidak siap” yaitu bisa tidak siap secara fisik atau secara
ada temuan), continous
administrasi
improvement
3 Akhir dari proses yang terjadi adalah material yang
tersedia digudang tidak semua material yang dibutuhkan,
sementara material yang dibutuhkan tidak semua tersedia
di gudang
4 Panitia Pengadaan Barang dan Jasa rentan tehadap
terjadinya pelanggaran/ tidak patuh terhadap aturan yang
berlaku.

150
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.3. Monitoring dan Pengendalian Proses
Pelaksanaan monitoring pada setiap tahap proses pengadaan yang dilakukan secara periodik untuk
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
memastikan efektifitas dan efisiensi proses

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


10 Monitoring proses pengadaan Monitoring proses pengadaan 1 Monitoring merupakan fungsi manajemen dan merupakan
dilaksanakan secara teratur, belum dilaksanakan secara teratur, suatu aktivitas teknis dan merupakan salah satu tool untuk
sistematis dan menyeluruh, sistematis dan menyeluruh, analisa mengukur performance proses pengadaan
analisa dan evaluasi sudah baik dan evaluasi belum ada. Pekerjaan
serta terdokumen dengan tertib, Monitoring Proses pengadaan tidak 2 Monitoring dalam proses pengadaan merupakan proses
data base online dan terintegrasi bisa dilaksanakan, karena belum transformasi dari raw data (berupa progress kemajuan
dalam SIT (sistem informasi ada penunjukan petugas yg jelas proses pengadaan, kendala yang dihadapi) menjadi suatu
terpadu), updated, continuous untuk melakukan pekerjaan ini. kumpulan informasi untuk diinterpretasikn menjadi suatu
improvement keputusan. Jika proses ini tidak berjalan, maka proses
pengadaan akan gagal atau kedatangan barang akan
terlambat.
3 Jika monitoring tidak optimal dilakukan maka tujuan
manajemen material tidak tercapai, yaitu terpenuhinya
service level material (indikator untuk mengukur tingkat
ketersediaan material untuk pemenuhan kebutuhan)
berdasarkan proses yang tepat waktu, tepat kualitas, tepat
kuntitas dan tepat harga.
4 Jika tidak ada monitoring maka tidak ada informasi yang
digunakan oleh user untuk meng-update perencanaan
pekerjaan pemeliharaan mereka.

151
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.4. Kontrak Payung
Merupakan kontrak jangka menengah atau panjang kepada supplier tertentu untuk memenuhi material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses yang dibutuhkan yang sudah terprediksi penggunaannya dan dikirim dengan jumlah dan waktu sesuai
kebutuhan

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


11 Rekomendasi material untuk Rekomendasi material yang Kontrak payung (termasuk setting ROP & ROQ) merupakan
dikontrak payung sesuai inventory dikontrak payung sesuai inventory implementasi tindak lanjut dari inventory policy. Jika pembelian
policy sudah dibuat, akurasi, policy belum dibuat dan belum ada spare parts atau material tidak dilakukan melalui kontrak payung,
kualitas dan kuantitas kontrak payung . maka dampak buruk yang utama adalah tujuan manajemen
rekomendasi sudah optimal, Anggaran tidak mencukupi. material tidak tercapai, yaitu tidak terpenuhinya service level
updated implementasi sesuai Harga tidak kompetitif material (indikator untuk mengukur tingkat ketersediaan material
rekomendasi 100 % , continous untuk pemenuhan kebutuhan) berdasarkan proses yang tepat
improvement waktu, tepat kualitas, tepat kuntitas dan tepat harga. dampak
buruk tersebut bisa dipetakan sebagai berikut :

1 User dipermainkan dari sisi harga, sehingga bisa jadi


sangat membebani anggaran operasi & pemeliharaan
perusahaan. Karena jenis spare parts atau material yang
berpotensi untuk di-kontrak payung-kan umumnya di
pasaran harganya sangat tinggi & fluktuasi perubahan /
kenaikan harganya juga sangat tinggi.

152
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.4. Kontrak Payung
Merupakan kontrak jangka menengah atau panjang kepada supplier tertentu untuk memenuhi material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses yang dibutuhkan yang sudah terprediksi penggunaannya dan dikirim dengan jumlah dan waktu sesuai
kebutuhan

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


2 Memiliki dampak langsung dan vital terhadap kehandalan
unit pembangkit karena user tidak memiliki kepastian dan
jaminan masalah supply dan ketersediaan spare parts /
material pada saat dibutuhkan. Hal ini disebabkan spare
parts / material yang di - kontrak payung - kan adalah
material yang memiliki tingkat kriteria kekritisan (criticality)
yang tinggi, ketersediaan (Lead Time) yang membutuhkan
waktu yang lama dan nilai penggunaan (usage value) yang
tinggi. Contoh nyata adalah hot gas path parts gas turbine.

153
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Pengadaan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.2.4. Kontrak Payung
Merupakan kontrak jangka menengah atau panjang kepada supplier tertentu untuk memenuhi material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses yang dibutuhkan yang sudah terprediksi penggunaannya dan dikirim dengan jumlah dan waktu sesuai
kebutuhan

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


3 Jika tidak dilakukan kontrak payung, dan pengadaan spare
parts / material diproses pada saat membutuhkan, dan
karena pengadaan retail / normal umumnya membutuhkan
waktu yang lama, maka berpotensi kedatangan barang
melampaui batas waktu yang dibutuhkan atau barang
datang, sementara unit sudah dalam kondisi normal
operasi. Jika hal ini terjadi berulang kali dan akumulatif,
mengakibatkan naiknya nilai persediaan gudang (nilai
persediaan material tidak bergerak sangat tinggi),
menjadikan dengan berjalannya waktu menjadi tidak jelas
status dan asas manfaat. ini menjadikan inefisiensi besar -
besaran di segala bidang.

154
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.1. Monitoring dan scheduling penerimaan barang
Melakukan monitoring, scheduling dan pengendalian terhadap rencana penerimaan barang sesuai
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
dengan levering kedatangan dalam PO
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
12 Informasi kedatangan barang Informasi kedatangan barang Proses penerimaan barang termasuk penerbitan berita acara
diterima secara SIT, monitoring diterima secara lisan, rencana menjadi terhambat, termasuk proses administrasinya juga
dan scheduling terhadap rencana penerimaan barang belum terhambat. Selanjutnya pembayaran kepada supplier juga
penerimaan barang dilaksanakan termonitoring, belum terjadwal dan terlambat
secara terprogram dan periodik, data belum tersaji secara baik dan
dokumentasi data baik dan tertib, informatip, dokumentasi belum
data tersaji secara baik dan dilaksanakan
informatip, updated, continuos
improvement

155
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.2. Pemilahan dan pemisahan material karantina
Pemisahan dan pemilahan terhadap material dalam masa karantina meliputi material yang belum
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
diperiksa, sudah diperiksa (ditolak atau diterima) dan material titipan

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


13 Pemisahan dan pemilahan barang Belum ada pemisahan dan Jika tidak ada pemisahan dan pemilihan maka tidak bisa
sudah dilaksanakan, pada area pemilahan. dibedakan mana barang yang kategori bisa diterima, ditolak, yang
berbeda, ada identitas pemisahan, Material hilang atau rusak hanya bisa diterima tetapi administrasi belum lengkap sehingga
ada list atau daftar barang pada supplier hanya titip barang, juga barang yang kurang tepat
setiap area, kerapian dan estetika kualitas. bila terjadi kehilangan material titipan maka akan sulit
sudah sangat baik, continous untuk memutuskan siapa yg bertanggung jawab/
improvement

156
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.3. Identitas material
Pemberian kode material, nama material, expire date, satuan, golongan berbahaya, flamable dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
identitas yang lain
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
14 Identitas material sudah ada, Identitas material belum ada, sdh Dimungkinkan terjadinya duplikasi, dan kesalahan pada saat
sudah baku, sudah spesifik, sudah ada identitas tapi belum standart penggunaan material tersebut.
standart, identitas jelas dan
mudah dibaca, kerapian dan
estetika sangat baik, duplikasi 0
%, updated, continous
improvement

157
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.4. Stock Opname (Opname harian / stock count)
Melaksanakan pemeriksaan harian terhadap kesesuaian SOH gudang antara fisik dan catatan (Sistem
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Informasi Terpadu / SIT) yang dilakukan setiap hari pada akhir jam kerja dan hanya dilakukan terhadap
barang atau material yang bertransaksi (masuk atau keluar)

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


15 Pengecekan dan pemeriksaan Pengecekan dan pemeriksaan Jika tidak dilakukan pengecekan dan pemeriksaan harian
harian untuk kesesuaian antara harian untuk kesesuaian antara berpotensi terjadi kesalahan transaksi yang sangat
jumlah material secara fisik dan jumlah material secara fisik dan mempengaruhi service level material. Hal ini bisa terjadi misalnya
sistem, dilaksanakan secara sistem, belum dilaksanakan. Sudah jika pada saat overhaul user minta material yang pencatatannya
terjadwal setiap hari, data dilaksanakan namun belum dilakukan secara manual di bon sementara. Jika tidak dilakukan
terdokumen dengan baik, konsisten. Antara jumlah fisik pengecekan & pemeriksaan harian bisa terjadi material tersebut
penelusuran penyebab selisih dan kartu gantung tidak sama. tidak dimasukkan ke dalam sistem. Jika hal ini terjadi berulangkali
langsung dilakukan, selisih maka akan sangat mempengaruhi service level.
langsung dilakukan journal, ada
analisa dan evaluasi, continous
improvement.

158
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.5. Prosedur penanganan dan penyimpanan material
Suatu pedoman baku tentang prosedur, tata cara penyimpanan dan tata cara penanganan, material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
dalam gudang
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
16 Prosedur penanganan dan Prosedur penanganan dan 1 Memiliki dampak uncomply terhadap Sistem Manajemen
penyimpanan material sudah penyimpanan material belum ada ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS 18001 atau SMK3
baku, aplikasi 100 %, mudah Sudah ada prosedure namun tidak Permenaker no. Per. 05/Men/1996. Selama ini prosedur
diakses, updated, continuous updated dan tidak dilaksanakan gudang masih menjadi bagian dari prosedur pengadaan.
improvement dengan baik
2 Terjadi kerusakan barang selama penyimpanan

159
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 1.3.3.6. Perencanaan dan proses pelaksanaan transaksi pergudangan (in dan out)
Rangkaian proses perencanaan dan proses pelaksanaan transaksi pergudangan yang meliputi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses penerimaan dan pengeluaran material, yang effektif, effisien serta terkendali dengan mengacu kepada
mekanisme dan aturan

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


17 Transaksi penerimaan dan Transaksi penerimaan dan Jika terjadi penggantian equipment dengan spare parts baru,
pengeluaran barang gudang pengeluaran barang gudang belum maka equipment lama bekas pakai harus masuk gudang sebagai
terencana dengan baik, tercatat, terencana dengan baik, tidak barang retur. Jika tidak ada pengendalian / transaksi terhadap
terdokumen, ada monitoring, ada tercatat, tidak ada monitoring, tidak proses ini, atau ada proses tetapi tidak optimal maka material
pengendalian, data base trasaksi ada pengendalian, data base lama bekas pakai tidak terkendali keberadaannya, sehingga
SIT, transaksi diluar SIT 0 %, transaksi manual memiliki dampak uncomply terhadap peraturan. Hal ini terkait
transaksi tidak on schedule 0 % dengan penerimaan, dimana jika tidak dilakukan pengendalian
akan berdampak ke area penerimaan dimana manajemen
gudang tidak akan pernah mencatat aktivitas yang terjadi (tidak
pernah terjadi aktivitas cross check). Padahal bisa jadi material
lama bekas pakai masih bisa direkondisi dan suatu saat bisa
dipakai kembali. Sehingga timbul inefisiensi.

160
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MATERIAL MANAGEMENT
Tahap Proses Manajemen Gudang
1.3.3.7. Identifikasi dan penanganan material dead stock, obsolete stock dan material return (material
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek
pengembalian bekas pakai)

Melakukan Identifikasi, monitoring dan pengendalian terhadap material dead stock, material obsolete
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses stock dan material return (pengembalian bekas pakai) secara terprogram, terdokumen dan ada tindak
lanjut
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
18 Identifikasi dan penanganan Identifikasi dan penanganan Jika terjadi penggantian equipment dengan spare parts baru,
material dead stock, obsolete material dead stock, obsolete stock maka equipment lama bekas pakai harus masuk gudang sebagai
stock dan material return sudah dan material return belum barang retur. Jika tidak ada Identifikasi dan penanganan material
dilaksanakan secara rutin dan dilaksanakan, belum tercatat, dead stock, obsolete stock dan material return (material
terjadwal, tercatat, terdokumen, belum terdokumen. pengembalian bekas pakai) terhadap proses ini, atau ada proses
data tersaji dengan baik dan tertib, Informasi-informasi penting material tetapi tidak optimal maka material lama bekas pakai tidak
updated, dilakukan pengkodean gudang (dead stock, obsolete terkendali keberadaannya, sehingga memiliki dampak uncomply
secara khussus, data base SIT, stock) tidak sampai ke user, terhadap peraturan. Hal ini terkait dengan penerimaan, dimana
ada tindak lanjut. continuos pelaksanaan tidak konsisten. jika tidak dilakukan pengendalian akan berdampak ke area
improvement penerimaan dimana manajemen gudang tidak akan pernah
mencatat aktivitas yang terjadi (tidak pernah terjadi aktivitas cross
check). Padahal bisa jadi material lama bekas pakai masih bisa
direkondisi dan suatu saat bisa dipakai kembali. Sehingga timbul
inefisiensi.

161
IDENTIFIKASI RISIKO

KEANDALAN UNIT PEMBANGKIT


TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - System Equipment Reliability Prioritization (SERP)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.1.1. Kelengkapan daftar system dan equipment
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Daftar system dan equipment yang ada di unit pembangkit
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Daftar system & equipment telah Daftar system & equipment 1 Tidak bisa membuat prioritas pemeliharaan berdasarkan urutan tingkat
dibuat secara komprehensif dan tidak lengkap dan juga belum kehandalannya atau prioritas pemeliharaan yang direkomendasikan
dipahami oleh tim unit dipahami oleh Tim tidak akurat.
2 Perencanaan anggaran operasi & pemeliharaan tidak akurat

162
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - System Equipment Reliability Prioritization (SERP)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.1.2. Penetapan kriteria ranking
Kriteria:
- biaya operational
- produksi/availability
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses - kualitas produk
- safety and lingkungan
- peraturan pemerintah
- efisiensi produksi

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


2 Seluruh kriteria telah sesuai Belum ada kriteria ranking atau 1 Jika ranking belum dibuat maka tidak diketahui identitas kumpulan
dengan kondisi unit, dipahami oleh kriteria ranking sudah ada tapi peralatan yang memiliki hubungan saling keterkaitan yang memberikan
tim dan telah diterapkan. belum siap untuk dipakai dan fungsi spesifik untuk mendukung kegiatan operasi.
tidak sesuai dengan kondisi 2 Tidak bisa memprediksi kemungkinan kegagalan, karena peralatan
unit dievaluasi berdasarkan kemungkinan akan kegagalan atau operasi yang
tidak handal

163
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - System Equipment Reliability Prioritization (SERP)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.1.3. Workshop SERP
Workshop untuk membahas:
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses - nilai sistem dan peralatan menurut kriteria ranking
- kehadiran Subject Matter Expert (SME) dan Manajemen/Spv

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


3 Workshop efektif menerapkan Workshop tidak efektif 1 Informasi yang dikumpulkan untuk mendapatkan data tentang
kriteria telah disepakati. Kehadiran menerapkan kriteria telah keseluruhan system / subsystem / equipment (terkait sejarah operasi &
SEM dan manajemen/Spv diatas disepakati. Kehadiran pemeliharaan) tidak akurat karena pengumpulan informasi ini diacu
90% manajemen/Spv yang tekait sebagai knowledge sharing & capture.
dibawah 25%
2 Tidak bisa menetapkan system dan tidak bisa membuat prioritas
(termasuk tidak bisa menetapkan asset criticality)

164
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - System Equipment Reliability Prioritization (SERP)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.1.4. Hasil (MPI / Maintenance Prioritization Index)
MPI telah tersusun dengan komprehensif dan mudah dipahami, serta menggambarkan kondisi nyata dari plant
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


4 MPI telah tersusun dengan MPI belum tersusun atau 1 Tidak bisa membuat dan menetapkan improvement kinerja asset
komprehensif dan mudah sudah tersusun namun belum (equipment atau system atau unit secara keseluruhan)
dipahami, serta tidak ada dipahami.
keraguan bahwa MPI 2 Prasyarat Work Order (WO) untuk setiap asset yang komplit tidak bisa
menggambarkan kondisi nyata dibuat dalam SIT (Sistem Informasi Terpadu ) jika tidak memasukkan
dari plant. jumlah MPI. Hal ini tentu akan memperlambat bidang Operasi,
Pemeliharaan dan Enjiniring untuk melihat asset mana yang sekarang
dalam tahap pengerjaan.
3 Tidak mampu membuat prioritas dan penjadwalan bahwa asset yang
dilakukan pekerjaan pemeliharaan itu yang memang memiliki nilai
keandalan tinggi yang harus dikerjakan pertama kali.

4 Sosialisasi / Awareness (internal coaching) SERP & Hasil Assessment


(Mapping Equipment). Karena MO harus menggabungkan kedua
informasi itu. Jika SERP tidak dipahami maka hasilnya tidak bagus.

5 Jika SERP tidak ada dan tidak dipahami maka MO tidak bisa membuat
SOP OH (Standard job, resourcers, identifikasi risiko Lingkungan & K3)
sebagai bentuk keterlibatan terhadap proses continuous improvement
dan selanjutnya tidak bisa mengkoordinasikan SOP OH dengan WPC
(SIT / Sistem Informasi Terpadu)

165
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.1. Definisi sistem dan unjuk kerja yang dibutuhkan yang dibutuhkan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Sistem dan kriteria unjuk kerja Sistem belum terdifinisi Lingkup sistim serta peralatan yang ada didalamnya tidak terdefinisi dengan
harus sudah jelas. dengan jelas serta kebutuhan jelas. Begitu juga dengan unjuk kerja yang dibutuhkan, sehingga apabila terjadi
unjuk kerja belum ada failure tidak segera akan diketahui effeknya terhadap sistem secara
keseluruhan.

166
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.2. Identifikasi equipment yang membutuhkan FMEA
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Daftar prioritas system dan equipment yang membutuhkan FMEA.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
6 Daftar prioritas system dan Tidak memiliki daftar FMEA akan dilakukan pada asset yang salah, karena prasyarat utama dari
equipment telah dibuat identifikasi equipment, FMEA adalah bahwa langkah pertama dilakukan terhadap asset yang memiliki
berdasarkan MPI (Maintenance termasuk di dalamnya system nilai tertinggi dari proses SERP
Prioritization Index) dan kebutuhan dan equipment yang rusak
plant pada saat ini. (shutdown), beroperasi di
bawah kapasitas serta dugaan
kerusakannya

167
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.3. Jadwal workshop FMEA
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Penjadwalan kegiatan workshop FMEA
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
7 Terdapat penjadwalan kegiatan Tidak ada penjadwalan atau Tidak menghasilkan FMEA atau paling tinggi menghasilkan rekomendasi
workshop FMEA dan dijalankan pelaksanaan kegiatan selalu FMEA dengan kualitas yang kurang baik & akurat. Akibat selanjutnya aktivitas
secara konsisten ada hambatan misalnya tidak pemeliharaan yang dilakukan juga salah.
tepat waktu, kurang lengkap
informasi atau masih dibuat
per kasus saja.

168
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.4. Workshop FMEA
Kualitas workshop untuk menggali data:
- mengidentifikasi kerusakan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses - mengidentifikasi penyebab kerusakan
- mengidentifikasi efek kerusakan
- merumuskan Failure Defense Task (FDT) untuk dieksekusi

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


8 Workshop dapat memperoleh data Workshop tidak mampu meng- 1 Tidak mampu mengenali modus kerusakan dan pengaruh dari
kerusakan, penyebab kerusakan, capture data kerusakan secara kerusakan tersebut terhadap sebuah peralatan/asset yang kritikal.
efek kerusakan secara sistematis. komprehensif, penyebab
2 Tidak mampu menghasilkan suatu daftar prioritas kegiatan ( Failure
FDP yang dirumuskan sudah siap kerusakan serta efek
Defense Task / FDT ) yang harus dituntaskan agar dapat memecahkan
untuk dieksekusi. kerusakan yang sistematis tapi
masalah yang berkaitan dan mengurangi pemeliharaan tidak terencana
masih memerlukan waktu yang
yang tergolong Non Tactical Maintenance.
lama dan belum terstruktur.
FDP (Failure Defense
Planning) yang dirumuskan 3 Tidak mampu memastikan proses Failure Defense yang dapat
belum siap dieksekusi membantu proses pengalihan dari Non tactical Maintenance menjadi
Tactical Maintenance, sehingga FDT tidak bisa dirubah menjadi Work
Order. Padahal Work Order tersebut harus direncanakan, dijadwalkan
dan dilaksanakan dalam selang waktu yang tertentu

169
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.5. Tentukan assumsi dan groundrules yang akan digunakan untuk menganalisis
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
9 Sudah tersedianya assumsi dan Kegiatan FMEA belum didasari Hasil tidak dapat dijadikan acuan dan berpotensi untuk terjadinya silang
ketentuan yang jelas untuk dengan assumsi dan pendapat.
dijadikan referensi kegiatan FMEA ketentuan-ketentuan standar
yang telah disepakati.

Kegiatan FMEA sudah didasari


dengan assumsi dan
ketentuan-ketentuan standar
yang telah disepakati namun
belum dipahami dan masih
debatable

170
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.6. List Individual Komponen atau berbagai fungsi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
10 Daftar seluruh komponen ataupun Daftar komponen atau fungsi Komponen atau fungsi pada sistem tersebut tidak teregistrasi dengan baik,
fungsi pada sistem tersebut sudah belum ada atau tidak lengkap sehingga akan sulit untuk memahami fungsinya secara baik. Berpotensi untuk
tersedia secara lengkap. Daftar komponen atau fungsi terjadinya kesalahan dalam pengelompokan kedalam sistem yang lain.
sudah ada dan sudah lengkap
namun belum dipahami

171
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.7. Pengembangan Blok Diagram / Fault Tree Analisis
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
11 Tersedia methode / Petunjuk untuk Analisa Keandalan belum Analisa tidak dilakukan secara detail dan menyeluruh karena kegagalan secara
melakukan Analisa Keandalan dilakukan berdasarkan finansial akan berdampak besar
misalnya berdasarkan Blok methoda yang ditentukan (Blok
Diagram atau Fault Tree Analysis Diagram / Fault Tree analysis)
namun tidak up to date
Analisa Keandalan sudah
dilakukan berdasarkan
methoda yang ditentukan (Blok
Diagram / Fault Tree analysis)
namun tidak up to date

172
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.8. Device an Analysis worksheet.
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
12 Informasi tentang kerusakan Analysis work sheet belum Akan sulit untuk melakukan ranking berdasarkan dampak dan frekwensi
/kegagalan setiap komponen tersedia. Analisis worksheet kerusakan dan melakukan tindakan perbaikan yang paling tepat.
berikut dengan informasi lain yang sudah tersedia namun tidak
terkait harus sdh terecord pada standard
Analysis worksheet.

173
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.9. Ratio FMEA oleh external dan internal
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Perbandingan penyelesaian FMEA oleh pihak ketiga dan dari internal unit
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
13 Di bawah 5 % dikerjakan oleh tim Lebih dari 95% dikerjakan oleh 1 Alokasi resource yang mahal, jika hubungan dengan pihak eksternal
internal pihak ketiga. Pihak ke tiga menyangkut pembiayaan.
mengerjakan 95% namun tidak
2 Proses pembelajaran tim internal terhambat, karena tidak ada
kompeten
kreativitas, analisis, pengambilan keputusan

174
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.10. Pengukuran Efektifitas hasil untuk meningkatkan Keandalan Unit.
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
14 Pengukuran dilakukan oleh Tidak diukur atau belum 1 Tidak bisa menilai apakah FMEA telah dikerjakan atau tidak.
System Engineer secara mencantumkan referensi dan 2 Tidak bisa menilai apakah jika rekomendasi FMEA dikerjakan
terintegrasi dengan Sistem data pendukungnya. menghasilkan peningkatan kinerja asset yang dilakukan pekerjaan,
Informasi Terpadu (SIT). karena tidak adanya kontrol terhadap feed back yang diberikan oleh
pelaksana.

175
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.2.11. Rekomendasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
15 Temuan yang dilaporkan sudah Temuan belum dilengkapi Eksekutor tidak dapat melaksanakan tindak lanjut dengan baik
dilengkapi dengan rekomendasi dengan Rekomendasi
untuk tindakan selanjutnya.

176
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - Root Cause Failure Analysis (RCFA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.3.1. Daftar problem/Identify the unacceptable performance
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Daftar permasalahan yang belum diketahui akar permasalahannya dalam proses FMEA
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
16 Daftar problem sudah lengkap Daftar problem belum Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tidak maksimal
PLUS peringkat prioritas, schedule dikompilasi atau daftar
workshop RCFA dan diupload ke problem sudah ada tanpa
MIMS peringkat prioritas

177
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - Root Cause Failure Analysis (RCFA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.3.2. Workshop
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Dilengkapi Jadual dan peserta
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
17 Workshop terlaksana pada jadual Jadwal workshop berubah, Peserta yang hadir tidak dapat menemukan akar permasalahannya, sehingga
yang telah ditetapkan, dihadiri oleh beberapa personil kunci tidak menunda proses selanjutnya.
seluruh Undangan dan dapat hadir
terdokumentasi dalam daftar
kehadiran

178
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - Root Cause Failure Analysis (RCFA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.3.3. Identifikasi dan rekomendasi hasil RCFA
Akar permasalahan yang ditemukan, dokumentasinya dan ketepatan rekomendasi yang dihasilkan dari RCFA
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


18 Hasil workshop dapat menemukan Workshop tidak berhasil Penyebab utama gangguan tidak dapat ditemukan pada waktu workshop
akar permasalahan dan dapat menggali dan mengolah tersebut sehingga penyelesaian masalah tertunda.
menghasilkan rekomendasi yang informasi dari kegiatan RCFA
tepat serta terdokumentasi secara
baik

179
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Failure Defense Planning (FDP) - Root Cause Failure Analysis (RCFA)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.3.4. Cost Benefit Analysis (CBA)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Perhitungan biaya yang bisa dihemat dari penyelesaian masalah dari RCFA
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
19 Tim dapat menyajikan CBA Pelaksanaan RCFA tidak Pelaksanaan RCFA berpeluang untuk menimbulkan kerugian.
sebagai dasar untuk pengambilan didukung dengan CBA
keputusan pelaksanaan RCFA Pelaksanaan RCFA didukung
dengan CBA namun tidak
akurat

180
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Baseline Audit
2.1.4.1. Melakukan pengambilan data melalui predictive tool technologi untuk semua peralatan berupa data
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek Vibrasi, thermography, oil analysis dll.
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
20 Data telah diambil secara kontinyu Proses pengambilan data Data tidak cukup sebagai bahan analysis, sehingga tidak bisa dibuat
dengan interval waktu yang belum terlaksana secara rekomendasi pemeliharaan. Pelaksanaan pemeliharaan akan tertunda.
memenuhi persyaratan dan telah kontinyu dengan interval waktu
terecord secara baik. yang memenuhi.
Proses pengambilan data telah
terlaksana secara kontinyu
dengan interval waktu yang
memenuhi namun tidak
terdokumentasi dengan baik

181
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Baseline Audit
2.1.4.2. Mengumpulkan Data Operasi berupa data gangguan, kerusakan, alarm, trip, derating, laporan hasil
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek gatecycle dan kondisi resource (fuel, lube oil, air)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
21 Data yang dibutuhkan telah Data tidak lengkap dan juga Perencanaan operasi dan pemeliharaan tidak akurat sehingga bisa terjadi
tersedia secara lengkap dan tidak akurat. missleading
akurat.

182
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Baseline Audit
2.1.4.3. Mengumpulan Data Pemeliharaan berupa history peralatan, jobcard feedback, laporan quality control.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek

Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses


No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
22 Data yang dibutuhkan telah Data tidak lengkap dan juga Perencanaan operasi dan pemeliharaan tidak akurat sehingga bisa terjadi
tersedia secara lengkap dan tidak akurat. missleading
akurat.

183
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Baseline Audit
2.1.4.4. Melakukan workshop koordinasi (engineering, operasi dan Pemeliharaan) untuk membuat program
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek recovery terhadap peralatan yang masuk kedalam kategory merah dan kuning.

Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses


No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
23 Terlaksananya Workshop Tidak dilakukan workshop Program recovery tidak tersusun dengan baik.
koordinasi sehingga program koordinasi
recovery dapat tersusun dengan
baik

184
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.1. Setting Up Database Predictive Maintenance (PdM)
Setting Up data base Predictive Maintenance (Equipment & Technology Matric) berdasarkan SERP (System
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Equipment Reliability Prioritization) dan FMEA (Failure Mode & Effect Analysis)

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


24 Setting Up sudah lengkap dan Belum dilakukan Setting Up 1 Semua equipment yang ada di unit tidak bisa dimonitor / dideteksi
jelas mencakup the whole of plant PdM secara kontinyu dan konsisten
yang didahului dengan analisa Belum dilakukan setting up
SERP (System Equipment database
Reliability Prioritization), VESO / Seting up database hanya
MPI (Maintenance Prioritization dilakukan pada teknologi
Index) dan FMEA (Failure Mode & tertentu dan tidak berdasarkan 2 Terkait dengan manajemen data, maka data antar periode menjadi tidak
Effect Analysis) yang didapat dari SERP, MPI dan FMEA bisa dimonitor dan dievaluasi
pengalaman operasi selama ini

185
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.2. Jadwal
Jadual bulanan pelaksanaan Predictive Maintenance, termasuk didalamnya resource manhours dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses peralatannya
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
25 Jadual tersusun lengkap dengan Belum ada jadual secara 1 Kontinuitas data untuk kepentingan analisa dan rekomendasi menjadi
resource dan secara konsisten mingguan, bulanan dan tidak terpenuhi.
dilaksanakan tahunan
2 Rentang waktu pengambilan data menjadi tidak konsisten, sehingga
Jadwal belum dibuat secara
kumpulan data yang dihasilkan menjadi tidak akurat.
konsisten, termasuk
perencanaan resourcenya. 3 Pengaturan resources (human, tools, time loading) menjadi terganggu

186
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.3. Persiapan Teknis Lapangan
Identifikasi dan persiapan pelaksanaan pekerjaan : manhours, skill, alat, metode, hubungan / koordinasi dengan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses bidang lain.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
26 Ada panduan persiapan yang Tidak ada panduan yang jelas 1 Karena tidak ada panduan yang jelas & dimengerti oleh pelaksana,
jelas, lengkap dan memenuhi dan dimengerti pelaksana maka area pengambilan data tidak konsisten . Padahal Salah satu
syarat persiapan yang baik untuk melaksanakan kerja syarat penting dari implementasi teknologi Predictive Maintenance
meliputi manhours, skill, alat & lapangan adalah bahwa saat pengambilan data dari waktu ke waktu harus
koordinasi antar bidang serta konsisten pada tempat yang sama, sehingga analisis yang dilakukan
dilaksanakan secara konsisten berdasarkan kumpulan data tersebut menjadi akurat.
2 Kemungkinan kesalahan mengoperasikan peralatan / tool Predictive
Maintenance (PdM)

187
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.4. Pengukuran (Monitoring)
Pengamatan kondisi peralatan dilakukan dengan mengukur level vibrasi, kondisi pelumasan, panas, impurities
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses dan lain - lain dengan menggunakan peralatan vibration monitoring, tribology tools, infra red dll.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


27 Semua schedule dilaksanakan Pengukuran yang dilakukan 1 Analisa yang dilakukan serta rekomendasi yang dihasilkan menjadi
secara teratur dengan peralatan tidak mentaati schedule yang salah akibat gejala - gejala kerusakan yang terjadi dianalisa dengan
yang memadai dan menghasilkan dibuat atau tidak menggunakan tool yang salah.
data yang representatif sebagai menggunakan alat yang tepat. 2 Kontinuitas data untuk kepentingan analisa dan rekomendasi menjadi
bahan analisa tidak terpenuhi.
3 Rentang waktu pengambilan data menjadi tidak konsisten, sehingga
kumpulan data yang dihasilkan menjadi tidak akurat.
4 Pengaturan resources (human, tools, time loading) menjadi terganggu

188
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.5. Data Management
Penanganan data-data kondisi peralatan secara computerized dari data pengukuran dan data lainnya, termasuk
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses didalamnya membuat trend data, warning system dsb.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
28 Semua data computerized dan Data terkumpul dimanage dan 1 Manajemen data dan analisa yang dilakukan secara manual
termanage dengan baik dan dapat digunakan untuk melakukan menyebabkan inefisiensi waktu dan pemborosan kertas.
dimonitor dengan mudah sesuai analisa secara manual, tidak 2 Manajemen data dan analisa yang dilakukan secara manual umumnya
yang dibutuhkan dalam analisa menggunakan software hanya mendapatkan hasil overall dan tidak bisa digunakan untuk analisa
dan rekomendasi Predictive Maintenance yang akurat, sehingga hasilnya kemungkinan besar menjadi salah.
Terjadi kerusakan pada data Karakteristik yang dihasilkan tidak tepat.
storage
3 Manajemen data secara manual akan menyulitkan dari sisi
maintainance historical
4 Data yang disimpan hilang

189
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.6. Analisa & Rekomendasi
Analisa dari data terkumpul dan seluruh kondisi yang mempengaruhi operasi peralatan pembangkit dan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses memberikan rekomendasi kepada O/M
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
29 Analisa dari data terkumpul dan Analisa dilakukan sederhana 1 Analisa yang sederhana serta hanya menggunakan trend berpotensi
seluruh kondisi yang dengan hanya menggunakan menghasilkan analisa overall, sehingga tidak bisa menetapkan spektrum
mempengaruhi operasi peralatan trend data saja kelainan. Juga akurasi hasil analisa diragukan hasilnya, manakala trend
pembangkit dan memberikan Hasil analisa yang dilakukan data tidak akurat.
rekomendasi kepada Operation & tidak mencukupi untuk
Maintenance dijadikan rekomendasi kepasa 2 Analisa dengan menggunakan trend umumnya hanya menghasilkan
Operation & Maintenance hipotesa awal perihal batas waktu maksimal peralatan mampu
beroperasi.

190
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.7. Tindak Lanjut
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pelaksanaan, pengamatan atau perubahan schedule dan pekerjaan dari hasil analisa dan rekomendasi
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
30 Rekomendasi dilaksanakan secara Semua atau sebagian besar Performance peralatan dikawatirkan semakin menurun
konsisten dilengkapi dengan feed rekomendasi tidak
back bagi analizer dan telah ditindaklanjuti dan tidak ada
memberikan kontribusi positif bagi feed back untuk analizer.
performance peralatan Semua atau sebagian besar
rekomendasi tidak dapat
dilakukan dan ditindaklanjuti
serta tidak ada feed back
untuk analizer disebabkan oleh
faktor eksternal

191
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan RELIABILITY MANAGEMENT
Tahap Proses Predictive Maintenance (PdM)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.1.5.8. Cost and Benefit Analysis
Kalkulasi biaya pelaksanaan PdM dan hasil rekomendasinya dibanding dengan biaya yang akan timbul jika
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
pemeliharaan tidak terencana
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
31 Perhitungan Cost and Benefit Belum ada perhitungan Cost 1 Manajemen tidak memiliki dasar yang akurat untuk mengambil
dilakukan periodik atau per kasus and Benefit dalam kegiatan keputusan
secara baik dan menyeluruh serta Predictive Maintenance 2 Mengganggu pengaturan human resources
menghasilkan nilai positif dalam 3 Tidak mampu melihat kerugian yang ditimbulkan sampai katastropik,
efisiensi karena cost benefit analysis menghitung material sampai kejadian
ekstrim (katastropik)

192
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Shift Meeting
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.1. Shift Meeting
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kegiatan teragenda untuk mencapai koordinasi internal shift dan kesinambungan pergantian shift.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Koordinasi internal shift secara Shift meeting tidak konsisten 1 Tidak terjadi koordinasi dan penyampaian informasi antara 1 shift
konsisten, tercapai koordinasi & dilaksanakan dan shift meeting jaga ke shift jaga berikutnya. Padahal, koordinasi dan penyampaian
kesepahaman tentang kondisi tidak terdokumentasi dengan baik. informasi ini sangat penting karena di dalamnya terdapat mandat
operasi dan tindakan yang sebagai berikut :
dilakukan. dan kesinambungan
pergantian shift menunjang A Membaca dan menganalisa laporan shift sebelumnya
kehandalan dan kontinyuitas B Melaksanakan evaluasi laporan gangguan yang terjadi
operasi serta menjadi budaya C Merencanakan & melaksanakan pekerjaan routine work operasi
Continuous Improvemen peralatan
D Briefing tugas khusus yang berkaitan dengan risiko K3 dan
kehandalan atau hal - hal lain yang berkaitan dengan risiko
operasi unit.
2 Karena tidak terjadi komunikasi dan penyampaian informasi, maka
jika terdapat peralatan yang abnormal bisa jadi dioperasikan oleh
shift berikutnya, sehingga kerusakannya bisa lebih parah.

3 Shift pengganti akan kehilangan historical data operasional shift


sebelumnya. Padahal, data tersebut sangat diperlukan untuk dasar
keputusan operasi berikutnya.

193
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.2.1. Membuat rencana operasi jangka panjang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Perencanaan operasi jangka panjang
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Perencanaan pengoperasian Rencana operasi tidak dilakukan 1 Alokasi kebutuhan energi primer tidak bisa ditentukan jumlahnya
pembangkit jangka panjang dibuat sehingga mempengaruhi ketersediaan pembangkit.
dalam pengelolaan operasi
pembangkit, untuk menentukan 2 EOH mesin tidak dapat dihitung sehingga jadwal pemeliharaan dan
alokasi energi dan budget yang kebutuhan material pemeliharaan tidak dapat ditentukan yang
dibutuhkan. berakibat kehandalan pembangkitan menjadi terganggu

194
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.2.2. Membuat rencana daya mampu mingguan dan bulanan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Membuat rencana daya mampu
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Rencana daya mampu mingguan Rencana daya mampu mingguan Dengan tidak adanya atau tidak akuratnya rencana daya mampu, maka
dan daya mampu bulanan dan daya mampu bulanan tidak akan sullit untuk membuat rencana operasi dalam mengantisipasi kurva
tersedia dan siap untuk di tersedia atau tersedia namun bukan beban sistim.
informasikan kepada manajemen data yang paling mutakhir.
dan Pusat pengatur Beban.

195
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Merencanakan dan mengoperasikan unit pembangkit
2.2.2.3. Mengoperasikan unit pembangkit dalam kondisi normal (seperti tertuang dalam SOP normal )
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.2.4. Mengoperasikan unit pembangkit dalam kondisi tidak normal (seperti tertuang dalam SOP tidak normal
)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pengoperasian unit pembangkit dalam kondisi normal dan tidak normal
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Pengoperasian mesin pembangkit SOP tidak dilaksanakan secara 1 Pada kondisi operasi normal bisa terjadi kesalahan operasi unit
dilakukan berdasarkan SOP konsisten pembangkit yang mengakibatkan terjadinya kerusakan peralatan
(normal dan tidak normal) yang dan membahayakan pengoperasian.
telah disusun agar pengoperasian
peralatan dilakukan secara baik 2 Pada kondisi operasi tidak normal bisa menyebabkan unit
dan benar pembangkit tidak bisa dioperasikan yang seharusnya bisa
dioperasikan dalam kondisi operasi derating/emergency.

196
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi peralatan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.3.1. s/d 2.2.3.3 Kehandalan (Pengoperasian, pengujian dan pengaturan jam kerja operasi peralatan)
Identifikasi kondisi operasi, pengujian/ pengaturan jam kerja operasi peralatan dgn change over untuk menjaga
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses kehandalan performa yang optimal; melakukan routine test peralatan sesuai jadwal (mingguan, 2 mingguan dan
bulanan) dan melakukan pengujian / performance test setelah perbaikan / overhaul.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Tersedia peta keandalan Pengoperasian Change over BOP 1 Tidak bisa diatur jam operasi masing-masing BOP sehingga
peralatan, pengujian dilakukan (Balance of Plant) tidak didesain pemeliharaan BOP tidak terencana dan berakibat kemungkinan
dengan terjadwal, melakukan dengan pola tertentu. Belum kerusakan BOP secara bersamaan untuk pemeliharaan breakdown.
change over peralatan dilakukan action untuk peningkatan
berdasarkan jam kerja operasi, kehandalan
2 Jika tidak dilakukan maka terjadi ketidaksiapan pada peralatan yang
terdapat evaluasi untuk
bersifat redundancy
peningkatan keandalan.

197
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan first line maintenance
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.4.1. Patrol Check & house keeping operasi
Kegiatan Patrol terencana untuk mengetahui gap / indikasi kelainan operasi dan menjaga kebersihan peralatan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
& lingkungan plant.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
6 Kegiatan-kegiatan Patrol Kegiatan Monitoring tidak 1 Pada saat unit sedang beroperasi, dilakukan patrol check dimana
terencana dilaksanakan sesuai dilaksanakan operator lokal mengawasi seluruh peralatan berfungsi dengan baik
jadual dan checklist 100% terisi dan dilakukan pencatatan sesuai parameter lokal. Jika patrol check
dilengkapi dengan catatan penting tidak dilaksanakan maka :
kondisi peralatan dan tindak lanjut A Peralatan tidak terpelihara & termonitor dengan baik.
jika terjadi kelainan pada
peralatan. dan kebersihan B Bisa jadi peralatan beroperasi dalam kondisi kritis tanpa
peralatan & lingkungan serta sepengetahuan operator
keselamatan pembangkit terjaga. C Berpengaruh langsung pada kinerja unit pembangkit, yaitu
meningkatnya EFOR dan menurunkan EAF
2 Jika tidak dilakukan house keeping, lingkungan sekitar peralatan
unit pembangkit tidak terjaga kebersihan lingkungan yang
berpotensi menimbulkan risiko K3 dan lingkungan.

198
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan first line maintenance
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.4.2. Firstline maintenance / kecepatan penanganan gangguan
Kemampuan melakukan tindakan first line maintenance dan Termasuk ketepatan & kecepatan penanganan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
gangguan.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
7 Tindakan first line maintenance Tidak melakukan tindakan Kegiatan first line maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan
yang diperlukan senantiasa peralatan unit pembangkit pada kerusakan ringan. Misalnya pada kondisi
dilakukan, sesuai dengan gland bocor, maka operator harus mengetahui dan melakukan
prosedur. Melaporkan & pengerasan kembali pada gland tersebut dengan menggunakan
melaksanakan penanganan peralatan yang sudah tersedia. Jika hal itu tidak dilakukan maka bisa
gangguan secara tepat & cepat. berpotensi trip, terjadi kerusakan yang lebih parah dan meningkatnya
force derating.

199
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan first line maintenance
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.4.3. s/d 2.2.4.8. SOP Complay & Lap gangguan
Memastikan SOP yang update telah dilaksanakan dengan baik untuk menjaga keandalan dan efisiensi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
pembangkit. Setiap gangguan operasi ada laporan evaluasinya.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


8 SOP ter update dilaksanakan pekerjaan tidak dilaksanakan Jika SOP tidak dijalankan dengan benar (uncomply) maka bisa
dengan baik untuk menjaga sesuai SOP dan evaluasi serta menyebabkan kesalahan operasional dan kerusakan peralatan.
keandalan dan efisiensi laporan gangguan tidak dibuat. Sedangkan jika laporan gangguan tidak dibuat maka tidak akan diketahui
pembangkit. Dan setiap gangguan secara tertulis / terdokumentasi kronologis terjadinya gangguan sehingga
tersedia laporan dengan kajian tidak tercapai kesimpulan yang akurat untuk penanganan gangguan serta
evaluasinya. Menjadi budaya kehilangan jejak historical. Disamping itu tidak adanya evaluasi
continuous improvement. gangguan sehingga penyempurnaan SOP tidak bisa dilakukan.

200
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.5.1. Entry Data Operasi & Kesesuaian ROH
Kemampuan untuk memastikan data operasi telah di entri dengan benar, konsisten dan valid, serta memastikan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ROH tercapai.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
9 Data operasi telah di entri dengan Tanpa melakukan cek data dan Jika tidak dilakukan entry data operasi dan kesesuaian ROH, maka tidak
benar, konsisten, valid dan up to Validasi bisa dilakukan complain jika terjadi statement derating oleh PLN
date, terdata base dan tersedia
tampilan trending data Serta
memastikan ROH tercapai.

201
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.5.2. Evaluasi kesiapan unit
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Melakukan evaluasi kesiapan terhadap unit terhadap rencana
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
10 Evaluasi kesiapan Unit dievaluasi Belum dilakukan evaluasi. Atau 1 Tidak diketahui apakah terjadi deviasi terhadap rencana.
secara periodik dan dilakukan apabila telah dilakukan, namun
dengan metode yang telah terlambat dan tidak akurat 2 Penyebab terjadinya deviasi tidak diketahui dengan baik, sehingga
disepakati. Hasil evaluasi tersedia tidak akan ada rekomendasi tindakan perbaikan
pada waktu yang telah ditentukan.
3 Akan sulit untuk membuat rencana operasi yang akurat.

202
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.5.3. Evaluasi Spesific Fuel Consumption (SFC)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Melakukan evaluasi terhadap konsumsi bahan bakar dibandingkan dengan rencana.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
11 Evaluasi konsumsi bahan bakar Konsumsi bahan bakar spesifik 1 Tidak diketahui apakah terjadi deviasi terhadap rencana.
dievaluasi secara periodik dan tidak dievaluasi secara periodik.
2 Penyebab terjadinya deviasi tidak diketahui dengan baik, sehingga
dilakukan dengan metode yang
tidak akan ada rekomendasi tindakan perbaikan
benar. Hasil evaluasi tersedia
3 Akan sulit untuk membuat rencana operasi berdasa merit sistem.

203
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan optimasi dan evaluasi kinerja operasi.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.5.4. SOP Review
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kelengkapan SOP, Update, Sosialisasi, Simulasi.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
12 SOP lengkap, selalu dilakukan SOP tidak lengkap jika tidak dilakukan review maka tidak bisa menindaklanjuti rekomendasi
review Update, terdokumentasi untuk kepentingan continuous improvement bidang operasi.
dengan baik, mudah diakses, Rekomendasi ini umumnya berasal dari failure defense planning (FDP)
Sosialisasi kepada semua pihak setelah dilakukan RCFA / FMEA terkait adanya gangguan / kerusakan
terkait , telah dilakukan Simulasi pada equipment tertentu, dimana rekomendasinya bisa berupa pekerjaan
sehingga menjamin kehandalan pemeliharaan dengan metode yang lebih baru maupun perbaikan cara
operasi. operasional. Perbaikan cara operasional ini tertampung dalam SOP
review, sehingga jika tidak dilakukan akan menyebabkan kerusakan
berulang atau kerusakan yang lebih parah.

204
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Pengelolaan bahan bakar dan bahan kimia
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.6.1. s/d 2.2.6.5. Pengelolaan Bahan Bakar
Perencanaan dan pengendalian persediaan Bahan Bakar untuk mencapai tingkat ketersediaan sesuai dengan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ketentuan yang ditetapkan Perusahaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
13 Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan dan pengendalian Tidak bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk operasional unit
Bahan Bakar sudah akurat Bahan Bakar belum dilaksanakan pembangkit pada periode tertentu, atau pemakaian bahan bakar melebihi
direncanakan memenuhi stock dan ketersediaan stock bahan / kekurangan pada periode tertentu.
aman kebutuhan operasi unit bakar tidak terprediksi dan atau
terjadi pembatasan beban

205
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Pengelolaan bahan bakar dan bahan kimia
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.6.6. Merencanakan kebutuhan bahan kimia
Perencanaan dan pengendalian persediaan kimia untuk mencapai tingkat ketersediaan sesuai dengan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
ketentuan yang ditetapkan Perusahaan
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
14 Perencanaan dan Pengendalian Perencanaan dan pengendalian 1 Tidak bisa memenuhi kebutuhan kimia untuk operasional unit
Kimia sudah akurat direncanakan Kimia belum dilaksanakan dan pembangkit pada periode tertentu, atau pemakaian kimia melebihi /
memenuhi stock aman kebutuhan ketersediaan stock kimia tidak kekurangan pada periode tertentu.
operasi unit terprediksi dan atau terjadi 2 Ketentuan pengelolaan barang-barang B3 harus diberi label MSDS
pembatasan beban (Material Safety Data Sheet) untuk memenuhi sistem manajemen
lingkungan dan SMK3 serta ketentuan proper
3 Bahwa komposisi bahan-bahan kimia harus disertakan COA
(Certificate of Analisys) untuk mengetahui komposisi/kandungan
kimianya

206
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Produksi
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7. Emergency Management
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
Apabila terjadi kondisi Emergency Kondisi darurat belum dikelola 1 Dapat terjadi black out.
(Darurat) sesuai ketentuan yang berlaku.
1 Pengelolaan pembangkit 2 Dapat terjadi kebakaran / ledakan
15 telah dilakukan sesuai
prosedur tanggap darurat.
2 Telah dilakukan koordinasi 3 Terjadi pencemaran
dengan pihak terkait
3 Pihak keamanan dan pihak 4 Terjadinya kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan
terkait lainnya telah
dihubungi dan memahami
kondisi yang terjadi.
4 Telah dilakukan tindakan 5 Terjadinya gangguan keamanan dan kesalah pahaman dengan
pencegahan dan perbaikan pihak keamanan lokal maupun nasional

207
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7.1. Pelaporan Daya mampu mingguan dan bulanan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Melaporkan daya mampu mingguan dan bulanan ke P3B dan kantor pusat
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
16 Pembuatan dan penyampaian RDM Belum ada Rencana Daya Mampu 1 Jika belum ada Rencana Daya Mampu unit maka PLN tidak bisa
/RDB ( Rencana Daya Mampu ) Unit melakukan evaluasi kesiapan unit pembangkit sehingga kesulitan
tepat waktu dan tepat perencanaan. dalam memprediksi neraca daya sistem kelistrikan.
Tanpa terjadi revisi.
2 EOH mesin tidak dapat dihitung sehingga jadwal pemeliharaan dan
kebutuhan material pemeliharaan tidak dapat ditentukan yang
berakibat kehandalan pembangkitan menjadi terganggu

208
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7.2. Komunikasi dgn dispatcher & pelaporan.
Kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan dispatcher Dilakukan oleh yang berwenang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
sesuai grid code/PPA (power purchase agreement)

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


17 Mampu melakukan komunikasi Komunikasi belum efektif, sering Jika tidak terjadi komunikasi dengan dispatcher maka dispatcher tidak
yang efektif dengan dispatcher dapat complain dari Dispatcher bisa melakukan pengaturan beban pada jaringan sesuai kondisi riil.
secara konsisten yg dilakukan
oleh yang berwenang serta
melakukan pelaporan yang
diperlukan dengan tepat sesuai
grid code/PPA.

209
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7.3. Pelaporan Gangguan Unit

Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


18 Laporan gangguan unit harus Laporan gangguan belum dibuat 1 Jika laporan gangguan komunikasi dengan dispatcher maka
sudah tersedia dan dikirim kepada dan dikirim kepada lantor induk dispatcher tidak bisa melakukan pengaturan pengoperasian dalam
kantor induk dan P3B sesuai maupun P3B. mengantisipasi beban sesuai kondisi riil.
waktu yang dipersyaratkan
2 Informasi paling mutakhir tentang unit tidak diketahui oleh
manajemen

210
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7.4 dan 2.2.7.5. Laporan Operasi
Kelengkapan dan keakuratan laporan yang dipakai sebagai evaluasi UP & Kantor Pusat, menggunakan fasilitas
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
SIT (Sistem Informasi Terpadu). Memberikan Acuan kebijakan Manajemen.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
19 Laporan tersedia lengkap dan Laporan kurang lengkap & tidak Tidak bisa melakukan evaluasi bila dibutuhkan keputusan yang cepat
akurat , konsisten dilaporkan awal tepat waktu
tepat waktu dengan evaluasi
memberikan acuan pada
kebijakan Manejemen. Laporan
menggunakan SIT perusahaan
menjadi database.

211
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan OPERATION MANAGEMENT
Tahap Proses Melakukan komunikasi dan pelaporan Pusat Pengatur Beban dan kantor pusat.
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 2.2.7.6.. Transaksi Energi/Setelmen
Download dan pembuatan berita acara serta ketepatan waktu upload data di web site. Agar transaksi energi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
dapat segera diproses .
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
20 Download dan pembuatan berita Download dan pembuatan berita Jika terjadi kesalahan maka akan mempengaruhi kinerja losses atau
acara serta upload data di web acara serta upload data di web site pemakaian sendiri pembangkitan.
site perusahaan tepat waktu perusahaan sering salah & tidak
secara konsisten. Penyampaian tepat waktu.
Transaksi energi yang diproses
oleh pembangkitan tanpa terjadi
deviasi dalam toleransi terendah.
Database tersedia.

212
IDENTIFIKASI RISIKO

EFFICIENCY MANAGEMENT
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.1. Operator action
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kemampuan operator untuk meminimalkan controlable losses dan penurunan heat rate
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Operator mampu mengoperasikan Pengoperasian pembangkit belum 1 Apabila operator tidak mempertimbangkan controlable losses
pembangkit dengan meminimalkan mempertimbangkan controlable maka akan dapat menurunkan efisiensi operasi peralatan dan
controlable losses serta mampu losses dan heat rate menambah beban pemakaian sendiri (PS) pembangkit
membuat keputusan-keputusan 2 Apabila operator tidak mempertimbangkan heat rate yang optimal
untuk mencapai heat rate optimal maka dapat menurunkan efisiensi unit pembangkit dan
menambah konsumsi bahan bakar

213
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.2.1. Baselining didasarkan pada data energy balance
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kemampuan untuk mengumpulkan data proses yang digunakan untuk memonitor kinerja plant.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Efisiensi operasi unit pembangkit Pengoperasian pembangkit tidak Jika tidak digunakan energy balance akan menyebabkan performance
memperhitungkan energy balance memperhitungkan energy balance peralatan pembangkit tidak dalam kondisi terbaik
pada seluruh peralatan pembangkit

214
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.2.2. Data Collection
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Kemampuan untuk mengumpulkan data proses yang digunakan untuk memonitor kinerja plant.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Sistem pengumpulan data otomatis Pengukuran yang digunakan Jika tidak ada data collection maka tidak bisa dibuat historical parameter
penuh digunakan secara efektif. sangat jelek operasi, dan tidak ada data untuk membandingkan performance
peralatan pada kondisi saat ini, sebelumnya dan pada saat komisioning.

215
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.2.3. Model based normalization
Kemampuan untuk menghitung data normalisasi, dengan meminimalkan efek dari kualitas masukan, laju
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
masukan dan kondisi operasi.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Normalisasi berbasis model telah Tidak ada dasar model Apabila tidak ada dasar model perhitungan normalisasi yang digunakan
dioptimalkan penuh. Tim efisiensi perhitungan normalisasi yang maka jika terjadi penurunan performance tidak bisa diketahui sumber
dalam organisasi mampu digunakan. kerusakan peralatan, serta tidak bisa mensimulasikan, menghitung dan
memodifikasi model apabila mendapatkan performance baru apabila telah dilakukan modifikasi atau
diperlukan. Terdapat kepercayaan inovasi.
diri yang tinggi untuk membuat
keputusan berdasarkan perhitungan
ini.

216
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.2.4. Performance Test
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses Pelaksanaan test untuk mengetahui performance effisiensi unit
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Performance test dilaksanakan Performance test tidak 1 Jika tidak dilakukan performance test maka tidak bisa melakukan
secara rutin (bulanan) untuk dilaksanakan secara konsisten monitoring peformance unit pembangkit serta tidak ada data untuk
mengetahui performance unit dan rekomendasi tidak akurat. melakukan evaluasi terhadap penurunan / peningkatan
sebagai dasar untuk deklare daya performance dari bulan ke bulan.
mampu bulanan dan mengetahui 2 Kesalahan rekomendasi tidak menghasilkan peningkatan
efisiensi pembangkit performance dan menyebabkan tindakan pemeliharaan menjadi
tidak efektif.

217
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan EFFICIENCY MANAGEMENT
Tahap Proses Peningkatan Efficiency
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 3.2.5. Identify corrective action.
Kemampuan untuk mengidentifikasi kegiatan korektif baik berupa pengaturan plant atau tindakan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
pemeliharaan.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
6 Melaksanakan corrective action untuk Corrective action tidak Apabila corrective action tidak segera dilakukan maka degradasi
memperbaiki penurunan performance dilaksanakan sesuai rekomendasi. performance terus berlanjut sehingga akan menyebabkan biaya operasi
unit pembangkit secara kontinu. dan pemakaian bahan bakar meningkat serta daya mampu dan
kehandalan menurun.

218
IDENTIFIKASI RISIKO

SISTEM MANAJEMEN TERPADU


TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Komitmen Manajemen
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.1. Pembinaan Sistem Manajemen Terpadu
Pucuk pimpinan membuktikan komitmennya dalam hal : pemenuhan persyaratan pelanggan, undang -
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses undang, peraturan serta penyampaian keseluruh organisasi; penetapan kebijakan mutu; penetapan
sasaran mutu; pelaksanaan tinjauan manajemen serta ketersediaan sumber daya
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
1 Manajemen sangat konsisten dalam Manajemen baru menyampaikan dalam 1 Penetapan kebijakan dan sasaran TIDAK TEPAT,
menerapkan SMT (Sistem Manajemen bentuk wacana/ komitmen diatas kertas. karena salah satu wujud wujud komitmen utama atas
Terpadu). Mendapatkan pengakuan untuk Manajemen hanya memahami SMT implementasi (SMT) Sistem Manajemen Terpadu
menjadi contoh impelemntasi SMT dalam kerangka yang sempit. adalah menetapkan Kebijakan Perusahaan yang
(Sistem Manajemen Terpadu) untuk mencakup kebijakan mutu, lingkungan dan K3
perusahan sejenis dengan bukti dimana Kebijakan Perusahaan ini harus
rekomendasi kekuatan yang menonjol disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui
oleh badan sertifikasi yang terakreditasi. media komunikasi internal dan tersedia atau terbuka
SMT (Sistem Manajemen Terpadu) untuk umum di lingkungan kerja.
diakuai oleh stake-holder.

2 Kerangka kerja yang dibuat sebagai wujud


implementasi Kebijakan Perusahaan juga bisa TIDAK
TEPAT & EFEKTIF MENCAPAI SASARAN.
Kerangka kerja ini memuat sasaran dan target mutu,
lingkungan dan K3. Sasaran mutu mengacu pada
kontrak kinerja yang telah dimiliki. Sedangkan
sasaran lingkungan, K3 mengacu pada Program
Manajemen Lingkungan dan K3

219
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Tinjauan Manajemen
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.2. Tinjauan Manajemen
Tinjauan manajemen merupakan suatu kegiatan untuk memastikan bahwa pelaksanaan Sistem
Manajemen Terpadu ditinjau pada suatu selang waktu yang terencana; ditinjau kesesuaian, kecukupan
dan keefektifan penerapannya serta dinilai terhadap peluang perbaikan dan kebutuhan perubahan.

Tinjauan manajemen ini mencakup hasil audit, umpan balik pelanggan, kerja proses dan kesesuaian
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
produk, status tindakan koreksi dan pencegahan, perubahan yang dapat mempengaruhi Sistem
Manajemen Terpadu serta saran - saran perbaikan.
Hasil dari tinjauan manajemen mencakup keputusan dan tindakan untuk perbaiakn pada keefektifan
Sistem Manajemen Terpadu dan proses - prosesnya; perbaikan pada produk berkaitan dengan
persyaratan pelanggan serta sumber daya yang diperlukan.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
2 Tinjauan Manajemen dilakukan disertai Tinjauan manajemen tidak dilakukan 1 Jika tinjauan manajemen tidak dilakukan maka
analisa dengan menggunakan tools continuous improvement / peningkatan secara
analisis. Manajemen melakukan berkelanjutan di bidang mutu, lingkungan dan K3
kebijakkan untuk mengeliminasi tidak akan terjadi.
ketidaksesuaian atau deviasi rencana
realisasi setiap program yang sudah 2 Jika tinjauan manajemen tidak dilakukan, maka tidak
dimandatkan. Kebijakkan tersebut terbukti ada media untuk mengendalikan dan memelihara
efektif garis – garis besar Kebijakan Perusahaan sehingga
tujuan dan sasaran Sistem Manajemen Terpadu yang
telah ditetapkan tidak bisa tercapai.

220
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Tinjauan Manajemen
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.2. Tinjauan Manajemen
Tinjauan manajemen merupakan suatu kegiatan untuk memastikan bahwa pelaksanaan Sistem
Manajemen Terpadu ditinjau pada suatu selang waktu yang terencana; ditinjau kesesuaian, kecukupan
dan keefektifan penerapannya serta dinilai terhadap peluang perbaikan dan kebutuhan perubahan.

Tinjauan manajemen ini mencakup hasil audit, umpan balik pelanggan, kerja proses dan kesesuaian
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
produk, status tindakan koreksi dan pencegahan, perubahan yang dapat mempengaruhi Sistem
Manajemen Terpadu serta saran - saran perbaikan.
Hasil dari tinjauan manajemen mencakup keputusan dan tindakan untuk perbaiakn pada keefektifan
Sistem Manajemen Terpadu dan proses - prosesnya; perbaikan pada produk berkaitan dengan
persyaratan pelanggan serta sumber daya yang diperlukan.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Jika tinjauan manajemen tidak dilakukan , maka tidak
ada media untuk melakukan koordinasi untuk
melaksanakan review manajemen dan audit internal
terhadap Kebijakan Perusahaan serta tujuan,
sasaran dan program pelaksanaan di bidang mutu,
lingkungan dan K3
4 Jika tinjauan manajemen tidak dilakukan, maka tidak
ada salah satu faktor pendorong penting untuk
melakukan pembaharuan terhadap seluruh dokumen
Sistem Manajemen Terpadu (Manual, Prosedur,
Instruksi Kerja dan Formulir) yang disesuaikan
dengan perkembangan kondisi operasional.

221
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pemahaman (Awareness)
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.3. Pemahaman (Awareness)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
3 Semua personal yang terlibat dalam SMT Pemahaman SMT (Sistem Manajemen Jika tidak dilakukan pemahaman secara komprehensive
(Sistem Manajemen Terpadu) memahami Terpadu) baru pada tim inti oleh semua pihak di lingkungan perusahaan / lingkungan
dengan baik serta (development team ) saja. kerja, maka akan terjadi hal - hal sebagai berikut :
mengimplementasikannya secara
konsisten dan menjdi bagian dari aktivitas 1 Kebijakan Perusahaan tidak bisa diimplementasikan
kerja sehari-hari sehingga menjadi contoh dengan baik.
untuk unit sejenis. 2 Tidak akan pernah terjadi pembiasaan untuk
membaca, mengerti dan menjalankan dokumen
Sistem Manajemen Terpadu sesuai dengan bidang
kerja masing - masing. Dokumen yang dimaksud
adalah Manual Perusahaan, Prosedur, Instruksi Kerja
dan Formulir.
3 Tidak mampu memahami tugas dan melaksanakan
pekerjaan sesuai Prosedur, Instruksi Kerja dan
Formulir yang sudah ditetapkan
4 Tidak mampu mengajukan usulan perbaikan / revisi
dokumen bila dianggap perlu
5 Tidak mampu melakukan tindakan perbaikan dan /
pencegahan dengan segera apabila menemukan
suatu ketidaksesuaian

222
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pengendalian Dokumen
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek Pengendalian Dokumen
Suatu kegiatan yang memastikan bahwa semua prosedur telah terdokumentasi; adanya persetujuan
dokumen; terjadi peninjauan dan persetujuan ulang untuk perubahan dokumen; telah dilakukan
identifikasi dokumen (perubahan dan revisi); semua dokumen telah terdistribusi kepada yang berhak
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
menerima; memastikan semua dokumen dapat dibaca dan mudah dikenali; telah dilakukan identifikasi,
distribusi dan pengendalian dokumen eksternal serta telah dilakukan identifikasi dan pengendalian
dokumen kadaluarsa.
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Automisasi Dokumen sudah dibangun dan Tidak ada pengendalian dokumen atau Apabila tidak ada pengendalian dokumen atau dokumen
diimplementasikan lebih dari 1 tahun dan dokumen masih manual dan tidak masih bersifat manual dan tidak terpelihara, akan terjadi hal -
dinilai baik menurut stake holder. terpelihara. hal sebagai berikut :
1 Tidak ada pedoman untuk mengatur semua
persyaratan wajib pengendalian dokumen Sistem
Manajemen Terpadu, misalnya mulai dari identifikasi
kebutuhan dokumen sampai dengan pengendalian
dokumen yang kadaluwarsa dan berlaku bagi
dokumen internal dan eksternal di lingkungan

2 Tidak ada unsur kepastian dari sisi pemakai (user)


bahwa dokumen yang digunakan baik berupa
dokumen internal maupun dokumen eksternal adalah
yang berlaku, yang dapat digunakan oleh personel
terkait hingga pendistribusiannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan

223
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.1. Pengendalian Supplier dan Pihak Ke-3
Pengendalian supplier atau pihak ke - 3 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mata rantai
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses supply chain management berdasarkan Tata Kelola Unit Pembangkitan, yang dipetakan berdasarkan 5
tingkat keberhasilan proses bisnis procurement yaitu mutu, lingkungan, K3, harga dan waktu.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


6 1 Sudah memiliki Prosedur Tidak ada pengendalian terhadap Pengendalian dan evaluasi terhadap supplier adalah
Pengendalian Suplier atau Pihak supplier atau Pihak ke - 3 yang berdasarkan tingkat keberhasilan dalam pemenuhan
ke 3 untuk menjamin semua menyangkut pemenuhan terhadap terhadap mutu, lingkungan, K3, harga serta waktu. Jika tidak
Kontrak Pengadaan Barang dan implementasi mutu, lingkungan serta K3 ada pengendalian terhadap supplier atau Pihak ke - 3 yang
Jasa yang melibatkan Supplier dan untuk menunjukkan parameter menyangkut mutu, lingkungan serta K3 maka :
Kontraktor telah mengakomodir keberhasilan kinerja terkait dengan
semua persyaratan mutu, proses pengadaan barang atau jasa.
lingkungan dan K3 yang diperlukan
sesuai ketentuan.

2 Sudah melakukan identifikasi 1 Tidak mampu memetakan secara jelas terhadap


terhadap persyaratan mutu, supplier yang memiliki kinerja unggul dalam
lingkungan dan K3 pada semua pemenuhan terhadap persyaratan mutu, lingkungan
kegiatan pengadaan barang dan dan K3 (serta harga & waktu) yang ditetapkan oleh
jasa yang harus dipenuhi. Perusahaan. Pada akhirnya tidak mampu melakukan
improvement terhadap supplier yang bersangkutan
dalam kerangka supplier management.

224
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.1. Pengendalian Supplier dan Pihak Ke-3

Pengendalian supplier atau pihak ke - 3 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mata rantai
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses supply chain management berdasarkan Tata Kelola Unit Pembangkitan, yang dipetakan berdasarkan 5
tingkat keberhasilan proses bisnis procurement yaitu mutu, lingkungan, K3, harga dan waktu.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


3 Semua kontrak pengadaan barang 2 Dalam pengadaan barang / jasa, pemenuhan
dan jasa telah mencantumkan persyaratan yang mencakup mutu, lingkungan dan
persyaratan mutu, lingkungan dan K3 dijelaskan secara detil dalam dokumen RKS
K3 sesuai ketentuan. (Rencana Kerja & Syarat - Syarat) maupun dokumen
kontrak, biasanya berupa ijin kerja, APD, kemasan
B3 / limbah B3, kebersihan lingkungan saat bekerja
dsb. Jika tidak ada pengendalian terhadap supplier,
sehingga requirement terhadap mutu, lingkungan
dan K3 yang dibutuhkan tidak tepat, maka dalam
implementasinya barang atau jasa yang disuplai oleh
pihak ke - 3 juga tidak akan memenuhi persyaratan
mutu, lingkungan serta K3 serta pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

225
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.1. Pengendalian Supplier dan Pihak Ke-3

Pengendalian supplier atau pihak ke - 3 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mata rantai
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses supply chain management berdasarkan Tata Kelola Unit Pembangkitan, yang dipetakan berdasarkan 5
tingkat keberhasilan proses bisnis procurement yaitu mutu, lingkungan, K3, harga dan waktu.

No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan


4 Prosedur dan Persyaratan LK3 3 Akan mengalami permasalahan dalam pemeriksaan
pada Pengadaan Barang dan Jasa kuantitas dan kualitas barang, dimana pemeriksaan
telah dipahami dan didistribusikan ini meliputi mutu atau spesifikasi barang termasuk
kepada seluruh fungsi terkait. diantaranya pemenuhan terhadap aspek lingkungan
dan K3 (MSDS / Material Safety Data Sheet , Label
B3 dsb)

5 Prosedur dan Persyaratan LK3


untuk kegiatan pengadaan Barang
dan Jasa selalu direview sesuai
dengan perkembangan
operasional.

226
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008, SISTEM
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001:2004 DAN SISTEM MANAJEMEN K3 OHSAS
18001:1999 dan Permenaker No. Per. 05/Men/1996)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.2. Ijin Safety (Safety Permit)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
7 1 Unit memliki Prosedur Ijin Tidak ada safety permit, atau prosedur Apabila tidak ada safety permit atau implementasi safety
Keselamatan dan Kesehatan Kerja safety permit telah ada tetapi tidak permit tidak dikendalikan serta tidak berjalan dengan optimal
untuk memastikan semua dijalankan, atau tidak ada pengendalian. maka bisa dimungkinkan terjadi hal - hal sebagai berikut :
pekerjaan yang mempunyai risiko
K3 tinggi dapat dikendalikan sesuai
dengan norma-norma kerja aman.

2 1 Mitra kerja atau siapapun yang akan melaksanakan


Unit telah melaksanakan pekerjaan TIDAK MENGETAHUI informasi K3 dan
identifikasi pekerjaan atau kegiatan tata tertib yang harus ditaati selama berada di
yang memerlukan Safety Permit , lingkungan KERJA
dan persyaratan-persyaratan K3
yang harus dipenuhi.

3 Unit telah menerapkan safety 2 Pekerja / mitra kerja atau siapapun yang bekerja
permit untuk pekerjaan panas (hot TIDAK AKAN TERLINDUNGI dari kecelakaan dan
work permit), pekerjaan di atau kerusakan properti, terutama sebagai akibat
ketinggian, pekerjaan di ruang suatu proses kerja yang mengandung resiko tinggi
terbatas, pekerjaan di air
/kedalaman.
4 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

227
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.3. Sistem Isolasi dan Penormalan serta Log Out dan Tag Out
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
8 1 Unit memiliki Prosedur Isolasi dan Tidak ada sistem isolasi & penormalan Jika sistem isolasi dan penormalan serta Log Out Tag Out
Penormalan serta Sistem Log Out serta Log Out Tag Out, atau telah ada tidak ada, atau telah ada tetapi tidak diimplementasikan dan
dan Tag Out sistem tetapi tidak dijalankan dan tidak dikendalikan dengan baik, maka kemungkinan akan terjadi
ada pengendalian. hal - hal sebagai berikut :
2 Unit telah mengidentifikasi
kegiatan pemeliharaan ataupun
operasi yang memerlukan isolasi
dan penerapan LOTO
3 Unit telah membuat kartu tagging 1 Sistem yang ada tidak bisa memastikan / menjamin
untuk semua kegaiatan yang keselamatan personil yang berada di tempat kerja.
memerlukan proses LOTO
4 Unit telah menyediakan semua 2 Sistem yang ada tidak mampu menjaga kondisi
fasilitas/peralatan yang diperlukan peralatan / mesin yang ada di lokasi tempat kerja
untuk kegiatan isolasi dan pada saat peralatan / mesin tersebut tidak boleh
penormalan dioperasikan karena sedang dalam perbaikan /
5 Prosedur ditinjau ulang secara pemeliharaan
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

228
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.4. Pengendalian Combustable Material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
9 1 Unit memliki Prosedure Tidak ada manajemen atau Apabila combustible material tidak dikendalikan, maka
Penanganan Combustible pengendalian terhadap combustible kemungkinan akan terjadi hasl - hal sebagai berikut :
Material., yang meliputi material
pengangkutan, penyimpanan,
pemakaian dan pengamanan.
2 Unit telah melaksanakan 1 memungkinkan terjadinya tumpahan / ceceran yang
identifikasi seluruh combustible dapat mencemari lingkungan
material yang digunakan dalam
kegiatan operasi dan
pemeliharaan.
3 Unit telah melengkapi semua 2 Jika material tersebut bersifat cair, memungkinkan
combustible material dengan terjadinya tumpahan / kebocoran / ceceran yang bisa
MSDS dan pemberian label yang secara langsung mencemari lingkungan dan sulit
sesuai. dalam proses pembersihan apabila dalam lokasi
tempat penyimpanan bahan kimia / B3 / bahan yang
mudah terbakar tersebut dibawah tidak tersedia
berupa secondary containment

229
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.4. Pengendalian Combustable Material
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Ada pemisahan penyimpanan 3 Karena tidak ada manajemen atau pengendalian
combustible material dengan kurang baik, maka tidak ada pengetahuan tentang
material non combustible pengelolaannya, sehingga bisa jadi wadah drum / can
/ jerigen besi / plastik untuk material bahan kimia / B3
/ bahan yang mudah terbakar yang sudah kosong,
5 Prosedur ditinjau ulang secara
tidak ditumpuk maksimal dalam 2 tingkat, atau jika
berkala atau selalu direvisi
materialnya bersifat cair dan harus ditempatkan
menyesuaikan perkembangan
dalam wadah drum / can / jerigen besi / plastik / kaca
organisasi.
tidak diletakkan dalam posisi berdiri dan ditumpuk (1
tingkat)

230
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.5. Pengendalian Alat Pelindung Diri (APD)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
10 1 Unit memiliki Prosedur Tidak ada prosedur penanganan Alat Apabila prosedur APD tidak ada, atau telah ada tetapi
Pengendalian APD, yang meliputi Pelindung Diri, atau telah ada sistem kepemilikan alat pelindung diri tidak dikendalikan dengan
identifikasi, penyediaan, tetapi tidak dikendalikan dengan baik. baik, maka kemungkinan akan terjadi hal - hal sebagai
pendistribusian, pemakaian, berikut :
pemeliharaan, monitoring dan
penyimpanan.
2 Unit telah melaksanakan 1 Karyawan yang menangani pekerjaan langsung yang
identifikasi kegiatan dan seharusnya berhak menerima atau memiliki
persyaratan APD yang harus inventaris peralatan keselamatan kerja / pelindung
digunakan. diri tidak menerima peralatan tersebut
3 Unit telah melaksanakan 2 Karyawan bersikap sembrono dengan TIDAK
sosialisasi persyaratan APD dalam merawat dan memelihara alat pelindung diri (APD)
semua kegiatan kepada seluruh yang diterimanya, agar selalu dalam keadaan baik,
karyawan, mitra kerja dan tamu. bersih dan laik pakai

4 Unit telah melaksanakan 3 APD AKAN dipindahalihkan dan dipinjamkan pada


pendistribusian APD kepada orang lain, tanpa seijin pihak berwenang (pihak K3)
seluruh karyawan, mitra kerja dan
tamu sesuai ketentuan, dan data
didokumentasikan.
5 Prosedur ditinjau ulang secara 4 TIDAK DIPAKAI OLEH KARYAWAN sebagaimana
berkala atau selalu direvisi mestinya dalam melaksanakan tugas, untuk
menyesuaikan perkembangan menghindarkan dari luka atau sakit akibat kerja.
organisasi.

231
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.6. Pengendalian Keamanan Lingkungan Kerja
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
11 1 Unit Memiliki Prosedur Tidak ada prosedur pengamanan Jika tidak ada pengendalian keamanan lingkungan kerja,
Pengendalian Keamanan lingkungan kerja, atau telah ada sistem maka dimungkinkan terjadi hal - hal sebagai berikut :
Lingkungan Kerja, yang meliputi tetapi tidak dijalankan dan tidak ada
identifikasi lokasi kerja dan pengendalian.
persyaratan keamanan kerja,
pemeriksaan peralatan/kondisi
lingkungan kerja, dan
pengendalian keamanan
lingkungan kerja untuk menjamin
lingkungan kerja
2 Unit telah melaksanakan 1 TIDAK MAMPU MEMBERIKAN PENGAMANAN
identifikasi lokasi kerja dan YANG OPTIMAL di lingkungan kerja untuk
persyaratan lingkungan kerja yang menciptakan kondisi yang aman, tenteram dan tertib
aman. dalam rangka penyelenggaran kegiatan pekerjaan

3 Unit telah melakukan sosialisasi 2 TIDAK TERBANGUN sadar keamanan yang tinggi
kepada seluruh karyawan, mitra
kerja, dan tamu tentang
persyaratan lingkungan kerja yang
aman.

232
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.6. Pengendalian Keamanan Lingkungan Kerja
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Unit telah melaksanakan 3 TIDAK MAMPU MEMBANGUN ATAU MEMILIKI jiwa
pemeriksaan rutin kondisi korsa sebagai keluarga Perusahaan dalam upaya
keamanan lingkungan kerja secara membangun ketahanan Perusahaan
berkala dan hasil pemeriksaan
didokumentasikan dengan baik.

5 Prosedur ditinjau ulang secara 4 TIDAK AKAN TERJADI PEMBINAAN &


berkala atau selalu direvisi PEMBERDAYAAN suatu sistem pengamanan yang
menyesuaikan perkembangan memadukan berbagai fungsi antara karyawan,
organisasi. instansi Polri & TNI serta masyarakat sekitar.

233
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.7. Pengendalian Pekerjaan Panas (Hot Work)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
13 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur pekerjaan panas, Menyebabkan timbulnya atau pemakaian panas secara
Aman untuk pekerjaan yang atau telah ada prosedur tetapi tidak langsung atau yang dapat mempengaruhi / membahayakan
berhubungan dengan sumber dijalankan dan tidak ada pengendalian. unit pembangkit (tangki, vessel, pipa, dsb) atau peralatan
panas. lainnya yang berisi atau pernah berisi bahan-bahan beracun
atau mudah terbakar dan meledak, atau pemakaian sumber
2 Unit telah mengidentifikasi jenis listrik. Termasuk dalam proses ini adalah pekerjaan
pekerjaan atau kegiatan yang pemeliharaan yang menghasilkan bahan beracun dan
termasuk dalam Pekerjaan Panas mudah terbakar sebagai hasil dari pemakaian atau
(Hot Work). timbulnya panas

3 Unit telah menyediakan semua


peralatan /fasilitas yang diperlukan
untuk pengamanan Kerja Panas.

4 Unit telah mensosialisasikan


Prosedur kepada pihak-pihak
terkait, karyawan, mitra kerja dan
tamu.

5 Prosedur ditinjau ulang secara


berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

234
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.8. Pengendalian Pekerjaan Dalam Ruang Terbatas (Terowongan, Vesel, tangki, dll)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
14 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur pekerjaan dalam Jika pekerjaan dalam ruang terbatas tidak dikendalikan
Aman untuk pekerjaan pada ruang ruang terbatas, atau telah ada prosedur maka :
terbatas tetapi tidak dijalankan dan tidak ada
2 Unit telah mengidentifikasi jenis pengendalian. 1 Bisa jadi bekerja tanpa rekomendasi / ijin kerja atau
pekerjaan atau kegiatan yang mengabaikan rekomendasi / ijin kerja yang
termasuk dalam Pekerjaan Dalam menyatakan bahwa ruang-ruang tersebut aman dari
Ruang terbatas gas-gas beracun dan eksplosif serta kandungan
oksigennya cukup
3 Unit telah menyediakan semua 2 Bisa jadi akan lalai dalam memeriksa keadaan dan
peralatan /fasilitas yang diperlukan sifat muatan/isi di dalam ruang terbatas sebelum
untuk pengamanan Kerja Dalam dimulai pekerjaan
Ruang Terbatas
4 Unit telah mensosialisasikan 3 Bisa jadi lalai dalam mengeluarkan isi atau sisa
Prosedur kepada pihak-pihak muatannya termasuk kemungkinan lalai untuk
terkait, karyawan, mitra kerja dan membebaskan gas dari ruang uap tanki
tamu.
5 Prosedur ditinjau ulang secara 4 Tidak memperoleh pengawasan pekerjaan / dari
berkala atau selalu direvisi petugas K3 yang harus selalu menjaga secara terus
menyesuaikan perkembangan menerus di luar ruangan, sementara pekerjaan
organisasi. berlangsung

235
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.8. Pengendalian Pekerjaan Dalam Ruang Terbatas (Terowongan, Vesel, tangki, dll)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
5 Bisa terkena setrum apabila lalai dalam membuat
hubungan ke tanah (grounding) untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan metal apabila pekerjaan
tersebut diperkirakan menimbulkan bahaya listrik
statis yang menyebabkan suatu kebakaran atau
ledakan.

236
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.9. Pengendalian Pekerjaan Pada Ketinggian
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
15 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur pekerjaanpada Apabila pekerjaan pada ketinggin tidak dikendalikan dengan
Aman untuk pekerjaan pada ketinggian, atau telah ada prosedur tetapi baik, maka mungkin akan terjadi hal - hal sebagai berikut :
ketinggian tidak dijalankan dan tidak ada
2 Unit telah mengidentifikasi jenis pengendalian. 1 Pekerjaan berlangsung TANPA REKOMENDASI dari
pekerjaan atau kegiatan yang petugas / Supervisor K3 guna dipastikan bahwa
termasuk dalam Pekerjaan pada pijakan tempat dimana pekerja melakukan aktivitas
Ketinggian diatasnya harus benar-benar kuat menahan beban

3 Unit telah menyediakan semua 2 PEKERJAAN BERLANGSUNG TANPA


peralatan /fasilitas yang diperlukan PENGAMANAN YANG MEMADAI, seperti tanpa
untuk pengamanan Kerja pada disediakan sabuk pengaman dan apabila pada lokasi
Ketinggian. tersebut tidak dilengkapi dengan tempat untuk
mengaitkan sabuk pengaman tidak dibuatkan tempat
pengait sementara, tanpa dilengkapi pagar di setiap
sisi dari lokasi, lalai memasang tanda pengamanan di
lokasi dsb
4 Unit telah mensosialisasikan 3 Pelaksanaan pekerjaan berlangsung DENGAN
Prosedur kepada pihak-pihak KONDSI YANG LICIN DAN TIDAK TERBEBAS DARI
terkait, karyawan, mitra kerja dan ARUS LISTRIK dan bisa berlangsung dalam CUACA
tamu. BURUK
5 Prosedur ditinjau ulang secara 4 Pekerja akan BEKERJA DENGAN SEMBRONO,
berkala atau selalu direvisi misalnya tidak menjaga sikap tubuh yang stabil, tidak
menyesuaikan perkembangan mampu menjaga ketenangan perasaan serta selalu
organisasi. dihantui rasa takut akan ketinggian.

237
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.10. Pengendalian Pekerjaan Bawah Air
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
16 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur pekerjaan bawah air, Apabila pekerjaan bawah air tidak dikendalikan, maka
Aman untuk Pekerjaan Bawah Air atau telah ada prosedur tetapi tidak dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai berikut :
dijalankan dan tidak ada pengendalian.
2 Unit telah mengidentifikasi jenis 1 Pekerjaan TIDAK DILAKUKAN oleh personel yang
pekerjaan atau kegiatan yang kompeten dan telah mendapatkan pendidikan khusus
termasuk dalam Pekerjaan Bawah bagi penyelam yang ditunjukkan dengan sertifikat
Air
3 Unit telah menyediakan semua 2 TIDAK MENDAPAT PENGAWASAN dari petugas K3
peralatan /fasilitas yang diperlukan yang menunggu di atas, apabila sewaktu-waktu ada
untuk pengamanan Kerja Bawah keadaan yang tidak terduga dan membutuhkan
Air bantuan/pertolongan pada saat pekerjaan
penyelaman dilakukan
4 Unit telah mensosialisasikan 3 Kondisi personil yang melakukan pekerjaan
Prosedur kepada pihak-pihak penyelaman TIDAK TERKONTROL, padahal personil
terkait, karyawan, mitra kerja dan harus dalam kondisi sehat baik fisik maupun mental
tamu.
5 Prosedur ditinjau ulang secara 4 PEKERJAAN BERLANGSUNG TANPA PERALATAN
berkala atau selalu direvisi PENGAMANAN YANG MEMADAI SEPERTI tabung
menyesuaikan perkembangan oksigen, life jacket, pelampung dan tali
organisasi.
5 TIDAK DILAKUKAN STERILISASI SEHINGGA AMAN
DARI POTENSI BAHAYA akibat lalai dalam
memasang rambu - rambu.

238
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.11. Pengendalian Pekerjaan Pada Instalasi Gas (Explosif dan Combustible)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
17 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur pekerjaan pada Timbul eksplosif / atau ledakan atau kebakaran khususnya
Aman untuk Pekerjaan Pada instalasi gas, atau ada prosedur tetapi untuk pekerjaan yang menghasilkan panas, seperti
Instalasi Gas tidak dijalankan dan tidak ada pengelasan
2 Unit telah mengidentifikasi jenis pengendalian.
pekerjaan atau kegiatan yang
termasuk dalam Pekerjaan Pada
Instalasi Gas
3 Unit telah menyediakan semua
peralatan /fasilitas yang diperlukan
untuk pengamanan Pekerjaan
Pada Instalasi Gas
4 Unit telah mensosialisasikan
Prosedur kepada pihak-pihak
terkait, karyawan, mitra kerja dan
tamu.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

239
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.12. Pengendalian Rokok (Smoking Kontrol)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
18 1 Unit telah membuat Prosedur Tidak ada prosedur pengaturan Setiap orang akan merokok di sembarang tempat, sehingga
untuk mengendalikan bahaya merokok, atau ada prosedur tetapi tidak mencemari udara dan mengganggu kenyamanan
kebakaran akibat rokok. dijalankan dan tidak ada pengendalian. lingkungan
2 Unit telah mengidentifikasi Area
Berbahaya yang dipersyaratkan
Bebas Api dan Rokok.
3 Unit telah menyediakan lokasi
khusus untuk merokok.
4 Unit telah menerapkan sangsi bagi
pelanggar ketentuan merokok

5 Unit telah memasang rambu-


rambu yang jelas dan dapat dibaca
tentang Bahaya Merokok
6 Unit telah mensosialisasikan
Prosedur Pengendalian Bahaya
Rokok kepada seluruh karyawan,
mitra kerja dan tamu.
7 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

240
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.13. Pengendalian Kesehatan Lingkungan Kerja
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
19 1 Unit Memiliki Prosedur Tidak ada prosedur kesehatan Jika tidak ada pengendalian terhadap kesehatan lingkungan
Pengendalian Kesehatan lingkungan kerja, atau telah ada sistem kerja, maka dimungkinkan terjadi hasl - hal sebagai berikut :
Lingkungan Kerja, yang meliputi tetapi tidak dijalankan dan tidak ada
identifikasi lokasi kerja dan pengendalian.
persyaratan kesehatan kerja,
pemeriksaan faktor-faktor
kesehatan lingkungan kerja, dan
pengendalian faktor-faktor
kesehatan lingkungan kerja
2 Unit telah melaksanakan 1 Sistem yang ada tidak mampu memastikan bahwa
identifikasi lokasi kerja dan kesehatan lingkungan kerja dipantau kesesuaiannya
persyaratan faktor-faktor dengan peraturan perundangan, standar dan
kesehatan kerja seperti (tingkat pedoman yang berlaku dan terkait serta tidak mampu
kebisingan, kelembaban, memastikan adanya sistem pelaporan, penyelidikan
penerangan, kualitas udara, dan penanganan penyakit akibat kerja
temperatur, design peralatan kerja
yang memenuhi ergonomis, bau,
dll).
3 Unit telah melakukan sosialisasi 2 Pemantauan kesehatan lingkungan kerja tidak
kepada seluruh karyawan, mitra dilaksanakan secara teratur dan konsisten, akibatnya
kerja, dan tamu tentang kesiapan alat - alat pemantau juga tidak handal.
persyaratan lingkungan kerja yang
sehat.

241
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.14. Pengendalian Alat Angkat, Angkut , Bejana Bertekanan dan Instalasi Penangkal Petir
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
20 1 Unit mempunyai Prosedur Tidak ada prosedur alat angkat, angkut, Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap Alat Angkat,
Pengendalian Alat Angkat, Angkut , bejana tekan dan instalasi penangkal Angkut , Bejana Bertekanan dan Instalasi Penangkal Petir,
Bejana Tekan dan Instalasi petir, atau ada prosedur tetapi tidak maka bisa dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
Penangkal Petir. dijalankan dan tidak ada pengendalian. berikut : 1) Lalai dalam melakukan resertifikasi atau tidak
memiliki program dan jadwal untuk melakukan resertifikasi
terhadap peralatan tersebut
2 Unit telah mengidentifikasi semua
jenis alat angkat, angkut , bejana
tekan dan instalasi penangkal petir
yang menurut peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus dikendalikan dan diuji serta
disertifikasi kelayakan operasinya
secara berkala.

3 Hasil Pengujian dan sertifikasi


didokumentasikan

242
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.14. Pengendalian Alat Angkat, Angkut , Bejana Bertekanan dan Instalasi Penangkal Petir
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
4 Operator Alat Angkat, Angkut dan
Bejana Bertekanan telah
mendapatkan pelatihan dan
mempuyai SIO (Surat Ijin
Mengoperasikan) dari Instansi
yang berwenang.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

243
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.15. Pegendalian Pekerjaan pada Lokasi Bertegangan
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
21 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur alat angkat, angkut, Apabila tidak dilakukan pengendalian dalam pekerjaan pada
Aman untuk Pekerjaan pada bejana tekan dan instalasi penangkal lokasi bertegangan, maka dimungkinkan akan terjadi hal -
Lokasi Bertegangan. petir, atau ada prosedur tetapi tidak hal sebagai berikut : 1) Pekerjaan yang akan dilakukan tidak
dijalankan dan tidak ada pengendalian. mendapat rekomendasi / pengawasan dari petugas K3 ; 2)
2 Unit telah mengidentifikasi jenis
Pekerjaan akan dilakukan oleh personil yang tidak kompeten
pekerjaan atau kegiatan yang
atau oleh karyawan yang tidak diberi wewenang yang
termasuk dalam Pekerjaan
diijinkan berada dalam ruangan distribusi listrik (switch gear)
Bertegangan
dan di dalam lokasi yang tertutup ; 3) Akan lalai untuk
3 Unit telah menyediakan semua melakukan penggemboka, off listrik maupun lock out tag out
peralatan /fasilitas yang diperlukan apabila peralatan digerakkan oleh tenaga listrik dan sudah
untuk pengamanan Pekerjaan tidak beroperasi dengan aman ; 4) Lalai dalam melakukan
Bertegangan pemeriksaan terhadap semua sambungan kabel atau
4 Unit telah mensosialisasikan stekernya dari kemungkinan adanya tanda-tanda kerusakan
Prosedur kepada pihak-pihak atau bagian-bagian yang terlepas ; 5) Lalai dalam
terkait, karyawan, mitra kerja dan melakukan isolasi ganda atau melengkapi dengan ground
tamu. fault circuit interrupter (GFCI) apabila peralatan listrik
5 Prosedur ditinjau ulang secara tersebut bersifat portable ;
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

244
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
SISTEM MANAJEMEN TERPADU (SISTEM MANAJEMEN MUTU, SISTEM MANAJEMEN
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan
LINGKUNGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3)
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.16. Pengendalian Risiko Radiasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
22 1 Unit telah membuat Prosedur Kerja Tidak ada prosedur Pengendalian Dapat terjadi risiko kesehatan
Aman untuk Pekerjaan dengan radiasi, atau ada prosedur tetapi tidak
Risiko Radiasi dijalankan dan tidak ada pengendalian.
2 Unit telah mengidentifikasi jenis
pekerjaan atau kegiatan yang
termasuk dalam Pekerjaan dengan
Risiko Radiasi
3 Unit telah menyediakan semua
peralatan /fasilitas yang diperlukan
untuk pengamanan Pekerjaan
dengan Risiko radiasi
4 Unit telah mensosialisasikan
Prosedur kepada pihak-pihak
terkait, karyawan, mitra kerja dan
tamu.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

245
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.17. Pengendalian Fire Fighting and Protection System
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
23 1 Unit memiliki Prosedur Tidak ada prosedur fire fighting dan 1 Pada saat dibutuhkan sistem tidak bekerja
Pengendalian Fire Fighting and protection system, atau ada prosedur sebagaimana mestinya, sehingga dapat
Protection System yang meliputi tetapi tidak dijalankan dan tidak ada menimbulkan kerugian yang sangat besar.
identifikasi peralatan, cara pengendalian.
pengoperasian, pemeriksaan,
pengujian dan pemeliharaan, untuk
menjamin semua peralatan dapat
berfungsi dengan baik pada
kondisi darurat.
2 Unit telah mengidentifikasi semua 2 Kondisi sistem unpredictable, sehingga sulit
jenis peralatan, spesifikasi teknik, menghindari terjadinya forceoutage dan Sulit untuk
jumlah dan lokasi semua fire membuat perencanaan pemeliharaan yang
fighting and protection system yang dibutuhkan.
ada di unit.

3 Hasil pemeriksaan , pengujian dan 3 Sebagai akibat dari tidak adanya dokumentasi, akan
pemeliharaan didokumentasikan berpotensi terjadinya ketidaktepatan lingkup
pekerjaan dan sumber daya yang dibutuhkan disaat
dilakukan aktifitas pemeliharaan.
4 Ada Program Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
dan Pengujian.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

246
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.18. Pengendalian APAR dan APAT
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
24 1 Unit memiliki Prosedur Tidak ada prosedur APAR & APAT, atau Apabila tidak melakukan pengendalian terhadap APAR dan
Pengendalian APAR dan APAT, ada prosedur tetapi tidak dijalankan dan APAT, maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
yang meliputi identifikasi, tidak ada pengendalian. berikut : 1) lalai dalam melakukan pemeliharaan seperti
penyediaan, penempatan, pembersian tabung dan lingkungan kerja, menjaga fisik
pemeriksaan, pengujian dan tabung dari karatan, segel cartridge masih terpasang dengan
pemeliharaan dan pengisian ulang baik dsb ; 2) Peralatan tidak siap manakala akan digunakan
APAR dan APAT. untuk kondisi darurat karena tidak dilakukan pengetesan
2 Unit telah mengidentifikasi semua
jenis APAR dan APAT, jumlah,
spesifikasi teknis, tanggal
pengadaan/isi ulang, dan lokasi
penempatan.
3 Unit telah melakukan pemeriksaan
dan pengujian rutin dan mencatat
semua hasil pemeriksaan dalam
kartu pemeriksaan.

4 Unit telah melaksanakan


sosialisasi /pelatihan prosedur
pemakaian APAR dan APAT
kepada seluruh karyawan, mitra
kerja dan tamu.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

247
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi K3
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.5.19. Pengendalian Kotak PPGD (P3K)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
25 1 Unit mempunyai Prosedur Tidak ada prosedur Akotak PPGD (P3K), Apabila tidak dilakukan pengendalian kotak PPGD (P3)
Pengendalian Kotak PPGD (P3K), atau ada prosedur tetapi tidak dijalankan maka akan dimungkinkan tidak mampu memberi
yang meliputi identifikasi, dan tidak ada pengendalian. pertolongan yang harus dilakukan dengan segera kepada
pengadaan, pendistribusian, penderita sakit atau cidera / kecelakaan yang memerlukan
monitoring dan penarikan obat penanganan medis dasar akibat tidak tersedia obat - obat
kadaluwarsa. dasar sesuai ketentuan filling kotak P3K
2 Unit telah melaksanakan
identifikasi kebutuhan
obat/perlengkapan PPGD (P3K)
yang sesuai untuk semua
lokasi/kegiatan di unit.
3 Unit telah mendistribusikan Kotak
PPGD (P3K) ke semua lokasi
/tempat kerja sesuai
kebutuhannya.
4 Unit melakukan pemeriksaan
berkala, dan ada mekanisme untuk
memastikan bahwa
obat/perlengkapan selalu tersedia
dan yang kadaluwarsa telah ditarik
dari lokasi.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

248
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.1. Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
26 1 Unit memiliki prosedur Tidak ada prosedur pengendalian B3, Berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
pengendalian bahan berbahaya atau ada prosedur tetapi tidak dijalankan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya
dan beracun dan tidak ada pengendalian.
2 Unit telah melaksanakan
identifikasi B3 yang dikelola
terutama semua Bahan Kimia yang
digunakan dalam operasi dan
laboratorium dilengkapi dengan
MSDS.
3 MSDS diletakkan pada tempat
yang mudah dibaca dan dipahami
oleh karyawan.
4 Petralatan dan instrument
pengendali proses berfungsi
dengan baik dan dalam keadaan
terpelihara.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

249
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.2. Pengendalian Limbah B3
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
27 1 Unit memiliki prosedur Tidak ada prosedur pengendalian limbah Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap limbah B3
pengendalian limbah bahan B3, atau ada prosedur tetapi tidak maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai berikut : 1)
berbahaya dan beracun (B3) dijalankan dan tidak ada pengendalian. Limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi akan
2 Unit telah melaksanakan membahayakan dan mencemari lingkungan serta anggota
identifikasi Limbah B3 yang masyarakat ; 2) pembuangan & pengelolaan limbah B3 tidak
dihasilkan dari semua kegiatan dilakukan secara aman karena tidak mengikuti peraturan
operasional unit. yang berlaku. 3) Contoh limbah cair B3 adalah : larutan
3 Unit telah memiliki Gudang pekat bekas analisa, tumpahan bahan kimia, sisa contoh air
Penyimpanan Sementara Limbah dan cucian peralatan analisa, tumpahan minyak bakar dan
B3. pelumas baik yang baru maupun bekas pakai yang
dikelompokkan menjadi cair organik asam dan basa. Juga
4 Unit telah memiliki Ijin Gudang
limbah yang berupa ceceran/tumpahan ataupun bocoran
penyimpanan Sementara Limbah
bahan kimia yang berupa limbah cair anorganik
B3 yang masih berlaku
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

250
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.3. Pengendalian Limbah Cair Berminyak
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
28 1 Unit memliki Prosedur Tidak ada prosedur pengendalian limbah Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap limbah cair
Pengendalian Limbah Cair cair berminyak, atau ada prosedur tetapi berminyak maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
Berminyak tidak dijalankan dan tidak ada berikut : 1) Limbah cair berminyak yang dihasilkan dari
2 Unit telah mengidenttifikasi sumber pengendalian. proses produksi akan membahayakan dan mencemari
penghasil limbah cair berminyak lingkungan serta anggota masyarakat ; 2) pembuangan &
pengelolaan limbah car berminyak tidak dilakukan secara
3 Unit memiliki fasilitas pengolah aman karena tidak mengikuti peraturan yang berlaku. 3)
limbah cair berminyak (oil Contoh limbah cair berminyak adalah hasil drain /
separator). pengurasan BBM Solar yang terkontaminasi air laut.
4 Semua limbah cair berminyak
diolah di fasilitas pengolah limbah
(oil separator) sebelum dibuang ke
lingkungan
5 Fasilitas pengolah limbah dipantau
dan dipelihara untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.

6 Prosedur ditinjau ulang secara


berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

251
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.4. Pengendalian Limbah Cair Proses /Operasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
29 1 Unit memliki Prosedur Tidak ada prosedur pengendalian limbah Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap limbah cair
Pengendalian Limbah Cair cair proses operasi, atau ada prosedur proses maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
Proses/Operasi tetapi tidak dijalankan dan tidak ada berikut : 1) Limbah cair proses yang dihasilkan dari proses
2 Unit telah mengidenttifikasi sumber pengendalian. produksi akan membahayakan dan mencemari lingkungan
penghasil limbah cair Proses serta anggota masyarakat ; 2) pembuangan & pengelolaan
limbah cair proses tidak dilakukan secara aman karena tidak
3 Unit memiliki fasilitas pengolah mengikuti peraturan yang berlaku.
limbah cair proses (Waste Water
Treatment Plant)
4 Fasilitas pengolah limbah dipantau
dan dipelihara untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.

5 Unit mempunyai ijin pembuangan


limbah cair ke lingkungan (sungai,
laut) dari instansi yang berwenang.

6 Laju Alir Limbah diukur dan dicatat


serta didukumentasikan
7 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

252
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.5. Pengendalian Limbah Cair Domestik /Limbah Sanitasi
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
30 1 Unit memliki Prosedur Tidak ada prosedur pengendalian limbah Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap limbah cair
Pengendalian Limbah Cair cair domestik / limbah sanitasi, atau ada domestik maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
Domestik prosedur tetapi tidak dijalankan dan tidak berikut : 1) Limbah cair domestik yang dihasilkan dari proses
2 ada pengendalian. produksi atau rumah tangga perusahaan akan
Unit telah mengidenttifikasi sumber
membahayakan dan mencemari lingkungan serta anggota
penghasil limbah cair Domestik
masyarakat ; 2) pembuangan & pengelolaan limbah cair
3 Unit memiliki fasilitas pengolah domestik tidak dilakukan secara aman karena tidak
limbah cair domestik (Seawage mengikuti peraturan yang berlaku.
Treatment Plant)
4
Fasilitas pengolah limbah dipantau
dan dipelihara untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.
5 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

253
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.6. Pengendalian Limbah Padat Non B3 (Limbah Padat Domestik)
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
30 1 Unit memliki Prosedur Tidak ada prosedur pengendalian limbah Apabila tidak dilakukan pengendalian terhadap limbah padat
Pengendalian Limbah Padat Non padat Non B3, atau ada prosedur tetapi Non B3 maka dimungkinkan akan terjadi hal - hal sebagai
B3 (Limbah Domestik) tidak dijalankan dan tidak ada berikut : 1) Limbah padat Non B3 yang dihasilkan dari
2 pengendalian. proses produksi atau rumah tangga perusahaan akan
Unit telah mengidenttifikasi sumber
membahayakan dan mencemari lingkungan serta anggota
penghasil limbah padat domestik
masyarakat ; 2) pembuangan & pengelolaan limbah padat
3 Unit memiliki fasilitas Non B3 tidak dilakukan secara aman karena tidak mengikuti
penampungan (TPS) limbah padat peraturan yang berlaku. Limbah padat terdiri dari sampah
non B3 . bekas perbaikan atau penggantian unit dan instalasi berupa
4 Unit telah memisahkan sampah : potongan pipa, plat besi, bahan isolasi/asbes, kaleng,
organik dan sampah anorganik drum, plastic, karet, fiber, resin, filter dll pada unit
5 pembangkit, kemasan bekas dan limbah dapur ( non kimia )
Fasilitas pengolah limbah dipantau
dan dipelihara untuk memastikan
dapat berfungsi dengan baik.
6 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

254
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO
Bidang Tata Kelola Unit Pembangkitan SISTEM MANAJEMEN TERPADU
Tahap Proses Pengendalian Operasi Lingkungan
Tahap Sub Proses / Kegiatan / Proyek 4.6.7. Pengendalian Emisi Gas Buang
Definisi Sub Proses / Kegiatan / Proses
No. Sasaran Pernyataan Risiko Penjelasan
31 1 Unit memliki Prosedur Tidak ada prosedur pengendalian emisi 1 Fungsi atmodfir sebagai heat balance akan
Pengendalian Emisi Gas Buang gas buang, atau ada prosedur tetapi terganggu, sehingga akan terjadi global warming
tidak dijalankan dan tidak ada
2 Unit telah mengidenttifikasi sumber 2 Berdapak terhadap kesehatan
pengendalian.
penghasil Emisi Gas Buang

3 Unit memiliki fasilitas penyaluran 3 Terjadinya hujan asam


Emisi Gas Buang (Cerobong) yang
memenuhi persyaratan
4 Unit memiliki CEMS untuk
mengukur kualitas emisi gas buang
(NOx, SOx , Opasitas, CO) dan
laju alir gas.
5 Fasilitas pengendali emisi dan
CEMS dipantau dan dipelihara
untuk memastikan dapat berfungsi
dengan baik.
6 Prosedur ditinjau ulang secara
berkala atau selalu direvisi
menyesuaikan perkembangan
organisasi.

255
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 
Tabel Nilai OC,PT,PQ,SF,RC dan PE 

 
MENGHITUNG SCR = (OC2 + PT2 + PQ2 + SF2 + RC2 + PE2) / 6
 
FACTOR NILAI KONDISI
 
OPERATIONAL COST (OC) 10 > Rp 50 juta
  Biaya pemeliharaan equipment 8 Rp. 49 - 25 juta
yang dimaksud rata-rata dalam 6 Rp 24 - 10 juta
  tiga tahun terakhir 4 Rp 9 - 5 juta
2 < Rp 5 Juta
  PROCESS THROUGHPUT (PT) 10 Seluruh Unit Pembangkit akan shut down / trip
Dampak kerusakan pada 8 Unit Trip
  equipment (System), terhadapa 6 Unit de-rating < 50 %
operasi Unit (Power Plant) 4 Unit de-rating > 50 %
  2 Tidak ada dampak

PRODUCT QUALITY (PQ) 10 Laju naik/turun beban : < 25 %


 
Dampak ke kecepatan naik/turun 8 Laju naik/turun beban : 25 %
beban 6 Laju naik/turun beban : 50 %
  4 Laju naik/turun beban : 75 %
2 Laju naik/turun beban : > 75 % (Dampak kecil dan masih bisa diterima)
 
SAFETY (SF) 10 Safety Critical (Potensi bayaha tinggi, dampak ke personil tinggi)
  8 Safety Essential (Potensi bayaha rendah, dampak ke personil tinggi)
6 Safety Important (Potensi bayaha tinggi, dampak ke personil rendah)
  4 Safety Secondary (Potensi bayaha rendah, dampak ke personil rendah)
2 Safety Non- Essential RWCS (System rusak tidak ada dampak)
  REGULATORY / 10 E. Compliance Critical (Berdampak hukuman/denda dari pemerintah)
ENVIRONMENT COMPLIANCE 8 E. Compliance Essential (Wajib lapor ke pemerintah)
  (RC) 6 E. Compliance Important (NC : ISO 14000)
4 E. Compliance Secondary (Minor : ISO 1400)
  2 E. Compliance Essential (Tidak berdampak)

PLANT EFFICIENCY (PE) 10 Kerusakan berdampak besar ke penurunan efisiensi unit pembangkit
 
5 Kerusakan berdampak kecil ke penurunan efisiensi unit pembangkit
1 Kerusakan tidak berdampak ke efisiensi unit pembangkit
 

 
256
 

LAMPIRAN 2 
Nilai OCR (Operational Critically Ranking) 

 
Failure of equipment will result in:
 

  10 - Immediate parent system functional failure


 
8 - Parent system functional failure within 1 hour
6 - Parent system functional failure within 1 shift
 
4 - Parent system functional slow down
  2 - Small or no effect on parent system functionality

  or
 
10 - No back-up
8 - 50 % redundancy
 
6 - 100% redundancy
  4 - Greater than 100% redundancy

  2 - Small or no effect on parent system functionality

 
257
 

LAMPIRAN 3 
 

Nilai AFPF (Asset Failure Probability Factor)  

 
10 - The asset is highly unreliable.
8 -  The asset fails several times per year.
6 -  The asset fails on occasion (at least once per-year).
4 -  There is a slight probability of asset failure.
 
2 -  The asset is highly reliable.
 

 
258
 

LAMPIRAN 4 
       CONTOH HASIL REKAPITULASI DATA 

   (Hasil pemodelan dan Performance test) 

  BASE AVERAGE JAN FEB MAR


NO DESKRIPSI SATUAN
LINE 2008 2009 2009 2009
 

 
 
 

 
259
TIM PENYUSUN

PANDUAN TATA KELOLA DAN IDENTIFIKASI RISIKO


BIDANG PEMBANGKITAN

Pengarah:

Direktur Utama PT. PLN (Persero)


FAHMI MOCHTAR

Kepala
Satuan Manajemen Risiko PT. PLN (Persero)
DIDY POERIADI

Direktur Produksi PT. Pembangkitan Jawa Bali


MUSTIKO BAWONO

General Manajer PT. PLN (Persero) Pembangkitan


Sumatera Bagian Utara
MISBACHUL MUNIR

General Manajer PT. PLN (Persero) Pembangkitan


Sumatera Bagian Selatan
PRAWOKO

Tim Penyusun (sebagai leader):

Satuan Manajemen Risiko PT. PLN (Persero)


Abdullah Dahlan
Gunarto
Iserizal Ismail
Weddy B Sudirman
Ridwan Syafei

PT. Pembangkitan Jawa Bali


Supangkat Iwan Santoso
A. Djati Prasetyo
Purnomo Jati Agung
Heru SS

Tim Manajemen Risiko PT. PLN (Persero) Pembangkitan


Sumatera Bagian Utara

Manajer Sektor Pembangkitan Belawan


Manajer Sektor Pembangkitan Medan
Manajer Sektor Pembangkitan Pekan Baru
Manajer Sektor Pembangkitan Lueng Bata
Manajer Sektor Pembangkitan Pandan
Manajer Sektor Pembangkitan Labuhan Angin

Tim Manajemen Risiko PT. PLN (Persero) Pembangkitan


Sumatera Bagian Selatan

260 

Anda mungkin juga menyukai