010: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 0003.P/DIR/2020
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
PERALATAN
COAL HANDLING SYSTEM
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN K5.010: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 0003.P/DIR/2020
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
PERALATAN
COAL HANDLING SYSTEM
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERALATAN
COAL HANDLING SYSTEM
Disusun oleh:
Diterbitkan oleh :
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M- 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Pembangkit
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Institute)
No. 0008.K/GM/2019
Daftar Isi
i
SPLN K5.010: 2020
ii
SPLN K5.010: 2020
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Tabel 1 Sebutan Jabatan dan kompetensi personel har coal handling system.................25
iii
SPLN K5.010: 2020
Prakata
Standar K5.010: 2020 Manajemen Pemeliharaan Peralatan Coal Handling System ini
digunakan untuk menyeragamkan lingkup, metode dan tata cara atau manajemen
pelaksanaan pemeliharaan peralatan coal handling system.
Standar K5.010: 2020 ini hanya membahas peralatan utama coal handling system,
kualifikasi personel pelaksana pemeliharaan, manajemen pemeliharaan (tactical, non
tactical, improvement dan outage), repair dan replacement. Sedangkan untuk peralatan
sipil jetty dan alat bantu navigasi dibahas terpisah pada standar lain.
iv
SPLN K5.010: 2020
1 Ruang Lingkup
2 Tujuan
Sebagai pedoman dalam melakukan pemeliharaan peralatan unloading dan loading untuk
menjaga keamanan rantai pasokan batubara yang efektif, efisien, aman, andal dan ramah
lingkungan untuk PLTU milik PLN dan Anak Perusahaan.
3 Acuan Normatif
Kecuali ditetapkan secara khusus pada standar ini, ketentuan mengikuti standar dan
referensi berikut. Dalam hal terjadi perubahan, maka ketentuan dapat mengikuti edisi
terakhir.
1
SPLN K5.010: 2020
Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan sebagai reaksi atau tindakan untuk mengembalikan
kondisi peralatan pada kondisi atau keadaan normal setelah mengalami kegagalan fungsi.
Perawatan saat terjadi kerusakan pada peralatan sehingga peralatan tersebut tidak dapat
beroperasi secara normal atau terhentinya operasional secara total dalam kondisi
mendadak. Keadaan ini harus dihindari karena menimbulkan kerugian akibat berhentinya
produksi.
Sistem kerja (tata kelola) yang digunakan oleh Operation Maintenance (OM) dalam aktivitas
operasi dan pemeliharaan di PLTU dan hubungan dengan unit pembangkit selaku manajer
aset. Dikembangkan bersama antar PLN Pusat, manajer aset, operator aset sampai dengan
level proses.
Usaha pemeliharaan peralatan yang tidak terjadwal atau suatu pemeliharaan yang dilakukan
untuk mengembalikan (termasuk memperbaiki dan adjusment) peralatan yang tidak bekerja
atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Usaha pemeliharaan yang harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
atau akibat lain yang lebih serius.
Laju alir batubara dalam proses loading, unloading maupun direct unloading.
Unit kompetensi yang harus/wajib dimiliki dalam pelaksanaan pekerjaan pada tingkat/jenjang
tertentu pada suatu area/bidang pekerjaan. Pada dasarnya kompetensi ini bersifat fungsional
(sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 46 tahun 2017 tentang SKTTK).
2
SPLN K5.010: 2020
Unit kompetensi yang dipilih oleh atasan pelaksana pekerjaan untuk mendukung
pelaksanaan pekerjaan pada tingkat/jenjang tertentu pada suatu area/bidang pekerjaan. Unit
kompetensi pilihan dapat dipersyaratkan atau tidak dipersyaratkan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing pihak (sesuai peraturan menteri ESDM No 46 tahun 2017 tentang SKTTK).
4.9 Kompetensi
Kemampuan tenaga teknik untuk mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang dilandasi
oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja.
4.10 Loading
Kegiatan pengisian batubara dari stock pile (coal yard) ke coal silo (bunker).
Kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental, baik dalam bentuk Service Request (SR)
atau Emergency Maintenance (EM).
Usaha pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dalam interval waktu tertentu (Time-
Based Maintenance).
Usaha pemeliharaan melalui monitoring kondisi peralatan secara periodik dengan selalu
melakukan analisis agar tindakan pemeliharaan dilakukan pada saat yang tepat secara
teknis maupun ekonomis.
Pemeliharaan yang dilakukan untuk mengatasi akar penyebab kegagalan suatu peralatan,
dengan melakukan tindakan berupa modifikasi atau penggantian peralatan yang bersifat
untuk mengembalikan atau menambah kemampuan dan keandalan peralatan melalui kajian
engineering.
Proactive maintenance (PaM) pada intinya adalah suatu proses untuk menentukan apa saja
yang harus dilakukan untuk menjamin agar aset terus menerus bekerja memenuhi fungsi
yang diharapkan.
3
SPLN K5.010: 2020
RO adalah Repeat Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
PO adalah Purchase Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
DO adalah Delivery Order pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
BA adalah Berita Acara kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
4.16 Redundant
4.17 Reclaiming
Kegiatan pengambilan batubara dari stock pile (coal yard) ke coal silo (bunker) memakai
reclaimer.
Permintaan kegiatan pemeliharaan peralatan dari tim operasi akibat adanya gangguan/
kerusakan peralatan yang berdampak pada keselamatan ataupun operasi coal handling
system.
Sistem pengelolaan yang berisi perencanaan, eksekusi, monitoring dan evaluasi untuk
sistem pembangkit.
Proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan formal terhadap klasifikasi kompetensi dan
kualifikasi kompetensi tenaga teknik pada usaha ketenagalistrikan.
4.21 Stacking
Kegiatan penataan batubara dari barge/vessel/self propeller barge ke stock pile (coal yard)
dengan menggunakan stacker.
4
SPLN K5.010: 2020
Kesepakatan kedua belah pihak atau lebih terhadap standar minimal pelayanan yang dapat
diterima.
Kepastian pasokan batubara untuk mencukupi kebutuhan unit baik dari kualitas, kuantitas
dan waktu pengiriman.
Kegiatan pemeliharaan yang terencana dan bersifat periodik, baik dalam bentuk Preventive
Maintenance (PM), Predictive Maintenance (PdM), overhaul (OH), project maupun routine
work operasi.
4.25 Unloading
Kegiatan pembongkaran batubara dari barge/vessel/self propeller barge ke stock pile (coal
yard).
Perintah kerja perbaikan peralatan yang dikeluarkan oleh perencana pemeliharaan. Didalam
work order dapat ditambahkan informasi mengenai deskripsi pekerjaan, kebutuhan
manhours, material, kebutuhan safety maupun aspek engineering (failure mode, failure cost
dan corrective action).
Peralatan dalam coal handling system mencakup peralatan-peralatan yang digunakan mulai
dari pekerjaan pembongkaran dan pemakaian.
Untuk menjaga keandalan penyediaan batubara maka coal handling system minimal
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Coal handling facilities di PLTU memiliki backup (redundant) yang disesuaikan dengan
kondisi PLTU dan sistem kelistrikan setempat (mengacu pada Peraturan Direksi
No. 0041.P/DIR/2016);
2. Memiliki skema pendukung dengan strategic supply chain management pada critical part
coal handling facilities untuk kepentingan security of coal supply (mengacu kepada
Keputusan Direktur PT PLN (Persero) No. 717.K/DIR/2010 tentang Kebijakan
persediaan material di lingkungan PT PLN (Persero));
3. Sistem proteksi kebakaran mengacu pada SPLN sistem proteksi kebakaran pada Pusat
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara (SPLN U1.007: 2016).
5
SPLN K5.010: 2020
Belt scale merupakan peralatan untuk mengukur laju alir (flow rate) batubara yang
dipindahkan melalui belt conveyor. Belt scale dapat menghitung massa total batubara yang
dipindahkan pada periode tertentu.
Secara umum komponen dalam belt scale ditunjukkan pada Gambar 1 dibawah ini:
Peralatan yang digunakan untuk membongkar batubara dari media transportasi (seperti
tongkang, Self Propeller Barge (SPB) atau vessel) menuju transfer system.
Peralatan bongkar batubara yang proses pembongkarannya menggunakan chain bucket dari
kapal menuju transfer system.
6
SPLN K5.010: 2020
Peralatan bongkar batubara yang menggunakan sistem grab. Terdapat dua tipe grab bucket
unloader antara lain movable grab bucket dan fix grab bucket.
Movable grab unloader merupakan peralatan bongkar batubara yang dapat berpindah
tempat sepanjang rel lintasan untuk mengambil batubara dari kapal (tongkang, SPB atau
vessel). Pada tipe ini, posisi unloading hopper menjadi satu dengan peralatan movable grab
unloader.
Fix grab unloader merupakan peralatan bongkar batubara yang terpasang secara permanen
diatas kontruksi beton. Pengambilan tumpukan batubara di atas kapal menggunakan
pergerakan slewing dan up-down. Pada tipe ini, posisi unloading hopper terpisah dengan fix
grab unloader.
(a)
(b)
(a)
7
SPLN K5.010: 2020
Peralatan yang digunakan untuk menampung dan mentransfer batubara menuju sistem
conveyor sesaat setelah batubara dibongkar dari kapal (tongkang/vessel/SPB). Material
hopper yang digunakan harus tahan terhadap bahan abrasif, korosif, sedangkan kontruksi
unloading hopper harus meminimalisir plugging.
2. Aggregate gate
Aggregate gate didesain untuk penggunaan pada laju alir tinggi dan ukuran material
yang lebih besar.
8
SPLN K5.010: 2020
3. Diverter gate
Diverter gate digunakan untuk memisahkan aliran atau mengalihkan aliran batubara.
Metode sampling merupakan cara untuk mengambil jumlah material yang lebih sedikit untuk
mewakili jumlah material yang lebih banyak, selanjutnya sampel di tes untuk mendapatkan
sifat fisik material.
Mechanical sampler merupakan peralatan untuk mengambil sampel secara mekanis selama
proses unloading maupun loading. Standar pengambilan sampel dan pengukuran
mengacu pada SPLN K7.003: 2018 tentang Peralatan laboratorium kimia pembangkit
bagian 1: peralatan laboratorium batubara.
Secara umum terdapat dua tipe coal sampling pada unit pembangkit antara lain: high flow /
as received coal sampling digunakan untuk mengambil batubara pada stream unloading,
sedangkan low to medium flow / as fired coal sampling digunakan untuk mengambil sampel
batubara pada stream loading. Komponen utama dari coal sampling system tersebut
ditunjukkan pada Gambar 9 dibawah ini:
9
SPLN K5.010: 2020
10
SPLN K5.010: 2020
Peralatan mekanik yang berfungsi untuk memecah batubara menjadi ukuran yang lebih kecil
(ukuran dalam cm) sesuai dengan kebutuhan PLTU. Metode dalam proses crusher antara
lain: impact, attrition, shear dan compression. Sedangkan tipe peralatan coal crusher antara
lain:
11
SPLN K5.010: 2020
5.6.1 Breaker
Peralatan coal crusher jenis breaker menghasilkan produk yang relatif besar dengan partikel
lembut yang minimum. Breaker berbentuk silinder besar dengan memanfaatkan metode
gravity impact.
Gambar 12 Breaker
(Sumber : EPRI, 2006)
Cage mill crusher digunakan untuk menghancurkan berbagai tipe material antara lain bahan
kimia, pupuk, batubara. Cage mill dimanfaatkan untuk material dengan tingkat kekerasan
yang bervariasi.
.
Gambar 13 Cage mill
(Sumber : EPRI, 2006)
5.6.3 Granulator
Granulator terdiri dari beberapa ring hammers yang berputar dengan gerakan lambat.
Crusher tipe ini bekerja dengan metode kombinasi impact dan rolling compression. Ukuran
produk ditentukan berdasarkan pembukaan screen, yang diatur dengan mengatur clearance
antara cage dan lintasan ring hammer. Granulator tipe crusher banyak digunakan pada
PLTU Batubara.
12
SPLN K5.010: 2020
Gambar 14 Granulator
(Sumber : EPRI, 2006)
Hammer mill merupakan desain tipe crusher yang paling lama, namun masih digunakan
secara luas. Pada umumnya hammer mill menghancurkan material melalui dua tahapan
yaitu: pertama material dihancurkan dengan metode dynamic impact, kemudian dilanjutkan
dengan attrition dan shear.
13
SPLN K5.010: 2020
3. Radial stacker
Radial stacker mirip dengan fix boom conveyor sebagai pengarah batubara,
perbedaannya pada radial stacker mampu beroperasi secara slewing.
14
SPLN K5.010: 2020
4. Traveling stacker
Traveling stacker mirip dengan radial stacker, perbedaan pada kemampuan traveling
stacker yang dapat beroperasi secara traveling.
5. Reclaim hopper
Reclaim hopper digunakan untuk mengarahkan batubara stock pile menuju coal bunker
melalui conveyor. Pada umumnya reclaim hopper digunakan sebagai emergency
loading untuk menyuplai batubara ke boiler pada saat terjadi kerusakan pada stacker
reclaimer. Reclaim hopper ini umumnya yang tidak mempunyai komponen yang
bergerak dan sangat mirip dengan unloading hopper. Pada drawdown hopper terdapat
motor penggerak yang secara mekanik menggetarkan hopper sehingga batubara dapat
mengalir.
15
SPLN K5.010: 2020
Peralatan electromagnetic yang berfungsi untuk menarik bahan logam fero (magnetic).
Magnetic separator biasanya dipasang menggantung diatas conveyor. Bahan yang
mengandung logam atau besi akan terangkat dan menempel pada magnetic separator.
Magnetic separator dibagi menjadi dua kelompok yaitu self cleaning overhead magnets dan
stationary overhead magnets.
1. Self cleaning overhead magnets
Magnetic separator jenis ini merupakan peralatan yang terinstal sebagian besar di PLTU
yang dapat melakukan pembersihan terhadap logam yang menempel secara otomatis.
Peralatan dapat bekerja secara terus menerus dan sangat baik digunakan pada kondisi
operasional dalam jangka waktu yang lama. Desain ini dapat mencegah penumpukan
material logam secara berlebihan yang dapat menutup permukaan magnet. Menurut
instalasinya magnetic jenis ini dibagi menjadi dua yaitu inline magnetic separator dan
crossbelt magnetic separator.
16
SPLN K5.010: 2020
Debu batubara merupakan partikel kecil dari batubara yang ikut terbawa bersama aliran
udara. Terbentuknya debu batubara dipengaruhi karena tiga faktor antara lain ukuran
partikel batubara, ikatan kohesi antar partikel dan kecepatan aliran udara sekitar. Dari tiga
faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
17
SPLN K5.010: 2020
Nilai ambang batas debu batubara dapat mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan
No. 1405/Menkes/SK/XI/2002.
Dust control system merupakan peralatan yang digunakan untuk mengontrol atau
mengurangi jumlah debu batubara dengan cara mengurangi kecepatan aliran udara dan
atau menambah ukuran partikel atau ikatan kohesi antar partikel. Secara umum dust control
system dibagi menjadi dua kategori antara lain:
b. Sealing
Sealing system terbuat dari bahan rubber yang sangat elastis, umumnya sealing system
dipasang pada skirtboard untuk mengurangi jumlah udara induce.
18
SPLN K5.010: 2020
c. Curtain dust
Curtain dust merupakan tirai dari bahan rubber yang berfungsi untuk mengurangi udara
induce dan mengurangi kecepatan aliran udara pada enclosure.
19
SPLN K5.010: 2020
Belt conveyor dalam coal handling system merupakan peralatan yang sangat vital dan
berfungsi untuk mentransfer batubara dari unloading area (intake hopper) sampai area
penyimpanan atau ke coal bunker. Material utama belt conveyor berbahan dasar dari karet
dan belt conveyor harus fire resistant. Konstruksi dari belt conveyor dapat dilihat pada
gambar 5.28.
20
SPLN K5.010: 2020
2. Motor
Berfungsi sebagai penggerak utama dari belt conveyor. Dalam pengoperasiannya
dihubungkan dengan gearbox dan coupling.
3. Reducer
Peralatan yang menghubungkan antara sumber daya ke pulley dan berfungsi mereduksi
putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat dikurangi.
4. Roller idler
Roller idler terdiri berbagai macam antara lain:
a. Carring Idler berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang berbeban atau
sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari carrying idler berada di
atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3 buah roll penggerak berbentuk V.
b. Impact idler posisinya persis di bawah chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan
karet dan jarak antara satu sama lain lebih rapat dari carrying idler. Fungsinya untuk
menahan belt agar tidak sobek/rusak akibat batu bara yang jatuh dari atas.
c. Return idler berada di bawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya
terdiri dari 1 (satu) buah roll penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt
dengan arah putar balik.
d. Steering idler merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar
tidak jogging (bergerak ke kiri/kanan).
e. Belt cleaner merupakan aksesori dari belt conveyor dengan tipe bermacam-macam
yang memiliki desain mengurangi material yang terbawa kembali oleh belt conveyor
sehingga meningkatkan umur dari belt tersebut.
5. Pulley
a. Drive pulley merupakan pulley yang secara langsung atau tidak langsung terhubung
dengan motor listrik dan dicoupling dengan gearbox. Fungsinya untuk memutar belt
menuju ke depan. Posisi drive pulley tidak harus selalu di depan, bisa dipasang
dimana saja yang dianggap memungkinkan;
b. Take up pulley berfungsi untuk menjaga ketegangan belt. Take up pulley terhubung
dengan counter weight;
c. Bend pulley yang berfungsi untuk menikungkan atau membelokkan arah belt;
d. Head pulley berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head pulley dapat
dipakai sebagai drive pulley. Head pulley yang tidak dapat dihubungkan dengan
drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive pulley;
e. Snub pulley digunakan untuk memperbesar sudut llitan kontak antara pulley dengan
belt. Biasanya snub pulley terletak di dekat drive pulley;
f. Tail pulley berada di sisi belakang conveyor. Berfungsi untuk memutar kembali belt
conveyor menuju ke arah drive pulley. Tail pulley dilengkapi belt cleaner yang
berfungsi untuk mencegah batu bara agar tidak masuk ke tail pulley. Pada conveyor
jenis light duty, tail pulley juga sering dijadikan sebagai take up pulley.
21
SPLN K5.010: 2020
Belt tripper digunakan untuk mengarahkan atau menumpahkan batubara yang ditransfer
oleh conveyor menuju coal bunker. Posisi tripper ada yang fix dan ada juga yang movable.
1. Motor propelled tripper
Motor propelled tripper digerakkan oleh motor listrik yang dapat dioperasikan secara
otomatis maupun manual. Terdapat limit switch untuk kontrol posisi secara remote dan
terdapat push button untuk stop tripper secara manual. Tripper jenis dapat berpindah
tempat dan beroperasi berlawanan arah.
22
SPLN K5.010: 2020
5.12 Gearbox
Gearbox merupakan peralatan yang dapat mengubah kecepatan, torsi dan arah putaran dari
mesin penggerak. Gearbox dihubungkan dengan motor penggerak dengan berbagai tipe
coupling, antara lain: fluid coupling, flexible shaft coupling dan rigid coupling.
1. Gear arrangement
Terdapat bebagai tipe gear arrangement antara lain:
a. Paralel shaft gear drives
Paralel shaft gear adalah gearbox dengan posisi shaft gear tersusun sebidang, baik
vertikal maupun horizontal.
b. Right angle bevel gear drives
Pada right angle bevel gear posisi shaft gear tidak tersusun sebidang sehingga
membentuk sudut kontak.
c. Hybrid gear drives
Hybrid gear box terdiri dari dua atau lebih gear set dengan tipe yang berbeda,
sehingga lebih fleksibel dalam penggunaan.
2. Gearbox application
Pada gambar dibawah ini salah satu contoh planetary gearbox yang digerakkan oleh
motor listrik. Putaran pada gearbox diteruskan menggunakan rantai.
23
SPLN K5.010: 2020
Peralatan pengaman dalam coal handling system mengacu pada SPLN K5.006: 2018, Tata
kelola pembongkaran, penyimpanan dan pemakaian batubara, dengan tambahan sebagai
berikut:
1. Emergency switch alarm;
2. Fire protection berupa smoke detector, heat detector, deluge dan springkle mengacu
pada SPLN U1.007:2016, Sistem proteksi kebakaran pada Pusat Listrik Tenaga Uap
PLTU batubara;
3. Metal detector peralatan untuk mendeteksi adanya logam yang ikut bersama batubara;
4. Sensor tambahan bila diperlukan seperti sensor temperatur di stockpile, dan lainnya.
6 Kualifikasi personel
Coal handling system maintenance personnel berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.
11/20/DJL.1/2018, tentang Pedoman standar kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan
pada pekerjaan pemeliharaan pembangkit tenaga listrik, level kompetensi personel
pemeliharaan coal handling system antara lain:
1. Pelaksana muda (tenaga kerja bantu/helper) level 1;
2. Pelaksana madya (junior engineer) level 2;
3. Pelaksana utama (assistant engineer) level 3;
4. Analis muda (junior supervisor) level 4;
5. Analis madya (senior supervisor) level 5;
6. Analis utama (manajer bagian) level 6.
24
SPLN K5.010: 2020
Tabel 1 Sebutan jabatan dan kompetensi personel har coal handling system
Detail kompetensi inti dan pilihan personel pemeliharaan coal handling system dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan dalam rangka menjaga dan atau mengembalikan
kondisi suatu peralatan sehingga dapat beroperasi secara optimal.
Manajemen pemeliharaan mencakup program pengawasan dan evaluasi. Pemeliharaan
harus dilaksanakan sesuai dengan program pemeliharaan yang telah disusun.
25
SPLN K5.010: 2020
Aktivitas ini mencakup Rencana Kegiatan Anggaran Perusahaan (RKAP). Aktivitas ini
umumnya dikendalikan oleh Perencanaan dan Pengendalian Pemeliharaan (Rendal Har)
bersama-sama dengan Engineering maupun Perencanaan dan Pengendalian (Rendal)
Outage.
26
SPLN K5.010: 2020
Aktivitas short term planning sebenarnya lebih menekankan pada aspek scheduling dan
controlling, yaitu lebih pada penjadwalan eksekusi pekerjaan dan pengendalian kesiapan
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Short term planning dikelompokkan ke dalam quartely
planning, monthly planning, weekly planning dan daily planning, dengan uraian sebagai
berikut:
Aktivitas ini lebih cenderung menekankan pada aspek pengendalian eksekusi pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu maka hal mendasar yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Penyusunan detail pekerjaan, meliputi breakdown item pekerjaan beserta jadwal dan
durasi pekerjaan;
b. Kepastian ketersediaan tools, material, expert dan sebagainya yang dibutuhkan dalam
pekerjaan.
27
SPLN K5.010: 2020
Pekerjaan yang dikoordinasikan dalam monthly planning umumnya adalah pekerjaan yang
terjadwal dalam quarterly planning.
Aktivitas ini menekankan pada aspek load balancing agar pelaksanaan pekerjaan Preventive
Maintenance (PM), Predictive Maintenance (PdM) maupun Corrective Maintenance (CM)
tidak mengalami work order backlog. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah:
a. Memastikan prioritas work order corrective (urgent, normal, outage dan sebagainya);
b. Memastikan Preventive Maintenance (PM), Predictive Maintenance (PdM) telah terjadwal;
c. Memastikan ketersediaan manpower.
Work execution pada tactical maintenance terdiri dari Preventive Maintenance (PM),
Predictive Maintenance (PdM), Proactive Maintenance (PaM) dan overhaul (OH).
Aktivitas ini dilakukan oleh tim pemeliharaan (mesin, listrik, instrumen dan sipil) atau bisa
juga dilakukan oleh pihak luar namun tetap dalam pengawasan tim pemeliharaan (umumnya
untuk Preventive Maintenance (PM) yang sederhana seperti AC, lampu penerangan dan
sebagainya). Tujuan dari aktivitas ini untuk mencegah terjadinya kegagalan fungsi peralatan
yang disebabkan karena:
a. Lifetime: fatigue, aus, korosi, dan sebagainya.
Tindakan PM yang umum dilakukan berupa penggantian secara periodik (misal:
penggantian oli gearbox 1 (satu) tahun sekali, ganti bearing motor driven belt conveyor 1
(satu) tahun sekali, ganti solenoid setiap 1 (satu) tahun sekali, ganti silica gel trafo setiap
2 (dua) tahunan, ganti zinc katodic setiap 4(empat) tahun sekali dan sebagainya);
28
SPLN K5.010: 2020
29
SPLN K5.010: 2020
7. Visual inspection, berupa pengecekan secara visual untuk mencari aktifitas yang kondisi
yang tidak normal dari peratan seperti kehilangan baut, las-lasan yang retak/patah,
korosif/karat, atau kerusakan fisik dan sebagainya.
Aktivitas ini dilakukan oleh tim Engineering (spesialis teknologi) dengan tujuan untuk
mendeteksi sedini mungkin terjadinya gejala kerusakan pada peralatan, melalui pengukuran
secara langsung pada peralatan yang sedang beroperasi.
30
SPLN K5.010: 2020
Aktivitas ini dilakukan oleh unit pemeliharaan sesuai dengan work flow yang tertuang dalam
tata kelola perusahaan.
Untuk mencapai tujuan overhaul dalam rangka mengembalikan performance peralatan perlu
memperhatikan 5 aspek diantaranya:
1. Keselamatan kerja (on safety), setiap pemeliharaan harus memenuhi prosedur safety;
2. Biaya (on cost), kesesuaian antara biaya realisasi terhadap biaya yang direncanakan
(biaya standar);
3. Mutu (on quality), jumlah re-work setelah overhaul atau bisa didefinisikan sebagai rasio
performance antara setelah dan sebelum dilakukan overhaul;
4. Waktu (on time) kesesuaian antara waktu realisasi terhadap waktu yang direncanakan;
5. On scope dimana scope pekerjaan sesuai dengan yang sudah direncanakan, variation
order sudah disiapkan apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan pekerjaan tambahan.
Aspek diatas dapat dicapai secara optimal dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Tenaga teknisi yang memiliki kompetensi memadai, minimal sudah beberapa kali
melaksanakan pekerjaan overhaul;
2. Tenaga quality control yang bersertifikat;
3. Ketersediaan material dan tools sesuai kebutuhan;
4. Supporting yang memadai, misal: logistik, administrasi dan sebagainya.
Aktivitas ini merupakan salah satu bentuk dari Proactive Maintenance (PaM) dan dilakukan
oleh tim pemeliharaan atau oleh pihak ketiga, berupa pekerjaan dalam bentuk proyek atau
modifikasi peralatan (bisa juga sub-sistem atau sistem). Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk
mengembalikan atau menambah kinerja peralatan (bisa juga sub-sistem atau sistem).
Aktivitas ini harus terencana dan tertuang dalam RKAP. Aktivitas ini pada umumnya
merupakan tindak lanjut dari failure defence planning, yang dihasilkan dari proses Reliability
Management (FMEA/RCFA), Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Pareto Analysis,
misalnya:
a. Design-out Maintenance, yaitu serangkaian aktivitas pemeliharaan yang bertujuan untuk
mengeliminasi penyebab kerusakan (cause of maintenance), penyederhanaan
maintenance tasks, atau meningkatkan performance peralatan melalui sudut pandang
pemeliharaan dengan redesigning peralatan yang frekuensi kegagalannya (occurrence
of failure) tinggi, waktu perbaikannya lama atau biaya penggantiannya yang tinggi;
b. Engineering, yaitu serangkaian aktivitas pemeliharaan yang meliputi: pembangunan,
modifikasi, removal dan installation, dan re-arrangement of equipment.
31
SPLN K5.010: 2020
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan re-engineering adalah:
a. Akurasi rekomendasi yang dihasilkan dari proses problem solving (work flow: Reliability
Management) dalam menetapkan root cause dan pemilihan alternatif solusinya;
b. Konsistensi dalam melakukan monitoring pengukuran - pengukuran parameter yang
berpengaruh pada kinerja, setelah dilakukan modifikasi (project/re-engineering).
Non tactical maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental, baik
dalam bentuk Service Request (SR) dan Emergency Maintenance (EM). Aspek penting
untuk menerapkan non tactical maintenance antara lain Fault Reporting dan Work Execution.
7.2.1 Fault Reporting – Incident Log Sheet (ILS)/ Service Request (SR)
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk mengidentifikasi semua kelainan yang terjadi di area
unit sehingga memudahkan bagi Planner (Rendal Har) untuk memprioritaskan pekerjaan
perbaikan. Aktivitas ini dilakukan oleh operator yang sedang dinas shift. Semua kelainan
harus dicatat dalam Sistem Informasi Terpadu (SIT). Kelainan tersebut dapat ditemukan oleh
berbagai pihak dan dilaporkan ke operator untuk diterbitkan ILS/SR, misal:
1. Dilaporkan oleh Tim K3: Lampu penerangan di area coal handling system padam;
2. Dilaporkan oleh staf laboratorium: Kerusakan terjadi pada mechanical sampling;
3. Dilaporkan oleh operator: Kelainan berupa oil level conveyor gearbox diluar batas aman.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam mencatat ILS/SR adalah:
1. Deskripsi yang jelas dan lengkap tentang kelainan yang terjadi (misal: jalur loading tidak
siap (out of service); belt conveyor tripper gallery putus diperlukan penyambungan dan
penyetelan ulang;
2. Nama peralatan dan lokasinya (misal: BC-9B);
3. Dampak yang ditimbulkan (misal: kapasitas loading turun, tidak mencukupi kebutuhan
unit sehingga terjadi derating);
4. Melampirkan foto (opsional).
Work execution pada non tactical maintenance terdiri dari Corrective Maintenance (CM) dan
Emergency Maintenance (EM).
Aktivitas ini dilakukan oleh tim pemeliharaan, berdasarkan work order yang di approve oleh
Rendal Har. Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memperbaiki kelainan pada peralatan yang
timbul sehingga dapat kembali berfungsi sebagaimana mestinya.
32
SPLN K5.010: 2020
Aktivitas dilakukan oleh tim pemeliharaan atau pihak ketiga berdasarkan WO Quick report
maintenance yang diserahkan oleh operator, tanpa melalui Rendal Har. Emergency
Maintenance adalah aktivitas pemeliharaan yang harus segera dilakukan untuk
menormalkan gangguan atau kelainan peralatan, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Gangguan peralatan yang membahayakan keselamatan kerja atau instalasi (safety);
2. Gangguan peralatan yang menyebabkan pencemaran lingkungan;
3. Gangguan peralatan sehingga unit mengalami derating.
Hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas ini diantaranya kompetensi personel harus
memadai karena pada umumnya pekerjaan emergency ini bersifat “segera ditangani dan
cepat selesai”, sehingga membutuhkan personel yang mumpuni dan berpengalaman.
7.3 Improvement
Dalam proses Work Planning and Control (WPC) membutuhkan feedback yang membuat
proses membentuk close loop. Feedback ini berupa : information capturing (work order close
out), maintenance optimization (oppportunity) dan improvement (engineering change
management). Proses improvement ini perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya
adalah:
1. Information completeness yaitu feedback informasi yang tertuang dalam work order
comment. Informasi ini sangat dibutuhkan oleh kru engineering untuk melakukan
analisis failure dengan tujuan meningkatkan ketajaman atau akurasi maintenance task
dalam bentuk Failure Defence Task (FDT);
2. Opportunity highlight yaitu kemampuan melakukan pemetaan terhadap adanya peluang
improvement, umumnya dapat berupa pie diagram atau chart diagram (dibuat oleh
Rendal Har) terkait:
a. Maintenance cost profile, menggambarkan area yang memiliki cost pemeliharaan
yang besar;
b. Realiability profile, menggambarkan sebaran (spreading) kerusakan peralatan;
c. Loss of production profile, menggambarkan area yang memberikan kontribusi besar
terhadap ketidaksiapan peralatan.
33
SPLN K5.010: 2020
WO close out merupakan bagian dari seluruh aktivitas penyelesaian work order baik
Preventive Maintenance (PM), Predictive Maintenance (PdM), Corrective Maintenance (CM),
Emergency Maintenance (EM), EJ maupun overhaul (OH). Aktivitas ini merupakan tanggung
jawab Rendal Har, dengan tujuan utama adalah untuk:
1. Konfirmasi work order telah selesai (finish date);
2. Konfirmasi finalisasi budget untuk suatu work order;
3. Melengkapi work order completion comment (failure mode, failure symptom, failure
cause, failure repair dan sebagainya).
Output dari information capturing nantinya dapat dibuatkan profil mengenai kondisi peralatan
dan kondisi pengelolaan aset, misal: maintenance cost profile, realiability profile, loss of
production profile dan sebagainya.
Aktivitas ini dilakukan oleh Rendal Har atau bisa juga dilakukan oleh tim Engineering untuk
mendapatkan opportunity highlight yang berupa: maintenance cost, reliability performance,
loss of opportunity maupun risk mapping. Berdasarkan highlight di atas, selanjutnya dapat
dibuatkan prioritas improvement, yang berpedoman pada:
1. Maintenance Priority Index (MPI) Scoring dimana penentuan prioritas berdasarkan
formula tertentu (dijelaskan dalam stream reliability management);
2. Chronic problem dimana kriteria penentuan prioritas masih sangat subyektif;
3. Reliability index dimana prioritas didasarkan pada perhitungan yang sudah dibuatkan
pemodelan (RBM : Reliability Base Model).
7.3.3 Framework
Framework outage management disusun dengan tujuan agar sistem pemeliharaan yang
dilakukan berjalan secara berkesinambungan (siklus overhaul) dan perencanaan yang
sistematis serta tepat waktu sehingga program pemeliharaan dapat terlaksana sesuai
dengan yang diharapkan.
Jadwal pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan sesuai dengan security of supply kondisi
sistem coal handling di masing-masing unit pembangkit, yaitu:
1. Jika redundant (peralatan loading/unloading) bisa dilakukan salah satu jalur partial
sesuai jadwal outage unit;
2. Jika nonredundant (peralatan unloading non redundant/loading redundant) dilakukan
saat Preventive Maintenance (PM).
34
SPLN K5.010: 2020
Framework pemeliharaan coal handling dapat di lihat pada Gambar 32 dibawah ini.
Tahap pre-outage
7.3.3.1.1 Perencanaan
35
SPLN K5.010: 2020
Tahapan perencanaan:
1. Meeting perencanaan R1 (18 (delapan belas) bulan sebelum overhaul)
Menetapkan ruang lingkup pekerjaan, menerbitkan dan menetapkan formulir
monitoring pengadaan yang meliputi status: RO (Requisition Order), PO (Purchasing
Order), DO (Delivery Order) dan MR (Material Readiness) oleh gudang (untuk delivery
time 6 (enam) sampai dengan 18 (delapan belas) bulan);
2. Meeting perencanaan R2 (12 (dua belas) bulan sebelum overhaul)
Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan formulir monitoring
pengadaan yang meliputi: RO/PO/DO/MR untuk spare parts spesifik, project,
rehabilitasi dan jasa (untuk delivery time 6 (enam) sampai dengan 12 (dua belas)
bulan);
3. Meeting perencanaan R3 (6 (enam) bulan sebelum overhaul)
Menetapkan ruang lingkup, menerbitkan dan menetapkan formulir monitoring
RO/PO/DO/MR untuk spare parts spesifik, project, rehabilitasi dan jasa (untuk delivery
time 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) bulan).
36
SPLN K5.010: 2020
7.3.3.1.3.1 Shutdown
Setelah unit pembangkit dishutdown, maka unit pemeliharaan akan melakukan kegiatan
antara lain: melakukan persiapan dan pengambilan sparepart, material consumable,
tools, dan sarana, penetapan lingkup tambahan pekerjaan hasil temuan saat awal shutdown
(jika ada), pelaksanaan isolasi peralatan dan pengamanan area dan briefing K3.
Setelah unit pembangkit shutdown maka selanjutnya akan dilakukan kegiatan disassembly
(pembongkaran), inspeksi dan assembly (pemasangan kembali).
Beberapa kegiatan pada periode disassembly antara lain: menyiapkan Instruksi Kerja (IK)
pekerjaan disassembly (urutan pembongkaran), data clearence, material, tools, kompetensi,
dan manhours yang dibutuhkan), menetapkan lingkup tambahan untuk tindak lanjut hasil
temuan pada saat disassembly, dan mengkoordinir semua koordinator bidang overhaul agar
pekerjaan disassembly tepat waktu, tepat kualitas, dan aman.
Pada periode inspeksi terdapat beberapa kegiatan antara lain : pemeriksaan kondisi
peralatan (visual, pengukuran, kalibrasi, dll.), penetapan standar inspeksi (referensi
standar/manufacture), dan penetapan lingkup tambahan hasil temuan pada saat inspeksi
peralatan (jika ada).
Sedangkan pada periode assembly terdapat beberapa kegiatan antara lain : menyiapkan IK
pekerjaan assembly (urutan pemasangan), data clearence, material, tools, dan kompetensi,
dan manhours yang dibutuhkan), dan mengkoordinir semua koordinator bidang overhaul
agar pekerjaan assembly tepat waktu, tepat kualitas, dan aman.
Setelah periode assembly selesai tahap selanjutnya adalah periode pengujian (test).
Beberapa kegiatan dalam pengujian ini antara lain: memastikan kesiapan Instruksi Kerja (IK)
pengujian peralatan dan sub system, serta menetapkan standard pengujian sesuai peralatan
dan subsistem. Melakukan pengujian baik secara individu (individual test) maupun interlock
test (sistem) dan mencatat hasil pengujian untuk didokumentasikan. Setelah periode
pengujian individu selesai dengan hasil sesuai persyaratan, maka selanjutnya peralatan
dilakukan pengujian secara sistem.
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan dari overhaul dibandingkan dengan
performance test sebelum overhaul. Kegiatan performance test ini dilaksanakan oleh tim
pemeliharaan bersama tim operasi yang dikoordinir oleh tim engineering. Pelaksanaan
performance test paling lambat 2 (dua) minggu setelah individual test selesai dan dinyatakan
baik.
37
SPLN K5.010: 2020
Setelah kegiatan overhaul selesai dan peralatan coal handling sudah kembali beroperasi
normal, maka unit pemeliharaan harus membuat laporan hasil pelaksanaan overhaul yang
meliputi:
1. Melakukan presentasi dan laporan hasil pekerjaan overhaul.
Kegiatan yang dilakukan meliputi presentasi hasil overhaul (berisi rencana dan
realisasi alokasi waktu dan ruang lingkup overhaul, hasil performance test, kendala,
evaluasi dan rekomendasi) serta pembuatan laporan hasil pelaksanaan overhaul
(berisi jadwal dan ruang lingkup overhaul, rencana dan realisasi, hasil performance
test, laporan harian, data inspeksi, foto dokumentasi, daftar pemakaian material dan
laporan hasil pekerjaan jasa /repair);
2. Evaluasi dan rekomendasi hasil pekerjaan overhaul.
Menyusun executive summary hasil pelaksanaan overhaul yang berisi evaluasi dan
rekomendasi hasil dari laporan pelaksanaan kegiatan overhaul;
3. Rencana tindak lanjut untuk overhaul berikut.
Menetapkan rencana tindak lanjut hasil evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan
overhaul untuk overhaul periode berikutnya termasuk juga kendala-kendala dalam
pelaksanaannya (human asset, knowledge asset dan physical asset) sebagai bagian
dari program continuous improvement;
Manajemen outage pada coal handling system dimaksudkan agar peralatan coal handling
system dapat dilakukan overhaul bersamaan dengan overhaul peralatan utama (boiler dan
turbin). Proses outage merupakan proses sinergi dan berkesinambungan dari kegiatan
(aktivitas) utama meliputi:
1. Pre-outage (perencanaan);
2. Outage execution (pelaksanaan);
3. Post-outage (pengedalian dan evaluasi).
Pemeliharan peralatan coal handling system dengan menggunakan sumber daya besar,
mulai dari kegiatan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring,
evaluasi, hingga tindak lanjut program pemeliharaan terencana untuk mengembalikan pada
kondisi dan kinerja terbaiknya.
Tujuan pelaksanaan manajemen outage adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesiapan dan keandalan peralatan;
2. Peningkatan Overall Equipment Effectiveness (OEE).
38
SPLN K5.010: 2020
3. Right design: penjadwalan/scheduling, metode, dan cara kerja dibuat secara lengkap
dan jelas untuk menangani masalah;
4. Right implementation: pelaksana overhaul bekerja sesuai metode dan cara kerja yang
baku serta berdasarkan skedul dan anggaran yang telah dibuat.
1. Kegiatan overhaul menyerap anggaran terbesar dari anggaran tahunan (lebih dari 80%
terhadap total biaya pemeliharaan);
2. Schedule outage hour merupakan kontribusi terbesar;
3. Pencapaian Equivalent Availability Factor (EAF);
4. Penuaan peralatan pembangkit;
5. Ketersediaan sparepart spesifik Original Equipment Manufacturer (OEM) sulit didapat
karena sudah obsolete dan pabrikan sudah tidak memproduksi lagi, sehingga diperlukan
penyesuaian spesifikasi dan renewal parts;
6. Perbaikan manajemen overhaul;
7. Dengan menerapkan manajemen overhaul yang baik dapat
meningkatkan/mengembalikan availability dan efisiensi mesin pembangkit setiap
tahunnya yang berarti peningkatan produksi dan pendapatan.
39
SPLN K5.010: 2020
40
SPLN K5.010: 2020
outage serta belum diidentifikasi dan dibuat alur mitigasi risiko terkait dengan
pencapaian target performance, kinerja, dan biaya dalam pelaksanaan program
overhaul.
Dalam pelaksanaan outage management beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
diantaranya adalah:
1. Ketersediaan data histori perencanaan, persiapan, pelaksanaan overhaul dan hasil
evaluasi overhaul yang lengkap, jelas, dan akurat serta terdokumentasi dalam Sistem
Informasi Terpadu (SIT);
2. Ketersediaan data histori Preventive Maintenance (PM), Predictive Maintenance (PdM),
Corrective Maintenance (CM) lengkap, jelas, dan akurat serta terdokumentasi dalam
Sistem Informasi Terpadu (SIT);
3. WO overhaul teridentifikasi dengan jelas, lengkap, dan akurat serta didokumentasikan
dalam Sistem Informasi Terpadu (SIT);
4. Sparepart/material datang tepat waktu (paling lambat 1 (satu) bulan) sebelum unit
shutdown (yang diproses oleh Unit Pembangkit (UP), tim pengadaan kantor induk/Pusat,
unit pemeliharaan), sedangkan untuk jasa/repair penyelesaiannya sesuai milestone
overhaul;
5. Sumber daya terpenuhi secara kuantitas dan kualitas;
6. Standard Operating Procedure (SOP) pelaksanaan overhaul lengkap, jelas, dan akurat
serta didokumentasikan dalam Sistem Informasi Terpadu (SIT), dan tambahan
pekerjaan sesuai kesepakatan.
7. Laporan hasil overhaul (resume dan data pelaksanaan) lengkap, jelas, akurat, dan
informatif serta tepat waktu;
8. Koordinasi antara bidang terkait terjalin secara efektif dan optimal.
Intruksi Kerja (IK) secara detail terkait dengan Outage Management diuraikan pada dokumen
yang dibuat oleh masing-masing unit PLN.
Keputusan pilihan untuk perbaikan (repair), atau langsung diganti (replacement) perlu
dilakukan evaluasi/kajian kelayakan finansial dan kelayakan operasional dalam menentukan
proses repair atau replacement peralatan coal handling.
Peralatan dengan sistem operasi kompleks beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk
menghitung biaya komulatif pemeliharaan tahunan peralatan yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan pemeliharaan peralatan (simpan/keep), perbaiki (repair) atau ganti
(replacement). Biaya kumulatif pemeliharaan tahunan tersebut untuk suatu peralatan yang
dioperasikan sampai dalam waktu periode desain tertentu.
41
SPLN K5.010: 2020
Untuk panduan mengenai perbaikan atau penggantian peralatan coal handling system,
karena kerumitan banyak komponen sistem yang tidak terpisahkan dengan sistem coal
handling maka sebagian besar diperbaiki sesuai kebutuhan sampai peralatan mencapai
akhir umur pakainya (service life).
Pemeliharan Jetty, alat bantu navigasi, sistem pencegahan cathodic protection dan peralatan
sipil lainnya akan dibahas pada standar PLN yang lain.
10 Keselamatan personel
Setiap personel yang melaksanakan tugas wajib memililiki sertifikat kompetensi sesuai
tugasnya (Undang-undang No. 30 Tahun 2009 Pasal 44 ayat 6). Keselamatan personel,
peralatan dan lingkungan dalam masa pemeliharaan sangat penting untuk diperhatikan.
Detail prosedur safety yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam pemeliharaan
peralatan coal handling system dapat dilihat pada Lampiran 2.
42
SPLN K5.010: 2020
LAMPIRAN A
Kompetensi inti dan pilihan personel pemeliharaan
coal handling system
Unit kompetensi inti pada coal handling system untuk level 2 sampai dengan level 4 adalah
kompetensi memelihara conveyor system. Sedangkan kompetensi pilihan terdiri dari:
1. Ship unloader;
2. Stacker reclaimer;
3. Chute dan hopper;
4. Crusher;
5. Dust supression (dust management).
Unit kompetensi inti pada coal handling system untuk level 5 adalah kompetensi:
1. Melaksanakan penetapan hasil pemeliharaan pembangkit;
2. Memelihara coal handling system.
Unit kompetensi inti pada coal handling system untuk level 6 adalah kompetensi:
1. Mengelola pelaksanaan pemeliharaan pembangkit;
2. Manajemen pemeliharaan coal handling system.
Kualifikasi jabatan pemeliharaan unit pembangkit sesuai dengan yang ditugaskan, dimana
penanggungjawabnya adalah pemberi tugas.
43
SPLN K5.010: 2020
Unit kompetensi ini berkaitan dengan pelaksanaan pemeliharaan coal handling system
sesuai perintah dibawah pengawasan atasan langsung.
Pelaksana madya wajib memiliki 1 kompetensi inti dan minimal 1 (satu) kompetensi pilihan.
Elemen kompetensi:
1. Merencanakan pemeliharaan;
2. Menyiapkan sarana pemeliharaan;
3. Melaksanakan pemeliharaan;
4. Membuat laporan hasil pemeliharaan.
44
SPLN K5.010: 2020
3. Menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan
pemeliharaan coal handling system ini.
Unit kompetensi ini berkaitan dengan pelaksanaan pemeliharaan coal handling system
secara mandiri sesuai instruksi kerja dibawah pengawasan tidak langsung.
Pelaksana utama wajib memiliki 1 (satu) kompetensi inti dan minimal 2 (dua) kompetensi
pilihan.
45
SPLN K5.010: 2020
Unit kompetensi ini berkaitan dengan pekerjaan memimpin pelaksanaan pemeliharaan coal
handling system yang spesifik, yang memerlukan analisis terbatas dengan memanfaatkan
ketentuan yang baku.
Analis muda wajib memiliki 1 (satu) kompetensi inti dan minimal 3 (tiga) kompetensi pilihan.
Minimal mempunyai elemen kompetensi level 4, yaitu:
1. Merencanakan pemeliharaan;
2. Menyiapkan sarana pemeliharaan;
3. Melaksanakan pemeliharaan;
4. Mengevaluasi progres pemeliharaan;
5. Membuat laporan hasil pemeliharaan.
Persyaratan kompetensi:
Memelihara coal handling system bagi Pelaksana Utama.
Unit Kompetensi ini berkaitan dengan pekerjaan memimpin pemeliharaan coal handling yang
menuntut analisis atas berbagai masalah yang tidak spesifik dengan mempertimbangkan
ketentuan yang baku maupun yang belum baku.
Minimal mempunyai elemen kompetensi level 5, yaitu:
1. Merencanakan pemeliharaan;
46
SPLN K5.010: 2020
Persyaratan kompetensi
Memelihara coal handling system bagi analis muda.
2. Keterampilan:
a. Menggunakan peralatan kerja dan alat keselamatan kerja sesuai ketentuan
b. Menganalisis dan menyusun rencana perbaikan kerusakan coal handling;
c. Memimpin pelaksanaan perbaikan kerusakan coal handling;
d. Membuat laporan komprehensif pelaksanaan perbaikan coal handling.
Aspek penting:
1. Mampu melaksanakan pemeliharaan coal handling dengan konsisten di setiap elemen
kompetensi;
2. Mampu memenuhi kriteria yang tercakup pada setiap elemen kompetensi dengan
menggunakan teknik-teknik dan standar;
3. Menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan
pemeliharaan coal handling ini.
Kompetensi unit yang harus dimiliki analis utama adalah menuntut pengambilan keputusan
yang tepat atas penyelesaian berbagai masalah yang memerlukan kemampuan adaptasi
untuk mencapai hasil yang optimal.
Minimal mempunyai elemen kompetensi level 6, yaitu:
1. Merencanakan pemeliharaan;
2. Menyiapkan sarana pemeliharaan;
3. Melaksanakan pemeliharaan;
4. Mengevaluasi progres pemeliharaan;
5. Membuat laporan hasil pemeliharaan.
Persyaratan kompetensi:
Memelihara coal handling bagi analis madya.
Pengetahuan dan keterampilan
1. Pengetahuan:
47
SPLN K5.010: 2020
48
SPLN K5.010: 2020
LAMPIRAN B
Personnel safety issues
Detail prosedur keselamatan personel untuk pemeliharaan komponen coal handling system
adalah sebagai berikut:
A. Belt scales
B. Unloading equipment
C. Unloading hoppers
D. Sampling equipment
Peringatan keselamatan yang diberikan pada crushers dan conveying equipment harus
diperhatikan karena kedua jenis peralatan ini saling melengkapi pada sistem sampling.
49
SPLN K5.010: 2020
E. Coal crusher
Pada reclaim hopper, hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat bekerja di area tersebut
adalah:
1. Memastikan jalur yang akan ada pekerjaan aman (lock out / tag out);
2. Apabila ada pekerjaan hot work supaya dilakukan prevention (pembasahan) sebelum
dan sesudah pekerjaan;
3. Dilarang melakukan pekerjaan pemeliharaan termasuk pelumasan, perbaikan dan
penyetelan pada saat reclaim hopper sedang beropreasi;
4. Pastikan semua peralatan terlindungi dengan benar pada tempatnya, jangan
memindahkan pelindung apapun sebagai akses atau tempat perakitan drive unit kecuali
semua peralatan tersebut sudah isolasi secara elektrik (tidak dalam keadaaan
bertegangan) lock out/tag out;
5. Setiap personel harus berada pada posisi aman pada saat pembukaan hopper, untuk
menghindari cedera atau kecelakaan kerja;
6. Apabila ada pekerjaan hot work supaya dilakukan prevention (pembasahan) sebelum
dan sesudah pekerjaan.
50
SPLN K5.010: 2020
Pada discharge hopper feeder, hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat bekerja di area
tersebut adalah:
1. Memastikan jalur yang akan ada pekerjaan aman (lock out / tag out);
2. Apabila ada pekerjaan hot work supaya dilakukan prevention (pembasahan) sebelum
dan sesudah pekerjaan, serta melakukan pembilasan ventilasi (untuk membuang gas
berbahaya);
3. Dilarang menggunakan peralatan yang tidak sesuai peruntukannya;
4. Dilarang mengoperasikan peralatan yang bergetar sebelum peralatan tersebut
terpasang dengan sempurna dan juga dilarang mengoperasikan peralatan sebelum
memastikan jalur tersebut tidak ada penghalang/ material lainnya. Setiap personel harus
berada pada posisi aman, peralatan telah seluruhnya di cek (termasuk kekencangan
baut);
5. Dilarang mengoperasikan peralatan tanpa dilengkapi peralatan standar keselamatan,
setiap tag/stiker/rambu-rambu K3 peringatan dipasang pada posisi yang tidak terhadang
dan dapat dilihat oleh semua personel pemeliharaan dan operator;
6. Dilarang berjalan, duduk atau bersandar pada bagian bawah penutup, kisi atau bagian
manapun pada peralatan pada saat sedang beroperasi;
7. Dilarang meletakkan tangan, kaki dan anggota tubuh lainya hingga peralatan tersebut
mati dan tidak dalam keadaan bertegangan;
8. Sebelum melakukan perawatan, pastikan peralatan dalam kondisi mati (semua daya
telah dimatikan, jalur pneumatik dan hidrolik tidak bertekanan, peralatan pada posisi
aman, dsb);
9. Setiap personel yang bekerja pada jalur conveyor yang cenderung berisiko/berbahaya
(terdapat potensi terlepas dari jalurnya) terutama pada area underground hopper harus
dilengkapi dengan pakaian pelindung (bahan fire resistant) yang mendukung serta gas
detector portable (untuk O2, dll, sesuai dengan standar OSHA 1910.146 : 2004);
10. Setiap personel yang bekerja pada area tersebut harus memiliki pandangan yang jelas
dan tidak terhalang untuk setiap peralatan, akses, emergency stop dan peralatan
keselamatan pada poin bongkar/perpindahan batubara;
11. Dilarang memasuki underground hopper tanpa petugas lain yang memonitor di luar;
12. Dilarang meletakkan bahkan menumpuk material seperti sampah, peralatan, material
bekas pakai dan material sisa pada jalur batubara. Memastikan area discharge hopper
feeder (termasuk di bawah area tersebut) terbebas dari tumpahan batubara dan material
bekas lainnya;
13. Melakukan pengecekan kondisi korosif dan keausan pada peralatan wire rope dan kabel
secara regular, termasuk pada sistem yang bersifat suspensif. Pengecekan secara
regular tersebut juga diterapkan pada wire rope dan sistemnya untuk mencegah slip.
14. Melakukan pengecekan secara perodik pada semua kabel-kabel untuk motor terhadap
kondisi keausan atau kerusakan. Semua kabel grounding harus terpasang dengan
benar dan aman.
51
SPLN K5.010: 2020
H. Telescopic chute
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengoprasian dan atau pemeliharaan dan
pengoperasian telescopic chute adalah:
1. Telescopic chute terdiri dari beberapa part seperti benda berputar yang dapat
menimbulkan cedera jika tidak hati-hati;
2. Menerapkan standar keselamatan yang tinggi untuk perbaikan telescopic chute;
3. Dilarang menempatkan anggota badan ke bagian blade;
4. Jauhkan anggota tubuh dan hindari pakaian terlalu kendor dari peralatan telescopic
chute;
5. Dilarang melakukan pekerjaan apabila peralatan sedang dalam kondisi operasi;
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat instalasi telescopic chute khususnya terhadap
berat telescopic chute tersebut adalah:
1. Memastikan bahwa sling tidak kelebihan berat pada saat pemasangan telescopic chute;
2. Selalu memperhatikan manual book dari manufacture terkait dengan batasan berat;
3. Dilarang menggunakan bagian telescopic chute dan aktuator sebagai pijakan saat
melakukan operasi dan pemeliharaan.
I. Magnetic separator
Pada magnetic separator, hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat bekerja dan melakukan
perbaikan di area tersebut adalah:
1. Apabila ada pekerjaan hot work supaya dilakukan prevention (pembasahan) sebelum
dan sesudah pekerjaan;
2. Memastikan jalur yang akan ada pekerjaan aman (lock out/tag out);
3. Pada saat melakukan perbaikan, setiap langkah standar pabrikan harus dipatuhi
termasuk pengecekan peralatan yang menggunakan magnet tidak tetap (kecuali pada
saat pengambilan data pembacaan listrik yang membutuhkan magnet berenergize),
drive motor dalam posisi mati dan terkunci sehinga magnetic separator tersebut tidak
beroperasi secara tiba-tiba dan tidak disengaja;
4. Memperhatikan permukaan magnet yang akan dilakukan perbaikan/inspeksi. Suhu
permukaan dapat mencapai 110℃ pada saat beroperasi sehingga diharuskan
menunggu magnet dalam kondisi temperatur ruangan sebelum melakukan pekerjaan
perbaikan;
5. Ketika peralatan tersebut dalam keadaan bertegangan, harus dipastikan tidak ada
benda magnet yang berada pada area / dekat dengan magnetic separator;
6. Semua bagian badan termasuk tangan dan lengan maupun peralatan bantu tidak
berada pada area belt conveyor dan pulley;
7. Memastikan personel yang bekerja pada area magnetic sperator tidak menderita
penyakit jantung (apalagi yang telah memakai fasilitas “ring” jantung) karena magnetic
separator yang sedang beroperasi dapat menghasilkan medan magnet yang sangat
kuat.
52
SPLN K5.010: 2020
J. Slide gates
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat instalasi slide gate adalah:
1. Memastikan jalur yang akan ada pekerjaan aman (lock out/lag out);
2. Apabila ada pekerjaan hot work supaya dilakukan prevention (pembasahan) sebelum
dan sesudah pekerjaan;
3. Slide gates dan diverter valve terdiri dari beberapa part termasuk sliding blade yang
dapat menimbulkan cedera jika tidak hati-hati;
4. Menerapkan standar keselamatan yang tinggi untuk pemasangan slide gate;
5. Dilarang menempatkan anggota badan ke bagian blade;
6. Dilarang memindahkan blade kecuali cover pelindung telah terpasang pada blade;
7. Dilarang menghidupkan (memasukkan daya listrik) hingga instalasi telah selesai secara
sempurna dan setiap langkah/prosedur keselamatan telah dilakukan dengan benar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengoperasian dan atau pemeliharaan slide gate
terkait label/stiker bahaya pada peralatan slide gate adalah:
1. Dilarang memasang produk tersebut jika label/stiker bahaya belum terpasang;
2. Cara instalasi dilakukan dengan sangat memperhatikan faktor keselamatan seuai
dengan label/stiker bahaya yang terpasang;
3. Label/stiker bahaya harus mudah terlihat dari semua arah dan tidak terhalang ketika
orang mendekati area tersebut, jika ditemukan label/stiker bahaya tersebut terhalang
oleh peralatan atau peralatan pendukung instalasi, diwajibkan segera meminta
tambahan label/stiker bahaya kepada manufaktur;
4. Jika ditemukan kerusakan pada label/stiker bahaya dan jika diperlukan tambahan
label/stiker bahaya, diharuskan segera menghubungi pabrikan;
5. Jika arti tulisan label/stiker/tanda bahaya kurang jelas, diharuskan segera menghubungi
pabrikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat instalasi slide gate khususnya terhadap berat slide
gates tersebut adalah:
1. Memastikan bahwa penyangga dan tiang penggantung tidak kelebihan berat pada saat
pemasangan slide gate;
2. Berdasarkan aturan umum, slide gate dengan berat lebih dari 91 kg tidak diperbolehkan
disupport oleh hanya 1 (satu) penyangga atau tiang gantung;
3. Selalu memperhatikan manual book dari manufacture terkait dengan batasan berat;
4. Gate yang memiliki ukuran lebih besar dari 31 cm atau pengalih yang lebih besar dari
15 cm serta dilengkapi dengan tabung udara atau aktuator, membutuhkan dukungan
dari actuator tersebut untuk memastikan blade pada posisi yang sesuai;
5. Jangan menggunakan gate dan aktuator sebagai pijakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perbaikan khususnya pada saat pemasangan baut
dan penyambungannya adalah :
1. Pemasangan flange harus lurus, rata dan bebas dari bahan sisa seal lama;
53
SPLN K5.010: 2020
2. Kedua lubang baut harus sejajar/sama dengan lubang pada gate/diverter. Semua baut
harus terpasang secara sempurna untuk memastikan seal dan flange dan antar bagian
terpasang dengan sempurna;
3. Pada saat pemasangan, dilarang menggunakan mekasnime bor melalui flange valve.
jika itu tetap dilakukan maka garansi produk sudah tidak berlaku.
4. Baut minimal menggunakan grade 5 dengan mur sesuai kunci yang direkomendasikan;
5. Dilarang mengunci mur pada valve dengan daya berlebih (torsi maksimum adalah
7 kaki / 2,1 m);
6. Gunakan gasket yang sesuai untuk menghindari defleksi gate/valve.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perbaikan khususnya terhadap gaya tekan
coupling penghubung adalah :
1. Belt conveyor harus disupport pada sisi yang berlawanan dengan gate/diverter untuk
menghindari gate/diverter berpindah menjadi 1 (satu) layer.
2. Dilarang memasang tiang penyangga dan penggantung sebagai akses dengan beban
lebih dari 200 lb / 91 kg di diverter gate untuk mencegah gate/diverter berpindah menjadi
1 (satu) layer.
3. Untuk mencegah gate/diverter berpindah menjadi 1 (satu) layer maka dimungkinkan
penambahan atau pengurangan belt conveyor.
54
SPLN K5.010: 2020
Hanya personel yang terlatih dan berpengalaman yang dapat mengassembly, memelihara
atau mengganti peralatan yang ada pada sistem dust control, adapun yang harus dipatuhi:
1. PIC yang tidak terlatih tidak diijinkan bekerja di area kipas
2. Dilarang menghilangkan label peringatan dan report dari kipas
3. Dilarang mengoperasikan kipas tanpa alat pelindung keselamatan.
55
SPLN K5.010: 2020
7. Waktu terbaik untuk melakukan pelumasan idler adalah pada saat conveyor sedang
beroperasi, untuk menghindari cedera maka personel wajib menggunakan pakaian
yang sesuai dan sudah terlatih pada saat melakukan proses pelumasan;
8. Pastikan semua peralatan proteksi dapat berfungsi dan dapat pula bekerja pada saat
pull cord diaktifkan.
N. Gearbox
1. Pastikan peralatan sudah dalam kondisi lock out/tag out apabila akan dilakukan
perbaikan (maintenance);
2. Berhati-hati apabila melakukan penggantian flexible shaft couplings pada peralatan,
terutama pada mesin-mesin bertenaga besar seperti turbin uap atau reactor feed pump.
Berkonsultasi dengan pabrikan apabila diperlukan;
3. Menggunakan ulang coupling yang sudah usang atau rusak tidak hanya menyebabkan
masalah baru, kerusakan peralatan, potensi kerusakan yang lebih besar atau kematian;
4. Pastikan peralatan hidrolik dalam kondisi baik untuk mencegah bahaya tekanan lebih
pada selang hidrolik yang dapat menyebabkan cedera pada personel.
56
Pengelola Standardisasi: