015: 2023
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0166.K/DIR/2023
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
STANDAR SPLN K5.015: 2023
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0166.K/DIR/2023
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
©PT PLN (Persero) 2023
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PEDOMAN KAJIAN UMUR EKONOMIS
ASET PEMBANGKIT
Disusun oleh:
Diterbitkan oleh :
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
SPLN K5.015: 2023
i
SPLN K5.015: 2023
Narasumber:
1. Prof. Isti Surjandari, M.T., M.A., Ph.D., CQE, IPU. (Universitas Indonesia)
2. Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri (Institut Teknologi Bandung)
3. Ir. Andi Rahadiyan Wijaya, ST, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. (Universitas
Gadjah Mada)
4. Stefanus Eko Wiratno, S.T., M.T. (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
5. Dheka Bakti Krisnamurti W., S.T., M.T.
ii
SPLN K5.015: 2023
Daftar isi
iii
SPLN K5.015: 2023
Daftar tabel
iv
SPLN K5.015: 2023
Daftar gambar
v
SPLN K5.015: 2023
Prakata
Selain biaya (cost), ada faktor finansial penting lainnya yang wajib dipertimbangkan dan
dievaluasi oleh pembangkit yaitu pendapatan (revenue). Besarnya biaya total pembangkit
sangat bergantung pada kondisi internal dan dapat dikendalikan (internal, dependent, and
controllable factor). Sedangkan besarnya pendapatan pembangkit lebih dominan
dipengaruhi oleh faktor dari luar yang sulit untuk dikendalikan (external, independent, and
uncontrollable factor). Perubahan pola pembebanan dipengaruhi oleh kebutuhan sistem
untuk menjaga kestabilan, menurunkan biaya, dan emisi. Semua external factor tersebut
dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari pembangkit dan di luar kontrol pembangkit.
Saat ini belum ada standar pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan decision
criteria kapan umur ekonomis suatu aset pembangkit secara tepat dan komprehensif.
Pedoman yang sudah ada saat ini (ISO 55010/ILCM) hanya tepat dan terbatas digunakan
untuk menganalisis umur ekonomis aset di level peralatan. Pedoman tersebut kurang tepat
jika digunakan untuk menganalisis umur ekonomis aset di level pembangkit. Hal ini
dikarenakan karena faktor pendapatan tidak menjadi pertimbangan. Padahal justru
permasalahan utama PT PLN Grup adalah terjadinya penurunan pendapatan yang
signifikan.
Standar pedoman ini menggabungkan detail analisis enjiniring (efficiency and reliability)
dengan analisis ekonomi (cost and revenue). Hasilnya kemudian digunakan untuk
menentukan waktu yang tepat dalam melakukan intervensi terhadap capital investment
atau penentuan economic lifetime suatu aset pembangkit. Hal ini dilakukan untuk
menjawab kebutuhan PT PLN Grup terkait dengan keberlangsungan aset pembangkit yang
saat ini mengalami penurunan capacity factor (under-utilized).
Standar pedoman ini diharapkan dapat digunakan oleh PT PLN Grup untuk menetapkan
decision criteria apakah pembangkit terus dioperasikan, direhabilitasi, direlokasi, atau
dihapuskan/demolish.
vii
SPLN K5.015: 2023
1 Ruang lingkup
Standar ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam kajian umur ekonomis aset pembangkit
di Lingkungan PT PLN (Persero) Grup. Standar pedoman ini digunakan untuk menentukan
umur ekonomis aset di level peralatan dan pembangkit yang menggabungkan aspek teknis
(efisiensi dan keandalan) dan aspek finansial (biaya dan pendapatan) dengan
mempertimbangkan kondisi sistem secara korporat. Di mana umur ekonomis aset
merupakan salah satu informasi di dalam pengambilan keputusan investasi atau operation
and maintenance (O & M) terhadap aset.
2 Tujuan
Memberikan pedoman yang terarah dan seragam dalam hal menentukan metode yang
tepat untuk mengevaluasi umur ekonomis realisasi aset pembangkit sebagai salah satu
informasi di dalam pengambilan keputusan investasi atau operation and maintenance
(O & M) terhadap aset.
3 Acuan normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada
dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.
a. ISO 55000, 2014 Asset management – Overview, Principles and Terminology;
b. ISO 55001, 2014, Asset Management – Management Systems – Requirements;
c. ISO 55010, Aset Management – Guidance on the Alignment of Financial and Non-
Financial Functions in Asset Management;
d. Surat Direktur Keuangan PT PLN (Persero) No. 10084/550/DITKEU/2009 tentang
Perlakuan Akuntansi Pemeliharaan Aset Tetap;
e. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0299.P/DIR/2016 tentang Perubahan
Peraturan Direksi Nomor 0040.P/DIR/2016 Tentang Perubahan Masa Manfaat Aset
Tetap dan Perhitungan Biaya Penyusutan Aset Tetap PT PLN (Persero);
f. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0036.P/DIR/2016 tentang Pedoman
Perencanaan dan Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT PLN (Persero);
g. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0142.P/DIR/2021 tentang Batasan Beban
Operasi dan Biaya Investasi PT PLN (Persero);
h. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0069.P/DIR/2021 tentang Pedoman Investasi
Pengembangan dan Pengelolaan Ketenagalistrikan di Lingkungan PT PLN (Persero);
i. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) No. 0053.P/DIR/2022 tentang Kebijakan Strategis
Asset Management PT PLN (Persero);
1
SPLN K5.015: 2023
4.1
Biaya bahan bakar (fuel cost)
Biaya pemakaian atau pengeluaran persediaan bahan bakar. (Peraturan Direksi No.
0142.P/DIR/2021)
4.2
Biaya investasi (capital investment cost)
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengadaan atau akuisisi untuk memperoleh suatu
aset operasional termasuk biaya-biaya lain yang menyertainya, sehingga masuk di dalam
kelompok biaya investasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku.
Biaya investasi termasuk pula biaya investasi tambahan yang dikeluarkan pada periode
berjalan sampai dengan periode umur manfaat aset operasional dimaksud.
Contoh:
a. Biaya pengadaan aset tanah, perizinan, desain, pembangunan, permesinan/peralatan, dan
biaya lain yang terkait sehingga terakuisisinya aset operasional tersebut; atau
4.3
Biaya kerusakan (failure cost)
Biaya yang dikeluarkan di dalam rangka memperbaiki kegagalan fungsi atau memitigasi
risiko dari suatu aset, di antaranya adalah biaya breakdown maintenance atau emergency
maintenance, perbaikan aset, biaya penggantian material, biaya jasa perbaikan, dan biaya
lain yang terkait pemulihan atas gagalnya fungsi aset, termasuk biaya-biaya proyeksi untuk
memitigasi risiko kegagalan fungsi aset dengan probabilitas gagal yang tinggi.
2
SPLN K5.015: 2023
4.4
Biaya operasional (operational cost)
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengoperasian aset operasional agar dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan di luar biaya pemeliharaan sesuai dengan jenis
aset, di antaranya adalah biaya bahan bakar, kepegawaian, dan administrasi, serta biaya
lain yang termasuk di dalam beban operasi sebagaimana diatur di dalam ketentuan yang
berlaku, baik yang bersifat tetap (fixed cost) maupun yang bersifat tidak tetap (variable
cost).
4.5
Biaya pemeliharaan (maintenance cost)
Biaya pemeliharaan atas aset tetap untuk menjaga mutu dan keandalan baik berupa jasa
borongan maupun pemakaian material, yang dapat dibedakan menjadi beban
pemeliharaan rutin dan beban pemeliharaan periodik.
4.6
Biaya pelepasan (disposal cost)
Biaya pelepasan adalah biaya yang dikeluarkan di dalam rangka membuang dan
menghapus aset yang sudah tidak dapat lagi memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Adapun biaya pelepasan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan ketika dilakukan
penghapusan seperti biaya demolish, biaya administrasi, biaya regulasi/izin pemerintah,
termasuk biaya menormalisasi lahan, dan biaya lain-lain yang diperlukan.
4.7
Biaya pokok penyediaan (BPP)
Komponen biaya listrik pembangkit di Indonesia yang ditetapkan oleh PLN yaitu terdiri dari
komponen A (biaya pengembalian investasi), komponen B (biaya operasional dan
pemeliharaan tetap), komponen C (biaya bahan bakar), dan komponen D (biaya
operasional dan pemeliharaan variable).
4.8
Capacity factor (CF)
Rasio kWh bruto selama jam pelayanan terhadap kWh bruto yang dapat dibangkitkan jika
dibebani sesuai dengan kapasitas terpasang selama periode waktu.
3
SPLN K5.015: 2023
4.9
Corrective maintenance (CM)
Metode pemeliharaan yang bertujuan untuk memperbaiki aset saat komponen berjalan
kurang optimal atau terjadi kerusakan atau run it till it breaks.
4.10
Daya mampu netto (DMN)
Besarnya daya output pembangkit (sesuai dengan kontrak) yang sudah dikurangi dengan
pemakaian sendiri unit pembangkit tersebut.
4.11
Downtime (DT)
4.12
Equivalent availability factor (EAF)
Faktor ketersediaan mesin pembangkit untuk beroperasi pada daya mampu netto-nya
(hanya untuk unit pembangkit milik PLN dalam status aktif termasuk unit pembangkit baru
setelah dilakukan serah terima operasi (STOP)).
4.13
Equivalent forced outage rate (EFOR)
Persentase jam gangguan dan jam derating yang tidak direncanakan terhadap jumlah jam
pelayanan pembangkit (milik PLN) dalam satu periode setelah dilakukan Serah Terima
Operasi (STOP).
4.14
Equivalent planned derated hours (EPDH)
Perkalian antara jumlah jam unit pembangkit derating terencana (planned derating)
termasuk extension (DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
4.15
Failure distribution
Sebuah model matematika yang menggambarkan kemungkinan failure terjadi dari waktu
ke waktu.
4
SPLN K5.015: 2023
4.16
Failure rate
Suatu parameter yang menggambarkan rasio total jumlah failure di dalam satu satuan
waktu.
4.17
Komponen (menurut electric power research institute/EPRI)
Peralatan (equipment).
4.18
Life cycle management (LCM)
4.19
Net plant heat rate (NPHR)
Efisiensi pemakaian bahan bakar yang dikonversikan ke dalam nilai kalori yang dibutuhkan
untuk setiap kWh produksi netto yang dibangkitkan oleh unit pembangkit PLN Grup dan
sewa pada suatu periode.
4.20
Predictive maintenance (PdM)
4.21
Preventive maintenance (PM)
Metode pemeliharaan dengan melakukan tindakan berdasarkan waktu (time base) atau
terjadwal berdasarkan jam operasional mesin yang mendeteksi, menghindarkan atau
mengurangi terjadinya kerusakan sebuah komponen atau sistem dengan tujuan
mempertahankan atau memperpanjang umur pakainya.
5
SPLN K5.015: 2023
4.22
Priority index (PI)
4.23
Proactive maintenance (PaM)
4.24
Repair time
Waktu yang diperlukan ketika peralatan tidak dapat beroperasi dan di dalam kondisi aktual
repair.
4.25
Revenue
Pendapatan atau penghasilan dari aset yang bersangkutan atas transaksi energi listrik yang
diproduksi, disalurkan dan dijual, setelah dikurangi seluruh losses yang ada oleh aset
pembangkitan secara netto yang terekam pada kWh meter incoming di sisi transmisi.
Penghasilan dari aset operasional pembangkit tersebut dihitung menggunakan tarif tenaga
listrik atau perjanjian jual beli tenaga listrik (PJBTL) atau formula lain yang disepakati.
4.26
Risiko
4.27
Struktur (menurut electric power research institute/EPRI)
Power system yang ada di PLN Grup, seperti power system Jawa Madura Bali, power
system Sumatera, power system Kalimantan, dan lain-lain.
6
SPLN K5.015: 2023
4.28
Umur ekonomis perencanaan/umur manfaat/end of life/design lifetime
Periode suatu aset yang diperkirakan dapat digunakan oleh perusahaan, atau jumlah
produksi, atau unit serupa dari aset yang diperkirakan akan diperoleh oleh perusahaan.
(Peraturan Direksi No. 0142.P/DIR/2021)
4.29
Umur ekonomis realisasi/economic lifetime
Periode suatu aset yang berdasarkan dari realisasi aset tersebut paling ekonomis. Di mana
untuk level peralatan, umur ekonomis realisasi adalah ketika equivalent annualized total
cost (EAC) minimum. Sedangkan untuk level pembangkit, umur ekonomis realisasi adalah
pada saat annualized total profit maksimum.
4.30
Umur teknis
Periode suatu aset berdasarkan kriteria teknis fisik aset, antara lain: korosi, kekuatan
mekanik, dan lain-lain.
7
SPLN K5.015: 2023
Optimal service
lifetime
1. Perhitungan umur ekonomis aset di level peralatan dilakukan dengan menghitung EAC
peralatan yang merupakan penjumlahan dari equivalent annualized capital investment
cost (acquisition cost) dan equivalent annualized operation and maintenance cost (O &
M cost);
2. Umur ekonomis (economic lifetime) aset di level peralatan adalah ketika EAC peralatan
menunjukkan nilai minimum;
3. Jika peralatan dilepas sebelum mencapai nilai minimum EAC, maka peralatan tersebut
menjadi tidak ekonomis karena biaya pembelian aset baru (acquisition cost) masih
tinggi;
4. Jika peralatan dioperasikan setelah mencapai nilai minimum EAC, maka peralatan
tersebut menjadi tidak ekonomis karena biaya kerusakan peralatan sudah tinggi.
8
SPLN K5.015: 2023
CM material cost
Failure rate
Sistem informasi
CM operator number
RAM analysis
∑ Labour cost
PM operator number
PM labour cost
PM duration
Predictive maintenance
(PdM) PdM material cost PdM material cost Pengambilan keputusan
Validasi WO
di level peralatan
PdM interval
PdM duration
RAM analysis
Rate per hour
OH duration
RAM analysis
Rate per hour
Proactive maintenance
(PaM) Validasi WO ∑ Project ∑ PaM
∑ Cost
Asset criticality
RAM analysis
9
SPLN K5.015: 2023
Realisasi level peralatan adalah kondisi teknis peralatan sejak commercial operation date
(COD) sampai sekarang. Parameter yang digunakan untuk menginformasikan realisasi
kondisi teknis peralatan adalah:
1. Failure rate;
a. Realisasi failure rate diperoleh dari EAM database;
b. Penjelasan detail failure rate dapat dilihat pada SPLN terkait dengan pedoman
reliability pembangkit.
2. Failure distribution;
a. Realisasi failure distribution dihitung dengan menggunakan reliability software;
b. Realisasi failure distribution dihitung dengan pendekatan repairable system;
c. Repairable system adalah setiap kerusakan aset akan diperbaiki (repair) dan tidak
diganti (not replaced);
d. Pendekatan repairable system umumnya dilakukan pada aset yang bernilai
tinggi/mahal dan kompleks yang terdiri dari banyak komponen;
e. Di dalam pendekatan repairable system, perbaikan dilakukan hanya pada
komponen yang mengalami kerusakan (minimum repair). Sedangkan komponen
yang lain tetap seperti kondisi sebelumnya (as bad as old). Kondisi aset setelah
perbaikan sangat dipengaruhi oleh perbaikan sebelumnya (dependent). Hasil
perbaikan tidak bisa kembali seperti kondisi baru (as good as new);
f. Pendekatan repairable system mengikuti power-law process atau non-
homogeneous poisson process (NHPP).
g. Pendekatan non-repairable system ini umumya dilakukan pada level spare
part/component.
h. Penjelasan detail failure distribution dapat dilihat pada SPLN terkait dengan
pedoman reliability pembangkit.
3. Downtime distribution.
a. Realisasi downtime distribution dihitung dengan menggunakan reliability software;
b. Realisasi downtime distribution dihitung dengan pendekatan non-repairable
system;
c. Non-repairable system adalah setiap kerusakan aset akan diganti (replace) dan
tidak diperbaiki (not repaired);
d. Pendekatan non-repairable system umumnya digunakan pada aset yang
sederhana dan murah;
10
SPLN K5.015: 2023
Prediksi kondisi teknis level peralatan adalah kondisi teknis peralatan sampai end of life-
nya. Parameter yang digunakan untuk menginformasikan prediksi kondisi teknis peralatan
adalah:
1. Failure rate;
Prediksi failure rate dihitung dengan menggunakan realisasi failure distribution, kecuali
jika melakukan replacement. Di mana prediksi failure rate diperoleh dari realisasi failure
distribution dimulai dengan t = 1.
2. Failure distribution;
Prediksi failure distribution sama dengan realisasi failure distribution, kecuali jika
melakukan replacement. Di mana prediksi failure distribution diperoleh dari realisasi
failure distribution dimulai dengan t = 1.
3. Downtime distribution;
Prediksi downtime distribution sama dengan realisasi downtime distribution, kecuali jika
melakukan replacement. Di mana prediksi downtime distribution diperoleh dari realisasi
downtime distribution dimulai dengan t = 1.
CATATAN: Prediksi kondisi teknis peralatan dapat dilihat pada Lampiran C.
Prediksi kondisi finansial adalah kondisi finansial peralatan sejak inisiasi sampai end of life-
nya. Parameter yang digunakan untuk menginformasikan kondisi finansial peralatan
adalah:
1. Biaya investasi;
Biaya investasi dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 1.
11
SPLN K5.015: 2023
𝐍𝐏𝐕𝐂𝐢 𝐍𝐏𝐕𝐂𝐢
𝐄𝐀𝐂𝐂𝐢 = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 1
( )
𝐫
dengan:
𝐄𝐀𝐂𝐂𝐢 : Equivalent annualized cost for investment cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕𝐂𝐢 : Net present value for invesment cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
2. Biaya pemeliharaan;
Biaya pemeliharaan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat
dilihat pada Persamaan 2.
𝐍𝐏𝐕𝐌𝐭 𝐍𝐏𝐕𝐌𝐭
𝐄𝐀𝐂t = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 2
( )
𝐫
𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭 𝐂𝐫𝐢𝐭𝐢𝐜𝐚𝐥𝐢𝐭𝐲
𝐄𝐍𝐒
=( × (𝟕% × 𝐁𝐏𝐏𝐒𝐘𝐒𝐓 )
𝟏 𝐡𝐨𝐮𝐫 Persamaan 8
𝐄𝐍𝐒
+ ((𝐃𝐌𝐍 − ) × 𝐄𝐱𝐭𝐫𝐚 𝐅𝐮𝐞𝐥 𝐂𝐨𝐬𝐭)
𝟏 𝐡𝐨𝐮𝐫
dengan:
𝐄𝐀𝐂𝐌t : Equivalent annualized cost for maintenance cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕𝐌𝐭 : Net present value for maintenance cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐌𝐏𝐌 : Preventive maintenance cost (IDR)
𝐍𝐏𝐌 : Jumlah preventive maintenance
12
SPLN K5.015: 2023
CATATAN:
* dihitung dengan metode rata-rata (average) data realisasi
** diperoleh dari laporan kinerja pembangkit
*** diperoleh dari laporan kinerja korporat
**** diperoleh dari PT PLN (Persero) yang berwenang sebagai pengelola sistem
3. Biaya kerusakan;
Biaya kerusakan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 10.
𝐍𝐏𝐕𝐌CM 𝐍𝐏𝐕𝐌CM
𝐄𝐀𝐂𝐌CM = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 10
( )
𝐫
13
SPLN K5.015: 2023
dengan:
𝐄𝐀𝐂𝐌CM : Equivalent annualized cost for corrective cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕𝐌𝐂𝐌 : Net present value for corrective cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐌𝐂𝐌 : Corrective maintenance (repair) cost (IDR)
𝐍𝐂𝐌 : Jumlah corrective maintenance
𝐂𝐂𝐌 : Material cost per corrective maintenance (IDR) *
𝐑𝐓 : Repair time duration (hour)
𝐋𝐂 : Labour cost per hour per person (IDR/hour/person) *
𝐧 : Jumlah labour per corrective maintenance (person) *
𝐄𝐅𝐃𝐇 : Equivalent forced derated hours (hour)
𝐅𝐎𝐇 : Forced outage hours (hour)
𝐀𝐂 : Assurance cost (IDR)
𝐂𝐥𝐚𝐢𝐦 : Pemasukan dari hasil claim asuransi (IDR)
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
4. Biaya pelepasan.
Biaya pelepasan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 12.
𝐍𝐏𝐕𝐂d 𝐍𝐏𝐕𝐂d
𝐄𝐀𝐂𝐂d = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏− Persamaan 12
(𝟏 + 𝐫)𝐓
( )
𝐫
dengan:
𝐄𝐀𝐂𝐂d : Equivalent annualized cost for disposal cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕𝐂𝐝 : Net present value for disposal cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
1. Berbeda dengan aset di level peralatan, untuk menghitung umur ekonomis aset di level
pembangkit, terdapat 1 (satu) faktor lain selain biaya (cost) yang harus
dipertimbangkan, yaitu pendapatan (revenue);
2. Umur ekonomis (economic lifetime) di level pembangkit adalah ketika equivalent
annualized profit pembangkit menunjukkan nilai maksimum;
14
SPLN K5.015: 2023
15
SPLN K5.015: 2023
EAC maintenance
EAC consequential
Statistic analysis
RAM analysis
Asset criticality
CF
16
SPLN K5.015: 2023
Realisasi level pembangkit adalah kondisi teknis pembangkit sejak COD sampai sekarang.
Parameter yang digunakan untuk menginformasikan realisasi kondisi teknis pembangkit
adalah:
1. NPHR;
Realisasi NPHR diperoleh dari laporan kinerja pembangkit.
2. NPHR distribution;
Realisasi NPHR distribution dihitung dengan menggunakan statistic analysis software.
3. Failure rate;
a. Realisasi failure rate diperoleh dari laporan kinerja pembangkit;
b. Penjelasan detail failure rate dapat dilihat pada SPLN terkait dengan pedoman
reliability pembangkit.
17
SPLN K5.015: 2023
Prediksi kondisi teknis level pembangkit adalah kondisi pembangkit sampai end of life-nya.
Parameter yang digunakan untuk menginformasikan prediksi kondisi teknis pembangkit
adalah:
1. NPHR;
a. Prediksi NPHR dihitung dengan menggunakan realisasi NPHR distribution, kecuali
jika melakukan optimasi NPHR yang menyebabkan NPHR turun. Di mana prediksi
NPHR dihitung dengan menggunakan Persamaan 13;
dengan:
𝐍𝐏𝐇𝐑 : Net plant heat rate (kcal/kWh)
𝐇𝐇𝐕 : Higher heating value of fuel (kcal/kg atau kcal/liter atau kcal/MBTU) *
𝐆𝐆𝐎 : Gross generator output (kW)
𝐀𝐮𝐱 : Auxiliary power (kW)
2. NPHR distribution;
Prediksi NPHR distribution sama dengan realisasi NPHR distribution, kecuali jika
melakukan optimasi NPHR yang menyebabkan NPHR turun. Di mana prediksi NPHR
distribution dihitung dengan menggunakan statistic analysis software.
3. Failure rate;
a. Prediksi failure rate dihitung menggunakan reliability supporting tools.
Contoh: Reliability block diagram (RBD), failure tree analysis (FTA), dan lain-lain.
4. EFDH + FOH;
a. Prediksi EFDH + FOH dihitung menggunakan reliability supporting tools.
Contoh: Reliability block diagram (RBD), failure tree analysis (FTA), dan lain-lain.
18
SPLN K5.015: 2023
5. EAF; dan
a. Prediksi EAF dihitung menggunakan reliability supporting tools.
Contoh: Reliability block diagram (RBD), failure tree analysis (FTA), dan lain-lain.
6. CF.
Prediksi CF (yang dimaksud adalah net CF) diperoleh dari PT PLN (Persero) yang
berwenang sebagai pengelola sistem.
CATATAN: Prediksi kondisi teknis pembangkit dapat dilihat pada Lampiran D.
Prediksi kondisi finansial pembangkit adalah kondisi finansial pembangkit sejak inisiasi
sampai end of life-nya. Parameter yang digunakan untuk menginformasikan prediksi kondisi
finansial pembangkit adalah:
1. Biaya investasi;
Biaya investasi dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 1.
2. Biaya operasional;
Biaya operasional dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 14.
𝐍𝐏𝐕Ot 𝐍𝐏𝐕Ot
𝐄𝐀𝐂Ot = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 14
( )
𝐫
𝐎𝐭 = 𝐎𝐂 × 𝐓 Persamaan 15
dengan:
𝐄𝐀𝐂Ot : Equivalent annualized cost for operational cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕Ot : Net present value for operational cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐎𝐭 : Operational cost (IDR)
𝐎𝐂 : Total operation labour cost (IDR/hour) *
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
CATATAN: * operation labour cost adalah biaya pegawai untuk bidang operasi (operator), tidak
termasuk biaya pegawai administrasi
19
SPLN K5.015: 2023
3. Biaya pemeliharaan;
Biaya pemeliharaan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat
dilihat pada Persamaan 2.
4. Biaya kerusakan;
Biaya kerusakan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 10.
𝐍𝐏𝐕𝐅𝐭 𝐍𝐏𝐕𝐅𝐭
𝐄𝐀𝐂𝐅𝐭 = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 16
( )
𝐫
untuk EAF ≥ CF
dengan:
𝐄𝐀𝐂𝐎𝐭 : Equivalent annualized cost for operational cost (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕𝐎𝐭 : Net present value for operational cost (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐅𝐭 : Fuel cost (IDR)
𝐂𝐟 : Fuel unit price (IDR/kg atau IDR/liter atau IDR/MBTU) *
Higher heating value of fuel (kcal/kg atau kcal/liter atau
𝐇𝐇𝐕 :
kcal/MBTU) *
𝐆𝐆𝐎 : Gross generator output (kW)
𝐀𝐮𝐱 : Auxiliary power (kW)
𝐄𝐀𝐅 : Equivalent availability factor (%)
𝐂𝐅 : Capacity factor (%)
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
6. Biaya pelepasan;
Biaya pelepasan dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat
pada Persamaan 12.
20
SPLN K5.015: 2023
7. Revenue.
Revenue dihitung dengan menggunakan equivalent annualized, dapat dilihat pada
Persamaan 19.
𝐍𝐏𝐕TR 𝐍𝐏𝐕TR
𝐄𝐀𝐂TR = =
𝐀𝐭,𝐫 𝟏
𝟏−
(𝟏 + 𝐫)𝐓 Persamaan 19
( )
𝐫
dengan:
𝐄𝐀𝐂TR : Equivalent annualized for revenue (IDR/year)
𝐍𝐏𝐕TR : Net present value for revenue (IDR)
𝐀𝐭,𝐫 : Annuity factor
𝐓𝐑 : Total revenue (IDR)
Tarif komponen A pembangkit + tarif komponen B pembangkit + tarif
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐟𝐞𝐫 𝐏𝐫𝐢𝐜𝐞 :
komponen C pembangkit (IDR)
𝐆𝐆𝐎 : Gross generator output (kW)
𝐀𝐮𝐱 : Auxiliary power (kW)
𝐂𝐅 : Capacity factor (%)
𝐫 : Discount rate (%)
𝐓 : Periode waktu dalam 1 tahun (8760 hours)
CATATAN:
a. Asumsi finansial seperti pada Edaran Direksi terkait dengan pengukuran produktivitas
keuangan aset operasional pembangkit dan Edaran Direksi terkait kajian kelayakan proyek;
b. Analisis sensitivitas seperti pada Edaran Direksi terkait dengan pengukuran produktivitas
keuangan aset operasional pembangkit dan Edaran Direksi terkait kajian kelayakan proyek.
c. Prediksi kondisi finansial pembangkit dapat dilihat pada Lampiran E.
6 Pengambilan keputusan
Kriteria pengambilan keputusan di level peralatan, salah satunya berdasarkan pada umur
ekonomis (economic lifetime) aset di level peralatan tersebut.
21
SPLN K5.015: 2023
2. Improvement.
a. Improvement dilakukan ketika peralatan sudah mencapai umur ekonomisnya,
dapat dilihat pada Gambar 4;
b. Ruang lingkup improvement adalah replacement, uprating, upgrading,
modernisasi, relokasi peralatan, atau pelepasan peralatan.
CATATAN: Contoh pengambilan keputusan di level peralatan dapat dilihat pada Lampiran E.
Replacement
too early Higher cost due to
forced outage
Kriteria pengambilan keputusan di level pembangkit, salah satunya berdasarkan pada umur
ekonomis (economic lifetime) aset di level pembangkit.
22
SPLN K5.015: 2023
23
SPLN K5.015: 2023
Maintenance
Fuel Optimization Operation Optimization Disposal Optimization
Optimization
24
SPLN K5.015: 2023
Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalam perhitungan umur ekonomis aset
pembangkit dapat dilihat pada Tabel 1.
Data realisasi (Reliability, Maintainability and Risk, Dr David J. Smith, 2001) dapat dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Site specific data, yaitu data yang diperoleh dari data aset itu sendiri atau yang serupa;
Contoh: Aset dengan spesifikasi, lingkungan, strategi pengoperasian, dan strategi
pemeliharaan yang sama.
2. Industry specific data, yaitu data yang diperoleh dari reliability databook;
Contoh: Offshore and Onshore reliability data handbook (OREDA), dan lain-lain.
3. Generic data, yaitu data yang tidak termasuk di dalam site specific data dan industry
specific data.
Contoh: Failure rate data in perspective (FARADIP.THREE), dan lain-lain.
CATATAN:
a. Site specific data, industry specific data, dan generic data mempunyai tingkat kepercayaan
(confidence level) yang berbeda-beda, dapat dilihat pada Tabel 2;
25
SPLN K5.015: 2023
Generic data
7.3 Software
26
SPLN K5.015: 2023
Lampiran A
(Normatif)
Contoh realisasi kondisi teknis peralatan
boiler feed pump 1 (BFP 1)
27
SPLN K5.015: 2023
WO Work Downtime
Report Date Action Finish
Number Type (hours)
Berdasarkan pada Gambar A.1, failure distribution BFP 1 adalah fungsi non-homogeneous
poisson process (NHPP), dapat dilihat pada Tabel A.4.
28
SPLN K5.015: 2023
Failure Distribution
Equipment
NHPP
Beta Lambda
Cumulative Failures
Λ(t) = λ × t β
Formula
Λ(t) = 6,119 × 10−7 × t1,473
Failure Intensity
u[t] = λ × β × t β−1
Formula
u[t] = 6,119 × 10−7 × 1,473 × t1,473−1
29
SPLN K5.015: 2023
Berdasarkan pada Gambar A.1, downtime distribution BFP 1 adalah fungsi Weibull-2P,
karena mempunyai rho yang tertinggi, dapat dilihat pada Tabel A.5.
Exponential -0,7872
Weibull-2P 0,9928
BFP 1
Lognormal 0,9856
Normal 0,8801
Weibull-2P Distribution
Beta 0,5355
Eta 1269
β
β t β−1 t
−( )
f(t) = × ( ) ×e η
η η
t β
Formula F(t) = 1 − e
−( )
η
t 0,5355
)
F(t) = 1 − e−(1269
30
SPLN K5.015: 2023
Lampiran B
(Normatif)
Contoh realisasi kondisi teknis pembangkit
pusat listrik tenaga uap (PLTU) A
B.1 NPHR
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
NPHR (kcal/kWh)
CATATAN:
n: sekarang
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
NPHR (kcal/kWh)
31
SPLN K5.015: 2023
NPHR distribution PLTU A adalah fungsi lognormal, karena mempunyai rho yang tertinggi,
dapat dilihat pada Tabel B.3.
Exponential -0,7905
Weibull-2P 0,9235
PLTU A
Lognormal 0,9632
Normal 0,9612
Lognormal Distribution
Log-Mean 7,719
Log-Std 0,0416
2
1 1 ln(t)−μ′
− ×( )
f(t) = ×e 2 σ′
t × σ′ × √2π
Formula 2
1 1 ln(t)−7,719
− ×( )
f(t) = ×e 2 0,0416
t × 0,0416 × √2π
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
CATATAN:
n: sekarang
32
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
CATATAN:
n: sekarang
33
SPLN K5.015: 2023
B.5 EAF
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
EAF (%)
CATATAN:
n: sekarang
34
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
EAF (%)
B.6 CF
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
CF (%)
CATATAN:
n: sekarang
35
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Realisasi
Periodik
CF (%)
CF (2012) 54,00 SI
CF (2013) 65,00 -
CF (2014) 48,00 ME
CF (2015) 50,00 SI
CF (2016) 45,00 SE
CF (2017) 26,00 SI
CF (2018) 25,00 -
CF (2019) 43,00 ME
CF (2020) 63,00 SI
CF (2021) 44,00 SE
36
SPLN K5.015: 2023
Lampiran C
(Normatif)
Contoh prediksi kondisi teknis peralatan
boiler feed pump 1 (BFP 1)
Parameter Prediksi
CATATAN:
n: sekarang
t: end of life
Parameter Prediksi
37
SPLN K5.015: 2023
C.2 Downtime
Parameter Prediksi
Downtime (hours)
Downtime (n + 1) […]
Downtime (n + 2) […]
Downtime (n + …) […]
CATATAN:
Menggunakan mean life
n: sekarang
t: end of life
Parameter Prediksi
Downtime (hours)
38
SPLN K5.015: 2023
Lampiran D
(Normatif)
Contoh prediksi kondisi teknis pembangkit
pusat listrik tenaga uap (PLTU) A
D.1 NPHR
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
NPHR (kcal/kWh)
CATATAN:
Menggunakan mean life
n: sekarang
t: end of life
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
NPHR (kcal/kWh)
39
SPLN K5.015: 2023
D.2.1 RBD
Failure Distribution
Equipment
NHPP
Beta Eta
CP 1 0,857 22909,49
CP 2 0,857 22909,49
40
SPLN K5.015: 2023
Failure Distribution
Equipment
NHPP
Beta Eta
CATATAN:
1
1 𝛽
𝜂=( )
𝜆
Failure Distribution
Equipment
Weibull-2P
Beta Eta
CP 1 0,4305 541
CP 2 0,4305 541
41
SPLN K5.015: 2023
Failure Distribution
Equipment
Weibull-2P
Beta Eta
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
CATATAN:
n: sekarang
t: end of life
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
42
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
CATATAN:
n: sekarang
t: end of life
43
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
44
SPLN K5.015: 2023
D.4 EAF
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
EAF (%)
CATATAN:
n: sekarang
t: end of life
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
45
SPLN K5.015: 2023
Pemeliharaan
Parameter Prediksi
Periodik
46
SPLN K5.015: 2023
Lampiran E
(Normatif)
Contoh umur ekonomis (economic lifetime) aset
di level peralatan dan pembangkit
47
SPLN K5.015: 2023
Tabel E.1 Perbandingan design lifetime terhadap economic lifetime di level peralatan
Equivalent Annualized
Lifetime
Acq. Total Cost (EAC)
Equipment Names
Year
Design Economic
Design Economic
(IDR) (IDR)
48
SPLN K5.015: 2023
Tabel E.2 Perbandingan design capital investment terhadap economic capital investment di
level peralatan
2012 0 − 0 −
2013 0 − 0 −
2014 0 − 0 −
2015 0 − 0 −
2016 0 − 0 −
2017 0 − 0 −
2018 0 − 0 −
2019 0 − 0 −
2020 0 − 0 −
2021 0 − 1 10.106.586.105
2022 0 − 0 −
2023 0 − 0 −
2024 0 − 0 −
2025 0 − 0 −
2026 0 − 2 38.438.300.192
2027 0 − 2 42.148.314.265
2028 0 − 0 −
2029 0 − 1 4.931.323.377
2030 0 − 0 −
2031 0 − 0 −
2032 0 − 0 −
2033 0 − 0 −
2034 0 − 8 5.103.653.682.052
2035 0 − 0 −
2036 0 − 1 −
2037 0 − 0 −
2038 0 − 0 −
2039 15 5.172.311.914.681 0 −
49
SPLN K5.015: 2023
Tabel E.3 Perbandingan design lifetime terhadap economic lifetime di level pembangkit
Equivalent Annualized
Lifetime
Acq. Profit
Pembangkit
Year
Design Economic
Design Economic
(IDR x 15.000) (IDR x 15.000)
50
Pengelola Standardisasi: