002-3: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0014.P/DIR/2020
PT BPLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN T6.002-3: 2020
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) No. 0014.P/DIR/2020
PT PLN (PERSERO)
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
KOMISIONING GARDU INDUK
Bagian 3: Komisioning Gas Insulated Switchgear
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Susunan Kelompok Bidang Transmisi Standardisasi
dengan Keputusan
General Manager PT PLN(Persero) Pusat Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistrikan
(Research Institute)
No. 0008 .K/GM-PUSLITBANG/2019
Daftar Isi
Daftar Tabel
ii
SPLN T6.002-3: 2020
Prakata
Standar SPLN T6.002-3:2020 Komisioning Gas Insulated Switchgear adalah salah satu
bagian dari kelompok revisi dari SPLN 69-1 tahun 1986, SPLN 69-2 tahun 1987 dan SPLN
73 tahun 1987.
Dengan diterbitkannya SPLN T6.002-3, maka segala aturan yang terkait dengan
Komisioning Gas Insulated Switchgear dalam SPLN 69-1 tahun 1986, SPLN 69-2 tahun
1987 dan SPLN 73 tahun 1987 yang bertentangan dengan buku ini dinyatakan tidak berlaku
lagi.
iii
SPLN T6.002-3: 2020
iv
SPLN T6.002-3: 2020
1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi panduan umum tata cara pengelolaan komisioning pada Gas Insulated
Switchgear, gas insulated line, dan gardu induk hibrid, baik instalasi baru, instalasi
perluasan atau penggantian peralatan.
Standar ini juga berlaku untuk instalasi gardu induk bukan milik PLN yang akan terhubung
ke jaringan transmisi PLN
2. Tujuan
Standar ini memberikan pedoman yang terarah perihal tata cara pengelolaan yang seragam
dalam melakukan komisioning Gas Insulated Switchgear yang akan terhubung ke jaringan
transmisi PLN untuk mendeteksi kesalahan pada saat pemasangan instalasi peralatan,
memastikan kesiapan peralatan sebelum dioperasikan serta memeriksa integrasi insulasi
instalasi setelah pemasangan.
Standar ini juga sebagai acuan kepada Pengelola proyek dan Pengelola operasi dan
instalasi untuk memeriksa kepatutan atas pelaksanaan komisioning dalam memberikan
tegangan pertama kali (enerjais) kepada semua instalasi baru yang terhubung ke jaringan
transmisi PLN.
3. Acuan Normatif
Kecuali ditetapkan secara khusus pada standar ini, persyaratan yang terkait dengan
komisioning Gas Insulated Switchgear mengikuti ketentuan pada standar-standar di bawah
ini. Dalam hal terjadi revisi, persyaratan dapat mengikuti edisi terakhirnya.
a. IEC 62271-203-2011, High Voltage Switchgear and Controlgear Part 203: Gas
Insulated Metal-enclosed Switchgear for rated Voltage Above 52kV;
b. SNI 04-0225 tahun 2011, Peraturan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL);
c. ANSI/NETA ATS 2013, Standard for Acceptance Testing Specification for Electrical
Power Equipment and Systems;
d. ANSI/NETA ECS-2015, Standard for Electrical Commissioning Specifications for
Electrical Power Equipment and Systems;
e. IEC 60376 2018, Specification of technique grade sulphur hexafluoride (SF6) and
complementary gases to be used in its mixtures for use in electrical equipment
f. IEC 60270, High Voltage Test Technique – Partial Discharge Measurement;
g. SPLN D5: 014-2: 2010, Power Quality (Regulasi Harmonisa, Flicker dan
1
SPLN T6.002-3: 2020
Ketidakseimbangan Tegangan)
h. Undang-Undang No 1 tahun 1970, Keselamatan Kerja dan segala peraturan-peraturan
keselamatan kerja;
i. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012, tentang Penerapan manajemen SMK3;
j. Peraturan Pemerintah No 27 tahun 2012, tentang Lingkungan hidup terkait AMDAL,
UKL/UPL dan SPPL;
k. Peraturan Menteri LH No. 5 tahun 2014, tentang Pemeriksaan limbah cair (COD, BOD);
l. Peraturan Menteri LH No.48 tahun 1996, tentang baku tingkat kebisingan;
m. Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2012, tentang Kegiatan usaha penyediaan tenaga
listrik;
n. Peraturan Menteri ESDM No 03 tahun 2007, tentang Aturan jaringan sistem tenaga
listrik Jawa Madura Bali;
o. Peraturan Menteri ESDM No 37 tahun 2008, tentang Aturan jaringan sistem tenaga
listrik Sumatera;
p. Peraturan Menteri ESDM No 02 tahun 2015, tentang Aturan jaringan sistem tenaga
listrik Sulawesi;
q. Peraturan Menteri ESDM No 18 tahun 2016, tentang Aturan jaringan sistem tenaga
listrik Kalimantan;
r. Peraturan Menteri ESDM No No 10 tahun 2016, tentang Tata cara akreditasi dan
sertifikasi ketenagalistrikan;
s. Peraturan Menteri ESDM No 04 tahun 2009, tentang Aturan distribusi tenaga listrik.
t. Peraturan Menteri ESDM No 18 tahun 2015, tentang Ruang bebas dan jarak bebas
minimum pada SUTT, SUTET dan SUTTAS untuk penyaluran tenaga listrik
u. Peraturan Menteri ESDM No 2 tahun 2019, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
ESDM No 18 tahun 2015 tetang Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada SUTT,
SUTET dan SUTTAS untuk penyaluran tenaga listrik
v. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.73/MENLHK/SETJEN
/KUM.1/12/2017, tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan Inventarisasi
Gas Rumah Kaca Nasional.
2
SPLN T6.002-3: 2020
Serandang dengan tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi seluruhnya menggunakan
insulasi udara
Peralatan gardu induk tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi yang terdiri dari
gabungan instalasi GIS dan instalasi AIS.
4.5 Komisioning
Surat pernyataan dari Pengelola komisioning berdasarkan laporan komisioning yang dibuat
oleh tim supervisi komisioning yang menyatakan bahwa instalasi gardu induk tersebut telah
memenuhi persyaratan, tidak ada major pending dan siap untuk diberi tegangan dalam
rangka percobaan pemberian tegangan.
Pengelola yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek. Dalam hal proyek bukan
terima-jadi (non turn-key), juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan komisioning.
3
SPLN T6.002-3: 2020
Pengelola yang bertanggung jawab terhadap operasi individu peralatan dan pemeliharaan
instalasi sistem tenaga listrik.
Tim yang dibentuk oleh Pengelola komisioning dalam melaksanakan supervisi komisioning
dan beranggotakan personil dari Pengelola komisioning dan Pengelola proyek.
Periode waktu setelah masa konstruksi selesai yang dinyatakan dalam BAPPK, sampai
dengan komisioning dinyatakan selesai dan laporan teknik komisioning diterbitkan.
Berita acara penyelesaian pekerjaan konstruksi dari Pengelola proyek yang menyatakan
bahwa lingkup peralatan telah terpasang berdasarkan desain enjiniring yang telah disetujui
oleh PLN (misalkan sesuai desain, peraturan, standar) dan siap untuk pelaksanaan
komisioning.
4
SPLN T6.002-3: 2020
Kegiatan pengujian terhadap beberapa peralatan individu yang tergabung dalam suatu
subsistem gardu induk untuk memastikan subsistem berfungsi dengan baik sesuai desain
dan standar yang berlaku.
Kegiatan pengujian terhadap sistem instalasi bay dalam gardu induk untuk membuktikan
bahwa seluruh subsistem yang tergabung dalam sistem tersebut dapat berfungsi sesuai
desain dan standar yang berlaku, khususnya nilai-nilai yang digaransikan.
Pemberian tegangan pertama kali terhadap instalasi pada gardu induk dalam rangka
pengujian. Jika terjadi kegagalan selama pengujian enerjais, maka harus dilakukan
perbaikan segera dan pengujian enerjais diulang kembali.
Pemberian tegangan terhadap instalasi pada gardu induk selama satu jam kecuali bay
transformator selama 1 x 24 jam. Jika terjadi kegagalan selama pengujian tersebut, maka
harus dilakukan perbaikan segera dan pengujian diulang kembali.
Pengujian terhadap instalasi pada gardu induk yang dilakukan dalam keadaan berbeban
untuk pengujian/pemeriksaan stabilitas relai diferensial, arah kerja relai pengaman, arah
kerja meter pengukuran dan suhu peralatan primer. Besar arus minimum untuk pengujian
sesuai dengan kebutuhan akurasi peralatan yang diuji.
Pengujian sinkronisasi sistem yang dilakukan pada kondisi kedua sisi bertegangan (live line
- live bus) di gardu induk yang diuji.
5
SPLN T6.002-3: 2020
Pengujian operasi instalasi sesuai lingkup uji pada kondisi lingkungan normal di bawah
kendali Pengelola operasi dan instalasi pada arus beban sekurang-kurangnya 10% arus
nominal terendah peralatan dan tegangan pengenal sistem yang dilakukan selama 14
(empat belas) hari kalender secara terus-menerus.
CATATAN:
Selama dua kali periode minimum 7 hari pada kondisi instalasi beban listrik beroperasi dengan beban
dan siklus normal sesuai SPLN D5: 004-1: 2012
Pengukuran untuk mengetahui dan membuktikan bahwa medan magnet, medan listrik,
kebisingan dan limbah yang menimbulkan dampak lingkungan telah memenuhi peraturan,
standar, dan persyaratan garansi kontrak.
Gambar mimic dari sebuah bay di serandang yang dilengkapi dengan saklar discrepancy
yang mengkontrol dan menunjukkan posisi pemutus tenaga (PMT) dan status posisi
pemisah (PMS).
6
SPLN T6.002-3: 2020
5. Persiapan Komisioning
1. Nama proyek;
2. Bagan kutub tunggal;
3. Spesifikasi teknik peralatan terpasang sesuai standar yang berlaku di PLN;
4. Technical particular guarantee (TPG) yang termasuk dalam lingkup dokumen kontrak
dan atau approval perubahan;
5. Dokumen yang disetujui oleh enjiner PLN meliputi redmark schematic diagram, layout
peralatan yang mencakup jarak bebas dan jarak aman, sistem pembumian, desain
kontrol dan interlock, berita acara kalibrasi dan setelan meter kWh transaksi serta
dokumen lain yang dibutuhkan;
6. Perhitungan setelan relai pengaman (calculation note) dan enable/disable fungsi relai
yang disetujui oleh Pengelola operasi dan instalasi;
7. Rekaman uji pabrik terhadap material yang dilakukan uji rutin dan atau uji serah terima;
8. Pengelolaan SF6 meliputi pelaporan jumlah tabung/volume SF6 yang diterima,
digunakan, sisa disimpan dan rusak/hilang.
Ketua tim pelaksana komisioning yang melakukan pengujian komisioning GIS terhadap
mata uji yang diatur khusus dalam standar ini harus memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya.
Pada pekerjaan pembangunan GIS yang melibatkan dua kontraktor EPC (engineering,
procurement and construction) atau lebih, maka pekerjaan komisioning GIS dilaksanakan
setelah semua kontraktor EPC dan Pengelola konstruksi atau Pengelola proyek
menyatakan siap dalam BAPPK dan telah disetujui Pengelola instalasi eksisting.
6. Pemeriksaan Pendahuluan
7
SPLN T6.002-3: 2020
7. Pengujian Individu
Pengujian individu harus sudah dilakukan sebelum kegiatan supervisi komisioning dimulai.
Pengujian individu peralatan primer yang dilakukan harus mengacu pada SPLN T6.002-2-
1 dengan pengecualian ketentuan pengujian yang diatur khusus dalam standar ini,
sedangkan pengujian individu peralatan sekunder mengacu pada SPLN T6.002-2-2. Pada
pengujian individu peralatan GIS, satu hasil pengukuran bisa merepresentasikan banyak
nilai pengukuran peralatan yang terhubung.
8
SPLN T6.002-3: 2020
9
SPLN T6.002-3: 2020
2.2 Pemeriksaan tanda dan rambu Gambar desain Sesuai gambar desain
10
SPLN T6.002-3: 2020
11
SPLN T6.002-3: 2020
12
SPLN T6.002-3: 2020
8. Pengujian Subsistem
13
SPLN T6.002-3: 2020
14
SPLN T6.002-3: 2020
15
SPLN T6.002-3: 2020
Pengujian sistem kontrol dan interlock menyesuaikan desain dari sistem kontrol dan
interlock pada GIS tersebut.
BCM Panel
No Pengoperasian local LCP/LCC(3) BCU HMI(4)
(jika ada) Proteksi
1 PMS Tanah v v n/a n/a n/a n/a
2 PMS v v v v n/a v
(1) (2)
3 PMT v v v v n/a v
4 PMS Rel/Pengapit v v v v n/a v
5 OLTC v n/a v v n/a v
CATATAN:
1. Untuk bay line pengujian trip termasuk uji fungsi seluruh fasilitas autoreclose.
2. Apabila instalasi SOGI tidak dilengkapi dengan BCM dan LCP maka disarankan tersedia
fasilitas minimum emergency CB trip/mushroom switch.
3. Local Control Panel (LCP) atau Local Control Cabinet (LCC) adalah sejenis marshalling kiosk
yang dilengkapi fasilitas control dan atau pengukuran dan atau alarm.
4. Jika kelengkapan pengoperasian BCU dan HMI belum terpenuhi, maka berdasarkan
kesepakatan pengujian dapat dilakukan sampai pada BCM.
9. Pengujian Sistem
Sebelum pelaksanaan uji enerjais, harus dilakukan persiapan dan pemeriksaan terhadap
instalasi, baik peralatan utama maupun peralatan pendukung, yang mencakup antara lain
sebagai berikut:
16
SPLN T6.002-3: 2020
Sebelum dilakukan proses enerjais, instalasi bay harus dalam kondisi aman untuk diberi
tegangan dan sudah siap untuk sinkron. Proses enerjais menjadi tanggung jawab
Pengelola proyek untuk memintakan ijin ke Pengelola operasi berdasarkan rekomendasi
laik bertegangan dari Pengelola komisioning. Pelaksanaan uji enerjais mengikuti SOP yang
diterbitkan oleh Pengelola operasi dan instalasi.
Dalam kondisi instalasi bertegangan tanpa beban, dilakukan pemeriksaan dan pemantauan
sesuai Tabel 6.
Pengujian dianggap berhasil jika selama pengujian tidak trip, dan atau tidak timbul alarm
dari instalasinya. Apabila ditemukan ketidaksesuaian dengan indikasi alarm atau trip karena
gangguan internal gardu induk maka perbaikan harus dilakukan.
Khusus pada panel hubung bagi tegangan menengah (PHB TM) pengujian dilakukan
selama 1 jam setelah pengujian bay transformator selesai dilakukan.
Pada kondisi berbeban dengan besar arus minimum sesuai dengan kebutuhan akurasi
kelas CT, stabilisasi, serta polaritas pada instalasi yang diuji, dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
17
SPLN T6.002-3: 2020
19
SPLN T6.002-3: 2020
Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan hasil pembacaan arus, tegangan, daya aktif dan
daya reaktif, baik pada meter indikasi, meter transaksi, dan pengukuran pada relai
pengaman sebanding dan sesuai dengan besar input/injeksi yang diberikan. Sedangkan
untuk memastikan arah meter pengukuran sudah benar dilakukan dengan membandingkan
sudut fasor tegangan-arus yang ditunjukkan panel meter daya aktif dan daya reaktif pada
bay yang sedang diuji dengan bay yang lain
Untuk memastikan zona pengaman sesuai rancangan, perlu dilakukan pengujian stabilitas
pengaman diferensial pada bay penghantar, bay transformator, dan diameter yang
mencakup pengaman diferensial penghantar, pengaman diferensial kabel, pengaman
diferensial transformator, pengaman restricted earth fault (REF), pengaman diferensial
busbar (buspro), dan circulating current protection (CCP).
Pada jenis relai dengan teknologi lama, maka harus dilakukan pembebasan rangkaian trip
keluaran relai sebelum melakukan pemeriksaan stabilitas pengaman diferensial.
20
SPLN T6.002-3: 2020
Apabila terdapat ketidaksesuaian nilai perbandingan antara arus diferensial dengan arus
yang dikirim maka perlu dilakukan perbaikan dan pengujian ulang.
Pemeriksaan arah pengaman pada bay penghantar, Incoming feeder dan PHB Express
feeder. Relai pengaman yang diperiksa mencakup pengaman relai jarak dan atau
pengaman arus-lebih-berarah, untuk memastikan arah pengaman sesuai rancangan.
Pada jenis relai dengan teknologi lama, maka harus dilakukan pembebasan rangkaian trip
keluaran relai sebelum melakukan pemeriksaan pengaman berarah.
Apabila terdapat ketidaksesuaian nilai perbandingan antara arus dan tegangan dengan
daya yang dikirim maka perlu dilakukan perbaikan dan pengujian ulang.
Pengujian sinkron dilakukan pada bay penghantar, bay transformator, dan bay kopel di
mana kondisi LL-LB memungkinkan untuk dipenuhi dan disetujui oleh Pengelola operasi
dan instalasi.
Pengujian kontrol close PMT menggunakan relai sinkron sebagai penentu keputusan close.
1. Apabila bukan karena kondisi sistem, dilakukan perbaikan pada sistem sinkron dan
dilakukan pengujian ulang
2. Apabila karena kondisi sistem, maka harus dibuatkan berita acara yang dilengkapi
evaluasi terhadap hasil pengujian.
Pengujian kontrol close PMT menggunakan synchro column sebagai alat bantu pengambil
keputusan kontrol close yang akan dilakukan oleh operator.
1. Apabila bukan karena kondisi sistem, dilakukan perbaikan pada sistem kontrol sinkron
manual dan dilakukan pengujian ulang
2. Apabila karena kondisi sistem, maka harus dibuatkan berita acara yang dilengkapi
evaluasi terhadap hasil pengujian.
21
SPLN T6.002-3: 2020
Pengujian keandalan dilakukan dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak
diberi beban tanpa terjadi alarm dan/atau trip karena gangguan internal gardu induk.
Jika terjadi gangguan internal selama pengujian dan untuk perbaikannya dibutuhkan
pemadaman bay, maka pengujian keandalan diulang dari hari pertama.
Jika dalam masa pengujian keandalan terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik di luar
gardu induk, dan menyebabkan pengaman tidak selektif atau kontrol memerintahkan mal-
kerja trip, maka harus dilakukan evaluasi dan ditindaklanjuti dengan perbaikan.
1. Tidak bisa menyediakan arus beban pada sekurang-kurangnya 10% dari arus nominal
terendah peralatan, maka pengujian dilakukan pada nilai arus yang sudah disepakati
oleh semua pihak.
2. Tidak bisa menyediakan beban selama 14 (empat belas) hari kalender sejak uji enerjais
maka harus dibuat berita acara bahwa pengujian keandalan belum dilakukan.
Kontraktor EPC wajib memberikan data penggunaan SF6 dengan dokumen resmi dan
tercatat. Kontraktor wajib mencatat jumlah SF6 yang disuplai, yang digunakan dan yang
tersisa dalam tabung.
Data tersebut digunakan sebagai data untuk pelaporan ke Pengelola Lingkungan Hidup.
22
Pengelola Standardisasi: