008-2: 2021
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0328.K/DIR/2021
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN T5.008-2: 2021
Lampiran Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (Persero) No. 0328.K/DIR/2021
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
DESAIN PONDASI TOWER RANGKA BAJA UNTUK
SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI DAN SALURAN
UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI BERDASARKAN
HASIL UJI PENETRASI SONDIR
Bagian 2: Desain Pondasi dengan Sistem Kalendering
Sondir
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl. Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
Kelompok Bidang Standardisasi Transmisi
Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No. 0164.K/DIR/2021
Daftar Isi
i
SPLN T5.008-2: 2021
Daftar Tabel
Daftar Gambar
ii
SPLN T5.008-2: 2021
Prakata
SPLN T5.008-2 disusun sebagai pedoman dan acuan dalam perancangan pondasi tower
transmisi dengan menggunakan sistem kalendering dari hasil uji sondir berdasarkan kriteria
desain dan metoda perancangan pondasi tower transmisi pada SPLN T5.008-1.
Grafik, gambar dimensi dan Bill of Quantity pada lampiran dalam standar ini mengacu hasil
perhitungan pada Buku Standardisasi Pondasi Kelas 6 dengan Sistem Kalendering Data
Sondir untuk Tower Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV (PLN Pusenlis, 2018) dan Buku
Standardisasi Pondasi Dangkal dengan Sistem Kalendering Data Sondir untuk Tower
Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV (PLN Pusenlis, 2018).
Dengan ditetapkannya SPLN T5.008-2 ini, maka semua pemilihan desain pondasi tower
transmisi hasil sondir dari desain tower dan konduktor yang telah dibakukan harus
mengikuti standar ini.
iii
SPLN T5.008-2: 2021
1 Ruang Lingkup
Standar ini dimaksudkan untuk memilih desain pondasi tower rangka baja berdasarkan data
besaran reaksi tower yang didapatkan dari desain tower dan konduktor yang telah
dibakukan serta menggunakan data sondir.
Varian desain pondasi terdiri dari beberapa alternatif desain, antara lain:
Varian desain pondasi tersebut ditetapkan berdasarkan referensi data dimensi desain
pondasi tower transmisi yang sudah ada sampai penyusunan SPLN ini dan penambahan
desain baru untuk mengakomodir kemungkinan berbagai parameter sondir di lapangan.
Beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:
a. Desain pondasi hanya untuk kelas 1, 2, 3, 4A, 6 dan 7 dengan parameter yang telah
ditentukan;
b. Tanah merupakan kontinum yang bersifat homogen dan bukan material organik;
c. Berat satuan dan sudut frustum dari tanah ditentukan di awal berdasarkan acuan
spesifikasi teknik pondasi PLN, sedangkan parameter kuat geser seperti sudut geser
dalam, nilai kohesi serta parameter deformasi didapatkan dari korelasi terhadap hasil
sondir;
d. Tidak ada perbedaan elevasi ke empat kaki tower;
e. Permukaan tanah tidak tergenang air;
f. Tidak memperhitungkan adanya potensi penurunan muka air tanah;
g. Uji sondir dilakukan tepat pada lokasi rencana pondasi;
h. Untuk perencanaan pondasi dalam, tidak ada potensi negative skin friction pada lokasi
yang akan dibangun;
i. Pada lokasi tanah berpasir, harus dipastikan tidak ada potensi likuifaksi;
j. Tanah diasumsikan pada kondisi normally consolidated (NC, OCR = 1) untuk
menghindari terjadinya konsolidasi yang berlebihan atau pengembangan (swelling);
k. Tanah harus terhindar dari potensi ekspansif.
4
SPLN T5.008-2: 2021
Apabila terdapat salah satu atau beberapa alasan disebutkan di bawah ini, seperti:
a. Terdapat kesulitan dalam melakukan interpretasi terhadap data uji sondir seperti pada
lapisan tanah yang mengandung kerikil atau belum/tidak ada metoda interpretasi;
b. Tahanan konus total sangat rendah dengan qc ≤ 2 kg/cm2;
c. Tanah dengan sensitivitas/kerentanan tinggi/tanah monmorilonite atau tanah gambut;
d. Data tanah yang diperlukan di luar kemampuan alat uji;
e. Pondasi berupa lapisan batuan.
Maka perancangan pondasi dengan menggunakan data uji sondir tidak dapat dilakukan
dengan standar ini kecuali disertai dengan data uji dari metoda penyelidikan tanah/batuan
lainnya.
2 Tujuan
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan pada
dokumen tersebut, maka ketentuan dapat mengikuti edisi terakhir.
a. ASTM D 1143M-07 (2013), Standard Test Methods for Deep Foundations Under Static
Axial Compressive Load, 2013;
b. ASTM D 3689M-07 (2013) e1, Standard Test Methods for Deep Foundations Under
Static Axial Tensile Load, 2013;
c. ASTM D 3966M-07 (2013) e1, Standard Test Methods for Deep Foundations Under
Lateral Load, 2013;
d. ASTM D 3441-98, Standard Test Methods for Mechanical Cone Penetration Tests of
Soils, 1999;
e. G, Sanglerat, The Penetrometer and Soil Exploration, Elsevier Publishing Company,
Amsterdam, London, New York, 1972;
f. NAVFAC DM-7, Design Manual Soil Mechanics, Foundations, and Earth Structures,
Department of The Navy Naval Facilities Engineering Command, 200 Stovall Street,
Alexandria, VA. 22332, 1971;
g. J, M, Duncan, A., L., Buchignani, Geotechnical Engineering An Engineering Manual for
Settlement Studies, Department of Civil Engineering, University of California, Berkeley,
1976;
h. IEEE ISBN 0471-01076-8, IEEE Trial-Use Guide for Transmission Structure Foundation
Design – Draft American National Standard, The Institute of Electrical and Electronics
Engineers, Inc. – Wiley-Interscience of John Wiley & Sons, Inc, 1986;
5
SPLN T5.008-2: 2021
i. EPRI EL-6800, Manual on Estimating Soil Properties for Foundation Design, Final
Report, Electric Power Research Institute, 1990;
j. EPRI EL-2870, Transmission Line Structures Foundation for Uplift Compression
Loading, Final Report, Electric Power Research Institute, 1983;
k. P, K, Robertson, K, L, Cabal (Robertson), Guide to Cone Penetration Testing for
Geotechnical Engineering, Gregg Drilling & Testing Inc., 5th edition, 2012;
l. B, H, Fellenius, A, Eslami, Soil Profile Interpreted from CPTu Data, Year 2000
Geotechnics, Geotechnical Engineering Conference, Asian Institute of Technology,
Bangkok, Thailand, November 27 - 30, 2000, 18p;
m. D, L, Presti, C, Meisina, Use of Cone Penetration Tests for Soil Profiling and Design of
Shallow and Deep Foundations, CPT Handbook, Pagani Geotechnical Equipment;
n. Anon., 2004. Simplified Description of the Use and Design Methods for CPTs in Ground
Engineering. s.l.:Fugro Engineering Services Ltd;
o. Aoki, N., and de Alencar, D., 1975. An Approximate Method to Estimate the Bearing
Capacity of Piles. Proceedings, the 5th Pan-American Conference of Soil Mechanics
and Foundation Engineering, Buenos Aires, Vol. 1, pp. 367 – 376;
p. Becker, D. et al., 2006. Canadian Foundation Engineering Manual. 4th ed. s.l.:
Canadian Geotechnical Society;
q. Bowles, J. E., 1996. Foundation analysis and design. 5th ed. s.l.: Mc Graw Hill Book
Company;
r. Broms, B., 1964. The Lateral Resistance of Piles in Cohesionless Soils., Journal of the
Soil Mechanics Division, American Society of Civil Engineers, Vol. 90, No. SM3, pp. 123
– 56;
s. Broms, B., 1964. The Lateral Resistance of Piles in Cohesive Soils., Journal of the Soil
Mechanics Division, American Society of Civil Engineers, Vol. 90, No. SM2, pp. 27 – 63;
t. Bustamante, M., and L. Gianeeselli, 1982. Pile Bearing Capacity Prediction by Means
of Static Penetrometer CPT. Proceeding of the 2nd European Symposium on
Penetration Testing, ESOPT-II, Amsterdam, Vol. 2, pp. 493 – 500;
u. Christian, J.T., and Carrier, W.D., 1978. Janbu, Bjerrum and Kjaernsli’s Charts
Reinterpreted. Canadian Geotechnical Journal, Vol.15, pp. 123 - 8.
v. Coduto, D. P., 1996. Foundation Design. s.l.: Prentice Hall, Inc.;
w. Craig, R. F., 2004. Soil Mechanics,. 7th ed. s.l.:s.n;
x. De Beer, E.E., 1965. Bearing Capacity and Settlement of Shallow Foundation on Sand.
Proceeding of the Bearing Capacity of Foundation Symposium, Duke University,
Durham, NC, pp. 15 -34;
y. De Ruiter, J., and F.L. Beringen, 1979. Pile Foundations for Large North Sea Structures.
Marine Geotechnology, Vol. 3, No. 3, pp. 267 – 314;
z. Kulhawy, F. H. & Mayne, P. W., 1990. Manual on estimating soil properties for
foundation design, s.l.: Electric Power Research Inst., Palo Alto, CA (USA); Cornell
Univ., Ithaca, NY (USA). Geotechnical Engineering Group;
6
SPLN T5.008-2: 2021
aa. Meyerhof, G.G., 1965. Shallow Foundation. Journal of the Soil Mechanics Division,
American Society of Civil Engineers, Vol. 91, No. SM2, pp. 21 – 31;
bb. Philipponnat, G., 1980. Methode Pratique d’eun Pieu Isole a l’aide u Penetrometre
Statique. Revue Francaise de Geotechnique, 10, pp. 55 – 64;
cc. Poulos, H. G. & Davis, E. H., 1980. Pile Foundation, Analysis and Design. s.l.: Rainbow-
Bridge Book Co.;
dd. Price, G., and Wardle I.F., A Comparison Between Cone Penetration Test Results and
the Performance of Small Diameter Instrumented Piles in Stiff Clay. Proceedings, the
2nd European Symposium on Penetration Testing, ESOPT-II, Amsterdam, Vol. 2, pp.
775 – 780;
ee. Robertson, P. K., 2009. Interpretation of cone penetration test - a unified appoach.
Canadian Geotechnical Journal, 46(11), p. Louisiana Transportation Research Center;
ff. Robertson, P.K., and Cabal, K.L., 2015. Guide to Cone Penetration Testing for
Geotechnical Engineering, 6th Edition, Gregg Drilling, Canada;
gg. Robertson, P.K., and Campanella, R.G., 1983. Interpretation of Cone Penetration Tests.
Canadian Geotechnical Journal, Part I (sand), pp. 718 - 733, Part II (clay), pp. 734 –
745;
hh. Schmertmann, J. H., 1978. Guidelines for Cone Penetration Test, Performance and
Design, Washington, D.C.: U.S. Department of Transportation, Federal Highway
Administration;
ii. Terzaghi, K., Peck, R.B., Mesri, G., 1983. Soil Mechanics in Engineering Practice, 3rd
Edition, John Wiley & Sons, Inc;
jj. Titi, H. H. & Abu-Farsakh, M. Y., 1999. Evaluation of Bearing Capacity of Piles from
Cone Penetration Test Data, s.l.: Louisiana Transportation Research Center.(BELUM);
kk. Tomlinson, M.J., 1997. Pile Design and Construction Practice., Fourth Edition, E & F
Son;
ll. Wesley, L. D., 2010. Fundamentals of Soil Mechanics for Sedimentary and Residual
Soils, s.l.: John Wiley and Sons;
mm. IEEE 691 2001 Guide for Transmission Structure Foundation Desaign and Testing;
nn. SNI 2827 2008, Cara Penetrasi Lapangan dengan Alat Sondir;
oo. SNI 8460 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik;
pp. Wesley, L.D., 1977. Mekanika Tanah, Badan Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia,
1977, Cetakan VI;
qq. P, P, Rahardjo, Manual Pondasi Tiang, Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas
Katolik Parahyangan, ISBN 979-95267-0-1.
7
SPLN T5.008-2: 2021
Metode pemilihan desain pondasi tower berdasarkan database dan katalog dimensi
pondasi terhadap parameter tanah dari hasil uji sondir dalam bentuk grafik yang dapat
dipakai sebagai panduan untuk memilih jenis pondasi pada tower transmisi yang telah
dibakukan.
Struktur rangka bermaterial baja siku bergalvanis untuk menyangga Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Tower transmisi dengan jumlah sirkit dan jenis konduktor yang desainnya sudah dibakukan,
seperti pada tabel Tabel 1:
• Pondasi
Bangunan struktur bawah yang berfungsi menyalurkan beban tower ke dalam lapisan tanah
di sekitarnya.
• Pondasi dangkal
Pondasi yang memiliki kedalaman tidak lebih dari lebar pondasi mencakup pondasi kelas
1, 2, 3, 4A, 5, dan 7.
• Pondasi dalam
Pondasi yang memiliki kedalaman lebih dari lebar pondasi serta menggunakan tiang
penyangga dengan jenis tiang bor (bored pile) yang digolongkan ke dalam pondasi
kelas 6.
8
SPLN T5.008-2: 2021
Pondasi dangkal yang terdiri dari bagian pelat (telapak/pad) dan bagian kolom (chimney)
pada setiap kaki tower secara terpisah satu sama lain dengan material berupa beton
bertulang yang mencakup pondasi kelas 1, 2, 3, 4A, dan 7.
Pondasi dalam berupa tiang beton bertulang yang pemasangannya dilakukan dengan cara
pengeboran tanah terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pengecoran tiang beton bertulang.
• Stabilitas pondasi
Kemampuan pondasi dalam memikul beban aksial tekan, aksial tarik, lateral dan momen
guling tanpa mengalami keruntuhan dan tidak menimbulkan deformasi atau penurunan
tanah yang berlebihan.
Kemampunan tanah/pondasi untuk menahan beban aksial tekan, aksial tarik, lateral, dan
momen guling yang dinyatakan dalam satuan tekanan atau tegangan tanpa mengalami
keruntuhan atau penurunan yang berlebihan.
Kemampuan pondasi dalam memikul beban sampai terjadi keruntuhan geser tanah secara
menyeluruh (general shear failure).
Kemampuan pondasi dalam memikul beban tanpa mengalami keruntuhan tanah yang
besarnya adalah daya dukung ultimit dibagi dengan faktor keamanan.
9
SPLN T5.008-2: 2021
• Penurunan tanah
Deformasi vertikal lapisan tanah dasar pondasi akibat beban yang terdiri dari penurunan
seketika (immediate settlement), penurunan primer (primary settlement) dan penurunan
sekunder/rangkak (secondary settlement/creep).
• Penurunan seketika
Deformasi vertikal lapisan tanah dasar pondasi oleh beban yang diakibatkan sifat elastisitas
tanah.
• Gesekan (friction)
Besarnya nilai perlawanan geser (fs) tanah terhadap pondasi tiang yang dinyatakan dalam
kg/cm2.
• Tanah kohesif
Material tanah berbutir halus yang mempunyai gaya tarik menarik antar butir tanah (kohesi)
dan terdiri atas lanau atau lempung.
Material tanah berbutir kasar dengan ukuran butiran terlihat yang tidak mempunyai kohesi
atau adhesi antar butiran pasir, sebagai contoh tanah pasir.
Sudut antara sumbu vertikal terhadap garis pada bidang keruntuhan tanah akibat beban
tarik/uplift yang dapat berupa prisma atau kerucut terpancung.
• Beton
Campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan
air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture).
Beban yang bekerja tegak lurus dengan bidang pondasi yang terdiri dari tekan dan tarik.
10
SPLN T5.008-2: 2021
Beban yang diakibatkan oleh eksentrisitas beban vertikal dan beban lateral terhadap titik
berat dasar pondasi.
Perancangan pondasi harus memenuhi kriteria desain antara lain pondasi harus stabil, kuat
dan tidak mengalami penurunan yang berlebih, yaitu:
a. Stabilitas dan kekuatan pondasi terdiri atas daya dukung pondasi dalam memikul
beban aksial tekan, tarik, lateral dan guling;
b. Penurunan pondasi harus dibatasi agar tidak menimbulkan kerusakan pada struktur
atas serta tidak mengganggu estetika atau kenyamanan lingkungan sekitarnya.
Konsep dasar metode kalendering sondir ini adalah mencari kombinasi nilai-nilai minimum
dari parameter hasil sondir yang diperlukan untuk memilih salah satu desain pondasi tower
standar dari beberapa varian desain pondasi yang telah ditetapkan sebelumnya agar dapat
memenuhi kriteria desain pondasi. Metode perhitungan yang digunakan adalah direct
method berdasarkan hasil uji sondir (CPT) di lapangan. Korelasi-korelasi nilai parameter
hasil uji sondir untuk merepresentasikan kekuatan dan deformasi tanah yang digunakan
dalam perhitungan desain berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan serta
parameter desain yang digunakan di lingkungan PLN secara praktek selama ini. Parameter
desain praktis tersebut, yaitu:
a. Daya dukung pondasi;
b. Kelas pondasi dan berat satuan tanah;
c. Berat satuan beton;
d. Sudut frustum.
Kriteria desain pondasi yang diterapkan dalam standardisasi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk pondasi dangkal
1. Stabilitas terhadap gaya tekan, yaitu perbandingan kapasitas daya dukung izin
pondasi dengan gaya tekan dari reaksi tower ≥ 1,0 dan tidak terjadi tekanan tanah
tarik;
11
SPLN T5.008-2: 2021
2. Stabilitas terhadap gaya tarik (uplift), yaitu perbandingan kapasitas tahanan tarik
pondasi terhadap gaya tarik dari reaksi tower ≥ 1,5 dan tidak terjadi tekanan tanah
tarik;
3. Stabilitas terhadap gaya geser (gaya lateral), yaitu perbandingan kapasitas tahanan
izin lateral terhadap gaya horizontal dari reaksi tower ≥ 1,5;
4. Stabilitas terhadap guling untuk pondasi, yaitu perbandingan momen tahanan guling
terhadap momen guling yang terjadi akibat eksentrisitas gaya-gaya ≥ 2,0.
b. Untuk pondasi dalam (bor pile/tiang pancang);
1. tahanan ujung tiang :3
2. tahanan gesek tiang :5
c. Prediksi penurunan, dibandingkan dengan batas penurunan yang diperbolehkan yaitu
nilai terkecil dari penurunan total = 0,1 x diameter tiang atau perbedaan penurunan =
1/150 x jarak antara kaki tower untuk pondasi dalam sedangkan untuk pondasi dangkal
penurunan total = 5 cm atau perbedaan penurunan = 1/150 x jarak antara kaki tower.
d. Untuk pondasi dalam, perlu juga diperhitungkan defleksi lateral maksimum yang dapat
terjadi pada tiang pondasi dengan batasan sebesar 1/300 x panjang tiang.
6 Kelas Pondasi
Dalam menentukan kelas pondasi dan jenis tanah (kohesif dan non-kohesif) berdasarkan
hasil pengujian sondir menggunakan grafik Schmertmann (1978) sesuai Gambar 1.
Dari pengambilan data tanah menggunakan sondir, didapat data-data sebagai berikut:
a. Cone End Resistance (tahanan ujung konus) = qc (kg/cm2)
b. Local Side Friction (hambatan pelekat) = Lsf (kg/cm2)
c. Friction Ratio = fr (%)
Berdasarkan nilai qc dan fr pada grafik Schmertmann dapat ditentukan asumsi jenis tanah
apakah termasuk tanah kohesif, non-kohesif atau diantaranya. Untuk penentuan kelas
pondasi berdasarkan nilai daya dukung izin (qa) dapat digunakan persamaan berikut:
𝑞𝑐
𝑞𝑎 = …………………………………………………………………………………………………….(1)
𝐹
dimana:
qa = Daya dukung izin (kg/cm2)
qc = Perlawanan ujung konus (kg/cm2), qc diambil nilai rata-rata nilai sondir mulai
dari 0,6 m di atas tapak pondasi hingga 1,0 m di bawah tapak pondasi
F = Faktor pembagi, nilainya 20 sampai 40 ditentukan berdasarkan jenis
tanahnya.
Faktor pembagi (F) menurut jenis tanah adalah sebagai berikut (lihat Gambar 1):
1. Tanah Kohesif menggunakan faktor pembagi 20;
2. Tanah peralihan Kohesif ke Non-Kohesif menggunakan faktor pembagi 30;
3. Tanah Non-Kohesif menggunakan faktor pembagi 40.
12
SPLN T5.008-2: 2021
Pembagian kelas pondasi dibagi dalam kelas 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B, 4A, 6, dan 7, di mana
untuk masing-masing kelas memiliki parameter yang dapat dilihat pada Tabel 2.
13
SPLN T5.008-2: 2021
Kelas Pondasi 1A 1B 2A 2B 3A 3B 4A 6 7
Kondisi
Kondisi
Batuan
Tanah Tanah Tanah Tanah
Jenis Tanah Tanah Lunak
Tanah Baik Tanah Baik Kondisi Kondisi Sangat Kondisi
Tanah/Batuan Sangat Baik Sangat Baik (Batuan
Normal Normal Buruk, Ada Normal
Non
Air Tanah
Homogen)
Sudut Frustum
20° 20° 15° 15° 10° 10° 30° 0° 0°
(ψ)
14
SPLN T5.008-2: 2021
7 Pondasi Dangkal
Pembebanan pada pondasi didasarkan pada besaran reaksi dari tower dan konduktor yang
telah dibakukan. Desain pondasi terdiri dari beberapa alternatif desain dengan variasi
kedalaman dan lebar sesuai kelas pondasi yang ditetapkan berdasarkan desain pondasi
eksisting dan desain baru untuk mengakomodir kemungkinan berbagai parameter sondir di
lapangan.
Berdasarkan beban, varian desain dan kriteria desain tersebut di atas maka disusun
hubungan antara nilai tahanan ujung dan kedalaman pondasi untuk setiap varian desain
pondasi yang kemudian dirangkum dalam bentuk standard template grafik perhitungan
pondasi dangkal.
Stabilitas pondasi
Kebutuhan kapasitas tarik ditentukan berdasarkan dari berat pondasi (Wf), berat dari tanah
yang terangkat di atas pondasi (Ws), dan beban tarik (Vu), serta faktor keamanan (SFu).
𝑆𝐹𝑢 𝑉𝑢 ≤ 𝑊𝑓+ 𝑊𝑠………………….…………………………………………..……………………………(2)
Di mana besaran Wf and Ws adalah merupakan fungsi dari D dan B, sehingga nilai B dapat
diambil berdasarkan varian dari nilai D.
Tekanan maksimum dan minimum dari tanah secara desain bentuk persegi (bujur sangkar)
adalah sebagai berikut:
𝑞𝑚𝑎𝑥 = 𝑉𝑐/(1+ 6 𝑒/𝐵) ≤𝑞𝑢𝑙𝑡 𝑜𝑟 𝑞𝑎𝑙𝑙 ………………………..……………………...………………………….(3)
𝑞𝑚𝑖𝑛 = 𝑉𝑐/(1− 6 𝑒/𝐵) ≥0……………………………………………………………..……………………...(4)
Di mana beban tekan Vc bergantung pada rentang dari nilai kedalaman pondasi (D) dan
lebar pondasi (B). Dengan nilai qult atau qall yang diketahui, dan dengan nilai rentang D,
lebar pondasi yang bersangkutan dapat diperoleh dan e adalah jarak dari permukaan tanah.
Nilai qc untuk nilai rentang D yang diketahui dapat dihitung pada rumus berikut:
atau
𝑞𝑐=0,5 𝑞𝑢𝑙𝑡 𝑁𝑘+𝜎𝑜𝑣……………………………………………………………………………………………(6)
Pada persamaan (5) dan (6), faktor keamanan dapat diambil sebesar 3, 𝜎𝑜𝑣 adalah tekanan
tanah di atas elevasi tanah dan nilai Nk dapat diambil berdasarkan pengalaman.
15
SPLN T5.008-2: 2021
Kondisi pembebanan tarik merupakan kondisi yang menentukan untuk stabilitas momen
guling.
𝑆𝐹𝑚 𝐷 𝐻𝑢 ≤ 1/2 𝐵 𝑉𝑡𝑢+1/6 ϒ𝑠 𝑏𝑐 𝐷3 𝐾𝑒………………............................................................................(7)
Di mana SFm adalah faktor keamanan untuk stabilitas momen guling dan ϒ𝑠 adalah berat
jenis tanah.
Secara umum, stabilitas gelincir ditentukan oleh beban tarik, di mana beban tekan vertikal
(Vtu) adalah minimum. Maka dari itu, tahanan gelincir terhadap beban lateral (Hu) diberikan
oleh friksi antara dasar pondasi dengan tanah, dan juga tahanan lateral dari tekanan tanah
pasif.
𝑆𝐹𝑠 𝐻𝑢 ≤𝑓 𝑉𝑡𝑢+0,5 ϒ𝑠 𝑏𝑐 𝐷2 𝐾𝑒……..………………….....………...........................................................(8)
Di mana bc adalah lebar dari pondasi chimney, dengan Ke adalah tekanan tanah efektif =
Kp – Ka, dan SFs adalah faktor keamanan untuk gelincir. Vtu merupakan fungsi dari B dan
D. Koefisien friksi (f) dan sudut geser dalam diambil dengan suatu nilai yang ditentukan
sebelumnya.
Diagram interaksi
Kondisi tekan murni dihitung berdasarkan kuat tekan nominal pada eksentrisitas nol.
Po = 0,85 f’c (Ag - Ast) + fy Ast...…………………………................................................................(9)
Kondisi tarik murni dihitung berdasarkan kekuatan dalam tarik murni dengan asumsi bahwa
penampang mengalami crack total, dan mengalami regangan setidaknya sama dengan
regangan leleh tarik.
Pnt = fy Ast…………………………………………………….…………………………………………...(10)
16
SPLN T5.008-2: 2021
Distribusi regangan akan dikatakan seimbang dan dibatasi oleh batasan regangan tekan.
Titik ini menandakan perubahan dari kegagalan tekan, berasal dari serat tekan hancur pada
penampang, hingga kegagalan tarik yang diawali oleh kelelehan pada tulangan
longitudinal. Titik ini juga menandakan mulainya zona transisi untuk ϕ (faktor reduksi) pada
kolom di mana ϕ meningkat dari 0,65 (atau 0,75 untuk kolom spiral) hingga 0,90.
Titik ini berkaitan dengan kondisi di mana kapasitas aksial nominal, Pn, adalah sama
dengan nol. Prosedur iteratif digunakan untuk menentukan kapasitas momen nominal.
Regangan εs adalah nol pada lapisan tarik baja yang paling besar. Kondisi ini
dipertimbangkan saat menghitung diagram interaksi karena titik ini menandakan perubahan
dari diperbolehkannya lap splices (sambungan lewatan) pada seluruh tulangan longitudinal,
hingga kebutuhan yang lebih ketat untuk lap splices tarik.
Titik ini berkaitan dengan batasan regangan tarik sebesar 0,005. Batasan ini merupakan
regangan pada batas tarik dari zona transisi untuk ϕ, di mana digunakan untuk menentukan
penampang yang dikontrol oleh tarik.
Desain dan analisis kolom beton bertulang dengan lentur biaksial merupakan hal yang sulit.
Hal ini dikarenakan perlu adanya prosedur penyesuaian untuk menentukan kemiringan dan
kedalaman dari garis normal yang memenuhi kondisi kesetimbangan.
Metode pendekatan untuk analisis dan desain biaksial lentur yang paling popular adalah
yang diungkapkan Bresler (1960). Metode yang diusulkan Bresler menyederhanakan
permasalahan lentur biaksial ke dalam Reciprocal Load Method dan Load Contour Method.
Bresler’s Reciprocal Load Method adalah persamaan yang diturunkan dari geometri bidang
persamaan. Prosedur ini dapat digunakan dengan akurat untuk desain jikalau 𝑃𝑛 ≥ 0,1 𝑃𝑜 .
1 1 1 1
= + − ….......................................................................................................... (11)
𝑃𝑛 𝑃𝑢𝑥 𝑃𝑢𝑦 𝑃0
17
SPLN T5.008-2: 2021
Dengan:
𝑃𝑛 : Beban lentur biaksial terfaktor
𝑃𝑛𝑥 : Beban terfaktor uniaksial load saat beban eksentrisitas 𝑒𝑦 dan 𝑒𝑥 = 0
𝑃𝑛𝑦 : Beban terfaktor uniaksial load saat beban eksentrisitas 𝑒𝑥 dan 𝑒𝑦 = 0
𝑃𝑛 : Beban aksial terfaktor 𝑒𝑥 = 𝑒𝑦 = 0
Bresler’s Load Contour Method adalah persamaan yang menggambarkan kurva kegagalan
permukaan pada nilai gaya aksial konstan. Bentuk umum kurva ini didekati dengan
persamaan interaksi tak berdimensi. Jikalau 𝑃𝑛 < 0,1 𝑃𝑜 , maka lebih akurat dengan
mengabaikan gaya aksial seluruhnya dan menghitung lentur biaksial saja.
Dengan:
𝑀𝑢𝑥 = 𝑃𝑢 𝑒𝑦 : Momen terfaktor pada sumbu x
𝑀𝑢𝑦 = 𝑃𝑢 𝑒𝑥 : Momen terfaktor pada sumbu y
𝑀𝑛𝑥 : Kekuatan momen uniaksial pada sumbu x
𝑀𝑛𝑦 : Kekuatan momen uniaksial pada sumbu y
Pada tanah non-kohesif, maka total penurunan tanah dapat diperhitungkan dengan
menggunakan penurunan segera berdasarkan Meyerhoff (1965) sebagai berikut:
St = Δp H / 2qc…………...................................................................................................................(13)
Dengan:
Δp = besar tekanan pada dasar pondasi akibat beban vertikal
H = tebal lapisan di bawah pondasi hingga 2B
qc = tahanan ujung konus
18
SPLN T5.008-2: 2021
Penurunan elastis (si) dapat dihitung dengan menggunakan teori elastisitas umum dan
faktor pengaruh berdasarkan Janbu (1963), Christian and Carrier (1978), dan Tomlinson
(1977), di mana:
Si = μ0 μ1 Δp H / 2qc….....................................................................................................................(14)
Dengan:
μ0 = 0,93-0,94 untuk D/B mendekati 1, seperti pada Gambar 2;
μ1 = 0,5 untuk H/B = 2, seperti pada Gambar 3.
19
SPLN T5.008-2: 2021
Dengan:
mv = koefisien perubahan volume = 1/α qc
α = 5, cukup konservatif (CPT Guide Fugro, 2004)
H = tebal lapisan di bawah pondasi hingga 2B
Varian desain pondasi untuk tower transmisi 150 kV, 275 kV dan 500 kV yang telah
dibakukan adalah beberapa atau seluruh konfigurasi desain seperti pada Tabel 3 yang
dapat memenuhi persyaratan kriteria desain pondasi.
Tahapan penyusunan pekerjaan standardisasi pondasi dangkal untuk tower transmisi yang
telah dibakukan dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir pada Gambar 4.
20
SPLN T5.008-2: 2021
MULAI
DESAIN CHIMNEY
YA
DESAIN GRAFIK
DAN/ATAU
TABEL DESAIN
(KATALOG)
SELESAI
Gambar 4. Diagram Alir Penyusunan Katalog Pondasi Dangkal dengan Kalendering Sondir.
21
SPLN T5.008-2: 2021
Langkah - langkah penggunaan katalog dalam menentukan jenis pondasi dangkal terdapat
pada Gambar 5.
MULAI
PENGUJIAN SONDIR
DATA
1. Parameter Sondir
2. Muka Air Tanah
3. Penentuan Jenis dan Kelas Tanah
Berdasarkan Grafik Schmertmann
(SBT: Soil Behavior Type)
dan kelas pondasi
TIDAK JIKA
1. qc (rata-rata) daya dukung > qc katalog
2. qc (rata-rata) penurunan > qc katalog
YA
1. Dimensi pondasi
2. BoQ dan Gambar
YA
DESAIN TERPILIH
SELESAI
22
SPLN T5.008-2: 2021
8 Pondasi Dalam
Pembebanan pada pondasi didasarkan pada besaran reaksi dari tower dan konduktor yang
telah dibakukan. Desain pondasi terdiri dari beberapa alternatif desain dengan variasi
konfigurasi jumlah, diameter dan kedalaman tiang yang ditetapkan berdasarkan desain
pondasi eksisting dan desain baru untuk mengakomodir kemungkinan berbagai parameter
sondir di lapangan.
Berdasarkan beban, varian desain dan kriteria desain tersebut di atas maka disusun
hubungan antara nilai tahanan ujung dan tahanan selimut tiang untuk setiap varian desain
pondasi yang kemudian dirangkum dalam bentuk standard template grafik perhitungan
pondasi dalam.
Stabilitas pondasi
Untuk pondasi dalam, perhitungan diawali dengan menentukan kapasitas tekan tiang
pondasi tunggal, menggunakan direct method dari Wesley (1988) yang digunakan oleh PLN
selama ini.
Dimana:
qc = nilai tahanan konus pada kedalaman ujung tiang pondasi (kg/cm2)
A = luas penampang tiang pondasi (cm2)
Ft = nilai jumlah hambatan pelekat dari hasil sondir pada kedalaman ujung tiang
pondasi (kg/cm)
K = keliling penampang tiang pondasi (cm)
Nilai kapasitas tekan tiang pondasi tunggal ini dibandingkan dengan gaya tekan terbesar
yang dapat diterima oleh tiang pondasi tunggal dalam sebuah konfigurasi kelompok tiang.
Sedangkan untuk kapasitas tarik diperhitungkan terhadap tahanan friksi tiang ((𝐹𝑡 𝐾)/5)
dan berat struktur tiang pondasi.
Mengacu pada Schmertmann (1978), nilai maksimum tahanan ujung sondir qc dibatasi
sebesar 15 MPa serta nilai maksimum hambatan pelekat sondir sebesar 0,12 MPa.
Untuk memperhitungkan pengaruh kelompok tiang terhadap daya dukung tekan dan tarik
pondasi digunakan faktor efisiensi sebagai berikut:
𝑎𝑟𝑐.tan(𝑑𝑝⁄𝑠) (𝑛−1)𝑚+(𝑚−1)𝑛
Eff = 1 − ( )……………………………………………...…….………………(17)
900 𝑚.𝑛
23
SPLN T5.008-2: 2021
Untuk pondasi dalam, kapasitas lateral dihitung menggunakan persamaan dari Broms
dengan terlebih dulu mengkategorikan kondisi tanah menjadi tanah kohesif atau non
kohesif serta kondisi tiang menjadi tiang pendek atau tiang panjang.
Klasifikasi tiang pendek dan tiang panjang dapat dilihat pada SPLN T5.008-1 butir 9.9.1.1.
𝐻𝑢 2(𝑒⁄𝑑 +1.5) 𝐿
{1 + √2[1 + 2} + 1.5 − = 0…………………………….………………………….....(18)
9 𝑆𝑢 𝑑 2 (𝐻𝑢⁄9 𝑆𝑢 𝑑 ) 𝑑
𝑁𝑘 𝐻𝑢2
𝑞𝑐 = 𝜎𝑜𝑣 − 2 …………………………..………………..……….……..……...…….…(19)
27 𝑑 𝐻𝑢−36 𝑑 𝑀𝑦
Nilai Su (kuat geser tak teralirkan/undrained) didapat dari korelasi dengan nilai qc sondir:
𝑞𝑐 − 𝜎𝑜𝑣
𝑆𝑢 = …………………………………..…………………………………..……..…………......(20)
𝑁𝑘
(𝑒 + 𝐿) 𝐻𝑢
𝐾𝑝 = ……………………………….…..…………………………………..…………………(21)
0,5 ϒ𝑠 𝑑 𝐿2
2 𝐻𝑢3
𝐾𝑝 = ………………………………………...…..…..…………………………………………(22)
ϒ𝑠 𝑑 𝑀𝑦 2
Nilai koefisien lateral pasif dan korelasi antara nilai sudut geser dalam dan qc sondir adalah:
1+sin 𝜙
𝐾𝑝 = …………………………………………...………………………………………………...(23)
1−sin 𝜙
𝑞𝑐
𝜙 = 𝑎𝑟𝑐 tan[0,1 + 0,38 log ( )] ……………………..………………..………....……………………...(24)
𝜎𝑜𝑣
Dimana:
qc = nilai tahanan konus pada kedalaman ujung tiang pondasi (kg/cm2)
Hu = daya dukung lateral ultimit;
𝜎𝑜𝑣 = tekanan tanah di atas elevasi tanah
Nk = faktor konus sondir
𝑒 = jarak dari permukaan tanah
d = diameter tiang
L = panjang tiang
My = momen lentur
24
SPLN T5.008-2: 2021
Untuk tanah non-kohesif, penurunan total didasarkan pada konsep penurunan elastis
𝛥𝑝 𝐻
𝑆𝑡 = …………………………………..………………………..…………….………………………(25)
2 𝑞𝑐
Dimana:
2qc = nilai modulus elastisitas tanah (Es) dikorelasikan terhadap hasil sondir
H = ketebalan lapisan tanah
Untuk tanah kohesif, penurunan total adalah penjumlahan dari penurunan elastis (Si) dan
penurunan konsolidasi (Sc).
𝜇0 𝜇1 𝛥𝑝 𝐻
𝑆𝑖 = ……………………….……..……………..…………………………………………… (26)
2𝑞𝑐
𝑆𝑐 = 𝑚𝑣 𝛥𝑝 𝐻………………………...……………….………..……………………………….……… (27)
Defleksi tiang
Sebagai tambahan terhadap pondasi tiang, perlu diperhitungkan besarnya defleksi yang
terjadi pada kepala tiang pondasi. Perhitungan defleksi tiang dilakukan menggunakan
metode Broms (berdasarkan pada SPLN T5.008-1).
Varian desain pondasi untuk tower transmisi 150 kV, 275 kV dan 500 kV yang telah
dibakukan adalah beberapa atau seluruh konfigurasi desain seperti pada Tabel 4 yang
dapat memenuhi persyaratan kriteria desain pondasi:
25
SPLN T5.008-2: 2021
MULAI
DESAIN CHIMNEY
Desain penulangan beton untuk Chimney
YA
TIDAK
MEMENUHI SYARAT? MODIFIKASI DIMENSI PILE CAP
YA
DESAIN GRAFIK
DAN/ATAU
TABEL DESAIN
(KATALOG)
SELESAI
Gambar 6. Diagram Alir Penyusunan Katalog Pondasi Kelas 6 dengan Kalendering Sondir
26
SPLN T5.008-2: 2021
Langkah – langkah penggunaan grafik dan tabel dalam menentukan jenis pondasi dalam
digambarkan dalam diagram alir berikut ini:
MULAI
1. Beban pondasi
2. Data Pengukuran CPT
3. Parameter Konus
4. Jenis dan karakteristik tanah
5. Muka air tanah
6. Peta geologi/geoteknik
7. Kondisi lapangan
TIDAK
CPTm ≥ CPTr
YA
Hitung Defleksi
TIDAK
TERPENUHI?
YA
TIDAK
MEMENUHI SYARAT? MODIFIKASI JUMLAH TIANG
YA
DESAIN TERPILIH
SELESAI
27
SPLN T5.008-2: 2021
LAMPIRAN A
Prosedur dan Contoh Penggunaan Pondasi Dangkal
dengan Sistem Kalendering
(Informatif)
Secara lebih mendalam, maka untuk kedua tahapan ini akan diperdalam pada bagian
berikut ini dengan contoh perhitungan yang dapat menjadi acuan.
Dari pengambilan data tanah menggunakan sondir, akan didapat data-data sebagai berikut:
1. Cone End Resistance (tahanan ujung konus) = qc (kg/cm2)
2. Local Side Friction (hambatan pelekat) = Lsf (kg/cm2)
3. Friction Ratio = fr (%)
Berdasarkan nilai qc dan fr pada grafik Schmertmann dapat ditentukan asumsi jenis tanah
apakah termasuk tanah kohesif, non-kohesif atau diantaranya.
Untuk penentuan kelas pondasi berdasarkan nilai daya dukung izin (qa) dapat digunakan
persamaan berikut:
𝑞𝑐
𝑞𝑎 =
𝐹
28
SPLN T5.008-2: 2021
di mana:
qa = daya dukung izin (kg/cm2)
qc = perlawanan ujung konus (kg/cm2), qc diambil nilai untuk masing-masing
(1) daya dukung dan (2) penurunan tanah. Secara lengkapnya dapat
dilihat pada bagian A. 2. PENENTUAN DIMENSI PONDASI
F = faktor pembagi, nilainya 20 sampai 40 ditentukan berdasarkan jenis
tanahnya
Faktor pembagi (F) menurut jenis tanah adalah sebagai berikut (lihat Gambar 1):
1. Tanah Kohesif menggunakan faktor pembagi 20
2. Tanah peralihan Kohesif ke Non-Kohesif menggunakan faktor pembagi 30
3. Tanah Non-Kohesif menggunakan faktor pembagi 40.
Pembagian kelas pondasi dibagi dalam kelas 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B, 4A, dan 7, di mana
untuk masing-masing kelas memiliki parameter yang dapat dilihat pada Tabel 2.
29
SPLN T5.008-2: 2021
Dari data sondir di atas maka langkah-langkah penentuan kelas pondasi yang harus
dilakukan adalah:
1. Menentukan jenis tanah pada kedalaman dasar tapak pondasi (diambil kedalaman
3 meter untuk tower 150 kV).
Dari data di atas pada kedalaman 3 meter, nilai qc = 20 kg/cm2 dan nilai fr = 5 %.
Kemudian dari kedua nilai tersebut di plot kedalam Grafik Schmertmann di bawah ini:
30
SPLN T5.008-2: 2021
Dari Gambar A. 2. didapat tanah termasuk ke dalam jenis tanah kohesif (stiff clay).
Faktor pembagi diambil nilai F = 20, karena termasuk ke dalam jenis tanah kohesif.
𝑞𝑐
𝑞𝑎 =
𝐹
20 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑞𝑎 =
20
Nilai F dapat diambil berdasarkan SBT (Soil Behavior Type) yang dibuat berdasarkan
seluruh kedalaman tergantung dari jenis tanahnya, atau dengan menggunakan korelasi
Schmertmann pada kedalaman yang ditinjau.
31
SPLN T5.008-2: 2021
Dari nilai qa sebesar 1 kg/cm2, berdasarkan Tabel Klasifikasi Kelas Pondasi maka
pondasi termasuk kelas 3A atau kelas 7.
Apabila muka air tanah berada di bawah dasar pondasi, maka pondasi masuk ke dalam
kelas 3. Sedangkan apabila muka air tanah berada diantara permukaan tanah sampai
dasar pondasi maka pondasi masuk ke dalam kelas 7. Untuk mengetahui tinggi muka
air tanah, dapat dilakukan dengan uji Test Pit atau bor dangkal.
Depth qc qt fs Lsf Ft Fr
m kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² %
0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
0.2 2.0 3.0 0.07 1.34 1.34 3.36
0.4 3.0 4.0 0.07 1.34 2.68 2.24
0.6 5.0 6.0 0.07 1.34 4.03 1.34
0.8 8.0 10.0 0.13 2.68 6.71 1.68
1.0 6.0 7.0 0.07 1.34 8.05 1.12
1.2 7.0 10.0 0.20 4.03 12.08 2.88
1.4 15.0 18.0 0.20 4.03 16.10 1.34
1.6 18.0 25.0 0.47 9.39 25.50 2.61
1.8 12.0 16.0 0.27 5.37 30.87 2.24
2.0 20.0 30.0 0.67 13.42 44.29 3.36
2.2 35.0 40.0 0.34 6.71 51.00 0.96
2.4 19.0 28.0 0.60 12.08 63.07 3.18
2.6 25.0 38.0 0.87 17.45 80.52 3.49
2.8 30.0 40.0 0.67 13.42 93.94 2.24
3.0 45.0 60.0 1.01 20.13 114.07 2.24
3.2 60.0 80.0 1.34 26.84 140.91 2.24
3.4 100.0 140.0 2.68 53.68 194.59 2.68
3.6 150.0 180.0 2.01 40.26 234.85 1.34
3.8 200.0 250.0 3.36 67.10 301.95 1.68
4.0
32
SPLN T5.008-2: 2021
Dari data sondir 2 di atas maka langkah-langkah penentuan kelas pondasi yang harus
dilakukan adalah:
1. Menentukan jenis tanah pada kedalaman dasar tapak pondasi (diambil kedalaman
3.5 meter untuk tower 150 kV).
100+150
nilai qc = = 125 kg/cm2
2
2.68+1.34
nilai fr = 2
= 2.01 %.
Kemudian dari kedua nilai tersebut dipetakan ke dalam Grafik Schmertmann di bawah
ini.
33
SPLN T5.008-2: 2021
Dari Gambar A. 4 didapat tanah termasuk ke dalam jenis tanah Non-kohesif (dense
silty-sand).
Faktor pembagi diambil nilai F = 40, karena termasuk ke dalam jenis tanah non-kohesif.
𝑞𝑐
𝑞𝑎 =
𝐹
125 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑞𝑎 =
40
Nilai F dapat diambil berdasarkan SBT (Soil Behavior Type) yang dibuat berdasarkan
seluruh kedalaman tergantung dari jenis tanahnya, atau dengan menggunakan korelasi
Schmertmann pada kedalaman yang ditinjau.
34
SPLN T5.008-2: 2021
Dari nilai qa sebesar 3.125 kg/cm2 berdasarkan Tabel Klasifikasi Kelas Pondasi maka
pondasi termasuk kelas 1B atau kelas 7.
Apabila muka air tanah berada di bawah dasar pondasi, maka pondasi masuk ke dalam
kelas 1. Sedangkan apabila muka air tanah berada diantara permukaan tanah sampai
dasar pondasi maka pondasi masuk ke dalam kelas 7. Untuk mengetahui tinggi muka
air tanah, dapat dilakukan dengan uji Test Pit atau bor dangkal.
Penentuan dimensi pondasi akan dibandingkan untuk kapasitas daya dukung dan
penurunan tanah terhadap hasil uji sondir, di mana:
Berdasarkan Contoh 1, maka kelas pondasi telah dapat ditentukan. Selanjutnya akan
ditentukan dimensi pondasi berdasarkan Tabel Katalog Pondasi. Bila tower transmisi yang
digunakan adalah menggunakan data sebagai berikut ini:
a. Tower Transmisi 150 kV dengan konduktor 2xHawk (2 x 250 mm2)
b. Tipe tower AA dengan body extension +6
c. Muka air tanah berada di bawah pondasi, sehingga tanah memiliki kelas 3A.
d. Dasar pondasi adalah pada kedalaman 3 meter, sehingga untuk mengakomodir
kapasitas daya dukung dan penurunan pondasi, besar nilai qc yang diperlukan dapat
dilihat dalam katalog AA+6 untuk kelas tanah 3A dengan tanah lempung.
35
SPLN T5.008-2: 2021
qc dasar = 20 kg/cm2
20+20+15+15+25+25+30+35+35+40+40+55+...+60+60+60
qc rata-rata = 20
= 39.75 kg/cm2
20+20+15+15+25+25+30+35+35+40+40+55+...+65+80+65
qc rata-rata = = 45.58 kg/cm2
26
Besar kedua nilai ini dapat dihitung berdasarkan Tabel A. 4 (hasil data sondir), di mana
persyaratan daya dukung untuk pondasi memiliki qc = 20 kg/cm2 (> 16.86 kg/cm2) dan
persyaratan penurunan pada pondasi memiliki qc = 45.58 kg/cm2 (> 7.03 kg/cm2).
Maka dari itu, tower transmisi dengan tipe ini dapat digunakan karena memiliki kapasitas
daya dukung dan penurunan tanah yang mencukupi, dengan menggunakan Tabel pada
Katalog Pondasi Telapak Tower Transmisi 150 kV – Tipe Tower AA – Konduktor
2xACSR/AS 250-A1/SA1A-26/7 – Kelas 3A pada buku “Standardisasi Pondasi Dangkal
dengan Sistem Kalendering Data Sondir untuk Tower Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV
Bagian 3” (LAMPIRAN C).
Dari kode tersebut kemudian dapat dilihat ke dalam Gambar Pondasi yang digunakan pada
“Standardisasi Pondasi Dangkal dengan Sistem Kalendering Data Sondir untuk Tower
Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV Bagian 3 dan 4” (LAMPIRAN C). Dari Gambar dan
BoQ, dapat dilihat dimensi, kebutuhan tulangan dan volume untuk menentukan harga
pondasi per set tower.
36
SPLN T5.008-2: 2021
Berdasarkan Contoh 2, maka kelas pondasi telah dapat ditentukan. Selanjutnya akan
ditentukan dimensi pondasi berdasarkan Tabel Katalog Pondasi. Bila tower transmisi yang
digunakan adalah menggunakan data sebagai berikut ini:
a. Tower Transmisi 150 kV dengan konduktor 2xHawk (2 x 250 mm2)
37
SPLN T5.008-2: 2021
• Nilai qc pada minimum dari (1) dasar pondasi dan (2) dasar pondasi sampai 1.5 kali
lebar pondasi (1.5x180cm = 270 cm di bawah dasar pondasi) lebih dari 95.94 kg/cm2.
125+150+200+...
qc rata-rata = 3+...
> 150 kg/cm2
• Nilai qc rata-rata dari dasar pondasi sampai 2 kali lebar pondasi (= 2x180cm = 360 cm
di bawah dasar pondasi) lebih dari 11.84 kg/cm2.
125+150+200+...
qc rata-rata = 3+...
> 150 kg/cm2
Besar kedua nilai ini dapat dihitung berdasarkan Tabel A. 6 (hasil data sondir), dimana
persyaratan daya dukung untuk pondasi memiliki qc = (100 + 150) / 2 = 125 kg/cm2 (> 95.94
kg/cm2) dan mana persyaratan penurunan untuk pondasi memiliki qc > 150 kg/cm2 (>
11.84 kg/cm2).
Maka dari itu, tower transmisi dengan tipe ini dapat digunakan karena memiliki kapasitas
daya dukung dan penurunan tanah yang mencukupi, dengan menggunakan Tabel pada
Katalog Pondasi Telapak Tower Transmisi 150 kV – Tipe Tower AA – Konduktor
2xACSR/AS 250-A1/SA1A-26/7 – Kelas 1B pada buku “Standardisasi Pondasi Dangkal
dengan Sistem Kalendering Data Sondir untuk Tower Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV
Bagian 3” (LAMPIRAN C).
38
SPLN T5.008-2: 2021
Dari kode tersebut kemudian dapat dilihat ke dalam Gambar Pondasi yang digunakan pada
buku “Standardisasi Pondasi Dangkal dengan Sistem Kalendering Data Sondir untuk Tower
Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV Bagian 3 dan 4” (LAMPIRAN C). Dari Gambar dan
BoQ, dapat dilihat dimensi, kebutuhan tulangan dan volume untuk menentukan harga
pondasi per set tower.
Depth qc qt fs Lsf Ft Fr
m kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² %
0.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
0.2 2.0 3.0 0.07 1.34 1.34 3.36
0.4 3.0 4.0 0.07 1.34 2.68 2.24
0.6 5.0 6.0 0.07 1.34 4.03 1.34
0.8 8.0 10.0 0.13 2.68 6.71 1.68
1.0 6.0 7.0 0.07 1.34 8.05 1.12
1.2 7.0 10.0 0.20 4.03 12.08 2.88
1.4 15.0 18.0 0.20 4.03 16.10 1.34
1.6 18.0 25.0 0.47 9.39 25.50 2.61
1.8 12.0 16.0 0.27 5.37 30.87 2.24
2.0 20.0 30.0 0.67 13.42 44.29 3.36
2.2 35.0 40.0 0.34 6.71 51.00 0.96
2.4 19.0 28.0 0.60 12.08 63.07 3.18
2.6 25.0 38.0 0.87 17.45 80.52 3.49
2.8 30.0 40.0 0.67 13.42 93.94 2.24
3.0 45.0 60.0 1.01 20.13 114.07 2.24
3.2 60.0 80.0 1.34 26.84 140.91 2.24
3.4 100.0 140.0 2.68 53.68 194.59 2.68
3.6 150.0 180.0 2.01 40.26 234.85 1.34
3.8 200.0 250.0 3.36 67.10 301.95 1.68
4.0
39
SPLN T5.008-2: 2021
LAMPIRAN B
Prosedur dan Contoh Penggunaan Pondasi Dalam
dengan Sistem Kalendering
(Informatif)
B. 1. Prosedur
Tipe Diameter
Tegangan
konduktor (cm)
150 kV 2x 250 40
2x 450 40
4x 450 50
275 kV 4x 450 60
4x 450 60
500 kV 4x 450 60
40
SPLN T5.008-2: 2021
III. Periksa stabilitas vertikal, berdasarkan posisi qc-tip vs Ft-tip pada grafik kalendering
sesuai jumlah tiang yang telah dipilih. Bila posisi titik tersebut berada di atas garis batas
panjang tiang yang dipilih, maka desain iterasi awal tersebut aman terhadap stabilitas
vertikal. Bila posisi titik tersebut berada di bawah garis batas panjang tiang yang dipilih,
maka desain tersebut tidak aman terhadap stabilitas vertikal dan harus dilakukan iterasi
berikutnya yaitu:
a. Menambah panjang tiang pondasi
b. Bila masih belum memenuhi, maka dilakukan penambahan jumlah tiang pondasi
(misalnya, dari desain awal N = 4, dirubah menjadi N = 5, dst.).
IV. Periksa stabilitas lateral, dengan cara membandingkan nilai qc-sleeve dengan nilai qc
minimum sepanjang tiang untuk memenuhi stabilitas lateral. Untuk itu, diperlukan
identifikasi jenis tanah, apakah termasuk jenis kohesif atau non kohesif, dengan
menggunakan grafik Schmertmann (1978) (Gambar B. 1) dan nilai qc-sleeve rata-rata
dan FR rata-rata sepanjang tiang.
4.80; 16.37
Gambar B. 1 Grafik Schmertmann (1978) untuk menentukan jenis tanah berdasarkan hasil
sondir.
Periksa nilai qc minimum untuk stabilitas lateral, berdasarkan grafik pada bagian STAB-
H, sesuai panjang tiang yang dipilih. Bila nilai qc-sleeve rata-rata sepanjang tiang lebih
besar dari nilai qc minimum tersebut, maka desain ini aman untuk stabilitas lateralnya.
Bila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka harus kembali ke tahap 2 untuk
melakukan iterasi desain yang lebih aman:
41
SPLN T5.008-2: 2021
V. Periksa deformasi tiang, menggunakan metode dan grafik Broms (1964) untuk kondisi
tanah kohesif atau non-kohesif, seperti terlihat pada Gambar 2.3 dan 2.5. Bila deformasi
yang terjadi pada ujung tiang lebih besar dari deformasi yang dizinkan, maka harus
kembali ke tahap 2 untuk melakukan iterasi desain yang lebih aman. Dalam hal ini, yang
bisa dilakukan adalah menambah jumlah tiang pondasi (N).
0.25
kd
=
4 EI
Dimana :
Long pile : L > 1.5
Short pile : L < 1.5
EI : kekakuan penampang tiang (E adalah modulus elastisitas
material, I adalah momen inersia penampang. Untuk
penampang lingkaran I = d4/64)
k : coefficient of subgrade reaction (k = 0.8 Es/d (Poulos 1971
dalam Schmertmann 1978), Es adalah modulus elastisitas
tanah, d adalah diameter tiang)
d : lebar atau diameter tiang pondasi
L : panjang tiang pondasi
Es : Modulus elastisitas tanah (Es = eqc; e antara 2 hingga 5
untuk tanah non-kohesif hingga kohesif (Robertson 1990).
Untuk kondisi konservatif digunakan e = 2)
• Gunakan grafik Broms untuk deformasi tiang pada tanah kohesif (Gambar B. 2)
untuk mencari nilai deformasi pada elevasi permukaan tanah (yg) melalui
perbandingan antara L dengan (ygkdL)/Pt, mengacu pada garis “restrained”
karena kepala tiang dijepit pada pile cap. Pt adalah gaya lateral yang bekerja
pada satu tiang.
42
SPLN T5.008-2: 2021
Gambar B. 2 Grafik Broms (1964) untuk perhitungan deformasi tiang pada tanah kohesif
43
SPLN T5.008-2: 2021
• Gunakan grafik Broms untuk deformasi tiang pada tanah non-kohesif (Gambar
B. 4) untuk mencari nilai deformasi pada elevasi permukaan tanah (yg) melalui
perbandingan antara L dengan (yg(EI)3/5(nh)2/5)/PtL, mengacu pada garis
“restrained” karena kepala tiang dijepit pada pile cap.
Gambar B. 4 Grafik Broms (1964) untuk perhitungan deformasi tiang pada tanah non-
kohesif
Nilai deformasi pada kepala tiang tersebut dibandingkan dengan batas deformasi
maksimum yaitu sebesar 1/300 panjang tiang (L/300). Bila deformasi yang diprediksi
pada kepala tiang melebihi batas deformasi maksimum maka harus kembali pada tahap
2 untuk merubah desain pondasi.
VI. Periksa penurunan, dengan cara membandingkan nilai qc minimum untuk keamanan
penurunan terhadap nilai qc rata-rata pada kedalaman 2/3L hingga 2/3L + 2B (qc-set).
Nilai qc minimum untuk keamanan penurunan dapat dilihat pada grafik bagian SETTLE.
Bila nilai qc rata-rata pada kedalaman tersebut lebih besar dari nilai qc minimum pada
grafik, maka desain ini dapat digunakan. Bila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka
harus kembali pada tahap 2 untuk merubah desain pondasi.
Bila semua persyaratan tersebut terpenuhi, maka desain ini dapat digunakan. Dengan
catatan, perlu juga dilakukan verrifikasi nilai daya dukung aktual melalui uji pembebanan
pada pondasi terpasang.
B. 2. Contoh Perhitungan
Contoh 1:
44
SPLN T5.008-2: 2021
GRAFIK SONDIR
Project : SUTET 500 kV JAMBI-RIAU Depth of Sounding : 19.60 m
Location : T.055 Ds. Sekernan Ground Surface Level : 37.56
Sounding No. : 64 (S.055) Coordinate X : 334480.852
Date : Minggu 17-01-16 Y : 9835340.466
45
SPLN T5.008-2: 2021
DATA SONDIR
Project : SUTET 500 kV JAMBI-RIAU Depth of Sounding : 19.60 m
Location : T.055 Ds. Sekernan Ground Surface Level : 37.56
Sounding No. : 64 (S.055) Coordinate X : 334480.852
Date : Minggu 17-01-16 Y : 9835340.466
46
SPLN T5.008-2: 2021
47
SPLN T5.008-2: 2021
48
SPLN T5.008-2: 2021
batas untuk tiang 15 m. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konfigurasi 5 tiang pada
kondisi ini aman terhadap stabilitas daya dukung vertikal bila menggunakan panjang
15 m. akan tetapi titik (qc ; Ft) tersebut berada cukup jauh dari garis untuk panjang
tiang 15 m.
49
SPLN T5.008-2: 2021
63.84 ; 1326
13261326
Untuk pilihan digunakan 4 tiang, panjang tiang 17 m, kedalaman 18,5 m, data sodir
yang akan digunakan selengkapnya adalah:
50
SPLN T5.008-2: 2021
4,48; 20,08
220.08
51
SPLN T5.008-2: 2021
Untuk contoh kasus ini, jenis tanah diasumsikan kohesif (berdasarkan grafik
Schmertmann), sehingga untuk pemeriksaan deformasi ini menggunakan grafik
Broms untuk tanah kohesif (Gambar B. 11).
Gambar B. 11 Grafik Broms (1964) untuk perhitungan deformasi tiang pada tanah kohesif
Nilai L diproyeksikan pada garis “Restarined” pada grafik Broms sehingga didapat
nilai (ygkdL)/Pt sekitar 4,4. Nilai Pt adalah gaya horizontal pada satu tiang, dapat
dilihat pada lembar STAB-H, atau Tabel Reaksi Horizontal terlampir. Untuk contoh
ini, nilai Pt adalah 201,8 kN, sehingga besar deformasi lateral pada kepala tiang (yg)
didapat sebesar 0,018 m atau 1,8 cm.
52
SPLN T5.008-2: 2021
Bandingkan nilai deformasi ini dengan batas deformasi izin yaitu L/300 = 15/300 =
0,05 m atau 5 cm. Deformasi pada ujung tiang masih lebih kecil daripada nilai
deformasi izin, sehingga alternatif desain ini aman.
53
SPLN T5.008-2: 2021
LAMPIRAN C
Tabel, Gambar, Grafik, dan BoQ Berdasarkan Jenis Tower
1. PLN Pusenlis. 2018. Buku Standardisasi Pondasi Kelas 6 dengan Sistem Kalendering
Data Sondir untuk Tower Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV. Jakarta. PLN (Bagian 3
dan 4)
2. PLN Pusenlis. 2018. Buku Standardisasi Pondasi Dangkal dengan Sistem Kalendering
Data Sondir untuk Tower Standar 150 kV, 275 kV, dan 500 kV. Jakarta. PLN; (Bagian 3
dan 4)
54
Pengelola Standardisasi: