001: 2007
Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU
Disusun oleh :
Diterbitkan oleh :
PT PLN (PERSERO)
Jalan Trunojoyo Blok M-I /135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Susunan Kelompok Bidang Pembangkit
Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero): No. 094. K/DIR/2006
Daftar Isi
4.3 Outage......................................................................................................................3
4.9 Kondisi yang tidak dapat digolongkan dalam derating adalah: ..............................10
iii
SPLN K7.001: 2007
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
iv
SPLN K7.001: 2007
Prakata
Disamping itu, kebutuhan operasi sistem ketenagalistrikan saat ini juga menghendaki
pemberlakuan pengertian yang sama tentang formulasi Indikator Kinerja
Pembangkit. Informasi mengenai kesiapan pembangkit aktual menjadi salah satu
parameter yang penting dalam menentukan operasi sistem ketenagalistrikan. Oleh
karena itu standar ini dipergunakan sebagai pedoman untuk menentukan metode
perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit agar semua pihak terkait dapat
menggunakannya.
v
SPLN K7.001: 2007
1 Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan Indikator Kinerja Pembangkit (IKP) yang diberlakukan pada unit
pembangkit secara individual atau unit pembangkit secara gabungan.
2 Tujuan
Standar ini dibuat sebagai pedoman tetap bagi perhitungan IKP di lingkungan PT PLN
(Persero) dan seluruh perusahaan pembangkit tenaga listrik yang berniaga dengan PT
PLN (Persero).
3 Acuan Normatif
b. IEEE Std 762-2006, IEEE Standards Definitions for use in Reporting Electric
Generating unit Reliability, Availability and Productivity.
1
SPLN K7.001: 2007
Sebuah event terjadi saat status atau kemampuan unit pembangkit berubah.
Event dibagi dalam empat klasifikasi besar, yaitu: outage, derating, reserve shutdown,
dan non-curtailing event (kejadian yang tidak menyebabkan pengurangan beban).
Status unit pembangkit dibagi dalam dua kategori utama, yaitu: inactive dan active yang
masing-masing diuraikan lagi dalam status-status yang lebih rinci sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 1.
Yang termasuk dalam status inactive adalah “Inactive Reserve” yaitu status bagi
unit pembangkit yang direncanakan sebagai cadangan untuk jangka panjang,
“Mothballed” yaitu status unit pembangkit yang sedang disiapkan untuk idle dalam
2
SPLN K7.001: 2007
jangka panjang, dan “Retired” yaitu unit yang untuk selanjutnya diharapkan tidak
beroperasi lagi namun belum dibongkar instalasinya.
Kategori “Active” yang ditunjukkan pada bagian bawah Gambar 1 terdiri dari
berbagai status operasi unit pembangkit dengan rincian hingga empat tingkatan.
4.3 Outage
Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam status
Reserve Shutdown.
Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status, misalnya
dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage berakhir ketika unit
terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain.
4.3.4 Planned Outage Extension (PE) adalah perpanjangan Planned Outage (PO)
yang melampaui waktu yang telah ditentukan.
3
SPLN K7.001: 2007
keperluan operasi sistem, maka tanggal mulai outage ditambah durasi outage
akan menentukan tanggal berakhirnya outage yang baru. Sepanjang outage tidak
lebih lama dari yang direncanakan, maka tanggal berakhirnya outage digeser agar
bersamaan sesuai dengan periode durasi yang telah ditentukan.
Dalam hal terdapat perpindahan status outage pembangkit, tanggal dan waktu
akhir outage yang satu akan menjadi awal outage berikutnya. Status unit hanya
dapat diubah jika outage yang pertama telah berakhir. Sebagai contoh, jika unit
keluar paksa (FO/U1) disebabkan suatu tabung dinding air bocor (tepat sebelum
unit tersebut akan keluar terencana-PO), maka perbaikan kerusakan akibat FO/U1
harus selesai terlebih dahulu sebelum status unit diubah dari U1 ke status PO.
Petugas pemeliharaan dapat memulai pekerjaan PO, namun status unit tidak
diperbolehkan menjadi PO sebelum pekerjaan outage U1 selesai dan unit dapat
beroperasi kembali.
Semua pekerjaan selama PO dan MO ditentukan terlebih dahulu di muka dan
dikenal sebagai "lingkup pekerjaan awal". SE hanya digunakan pada kondisi
dimana lingkup pekerjaan awal memerlukan waktu lebih untuk penyelesaiannya
dibanding yang dijadwalkan sebelumnya.
4.3.6 Forced Outage (FO) yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi
emergensi pada pembangkit atau adanya gangguan yang tidak diantisipasi
sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.
4
SPLN K7.001: 2007
Startup Failure (SF) yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu
sinkron dalam waktu start up yang ditentukan setelah dari status outage atau
RSH.
J – Plant Usage
I - Seasonal Derate
D E G H
E
B
F
In-Service Unit Derating
Derating
During
Reserve
B
Gross Max Capacity
Shutdown
Net Dependable Capacity
Maintenance Outage
Forced Outage
In-Service Discretionary Reduction
Planned Outage
Net Max Capacity
C E
B
Reserve
Shutdown
A
In-Service Actual Generation
AH UH
PH
Kapasitas maksimum dari unit pembangkit yang dapat bertahan sampai periode waktu
tertentu jika tidak dibatasi oleh kondisi lingkungan ataupun derating.
5
SPLN K7.001: 2007
Kemampuan suatu unit dalam bertahan selama periode yang ditentukan jika tidak ada
pembatasan peralatan, operasi atau peraturan. Dengan kata lain GDC adalah GMC yang
diubah dengan adanya batasan lingkungan.
Angka aktual dari jumlah energi listrik (MWh) yang dihasilkan oleh sebuah unit dalam
sebulan.
GMC unit dikurangi dengan kapasitas (MW) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan
service.
GDC unit dikurangi dengan kapasitas (MW) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan
service.
GAG unit dikurangi dengan energi (MWh) yang terpakai oleh unit – unit auxiliary dan
service.
Penjelasan lebih rinci dari definisi dapat dilihat pada Appendix F.
Berikut ini diberikan gambaran berbagai kondisi outage untuk membantu memperjelas
status outage dari suatu unit pembangkit:
a. Skenario # 1: FO ke PO
Sebuah PLTU dengan bahan bakar fosil, empat hari sebelum unit direncanakan planned
outage (PO) mengalami gangguan boiler tube bocor. Untuk itu, dalam waktu 6 jam unit
harus keluar guna melaksanakan pekerjaan perbaikan. Karena kondisi sistem
memungkinkan dan PO sudah semakin dekat, maka fungsi pengatur beban mengijinkan
unit untuk memasuki PO lebih awal.
Biasanya untuk perbaikan kebocoran tube dibutuhkan waktu 36 jam. Oleh karena itu,
36 jam outage yang pertama dianggap sebagai FO (U2), dan selanjutnya setelah periode
36 jam status unit berubah menjadi PO.
Pada hari Selasa, sebuah PLTU dengan bahan bakar fosil mengalami peningkatan vibrasi
mendadak pada IDF-nya. Vibrasi tersebut tidak sampai mengakibatkan unit trip, tetapi
6
SPLN K7.001: 2007
ada indikasi bahwa unit harus keluar segera untuk diperiksa dan diperbaiki.Setelah
berdiskusi, manajemen pembangkit memutuskan PLTU dapat dikeluarkan minggu depan
agar tidak menimbulkan kerusakan lebih jauh atau membahayakan keselamatan
personelnya. Pada hari Jumat, fungsi pengatur beban mengijinkan PLTU untuk keluar
melaksanakan pekerjaan perbaikan sebab ada unit lain yang sudah selesai (siap) untuk
beroperasi.
Walaupun PLTU keluar pada minggu yang sama saat gangguan vibrasi terjadi, status
keluarnya unit tersebut adalah MO, sebab unit sebenarnya masih dapat beroperasi
sampai periode operasi mingguan berikutnya.
Pada hari Rabu, PLTG # 3 mengalami vibrasi. Pada awalnya vibrasi tidak parah tetapi
4 jam berikutnya, vibrasi meningkat sehingga unit harus dikeluarkan. Unit tetap
dioperasikan sampai setelah periode beban puncak. Unit tersebut tidak diperlukan oleh
sistem sampai Jumat sore yang akan datang. Setelah periode beban puncak, operator
pembangkit mematikan unit tersebut. Walaupun unit tersebut tidak diperlukan sampai
Jumat, unit tidak dapat dioperasikan sampai akhir periode mingguan oleh karena problem
vibrasi. Oleh karena itu status outage tersebut adalah FO, dan FO ini berlaku sampai
problem vibrasi diperbaiki.
Sebuah PLTU berkapasitas kecil berbahan bakar fosil mengalami kerusakan boiler
sehingga statusnya FO, namun unit tidak dibutuhkan sampai akhir minggu. Manajemen
memutuskan untuk melakukan perbaikan unit dengan waktu standar kerja, tidak ada
overtime dan pekerjaan di akhir pekan. Jam kerja standar 8 jam per hari, sedangkan jika
perbaikan dilakukan secara kontinu (dengan overtime) dibutuhkan waktu 12 jam. Oleh
karena dilakukan dengan jam kerja standar (8 jam per hari) maka pekerjaan selesai
dalam waktu 1½ hari (dalam 36 jam periode). Dalam kurun waktu 36 jam ini unit
dinyatakan tidak siap (FO), dan tidak termasuk kategori reserve shutdown (RS). Waktu
RS dihitung setelah perbaikan selesai sampai unit siap beroperasi.
7
SPLN K7.001: 2007
Dalam pelaksanaan PO/MO PLTU # 1 berbahan bakar fosil, mekanik mengecek packing
pada start up feed pump boiler dan memutuskan untuk mengganti packing tersebut
sekarang. Pekerjaan ini bukanlah bagian dari lingkup pekerjaan pemeliharaan yang awal
tetapi dianggap penting untuk mencegah unit outage di masa mendatang. Akibat
pekerjaan perbaikan dan tidak adanya packing tersedia di tempat, maka penyelesaian
PO/MO mundur selama 12 jam sampai siap kembali.
Semua jam outage kecuali 12 jam yang terakhir adalah PO/MO. Yang 12 jam terakhir
adalah FO, karena: (1) startup unit tertunda dan (2) pekerjaan bukan bagian dari lingkup
pekerjaan outage yang awal.
Sebuah PLTU berbahan bakar fosil sedang melakukan pemeliharaan tahunan ketika
ditemukan beberapa blade pada IDF-nya perlu diganti. Pekerjaan tersebut bukan bagian
dari lingkup pekerjaan awal tetapi material (part) tersedia melalui OEM dan pekerjaan
perbaikan IDF telah diselesaikan dalam periode PO. Tidak ada keterlambatan dalam
startup unit yang disebabkan oleh pekerjaan perbaikan IDF tersebut. Karena startup unit
tidak tertunda dari yang dijadwalkan sehubungan dengan pekerjaan perbaikan IDF, maka
pekerjaan tersebut tidak mempengaruhi status pembangkit.
Umumnya setelah outage peralatan yang diperbaiki atau diganti harus diuji. Periode
pengujian ini harus dilaporkan ke fungsi pengatur beban, khususnya pengujian yang
membutuhkan sinkron ke jaringan.
Jika unit harus sinkron dan beroperasi pada beban rendah untuk melaksanakan pengujian
setelah PO, MO, atau FO ( U1, U2, U3, SF), maka unit dianggap sebagai Planned
Derating (PD), Maintenance Derating (D4), atau Unplanned (Forced) Derating ( D1). PD,
D4, atau D1 dimulai ketika pengujian mulai, dan berakhir ketika pengujian selesai.
4.7 Derating
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit dibatasi lebih rendah dari DMN-nya. Jika
derating kurang dari 2% terhadap DMN dan kurang dari 30 menit maka dianggap tidak
derating.
8
SPLN K7.001: 2007
Derating tidak dilaporkan jika disebabkan oleh kondisi lingkungan dan permintaan fungsi
pengatur beban.
Reserve Shutdown - RS : adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi namun tidak
disinkronkan ke sistem karena beban sistem yang rendah. Kondisi ini dikenal juga
9
SPLN K7.001: 2007
sebagai economy outage atau economy shutdown. Jika suatu unit keluar karena
permasalahan peralatan, baik unit diperlukan atau tidak diperlukan oleh sistem, maka
kondisi ini dianggap sebagai sebagai FO, MO, atau PO, bukan sebagai reserve shutdown
(RS).
Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan dilakukan
yang menyebabkan unit outage atau derating ketika diminta sinkron ke sistem. Jika
pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS
berubah menjadi outage atau derating.
b) Daya mampu aktual pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98%
(sembilan puluh delapan persen) dari DMN Pembangkit dalam selang waktu
setengah jam secara terus-menerus.
c) Apabila diminta oleh fungsi pengatur beban untuk mencapai tingkat pembebanan
tertentu, dan pembebanan pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan
tersebut dengan rentang - 2% (minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu
setengah jam secara terus- menerus. Dengan demikian, apabila tingkat
pembebanan pembangkit aktual lebih kecil dari tingkat pembebanan yang diminta
oleh fungsi pengatur beban dikurangi 2% (dua persen) DMN, maka pembangkit
dianggap mengalami derating sebesar DMN dikurangi tingkat pembebanan
aktualnya.
d) Derating saat Unit Startup atau Shutdown. Tiap unit mempunyai waktu "standar"
atau "normal" untuk mencapai beban penuh setelah dari keadaan outage. Jika suatu
unit dalam proses start up dari kondisi outage berhasil mencapai ke tingkat beban
penuh, atau ke tingkat beban yang ditentukan, dalam waktu "normal", maka tidak
ada derating pada unit.
4.10 Durasi
Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke
jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.
Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pernbangkit siap dioperasikan yaitu
Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.
Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai
akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan perneliharaan, inspeksi dan overhaul,
yang telah dijadwalkan jauh hari sebelurnnya (rnisal: overhaul boiler, overhaul turbin) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).
10
SPLN K7.001: 2007
Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned
(Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari
gangguan Unplanned (Forced) Outages (Ul, U2, U3) + Startup Failures (SF).
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled
Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).
Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH)
+ Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH).
Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage
+ Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned
Outages (PO).
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang
diamati selama unit dalam status Aktif.
Reserve Shutdown Hours (RSH): Jumlah jam unit pembangkit dalam keadaan siap
beroperasi tetapi tidak sinkron ke transmisi karena alasan ekonomi dan atau beban
sistem rendah.
Equivalent Forced Derated Hours (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit
pembangkit derating secara paksa (forced derating: Dl, D2, D3) dengan besar derating
dibagi DMN. Setiap kejadian Forced Derating (Dl, D2, D3) dikonversi menjadi jam
ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam)
dengan besar derating [MW] dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit
[MW]. Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Deratings (Dl, D2, D3) selama Reserve Shutdown (RS).
Besar derating dihitung dengan cara mengurangi Daya mampu Netto dengan Daya Mampu Aktual
pembangkit.
Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE) dan
besar derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian derating terencana (PD dan DE)
dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan
durasi derating aktual (jam) dengan besar MW derating dan membagi perkalian tersebut
dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating tidak terencana (Dl, D2, D3, D4, DE) dan besar derating dibagi
dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (Dl, D2, D3) dikonversi menjadi jam
11
SPLN K7.001: 2007
ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam)
dengan besar MW derating dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit
(MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Deratings (Dl, D2, D3) selama Reserve Shutdown (RS)
Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
persentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap
jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan persentase jumlah jam
unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan persentase ketidaksiapan unit pembangkit akibat pelaksanaan
pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah
jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam persen.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah ekivalen Forced Outage Rate yang
telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1
tahun, 8760 atau 8784 jam).
12
SPLN K7.001: 2007
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Formula untuk perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit secara lengkap dapat dilihat
pada Appendix F.
Pencatatan gangguan pembangkit yang dilakukan pada saat operasi real time
dikelompok-kan dengan rincian diberikan pada Appendix B :
Ada outage dari sumber luar yang menyebabkan unit pembangkit dibatasi
kemampuannya atau outage total/shutdown. Outage ini mencakup (namun tidak terbatas
pada) bencana alam, kekurangan bahan bakar, pasokan bahan bakar terputus dan lain-
lain. Daftar penyebab dan cause code-nya diuraikan pada Appendix K pada standar ini.
Appendix K juga menunjukkan batasan khusus terhadap OMC yang menggunakan cause
code. Outage ini sebaiknya tidak diklasifikasikan sebagai reserve shutdown atau non-
curtailing event. Perhitungan pada appendix F dapat digunakan untuk menghitung event
dengan dan tanpa OMC event. Penggunaan formula tanpa OMC event keputusannya
diserahkan kepada manajemen unit pembangkit dan manajemen perusahaan.
8 Noncurtailing Event – NC
Satu kejadian yang muncul ketika peralatan atau komponen utama dikeluarkan dari
operasi karena pemeliharaan, pengujian atau maksud lain namun tidak menyebabkan unit
outage atau derating.
NC juga dapat terjadi apabila unit pembangkit sedang dioperasikan lebih rendah dari
kapasitas penuhnya karena kebutuhan pengatur beban sistem. Dalam periode ini,
peralatan dapat dikeluarkan dari operasi karena pemeliharaan, pengujian atau alasan lain
dan dilaporkan sebagai NC jika kedua kondisi berikut ini dipenuhi:
a) Kapasitas tersedia unit tidak kurang dari yang diminta oleh sistem pengatur beban;
dan
b) Pekerjaan pemeliharaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan unit dapat mencapai
tingkat net dependable capacity (NDC) dalam waktu normal, jika dan ketika unit
diperlukan oleh sistem.
Jika kedua kondisi di atas tidak dapat dipenuhi maka kejadian outage atau derating
tersebut tidak termasuk Noncurtailing.
13
SPLN K7.001: 2007
9 Lain-lain
Standar ini akan direvisi sesuai dengan perkembangan acuan normatif yang
dipergunakan.
14
Pengelola Standardisasi: