Anda di halaman 1dari 60

i

LAPORAN KERJA PRAKTEK


FUNGSI WORK OVER & WELL SERVICE
PT PERTAMINA EP ASSET V SANGA SANGA FIELD

Oleh:

INKA PRATIWI

071001600068

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset V Sangasanga Field. Selama
penulisan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis banyak berterima kasih kepada :

1. Bapak Azis Rochmanudin selaku Field Manager PT Pertamina EP


Sangasanga yang telah memberikan izin untuk kerja praktek.
2. Ibu Puri Wijayanti selaku dosen pembimbing yang telah mengantarkan
kami.
3. Bapak Guruh selaku Assistant Manager PE yang telah memberikan
kesempatan untuk kami dapat melakukan Kerja Praktek di Pertamina EP
Sanga Sanga, Mas Ayi, Mas Linggar, Mas Aris, Mas Ganar, Mas Dani, Mas
Gatma dan Mas Riska selaku Petroleum Engineer yang telah memberikan
waktu dan pikirannya untuk kami.
4. Bapak Fajar selaku Assistant Manager Work Over and Well Service, Mas
Teguh, Kak Desy, Mas Erwin ,Mas Panji ,dan seluruh tim WO&WS.
5. Bapak Taufik selaku Assistant Manager Produksi ,Bang Nadir ,Mas Guntur,
dan seluruh tim produksi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah memberikan banyak pengetahuan tentang SP, SPU dan P3.
6. Bapak Ihsan beserta tim selaku operator sonolog yang telah memberikan
banyak pengetahuan tentang sonolog.
7. Bapak-bapak operator lainnya yang telah memberikan banyak ilmu namun
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
8. Alief, Ari, Boyri, Faradiba selaku teman PKL yang telah memberikan
pengetahuan lain namun tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Sangasanga, 29 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

1.1. Latar belakang…………………………………………….................. 1


1.2. Rumusan masalah …………………………………………………… 1

BAB II TINJAUAN LAPANGAN …………………………………………. 2

2.1. Area Operasi ………………………………………………………… 2


2.2. Sejarah lapangan …………………………………………………….. 4

BAB III TEORI DASAR………..…………………………………………... 5

3.1. Drilling Activity …………………………………………………….. 5


3.2. Logging …………………………………………………………….. 21
3.3. Perforasi ……………………………………………………………. 23
3.4 Fishing ……………………………………………………………… 25
3.5 Well Equipment……………………………………………………………. 28
3.6 Artificial Lift ………………………………………………………… 32
3.7 Analisa Sampel……………………………………………………. 42
3.8 Arus Migas ………………………………………………………… 44
3.9 Well Test…………………………………………………………… 46
3.10 Sonolog dan Dynagraph…………………………………………….. 47
3.11Work Over Well Service …………………………………………… 50

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………. 51

BAB VI KESIMPULAN ………………………………………………….. 55

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 56

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Letak Field Sangasanga …………………………………………. 1


2.2. Peta Fisiografi Cekungan Kutai ………………………………….. 3
2.3. Pembagian Wilayah Field Sangasanga ………………………....... 3
3.1. Rig KR-250-02…………………………………………………… 6
3.2. Rotary Assemble………………………………………………….. 9
3.3. Heavy weight drill pipe…………………………………………… 12
3.4. Drill Collar……………………………………………………….. 13
3.5. Bit………………………………………………………………… 15
3.6. Mud tank…………………………………………………………… 16
3.7. Mud pump………………………………………………………….. 17
3.8. Stand pipe………………………………………………………….. 17
3.9. Annular Preventer…………………………………………………. 18
3.10. Ram Preventer……………………………………………………... 19
3.11. Pipe Ram…………………………………………………………… 19
3.12. Blind Ram………………………………………………………….. 20
3.13. Accumulator………………………………………………………… 20
3.14. Choke Manifold……………………………………………………. 21
3.15. Enerjet Pada Sumur NKL-967……………………………………... 24
3.16. HSD pada sumur SBJ-265………………………………………….. 25
3.17. Overshoot …………………………………………………………... 26
3.18. Taper Tap…………………………………………………………… 27
3.19. Impression block……………………………………………………. 28
3.20. Packer………………………………………………………………. 30
3.21. Rubber………………………………………………………………. 30
3.22. Fluid Flow On Upstroke (TH,RWA,RWB)………………………… 34
3.23. Sucker Rod Pump…………………………………………………… 38
3.24. ESP equipment……………………………………………………… 37
3.25. Variable Speed Drive……………………………………………… 41

iii
3.26. Hydraulic Pumping Unit…………………………………………... 41
3.27. Header Manifold………………………………………................... 45
3.28. Scrubber dan Separator…………………………………............... 45
3.29. Water Tank dan Production Tank………………………………… 46
3.30. Oil Thief dan Sampling……………………………………………. 47
3.31. Sonolog……………………………………………………………. 48
3.32. Dynagraph………………………………………………………… 49
3.33. Grafik Dynagraph………………………………………………… 50

iv
5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak bumi (Petroleum) berasal dari bahasa latin, petra yang artinya
batuan dan oleum yang artinya minyak sehingga petroleum dapat berarti minyak
yang berada di dalam batuan. Minyak bumi terbuat dari senyawa hidrokarbon
dengan berat molekul yang beragam dan bahan organik lainnya. Dewasa ini,
kebutuhan akan minyak bumi sebagai bahan bakar dan komoditas terus meningkat.
Hal ini menyebabkan industri perminyakan terus berkembang dari masa ke masa.
Industri perminyakan mencakup proses eksplorasi, extraksi, pengkilangan,
transportasi dan pemasaran. Industri perminyakan dibagi menjadi 3 sektor umum,
upstream, midstream, dan downstream.
Minyak bumi berperan sangat vital bagi berbagai industri. Minyak bumi
juga berperan penting bagi suatu negara untuk dapat meningkatkan keekonomian
suatu negara. Minyak bumi juga menjadi mayoritas konsumsi energi global
sehingga permintaan akan minyak bumi masih akan bertambah dari waktu ke
waktu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah dan Latar Belakang Lapangan Sanga- Sanga Asset V?
2. Bagaimana tahapan dalam pemboran?
3. Bagaimana proses perforasi?
4. Apa sajakah jenis lifting digunakan pada produksi migas?
5. Bagaimana alur produksi Minyak dan Gas Bumi?
6. Apa saja yang menjadi bahasan dalam sektor WO&WS?
7. Apa sajakah yang diuji dari analisa hasil Laboratorium?

1
BAB II

TINJAUAN LAPANGAN

2.1. Area Operasi

PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sangasanga terletak pada Cekungan Kutai


dengan lingkungan pengendapan berupa delta. Berada di sebelah tenggara
Samarinda kabupaten Kutai Kartanegara. Wilayah kerja PT Pertamina EP Field
Sanga-Sanga secara surface tumpang tindih dengan wilayah kerja Vico. Sehingga
baik PT Pertamina EP dan PT Vico berbagi kedalaman dan memiliki depth right
yaitu hak mengolah kedalaman. Depth right PT Pertamina EP berada di
kedalaman 1900 m ke ke atas, sedangkan kedalaman 1900 m ke bawah adalah
depth right milik PT Vico. Wilayah Field Sangasanga ini terbagi atas 3 bagian
wilayah kerja, yaitu North Mahakam, South Mahakam, dan Samboja. Di wilayah
North Mahakam dibagi lagi menjadi 4 struktur, yaitu North Kutai Lama, South
Kutai Lama, Anggana, Tanjung Una. Sedangkan South Mahakam dibagi lagi
menjadi Muara ,Louise, dan Nonny.

Gambar 2.1

Letak Field Sangasanga

2
Gambar 2.2

Peta Fisiografi Cekungan Kutai

Gambar 2.3

Pembagian Wilayah Field Sangasanga

3
2.2 Sejarah Lapangan

Blok Sangasanga mulai dikelola sejak tahun 1897 dengan beberapa kali
penggantian pengelola. Sangasanga pertama kali dikelola oleh NIIHM
(Nederlandsch-Indische Industrie en Handels Maatschappij) pada tahun 1897 -
1905 atas perintah dari Sultan Kutai. Kemudian pengembangan dilanjutkan oleh
BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) pada tahun 1905 – 1942. BPM
mengolah Sangasanga dengan total sumur sebanyak 1087 sumur.

Pada tahun 1942 – 1945 dikelola oleh Jepang karena wilayah Indonesia
sedang dijajah oleh Jepang dengan tambahan 177 sumur. Lalu tahun 1945 – 1972
dikelola lagi oleh BPM/SHELL/PERMINA/PERTAMINA. Pada saat itu,
Sangasanga memiliki tambahan 26 sumur. Dan diambil alih oleh TIPCO – Tesoro
pada tahun 1972 – 1992 dengan tambahan 134 sumur. PTMN – MEDCO E&P
mengelola Sangasanga pada tahun 1992-2008 hingga memiliki 70 sumur
tambahan. Dan akhirnya dikelola oleh PERTAMINA EP sejak 15 Oktober 2008
hingga sekarang dengan tambahan 99 sumur. Total sumur di field sangasanga pada
tahun 2018 sebanyak 132 sumur minyak aktif dan 6 sumur gas dengan produksi
terbanyak sebesar 5200 BOPD pada bulan Juli dengan target 6000 BOPD.

4
BAB III

TEORI DASAR

3.1 Drilling Activity

Salah satu kegiatan dalam industri perminyakan adalah pemboran. Pemboran


merupakan aktivitas di mana suatu formasi batuan ditembus dengan menggunakan
serangkaian alat yang diperuntukkan untuk mengebor. Beberapa perlengkapan yang
diperlukan dalam pemboran adalah sebagai berikut:

a. Sistem Pengangkat (Hoisting System)


Sistem angkat (hoisting system) fungsi utamanya adalah memberikan ruang
kerja yang cukup bagi crew pengeboran dan untuk pengangkatan serta penurunan
rangkaian pipa bor dan peralatan lainnya.
1. Struktur pendukung (Supporting structure)
Supporting structure berfungsi untuk menyangga peralatan-
peralatan pengeboran dan juga memberi ruang yang cukup bagi operasi
pengeboran. Supporting structure terdiri dari drilling tower (derrick atau
mast), substructure dan rig floor.
a. Drilling tower atau biasa disebut menara pengeboran dibagi menjadi
dua jenis, yaitu :
• Conventional/standart derrick, menara ini tidak dapat didirikan dalam
satu unit, akan tetapi pendiriannya disambung bagian demi bagian.
Banyak digunakan pada pengeboran sumur lepas pantai. Untuk
memindahkan derrick ini harus dilepas satu persatu bagian kemudian
dirangkai kembali di tempat tujuan.
• Portable Skid Mast, Menara ini posisi berdirinya dari bagian satu
dengan lainnya dilas maupun discrup. Tipe ini dapat juga didirikan dengan
cara ditahan oleh telescoping dan diperkuat oleh tali–tali yang
ditambatkan secara tersebar. Menara ini lebih murah, mudah dan cepat

5
dalam pendiriannya, transportasinya murah, tetapi dalam penggunaannya
terbatas pada pengeboran yang tidak terlalu dalam.

Gambar 3.1
Rig KR-250-02
b. Substructure, adalah konstruksi dari kerangka baja sebagai platform
yang terpasang di atas lubang bor langsung. Substructure memberikan
ruang kerja bagi pekerja dan peralatan dibawah/di atas lantai
bor.Tinggi substructure ditentukan berdasarkan tipe rig dan BOP
stack. Substructure mampu menahan beban yang sangat besar, yang
berasal dari derrick atau mast, peralatan hoisting, rotary table, drill
string ( drill pipe, drill collar dll.) dan beban dari casing.
c. Rig floor, memiliki fungsi utamanya adalah memberi tempat kerja
bagi crew pengeboran dalam melakukan operasi pengeboran. Pada rig
floor terdapat : Rotary table, Mouse hole, Rat hole, Kunci tong, Slip,
dll

2. Peralatan angkat (Hoisting Equipment)


a. Drawwork
Drawwork merupakan peralatan yang sangat penting dalam
sistem angkat, karena melalui drawwork, seorang driller melakukan
dan mengatur operasi pengeboran. Drawwork juga merupakan rumah

6
daripada gulungan drilling line.Drilling line ini digunakan untuk
menaik turunkan peralatan hoisting system.
b. Overhead tools
Overhead tool merupakan rangkaian sekumpulan peralatan yang terdiri
dari crown block, traveling block, link, elevator dan deadline anchor.
 Crown Block dipasang di atas atau paling atas mast yang tersambung dengan
travelling block melalui drilling line, untuk mengangkat beberapa peralatan
pemboran. Crown Block bekerja ketika drilling line ditarik atau diturunkan oleh
drawwork.
 Travelling block bergerak menyesuaikan crown block, bergerak naik turun
untuk menangkat hook block.
 Link merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan antara travelling
block dengan elevator. Alat ini dipasang pada telinga travelling block dan
elevator.
 Elevator merupakan alat yang terhubung oleh link dan merupakan alat yang
dipakai untuk memindahkan pipa pengeboran. Elevator bekerja dengan
mencengkeram pipa dan dikunci oleh sistem penguncian pada elevator.
 Deadline anchor merupakan alat yang dipakai untuk menambatkan drilling
line.

b. Sistem pemutar (Rotating system)


Fungsi utama sistem pemutar adalah untuk memutar rangkaian pipa
bor dan memberikan pemberat diatas pahat saat pemboran.

Peralatan putar berfungsi untuk :


 Memutar rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.
 Menggantungkan rangkaian pipa bor yaitu dengan slip yang
dipasang (dimasukkan) pada rotary table ketika menyambung atau
melepas bagian- bagian drill pipe.

7
1) Swivel
Swivel merupakan alat berbentuk khusus yang digantung pada
hook yang terletak dibawah Travelling Block
Rangkaian pipa bor menghubungkan antara swivel dan mata bor, berfungsi
untuk :
 Menaikkan-menurunkan mata bor dan meneruskan putaran ke bit.
 Memberikan beban diatas pahat untuk penembusan (penetration).
 Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor.
2) Peralatan Putar (Rotary Assembly)
Rotary Assembly (unit Pemutar) adalah suatu perangkat mesin
pemutar yang berkekuatan besar dan mempunyai fungsi utama untuk :
 Memutar batang bor selama operasi-operasi pemboran
 Menahan dan menggantung batang bor.

Gambar 3.2
Rotary Assembly
a. Rotary Table
Rotary table (meja putar) dipergunakan untuk memutar batang bor.
Rotary table bersama-sama dengan rotary slips dipakai untuk menggantung
dan menahan batang bor atau pipa lainnya sewaktu melepas atau menambah
pipa bor.
b. Master Bushing
Master bushing merupakan alat yang dapat dilepas dari rotary table.
Master bushing berfungsi sebagai dudukan (penempatan) Kelly bushing atau

8
rotary slip.
c. Kelly Bushing
Kelly bushing selama operasi pemboran berlangsung berfungsi untuk
meneruskan transmisi gaya putar dari rotary table ke kelly dan seterusnya ke
rangkaian pipa bor.
d. Rotary Slip
Rotary slip berfungsi sebagai penggantung rangkaian pipa bor pada
saat dilakukan penyambungan atau pelepasan section rangkaian pipa bor.
e. Slip Bowl
Slip Bowl adalah bantalan pengisi dari logam yang diletakkan didalam
bantalan utama untuk mengatur atau menyesuaikan ukuran pipa dan slip yang
dipakai yang berubah-ubah menurut keperluannya
f. Rotary Tong
Rotary tong adakah kunci-kunci besar yang digantung diatas lantai rig
dekat meja putar, yang dipasang pada bagian-bagian dari batang bor,untuk
menyambung maupun melepas sambungan.

3) Rangkaian Pipa Bor


Merupakan serangkaian pipa yang saling tersambung mulai dari terhubung
dengan swivel sampai dengan mata bor. Adapun fungsi dari rangkaian
pengeboran (drill stem) atau biasa disebut drillstring antara lain :
 Menurunkan dan menaikkan mata bor dan memberikan beban pada mata bor
untuk penembusan/pemecahan batuan.
 Menyalurkan dan meneruskan gaya putar ke mata bor.
 Menyalurkan lumpur bor (cairan pemboran) bertekanan tinggike mata bor.
a. Kelly
Merupakan rangkaian pipa bor yang berbentuk irisan segiempat,
segitiga, dan segienam. Kelly ini dapat dimasukkan ke dalam Kelly bushing.
Kelly terdiri dari upper dan lower Kelly cock dan Kelly saver sub
b. Drillpipe

9
Merupakan bagian rangkaian pipa bor yang terpanjang untuk mencapai
kedalaman lubang bor yang diinginkan. Fungsi utama drill pipe adalah untuk :
 Menghubungkan Kelly dengan drill collar dan mata bor di dasar lubang
bor.
 Memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus
formasi yang lebih dalam.
 Memungkinkan naik-turunnya mata bor, meneruskan putaran ke meja bor,
dan meneruskan aliran lumpur dari swivel ke mata bor
Standar grade Drill Pipe, API mengklasifikasikan Drill Pipe ke dalam beberapa
kelas berdasarkan tabel di bawah ini

c. Heavy Weight Drill Pipe


Dikembangkan sejak tahun 1960, adalah merupakan pipa yang
menyerupai drill pipe, berdinding lebih tebal dan lebih berat. Fungsi HWDP
adalah:
 Sebagai rangkaian transisi antara drill pipe dan drill collar.
 Sebagai pemberat yang fleksibel pada rangkaian pemboran
berarah(directional drilling)
 Sebagai rangkaian pemberat pada rig kecil untuk mengebor lubang yang
relatif kecil diameternya.

Gambar 3.3
Heavy weight drill pipe

10
d. Drill Collar
Bentuknya seperti DP, tetapi diameter dalamnya lebih kecil. Drill Collar
ditempatkan pada rangkaian pipa bor bagian bawah di atas mata bor. Fungsi
utama dari drill collar :
 Sebagai pemberat (Weight On Bit = WOB), sehingga rangkaian pipa bor
dalam keadaan tetap tegang pada saat pengeboran berlangsung, sehingga
tidak terjadi pembelokan lubang.
 Membuat agar putaran rangkaian pipa bor stabil.
 Memperkuat bagian bawah dari rangkaian pipa bor agar mampu menahan
puntiran.

Gambar 3.4
Drill Collar

e. Mud Motor
Mud Motor atau juga dikenal sebagai Progressive Cavity Positive
Displacement (PCPD) pump adalah sejenis pompa yang ditempatkan didalam
drill string untuk meningkatkan daya putar pada matabor (drilling bit).

4) Mata Bor

Merupakan ujung dari rangkaian pipa bor yang langsung menyentuh


formasi, dengan fungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi, dengan
cara memberi beban pada mata bor. Jenis-jenis mata bor adalah:

11
a. Drag Bit
Bit drag adalah bit bor yang biasanya dirancang untuk digunakan dalam
formasi lunak seperti pasir, tanah liat, atau batuan lunak.
b. Roller Cone Bit
Roller Cone Bit bekerja dengan memutar kerucut mata bornya pada sumbu
Tipe dari roller cone bit antara lain:
1. Two-Cone (Dua Kerucut) à Milled Only.
Terbuat dari baja yang di-mill (giling). Jenis ini memiliki 2 mata bor yang
dipasang sejajar dan berputar seperti roda didalam lubang sumur ketika bit
berputar, karena itu bit ini hanya untuk lapisan batuan formasi yang relatif
lunak.
2. Three-Cone (Tiga Kerucut) à Milled atau Tungsten Carbide Insert.
Bit jenis ini paling banyak digunakan, terbuat dari milled ataupun dari
tungsten carbide insert. Bit ini dapat mengebir formasi yang relatif keras.
3. Four-Cone (empat kerucut)
Dibuat dari milled toohtbit dan biasanya digunakan untuk membor lubang
berukuran besar (lebar). Seperti lubang dengan diameter 26 inch (660,4
mm) atau bahkan yang lebih lebar.
c. Diamond Bit
Mata bor ini digunakan untuk formasi yang keras dan abrasive yang tidak dapat
lagi dilakukan oleh rock bit. Diamond bit juga umum digunakan untuk coring
pada formasi limestone, dolomite dan sandstone yang keras.
d. Polycrystalline Diamond Compact (PDC) Bit
Jenis mata bor ini merupakan pengembangan (generasi baru) dari jenis drag
bit atau fishtail jenis mata bor yang mempunyai pisau pemotong yang mirip
ekor ikan, dan tidak memiliki bagian yang bergerak.

12
Gambar 3.5

Bit

Dalam pemakaian pahat untuk mengebor batuan maka gigi pahat dan bantalan
akan menjadi aus, laju keausan dari gigi pahat dan bantalan tersebut tergantung:

 type batuan
 beban pada pahat ( WOB )
 kecepatan putar ( RPM ) dan
 sifat-sifat Lumpur

Drilling bit pun kita kenal mempunyai umur pahat( bit life ) yaitu :jumlah jam
pengoperasian pahat hingga ia tidak dapat melanjutkan pemboran dengan cost/foot
yang rendah . Umur dari pahat tersebut tergantung dari beberapa faktor :

 Beban pada pahat ( WOB )


 Kecepatan putar ( RPM )
 Karateristik dari batuan
 Hydrolika
 Optimum cost/foot

c. Sistem Sirkulasi (Circulation System)


Sistem sirkulasi merupakan suatu sistem yang melibatkan lumpur
pemboran yang berfungsi untuk mendinginkan pahat bor, menjaga stabilitas
lubang bor, dan membantu dalam proses evaluasi formasi. Lumpur pemboran
disirkulasikan oleh pompa lumpur. Volume lumpur yang dipompa ditentukan
oleh jumlah stroke, sedangkan kecepatan aliran lumpur ditentukan oleh tekanan
di dalam stand pipe. Lumpur tersebut dipompa ke bawah melalui drill string
hingga pahat bor, kemudian naik melalui annulus. Lumpur yang telah keluar

13
dari annulus masuk ke dalam flowline dan shale shaker. Shale shaker
merupakan suatu alat yang didesain untuk memisahkan cutting dari lumpur.
Secara umum lumpur pengeboran dapat disirkulasikan dengan urutan sebagai
berikut:

lumpur dalam mud tank dihisap pompa – stand pipe – rotary hose – swivel head
– kelly – drill pipe – drill collar – bit – annulus – mud line/flow line - shale shaker
– mud tank – dihisap pompa kembali dan seterusnya.

 Perhitungan lumpur yang akan digunakan pada sumur NKL-967 area NMHK
agar tekanan menjadi balance . Tekanan dalam sumur sebesar 600 psi , SG air
formasi 1.01 , kedalaman perforasi 1360 ft Maka dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
600
p 0.052
+ 𝑆𝐺 = + (1.01𝑥8.33) = 10.9 𝑝𝑝𝑔 = 1.3 𝑆𝐺
ℎ (1360𝑥3.28)
1. Mud tank merupakan tangki yang digunakan untuk menampung lumpur
pengeboran yang akan dipakai pada operasi pengeboran.Terletak di depan
pompa lumpur.

Gambar 3.6

Mud Tank

2. Mud Pump atau Pompa lumpur adalah jantung dari circulating system. Fungsi
utamanya adalah memindahkan volume lumpur pemboran yang besar dengan
tekanan yang besar

14
Gambar 3.7

Mud Pump

3. Stand pipe merupakan pipa baja yang ditegakkan dimenara secara vertikal
disamping dari derrick atau mast untuk menghubungkan discharge line dengan
rotary hose
d. Sistem Daya (Power System)
Sistem daya dalam operasi pengeboran terdiri dari power supply
equipment, yang dihasilkan oleh mesin-mesin besar yang biasa dikenal
dengan nama prime mover dan distribution equipment yang berfungsi untuk
mendistribusikan daya listrik ke seluruh drilling rig. Daya tersebut disalurkan
ke rotary table dan pompa lumpur ketika pemboran berlangsung serta
drawworks.

e. Blow Out Preventer (BOP)


Blow Out Preventer adalah suatu alat yang digunakan untuk menahan semburan
liar atau mengalirnya fluida formasi ke dalam lubang sumur secara tak terkendali
(menghentikan laju Kick dan mencegah terjadinya Blowout) .Fungsi utama dari
BOP adalah untuk menutup lubang bor ketika terjadinya “Kick”. BOP System
terdiri dari 3 komponen-komponen yaitu :
1. Rangkaian BOP Stack
2. Accumulator
3. Supporting System
1. Rangkaian BOP Stack terdiri lagi menjadi :
1.1 Annular Preventer

15
Annular Preventer memiliki elemen yang terbuat dari karet, bila
mendapat tekanan, maka piston akan mendorong elemen penutup ( Rubber
Packing Element ) dan mengembang sesuai dengan bentuk pipa serta
merapat dengan baik yang dapat menutup lubang annulus baik lubang
dalam keadaan kosong ataupun ada rangkaian pipa bor.

Gambar 3.8

Annular Preventer

1.2 Ram Preventer

Gambar 3.9
Ram Preventer
Annular mampu menutup sumur pada segala keadaan lubang , sedangkan
untuk type ram hanya dapat menutup satu macam kondisi lubang tertentu ,
misalnya untuk tidak ada pipa atau untuk satu ukuran tertentu atau juga untuk
satu variasi ukuran pipa tertentu, yang dalam hal ini sangat tergantung design
dari ukuran dan jenis ram yang dipasang. Ram Preventer hanya dapat menutup

16
lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu , atau pada keadaan tidak ada pipa
bor dalam lubang . Jenis Ram Preventer yang biasanya di gunakan adalah :
 Pipe Ram

Digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor berada
pada lubang bor

Gambar 3.10

Pipe Ram

 Blind Ram
Digunakan untuk menutup lubang bor pada waktu rangkaian pipa bor tidak
berada pada lubang bor

Gambar 3.11

Blind Ram

 Shear Ram
Shear rams digunakan untuk memotong drill pipe dan seal sehingga
lubang bor kosong ( open hole ), digunakan terutama pada offshore
floating rig.

17
2. Accumulator
Accumulator adalah pressure bottle yang berisi nitrogen bertekanan,
yang dapat di pompakan cairan kedalam, nitrogen didalam mengalami
kompresi . Accumulator bekerja pada BOP Stack dengan saluran hydraulic
bertekanan tinggi . Pada saat terjadi Kick, driller dengan cepat menutup Blow
Out Preventer dengan menghidupkan control pada Accumulator atau Remote
Control Panel yang terletak pada lantai bor/Rig Floor.

Gambar 3.12

Accumulator

3. Supporting System
 Choke Manifold
Biasa disebut Back Pressure Manifold karena saat operasi pemboran
mengalirkan gas dan lumpur. Choke Manifold merupakan suatu kumpulan
fitting dengan beberapa Outlet yang dikendalikan secara manual atau otomatis
.Bekreja pada BOP Stack dengan “High Pressure Line” disebut “Choke Line” .
Bila dihidupkan Choke Manifold membantu menjaga Back Pressure dalam
lubang bor untuk mencegah terjadinya gejala kick.

Gambar 3.13

Choke Manifold

18
 Kill Line
Kill Line bekerja pada BOP system biasanya berlawanan berlangsung
dengan Choke Manifold ( dan Choke Line ) . Lumpur berat di pompakan
melalui Kill Line kedalam lumpur bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat
mengimbangi tekanan formasi .

3.2 Logging

Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di bawah


permukaan dengan pengukuran parameter-parameter fisik batuan dalam lubang bor,
Tujuan di lakukannya logging adalah untuk mengetahui karakter fisik batuan di dalam
lubang sumur sehingga dapat mengetahui kondisi bawah permukaan seperti lithology
dan porositas.

 Open Hole Logging


Open-hole adalah operasi logging yang dilakukan pada sumur sebelum
sumur disemen. Dengan kata lain, logging dilakukan melalui sisi batu
yang terbuka dari formasi. Ini adalah jenis metode logging yang paling
umum karena pengukurannya tidak terhalang dan dilakukan selama atau
setelah sumur dibor
 Cased Hole Logging
Di sisi lain, cased hole logging melibatkan pengambilan pengukuran
logging melalui casing sumur yang dimasukkan ke dalam sumur selama
komplesi. Cased hole logging dilakukan lebih jarang tetapi masih
memberikan informasi berharga tentang sumur.Cased hole logging
digunakan untuk membantu operator mendapatkan informasi tambahan
dari sumur atau reservoir yang telah selesai dikomolesi. Misalnya, sumur
mungkin sudah mulai berproduksi dan case hole logndapat membantu
menentukan apa yang menghambat aliran.

19
Tujuan dari evaluasi formasi adalah sebagai berikut:\

a) Menentukan ada tidaknya hidrokarbon

b) Menentukan letak dimana tepatnya hidrokarbon tersebut berada

c) Menentukan berapa banyak kandungan hidrokarbon tersebut di dalam


formasiMenentukan apakah hidrokarbon tersebut potensial untuk diproduksi
atau tidak
Evaluasi formasi dilakukan dengan mengkorelasikan data – data yang berasal dari
sumur bor. Evaluasi formasi menyediakan nilai porositas dan saturasi hidrokarbon
sebagai fungsi kedalaman dengan menggunakan informasi geologi lokal dan sifat
fluida yang terakumulasi di dalam reservoar bor. Variasi formasi batuan bawah
permukaan yang sangat luas menyebabkan berbagai peralatan logging harus digunakan
untuk memperoleh hasil yang ideal bor.

3.3 Perforasi

Perforasi merupakan salah satu metode untuk menghubungkan sumur yang


sudah tercasing dengan formasi. Untuk dapat menghubungkan formasi dengan sumur
maka digunakan peluru untuk melubangi sumur agar fluida dapat mengalir.

Perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing, semen


dan formasi sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur.

Kondisi kerja perforasi :

 Overbalance
Kondisi kerja perforasi overbalance merupakan kondisi kerja di dalam sumur
dimana tekanan formasi dikontrol oleh fluida atau lumpur komplesi, atau dengan
kata lain bahwa tekanan hidrostatik (PH) lebih besar dibandingkan tekanan

20
formasi (PF), sehingga memungkinkan dilakukan pemasangan tubing dan
perlengkapan sumur lainnya.
 Underbalance
Kondisi kerja perforasi underbalance merupakan kondisi kerja dimana
tekanan hidrostatik (PH) lebih kecil dibandingkan dengan tekanan formasi
(PF).

Teknik atau Cara Perforasi :

 Tubing Conveyed Perforation / TCP


Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubingyang diturunkan
kedalam sumur bersama tubing string. Setelah pemasangan X-
Mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan
menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing
head yang ditempatkan dibagian atasperforator. Perforasi dapat dilakukan baik
pada kondisi underbalancemaupun overbalance dan setelah perforasi
dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan kedasar sumur (rat
hole).
 Enerjet
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-
Mastree dan tubing, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi.
Penyalaan gun dilakukan pada kondisi Underbalance. Dan untuk operasi ini
umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan pressure control
equipment.

21
Gambar 3.14
Enerjet Pada Sumur NKL-967
 High Shoot Density
Pada sistem ini gun diturunkan kedalam sumur dengan
menggunakan wireline, biasanya menggunakan gun berdiameter besar.
Kondisi kerja perforasi dengan teknik ini adalah Overbalance, sehingga tidak
terjadi aliran setelah perforasi dan menara pemboran dengan BOP masih tetap
terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.

Gambar 3.15

HSD pada Sumur SBJ-265

3.4 Fishing

Fishing merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengambil alat-alat


yang tertinggal di dalam sumur, seperti tubing dan sucker rod. Supaya tidak
menghambat aktivitas pada sumur tersebut.

Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk fishing:


Milling tool adalah yang digunakan sebelum pengangkatan fish.
Kegunaannya adalah untuk menghaluskan permukaan fish.
 Bladed junk mills
Dapat digunakan pada semua junk mills
 Conebuster Mills
Untuk milling yang berat seperti downhole tools
 Cement Mills

22
Untuk milling yang ringan
 Die Collar
Alat pancing jenis ini apabila telah dipasang pada fish maka alat tersebut
tidak dapat dilepas lagi.
 Releasable Overshoot
Alat pancing jenis ini apabila telah dipasang pada fish dan usaha melepaskan
dari fish yang terjepit tidak berhasil maka alat pancing dapat dilepas lagi rod.

Gambar 3.16
Overshoot
 Taper Tap
Alat pancing jenis apabila telah dipasang pada “fish”, maka alat ini tidak
dapat dilepas lagi.
 Releasable Spears
Alat pancing ini menangkap fish dari bagian dalam pipa dan dapat
dilepas apabila gagal mencabut pipa yang dipancing.

23
Gambar 3.17
Taper Tap
Impression block terbuat dari timah yang berguna untuk menjiplak
bentuk fish yang akan diambil. Dengan alat ini kita dapat memperkirakan
bentuk dan ukuran dari fish tersebut

Gambar 3.18

Impression Block

3.5 Well Equipment


 Tubing
Tubing adalah pipa yang dimasukkan kedalam sumur minyak, dimana
berfungsi sebagai pipa yang mengalirkan minyak dari dalam tanah ke
permukaan. Dimana menurut hukum Bernoulli, fluida mengalir dari tekanan
yang tinggi menuju tekanan yang lebih rendah.
 Packer

yaitu alat yang di set untuk menciptakan kondisi pembatas (sealing) antara
tubing dengan casing, drill pipe dengan casing atau dalam open hole sebagai
pengisolasi area formasi tertentu..

Ukuran : Khusus untuk ukuran lubang/ casing yang normal.


Operasi : Tension & compression packer.

24
Gambar 3.19

Packer

 Rubber adalah karet pada packer untuk melekat pada dinding tubing dengan
casin

Gambar 3.20

Rubber

 Rod
Alat yang menggerakkan pompa secara naik-turun / upstroke-
downstrokeUkuran Sucker Rod menurut API : 5/8”, ¾”, 7/8”, 1” dan 1 1/8”

 Casing
Casing adalah tempat mengalirnya minyak atau gas bumi dari dalam
sumur ke permukaan. Fungsi utama casing adalah menjaga integritas dalam

25
lubang sumur dan mengisolasi bermacam jenis cairan dari formasi yang tidak
diinginkan dalam penyelesaian sumur (completion).

Casing terdiri dari 5 (lima) tipe dasar, yaitu :

1. Conductor Casing
Conductor Casing merupakan rangkaian casing yang pertama.
Conductor casing (conductor pipe) ini ditanamkan pada titik dimana suatu
sumur akan dibor.
2. Surface casing
Surface casing ialah casing yang dimasukkan kedalam sumur/lobang
bor melalui conductor pipe. Kedalaman (setting) dari surface casing ini
akan sangat bergantung dari kedalaman formasi yang tidak solid
(unconsolidated formation).
3. Intermediate Casing
Intermediate casing ialah casing yang dipasang setelah surface casing
yang biasanya digunakan untuk menutup/mengatasi masalah yang akan
timbul dengan formasi selama pekerjaan pemboran
4. Production Casing
Production casing ialah rangkaian pipa selubung yang terakhir
dimasukkan kedalam lobang bor. Ukuran production casing ini akan sangat
bergantung dari perkiraan jumlah produksi dari sumur tersebut.
5. Liner
Liner ialah merupakan rangkaian casing produksi (production casing)
yang dipasang dalam lobang bor/sumur tetapi tidak sampai kepermukaan.
Biasanya liner dipasang pada intermediate casing dengan menggunakan
packer atau slip.

 Scrapper
Berfungsi untuk membersihkan sisa hasil dari penyemenan (mengikis
sisa-sisa semen pada ID casing sebelum melakukan pemboran berikutnya

26
3.6 Artificial Lift

Artificial lift atau pengangkatan buatan adalah merupakan suatu usaha untuk
membantu mengangkat fluida produksi sumur ke permukaan dengan jalan memberikan
energi mekanis dari luar. Metode artificial lift yang digunakan pada produksi migas
adalah :

1. SRP (Sucker Rod Pump)


SRP digunakan pada sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah atau moderate (lebih rendah dari 2000 bpd, 320 m3/d)
sangat cocok menggunakan SRP dalam pengangkatan fluida produksi ke
permukaan. Hal ini disebabkan SRP mampu membentuk drawdown yang tinggi
di sekitar lubang bor.

Terdapat tiga hal pokok dalam elemen pompa SRP, yaitu :

 Bottomhole Pump
 Rod String
 Pumping Unit

1.1 Bottomhole Pump


 Tubing pump
Pada type ini lunger tersambung pada string, namunworking
barrelnya dipasang langsung di ujung bawah tubing, dan diturunkan
bersama tubing. Bila terjadi kerusakan pada working barrel atau
standing valve maka untuk memperbaiki keseluruhan dari tubing
harus dicabut.
Keuntungan :
a. Produksi fluida-plunger lebih besar

27
b. Lubang standing valve lebih besar.
Kerugian :
a. Harus menarik tubing untuk mengganti barrel.
 Rod pump (Insert pump)
Pada type rod pump working barrel, plunger, travelling valve
dan standing valve merupakan satu unit kesatuan yang dipasang
langsung pada rod string, dan dimasukkan dalam tubing .Kapasitas
pompa yang diperoleh lebih kecil karena ukuran plunger kecil.
Apabila terjadi kerusakan pada barrel atau standing valve maka
untuk memperbaiki cukup cabut rod string, dan tidak perlu
memcabut tubing.
Jenis-jenis insert pump dibagi menjadi :
 Rod Stationary Thin Wall Barrel, Top Anchor Pump (RWA) :
Barrel dipasang pada seating nipple plunger dihubungkan
dengan rod dan fluida dikeluarkan di atas barrel tetapi dipegang
pada top (atas) dari barrelnya.
Keuntungan : Baik untuk sumur berpasir, karena discharge
menyebabkan pasir tersapu 3 inch diatas seating nipple.
Kerugian : Kemungkinan pecah Top hold down terbatas 5000 ft
untuk thin wall dan 7500 ft untuk dinding tebal.
 Rod Stationary Thin Wall Barrel, Bottom Anchor Pump (RWB) :
Barrel dipasang pada seating nipple plunger dihubungkan dengan
rod dan fluida dikeluarkan di atas barrel.
Keuntungan : Baik untuk statik level rendah. Karena pompa dipegang
di dasar, maka standing valve dapat diletakan dekat dasar sumur. Gerak
fluida di barrel terbatas dan standing valve besar.Bottom anchor
(dipegang dibawah) baik untuk sumur dalam dan sumur dengan fluida
pound (pompa menembus fluida).
Kerugian : Pasir bisa mengendap disekitar barrel. Pasir bisa mengendap
pada pemompaan berkala.

28
Gambar 3.21
Fluid Flow On Upstroke (TH,RWA,RWB)

Komponen-komponen pompa bawah permukaan (sub surface pump) :


a. Working Barrel, yaitu merupakan tabung silinder tempat naik turunnya
plunger.
b. Plunger, yaitu suatu piston panjang yang terbuat dari metal stainless
steel dan bergerak naik turun (sesuai dengan prinsip pemompaan) yang
berfungsi untuk mengangkat fluida dari dasar sumur ke kolom tubing
hingga sampai ke permukaan.
c. Travelling valve, yaitu katup berbentuk bola, yang bergerak membuka
dan menutup dan terletak pada plunger. Valve ini akan membuka disaat
plunger bergerak turun (down sroke), dan menutup saat upstroke
d. Standing Valve, yaitu katup yang berbentuk bola dan terletak pada
bagian bawah pompa yang berfungsi untuk menahan fluida agar tidak
turun atau keluar dari working barrel pada waktu down stroke.

1.2 Rod String


 Polished Rod
Polished rod berfungsi untuk menghubungkan rod string dengan
wireline hanger atau sling yang dibagian atas disambungkan dengan

29
horse head, dapat mengangkat dan menghantar polished rod ke atas dan
kebawah. Polished rod juga merupakan alat yang sangat berguna untuk
menahan stuffing box dari kerusakan.
 Pony Rod
Pony rod berfungsi sebagai penyelaras untuk menyesuaikan
panjang rangkaian sucker rod yang dibutuhkan dan juga digunakan
untuk menyesuaikan kedalaman pompa. Biasanya panjang pony rod
mulai dari : 2’, 4’, 6’, 8’, 10’ dan 12 feet.
 Sucker Rod
Rangkaian rod string berfungsi untuk menyampaikan tenaga
gerak dari pumping unit ke pompa. Energi yang ditransmisikan dari
peralatan di permukaan ke bawah permukaan melalui rangkaian sucker
rod. Sucker rod adalah stang baja yang pejal, menurut standar API
mempunyai panjang 25 feet dan 30 feet.

Ukuran Sucker Rod menurut API : 5/8”, ¾”, 7/8”, 1” dan 1 1/8”.

1.3 Pumping Unit


1. Gear Reducer merupakan transmisi yang berfungsi untuk
mengubah kecepatan putar dari prime mover, gerak putaran prime
mover diteruskan ke gear reducer dengan menggunakan belt.
2. Belt, Sabuk untuk memindahkan gerak dari prime mover ke gear
reducer.
3. Crank Shaft merupakan poros dari crank yang befungsi utnuk
mengikat crank pada gear reducer dan meneruskan gerak.
4. Counter Balance adalah sepasang pemberat yang fungsinya untuk
mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik-
turun.
5. Crank merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank
shaft pada gear reducer dengan counter balance. Pada crank ini
terdapat lubang-lubang tempat pitman bearing. Besar kecilnya

30
langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur disini
dengan cara mengubah-ubah pitman bearing, apabila kedudukan
pitman bearing ke posisi lubang mendekati counter balance, maka
langkah pemompaan atau polished stroke length semakin besar.
6. Pitman adalah sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank
pada pitman bearing. Fungsinya adalah merubah dan meneruskan
gerak berputar menjadi bolak-balik naik turun.
7. Walking beam merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Fungsinya merupakan meneruskan gerak naik turun..
8. Horse head, menurunkan gerak dari walking beam ke unit pompa di
dalam sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string
9. Bridle atau Wirelne merupakan sepasang kabel baja yang disatukan
pada carrier bar.
10. Carrier bar merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat
bergantungnya rangkaian rod dan polished rod.
11. Polished rod clamp, komponen carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polish rod pada carrier bar.
12. Polished rod, merupakan bagian teratas dari rangkaian rod.
Fungsinya adalah menghubungkan antara rangkaian rod didalam
sumur dengan peralatan di permukaan.
13. Stuffing box, dipasang diatas kepala sumur untuk mencegah minyak
agar tidak keluar bersama naik turunnya polish rod.
14. Sampson post merupakan kaki penyangga atau penopang walking
beam.
15. Saddle bearing adalah tempat kedudukan walking beam pada
sampson post pada bagian atas
16. Equalizer, bagian dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa
menurut kebutuhan operasi pemompaan.

31
Kelebihan dari SRP ini adalah tidak mudah rusak, mudah diperbaiki
di lapangan, dari jauh akan terlihat tidak ada gerakan jika pompa mati,
harganya relatif murah. Sedangkan kekurangan dari SRP adalah berat dan
butuh tempat luas untuk pemasangannya, tidak bias dipakai untuk sumur
miring / off shore.

Gambar 3.22

Sucker Rod Pump

2. Electric Submersible Pump (ESP)


ESP merupakan pompa jenis sentrifugal yang digerakkan oleh
tenaga motor listrik. Pompa ini disebut pompa submersible karena dalam
operasinya pompa dan motor berada di bawah fluid level atau tercelup di
dalam fluida.
Sistem kerja dari Electric Submersible Pump ini adalah dengan
mengalirkan energi listrik dari transformer (step down) melalui
switchboard. Switchboard akan mengontrol semua kerja ESP. Energi
listrik akan diteruskan dari switchboard ke motor melalaui kabel yang
diletakkan di sepanjang tubing dari rangkaian ESP. Selanjutnya, melalui
motor, energi listrik akan dirubah menjadi energi mekanik yaitu berupa
tenaga putar dan akan diteruskan ke protector dan pump melalui shaft

32
yang dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar,
impeller akan ikut berputar dan mendorong fluida yang masuk melalui
pump intake atau gas separator ke permukaan. Fluida yang didorong,
secara terhadap akan memasuki tubing dan terus menuju ke permukaan.
Syarat-Syarat Pemilihan Pompa ESP :
1. Tekanan formasi rendah
2. Laju produksi antara 200 - 60.000 STB/day
3. Productivity index masih tinggi
4. Sumur tidak mempunyai problem kepasiran

Sistem pemasangan ESP terdiri dari dua bagian utama, yaitu : komponen
permukaan (surface equipment) dan komponen bawah permukaan (down hole
equipment).
Surface equipment terdiri dari :

1. VSD
2. Transformer
3. Junction Box
Down hole equipment terdiri dari :

33
Gambar 3.23

ESP equipment
1. Sensor
2. Motor
3. Protector
4. In-take
5. Gas separator
6. Pump
7. Bypass

Kelebihan dari ESP adalah dapat mengangkat fluida dalam jumlah yang besar dan
mudah dioperasikan, Dapat beroperasi pada kecepatan tinggi dan sesuai digunakan
pada sumur-sumur denga Productivity Index yang tinggi. Tetapi ESP juga memiliki
banyak kekurangan, yaitu ada limitasi kedalaman sumur karena horse power listrik
juga memiliki keterbatasan. Kedalaman juga dibatasi oleh ukuran pipa dan temperatur
yang tinggi. Pompa dengan horse power yang tinggi mungkin tidak akan cukup
memberikan ruang di annulus untuk mendinginkan motor yang dapat mengakibatkan
motor tidak jalan. Selain itu, komponen yang digunakan dalam ESP sangat mahal
karena harus tahan korosi dan tahan temperatur tinggi. Untuk memperbaiki kerusakan
pada kabel, diperlukan mencabut keseluruhan tubing.

Gambar 3.24
Variable Speed Drive

34
3. Hydraulic Pumping Unit (HPU)

Pada dasarnya HPU memiliki prinsip kerja yang sama dengan


SRP. Perbedaannya hanya pada alat permukaan saja, SRP hanya
memiliki 3 pilihan untuk mengatur stroke length, sedangkan stroke
length pada HPU dapat diatur dengan menggunakan sensor.

Jenis dari Hydraulic Pump Unit dibagi menjadi 2 :

• Jet pumps

• Pompa torak ( piston hydraulic pump = PHP)

Gambar 3.25

Hydraulic Pumping Unit

3.7 Analisa Sampel

Analisa minyak bumi dan produknya merupakan serangkaian metode pengujian


sifat dan karakteristik minyak bumi dan produknya. Hasil analisa tersebut berupa
serangkaian data yang menunjukkan sifat dan karakter minyak bumi yang dapat
memberikan gambaran karakteristik tersebut. Batasan-batasan nilai dari sifat dan
karakteristik minyak bumi serta produknya terdapat dalam spesifikasi. Di dalam
spesifikasi tersebut tercantum berbagai sifat, metode uji, dan batasan nilai yang harus
dipenuhi oleh suatu produk supaya dapat dipasarkan.

35
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water adalah
air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas. Air ini biasanya
mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan
air yang asam bahkan asam sekali.

Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena


memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon didalam
suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal
10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori.

Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air
formasi dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan
oleh :

- Penyemenan yang kurang baik.

- Kebocoran casing yang disebabkan oleh :

• Korosi pada casing.

• Sambungan kurang rapat.

• Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan).

Karakteristik atau sifat-sifat air formasi yang dianalisa antara lain:

1. Kadar Cl-.
Untuk menetapkan kadar Cl- dalam sampel air dapat ditetapkan melalui
salah satu metode titrasi yaitu argentometri. Titrasi argentometri adalah
Sejumlah tertentu sampel yang mengandung ion Cl- diendapkan dengan
penambahan larutan AgNO3 0,01 N dalam keadaan netral atau basa lemah.
Kemudian dititrasi menggunakan indikator potassium chromate dengan titik
akhir titrasi dicapai pada saat larutan berubah menjadi warna merah bata.
2. pH Air Formasi

36
Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung menentukan harga
pH dari sample setelah mencocokkan warna pada standar pH paper strip, maka
diperlukan kejelian dalam memilih dan mencocokkan warna dari paper strip.
3. Specific Gravity (SG) dan Derajat API.
Specific Gravity (SG) dari minyak bumi adalah perbandingan antara
berat jenis minyak bumi dengan berat jenis air standard diukur pada temperatur
600F dan tekanan 14.7 psi. Dalam dunia perdagangan terutama yang dikuasai
oleh perusahaan Amerika, SG ini dinyatakan dalam API gravity. API Gravity
minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi tersebut. Makin
kecil SG-nya atau makin tinggi API-nya maka minyak bumi tersebut makin
berharga karena lebih banyak mengandung bensin Sebaliknya maka mutu
minyak itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin.
4. Scale Index
Untuk mengetahui kadar scale pada suatu air formasi dilakukan analisa
scale index yaitu dengan menguji beberapa parameter seperti kandungan
CO2,CO3,HCO3,Ca+Mg,Ca,Cl,Fe, dan SO42-. Dilakukan pula analisa
turbidity dan pH. Hasil dari analisa scale index ini akan menghasilkan output
nilai tinggi / rendah nya kandungan scale dalam suatu air formasi yang dimana
apabila nilai scale semakin tinggi maka dapat dilakukan stimulasi untuk
mengurangi tingkat scale.
5. Pour Point
Tujuan dari analisa laboratorium pour point adalah untuk mengetahui
kemampuan suatu fluida tidak dapat mengalir pada temperature rendah.
Dilakukan dengan menggunakan bath box.

3.7 Arus Migas


Arus migas merupakan jalannya minyak dan gas bumi yang telah diproduksi
mulai dari wellhead hingga ke recycle pump. Skema dari arus migas dimulai dari
wellhead, flowline, manifold, headerline, separator, dehydrator, chemical injection, de-

37
gassing boot, storage tank, shipping pump, PD meter, dan recycle pump. Flowline
adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi dari suatu sumur menuju tempat pemisahan.
Manifold merupakan sekumpulan valve dan fitting yang disusun sedemikian
rupa sehingga dapat mengatur arah aliran fluida. Dari manifold ini aliran fluida yang
berasal dari sumur-sumur produksi diarahkan ke separator produksi. Header Line
merupakan jalur utama aliran fluida menuju separator produksi.

Gambar 3.26

Header Manifold

Separator disebut juga Scrubber, Accumulator, Flash Tank, Gas Boot atau nama
lainnya. Fungsinya secara umum adalah untuk memisahkan dua fluida atau lebih,
biasanya gas dan cairan. Dehydrator adalah vessel yang berfungsi memisahkan butiran-
butiran air yang masih terkandung di dalam minyak. Pemisahan yang terjadi di dalam
dehydrator menggunakan kalor atau pemanasan (heater treater) dan sistem listrik
(prinsip elektrostatik).

Gambar 3.27
Scrubber dan Separator

38
Chemical yang biasa digunakan di stasiun pengumpul minyak ada empat,
yaitu demulsifier, corrosion inhibitor, scale inhibitor, dan juga biocide (Sodium
Hyphoclorite).

Storage tank berfungsi sebagai tempat untuk menampung minyak sementara


sebelum dikirim ke penyulingan. Umumnya konstruksi tangki di buat dengan plat baja
yang lebih tebal dari tangki produksi karena sifatnya permanen. Shipping pump adalah
pompa sentrifugal yang digunakan untuk memompa minyak dari tangki produksi
menuju ke PD meter yang akan dikirim ke stasiun selanjutnya untuk di jual.

Gambar 3.28

Water Tank dan Production Tank

3.8 Well Test


Well test adalah metode untuk mendapatkan berbagai parameter dari
reservoir secara dinamis dan hasilnya lebih akurat dalam jangka panjang. Tujuan
dari well test adalah untuk memastikan apakah sumur akan mengalir dan
berproduksi. Selain itu well test juga dapat dilakukan untuk mengetahui berapa
banyak kandungan hidrokarbon di dalam reservoir dan kualitasnya. Well test juga
dapat dilakukan untuk memperkirakan berapa lama reservoir akan berproduksi dan
berapa lama akan menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Pengetesasn dapat dilakukan dengan beberapa alat diantaranya oil thief dan
deep tape. Pengukuran yang akurat didapat dengan menggunakan oil thief
sedangkan pengukuran deep tape hanya mendapatkan gross dari fluida di dalam
tangki. Selain itu dapat juga menggunakan pasta dan mistar untuk mengetahui nilai
gross dan nett fluida dari suatu sumur. Hasil yang didapat dari well test berupa

39
gross dan nett dari fluida sehingga water cut dapat diketahui. Well test dilakukan
selama 2 – 8 jam.

Gambar 3.29

Oil Thief dan Sampling

3.9 Sonolog dan Dynagraph


1. Sonolog
Fluid level sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.
Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk
menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level adalah merupakan
ukuran kemampuan sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid
level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.
Sonolog Echometer adalah merupakan kegiatan yang berfungsi untuk
mengetahui ketinggian level cairan di dalam annulus dengan Teknik Akustik,
Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari
gas N2 ke dalam annulus lagi ke permukaan, getaran tersebut dihubungkan
dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan pola getaran gas N2
tersebut. Kemudian dihitung Dynamic Fluid Level-nya, bila getaran tersebut
melewati tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran
dipantulkan lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung.
Kedalaman fluid level dapat dilihat dari jumlah tubing joint yang dikonversikan
menjadi satuan kedalaman.

40
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan
Working Fluid Level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu
pompa jika WFL sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth.
Istilah support disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat
menghisap fluida dari dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak
merusaknya.
Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu
diganti atau tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah
menandakan bahwa pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran
pompa diturunkan laju alirannya. Sedangkan untuk fluid level tinggi maka
kemungkinan pompanya akan di size up.

Gambar 3.30

Sonolog

2. Dynagraph

41
Gambar 3.31

Dynagraph

Dynagraph adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui kinerja pompa


angguk (sucker rod pump) dengan peralatan yang disebut dynamometer.
Dynamometer sendiri prinsipnya adalah alat pengukur beban pada polished
rod yang merupakan batang paling atas dari rangkaian pompa. Hasil yang
didapatkan dari pekerjaan dynagraph akan terbentuk suatu grafik langsung
terbaca di laptop. Untuk mengetahui apakah unit pompa yang telah dipasang
tersebut secara keseluruhan sudah bekerja dengan baik dan serasi,maka perlu
dilakukan pengukuran beban-beban yang diderita oleh polished rod selama
satu siklus pemompaan. Dari hasil pencatatan tersebut dapat dianalisa dan
dilakukan interpretasi terhadap kinerja unit pompa secara keseluruhan. Alat
yang dipakai untuk pengukuran tersebut adalah Dynamometer. Hasil
pengukuran dynamometer ini adalah berupagrafik (kurva yang disebut
dynamograph

Alat ini juga dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan


terhadapsistem pompa di dalam sumur, berdasarkan pada adanya
penyimpangan terhadap beban (lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya diderita oleh polished rod. Kondisi ideal dari hasil dynagraph yaitu
grafik yang berbentuk persegi panjang dimana nilai pompa pada saat upstroke
dan downstroke berbanding lurus.

Gambar 3.32

42
Grafik Dynagraph

3.10 Work Over Well Service

Work over atau yang disebut juga dengan kerja ulang adalah suatu kegiatan
untuk pindah lapisan dengan tujuan utama untuk optimalisasi produksi sumur.
Sedangkan well service adalah kerja ulang perbaikan sumur. Istilah lain yang biasa
digunakan adalah KUPL (kerja ulang pindah lapisan) dan KUPS (kerja ulang perbaikan
sumur).

Work over dan well service di PT. Pertamina Sangasanga ini dikelola oleh
WOWS (Work Over dan Well Service). WOWS berfungsi sebagai departemen yang
mengurus operasional dan penyediaan bahan untuk work over dan well service.

Di WOWS juga terdapat pupshop dan toolshop. Pumpshop menyediakan


pompa-pompa yang dibutuhkan untuk artificial lift. Toolshop merupakan tempat yang
menyediakan alat alat untuk service dan kerja ulang sumur maupun alat-alat pemboran.

43
BAB IV

PEMBAHASAN

Sumur yang sudah siap diproduksi diharapkan dapat mengalirkan fluida


dengan sendirinya ke permukaan. Namun, saat tekanan reservoir tidak mampu lagi
mengalirkan fluida sampai ke permukaan maka digunakan artificial lift atau
pengangkatan buatan yang dapat membantu mengangkat fluida ke permukaan serta
meningkatkan produksi fluida.

Artificial lift yang umumnya digunakan di PT. Pertamina EP Asset 5 lapangan


Sanga-Sanga adalah jenis Sucker Rod Pump (SRP), Electrical Submersible Pump
(ESP), dan Hydraulic Pumping Unit (HPU). Sebagian besar lapangan menggunakan
SRP sebagai bantuan untuk mengangkat fluida ke permukaan. Total dari jumlah sumur
yang menggunakan metode artificial lift sebanyak 131 sumur ,dimana sebagiann besar
di lapangan sangasanga menggunakan SRP sebagai artificial lift. Sedangkan sumur
yang masih menggunakan natural flow adalah SBJ-338, ANG-1063, dan ANG-1032.
Di Sanga-Sanga ada 6 sumur yang memproduksikan gas yaitu NKL-901, NKL-1110,
NKL-1026, NKL-1043, NKL-1028, NKL-1052.

Sumur-sumur yang produksinya sudah menurun akan dievaluasi ataupun


direparasi dan biasanya akan dilakukan perforasi pada kedalaman yang berbeda. Tugas
ini merupakan tanggung jawab WO&WS (work over and well service). Work over
adalah pengerjaan ulang dengan lapisan yang berbeda dengan dana dari negara
sedangkan well service adalah perawatan atau maintanace sumur. Sumur yang
dilakukan perforasi antara lain SBJ-265, NKL-975, dan NKL-967. Perforasi dapat
menggunakan High Shot Density (HSD) atau energet. HSD dapat digunakan pada
kondisi overbalance ataupun underbalance sedangkan energet hanya dapat digunakan

44
pada kondisi underbalance. Kedalaman zona yang mau diperforasi dapat dilihat dengan
menggunakan Casing Collar Locator (CCL) yang akan dikorelasi dengan hasil CCL
dari hasil log sebelumnya ataupun dapat dilihat dari log GR (Gamma Ray).

Pada sumur NKL-967 dilakukan perforasi pada interval 1357 – 1360 m.


Perforasi pada sumur NKL-975 dilakukan pada kedalaman interval 1107 – 1110 m.
korelasi dilakukan antara log CCL dengan log Gamma Ray. Selain itu pada sumur SBJ-
265 dilakukan perforasi untuk remedial cementing. Untuk mengetahui kualitas semen
dapat dilihat dari log Cement Bond Log (CBL). Prinsip kerja CBL adalah dengan
menggunakan gelombang suara yang ditembakkan ke dalam casing. Semen yang
memiliki ikatan tidak bagus akan memiliki fibrasi yang tinggi sedangkan semen yang
memiliki ikatan baik akan memiliki fibrasi yang kecil.

Sumur yang telah dipasang artificial lift perlu dilakukan sonolog dan
dynagraph. Sonolog dilakukan untuk mengetahui fluid level secara dinamis dan statis.
Pengukuran fluid level dinamis dilakukan saat pompa bergerak atau sedang
berproduksi sedangkan fluid level statis adalah fluid level yang ditunjukkan oleh sumur
yang sedang tidak berproduksi. Software yang digunakan adalah Echometer Total Well
Management atau TWM. Sumber tenaga dari echometer adalah nitrogen. Cara kerja
dari sonolog adalah nitrogen akan ditembakkan dari gun chamber ke casing kemudian
akan di record dan dikirim ke well analyzer dan akan dibaca oleh TWM. Output yang
didapat dari kegiatan sonolog adalah fluid level secara dinamis dan statis, total kolom
liquid (SM), TVD, dan tubing head pressure. Uji sonolg dilakukan pada lapangan LSE-
1073, LSE-1076, LSE-585, dan NNY-1080. Pembacaan THP menunjukkan tekanan
pompa. THP yang besar dapat terjadi karena tekanan pompa yang besar karena harus
mengalirkan fluida ke tangki sedangkan THP yang kecil menunjukkan ada masalah
pada pompa.

Selain sonolog, pengukuran performa pompa juga dilakukan setiap hari.


Performa pompa ini dapat diketahui dengan dynagraph. Performa pompa dapat dilihat
melalui grafik dynagraph antara load (beban) dan pump position. Pompa berada dalam
efisiensi yang besar jika grafik berbentuk persegi. Dynagraph dilakukan menggunakan

45
dynamometer, data yang didapat yaitu berat rangkaian sebesar 5000 lbs, padahal sumur
NKL-974 memiliki kedalaman 1005 m. maka dari itu menurut operator maka rangkaian
SRP pada sumur NKL-974 putus. Operator akan membuat laporan ke bagian
engineering agar segera ditindaklanjuti dan memasang rig untuk perbaikan sumur.

Sumur yang sudah diproduksikan harus di tes produksinya setiap harinya.


Tugas ini merupakan tugas well operator. Selain itu well operator juga bertugas untuk
mengambil sample untuk mengukur water cut langsung di sumur, menghitung gross
dan nett tiap sumur di SP (stasiun pengumpul). Well test yang dilakukan di SP dapat
menggunakan deep tape dan oil thief. Deep tape jarang digunakan karena hanya
mendapatkan hasil gross sedangkan oil thief dapat mengetahui batas air dan minyak.

Salah satu sumur yang dilakukan pengetesan water cut langsung di sumur
pada Jumat, 12 Juli 2019 adalah LSE-1109 dengan hasil pengukuran water cut adalah
5%. Untuk memastikan aliran di sumur mengalir dengan lancar dapat dilihat dari
pressure gauge untuk melihat THP (tubing head pressure). Adanya gas juga dapat
dilihat dari THP yang tidak stabil. Selain itu jika tekanan turun dari pengukuran
sebelumnya berarti terdapat masalah pada sumur.

Diagram alir lapangan Sanga Sanga adalah dari tiap-tiap sumur yang ada
mengalir ke SP (stasiun pengumpul), lalu dialirkan ke SPU (stasiun pengumpul utama),
kemudian ke P3 (pusat pengumpul produksi) yang nanti akan di barging ke RU
5(refinery unit). SP akan melaporkan berapa barel minyak yang akan dikirim ke SPU
dengan melakukan well test selama 2 sampai 8 jam. Setelah itu fluida akan dialirkan
ke SPU melalui trunk line. Pengiriman minyak dari SPU di daerah Selatan menuju P3
menggunakan flowline dan pengiriman minyak dari Samboja menuju P3 menggunakan
trucking.

Salah satu SPU yang dikunjungi adalah SPU-B. Di SPU-B terdapat header
manifold yang terdiri dari 3 row atau baris. Baris manifold pertama mengalirkan fluida
ke tanki test, baris manifold kedua mengarah ke tangka FWKO, dan baris manifold
ketiga mengalirkan fluida ke separator. Separator yang terdapat di SPU-B adalah

46
separator 2 fasa dan terdapat dua buah separator. Separator yang pertama untuk test dan
yang kedua adalah separator group. Gas yang berasal dari separator akan mengalir ke
scrubber. Scrubber kegunaannya adalah menyaring air yang masih terdapat dalam
partikel gas. Di SPU-B juga terdapat tangka FWKO dengan kapasitas 1500 bbl, storage
tank degan kapasitas 3000 bbl, dan water injection tank dengan kapasitas 1800 bbl.

Setelah dari SPU-B aliran akan dilanjutkan ke P3 atau Pusat Pengumpul


Produksi. Di P3 terdapat tangki H-15 sebagai tempat settling minyak dan adanya
treatment berupa penambahan chemical ataupun pemanasan untuk membantu
memisahkan minyak dan air. Pengukuran tangki H-15 dilakukan setiap 6 jam. Selain
itu ada tangki H-13 sebagai tangki settling. Air yang dihasilkan dari tangki ini akan
dikirimikan kembali ke SPU untuk dialirkan ke sumur water injection. Minyak yang
berada pada tangki H-13 akan dihitung jumlahnya untuk pelaporan ke RU (refinery
unit) dan pengiriman ke RU menggunakan kapal oil barge yang berkapasitas 16.000
bbl.

Selain itu, dilakukan juga analisa fluida formasi. Fluida formasi yang dianalisa
merupakan crude oil yang diambil dari sumur. Tujuan dari analisa fluida formasi ini
adalah untuk mengetahui kualitas minyak yang akan diproduksikan. Metode
pengambilan sample dapat dilakukan dengan bottom hole sampling ataupun surface
sampling. Analisa kandungan fluida yang dilakukan di laboratorium meliputi
penentuan kandungan sedimen (base sediment and water), penentuan specific gravity,
penentuan pour point, viskositas, dan analisa kandungan kimia dalam air formasi.

Perhitungan sedimen dilakukan untuk mencegah permasalahan pada flowline.


Kandungan base sediment and water dalam fluida formasi harus lebih kecil dari 0,5.
Perhitungan SG dilakukan dengan menggunakan hydrometer atau piknometer.
Perhitungan SG diperlukan untuk mengetahui jenis minyak yang didalam sumur
minyak berat atau minyak ringan. SG yang ringan mengindikasikan minyak ringan.

Penentuan pour point juga penting untuk mengetahui di temperature berapa


fluida akan berhenti mengalir. Penentuan pour point ini penting untuk cloud and pour

47
point. Selain itu dilakukan pengukuran scale index untuk mengetahui indikasi adanya
scale. Parameter yang di perlukan untuk mengetahui scale index diantaranya
kandungan CO2, CO3, HCO3, hardness, Ca, Cl-, Fe, sulfat, turbidity, dan Ph.
Perhitungan Fe dan sulfat menggunakan spektrofotometer.

48
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan pada kerja praktek ini adalah:

1. Ada 3 sumur yang meggunakan natural flow adalah SBJ-338, ANG-1063, dan
ANG-1032
2. Total sumur di field sangasanga pada tahun 2018 sebanyak 132 sumur minyak
aktif dan 6 sumur gas
3. produksi terbanyak lapangan Sangan Sanga sebesar 5200 BOPD pada bulan
Juli dengan target 6000 BOPD.
4. Ada 3 artificial lift yang digunakan di Sanga Sanga yaitu SRP, ESP, dan HPU
5. Sumur NKL-967 dilakukan perforasi pada interval 1357 – 1360 m
menggunakan energet
6. Perforasi untuk remedial cementing dilakukan dengan menggunakan HSD
7. Perforasi pada NKL-975 dilakukan pada kedalaman 1107 – 1110m
menggunakan HSD
8. Sonolog dilakukan pada sumur LSE-1073, LSE-1076, LSE-585, NNY-1080,
NNY-489, NNY-886, dan NNY-964.
9. Pengukuran dynagraph dilakukan pada sumur NKL-974 didapat berat
rangkaian sebesar 5000 lbs.
10. Diagram alir produksi berawal dari sumur lalu menuju SP menggunakan lalu
diteruskan ke SPU menggunakan trunk line dan kemudian dialirkan ke P3 untuk
dilakukan pengiriman ke RU.
11. Base sediment and water maksimal adalah 0,5.

49
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/58055033-Dasar-dasar-teknik-pemboran.html

https://docplayer.info/31065333-Teknik-produksi-migas-semester-3.html

https://docplayer.info/38179947-Teknik-produksi-migas-semester-4.html

https://fachriborneo.wordpress.com/2009/12/13/apa-yg-di-maksud-dynagraph/

https://money.kompas.com/read/2014/11/14/140113526/Mata.Negara.pada.Lifting.Migas

http://petroleum-learning.blogspot.com/2015/12/sistem-putar-rotating-system.html

http://petroleum-learning.blogspot.com/2015/12/5-sistem-pengeboran-peralatan-bor-
putar.html

50
LAMPIRAN
LAPORAN HARIAN KERJA PRAKTEK

51
52
53

Anda mungkin juga menyukai