TUGAS SARJANA
Oleh
i
HALAMAN PERNYATAAN (DEKLARASI)
Menyatakan bahwa Tugas akhir yang saya buat merupakan hasil karya sendiri
dan tidak menjiplak karya manapun. jika suatu saat ditemukan bahwa karya ini
merupakan hasil plagiat, maka saya siap menerima konsekuensi seperti yang diatur
dalam Undang-Undang.
Demikian deklarasi tertulis yang saya buat, deklarasi ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan pihak manapun.
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS SARJANA
Oleh:
Muhammad Kusuma Ashaktadi
1401420
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
S1 Teknik Perminyakan
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS SARJANA
Oleh:
Muhammad Kusuma Ashaktadi
1401420
Anggota
Mengetahui,
a/n Ketua STT Migas Balikpapan
Wakil Ketua 1 Bidang Akademik
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Mujadalahayat: 11)
beberapa hal yang harus diubah maupun dikurangi dan ada beberapa hal
Persembahan
ALLAH SWT
atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya karya kecil
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga Aa
persembahkan karya kecil ini kepada Ayah & Ibu tercinta yang telah
memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih tiada terhingga
v
yang tidak mungkin dapat Aa balas hanya dengan selembar kertas yang
bertuliskan kata cinta dan persembahan. Sosok yang pertama dari tujuan
hidup yang selalu membangkitkan Aa disaat terpuruk dari hidup Aa. Terima
kasih tuhan telah kau berikan kepadaku malaikatmu, terima kasih telah kau
Terima Kasih suma sampaikan pada Bapak & Mama tercinta yang telah
menyelesaikan Laporan Tugas akhir ini. inilah karya kecilku untukmu salam
Adik
Untuk Adik – adikku Annisa Aulia, Nur Sakinah, Husnul Khotimah, dan Risma
sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa
tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan selama ini karya kecil ini yang
dapat aku persembahkan, maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi
My Future Wife
kecil ini untukmu, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan,
vi
dalam menyelesaikan karya kecil ini, semoga engkau pilihan terbaik untukku
yang tiada hentinya bapak berikan kepada saya tidak akan lupa segala jasa
dan limpahan kesabaran bapak dalam membimbing saya selama ini serta
Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, bimbingan serta pengalaman
untuk kalian atas kebersamaan saat menimba ilmu selama empat tahun,
terima kasih untuk segala suka maupun duka dari kalian aku banyak belajar
Terima kasih untuk semuanya yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu
persatu dalam lembar persembahan ini, terima kasih atas motivasi dan
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Analisa dan
optimasi sumur “AT” dengan melakukan perbandingan antara artificial lift sucker
rod pump dan electrical submersible pump yaitu pada lapangan “AA” dengan
menggunakan software
Dengan tersusunnya Tugas Akhir ini, saya sebagai penyusun mengucapkan
terima kasih atas semua dukungan yang diberikan semua pihak kepada penulis,
terutama kepada kedua orang tua dan keluarga. Tidak lupa secara khusus penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Lukman, MT. selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
2. Abdi Suprayitno.ST., M.Eng selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Perminyakan.
3. Andy Wijaya, S.T., M.T selaku pembimbing Akademik saya selama
melaksanakan kegiatan perkuliahan di STT MIGAS Balikpapan .
4. Bapak M. Ardian Pratama.B.Sc., M.Si selaku Dosen pembimbing utama
dalam penyusunan Tugas Akhir ini dan juga mentor yang selalu memberikan
inspirasi.
5. Bapak Amiruddin. S.Pd., M.Pd selaku pembimbing pendamping dalam
penyusunan tugas akhir ini .
6. Ibu dan Ayah saya serta adikku tercinta yang telah memberikan doa dan kasih
sayangnya sampai pada detik ini.
7. Kekasihku yang telah memberi motivasi, semangat dukungan dan bantuan
dalam penyusun laporan Tugas Akhir
8. Kelas S1 TP D angkatan 2014, selaku teman-teman dalam menimba ilmu saat
perkuliahan terutama sahabat seperjuangan kuliah dan dalam mengerjakan
tugas akhir yaitu Irfan dan Gerson. Dan terimakasih kepada Rega Pratama yang
telah membantu dalam Tugas Akhir ini.
viii
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan yang ada padapenulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan yang
akan datang.
Atas partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan
terimakasih dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
Penyusun
ix
ANALISIS DAN OPTIMASI SUMUR “AT”
Muhammad
DENGAN MELAKUKAN PERBANDINGAN
Judul ANTARA ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROAD PUMP Kusuma
DAN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP YAITU Ashaktadi
PADA LAPANGAN “AA”
Program
Teknik Perminyakan 1401420
Studi
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Pada sumur “AT” memiliki laju alir 577 bpd yang tidak begitu tinggi
sehingga penulis mencoba meningkatkan laju alir produksi pada sumur “AT”
dengan memasang artificial lift Sucker rod pump atau Electrical submersible pump.
Dengan batasan laju alir maximum atau Q max pada Sumur “AT”, perbandingan
design Sucker rod pump dengan Electrical submersible pump yang tepat untuk
sumur “AT”.
Pada analisa performa sumur “AT” penulis membutuhkan persiapan dan
validasi data yang tepat untuk penelitian ini. Pemodelan dibuat dengan
menggunakan software PROSPER. Penulis membandingkan design dua artificial
lift yaitu Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump. Dari hasil design dua
artificial lift tersebut maka penulis dapat menarik kesimpulan dari design Sucker
rod pump dan Electrical submersible pump yang memiliki laju alir optimal di sumur
“AT”.
Dengan menggunakan metode vogel di dapatkan Q max / laju alir sebesar
1251.9 Stb/day dan PI sebesar 0.90495 Stb/day/psi, Design setting parameter
artificial lift yang cocok antara SRP dan ESP didapatkan sebagai berikut.
Artificial lift SRP Minimum polished rod load 12663.9 lbf, Actual liquid
production rate 905.474 Stb/day, Life efficiency (LE) 96.0893 %, Pump speed
75.08 Spm, Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105, Rod number 96-06. Artificial
lift ESP Select Pump ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day) Select Motor Reda
375_87_Std.7.5HP 410V 14A, Select cable #1Aluminium0.33(Volts/1000ft)
95(amps) max, Pump intake rate 999.604 Rb/day, Number of stages 22, Motor
speed 3511.73 rpm.
Artificial lift yang penulis pilih antara Sucker rod pump dan Electrical
Sumbersible Pump ialah Electrical Submersible Pump alasan pertamanya ialah
jumlah dari liquid rate ESP 999.604 RB/day lebih besar dibanding SRP yaitu
905.47 RB/day, kedua diliat dari kasus lapangan memakai metode screening
dengan melihat beberapa indicator dari sumur itu sendiri maka artificial lift yang
sangat sesuai dengan hasil identifikasi kondisi terkini pada sumur AT ialah ESP.
Kata kunci: Sucker rod pump dan Electrical submersible pump , Ipr , dan Opr
x
ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF THE WELL
Muhammad
"AT" BY DOING A COMPARISON BETWEEN
Title ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROAD PUMP AND Kusuma
ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP THAT IS ON Ashaktadi
THE FIELD "AA"
Major Petroleum Engineering 1401420
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
On the well "AT" has a flow rate that is not bpd 577 so high that the author
tried to increase the flow rate of the production at the well "AT" by installing
artificial lift Sucker rod pump or Electrical submersible pump. With the limitation
of the maximum flow rate or Q max on the well "AT", comparative design Sucker
rod pump with Electrical submersible pump that is right for the well "AT".
On the analysis of the performance of the well "AT" the author takes
preparation and the right data validation for this research. Created by using
modeling software PROSPER. The author compares the design of two artificial lift
i.e. Sucker Rod Pump and Electrical Submersible Pump. From the results of the two
artificial lift design then authors can draw conclusions from the design of Sucker
rod pump and Electrical submersible pump that has the optimal flow rate at the well
"AT".
By using the method of vogel in the get Q max/flow rate of 1251.9 Stb/day
and PI of Stb/day 0.90495/psi, Design parameter setting artificial lift that fits
between the SRP and ESP is obtained as follows.
Artificial lift SRP Minimum polished rod load 12663.9 lbf, the Actual liquid
production rate 905,474 Stb/day, Life efficiency (LE) 96.0893%, Pump speed 75.08
Spm, Pumping unit C-Lufkin LC105, Rod 25-53-24 number 96-06. Artificial lift
Pump Select ESP ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day) Select Motor Reda
375_87_Std. 7.5 HP 410V 14A, Select cable #1Aluminium0.33 (Volts/1000ft) 95
(amps) max, Pump intake rate 999,604 Rb/day, Number of 22 stages, the Motor
speed rpm 3511.73.
Artificial lift that authors choose between Sucker rod pump and Electrical
Pump Sumbersible Electrical Submersible Pump is the first reason is the amount of
liquid rate ESP 999,604 RB/day more than SRP, namely 905.47 RB/day, second
best of the cases field screening method of wear by looking at several indicators
from the well itself then the artificial lift which is very suitable with the current
condition of the identification results in the well AT is ESP.
Keywords: Sucker rod pump and Electrical submersible pump, Ipr, and Opr
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER
HALAMAN PERNYATAAN (DEKLARASI)................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................vii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II. GEOLOGI REGIONAL .................................................................. 4
2.1. Lokasi penelitian ...................................................................................... 4
2.2. Sejarah Lapangan .................................................................................... 5
2.3. Geologi Regional ...................................................................................... 5
2.4. Stratigrafi dan Sedimentasi ....................................................................... 7
2.5. Struktur Lapangan .................................................................................... 9
2.6. Kondisi Reservoir ..................................................................................... 10
xii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................11
3.1. Mekanisme Aliran Fluida Reservoir ..................................................... 11
3.1.1. Produktivity Indeks................................................................... 11
3.1.2. Inflow Performance Relationship .............................................. 12
3.1.3 Kurva IPR 2 Fasa...................................................................... 13
3.2 Artificial Lift ........................................................................................ 14
3.2.1. Pengertian dan pemilihan Arttificial Lift ................................... 14
3.2.2. Electrical Submersible Pump .................................................... 15
3.2.3. Sucker Rod Pump .................................................................... 24
3.3 Perencanaan Design Artificial Lift ....................................................... 26
3.3.1 Perencanaan Sucker Rod Pump.................................................. 28
3.3.2 Optimasi Sucker Rod Pump ....................................................... 32
3.3.3 Perencanaan Electrical Submersible Pump ................................. 36
3.3.4 Optimasi Electrical Submersible Pump ...................................... 40
BAB IV. ANALISIS DAN PERHITUNGAN ............................................... 48
4.1. Data-Data Lapangan .............................................................................. 48
4.2. Flowchart Diagram Alir ........................................................................ 49
4.3. Pemodelan Produksi Sumur AT ............................................................. 50
4.3.1. Konstruksi Kurva IPR ................................................................... 50
4.3.2. Modeling dengan PROSPER ........................................................ 51
4.4. Optimasi dari Sumur AT ........................................................................ 52
4.5. Kelebihan dan Kekurangan ESP dan SRP .............................................. 52
4.6. Metode Screening .................................................................................. 53
4.7. Disain Electrical Submersible Pump ...................................................... 54
4.8. Desain Sucker Rod Pump ...................................................................... 57
BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 59
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 64
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 64
xiii
6.2. Saran ...................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Data Properties sumur ............................................................................... 48
4.2 Data Properties Fluida .............................................................................. 48
4.3 Validasi Data Properti Sumur ................................................................... 51
4.4 Tabel Screening ........................................................................................ 53
4.5 Downhole Equipment pada Sumur AT ...................................................... 54
4.6 Data Desain ESP ....................................................................................... 54
4.7 Pemilihan Pompa, Motor dan Kabel Pada Sumur AT ................................ 56
4.8 Data Desain SRP ...................................................................................... 57
4.9 Hasil Perhitungan SRP pada Sumur AT .................................................... 58
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Lapangan Sangata .................................................................. 4
2.2. Peta Geologi Kalimantan Timur dan Tenggara ......................................... 6
2.3. Kolom Stratigrafi Daerah Sangata - Bungalun .......................................... 8
2.4. Arah – Arah Sedimentasi Delta di Cekungan Kutai ................................... 9
3.1 Kurva Inflow Performace Relationship ..................................................... 12
3.2 ESP .......................................................................................................... 15
3.3 Jenis-Jenis Sucker Rod Pump ................................................................... 21
3.4 Mekanisme kerja Sucker Rod Pump.......................................................... 22
3.5 Tubing intake pressusere untuk Artificial Lift ........................................... 27
3.6 Aliran Stabil ............................................................................................. 27
3.7 Sumur Mati............................................................................................... 28
3.8 Perpotongan Kurva IPR dengan (N vs q) dan (S vs q) ...............................35
3.9 Perpotongan Kurva Hubungan (N vs q) dan (S vs q) .................................36
3.10 Chart kehilangan Tekanan dalam pipa.......................................................39
3.11 Chart kehilangan Tegangan.......................................................................40
3.12 Grafik Friction Loss William-Hazen .........................................................42
3.13 Recommended Operating Range Pump Performance Curve untuk A-30
50Hz Perencanaan Optimasi Electical Submersible Pump .........................42
3.14 Grafik Hasil Perencanaan PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Tetap ......44
3.15 TIP pada Tubing 2.441 inches Kurva IPR Pudjo Sukarno .........................45
3.16 Grafik Hasil Perencanaan PSD Tetap dengan Tipe dan Stage Pompa
Berubah ....................................................................................................46
3.17 Grafik Hasil Perencanaan Evaluasi ESP dengan PSD Berubah Tipe dan
Stage Pompa Berubah ...............................................................................47
4.1. Flowcart ................................................................................................... 49
4.2. Kurva IPR pada sumur AT ....................................................................... 50
4.3. Kurva IPR dan OPR pada sumur AT ......................................................... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.4 Hasil Perhitungan Desain ESP .................................................................. 55
4.5 Downhole Equipment pada Sumur AT ...................................................... 55
4.6 Perhitungan Best Efisiensy pada Sumur AT .............................................. 56
4.7 Rod Load Plot Sumur AT ........................................................................ 58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5) Bagaimana artificial lift yang lebih tepat antara SRP dan ESP untuk sumur
“AT”?
2
menjadi bahan pertimbangan dalam memasang Artificial lift yang tepat apakah
memakai Sucker rod pump atau Electrical submersible pump terhadap sumur “AT“
kedepannya. Dan untuk para mahasiswa STT Migas, melalui Tugas Akhir ini
penulis mencoba membagi pengetahuan untuk melakukan optimasi produksi.
3
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
4
2.2. Sejarah Lapangan
Pemboran pertama sumur Sangatta-1 (ST-1) dilakukan dalam tahun 1939-
1940 dan berhasil menemukan beberapa lapisan minyak dan gas, antara kedalaman
500 sampai dengan 1305 meter. Kegiatan eksplorasi selanjutnya dihentikan karena
meletusnya Perang Dunia II. Awal tahun 1970 Pertamina mulai merintis kembali
daerah Sangatta, kegiatan eksplorasi di wilayah ini diawali dengan penyelidikan
seismik, terutama bertujuan untuk menentukan bentuk dan eksistensi struktur
Sangatta, diikuti dengan survey gravity, serta aero magnetic yang dilaksanakan
bersama Kaltim Shell dan Huffco (1971).
Lapangan Sangatta baru diproduksi pada bulan Februari 1976 dengan
produksi rata-rata 5.034 bpd dan pada tahun 1979 produksi sangatta mencapai
produksi tertinggi yaitu 9.125 bpd. Sampai dengan bulan Juni 2017 sumur yang
sudah dibor dilapangan Sangatta berjumlah 217 sumur dan saat ini yang
berproduksi berjumlah 88 sumur dengan rincian 1 sumur sembur alam, 2 sumur gas,
85 sumur minyak dengan bantuan pengangkatan buatan (Artificial Lift). Perkiraan
cadangan minyak awal 241.793 MSTB, Recovery Factor 20 %, Produksi Minyak
pada bulan Juni 2014 adalah 1.333 STB.
Adapun fasilitas produksi yang ada dilapangan Sangatta perbulan juni 2017
antara lain 1 Main Ghatering Station, 6 unit SPU, dan 1 unit dermaga. Masing-
masing unit dilengkapi flow line, dan manifold.
5
Penurunan dasar Cekungan selama kala Eosen hingga Oligosen Awal
menyebabkan terjadinya transgresi regional yang berlangsung dari Timur ke Barat.
Pengangkatan tinggian Kuching pada kala Oligosen Akhir telah mengubah arah
umum sedimentasi di Cekungan Kutai dengan dimulainya fase regresi utama dari
Barat ke Timur. Sedimentasi delta mencapai puncak perkembangannya pada kala
Miosen Akhir hingga Pliosen. Akibat dari kegiatan tektonik Oligosen Akhir
tersebut di daerah Sangatta tidak begitu nyata. Kemungkinan daerah Mangkupa di
sebelah Utara Sungai Bungalun terangkat dan daerah lainnya termasuk Sangatta
masih berada dalam fase transgresi. Sedimentasi dan tektonik di daerah Sangatta -
Bungalun telah berjalan secara sinkron (Samuel, 1975).
6
Tengah mulai membebani endapan lempung tebal berumur Tersier dan
mengakibatkan masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil.
Akibatnya masa lempung mencuat, berdiapirik menerobos sedimen regresif
diatasnya, membentuk struktur antiklin yang sempit ini dipisahkan oleh sinklin-
sinklin yang lebar, berlangsung setahap demi setahap, beruntun bersamaan dengan
progradasi pengendapan delta. (Samuel, 1975 : Van de Weerd dkk, 1992).
7
(Sumber: Duval, 1992)
Stratigrafi daerah Sangatta, berdasarkan data log, data litologi dan data fosil
diwakili oleh 4 formasi batuan yaitu berturut-turut dari bawah keatas (Gambar 2.3).
1. Formasi Pamaluan.
Litologi terdiri dari Batulempung dan Lanau berwarna kelabu hingga kelabu
kehitaman selang-seling dengan Batupasir. Di Sangatta litologi tersebut
merupakan bagian atas dari formasi Pamaluan dengan umur Miosen Bawah dan
diendapkan pada lingkungan laut neritik.
2. Formasi Pulubalang
Formasi litologinya berupa perselingan antara Batupasir dengan Batulempung,
kadang-kadang terdapat sisipan Batugamping yang banyak mengandung fosil.
Umur dari formasi ini adalah Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan
neritik tengah - neritik dalam.
8
3. Formasi Balikpapan
Formasi memiliki susunan litologi berupa perselingan Batupasir dan
Batulempung dengan sisipan Batubara. Umur dari formasi ini adalah Miosen
Tengah bagian atas dan diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga
transisi dengan model pengendapan selang-seling antara kondisi fluvial dan
kondisi delta.
4. Formasi Kampung Baru
Formasi ini memiliki lithologi yang didominasi oleh Batupasir dan Batulempung
tetapi pada bagian bawahnya terdapat juga Batugamping Konglomerat. Formasi
ini memiliki lingkungan pengendapan didaerah parafik sampai reefal epineritic.
9
Gambaran secara regional struktur bawah permukaan daerah sangatta
merupakan sebuah antiklin memanjang dari selatan ke arah utara dengan sudut
kemiringan dikedua sayapnya berkisar antara 6o – 8o, dan dengan beberapa blok
patahan. Patahan pada umumnya patahan normal yang melintang dibagian tengah,
sedang diujung selatan ada patahan pergeseran ke samping diikuti dengan beberapa
patahan kecil yang membelok kearah Timur-Selatan. Luas antiklin lapisan
produktif 18 km2 dengan panjang 6 km dan lebar 3 km.
10
BAB III
TEORI DASAR
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
(Ps-Pwf) = drawdown, psi
11
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
PI = Productivity index, stb/day/psi
12
pada kondisi 2 fasa ada sebuah persamaan yang terkenal yang disebut dengan
persamaan Vogel.
13
Artificial lift adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara
memasukkan tenaga tambahan kedalam sumur(bukan kedalam reservoir) dimana
metode ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi
mendorong fuida kepermukaan atau untuk maksud meningkatkan produksi .
Jenis jenis artificial lift untuk pengangkatan buatan sumur ada banyak di
antara yaitu :
• Sucker Rod Pump ialah jenis ariticial lift yang menggunakan
pompa electikcal mechanical yang dipasang di permukaan dengan prinsip
menggunakan katup searah,yang pergerakan nya naik turun seperti
menggangguk
• Electrical Submesible Pump ialah jenis artifial lift yang menggunakan pompa
sentrifugal bertingkat (stages) yang digerakan oleh motor listrik dan di pasang
di dalam sumur.
• Gas Lift ialah jenis artificial lift yang menggunakan gas ke dalam kolom
minyak di dalam sumur sehingga berat minyak menjadi lebih ringan dan dapat
mengalir ke permukaan.
• Progressive Cavity Pump ialah jenis artificial lift menggunakan pompa yang
dipasang di dalam sumur tetapi motor di pasang di permukaan yang proses
pemompaannya menggunakan sucker rod sebagai penghubung antara motor
dengan pompa di bawah permukaan.
• Jet Pump ialah jenis artificial lift mneggunakan fluida yang nantinya akan di
pompakan kedalam sumur lalu di semprotkan lewat nozle ke dalam kolom
minyak.
14
impeller (bagian yang berputar) dan diffuser (bagian yang diam) serta
memiliki poros yang dihubungkan langsung dengan motor penggerak.
Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang di supplai dari
permukaan dengan perantaraan kabel listrik. Sedangkan sumber listrik
diambil dari power plant yang ada di lapangan minyak.
Prinsip kerja pompa ESP Motor listrik berputar pada kecepatan relatif
konstan, memutar pompa (impeller) melewati poros (shaft) yang
disambungkan dengan bagian protektor. Power disalurkan ke peralatan
bawah permukaan melalui kabel listrik konduktor yang di klem pada tubing.
Cairan memasuki pompa pada bagian intake dan dilepas ke tubing ketika
pompa sedang beroperasi. Kelakuan pompa berada pada harga efisiensi
tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi. Tingginya volume gas
bebas menyebabkan operasi pompa tidak efisien.
15
permukaan. Peralatan Bawah Permukaan Peralatan ini dalam satu kesatuan
di ujung tubing produksi dan dibenamkan ke dalam fluida sumur.
1. Peralatan di bawah Permukaan pada artificial lift ESP
a). PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat
tekanan dan temperatur dalam sumur. Secara umum PSI unit mempunyai
2 komponen pokok, yaitu:
1). PSI Down Hole Unit
Dipasang di bawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena
alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah
merupakan bagian dari motor tersebut.
b). Motor
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa
(prime mover). Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri dari dua
kumparan, yaitu stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang
bergerak). Rotor ini dihubungkan dengan poros yang terdapat pada
pompa (shaft) sehingga impeller pompa akan berputar. Karena diameter
luarnya terbatas (tergantung diameter casing), maka untuk mendapatkan
horse power yang cukup maka motor dibuat panjang dan berganda
(tandem). Motor ini diisi dengan minyak yang mempunyai tahanan listrik
(dielectric strength) tinggi. Minyak tersebut selain berfungsi sebagai
pelumas juga berfungsi sebagai tahanan (isolasi) dan sebagai penghantar
panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor
tersebut bekerja. Panas tersebut dipindahkan dari rotor ke housing motor
16
yang selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluida sumur yang
terproduksi.
c). Protektor
Protektor dipasang di antara intake dan motor listrik yang
mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu: untuk mengimbangi tekanan
motor dengan tekanan di annulus, sebagai tempat duduknya Thrust
Bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type) untuk
meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa, sebagai penyekat
masuknya fluida sumur ke dalam motor listrik serta memberikan ruang
untuk pengembangan / penyusutan minyak motor sebagai akibat dari
perubahan temperatur dalam motor listrik pada saat bekerja atau saat
dimatikan.
d). Intake (Gas Separator)
Intake / Gas Separator dipasang di bawah pompa dengan cara
menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang
dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa,
disebut Gas Separator, tetapi ada juga yang tidak yang disebut Intake atau
Standart Intake.
e). Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri
dari: impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di
dalam housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri
dari satu impeller dan satu diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada
setiap pompa akan dikorelasi langsung dengan Head Capacity dari
pompa tersebut. Pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu
(tandem) tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk
menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan
bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage
dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.
Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk ke dalam pompa
17
melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa,
impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses sentrifugal
maka fluida akan terlempar keluar dan diterima oleh diffuser. Oleh
diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga
potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses
tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada
saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus menerus sehingga tekanan
head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin
banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan
pompa untuk mengangkat fluida.
f). Unit Kabel Listrik
Power cable gunanya untuk mengalirkan arus listrik dari
switchboard ke motor. Power yang dibutuhkan oleh motor disalurkan
dari permukaan melalui kabel listrik yang dilapisi dengan penyekat.
Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing dengan Clamp. Unit kabel ini
terdiri atas tiga buah kabel tembaga yang satu sama lain dipisahkan
dengan pembalut terbuat dari karet dan keseluruhannya dibungkus
dengan pelindung baja. Ada dua jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan
round cable (bulat), yang penggunaannya tergantung pada besarnya
ruang (clearances) yang tersedia.
g). Check Valve dan Bleeder Valve
Check valve dipasang 2 – 3 joint di atas pompa, gunanya untuk
menahan liquid agar tidak turun ke bawah yang mana mengakibatkan
pompa berputar terbalik sewaktu pompa mati. Bleeder valve berada 1
joint di atas check valve digunakan untuk mengeringkan fluida ke
annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan dalam tubing untuk
membukanya.
h). Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser
atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga
kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.
18
2. Peralatan di Atas Permukaan pada artificial lift ESP
Peralatan di atas permukaan terdiri atas: Wellhead, Junction Box,
Switchboard dan Transformer.
a). Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus
yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator. Cable pack
off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi
juga dengan lubang untuk hidraulic control line, yaitu saluran cairan
hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka.
b). Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara
switchboard dan wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel
atau penghubung kabel yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang
berasal dari Switchboard. Junction Box juga digunakan untuk melepaskan
gas yang ikut dalam kabel agar tidak menimbulkan kebakaran di
switchboard.
c). Switchboard
Berfungsi sebagai pengendali atau kontrol peralatan pompa yang
ditenggelamkan ke dalam sumur. Alat ini merupakan kombinasi dari motor
starter, alat pelindung dari overload / underload, alat pencatat tegangan serta
kuat arus listrik selama dalam kondisi operasi atau ammeter recording.
d). Transformer
Berfungsi sebagai pengubah tegangan dari primary voltage menjadi
voltage yang disesuaikan dengan kebutuhan motor yang digunakan. Alat ini
terdiri dari core atau inti yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat
tembaga. Keduanya baik core maupun coil direndam dengan minyak trafo
sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan
jumlah lilitan kawatnya.
19
3.2.3. Sucker Rod Pump
1. Prinsip Kerja Sucker Rod Pump
SRP umumnya digunakan didunia perminyakan karena relatif murah
dan mudah pengoperasiannya. Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah (moderate) (lebih rendah dari 2000 bpd) sangat
cocok menggunakan pompa SRP dalam pengangkatan fluida produksi ke
permukaan.
SRP dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi counterbalance, yaitu:
a. Cank balanced-conventional dan Mark II
Pompa angguk jenis Mark II adalah pompa yang fungsinya agar gaya
yang dihasilkan pada saat up stroke lebih besar dari pada down stroke akan
tetapi pompa tipe ini tidak dapat membuat walking beam bergerak lebih dari
160o.
b. Beam balanced – conventinal
Pompa angguk tipe konvensional adalah pompa yang paling banyak di
pakai di perusahaan perminyakan. Titik mampu pompa konvensional adalah
di dekat pusat walking beam dan pitman yang berfungsi mengangkat dengan
menarik kebawah di bagian belakang walking beam. Jenis pumping unit ini
adalah jenis desain terbaru dalam pumping unit, dalam unit ini titik tumpu
dekat dengan pusat center dari walking beam dan memiliki gerak up stroke
yang tinggi (lebih dari 1860). Dengan kondisi tersebut mengakibatkan beban
torsi lebih rendah yang diterima pompa angguk dan dengan kapasitas angkat
yang lebih tinggi.
c. Air balanced- front mounted
Air Balanced Unit Dengan kompresi udara lebih cepat pada counter
weight yang terbuat dari baja tuang dan dapat menunjukkan control yang
akurat dari counter balanced. Disamping itu berat dari unit dapat dikurangi
biaya dan transportasi serta instalasi dapat ditekan lebih rendah. Air balanced
unit memiliki kuntungan pada skala yang lebih besar dengan langkah (stroke)
yang panjang. Pumping unit jenis ini memiliki ciri yaitu adanya kompresi
(tabung udara) yang berfungsi sebagai counter balanced.
20
(Sumber: Brown, Kermit, E,1980)
21
(Sumber: Brown, Kermit, E,1980)
22
Adapun bagian-bagian dari surface equipment :
3). Crank
Fungsinya menghubungkan crank shaft pada gear reducer dengan
counter weight untuk mengatur stroke length dengan mengubah posisi dari
pitman bearing.
5). Pitman
Fungsinya untuk menghubungkan pitman bearing dengan walking
beam yang berfungsi mengubah gerak putar menjadi gerak naik turun.
23
8). Polished Rod
Merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan dan berfungsi menghubungkan antara rangkaian rod di dalam
sumur dengan peralatan-peralatan dipermukaan
11). Briddle
Bridle nerfungsi sebagai tempat menggantungkan Carrier Bar.
24
ada dua macam, yaitu tubing pump dan rod pump (insert pump). Dikatakan
tubing pump karena posisi barrel dari pompa menyatu dengan tubi ng
sehingga waktu sucker rod dicabut pada saat servis maka barrel tetap berada
di bawah tidak ikut tercabut. Sedangkan rod pump, posisi dari barrel menyatu
dengan sucker rod sehingga bila sucker rod dicabut saat servis maka barrel
akan ikut tercabut.
2). Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam working barrel
yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari reservoir ke permukaan .
25
6). Seating Nipple
Merupakan tempat dudukan dari standing valve sehingga standing
valve tidak terlepas pada saat upstroke atau downstroke.
7). Tubing
Berfungsi mengalirkan fluida dari dasar sumur ke permukaan dimana
fluida mengalir melalui ruang antar sucker rod dan tubing.
26
yang stabil. Gambar 3.7. menunjukkan sumur mati karena tubing intake pressure
tidak memotong kurva IPR. Sumur ini harus dipasang artificial lift untuk mengubah
tubing intake curve sehingga memotong kurva IPR.
Untuk sumur yang masih mampu mengalir secara alami, tidak berarti
artificial lift tidak dipertimbangkan untuk dipasang. Banyak sumur mampu
memproduksi laju alir yang lebih tinggi ketika dipasang artificial lift, dan hal ini
hampir sering dilakukan untuk mempercepat produksi atau ketika terjadi situasi
yang kompetitif.
27
S
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
28
Q = Laju alir, Bbl/day
γ = Densitas
3. Panjang Langkah (stroke)
Berdasarkan L dan PD, maka dari chart pump unit section diperoleh
- API size dan Stroke
4. Penentuan Diameter Plunger, Tubing, Rod SPM
- Berdasarkan API size pada langkah “c” dan kedalaman L maka dari tabel
design data diperoleh :
• Diameter plunger
• Diameter tubing
• Ukuran rod
• Kecepatan Pemompaan (SPM)
5. Acceleration Faktor
α = SN2 / 70500...................................................................................(3-6)
Keterangan :
S = Panjang langkah, inchi
N = Kecepatan pemompaan, SPM
6. Panjang Langkah Plunger Efektif
29
Sg = Specific gravity fluida
At = Luas penampang tubing, sq. In.
At = Luas penampang rod, sq. In.
Lt = Panjang tubing, ft.
Lr = Panjang rod, ft.
7. Estimasi Displacement Pompa
Q = K Sp N...........................................................................................(3-9)
Keterangan :
Q = Estimasi displacement pompa, Bbl/day
K = Konstanta plunger tertentu
Sp = Panjang langkah plunger efektif, in.
N = kecepatan pemompaan, SPM
8. Berat Rod String
Wr = L x m...........................................................................................(3-10)
Keterangan :
Wr = Berat rod string, lb.
L = Setting depth pompa, ft.
m = Berat rod, lb/ft
L & m = Dapat dilihat pada tabel
9. Berat Fluida
Wf = 0,433 Sg (L Ap – 0,294 Wr).......................................................(3-11)
Keterangan :
Wf = Berat fluida, lb
Sg = Specific gravity fluida
L = Setting depth pompa, ft
Ap = Luas penampang plunger, sq.in.
Wr = Berat rod string, lb
10. Beban Polished Rod
Wmax = Wf + Wr ( 1 + α ).................................................................(3-12)
Wmin = Wr (1- α - 0,127 Sg)……………………………………….(3-13)
30
11. Rod Stress
Stress maks = Wmaks / Ar, Psi........................................................(3-14)
Stress min = Wmin / Ar, Psi..........................................................(3-15)
Keterangan :
Ar = Luas Penampang rod, sq.in.
12. Counterbalance
Ci = 0,5 Wf + Wr ( 1- 0,127 Sg), lb.....................................................(3-16)
13. Torque
(Wmaks − 0,95Ci ) S
Tp = , lb-in............................................................(3-17)
2
14. Tenaga Motor
Hh = 7,36 x 10-6 Q Sg L, Hp................................................................(3-18)
Hf = 6,31 x 10-7 Wr S N, Hp................................................................(3-19)
Hb = 1,5 (Hh + Hf), Hp........................................................................(3-20)
Keterangan :
Hh = Hydraulic horse power to lift fluida
Hf = Subsurface frictional power loss
Hb = Brake horse power
Motor Rating = Hb / 0,75, Hp
Diameter engine sheave prime mover :
D = (N x R x dis) /RPM
31
c) Perhitungan Re-design Sucker Rod Pump berdasarkan stroke maksimum
pompa terpasang.
a). Prosedur Perencanaan Sucker Rod Pump
Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu dasar prosedur perhitungan desain
sucker rod. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui
effisiensi volumetris (% Ev) dari sucker rod pump dan perhitungan terhadap beban
pada sumur seperti yang terdapat pada sub bab sebelumnya.
b). Perhitungan Inflow Performance Relationship aktual.
Perhitungan kurva IPR sebenarnya sudah dibahas pada bab sebelumnya.
Sesuai dengan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pembuatan grafik
IPR dengan menggunakan metoda-metoda perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Pengaruh skin
3. Pengaruh turbulensi
c). Prosedur Optimasi Pompa Sucker Rod.
Dengan memperhatikan ukuran pompa, kemudian dicari harga kecepatan
pemompaan (N) yang optimum berdasarkan panjang stroke (S) maksimum pompa
terpasang untuk mendapatkan laju (q) yang optimal.
Prosedur dalam melakukan desain ulang sucker rod pump berdasarkan
panjang langkah (S) maksimum pompa terpasang adalah sebagai berikut ;
1. Menghitung Ap (in2) , K, Wr (lb), dan Wf (lb).
- Ap = 0.25π d2
- Ar = 0.25π d2
- K = 0.1484Ap
- Wr untuk Tappered Rod String.
Wr = M1L1+M2L2+……+MnLn
Wr untuk Untappered Rod String
Wr = MxL
Berat kolom fluida (Wf)
32
Wf = 0.433 G L Ap
2. Menghitung konstanta “a”.
1 T
a = Wf + (0.9 − 0.5063SF )Wr − SF . Atr
Ap 4
Menghitung konstanta “b”.
WrN c
b = (1 + 0.5625SF ± (1 − 0.5625SF )
56.400K . Ap p
Menghitung konstanta “c”.
Wr c
c = 2 1 + 0.5625SF ± (1 − 0.5625SF )
45120.K . Ap.S p
3. Menentukan persamaan Pump Intake untuk N.
P = a + bv
Menentukan persamaan Pump Intake untuk S.
P = a +c v2
4. Berdasarkan persamaan yang diperoleh pada langkah (5), dihitung
untuk satu harga N, dengan mengasumsikan beberapa harga q sehingga
diperoleh harga P, kemudian diplot pasangan data (q,P) untuk satu harga
N pada grafik IPR sumur.
5. Berdasarkan persamaan yang diperoleh pada langkah (6), dihitung
untuk satu harga S, dengan mengasumsikan beberapa harga q sehingga
didapat harga P, kemudian diplot pasangan data (q,P) untuk satu harga
S pada grafik IPR sumur.
6. Dari kurva yang didapat akan menghasilkan perpotongan antara kurva
Pump Intake dengan kurva IPR, dimana untuk satu kurva Pump Intake
yang memotong kurva IPR akan mendapatkan pasangan data (N,q) atau
(S,q) sesuai dengan jenis kurva Pump Intake nya.
7. Memplot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi kurva sehingga akan
didapatkan kurva hubungan (N vs q) dan (S vs q).
8. Dari kurva hubungan antara S, N dan q akan didapatkan laju produksi
dengan menggunakan sucker rod pump berdasarkan stroke maksimum
pompa terpasang.
33
9. Menghitung beban dengan diketahui stroke maksimum pompa
terpasang (S), laju produksi (q = “x”, bpd), N (N = “y”, spm) dan P (P
= “z”,psi, dari kurva IPR).
- menghitung α1
SN 2 c
α1= 1 ±
70500 p
- menghitung α2
SN 2 c
α2= 1 ±
70500 p
- menghitung PPRL
PPRL =Wf+0.9Wr+Wr+α1.Wr– P.Ap
- menghitung αmaks
PPRL
α maks =
Atr
- menghitung MPRL
MPRL = Wr – 0.1 Wr – α2 Wr
=0.9Wr–α2 Wr
- menghitung αmin
MPRL
α min =
Atr
Menghitung effisiensi volumetric yang baru dengan S = “stroke
maksimum pompa terpasang”, in. N = “y”, spm. Dan q = “x” bpd,
adalah:
- menghitung α1
SN 2
α=
70500
- menghitung Plunger Overtravel (ep).
Untuk Untappered
40 .8.L2 .α
ep =
E
Untuk Tappered
34
46,5 L2α
ep =
E
- menghitung Perpanjangan Rod (er).
untuk jenis Untappered
5,20GDApL
er =
EAr
untuk jenis Tappered
5,20GDAp L1 L2 L3
er = + + + .....
E A1 A2 A3
- menghitung Pump Displacement (V).
V = K Sp N
- menghitung effisiensi volumetric sumur yang baru (setelah di
redesign)
q
Ev = x100%
V
Dari prosedur perhitungan beberapa harga S dan N, yang kemudian diplot
juga dengan kurva IPR actual, maka akan didapatkan grafik seperti dibawah ini :
IPR KWG-03
250
S=54
S=40
S=120 N=15
N=20
200
150
FBHP, psi
100
N = 10
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Prod Rate, bpd
Gambar 3.8.
Perpotongan Kurva IPR dengan (N vs q) dan (S vs q)
35
Dari hasil perpotongan antara outflow dan inflow tersebut lalu diplot lagi
antara flow rate (q) terhadap panjang langkah (S) maupun kecepatan pemompaan
(N).
140 35
120 30
100 N S 25
80 20
60 15
40 10
20 5
0 0
0 500 1000 1500
Possible prod. Rate,bpd
Dari grafik ini maka bisa ditentukan harga S dan N yang optimum.
36
Metode yang digunakan adalah metode analitis dengan bantuan gambar dan
table sesuai merek dagang terpilih. Persyaratan perencanaan ini berlaku untuk
lubang sumur tegak (vertikal).
Langkah kerja :
1. Data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida). Unit ESP dibuat
dengan bermacam-macam ukuran diameter housing-nya (OD). Ukuran casing
pada umumnya dinyatakan dari diameter luarnya (OD) sedangkan berat casing
akan bisa menentukan diameter dalamnya (ID) yang merupakan tempat untuk
dilewati rangkaian ESP. jadi dengan mengetahui ID casing akan bisa
menentukan serie (OD) ESP yang akan dipasang.
2. Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut :
1xSG min yak + WORxSGair
SGrata-rata = …………………….…..……(3-21)
1 + WOR
Gradien fluida (GF) = 0,433 x SG rata-rata
Bila mengandung gas kurangi GF sekitar 10%
3. Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang lebih 100 ft di atas lubang perforasi
teratas. Jarak antara motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft.
Hal ini dilakukan untuk mencegah abrasi pada peralatan pompa.
4. Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara memilih kemudian mencoba
harga Pwf untuk menghitung harga laju total menurut persamaan :
QTotal = (Ps-Pwf) x PI………………………………..…………………(3-22)
Hitung laju yang diinginkan (Qo) menurut persamaan :
1
Qo = xQtot …………………………………..……….……....(3-23)
1 + WOR
Apabila harga tersebut belum sesuai, ulangi memilih harga Pwf dengan coba-
coba.
5. Hitung Pump Intake Pressure (PIP) menurut persamaan :
PIP = Pwf – GF x (HS – HPIP)………………………….……………(3–24)
Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh), bila tidak terpenuhi
ulangi langkah 4 dan 5 dengan laju produksi yang lebih rendah.
6. Hitung harga Zf1 menurut persamaan :
37
Pwf
Zf1 = HS -
Gf
7. Tentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (Hf) dengan menggunakan
Gambar 3.10.
8. Hitung Total Dynamik Head (TDH) menurut persamaan :
THP
TDH = + Zf1 +Hƒ………………………….……………………..(3-25)
Gf
9. Pilih jenis dan ukuran dari katalog perusahaan pompa bersangkutan dan gambar
yang menunjukkan effisiensi maksimum untuk laju produksi yang diperoleh di
langkah 4. baca harga head capacity (HC) dan daya kuda motor (HP motor)
pada laju produksi tersebut.
10. Hitung jumlah stages atau tingkat
TDH
Jumlah stages = ……………………………………....………….(3-26)
HC
11. Hitung daya kuda yang diperlukan :
HP = HP motor x jumlah stages………………………..……………….(3-27)
12. Tentukan jenis motor pada tabel yang memenuhi HP tersebut).
13. Untuk masing-masing jenis motor hitung kecepatan aliran di annulus motor
0.0119 xQtotal
(FV) :FV =
( IDca sin g ) 2 − (ODmotor) 2
Jenis motor dan OD motor terkecil yang memberikan PV > 1 ft/dtk adalah
pasangan yang harus dipilih.
14. Baca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang dibutuhkan untuk
jenis motor yang bersangkutan.
15. Dari harga arus listrik tersebut pilih jenis kabel pada gambar (dianjurkan
memilih jenis kabel yang mempunyai kehilangan tegangan di bawah atau
sekitar 30 volt tiap 1000 ft.
∆V kabel = (HS- 50) x ∆V/ 1000 ft……………………..………………(3-28)
16. Memilih transformator dan switchboard
a. Hitung tegangan yang diperlukan motor dan kabel
(Vtotal) = V motor + ∆V kabel
38
b. Hitung KVA = 1,37 x Vtot xA/1000
c. Dari tabel tentukan transformator yang memenuhi hasil perhitungan 16 b
karena aliran 3 fasa maka transformator yang dipilih adalah sepertiga dari
hasil hitungan 16.b.
d. Dari tabel tentukan switcboard yang sesuai
17. Lakukan perhitungan total tegangan pada waktu start sebagai berikut :
a. Kebutuhan tegangan untuk start = 20,35 x voltage rating
b. Kehilangan tegangan selama start = 3 x kehilangan tegangan biasa
18. Bandingkan apakah total tegangan pada waktu start tidak melebihi tegangan
yang dikeluarkan oleh switcboard. Apabila tidak melebihi, berarti perencanaan
telah betul, apabila melebihi ulangi langkah 16.
Gambar 3.10
Chart Kehilangan Tekanan Dalam Pipa
39
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar 3.11.
Chart Kehilangan Tegangan
40
c. Kedalaman Total Dynamic Head (TDH)
1. Menentukan Fluid Over Pump (FOP)
PIPx 2.31 ft / psi
FOP =
G
2. Menentukan Vertical Lift (HD)
Vertical Lift (HD) = Pump Setting Depth (TVD) – FOP
3. Menentukan Tubing Friction Loss (Hf)
Dalam menentukan besarnya harga Friction Loss (F) dapat
digunakan Grafik Friction Loss seperti yang ditunjukkan pada
gambar. 3.11. atau dapat juga menggunakan persamaan berikut;
1.85 1.85
100 Qt
2.083
Friction Loss (F) = C 34.3
ID 4.8655
Kemudian menghitung Tubing Friction Loss (Hf).
Tubing Friction Loss (Hf) = F x PSD (MD)
4. Menentukan Tubing Head (HT)
Tubing Pr essurex 2.31 ft / psi
Tubing Head (HT) =
G
5. Menentukan Total Dynamic Head (TDH)
Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF + HT
d. Penentuan Effisiensi Volumetris (% Ev)
1. Menentukan Head per Stage, (ft/stage) dengan persamaan ;
TDH
Head per Stage, (ft/stage) =
Stages
2. Berdasarkan Head per Stage tersebut kemudian dari Grafik Pump
Performance Curve seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
3.12 dan 3.13. untuk tipe pompa terpasang diperoleh harga
produksi (Qtheoritical) dalam Bpd.
3. Menentukan Effisiensi Volumetris (% Ev)
Qactual
% Ev = x100%
Qtheoritical
41
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar. 3.12.
Grafik Friction Loss William-Hazen
Gambar. 3.13
Recommended Operating Range Pump Performance Curve untuk A-30 50Hz
Perencanaan Optimasi Electical Submersible Pump
42
suatu unit pompa electical submersible pump dibagi menjadi tiga metode. Pertama
dilakukan perencanaan ulang terhadap electical submersible pump untuk, Pump
Setting Depth (PSD) berubah dengan Tipe dan Stage Pompa tetap. Yang kedua,
dengan PSD tetap namun Tipe dan Stage Pompa berubah dan yang ketiga baik
Pump Setting Depth, Tipe dan Stage pompa berubah semuanya.
a. Pump Setting Depth Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Tetap
Optimasi Pump Setting Depth (PSD) dilakukan dengan mengubah
kedalaman tersebut dari PSD minimum sampai dengan PSD maksimum, dimana
pada evaluasi tersebut menggunakan tipe dan stage yang telah terpasang.
Prosedur penentuan laju produksi (QL) optimum pada berbagai variasi PSD
dengan tipe dan stage pompa tetap :
1. Menentukan PSD minimum dan PSD maksimum dengan menggunakan
Persamaan
Pc
PSDmin = WFL +
Gf
Pc
PSDmaks = D midperfora si −
Gf
2. Menentukan PSD observasi (PSDmin < PSDobs < PSDmax)
3. Menentukan Pwf berdasarkan Q assumsi dan menentukan Total
Dynamic Head pada setiap kedalaman dan Q assumsi.
4. Membaca harga Head Capacity dan Pump Performance Curve
berdasarkan harga laju produksi assumsi dan menghitung Head.
5. Mengulangi langkah (2) sampai (5) untuk harga PSD untuk masing-
masing assumsi.
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka dapat mengubah kedalaman
pompa sumur. Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil yang jika ditunjukkan
dengan grafik adalah sebagai berikut.
43
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar 3.14
Grafik Hasil Perencanaan PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Tetap.
b. Pump Setting Depth Tetap dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah
Merupakan optimasi dengan mengubah-ubah tipe dan jumlah tingkat
(stage) pompa pada Pump Setting Depth tetap. Pemilihan pompa dibatasi oleh
pemilihan Casing (Check Clearances) dan laju produksi yang diinginkan dimana
laju tersebut seharusnya masih berada dalam kapasitas laju produksi yang
direkomendasikan. Untuk meningkatkan effisiensi pengangkatan, dilakukan
evaluasi jumlah tingkat pompa.
Prosedur untuk membuat kurva intake yang digunakan untuk mendapatkan
jumlah tingkat (stage) pompa yang paling tepat, yaitu :
1. Memilih pompa yang sesuai dengan ukuran casing dan laju produksi
yang diinginkan.
2. Menghitung ρfsc dan γfsc
ρfsc = 350WC x γwsc + 350 (1-WC) γosc
γfsc = (ρfsc/350)
3. Mengasumsikan laju produksi bervariasi, kemudian menentukan
head/stage dari Pump Performance Curve dan menghitung tekanan
intake pompa (P3), setelah mengetahui harga tekanan discharge
44
Pompa (P2) masing-masing maka dilakukan perhitungan laju
produksi.
4. Memplot laju produksi terhadap tekanan intake dari tiap stage
asumsi pada kurva IPR.
5. Membaca laju produksi sebagai hasil perpotongan dari kurva IPR
dan tekanan Intake.
Plot grafik IPR yang telah dibuat, diplot dengan tekanan intake untuk
masing-masing stage asumsi menunjukkan bahwa, dengan semakin banyak
tingkatan (stage) pompa yang dipakai akan semakin besar pula kemampuan untuk
mengangkat fluida. Seperti yang ditunjukkan Gambar 3.16.
45
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar 3.16
Grafik Hasil Perencanaan PSD Tetap denganTipe dan Stage Pompa Berubah
b. Pump Setting Depth Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah
Dalam perencanaan electical submersible pump (ESP) untuk PSD berubah
dengan Tipe dan Stage pompa juga berubah, langkah perhitungannya sama seperti
perhitungan pada dua bab sebelumnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Mengasumsikan PSDobs yang berada dalam range PSDmin dan PSDmaks.
2. Memilih tipe pompa yang sesuai dengan produktivitas formasinya
dengan langkah perhitungan yang sama seperti pada bab sebelumnya.
3. Menentukan Total Dynamic Head (TDH) dan Head Pompa pada PSDobs
dengan mengasumsikan beberapa harga laju produksi dan jumlah
stages (SPS stok).
4. Mengulangi langkah 1 sampai 3 untuk PSD asumsi lainnya.
5. Memilih pompa PSD pada asumsi yang menghasilkan laju produksi
yang berada dalam batas (range) pompa yang direkomendasikan dan
sesuai dengan produktivitas formasi.
Secara keseluruhan prosedur perhitungan optimasi dengan merubah PSD
sekaligus tipe dan stage pompa, merupakan kombinasi antara perencanaan PSD
46
tetap, tipe dan stage pompa berubah dengan PSD berubah, tipe dan stage tetap.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.17 maka harga laju produksi yang
memberikan harga lebih besar dengan PSD yang semakin dalam, dan menggunakan
stage pompa yang semakin besar.
47
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
48
4.2. Flowchart Diagram Alir
Flowchart memperlihatkan bagaimana data yang ada akan diolah. Untuk
membuat analisa performa sumur. Untuk memulai pengerjaan penulis Sebelumnya
membutuhkan persiapan dan validasi data yang tepat untuk mengerjakan penelitian
ini. Pemodelan dibuat dengan menggunakan software PROSPER. Di sini penulis
membandingkan design dua artificial lift yaitu Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump. Setelah penulis men design dua artificial lift tersebut maka
penulis dapat menarik kesimpulan dari design Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump yang memiliki laju alir yang nantinya dipasang di sumur “AT”.
49
4.3. Pemodelan Produksi Sumur AT
Sebelum melakukan analisa performa sumur “AT” dengan software
PROSPER maka perlu dilakukan modeling produksi sumur “AT”. Maksud dari
pemodelan produksi adalah menguji data yang digunakan penulis sekaligus
memodelkan secara teori dan perhitungan dan hasilnya dibandingkan dengan
produksi aktual/nyata, jika hasil antara model dan aktual sama atau tidak terlalu
jauh berbeda, maka data yang digunakan penulis adalah cukup valid dan bisa
digunakan untuk pengembangan analisa lebih lanjut. Berdasarkan data yang
sudah di validasi, penulis menggunakan data tersebut untuk melakukan
pemodelan, berikut penjabarannya.
50
4.3.2. Modeling dengan PROSPER
Sebelum melakukan pemodelan untuk membuat design Sucker rod pump dan
Electrical submersible pump langkah awal melakukan validasi data pada (tabel 4.3)
sebagai berikut :
51
4.4. Optimasi dari sumur AT
Setelah selesai melakukan pemodelan,selanjutnya di lakukan optimasi atau
prediksi untuk sumur “AT” dengan membandingkan design Sucker Rod Pump dan
design Electrical Submersible Pump.
Kekurangan
• Biaya pertama pemasangan ESP relatif lebih mahal dibanding dengan sistem
artificial lift yang lain.
• Kurang baik pada sumur yang memiliki masalah kepasiran.
• Mempercepat terjadinya water conning . Akibat dari pemompaan dengan rate
yang tinggi maka akan memacu terjadinya water conning . Terutama pada
perforasi yang dekat dengan water oil contact
52
• Dapat menggunakan gas atau listrik sebagai sumber tenaga penggerak
Kerugian
• Berat dan butuh tempat luas, transportasi sulit.
• Tidak baik untuk sumur miring.
• Butuh unit besar sekali untuk laju produksi besar dan sumur dalam.
Keuntungan dan kerugian Sucker rod pump dan Electrical submersible pump
direkomendasikan untuk digunakan articial lift Electrical submersible pump.
Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan pada metode screening sub bab selanjutnya
Ketika sumur sudah tidak dapat mengangkat secara optimum fulida yang
ada di reservoir, maka sumur tersebut harus memasang Artificil lift, cara pemilihan
artificial lift berdasarkan reservoir karakteristik , karakterristik lubang sumur,
keadaan atas permukaan disebut metode screening .dalam metode screening akan
di uraikan berdasarkan reservoir karakteristik , karakterristik lubang sumur ,
keadaan atas permukaan yang di miliki sumur tersebut .
Berdasarkan data properti sumur dan data properti fluida maka dapat
ditentukan artificial lift yang sesuai dengan kondisi sumur “AT” dengan
menggunakan tabel screening artificial lift sebagai berikut :
Dilihat dari data dan tabel pemilihan artificial lift di atas hasil nilai terbesar
merupakan artificial lift yang direkomendasikan untuk sumur “AT”.
53
4.7. Desain ESP
Desain ESP pada sumur “AT” berdasarkan water cut 0.2 %,maka langkah
mendesain dalam prosfer :
Set artificial lift pada options summary dengan ESP . Di karenakan diameter
ESP harus pas dengan dalam casing , di tambah data down hole equipment tubing
outside diameter 4”, tubing outside roughness 0.0006”, casing inside diameter 8”.
54
Lalu hitung pada software PROSFER ,di dapatkan hasil berikut ini :
Lalu liat pada gas separation sensitivity plot nya .Jika dunbar plot berada
di atas garis merah , maka tidak di perlukan downhole gas separator dan didapatkan
hasil plot di mana dunbar plot berada pada bagia atas garis merah yang berarti tidak
perlu memasang downhole gas separator lagi.berikut ini adalah pot gas separation
sensitivity plot nya.
55
Lalu Desain ESP dengan memiliki pipa berjenis REDA dan motor
juga REDA. untuk kabel pada ESP di pilih alumunium dan di dapatkan hasil
sebagai berikut ini :
Setelah itu melakukan perhitungan best efficiency pada sumur “AT” yang
gunanya mengetahui apakah terjadi uptrust atau downtrust dengan hasil sebagai
berikut :
56
4.8. Design SRP
Desain sumur pada sumur “AT”
Maka langkah mendesain dalam PROSPER:
1. Set artificial lift pada options summary dengan SRP
2. Memasukan data equipment yang tersedia berdasarkan data property sumur
3. Lalu Design SRP dengan data berikut :
57
Dengan memasukan data-data yang di dapatkan dari lapangan . Sehingga di
dapatkan hasil sebagai berikut :
Setelah itu melakukan Rod loat plot guna mengetahui hasil dynamometer ada
atau tidak menunjukkan adanya gas lock atau pun problem mekanis yang signifikan
yang didapatkan hasil sebagai berikut:
58
BAB V
PEMBAHASAN
Sumur “AT” merupakan sumur yang berada pada lapangan “AA” . Sumur
“AT” merupakan sumur natural flow yang berarti masih mengalir dengan tekanan
reservoir tanpa bantuan alat pengangkatan bantuan . seiring dengan waktunya
produksi nanti bakal terjadi penurunan tekanan yang di sebabkan oleh kenaikan
water cut pada sumur yang di haruskan pada sumur “AT” untuk memasang
Artificial Lift untuk membuat sumur “AT” tetap optimum dalam mengangkat fluida
ke permukaan . Metode yang di gunakan untuk pemilihan dan desain Artificial lift
yang tepat yaitu dengan membandingkan Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump . Dalam pengerjaan nya penulis menggunakan software Prosfer
di karnakan ada beberapa data yang tidak dapat di hitung secara manual.
Dalam melakukan analisa terhadap sumur “AT” yang di lakukan di awal
adalah dengan melakukan validasi data dan modeling sumur “AT”, dapat dilihat
pada (Tabel 4.1) dan (Tabel 4.2). Untuk membuat kurva IPR dan Mengetahui nilai
Qmax maka menggunakan metode vogel, dapat dilihat pada (Gambar 4.2) yang
menghasilkan Qmax sebesar 1251.9 Stb/day dan formation PI sebesar 0.904
Stb/day/psi. Hasil modeling pada (table 4.3) di lakukan validasi data dengan rumus
error. Error = (q desain / q actual )*100% = (577.0/577.0)*100%= 100 %. Jadi
modeling antara model desain mempunyai ketepatan 100% seperti model pada asli
nya ketika model sudah seperti aslinya maka dapat di lakukan optimasi dan dari
data hasil validasi didapatkan grafik IPR dan OPR sumur “AT” pada (Gambar 4.3)
Ketika ingin memasang artificial lift langkah awal nya ialah melihat
karakteristik reservoir, karakteristik lubang sumur, dan keadaan atas permukaan
sumur yang disebut metode screening, berdasarkan data properti sumur dan data
properti fluida maka dapat ditentukan artificial lift yang sesuai dengan kondisi
sumur AT dengan menggunakan tabel screening artificial lift yang dapat dilihat di
(Tabel 4.4) hasil screening sumur “AT” yaitu :
59
a. Kedalaman sumur “AT” yaitu 6500 ft, dilihat dari tabel maka artificial lift ESP
sangat bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat
digunakan pada sumur ini.
b. Lokasi sumur “AT” berada di onshore, berdasarkan penelitian dengan tabel ESP
dan SRP dapat digunakan pada kondisi ini.
c. Sumur “AT” merupakan sumur vertikal dilihat dari tabel maka artificial lift ESP
sangat bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat
digunakan pada sumur ini.
d. Dari segi production rate sumur “AT” yaitu 577 bpd, dari tabel dapat dilihat
sumur “AT” memenuhi semua syarat artificial lift walapun artificial lift SRP
lebih cocok digunakan tetapi saya tetap memilih ESP karena dilihat dari
indikator lain yang dominan
e. Dari segi nilai GOR 524 scf/stb dilihat dari tabel maka artificial lift ESP sangat
bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat digunakan
pada sumur ini.
60
Dalam design ESP harus mengetahui gas separation sensitivity plot guna
mengetahui apakah diperlukan memasang downhole gas separator yang dapat
dilihat di (Gambar 4.5). Setelah di liat pada separation gas sensitivity plot nya ,
dunbar plot bearada di atas garis merah yang menunjukkan bahwa tidak perlu
memasang downhole gas separator . Lalu Desain ESP dengan memiliki pipa
berjenis REDA dan motor juga REDA .untuk kabel pada ESP di pilih alumunium
sebagai berikut ini :
61
Dan dipatkan hasilnya design ESP yang cocok sebagai berikut :
Deskripsi Value Unit
Number of stages 22
Setelah itu melakukan perhitungan best efficiency pada sumur “AT” yang
dapat dilihat di (Gambar 4.6) yang di dapatkan hasil seperti gambar tersebut di mana
titik merah tidak berada jauh garis biru .jika melewati di atas garis merah maka
terjadi uptrust dan jika berada di bawah garis merah terjadi downtrust.
Desain SRP pada sumur “AT” langkah awal dalam prosper ialah set
artificial lift pada options summary dengan SRP , memasukan data equipment yang
dapat dilihat di (Tabel 4.9), Dengan memasukan data-data yang di dapatkan dari
lapangan, yakni total GOR sebesar 524 scf/stb, Pressure Well Head atau Top Node
Pressure sebesar 235.15 psig, Mid Point peforation pada kedalaman 6500 ft,
Bottom Hole Temperature 145 F, Well Head Temperature 145 F, Oil API 40 ⁰API,
Gas Gravity 0.6. kemudian memilih pump unit Lufkin C-25-53-24 LC105, dan
memasang target production 905.474 stbd. Sehingga di dapatkan hasil sebagai
berikut :
62
Deskripsi Srp Unit Value
Top rode landing 77.9 %
Top rod % Of Gooodman diagram 65.9 %
Minimum polished rod load 12663.9 lbf
Actual liquid production rate 905.474 Stb/day
Torsional eefectiveness (ITE) 29.57 %
Life efficiency (LE) 96.0893 %
Pump speed 75.08 Spm
Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105
Rod number 96-06
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa penentuan artificial lift pada sumur natural flow “AT” dalam
upaya optimasi produksi di lapangan “AA” di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan metode vogel di dapatkan Q max / laju alir sebesar
1251.9 Stb/day dan PI sebesar 0.90495 Stb/day/psi
2. Desain ESP pada sumur “AT” dengan data yang ada maka didapatkan sebagai
berikut:
64
3. Desain SRP pada sumur “AT” dengan data yang ada maka didapatkan sebagai
berikut:
4. Design setting parameter artificial lift untuk ESP dan SRP didapatkan sebagai
berikut:
65
5. Artificial lift yang saya pilih antara Sucker rod pump dan Electrical
Sumbersible Pump ialah Electrical Submersible Pump alasan pertamanya ialah
jumlah dari liquid rate ESP 999.604 RB/day setelah dioptimasi lebih besar
dibanding SRP yaitu 905.47 RB/day, alasan kedua dilihat dari kasus lapangan
memakai metode screening dengan melihat beberapa indikator dari sumur itu
sendiri maka artificial lift yang sangat sesuai dengan hasil identifikasi kondisi
terkini pada sumur “AT” ialah ESP.
6.2. Saran
Studi dari penelitian perbandingan Analisis Dan Optimasi Sumur “AT”
Dengan Melakukan Perbandingan Antara Artificial Lift Sucker Road Pump Dan
Electrical Submersible Pump Yaitu Pada Lapangan “AA”. Maka dapat
diaplikasikan secara nyata di sumur minyak dan gas bumi dengan kondisi dan
parameter yang relatif sama. Apabila ada pihak yang melakukan studi ini lebih
lanjut dari penelitian ini maka lakukan beberapa point sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan menganalisa keekonomian dari instalasi peralatan
artificial lift Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump dimulai dari
komplesi sampai dengan surface facility. Hal tersebut dilakukan agar penulis
selanjutnya mengetahui atau mendapatkan real price (harga nyata) dari peralatan
komplesi sampai dengan surface facility.
2. Perlu dilakukan analisis terhadap simulasi software Pipesim juga sehingga dapat
melihat apakah ada perbandingan dengan hasil laju alir untuk SRP dan ESP yang
terdapat di software prosper
66
DAFTAR PUSTAKA
67
LAMPIRAN
68
69
4
70
71
72
73
74
75
Lampiran B. Simulasi Design SRP di Prosper
76
77
78
Lampiran C. Simulasi Design ESP di Prosper
79
80
81
82