Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS DAN OPTIMASI SUMUR “AT” DENGAN MELAKUKAN

PERBANDINGAN ANTARA ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROD


PUMP DAN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP
PADA LAPANGAN “AA”

TUGAS SARJANA

Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Teknik dari Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas
Bumi Balikpapan

Oleh

Muhammad Kusuma Ashaktadi


1401420

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK
DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
2018

i
HALAMAN PERNYATAAN (DEKLARASI)

Saya selaku penulis, yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Muhammad Kusuma Ashaktadi
TTL : Samarinda , 26 November 1996
Alamat : Jl. Pangeran Antasari Gang Haji Syahran Ahmid no. 02

Menyatakan bahwa Tugas akhir yang saya buat merupakan hasil karya sendiri
dan tidak menjiplak karya manapun. jika suatu saat ditemukan bahwa karya ini
merupakan hasil plagiat, maka saya siap menerima konsekuensi seperti yang diatur
dalam Undang-Undang.
Demikian deklarasi tertulis yang saya buat, deklarasi ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan pihak manapun.

Balikpapan, 19 Oktober 2018

Muhammad Kusuma Ashaktadi

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS SARJANA

ANALISIS DAN OPTIMASI SUMUR “AT” DENGAN MELAKUKAN PERBANDINGAN


UNTUK MERENCANAKAN ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROD PUMP DAN
ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP PADA LAPANGAN “AA”

Oleh:
Muhammad Kusuma Ashaktadi
1401420

Program Studi S1 Teknik Perminyakan


Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui pada tanggal: 24 November 2018

Pembimbing I Pembimbing II

M.Ardian Pratama.B.Sc.M.Si Amiruddin.S.Pd.M.Pd


NIDN:1101048901 NIDN: 1112088701

Mengetahui,
Ketua Program Studi
S1 Teknik Perminyakan

Abdi Suprayitno, ST., M.Eng


NIDN :1110098502

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS SARJANA

ANALISIS DAN OPTIMASI SUMUR “AT” DENGAN MELAKUKAN PERBANDINGAN


UNTUK MERENCANAKAN ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROD PUMP DAN
ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP PADA LAPANGAN “AA”

Oleh:
Muhammad Kusuma Ashaktadi
1401420

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 24 November 2018


Panitia Penguji
Ketua Penguji

M.Ardian Pratama.B.Sc., M.Si


NIDN: 1101048901

Anggota

Amiruddin , S.Pd.M.Pd Rohimah Sera Afifah.S.T.,MT M. Nur Mukmin.S.T.,M.T


NIDN: 1112088701 NIDN : 1117098601 NIDN : 1105045502

Mengetahui,
a/n Ketua STT Migas Balikpapan
Wakil Ketua 1 Bidang Akademik

Bambang Sugeng, ST., M.T


NIDN : 1103025901

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

‘Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa drajat‟ (QS. Al-

Mujadalahayat: 11)

“Kehidupan dapat diibaratkan layaknya revisian Laporan Tugas Akhir, ada

beberapa hal yang harus diubah maupun dikurangi dan ada beberapa hal

yang harus ditambahkan. Percayalah usaha yang kita lakukan dengan

keyakinan, doa dan usaha maka tidak akan sia-sia”

Persembahan

Yang Paling Utama Dari Segalanya

ALLAH SWT

atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya karya kecil

yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu

terlimpahkan keharibaan Rasullullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya kecil sederhana ini kepada orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi.

Ayah & Ibu

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga Aa

persembahkan karya kecil ini kepada Ayah & Ibu tercinta yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih tiada terhingga

v
yang tidak mungkin dapat Aa balas hanya dengan selembar kertas yang

bertuliskan kata cinta dan persembahan. Sosok yang pertama dari tujuan

hidup yang selalu membangkitkan Aa disaat terpuruk dari hidup Aa. Terima

kasih tuhan telah kau berikan kepadaku malaikatmu, terima kasih telah kau

lahirkan aku dari rahimnya.

Bapak dan Mama

Terima Kasih suma sampaikan pada Bapak & Mama tercinta yang telah

memberiku semangat dan motivasi serta dukungan hingga Aa. bisa

menyelesaikan Laporan Tugas akhir ini. inilah karya kecilku untukmu salam

sayang dariku sehat selalu untukmu. Amin

Adik

Untuk Adik – adikku Annisa Aulia, Nur Sakinah, Husnul Khotimah, dan Risma

Aulia, , tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama walaupun

sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa

tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan selama ini karya kecil ini yang

dapat aku persembahkan, maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi

Aa akan selalu menjadi yang terbaik untu kalian.

My Future Wife

Sebagai tanda kasihku kepadamu “Sufiyah”, Hai sufi ku persembahkan karya

kecil ini untukmu, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan,

bantuan dan kesabaranmu yang telah memberikan semangat dan inspirasi

vi
dalam menyelesaikan karya kecil ini, semoga engkau pilihan terbaik untukku

dan masa depanku Aamiin Ya Rabbal Al Aamiin.

Dosen Pembimbing Tugas Akhir

M.Ardian Pratama.B.Sc., M.Si dan Amiruddin. S.Pd., M.Pd selaku dosen

pembimbing tugas akhirku, terimakasih bapak atas bimbingan serta nasehat

yang tiada hentinya bapak berikan kepada saya tidak akan lupa segala jasa

dan limpahan kesabaran bapak dalam membimbing saya selama ini serta

saya bangga pernah dibimbing oleh bapak.

Seluruh Dosen Pengajar dan staff di STT MIGAS BALIKPAPAN

Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, bimbingan serta pengalaman

berharga yang telah kalian berikan kepada saya.

Rekan-rekan Teknik Perminyakan Seluruh Angkatan 2014

Teruntuk kepada teman teman hebatku calon engineering. Salam hangat

untuk kalian atas kebersamaan saat menimba ilmu selama empat tahun,

terima kasih untuk segala suka maupun duka dari kalian aku banyak belajar

tentang arti hidup.

Terima kasih untuk semuanya yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu

persatu dalam lembar persembahan ini, terima kasih atas motivasi dan

kerjasamanya, karena berkat motivasi dan kerjasamanya saya dapat

menyelesaikan karya kecil ini dengan tepat waktu.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Analisa dan
optimasi sumur “AT” dengan melakukan perbandingan antara artificial lift sucker
rod pump dan electrical submersible pump yaitu pada lapangan “AA” dengan
menggunakan software
Dengan tersusunnya Tugas Akhir ini, saya sebagai penyusun mengucapkan
terima kasih atas semua dukungan yang diberikan semua pihak kepada penulis,
terutama kepada kedua orang tua dan keluarga. Tidak lupa secara khusus penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Lukman, MT. selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
2. Abdi Suprayitno.ST., M.Eng selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Perminyakan.
3. Andy Wijaya, S.T., M.T selaku pembimbing Akademik saya selama
melaksanakan kegiatan perkuliahan di STT MIGAS Balikpapan .
4. Bapak M. Ardian Pratama.B.Sc., M.Si selaku Dosen pembimbing utama
dalam penyusunan Tugas Akhir ini dan juga mentor yang selalu memberikan
inspirasi.
5. Bapak Amiruddin. S.Pd., M.Pd selaku pembimbing pendamping dalam
penyusunan tugas akhir ini .
6. Ibu dan Ayah saya serta adikku tercinta yang telah memberikan doa dan kasih
sayangnya sampai pada detik ini.
7. Kekasihku yang telah memberi motivasi, semangat dukungan dan bantuan
dalam penyusun laporan Tugas Akhir
8. Kelas S1 TP D angkatan 2014, selaku teman-teman dalam menimba ilmu saat
perkuliahan terutama sahabat seperjuangan kuliah dan dalam mengerjakan
tugas akhir yaitu Irfan dan Gerson. Dan terimakasih kepada Rega Pratama yang
telah membantu dalam Tugas Akhir ini.

viii
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan yang ada padapenulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan yang
akan datang.
Atas partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan
terimakasih dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.

Balikpapan, 19 Oktober 2018

Penyusun

ix
ANALISIS DAN OPTIMASI SUMUR “AT”
Muhammad
DENGAN MELAKUKAN PERBANDINGAN
Judul ANTARA ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROAD PUMP Kusuma
DAN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP YAITU Ashaktadi
PADA LAPANGAN “AA”
Program
Teknik Perminyakan 1401420
Studi
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Pada sumur “AT” memiliki laju alir 577 bpd yang tidak begitu tinggi
sehingga penulis mencoba meningkatkan laju alir produksi pada sumur “AT”
dengan memasang artificial lift Sucker rod pump atau Electrical submersible pump.
Dengan batasan laju alir maximum atau Q max pada Sumur “AT”, perbandingan
design Sucker rod pump dengan Electrical submersible pump yang tepat untuk
sumur “AT”.
Pada analisa performa sumur “AT” penulis membutuhkan persiapan dan
validasi data yang tepat untuk penelitian ini. Pemodelan dibuat dengan
menggunakan software PROSPER. Penulis membandingkan design dua artificial
lift yaitu Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump. Dari hasil design dua
artificial lift tersebut maka penulis dapat menarik kesimpulan dari design Sucker
rod pump dan Electrical submersible pump yang memiliki laju alir optimal di sumur
“AT”.
Dengan menggunakan metode vogel di dapatkan Q max / laju alir sebesar
1251.9 Stb/day dan PI sebesar 0.90495 Stb/day/psi, Design setting parameter
artificial lift yang cocok antara SRP dan ESP didapatkan sebagai berikut.
Artificial lift SRP Minimum polished rod load 12663.9 lbf, Actual liquid
production rate 905.474 Stb/day, Life efficiency (LE) 96.0893 %, Pump speed
75.08 Spm, Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105, Rod number 96-06. Artificial
lift ESP Select Pump ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day) Select Motor Reda
375_87_Std.7.5HP 410V 14A, Select cable #1Aluminium0.33(Volts/1000ft)
95(amps) max, Pump intake rate 999.604 Rb/day, Number of stages 22, Motor
speed 3511.73 rpm.
Artificial lift yang penulis pilih antara Sucker rod pump dan Electrical
Sumbersible Pump ialah Electrical Submersible Pump alasan pertamanya ialah
jumlah dari liquid rate ESP 999.604 RB/day lebih besar dibanding SRP yaitu
905.47 RB/day, kedua diliat dari kasus lapangan memakai metode screening
dengan melihat beberapa indicator dari sumur itu sendiri maka artificial lift yang
sangat sesuai dengan hasil identifikasi kondisi terkini pada sumur AT ialah ESP.

Kata kunci: Sucker rod pump dan Electrical submersible pump , Ipr , dan Opr

x
ANALYSIS AND OPTIMIZATION OF THE WELL
Muhammad
"AT" BY DOING A COMPARISON BETWEEN
Title ARTIFICIAL LIFT SUCKER ROAD PUMP AND Kusuma
ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP THAT IS ON Ashaktadi
THE FIELD "AA"
Major Petroleum Engineering 1401420
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

On the well "AT" has a flow rate that is not bpd 577 so high that the author
tried to increase the flow rate of the production at the well "AT" by installing
artificial lift Sucker rod pump or Electrical submersible pump. With the limitation
of the maximum flow rate or Q max on the well "AT", comparative design Sucker
rod pump with Electrical submersible pump that is right for the well "AT".
On the analysis of the performance of the well "AT" the author takes
preparation and the right data validation for this research. Created by using
modeling software PROSPER. The author compares the design of two artificial lift
i.e. Sucker Rod Pump and Electrical Submersible Pump. From the results of the two
artificial lift design then authors can draw conclusions from the design of Sucker
rod pump and Electrical submersible pump that has the optimal flow rate at the well
"AT".
By using the method of vogel in the get Q max/flow rate of 1251.9 Stb/day
and PI of Stb/day 0.90495/psi, Design parameter setting artificial lift that fits
between the SRP and ESP is obtained as follows.
Artificial lift SRP Minimum polished rod load 12663.9 lbf, the Actual liquid
production rate 905,474 Stb/day, Life efficiency (LE) 96.0893%, Pump speed 75.08
Spm, Pumping unit C-Lufkin LC105, Rod 25-53-24 number 96-06. Artificial lift
Pump Select ESP ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day) Select Motor Reda
375_87_Std. 7.5 HP 410V 14A, Select cable #1Aluminium0.33 (Volts/1000ft) 95
(amps) max, Pump intake rate 999,604 Rb/day, Number of 22 stages, the Motor
speed rpm 3511.73.
Artificial lift that authors choose between Sucker rod pump and Electrical
Pump Sumbersible Electrical Submersible Pump is the first reason is the amount of
liquid rate ESP 999,604 RB/day more than SRP, namely 905.47 RB/day, second
best of the cases field screening method of wear by looking at several indicators
from the well itself then the artificial lift which is very suitable with the current
condition of the identification results in the well AT is ESP.

Keywords: Sucker rod pump and Electrical submersible pump, Ipr, and Opr

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER
HALAMAN PERNYATAAN (DEKLARASI)................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................vii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II. GEOLOGI REGIONAL .................................................................. 4
2.1. Lokasi penelitian ...................................................................................... 4
2.2. Sejarah Lapangan .................................................................................... 5
2.3. Geologi Regional ...................................................................................... 5
2.4. Stratigrafi dan Sedimentasi ....................................................................... 7
2.5. Struktur Lapangan .................................................................................... 9
2.6. Kondisi Reservoir ..................................................................................... 10

xii
DAFTAR ISI

Halaman
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................11
3.1. Mekanisme Aliran Fluida Reservoir ..................................................... 11
3.1.1. Produktivity Indeks................................................................... 11
3.1.2. Inflow Performance Relationship .............................................. 12
3.1.3 Kurva IPR 2 Fasa...................................................................... 13
3.2 Artificial Lift ........................................................................................ 14
3.2.1. Pengertian dan pemilihan Arttificial Lift ................................... 14
3.2.2. Electrical Submersible Pump .................................................... 15
3.2.3. Sucker Rod Pump .................................................................... 24
3.3 Perencanaan Design Artificial Lift ....................................................... 26
3.3.1 Perencanaan Sucker Rod Pump.................................................. 28
3.3.2 Optimasi Sucker Rod Pump ....................................................... 32
3.3.3 Perencanaan Electrical Submersible Pump ................................. 36
3.3.4 Optimasi Electrical Submersible Pump ...................................... 40
BAB IV. ANALISIS DAN PERHITUNGAN ............................................... 48
4.1. Data-Data Lapangan .............................................................................. 48
4.2. Flowchart Diagram Alir ........................................................................ 49
4.3. Pemodelan Produksi Sumur AT ............................................................. 50
4.3.1. Konstruksi Kurva IPR ................................................................... 50
4.3.2. Modeling dengan PROSPER ........................................................ 51
4.4. Optimasi dari Sumur AT ........................................................................ 52
4.5. Kelebihan dan Kekurangan ESP dan SRP .............................................. 52
4.6. Metode Screening .................................................................................. 53
4.7. Disain Electrical Submersible Pump ...................................................... 54
4.8. Desain Sucker Rod Pump ...................................................................... 57
BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 59
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 64
6.1. Kesimpulan ............................................................................................ 64

xiii
6.2. Saran ...................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1. Data Properties sumur ............................................................................... 48
4.2 Data Properties Fluida .............................................................................. 48
4.3 Validasi Data Properti Sumur ................................................................... 51
4.4 Tabel Screening ........................................................................................ 53
4.5 Downhole Equipment pada Sumur AT ...................................................... 54
4.6 Data Desain ESP ....................................................................................... 54
4.7 Pemilihan Pompa, Motor dan Kabel Pada Sumur AT ................................ 56
4.8 Data Desain SRP ...................................................................................... 57
4.9 Hasil Perhitungan SRP pada Sumur AT .................................................... 58

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Lapangan Sangata .................................................................. 4
2.2. Peta Geologi Kalimantan Timur dan Tenggara ......................................... 6
2.3. Kolom Stratigrafi Daerah Sangata - Bungalun .......................................... 8
2.4. Arah – Arah Sedimentasi Delta di Cekungan Kutai ................................... 9
3.1 Kurva Inflow Performace Relationship ..................................................... 12
3.2 ESP .......................................................................................................... 15
3.3 Jenis-Jenis Sucker Rod Pump ................................................................... 21
3.4 Mekanisme kerja Sucker Rod Pump.......................................................... 22
3.5 Tubing intake pressusere untuk Artificial Lift ........................................... 27
3.6 Aliran Stabil ............................................................................................. 27
3.7 Sumur Mati............................................................................................... 28
3.8 Perpotongan Kurva IPR dengan (N vs q) dan (S vs q) ...............................35
3.9 Perpotongan Kurva Hubungan (N vs q) dan (S vs q) .................................36
3.10 Chart kehilangan Tekanan dalam pipa.......................................................39
3.11 Chart kehilangan Tegangan.......................................................................40
3.12 Grafik Friction Loss William-Hazen .........................................................42
3.13 Recommended Operating Range Pump Performance Curve untuk A-30
50Hz Perencanaan Optimasi Electical Submersible Pump .........................42
3.14 Grafik Hasil Perencanaan PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Tetap ......44
3.15 TIP pada Tubing 2.441 inches Kurva IPR Pudjo Sukarno .........................45
3.16 Grafik Hasil Perencanaan PSD Tetap dengan Tipe dan Stage Pompa
Berubah ....................................................................................................46
3.17 Grafik Hasil Perencanaan Evaluasi ESP dengan PSD Berubah Tipe dan
Stage Pompa Berubah ...............................................................................47
4.1. Flowcart ................................................................................................... 49
4.2. Kurva IPR pada sumur AT ....................................................................... 50
4.3. Kurva IPR dan OPR pada sumur AT ......................................................... 51

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
4.4 Hasil Perhitungan Desain ESP .................................................................. 55
4.5 Downhole Equipment pada Sumur AT ...................................................... 55
4.6 Perhitungan Best Efisiensy pada Sumur AT .............................................. 56
4.7 Rod Load Plot Sumur AT ........................................................................ 58

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Simulasi Design Natural Flow di Prosper ………………………………….. 68

B. Simulasi Design SRP di Prosper …………………………………………... 76

C. Simulasi Design ESP di Prosper …………………………………………... 79

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pada sumur “AT” memiliki laju alir yang tidak begitu tinggi sehingga hasil
produksi pada sumur “AT” juga tidak terlalu tinggi yang dimana tugas dari seorang
engineer adalah yaitu mendapatkan produksi yang sebesar-besar nya tanpa
menimbulkan masalah di kemudian hari. Maka dari itu penulis mencoba
meningkatkan laju alir produski pada sumur “AT” dengan memasang artificial lift
Sucker rod pump atau Electrical submersible pump.
Artificial lift adalah pengangkatan buatan yang dimana digunakan ketika
natural flow sudah tidak mampu lagi mengangkat hidrokarbon secara alami atau
berasal dari tekanan reservoir itu sendiri. Artificial lift mempunyai beberapa jenis
salah satunya Sucker rod pump dan Electrical Submersible Pump.
Penulis mencoba meningkatkan laju alir pada sumur “AT” dikarenakan laju
alir rendah yang menyebabkan produksi yang dihasilkan semakin sedikit maka dari
itu penulis mencoba meningkatkan laju alir pada sumur “AT” dengan memasang
Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump yang tepat pada sumur “AT”.
Berdasarkan atas latar belakang di atas penulis ingin meningkatkan laju alir sumur
“AT” sehingga penulis dalam Tugas Akhir ini ingin mengambil judul Analisis dan
Optimasi Sumur “AT” dengan Melakukan Perbandingan antara Artificial Lift
Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump pada Lapangan “AA”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana laju alir maximum pada sumur “AT” diperoleh?
2) Bagaimana design Sucker Rod Pump yang tepat?
3) Bagaimana design Electrical submersible pump yang tepat?
4) Bagaimana Design setting parameter Artificial Lift yang cocok antara SRP dan
ESP untuk sumur “AT”?

1
5) Bagaimana artificial lift yang lebih tepat antara SRP dan ESP untuk sumur
“AT”?

1.3. Maksud Dan Tujuan


Tujuan dari tugas akhir ini adalah:
1) Untuk memperoleh laju alir maximum atau Q max pada Sumur “AT”
2) Untuk memperoleh design Sucker Rod Pump yang tepat
3) Untuk memperoleh design Electrical submersible pump yang tepat
4) Untuk memperoleh Design setting parameter Artificial Lift yang cocok antara
SRP dan ESP untuk sumur “AT”
5) Untuk memperoleh artificial lift yang lebih tepat antara SRP dan ESP untuk
sumur “AT”
Maksud dari tugas akhir ini adalah mendapatkan laju alir dengan
membandingkan design Sucker Rod Pump dengan Electrical submersible
pump.

1.4. Batasan Masalah


Penulisan Tugas Akhir ini lebih difokus kan pada:
1) Menghitung laju alir maksimum sumur “AT”
2) Menentukan Design Sucker Rod Pump yang tepat
3) Menentukan Design Electrical Submersible Pump yang tepat
4) Menentukan Design setting parameter Arificial Lift yang cocok antara Sucker
Rod Pump atau Electrical Submersible Pump untuk Sumur “AT”.
5) Menentukan artificial lift yang lebih tepat antara SRP dan ESP untuk sumur
“AT”

1.5. Manfaat Penulisan


Melalui Tugas Akhir ini, penulis mencoba untuk menganalisa performa dan
peramalan produksi sumur “AT” sehingga didapatkan waktu dan kondisi dimana
sumur “AT” memiliki laju alir produksi yang rendah sehingga membutuhkan
artificial lift untuk memaksmialkan kinerja laju alir produksi. Hasil analisa dapat

2
menjadi bahan pertimbangan dalam memasang Artificial lift yang tepat apakah
memakai Sucker rod pump atau Electrical submersible pump terhadap sumur “AT“
kedepannya. Dan untuk para mahasiswa STT Migas, melalui Tugas Akhir ini
penulis mencoba membagi pengetahuan untuk melakukan optimasi produksi.

1.6. Sistematika Penulisan


Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipaparkan suatu gambaran singkat mengenai
latar belakang masalah yang akan dikaji, maksud dan tujuan
penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Umum Lapangan
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai sejarah lapangan,
geologi lapangan, produksi lapangan serta karakteristik reservoir
lapangan.
BAB III Teori Dasar
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori dasar dari ilmu terapan yang
digunakan dalam penulisan TA ini.
BAB IV Analisa dan Perhitungan
Pada bab ini, dilakukan analisa dan perhitungan terhadap semua
permasalahan yang kemudian akan dibahas dengan lebih detail.
BAB V Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan mengenai bab empat dan
analisa yang akan dilakukan terhadap hasil perhitungan serta data-
data yang ada.
BAB VI Kesimpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan dan perhitungan
yang telah dijelaskan sebelumnya.

3
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1. Lokasi Penelitian


Daerah penelitian terletak di Daerah Operasi Hulu Kalimantan, tepatnya
berada pada lapangan minyak Sangatta dan termasuk dalam Cekungan Kutai.
Secara geografis terletak pada garis lintang utara 0o 25’- 0o 27’ dan garis bujur timur
117o 28’ - 117º 30’ atau terletak kurang lebih 210 km sebelah timur laut Balikpapan.
Luas wilayah kerja ± 768 km2 meliputi kecamatan Sangatta dan Sangkulirang
dengan daerah operasi saat ini kurang lebih 17 km2. Lokasi daerah telitian dapat
dicapai dengan jalur laut, udara selama 35 menit, atau darat lintas Balikpapan-
Samarinda-Muara Badak-Bontang-Sangatta.

(Sumber: Duval, 1992)

Gambar 2.1. Peta Lokasi Lapangan Sangatta

4
2.2. Sejarah Lapangan
Pemboran pertama sumur Sangatta-1 (ST-1) dilakukan dalam tahun 1939-
1940 dan berhasil menemukan beberapa lapisan minyak dan gas, antara kedalaman
500 sampai dengan 1305 meter. Kegiatan eksplorasi selanjutnya dihentikan karena
meletusnya Perang Dunia II. Awal tahun 1970 Pertamina mulai merintis kembali
daerah Sangatta, kegiatan eksplorasi di wilayah ini diawali dengan penyelidikan
seismik, terutama bertujuan untuk menentukan bentuk dan eksistensi struktur
Sangatta, diikuti dengan survey gravity, serta aero magnetic yang dilaksanakan
bersama Kaltim Shell dan Huffco (1971).
Lapangan Sangatta baru diproduksi pada bulan Februari 1976 dengan
produksi rata-rata 5.034 bpd dan pada tahun 1979 produksi sangatta mencapai
produksi tertinggi yaitu 9.125 bpd. Sampai dengan bulan Juni 2017 sumur yang
sudah dibor dilapangan Sangatta berjumlah 217 sumur dan saat ini yang
berproduksi berjumlah 88 sumur dengan rincian 1 sumur sembur alam, 2 sumur gas,
85 sumur minyak dengan bantuan pengangkatan buatan (Artificial Lift). Perkiraan
cadangan minyak awal 241.793 MSTB, Recovery Factor 20 %, Produksi Minyak
pada bulan Juni 2014 adalah 1.333 STB.
Adapun fasilitas produksi yang ada dilapangan Sangatta perbulan juni 2017
antara lain 1 Main Ghatering Station, 6 unit SPU, dan 1 unit dermaga. Masing-
masing unit dilengkapi flow line, dan manifold.

2.3. Geologi Regional


Ulrich di tahun 1913 menulis mengenai geologi regional serta pemetaan
struktur Sangatta-Sangkimah. Daerah Sangatta terletak diantara Delta Mahakam
dan tinggian Mangkalihat Peninsula serta termasuk didalam Cekungan Kutai bagian
Utara. Berdasarkan hasil analisa Formasi Balikpapan di Lapangan Sangatta
disimpulkan bahwa sistem delta di Sangatta adalah merupakan perkembangan delta
tersendiri yang berkembang di bagian Utara Cekungan Kutai dan terpisah dari
Sistem Delta Mahakam purba di bagian Selatan (Sadirsan dkk, 1994; Snedden dkk,
1996).

5
Penurunan dasar Cekungan selama kala Eosen hingga Oligosen Awal
menyebabkan terjadinya transgresi regional yang berlangsung dari Timur ke Barat.
Pengangkatan tinggian Kuching pada kala Oligosen Akhir telah mengubah arah
umum sedimentasi di Cekungan Kutai dengan dimulainya fase regresi utama dari
Barat ke Timur. Sedimentasi delta mencapai puncak perkembangannya pada kala
Miosen Akhir hingga Pliosen. Akibat dari kegiatan tektonik Oligosen Akhir
tersebut di daerah Sangatta tidak begitu nyata. Kemungkinan daerah Mangkupa di
sebelah Utara Sungai Bungalun terangkat dan daerah lainnya termasuk Sangatta
masih berada dalam fase transgresi. Sedimentasi dan tektonik di daerah Sangatta -
Bungalun telah berjalan secara sinkron (Samuel, 1975).

(Sumber: Duval, 1992)

Gambar 2.2. Peta Geologi Kalimantan Timur dan Tenggara

Pengangkatan yang diikuti erosi di sebelah Barat menyebabkan sedimentasi


di daerah Timur (sekitar daerah Sangatta). Sebaliknya bila intensitas pengangkatan
berkurang (mengalami penurunan), transgresi dari Timur berlangsung ke arah
Barat. Di kawasan Sangatta - Bungalun pengendapan delta yang cepat pada Miosen

6
Tengah mulai membebani endapan lempung tebal berumur Tersier dan
mengakibatkan masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil.
Akibatnya masa lempung mencuat, berdiapirik menerobos sedimen regresif
diatasnya, membentuk struktur antiklin yang sempit ini dipisahkan oleh sinklin-
sinklin yang lebar, berlangsung setahap demi setahap, beruntun bersamaan dengan
progradasi pengendapan delta. (Samuel, 1975 : Van de Weerd dkk, 1992).

2.4. Stratigrafi dan Sedimentasi


Adanya fluktuasi permukaan air laut yang berubah-ubah dari fase transgresi
menjadi fase regresi dan sebaliknya akan menbentuk sifat sedimen yang khusus di
daerah Sangatta yaitu merupakan selang-seling antara Batupasir, Batulempung dan
Batubara dengan ketebalan berkisar dari 2 meter sampai dengan 10 meter berulang
secara periodik, dari bawah keatas dan monoton tanpa adanya perubahan
lingkungan pengendapan yang menyolok. (Samuel, 1975). Hal ini dapat dilihat dari
pencerminan bentuk kurva log GR / SP dan resistivity di setiap sumur Lapangan
Sangatta, yang bentuknya monoton dari bawah keatas dan tidak memperlihatkan
perubahan bentuk kurva yang menyolok. Urutan Stratigrafi regional daerah
Sangatta yang mencakup Sangatta - Bungalun dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Dilihat dari posisi stratigrafi, daerah Sangatta didominasi oleh litologi dari Formasi
Balikpapan yang terdiri dari variasi perselingan antara Batupasir, Batulempung,
Batubara dan lensa-Iensa Batugamping yang mencapai ketebalan :± 2100 meter.

7
(Sumber: Duval, 1992)

Gambar 2.3. Stratigrafi Daerah Sangatta-Bungalun

Stratigrafi daerah Sangatta, berdasarkan data log, data litologi dan data fosil
diwakili oleh 4 formasi batuan yaitu berturut-turut dari bawah keatas (Gambar 2.3).
1. Formasi Pamaluan.
Litologi terdiri dari Batulempung dan Lanau berwarna kelabu hingga kelabu
kehitaman selang-seling dengan Batupasir. Di Sangatta litologi tersebut
merupakan bagian atas dari formasi Pamaluan dengan umur Miosen Bawah dan
diendapkan pada lingkungan laut neritik.
2. Formasi Pulubalang
Formasi litologinya berupa perselingan antara Batupasir dengan Batulempung,
kadang-kadang terdapat sisipan Batugamping yang banyak mengandung fosil.
Umur dari formasi ini adalah Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan
neritik tengah - neritik dalam.

8
3. Formasi Balikpapan
Formasi memiliki susunan litologi berupa perselingan Batupasir dan
Batulempung dengan sisipan Batubara. Umur dari formasi ini adalah Miosen
Tengah bagian atas dan diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga
transisi dengan model pengendapan selang-seling antara kondisi fluvial dan
kondisi delta.
4. Formasi Kampung Baru
Formasi ini memiliki lithologi yang didominasi oleh Batupasir dan Batulempung
tetapi pada bagian bawahnya terdapat juga Batugamping Konglomerat. Formasi
ini memiliki lingkungan pengendapan didaerah parafik sampai reefal epineritic.

2.5. Struktur Lapangan


Lapangan Sangatta merupakan bagian dari komplek delta Mahakam
(Gambar 2.4) sebagai produk dari sedimentasi. Sungai Mahakam telah ada sejak
zaman Miosen Tengah. Delta Mahakam sebelah utara dibatasi oleh tinggian
Mangkaliat, sebelah Barat oleh dataran tinggi Meratus.

(Sumber: Duval, 1992)

Gambar 2.4. Arah-arah Sedimentasi Delta di Cekungan Kutai

9
Gambaran secara regional struktur bawah permukaan daerah sangatta
merupakan sebuah antiklin memanjang dari selatan ke arah utara dengan sudut
kemiringan dikedua sayapnya berkisar antara 6o – 8o, dan dengan beberapa blok
patahan. Patahan pada umumnya patahan normal yang melintang dibagian tengah,
sedang diujung selatan ada patahan pergeseran ke samping diikuti dengan beberapa
patahan kecil yang membelok kearah Timur-Selatan. Luas antiklin lapisan
produktif 18 km2 dengan panjang 6 km dan lebar 3 km.

2.6. Kondisi Reservoir


Batuan reservoir mempunyai porositas rata-rata 20 – 28 %. Lapisan pasir
yang produktif terdiri dari 11 lapisan, ketebalan bervariasi 1,5 – 20 m, minyak
Sangatta mempunyai SG rata-rata 0,87/60 oF, API Gravity /600F 36,5, Pour point
atau titik tuang 60 – 100 oF, kadar sulfur 0,12 % dan kadar garam 6 – 7 %, kadar
lilin 9 – 35 %.

10
BAB III
TEORI DASAR

3.1. Mekanisme Aliran Fluida Reservoir


3.1.1. Productivity Index
Productivity Index adalah suatu indeks atau derajat pengukuran kemampuan
produksi suatu sumur yang didefinisikan sebagai perbandingan antara laju alir
produksi terhadap tekanan drawdown, dinyatakan dalam stock tank barrel per day.
Secara khusus, PI didasarkan pada gross liquid production, tapi ada juga yang
berdasarkan dengan rate produksi minyak (qo). Secara matematis bentuknya dapat
dituliskan sebagai berikut :
q
PI = J =
(Ps − Pwf ) ................................................................................... (3-1)

dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
(Ps-Pwf) = drawdown, psi

3.1.2.Inflow Performance Relationship


Productivity index yang diperoleh secara langsung maupun secara teoritis
hanya merupakan gambaran secara kualitatif mengenai kemampuan suatu sumur
untuk berproduksi. Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur, ataupun
untuk melihat kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga PI dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik Inflow Performance
Relationship (IPR). Berdasarkan definisi produktivity index, maka variabelnya
adalah laju produksi (q) dan tekanan aliran dasar sumur (Pwf). Oleh karena itu
pesamaan tersebut dapat diubah menjadi :
q
Pwf = Ps − ................................................................................................ (3-2)
PI

11
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
PI = Productivity index, stb/day/psi

(Sumber: Brown, Kermit E., 1977)

Gambar 3.1. Kurva Inflow Performace Relationship

Arah lengkungan menunjukkan bahwa PI akan berkurang dengan naiknya


laju produksi. Hal ini terutama pada reservoir yang mempunyai mekanisme
pendorong solution gas drive, sedangkan pada water drive reservoir harga PI-nya
relatif konstan. Arah lengkungan yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.2., disebabkan karena harga Pwf berada di bawah bubble point pressure, sewaktu
minyak mendekati sumur, tekanan akan turun terus dan akan mengakibatkan
terlepasnya gas dari minyak. Jadi gas bebas yang terjadi akan meningkat jumlahnya,
sehingga menaikkan saturasinya, juga permeabilitas efektif gas naik, maka
akibatnya akan menurunkan permeabilitas efektif minyak. Harga GOR (Gas Oil
Ratio) pada rate produksi yang tinggi akan naik, karena dengan naiknya drawdown,
permeabilitas efektif akan naik pula. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan kurva
IPR tidak lurus apabila Pwf berada di bawah tekanan bubble point atau pada kondisi
ini diketahui bahwa ada 2 fasa fluida yang mengalir. Untuk membuat kurva IPR

12
pada kondisi 2 fasa ada sebuah persamaan yang terkenal yang disebut dengan
persamaan Vogel.

3.1.3. Kurva IPR 2 fasa


Pembuatan grafik IPR untuk aliran dua fasa pada mulanya dikembangkan
oleh Weller, dimana Weller menurunkan persamaan Productivity Index atau J untuk
reservoir gas. melihat persamaan yang digunakan serta cara pemecahannya,
ternyata cara Weller tersebut cukup rumit dan tidak praktis serta memerlukan
komputer. Selanjutnya Vogel mengemukakan suatu cara yang lebih sederhana
dibandingkan dengan metode Weller. Dasar pengembangan metode Vogel adalah
persamaan Weller, yang menghasilkan suatu bentuk persamaan sebagai berikut :
2
q P  P 
= 1 − 0.2 wf  − 0.8 wf 
q max  Ps   Ps  ................................................................................... (3.3)
dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
qmax = gross liquid rate max, STB/day

Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi, baik sebagai


akibat invasi lumpur pemboran, maupun sebagai akibat peningkatan saturasi gas
dan air di sekitar lubang bor. Apabila hal ini ditemui, maka kondisi pengembangan
persamaan Vogel tidak bisa lagi dipergunakan.

3.2. Artificial Lift


3.2.1 Pengertian Dan Pemilihan Artificial Lift
Selama berlangsungnya produksi tekanan reservoir akan mengalami
penurunan. Bila pada suatu saat tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi untuk
mengalirkan minyak sampai permukaan atau laju aliran yang dihasilkan sudah
sangat tidak ekonomis lagi, maka untuk mengangkat minyak dari dasar sumur
digunakan cara yang disebut pengangkatan buatan atau artificial lift .

13
Artificial lift adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara
memasukkan tenaga tambahan kedalam sumur(bukan kedalam reservoir) dimana
metode ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi
mendorong fuida kepermukaan atau untuk maksud meningkatkan produksi .
Jenis jenis artificial lift untuk pengangkatan buatan sumur ada banyak di
antara yaitu :
• Sucker Rod Pump ialah jenis ariticial lift yang menggunakan
pompa electikcal mechanical yang dipasang di permukaan dengan prinsip
menggunakan katup searah,yang pergerakan nya naik turun seperti
menggangguk
• Electrical Submesible Pump ialah jenis artifial lift yang menggunakan pompa
sentrifugal bertingkat (stages) yang digerakan oleh motor listrik dan di pasang
di dalam sumur.
• Gas Lift ialah jenis artificial lift yang menggunakan gas ke dalam kolom
minyak di dalam sumur sehingga berat minyak menjadi lebih ringan dan dapat
mengalir ke permukaan.
• Progressive Cavity Pump ialah jenis artificial lift menggunakan pompa yang
dipasang di dalam sumur tetapi motor di pasang di permukaan yang proses
pemompaannya menggunakan sucker rod sebagai penghubung antara motor
dengan pompa di bawah permukaan.
• Jet Pump ialah jenis artificial lift mneggunakan fluida yang nantinya akan di
pompakan kedalam sumur lalu di semprotkan lewat nozle ke dalam kolom
minyak.

3.2.2 Electrical Submersible Pump


a. Prinsip kerja Electrical Submersible Pump
Electric Submergsible Pump (ESP) merupakan salah satu metode
pengangkatan buatan yang banyak dipakai oleh perusahaan minyak untuk
memaksimalkan perolehan minyak.
Pada dasarnya Pompa Benam Listrik adalah pompa sentrifugal
bertingkat banyak, dimana setiap tingkat terdiri dari dua bagian, yaitu

14
impeller (bagian yang berputar) dan diffuser (bagian yang diam) serta
memiliki poros yang dihubungkan langsung dengan motor penggerak.
Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang di supplai dari
permukaan dengan perantaraan kabel listrik. Sedangkan sumber listrik
diambil dari power plant yang ada di lapangan minyak.
Prinsip kerja pompa ESP Motor listrik berputar pada kecepatan relatif
konstan, memutar pompa (impeller) melewati poros (shaft) yang
disambungkan dengan bagian protektor. Power disalurkan ke peralatan
bawah permukaan melalui kabel listrik konduktor yang di klem pada tubing.
Cairan memasuki pompa pada bagian intake dan dilepas ke tubing ketika
pompa sedang beroperasi. Kelakuan pompa berada pada harga efisiensi
tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi. Tingginya volume gas
bebas menyebabkan operasi pompa tidak efisien.

(Sumber: Brown, Kermit, E,1980)

Gambar 3.2 ESP

b. Peralatan Pompa Benam Listrik


Secara umum peralatan Pompa Benam Listrik dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu peralatan di bawah permukaan dan peralatan di atas

15
permukaan. Peralatan Bawah Permukaan Peralatan ini dalam satu kesatuan
di ujung tubing produksi dan dibenamkan ke dalam fluida sumur.
1. Peralatan di bawah Permukaan pada artificial lift ESP
a). PSI Unit (Pressure Sensing Instruments)
PSI (Pressure Sensing Instrument) adalah suatu alat yang mencatat
tekanan dan temperatur dalam sumur. Secara umum PSI unit mempunyai
2 komponen pokok, yaitu:
1). PSI Down Hole Unit
Dipasang di bawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena
alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah
merupakan bagian dari motor tersebut.

2). PSI Surface Readout


Merupakan bagian dari sistem yang mengontrol kerja Down Hole
Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari Down
Hole Unit.

b). Motor
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa
(prime mover). Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri dari dua
kumparan, yaitu stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang
bergerak). Rotor ini dihubungkan dengan poros yang terdapat pada
pompa (shaft) sehingga impeller pompa akan berputar. Karena diameter
luarnya terbatas (tergantung diameter casing), maka untuk mendapatkan
horse power yang cukup maka motor dibuat panjang dan berganda
(tandem). Motor ini diisi dengan minyak yang mempunyai tahanan listrik
(dielectric strength) tinggi. Minyak tersebut selain berfungsi sebagai
pelumas juga berfungsi sebagai tahanan (isolasi) dan sebagai penghantar
panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor
tersebut bekerja. Panas tersebut dipindahkan dari rotor ke housing motor

16
yang selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluida sumur yang
terproduksi.
c). Protektor
Protektor dipasang di antara intake dan motor listrik yang
mempunyai 4 (empat) fungsi utama, yaitu: untuk mengimbangi tekanan
motor dengan tekanan di annulus, sebagai tempat duduknya Thrust
Bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type) untuk
meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa, sebagai penyekat
masuknya fluida sumur ke dalam motor listrik serta memberikan ruang
untuk pengembangan / penyusutan minyak motor sebagai akibat dari
perubahan temperatur dalam motor listrik pada saat bekerja atau saat
dimatikan.
d). Intake (Gas Separator)
Intake / Gas Separator dipasang di bawah pompa dengan cara
menyambungkan sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang
dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa,
disebut Gas Separator, tetapi ada juga yang tidak yang disebut Intake atau
Standart Intake.
e). Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrifugal Pump, yang terdiri
dari: impeller, diffuser, shaft (tangkai) dan housing (rumah pompa). Di
dalam housing pompa terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri
dari satu impeller dan satu diffuser. Jumlah stage yang dipasang pada
setiap pompa akan dikorelasi langsung dengan Head Capacity dari
pompa tersebut. Pemasangannya bisa menggunakan lebih dari satu
(tandem) tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk
menaikkan fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan
bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.
Seluruh stage disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage
dipasang tegak lurus pada poros pompa yang berputar pada housing.
Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk ke dalam pompa

17
melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa,
impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses sentrifugal
maka fluida akan terlempar keluar dan diterima oleh diffuser. Oleh
diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga
potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses
tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada
saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus menerus sehingga tekanan
head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin
banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan
pompa untuk mengangkat fluida.
f). Unit Kabel Listrik
Power cable gunanya untuk mengalirkan arus listrik dari
switchboard ke motor. Power yang dibutuhkan oleh motor disalurkan
dari permukaan melalui kabel listrik yang dilapisi dengan penyekat.
Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing dengan Clamp. Unit kabel ini
terdiri atas tiga buah kabel tembaga yang satu sama lain dipisahkan
dengan pembalut terbuat dari karet dan keseluruhannya dibungkus
dengan pelindung baja. Ada dua jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan
round cable (bulat), yang penggunaannya tergantung pada besarnya
ruang (clearances) yang tersedia.
g). Check Valve dan Bleeder Valve
Check valve dipasang 2 – 3 joint di atas pompa, gunanya untuk
menahan liquid agar tidak turun ke bawah yang mana mengakibatkan
pompa berputar terbalik sewaktu pompa mati. Bleeder valve berada 1
joint di atas check valve digunakan untuk mengeringkan fluida ke
annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan dalam tubing untuk
membukanya.
h). Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser
atau selalu ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga
kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

18
2. Peralatan di Atas Permukaan pada artificial lift ESP
Peralatan di atas permukaan terdiri atas: Wellhead, Junction Box,
Switchboard dan Transformer.
a). Wellhead
Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus
yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau penetrator. Cable pack
off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi
juga dengan lubang untuk hidraulic control line, yaitu saluran cairan
hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka.
b). Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara
switchboard dan wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel
atau penghubung kabel yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang
berasal dari Switchboard. Junction Box juga digunakan untuk melepaskan
gas yang ikut dalam kabel agar tidak menimbulkan kebakaran di
switchboard.
c). Switchboard
Berfungsi sebagai pengendali atau kontrol peralatan pompa yang
ditenggelamkan ke dalam sumur. Alat ini merupakan kombinasi dari motor
starter, alat pelindung dari overload / underload, alat pencatat tegangan serta
kuat arus listrik selama dalam kondisi operasi atau ammeter recording.
d). Transformer
Berfungsi sebagai pengubah tegangan dari primary voltage menjadi
voltage yang disesuaikan dengan kebutuhan motor yang digunakan. Alat ini
terdiri dari core atau inti yang dikelilingi oleh coil dari lilitan kawat
tembaga. Keduanya baik core maupun coil direndam dengan minyak trafo
sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan
jumlah lilitan kawatnya.

19
3.2.3. Sucker Rod Pump
1. Prinsip Kerja Sucker Rod Pump
SRP umumnya digunakan didunia perminyakan karena relatif murah
dan mudah pengoperasiannya. Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah (moderate) (lebih rendah dari 2000 bpd) sangat
cocok menggunakan pompa SRP dalam pengangkatan fluida produksi ke
permukaan.
SRP dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi counterbalance, yaitu:
a. Cank balanced-conventional dan Mark II
Pompa angguk jenis Mark II adalah pompa yang fungsinya agar gaya
yang dihasilkan pada saat up stroke lebih besar dari pada down stroke akan
tetapi pompa tipe ini tidak dapat membuat walking beam bergerak lebih dari
160o.
b. Beam balanced – conventinal
Pompa angguk tipe konvensional adalah pompa yang paling banyak di
pakai di perusahaan perminyakan. Titik mampu pompa konvensional adalah
di dekat pusat walking beam dan pitman yang berfungsi mengangkat dengan
menarik kebawah di bagian belakang walking beam. Jenis pumping unit ini
adalah jenis desain terbaru dalam pumping unit, dalam unit ini titik tumpu
dekat dengan pusat center dari walking beam dan memiliki gerak up stroke
yang tinggi (lebih dari 1860). Dengan kondisi tersebut mengakibatkan beban
torsi lebih rendah yang diterima pompa angguk dan dengan kapasitas angkat
yang lebih tinggi.
c. Air balanced- front mounted
Air Balanced Unit Dengan kompresi udara lebih cepat pada counter
weight yang terbuat dari baja tuang dan dapat menunjukkan control yang
akurat dari counter balanced. Disamping itu berat dari unit dapat dikurangi
biaya dan transportasi serta instalasi dapat ditekan lebih rendah. Air balanced
unit memiliki kuntungan pada skala yang lebih besar dengan langkah (stroke)
yang panjang. Pumping unit jenis ini memiliki ciri yaitu adanya kompresi
(tabung udara) yang berfungsi sebagai counter balanced.

20
(Sumber: Brown, Kermit, E,1980)

Gambar 3.3 Jenis-Jenis Sucker Rod Pump

Prinsip kerjanya dengan mengangkat fluida dengan energi dari prime


mover permukaan yang ditransfer ke subsurface pump yang diletakkan di
dalam sumur. Prinsip kerja sucker rod pump adalah ketika gerakan plunger
kebawah ( downstroke ), standing valve akan tertutup karena ditekan fluida
di atasnya, travelling valve terbuka karena mendapat dorongan dari fluida di
workingbarrel, fluida bergerak masuk dari barrel ke plungernya. Pada
gerakan ke atas ( up stroke ), travelling valve tertutup, standing valve terbuka
karena efek penghisapan, fluida masuk dari sumur ke working barrel karena
effek penghisapan tersebut. working barrel digunakan untuk tempat naik dan
turunnya plunger dan sebagai tempat pengumpul cairan.

21
(Sumber: Brown, Kermit, E,1980)

Gambar 3.4 Mekanisme kerja sucker rod pump

2. Peralatan Sucker Rod Pump


Peralatan sucker rod pump dibagi menjadi dua kelompok utama
yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan. Peralatan-
peralatan tersebut saling berhubungan dalam kelancaran sucker rod
pump.
a. Prime Mover
Fungsi dari prime mover adalah mengalirkan sumber tenaga yang
dapat menggerakkan pompa sehinga fluida dapat naik ke permukaan. Je nis
prime mover ada dua macam, yaitu elektrik dan engine. Pemilihan jenis
prime mover yang akan digunakan disesuaikan dengan keberadaan listrik
dan sumber gas yang ada.

b. Peralatan di atas permukaan pada artificial lift SRP


Fungsi dari surface equipment adalah memindahkan sumber energy
dari prime mover ke unit peralatan pompa di dalam sumur sehingga gerak
putar prime mover diubah menjadi gerak naik turun sucker rod dan diperoleh
kecepatan pompa yang diinginkan.

22
Adapun bagian-bagian dari surface equipment :

1). Gear Reduce


Merupakan rangkaian roda gigi yang berfungsi untuk mengurangi
kecepatan prime mover. Hal ini penting karena kecepatan putar motor pada
prime mover akan mempengaruhi kecepatan pompa.
2). V-Belt
Merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime mover ke gear
reducer.

3). Crank
Fungsinya menghubungkan crank shaft pada gear reducer dengan
counter weight untuk mengatur stroke length dengan mengubah posisi dari
pitman bearing.

4). Counter Weight


Berfungsi sebagai menyeimbangkan gerakan saat upstroke dan
downstroke dengan cara menyimpan tenaga prime mover pada saat down
stroke dimana tenaga yang diperlukan minimum dan mengeluarkan tenaga
pada saat upstroke sehingga terjadi perataan pembebanan.

5). Pitman
Fungsinya untuk menghubungkan pitman bearing dengan walking
beam yang berfungsi mengubah gerak putar menjadi gerak naik turun.

6). Walking Beam


Fungsinya untuk meneruskan gerak naik turun yang dihasilkan oleh
rangkaian pitman-counter weight-crank ke rangkaian yang ada di dalam
sumur melalui polished rod.

7). Carrier Bar

Fungsinya sebagai tempat bergantungnya polished rod dan rangkaian


sucker rod yang ada di dalam sumur.

23
8). Polished Rod
Merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan dan berfungsi menghubungkan antara rangkaian rod di dalam
sumur dengan peralatan-peralatan dipermukaan

9). Stuffing Box

Merupakan tempat kedudukan polished rod sehingga polished rod dapat


naik turun dengan bebas dan berfungsi untuk mengisolasi sumur dan
mencegah agar fluida tidak ikut keluar waktu naik turunnya polished rod.

10). Sampson Post


Sampson post berfungsi sebagai penyangga Walking Beam.

11). Briddle
Bridle nerfungsi sebagai tempat menggantungkan Carrier Bar.

12). Flow Tee


Flow Tee berfungsi untuk mengalirkan fluida ke flowline.

13). Flow Line


Flow Line berfungsinya sebagai tempat mengalirnya fluida hasil
pemompaan.

c. Peralatan di bawah permukaan pada artificial lift SRP


Peralatan bawah permukaan berfungsi sebagai pompa untuk
mengangkat fluida pada formasi ke permukaan. Bagian peralatan bawah
permukaan sebagai berikut :

1). Working Barrel


Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun dan
berfungsi sebagai tempat menampung fluida sebelum fluida diangkat plunger
pada saat upstroke. Pompa di bawah permukaan berdasarkan working barrel

24
ada dua macam, yaitu tubing pump dan rod pump (insert pump). Dikatakan
tubing pump karena posisi barrel dari pompa menyatu dengan tubi ng
sehingga waktu sucker rod dicabut pada saat servis maka barrel tetap berada
di bawah tidak ikut tercabut. Sedangkan rod pump, posisi dari barrel menyatu
dengan sucker rod sehingga bila sucker rod dicabut saat servis maka barrel
akan ikut tercabut.

2). Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam working barrel
yang berfungsi untuk mengangkat fluida dari reservoir ke permukaan .

3). Travelling Valve


Merupakan katup yang berada di bawah plunger yang bergerak sesuai
dengan pergerakan plunger, dimana posisinya akan terbuka pada saat
downstroke sehingga fluida dapat masuk ke dalam plunger. Posisinya akan
tertutup pada saat upstroke sehingga dapat menahan fluida yang sudah masuk
ke dalam plunger agar tidak keluar.

4). Standing Valve


Merupakan katup yang berada pada bagian bawah working barrel
dimana posisinya akan terbuka pada saat upstroke sehingga fluida dari dalam
sumur dapat masuk ke dalam working barrel. Posisinya akan tertutup pada
saat downstroke sehingga menahan fluida yang sudah masuk ke dalam
working barrel agar tidak keluar.

5). Sucker Rod


Merupakan batang besi yang menjadi tempat bergantungnya plunger
dan berfungsi meneruskan gerak naik turun dari surface equipment ke
unitpompa di bawah permukaan. Dalam perencanaan sucker rod diusahakan
agar rod yang dipakai ringan sehingga untuk kedalaman yang besar
pemakaian rod harus dikombinasikan (tapered rod string).

25
6). Seating Nipple
Merupakan tempat dudukan dari standing valve sehingga standing
valve tidak terlepas pada saat upstroke atau downstroke.

7). Tubing
Berfungsi mengalirkan fluida dari dasar sumur ke permukaan dimana
fluida mengalir melalui ruang antar sucker rod dan tubing.

3.3. Perencanaan Design Artificial Lift


Dalam pemilihan peralatan yang digunakan untuk keperluan artificial lift
diperlukan suatu perencanaan secara teliti dan pemilihan jenis peralatan yang tepat,
sehingga rate produksi fluida atau minyak yang diinginkan akan tercapai.
Bermacam – macam jenis peralatan pengangkatan buatan, namun dalam bab ini
akan dijelaskan lima jenis artificial lift yang banyak digunakan di lapangan minyak
yaitu: gas lift, sucker rod pump, electric submersible pump, progressive cavity
pump, dan jet pump.
Desain artificial lift untuk sebuah sumur, direkomendasikan bahwa pada
awalnya sumur dianggap sebagai sumur natural flow, oleh karena itu harus
disiapkan sistem produksi untuk melihat sumur tersebut dapat mengalir dan pada
laju alir berapa. Tujuan dari artificial lift adalah untuk menetapkan tubing intake
pressure sehingga reservoir merespon dan memproduksi laju alir yang diharapkan.
Desain dan analisa dari berbagai artificial lift dapat dibagi menjadi dua
bagian, yang pertama adalah komponen reservoir (inflow performance
relationship) yang menggambarkan kemampuan sumur untuk memproduksikan
fluida. Komponen yang kedua menggambarkan seluruh pipa dan sistem artificial
lift. Tubing intake pressure lalu dapat ditentukan untuk laju alir yang berubah-ubah
dan ketika kurva intake ini terletak pada plot yang sama dengan kurva IPR, laju alir
untuk metode pengangkatan dapat ditentukan.
Gambar 3.5. menunjukkan laju alir untuk masing-masing metode artificial
lift yang berbeda. Sedangkan Gambar 3.6. menunjukkan laju alir sumur alami
dengan kondisi yang stabil, tubing intake pressure memotong kurva IPR pada titik

26
yang stabil. Gambar 3.7. menunjukkan sumur mati karena tubing intake pressure
tidak memotong kurva IPR. Sumur ini harus dipasang artificial lift untuk mengubah
tubing intake curve sehingga memotong kurva IPR.
Untuk sumur yang masih mampu mengalir secara alami, tidak berarti
artificial lift tidak dipertimbangkan untuk dipasang. Banyak sumur mampu
memproduksi laju alir yang lebih tinggi ketika dipasang artificial lift, dan hal ini
hampir sering dilakukan untuk mempercepat produksi atau ketika terjadi situasi
yang kompetitif.

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.5. Tubing Intake Pressure Untuk Artificial Lift

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.6. Aliran Stabil

27
S
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.7. Sumur Mati

3.3.1 Perencanaan Sucker Rod Pump


Perencanaan sucker rod pump (sucker rod) bertujuan untuk mendapatkan
parameter-parameter pompa secara optimal sesuai dengan potensi sumur. Sebelum
dilakukan perencanaan pompa perlu dilakukan analisa perhitungan perilaku pompa.
Tujuan dari analisa perhitungan pompa sucker rod ini adalah untuk mendapatkan
perilaku yang efisien dari peralatan yang tersedia. Adapun langkah-langkah
perencanaan pompa sucker rod adalah sebagai berikut :

1. Setting Depth Pompa (L)


L =H – (Pwf/Gf) +S...............................................................................(3-4)
Keterangan :
H = Kedalaman sumur dari permukaan sampai top perforasi, ft
Pwf = Tekanan dasar sumur, Psi
Gf = Gradient formasi, psi/ft
S = Submergence, berkisar antara 60 – 100 ft
2. Displacement pompa
PD = Q / γ.............................................................................................(3-5)
Ketarangan :
PD = Pump Displacement, Bbl/day

28
Q = Laju alir, Bbl/day
γ = Densitas
3. Panjang Langkah (stroke)
Berdasarkan L dan PD, maka dari chart pump unit section diperoleh
- API size dan Stroke
4. Penentuan Diameter Plunger, Tubing, Rod SPM
- Berdasarkan API size pada langkah “c” dan kedalaman L maka dari tabel
design data diperoleh :
• Diameter plunger
• Diameter tubing
• Ukuran rod
• Kecepatan Pemompaan (SPM)
5. Acceleration Faktor
α = SN2 / 70500...................................................................................(3-6)
Keterangan :
S = Panjang langkah, inchi
N = Kecepatan pemompaan, SPM
6. Panjang Langkah Plunger Efektif

40,8 L2α 5,20GDA P  L1 L2 


SP = S + −  + + ...  ...................................(3-7)
E E  A1 A2 
Atau :

40,8 L2α 5,20GDA P  1 1 


SP = S + −  +  ..........................................(3-8)
E E  At Ar 
Keterangan :
SP = Panjang langkah efektif plunger, in.
α = Acceleration faktor.
L = Setting depth pompa, ft.
E = Modulus elastisitas, besarnya tergantung dari bahan.
D = Working fluid level, ft.
Ap = Luas penampang plunger, sq. In.

29
Sg = Specific gravity fluida
At = Luas penampang tubing, sq. In.
At = Luas penampang rod, sq. In.
Lt = Panjang tubing, ft.
Lr = Panjang rod, ft.
7. Estimasi Displacement Pompa
Q = K Sp N...........................................................................................(3-9)
Keterangan :
Q = Estimasi displacement pompa, Bbl/day
K = Konstanta plunger tertentu
Sp = Panjang langkah plunger efektif, in.
N = kecepatan pemompaan, SPM
8. Berat Rod String
Wr = L x m...........................................................................................(3-10)
Keterangan :
Wr = Berat rod string, lb.
L = Setting depth pompa, ft.
m = Berat rod, lb/ft
L & m = Dapat dilihat pada tabel
9. Berat Fluida
Wf = 0,433 Sg (L Ap – 0,294 Wr).......................................................(3-11)
Keterangan :
Wf = Berat fluida, lb
Sg = Specific gravity fluida
L = Setting depth pompa, ft
Ap = Luas penampang plunger, sq.in.
Wr = Berat rod string, lb
10. Beban Polished Rod
Wmax = Wf + Wr ( 1 + α ).................................................................(3-12)
Wmin = Wr (1- α - 0,127 Sg)……………………………………….(3-13)

30
11. Rod Stress
Stress maks = Wmaks / Ar, Psi........................................................(3-14)
Stress min = Wmin / Ar, Psi..........................................................(3-15)
Keterangan :
Ar = Luas Penampang rod, sq.in.
12. Counterbalance
Ci = 0,5 Wf + Wr ( 1- 0,127 Sg), lb.....................................................(3-16)
13. Torque
(Wmaks − 0,95Ci ) S
Tp = , lb-in............................................................(3-17)
2
14. Tenaga Motor
Hh = 7,36 x 10-6 Q Sg L, Hp................................................................(3-18)
Hf = 6,31 x 10-7 Wr S N, Hp................................................................(3-19)
Hb = 1,5 (Hh + Hf), Hp........................................................................(3-20)
Keterangan :
Hh = Hydraulic horse power to lift fluida
Hf = Subsurface frictional power loss
Hb = Brake horse power
Motor Rating = Hb / 0,75, Hp
Diameter engine sheave prime mover :
D = (N x R x dis) /RPM

3.3.2. Optimasi Sucker Rod Pump


Yang akan dibahas pada sub bab ini, adalah mengenai optimasi Sucker Rod
yang telah digunakan. Maksud optimasi pada sub bab ini adalah menganalisa
pengaruh dari harga kecepatan pemompaan (N) dan panjang langkah (S) terhadap
efisiensi volumetris dari pompa sucker rod. Secara keseluruhan, prosedur untuk
melakukan optimasi pompa sucker rod ini meliputi beberapa langkah, yakni :
a) Perhitungan perencanaan Sucker Rod Pump.
b) Perhitungan Inflow Performance Relationship (IPR).

31
c) Perhitungan Re-design Sucker Rod Pump berdasarkan stroke maksimum
pompa terpasang.
a). Prosedur Perencanaan Sucker Rod Pump
Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu dasar prosedur perhitungan desain
sucker rod. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui
effisiensi volumetris (% Ev) dari sucker rod pump dan perhitungan terhadap beban
pada sumur seperti yang terdapat pada sub bab sebelumnya.
b). Perhitungan Inflow Performance Relationship aktual.
Perhitungan kurva IPR sebenarnya sudah dibahas pada bab sebelumnya.
Sesuai dengan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pembuatan grafik
IPR dengan menggunakan metoda-metoda perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Pengaruh skin
3. Pengaruh turbulensi
c). Prosedur Optimasi Pompa Sucker Rod.
Dengan memperhatikan ukuran pompa, kemudian dicari harga kecepatan
pemompaan (N) yang optimum berdasarkan panjang stroke (S) maksimum pompa
terpasang untuk mendapatkan laju (q) yang optimal.
Prosedur dalam melakukan desain ulang sucker rod pump berdasarkan
panjang langkah (S) maksimum pompa terpasang adalah sebagai berikut ;
1. Menghitung Ap (in2) , K, Wr (lb), dan Wf (lb).
- Ap = 0.25π d2
- Ar = 0.25π d2
- K = 0.1484Ap
- Wr untuk Tappered Rod String.
Wr = M1L1+M2L2+……+MnLn
Wr untuk Untappered Rod String
Wr = MxL
Berat kolom fluida (Wf)

32
Wf = 0.433 G L Ap
2. Menghitung konstanta “a”.
1  T 
a = Wf + (0.9 − 0.5063SF )Wr − SF . Atr 
Ap  4 
Menghitung konstanta “b”.

WrN  c
b = (1 + 0.5625SF ± (1 − 0.5625SF ) 
56.400K . Ap  p
Menghitung konstanta “c”.
Wr  c
c = 2 1 + 0.5625SF ± (1 − 0.5625SF ) 
45120.K . Ap.S  p
3. Menentukan persamaan Pump Intake untuk N.
P = a + bv
Menentukan persamaan Pump Intake untuk S.
P = a +c v2
4. Berdasarkan persamaan yang diperoleh pada langkah (5), dihitung
untuk satu harga N, dengan mengasumsikan beberapa harga q sehingga
diperoleh harga P, kemudian diplot pasangan data (q,P) untuk satu harga
N pada grafik IPR sumur.
5. Berdasarkan persamaan yang diperoleh pada langkah (6), dihitung
untuk satu harga S, dengan mengasumsikan beberapa harga q sehingga
didapat harga P, kemudian diplot pasangan data (q,P) untuk satu harga
S pada grafik IPR sumur.
6. Dari kurva yang didapat akan menghasilkan perpotongan antara kurva
Pump Intake dengan kurva IPR, dimana untuk satu kurva Pump Intake
yang memotong kurva IPR akan mendapatkan pasangan data (N,q) atau
(S,q) sesuai dengan jenis kurva Pump Intake nya.
7. Memplot pasangan data (N,q) dan (S,q) menjadi kurva sehingga akan
didapatkan kurva hubungan (N vs q) dan (S vs q).
8. Dari kurva hubungan antara S, N dan q akan didapatkan laju produksi
dengan menggunakan sucker rod pump berdasarkan stroke maksimum
pompa terpasang.

33
9. Menghitung beban dengan diketahui stroke maksimum pompa
terpasang (S), laju produksi (q = “x”, bpd), N (N = “y”, spm) dan P (P
= “z”,psi, dari kurva IPR).
- menghitung α1
SN 2  c 
α1= 1 ± 
70500  p 
- menghitung α2
SN 2  c 
α2= 1 ± 
70500  p 
- menghitung PPRL
PPRL =Wf+0.9Wr+Wr+α1.Wr– P.Ap
- menghitung αmaks
PPRL
α maks =
Atr
- menghitung MPRL
MPRL = Wr – 0.1 Wr – α2 Wr
=0.9Wr–α2 Wr
- menghitung αmin
MPRL
α min =
Atr
Menghitung effisiensi volumetric yang baru dengan S = “stroke
maksimum pompa terpasang”, in. N = “y”, spm. Dan q = “x” bpd,
adalah:
- menghitung α1
SN 2
α=
70500
- menghitung Plunger Overtravel (ep).
Untuk Untappered
40 .8.L2 .α
ep =
E
Untuk Tappered

34
46,5 L2α
ep =
E
- menghitung Perpanjangan Rod (er).
untuk jenis Untappered
5,20GDApL
er =
EAr
untuk jenis Tappered
5,20GDAp  L1 L2 L3 
er =  + + + .....
E  A1 A2 A3 
- menghitung Pump Displacement (V).
V = K Sp N
- menghitung effisiensi volumetric sumur yang baru (setelah di
redesign)
q
Ev = x100%
V
Dari prosedur perhitungan beberapa harga S dan N, yang kemudian diplot
juga dengan kurva IPR actual, maka akan didapatkan grafik seperti dibawah ini :

IPR KWG-03

250

S=54
S=40
S=120 N=15
N=20
200

150
FBHP, psi

100

N = 10
50

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
Prod Rate, bpd

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.8.
Perpotongan Kurva IPR dengan (N vs q) dan (S vs q)

35
Dari hasil perpotongan antara outflow dan inflow tersebut lalu diplot lagi
antara flow rate (q) terhadap panjang langkah (S) maupun kecepatan pemompaan
(N).

140 35

120 30

100 N S 25

Pump Speed, spm


Stroke Length, in

80 20

60 15

40 10

20 5

0 0
0 500 1000 1500
Possible prod. Rate,bpd

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)


Gambar 3.9.
Perpotongan kurva hubungan (N vs q) dan (S vs q)

Dari grafik ini maka bisa ditentukan harga S dan N yang optimum.

3.3.3. Perencanaan Electical Submersible Pump


Merencanakan suatu pemilihan unit ESP untuk suatu sumur adalah
merupakan hal yang sangat penting karena akan menentukan efisinensi pompa
terhadap laju alir fluida. Sebelum memilih jenis ESP yang akan dipasang untuk
suatu sumur terlebih dahulu harus kita tentukan kemampuan produksi dari sumur
tersebut dengan test produksi. Sesudah itu barulah kita dapat melakukan
perhitungan-perhitungan yang cukup panjang untuk menentukan jenis pompa yang
cocok dipasang pada sumur tesebut. Dalam perhitungan perencanaan ESP ini perlu
ditunjang adanya data-data lengkap dan akurat agar pemilihan pompanya bisa
efisien dan ekonomis. Berikut ini adalah urutan data-data yang diperlukan untuk
perencanaan ESP.

36
Metode yang digunakan adalah metode analitis dengan bantuan gambar dan
table sesuai merek dagang terpilih. Persyaratan perencanaan ini berlaku untuk
lubang sumur tegak (vertikal).
Langkah kerja :
1. Data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida). Unit ESP dibuat
dengan bermacam-macam ukuran diameter housing-nya (OD). Ukuran casing
pada umumnya dinyatakan dari diameter luarnya (OD) sedangkan berat casing
akan bisa menentukan diameter dalamnya (ID) yang merupakan tempat untuk
dilewati rangkaian ESP. jadi dengan mengetahui ID casing akan bisa
menentukan serie (OD) ESP yang akan dipasang.
2. Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut :
1xSG min yak + WORxSGair
SGrata-rata = …………………….…..……(3-21)
1 + WOR
Gradien fluida (GF) = 0,433 x SG rata-rata
Bila mengandung gas kurangi GF sekitar 10%
3. Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang lebih 100 ft di atas lubang perforasi
teratas. Jarak antara motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft.
Hal ini dilakukan untuk mencegah abrasi pada peralatan pompa.
4. Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara memilih kemudian mencoba
harga Pwf untuk menghitung harga laju total menurut persamaan :
QTotal = (Ps-Pwf) x PI………………………………..…………………(3-22)
Hitung laju yang diinginkan (Qo) menurut persamaan :
1
Qo = xQtot …………………………………..……….……....(3-23)
1 + WOR
Apabila harga tersebut belum sesuai, ulangi memilih harga Pwf dengan coba-
coba.
5. Hitung Pump Intake Pressure (PIP) menurut persamaan :
PIP = Pwf – GF x (HS – HPIP)………………………….……………(3–24)
Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh), bila tidak terpenuhi
ulangi langkah 4 dan 5 dengan laju produksi yang lebih rendah.
6. Hitung harga Zf1 menurut persamaan :

37
Pwf
Zf1 = HS -
Gf
7. Tentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (Hf) dengan menggunakan
Gambar 3.10.
8. Hitung Total Dynamik Head (TDH) menurut persamaan :
THP
TDH = + Zf1 +Hƒ………………………….……………………..(3-25)
Gf
9. Pilih jenis dan ukuran dari katalog perusahaan pompa bersangkutan dan gambar
yang menunjukkan effisiensi maksimum untuk laju produksi yang diperoleh di
langkah 4. baca harga head capacity (HC) dan daya kuda motor (HP motor)
pada laju produksi tersebut.
10. Hitung jumlah stages atau tingkat
TDH
Jumlah stages = ……………………………………....………….(3-26)
HC
11. Hitung daya kuda yang diperlukan :
HP = HP motor x jumlah stages………………………..……………….(3-27)
12. Tentukan jenis motor pada tabel yang memenuhi HP tersebut).
13. Untuk masing-masing jenis motor hitung kecepatan aliran di annulus motor
0.0119 xQtotal
(FV) :FV =
( IDca sin g ) 2 − (ODmotor) 2
Jenis motor dan OD motor terkecil yang memberikan PV > 1 ft/dtk adalah
pasangan yang harus dipilih.
14. Baca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang dibutuhkan untuk
jenis motor yang bersangkutan.
15. Dari harga arus listrik tersebut pilih jenis kabel pada gambar (dianjurkan
memilih jenis kabel yang mempunyai kehilangan tegangan di bawah atau
sekitar 30 volt tiap 1000 ft.
∆V kabel = (HS- 50) x ∆V/ 1000 ft……………………..………………(3-28)
16. Memilih transformator dan switchboard
a. Hitung tegangan yang diperlukan motor dan kabel
(Vtotal) = V motor + ∆V kabel

38
b. Hitung KVA = 1,37 x Vtot xA/1000
c. Dari tabel tentukan transformator yang memenuhi hasil perhitungan 16 b
karena aliran 3 fasa maka transformator yang dipilih adalah sepertiga dari
hasil hitungan 16.b.
d. Dari tabel tentukan switcboard yang sesuai
17. Lakukan perhitungan total tegangan pada waktu start sebagai berikut :
a. Kebutuhan tegangan untuk start = 20,35 x voltage rating
b. Kehilangan tegangan selama start = 3 x kehilangan tegangan biasa
18. Bandingkan apakah total tegangan pada waktu start tidak melebihi tegangan
yang dikeluarkan oleh switcboard. Apabila tidak melebihi, berarti perencanaan
telah betul, apabila melebihi ulangi langkah 16.

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.10
Chart Kehilangan Tekanan Dalam Pipa

39
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar 3.11.
Chart Kehilangan Tegangan

3.3.4. Optimasi Electical Submersible Pump


Optimasi Electric Submergible Pump (ESP) dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui perbandingan antara produktivitas formasi dengan kapasitas pompa
yang terpasang. Sebelumnya perlu diketahui terlebih dulu prosedur untuk
mengetahui effisiensi volumetris dari ESP terpasang pada suatu sumur, yakni
sebagai berikut :
a. Penentuan Specific Gravity Fluida
1. Spec. Gravity Campuran (G) :WCx Gair + (1-WC) x Gminyak
2. Gradien Fluida (Gf) : G x 0.433 psi / ft
b. Penentuan Pump Intake Pressure (PIP)
1. Perbedaan Kedalaman dari middle perforation sampai pada PSD
(TVD) = Mid Perforasi – Pump Setting Depth (TVD)
2. Perbedaan Tekanan = Perbedaan kedalaman x Gf
3. Pump Intake Pressure = Pwf – Perbedaan Tekanan.

40
c. Kedalaman Total Dynamic Head (TDH)
1. Menentukan Fluid Over Pump (FOP)
PIPx 2.31 ft / psi
FOP =
G
2. Menentukan Vertical Lift (HD)
Vertical Lift (HD) = Pump Setting Depth (TVD) – FOP
3. Menentukan Tubing Friction Loss (Hf)
Dalam menentukan besarnya harga Friction Loss (F) dapat
digunakan Grafik Friction Loss seperti yang ditunjukkan pada
gambar. 3.11. atau dapat juga menggunakan persamaan berikut;
1.85 1.85
 100   Qt 
2.083   
Friction Loss (F) =  C   34.3 
ID 4.8655
Kemudian menghitung Tubing Friction Loss (Hf).
Tubing Friction Loss (Hf) = F x PSD (MD)
4. Menentukan Tubing Head (HT)
Tubing Pr essurex 2.31 ft / psi
Tubing Head (HT) =
G
5. Menentukan Total Dynamic Head (TDH)
Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF + HT
d. Penentuan Effisiensi Volumetris (% Ev)
1. Menentukan Head per Stage, (ft/stage) dengan persamaan ;
TDH
Head per Stage, (ft/stage) =
Stages
2. Berdasarkan Head per Stage tersebut kemudian dari Grafik Pump
Performance Curve seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
3.12 dan 3.13. untuk tipe pompa terpasang diperoleh harga
produksi (Qtheoritical) dalam Bpd.
3. Menentukan Effisiensi Volumetris (% Ev)
Qactual
% Ev = x100%
Qtheoritical

41
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar. 3.12.
Grafik Friction Loss William-Hazen

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)

Gambar. 3.13
Recommended Operating Range Pump Performance Curve untuk A-30 50Hz
Perencanaan Optimasi Electical Submersible Pump

Optimasi dilakukan dengan pengaturan dan penyesuaian kembali tipe


pompa, jumlah stage, motor dan lain-lain berdasarkan data produksi yang
diinginkan sesuai dengan produkitivitas formasi dalam status periode tertentu,
sehingga diperoleh laju produksi (QL) yang optimum. Dasar perencanaan optimasi

42
suatu unit pompa electical submersible pump dibagi menjadi tiga metode. Pertama
dilakukan perencanaan ulang terhadap electical submersible pump untuk, Pump
Setting Depth (PSD) berubah dengan Tipe dan Stage Pompa tetap. Yang kedua,
dengan PSD tetap namun Tipe dan Stage Pompa berubah dan yang ketiga baik
Pump Setting Depth, Tipe dan Stage pompa berubah semuanya.
a. Pump Setting Depth Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Tetap
Optimasi Pump Setting Depth (PSD) dilakukan dengan mengubah
kedalaman tersebut dari PSD minimum sampai dengan PSD maksimum, dimana
pada evaluasi tersebut menggunakan tipe dan stage yang telah terpasang.
Prosedur penentuan laju produksi (QL) optimum pada berbagai variasi PSD
dengan tipe dan stage pompa tetap :
1. Menentukan PSD minimum dan PSD maksimum dengan menggunakan
Persamaan
Pc
PSDmin = WFL +
Gf
Pc
PSDmaks = D midperfora si −
Gf
2. Menentukan PSD observasi (PSDmin < PSDobs < PSDmax)
3. Menentukan Pwf berdasarkan Q assumsi dan menentukan Total
Dynamic Head pada setiap kedalaman dan Q assumsi.
4. Membaca harga Head Capacity dan Pump Performance Curve
berdasarkan harga laju produksi assumsi dan menghitung Head.
5. Mengulangi langkah (2) sampai (5) untuk harga PSD untuk masing-
masing assumsi.
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka dapat mengubah kedalaman
pompa sumur. Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil yang jika ditunjukkan
dengan grafik adalah sebagai berikut.

43
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar 3.14
Grafik Hasil Perencanaan PSD Berubah dengan Tipe dan Stage Tetap.

b. Pump Setting Depth Tetap dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah
Merupakan optimasi dengan mengubah-ubah tipe dan jumlah tingkat
(stage) pompa pada Pump Setting Depth tetap. Pemilihan pompa dibatasi oleh
pemilihan Casing (Check Clearances) dan laju produksi yang diinginkan dimana
laju tersebut seharusnya masih berada dalam kapasitas laju produksi yang
direkomendasikan. Untuk meningkatkan effisiensi pengangkatan, dilakukan
evaluasi jumlah tingkat pompa.
Prosedur untuk membuat kurva intake yang digunakan untuk mendapatkan
jumlah tingkat (stage) pompa yang paling tepat, yaitu :
1. Memilih pompa yang sesuai dengan ukuran casing dan laju produksi
yang diinginkan.
2. Menghitung ρfsc dan γfsc
ρfsc = 350WC x γwsc + 350 (1-WC) γosc
γfsc = (ρfsc/350)
3. Mengasumsikan laju produksi bervariasi, kemudian menentukan
head/stage dari Pump Performance Curve dan menghitung tekanan
intake pompa (P3), setelah mengetahui harga tekanan discharge

44
Pompa (P2) masing-masing maka dilakukan perhitungan laju
produksi.
4. Memplot laju produksi terhadap tekanan intake dari tiap stage
asumsi pada kurva IPR.
5. Membaca laju produksi sebagai hasil perpotongan dari kurva IPR
dan tekanan Intake.
Plot grafik IPR yang telah dibuat, diplot dengan tekanan intake untuk
masing-masing stage asumsi menunjukkan bahwa, dengan semakin banyak
tingkatan (stage) pompa yang dipakai akan semakin besar pula kemampuan untuk
mengangkat fluida. Seperti yang ditunjukkan Gambar 3.16.

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)


Gambar 3.15.
TIP pada Tubing 2.441 inches Kurva IPR Pudjo Sukarno

45
(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)
Gambar 3.16
Grafik Hasil Perencanaan PSD Tetap denganTipe dan Stage Pompa Berubah

b. Pump Setting Depth Berubah dengan Tipe dan Stage Pompa Berubah
Dalam perencanaan electical submersible pump (ESP) untuk PSD berubah
dengan Tipe dan Stage pompa juga berubah, langkah perhitungannya sama seperti
perhitungan pada dua bab sebelumnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Mengasumsikan PSDobs yang berada dalam range PSDmin dan PSDmaks.
2. Memilih tipe pompa yang sesuai dengan produktivitas formasinya
dengan langkah perhitungan yang sama seperti pada bab sebelumnya.
3. Menentukan Total Dynamic Head (TDH) dan Head Pompa pada PSDobs
dengan mengasumsikan beberapa harga laju produksi dan jumlah
stages (SPS stok).
4. Mengulangi langkah 1 sampai 3 untuk PSD asumsi lainnya.
5. Memilih pompa PSD pada asumsi yang menghasilkan laju produksi
yang berada dalam batas (range) pompa yang direkomendasikan dan
sesuai dengan produktivitas formasi.
Secara keseluruhan prosedur perhitungan optimasi dengan merubah PSD
sekaligus tipe dan stage pompa, merupakan kombinasi antara perencanaan PSD

46
tetap, tipe dan stage pompa berubah dengan PSD berubah, tipe dan stage tetap.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.17 maka harga laju produksi yang
memberikan harga lebih besar dengan PSD yang semakin dalam, dan menggunakan
stage pompa yang semakin besar.

(Sumber: Brown, Kermit, E., 1980)


Gambar. 3.17
Grafik Hasil Perencanaan Evaluasi ESP dengan PSD Berubah Tipe dan Stage Pompa
Berubah.

47
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

Perhitungan dan analisa data ini bertujuan untuk mengetahui performa


sumur “AT”. Analisa dimulai pada saat sumur “AT” masih berproduksi.
4.1. Data-Data Lapangan
Adapun data yang diperlukan dalam tabel yang memperlihatkan data untuk
diolah :
Tabel 4.1. Data Properti Sumur
Profil Nilai Satuan
Nama sumur AT*
Tipe sumur Vertikal
Formasi Sangatta
Kedalaman sumur 6500 ft
Kedalaman akhir tubing 6400 ft
Tubing OD 4 Inch
Tubing ID 3.5 Inch
Casing ID 8 Inch
Temperatur tubing shoe 145 °F
*bukan nama sebenarnya
Tabel 4.2. Data Properti Fluida
Profil Nilai Satuan
Tekanan Reservoir 2050 psi
q fluid 577 bpd
q oil 577 bopd
q water 1.154 bwpd
Water cut 0.2 %
API 40
SG gas 0.7
SG oil 0.8
GOR 524 Scf/stb
Pwf 1410 psig
Pb 1500 psi
(Sumber: Data lapangan sangata, 2018)

48
4.2. Flowchart Diagram Alir
Flowchart memperlihatkan bagaimana data yang ada akan diolah. Untuk
membuat analisa performa sumur. Untuk memulai pengerjaan penulis Sebelumnya
membutuhkan persiapan dan validasi data yang tepat untuk mengerjakan penelitian
ini. Pemodelan dibuat dengan menggunakan software PROSPER. Di sini penulis
membandingkan design dua artificial lift yaitu Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump. Setelah penulis men design dua artificial lift tersebut maka
penulis dapat menarik kesimpulan dari design Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump yang memiliki laju alir yang nantinya dipasang di sumur “AT”.

Gambar 4.1. Flowcart – Pemodelan Design Artificial Lift

49
4.3. Pemodelan Produksi Sumur AT
Sebelum melakukan analisa performa sumur “AT” dengan software
PROSPER maka perlu dilakukan modeling produksi sumur “AT”. Maksud dari
pemodelan produksi adalah menguji data yang digunakan penulis sekaligus
memodelkan secara teori dan perhitungan dan hasilnya dibandingkan dengan
produksi aktual/nyata, jika hasil antara model dan aktual sama atau tidak terlalu
jauh berbeda, maka data yang digunakan penulis adalah cukup valid dan bisa
digunakan untuk pengembangan analisa lebih lanjut. Berdasarkan data yang
sudah di validasi, penulis menggunakan data tersebut untuk melakukan
pemodelan, berikut penjabarannya.

4.3.1. Konstruksi Kurva IPR


Kontruksi Kurva IPR dengan metode Vogel dari data yang divalidasi dengan
menggunakan software PROSPER. Kontruksi Kurva IPR menggunakan korelasi
Vogel karena alirannya 2 fasa dan water cut nya tidak terlalu tinggi . Maka
didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 4.2. Kurva IPR pada sumur AT

50
4.3.2. Modeling dengan PROSPER
Sebelum melakukan pemodelan untuk membuat design Sucker rod pump dan
Electrical submersible pump langkah awal melakukan validasi data pada (tabel 4.3)
sebagai berikut :

Tabel 4.3. Validasi Data Properti Sumur

Gambar 4.3. grafik IPR dan OPR pada sumur AT

51
4.4. Optimasi dari sumur AT
Setelah selesai melakukan pemodelan,selanjutnya di lakukan optimasi atau
prediksi untuk sumur “AT” dengan membandingkan design Sucker Rod Pump dan
design Electrical Submersible Pump.

4.5. Kelebihan dan Kekurangan ESP dan SRP


Pada pompa Electrical Submersible Pump terdapat beberapa kelebihan
dan kekurangan sebagai salah satu metode artificial lift .
Keuntungan
• Mampu memompa fluida dalam jumlah besar.
• Dapat memisahkan gas yang mungkin mengganggu proses pengisapan.
• Sesuai dipergunakan pada sumur-sumur yang mempunyai PI tinggi.
• Sesuai dipasang pada sumur-sumur miring karena tidak ada bagian-bagian yang
bergerak baik di permukaan maupun di dalam sumur.
• Biaya peralatan relatif kecil jika dibandingkan dengan laju produksi yang
diperoleh.

Kekurangan
• Biaya pertama pemasangan ESP relatif lebih mahal dibanding dengan sistem
artificial lift yang lain.
• Kurang baik pada sumur yang memiliki masalah kepasiran.
• Mempercepat terjadinya water conning . Akibat dari pemompaan dengan rate
yang tinggi maka akan memacu terjadinya water conning . Terutama pada
perforasi yang dekat dengan water oil contact

Pada pompa Sucker Rod Pump terdapat beberapa kelebihan dan


kekurangan sebagai salah satu metode artificial lift .
Keuntungan
• Efisien dan mudah dalam pengoperasian di lapangan
• Dapat digunakan untuk sumur yang memiliki tekanan rendah
• Fleksibel karena kecepatan pompa dan stroke length dapat disesuaikan
• Dapat digunakan pada berbagai ukuran tubing

52
• Dapat menggunakan gas atau listrik sebagai sumber tenaga penggerak

Kerugian
• Berat dan butuh tempat luas, transportasi sulit.
• Tidak baik untuk sumur miring.
• Butuh unit besar sekali untuk laju produksi besar dan sumur dalam.

Keuntungan dan kerugian Sucker rod pump dan Electrical submersible pump
direkomendasikan untuk digunakan articial lift Electrical submersible pump.
Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan pada metode screening sub bab selanjutnya

4.6. Metode Screening

Ketika sumur sudah tidak dapat mengangkat secara optimum fulida yang
ada di reservoir, maka sumur tersebut harus memasang Artificil lift, cara pemilihan
artificial lift berdasarkan reservoir karakteristik , karakterristik lubang sumur,
keadaan atas permukaan disebut metode screening .dalam metode screening akan
di uraikan berdasarkan reservoir karakteristik , karakterristik lubang sumur ,
keadaan atas permukaan yang di miliki sumur tersebut .
Berdasarkan data properti sumur dan data properti fluida maka dapat
ditentukan artificial lift yang sesuai dengan kondisi sumur “AT” dengan
menggunakan tabel screening artificial lift sebagai berikut :

Tabel 4.4. Tabel Screening

Dilihat dari data dan tabel pemilihan artificial lift di atas hasil nilai terbesar
merupakan artificial lift yang direkomendasikan untuk sumur “AT”.

53
4.7. Desain ESP
Desain ESP pada sumur “AT” berdasarkan water cut 0.2 %,maka langkah
mendesain dalam prosfer :
Set artificial lift pada options summary dengan ESP . Di karenakan diameter
ESP harus pas dengan dalam casing , di tambah data down hole equipment tubing
outside diameter 4”, tubing outside roughness 0.0006”, casing inside diameter 8”.

Tabel 4.5. downhole equifment pada sumur AT

Lalu Design esp dengan data data berikut :


Tabel 4.6. Data Desain ESP

54
Lalu hitung pada software PROSFER ,di dapatkan hasil berikut ini :

Gambar 4.4. hasil perhitungan desain ESP

Lalu liat pada gas separation sensitivity plot nya .Jika dunbar plot berada
di atas garis merah , maka tidak di perlukan downhole gas separator dan didapatkan
hasil plot di mana dunbar plot berada pada bagia atas garis merah yang berarti tidak
perlu memasang downhole gas separator lagi.berikut ini adalah pot gas separation
sensitivity plot nya.

Gambar 4.5. downhole equifment pada sumur AT

55
Lalu Desain ESP dengan memiliki pipa berjenis REDA dan motor
juga REDA. untuk kabel pada ESP di pilih alumunium dan di dapatkan hasil
sebagai berikut ini :

Tabel 4.7. Pemilihan pompa , motor dan kabel pada sumur AT

Setelah itu melakukan perhitungan best efficiency pada sumur “AT” yang
gunanya mengetahui apakah terjadi uptrust atau downtrust dengan hasil sebagai
berikut :

Gambar 4.6. perhitungan best efficiency pada sumur AT

56
4.8. Design SRP
Desain sumur pada sumur “AT”
Maka langkah mendesain dalam PROSPER:
1. Set artificial lift pada options summary dengan SRP
2. Memasukan data equipment yang tersedia berdasarkan data property sumur
3. Lalu Design SRP dengan data berikut :

Tabel 4.8. Data desain SRP


Pump Depth 6500 ft
Pump Diameter 2.75 inch
Surface stroke 16 inch
Target Production 905.474 stbd
Pump Speed 75.08 SPM
Water Cut 0.2%
Total GOR 524 scf/stb
Top Node Pressure 235.15 psig
Mid Point Perforation 6500 ft
Bottom Hole Temperature 145 F
Well Head Temperature 145 F
Pump Intake Pressure 1382.93
Oil API 40 API
Gas Gravity 0.6
Pumping Unit Lufkin C-25-53-24 LC105
Rod Number 96/06

57
Dengan memasukan data-data yang di dapatkan dari lapangan . Sehingga di
dapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9. Hasil perhitungan SRP pada sumur AL

Setelah itu melakukan Rod loat plot guna mengetahui hasil dynamometer ada
atau tidak menunjukkan adanya gas lock atau pun problem mekanis yang signifikan
yang didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.7. Rod Load plot pada sumur AT

58
BAB V
PEMBAHASAN

Sumur “AT” merupakan sumur yang berada pada lapangan “AA” . Sumur
“AT” merupakan sumur natural flow yang berarti masih mengalir dengan tekanan
reservoir tanpa bantuan alat pengangkatan bantuan . seiring dengan waktunya
produksi nanti bakal terjadi penurunan tekanan yang di sebabkan oleh kenaikan
water cut pada sumur yang di haruskan pada sumur “AT” untuk memasang
Artificial Lift untuk membuat sumur “AT” tetap optimum dalam mengangkat fluida
ke permukaan . Metode yang di gunakan untuk pemilihan dan desain Artificial lift
yang tepat yaitu dengan membandingkan Sucker Rod Pump dan Electrical
Submersible Pump . Dalam pengerjaan nya penulis menggunakan software Prosfer
di karnakan ada beberapa data yang tidak dapat di hitung secara manual.
Dalam melakukan analisa terhadap sumur “AT” yang di lakukan di awal
adalah dengan melakukan validasi data dan modeling sumur “AT”, dapat dilihat
pada (Tabel 4.1) dan (Tabel 4.2). Untuk membuat kurva IPR dan Mengetahui nilai
Qmax maka menggunakan metode vogel, dapat dilihat pada (Gambar 4.2) yang
menghasilkan Qmax sebesar 1251.9 Stb/day dan formation PI sebesar 0.904
Stb/day/psi. Hasil modeling pada (table 4.3) di lakukan validasi data dengan rumus
error. Error = (q desain / q actual )*100% = (577.0/577.0)*100%= 100 %. Jadi
modeling antara model desain mempunyai ketepatan 100% seperti model pada asli
nya ketika model sudah seperti aslinya maka dapat di lakukan optimasi dan dari
data hasil validasi didapatkan grafik IPR dan OPR sumur “AT” pada (Gambar 4.3)
Ketika ingin memasang artificial lift langkah awal nya ialah melihat
karakteristik reservoir, karakteristik lubang sumur, dan keadaan atas permukaan
sumur yang disebut metode screening, berdasarkan data properti sumur dan data
properti fluida maka dapat ditentukan artificial lift yang sesuai dengan kondisi
sumur AT dengan menggunakan tabel screening artificial lift yang dapat dilihat di
(Tabel 4.4) hasil screening sumur “AT” yaitu :

59
a. Kedalaman sumur “AT” yaitu 6500 ft, dilihat dari tabel maka artificial lift ESP
sangat bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat
digunakan pada sumur ini.

b. Lokasi sumur “AT” berada di onshore, berdasarkan penelitian dengan tabel ESP
dan SRP dapat digunakan pada kondisi ini.

c. Sumur “AT” merupakan sumur vertikal dilihat dari tabel maka artificial lift ESP
sangat bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat
digunakan pada sumur ini.

d. Dari segi production rate sumur “AT” yaitu 577 bpd, dari tabel dapat dilihat
sumur “AT” memenuhi semua syarat artificial lift walapun artificial lift SRP
lebih cocok digunakan tetapi saya tetap memilih ESP karena dilihat dari
indikator lain yang dominan

e. Dari segi nilai GOR 524 scf/stb dilihat dari tabel maka artificial lift ESP sangat
bagus dibanding SRP yang dimana memenuhi syarat untuk dapat digunakan
pada sumur ini.

Dari beberapa faktor diatas, dilihat dari karakteristik fluida reservoir,


artificial lift SRP dan ESP memenuhi persyaratan untuk diinstal pada sumur “AT”,
akan tetapi dengan melihat beberapa indicator dari sumur itu sendiri maka artificial
lift yang sangat sesuai dengan hasil identifikasi kondisi terkini pada sumur “AT”
ialah ESP. Namun dalam pemakain artificial lift laju alir tertinggi pada pemilihan
artificial lift lebih diutamakan maka dari itu penulis mencoba men design kedua
artificial lift tersebut dan membandingkan masing-masing laju alir nya.
Desain ESP pada sumur “AT” berdasarkan water cut 0.2 %,maka langkah
mendesain dalam prosfer dapat dilihat di (Tabel 4.5) , setelah itu design ESP yang
dapat dilihat di (Tabel 4.6) lalu hitung pada software yang di dapat dilihat hasilnya
di (Gambar 4.4). Didapatkan Pump intake Rate nya 999.604 RB/day yang dimana
sebelumnya laju alir Sumur “AT” sebelum dipasang Electrical submersible pump
adalah 577 RB/day , jadi ketika dipasang Electrical Submersible pump laju alir
menigkat sebesar 422.604 RB/day.

60
Dalam design ESP harus mengetahui gas separation sensitivity plot guna
mengetahui apakah diperlukan memasang downhole gas separator yang dapat
dilihat di (Gambar 4.5). Setelah di liat pada separation gas sensitivity plot nya ,
dunbar plot bearada di atas garis merah yang menunjukkan bahwa tidak perlu
memasang downhole gas separator . Lalu Desain ESP dengan memiliki pipa
berjenis REDA dan motor juga REDA .untuk kabel pada ESP di pilih alumunium
sebagai berikut ini :

Deskripsi Value Unit


Head required 506.218 feet
Average Downhole rate 963.976 Rb/day

Total fluid gravity 0.66595 sp.gravity

Free Gor below pump 98.657 scf/stb

Total GOR above pump 524 scf/stb

Pump inlet temperature 145 deg F

Pump inteake pressure 1235.15 psig

Pump intake rate 999.604 Rb/day

Pump dischare pressure 1381.15 psig

Pump discharege rate 929.629 Rb/day

Pump mass flow rate 225034 lbm/day

Average cable temperature 124.847 deg F

Select Pump ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day)

Select Motor Reda 375_87_Std.7.5HP 410V 14A


Select cable #1 Aluminium 0.33(Volts/1000ft) 95(amps) max

61
Dan dipatkan hasilnya design ESP yang cocok sebagai berikut :
Deskripsi Value Unit
Number of stages 22

Power required 4.45241 hp


Pump efficiency 55.9286 %
Pump outlet temperature 146.59 deg F

Current Used 10.4326 amps


Surface KVA 7.84771

Motor efficiency 72.8447 %


Power Generated 4.45241 hp
Motor speed 3511.73 rpm
Voltage Drop along cable 24.2986 Volts
Voltage Required at surface 434.299 Volts

torque on shaft 6.65899 lb.ft

Setelah itu melakukan perhitungan best efficiency pada sumur “AT” yang
dapat dilihat di (Gambar 4.6) yang di dapatkan hasil seperti gambar tersebut di mana
titik merah tidak berada jauh garis biru .jika melewati di atas garis merah maka
terjadi uptrust dan jika berada di bawah garis merah terjadi downtrust.
Desain SRP pada sumur “AT” langkah awal dalam prosper ialah set
artificial lift pada options summary dengan SRP , memasukan data equipment yang
dapat dilihat di (Tabel 4.9), Dengan memasukan data-data yang di dapatkan dari
lapangan, yakni total GOR sebesar 524 scf/stb, Pressure Well Head atau Top Node
Pressure sebesar 235.15 psig, Mid Point peforation pada kedalaman 6500 ft,
Bottom Hole Temperature 145 F, Well Head Temperature 145 F, Oil API 40 ⁰API,
Gas Gravity 0.6. kemudian memilih pump unit Lufkin C-25-53-24 LC105, dan
memasang target production 905.474 stbd. Sehingga di dapatkan hasil sebagai
berikut :

62
Deskripsi Srp Unit Value
Top rode landing 77.9 %
Top rod % Of Gooodman diagram 65.9 %
Minimum polished rod load 12663.9 lbf
Actual liquid production rate 905.474 Stb/day
Torsional eefectiveness (ITE) 29.57 %
Life efficiency (LE) 96.0893 %
Pump speed 75.08 Spm
Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105
Rod number 96-06

Dari hasil yang di dapatkan dari perhitungan menggunakan softwere


PROSPER, di dapatkan Top Rode Loading 77.9% dan Lift Efficiency sebesar 96%
dengan Liquid Production 905.4 stbd pada kondisi Pump Speed 75.08 SPM dan
Water Cut 0.2%. yang dimana sebelumnya laju alir Sumur “AT” sebelum dipasang
Sucker rod pump adalah 577 RB/day , jadi ketika dipasang Sucker rod pump laju
alir menigkat sebesar 328.4 RB/day.
Setelah itu melakukan Rod loat plot guna mengetahui hasil dynamometer
ada atau tidak menunjukkan adanya gas lock yang dapat dilihat pada (Gambar 4.7)
, Pada Rod Load Plot terlihat bahwa hasil dynamometer tidak menunjukan adanya
gas lock atau pun problem mekanis yang signifikan. Terlihat pada garis biru yang
sangat jauh dari garis dynamometer dan hasil plot yang menyerupai jajaran genjang.
Jadi dari hasil perhitungan perbandingan dua Artificial Lift, penulis memilih
untuk menggunakan Electrical Submersible Pump di karenakan jumlah dari Liquid
Rate setelah di optimasi memiliki jumlah paling besar di bandingkan dengan
dengan Sucker Rod Pump dimana Liquid Rate dari Electrical Submersible yaitu
sebesar 999.604 RB/day. Pada Sucker rod pump yaitu sebesar 905.474 RB/day jadi
penulis memilih untuk memakai Electrical Sumbersible Pump di karenakan laju alir
Electrical submersible pump lebih tinggi daripada Sucker rod pump.

63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa penentuan artificial lift pada sumur natural flow “AT” dalam
upaya optimasi produksi di lapangan “AA” di dapatkan hasil sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan metode vogel di dapatkan Q max / laju alir sebesar
1251.9 Stb/day dan PI sebesar 0.90495 Stb/day/psi
2. Desain ESP pada sumur “AT” dengan data yang ada maka didapatkan sebagai
berikut:

Deskripsi Value Unit


Head required 506.218 feet
Average Downhole rate 963.976 Rb/day
Total fluid gravity 0.66595 sp.gravity
Free Gor below pump 98.657 scf/stb
Total GOR above pump 524 scf/stb
Pump inlet temperature 145 deg F
Pump inteake pressure 1235.15 psig
Pump intake rate 999.604 Rb/day
Pump dischare pressure 1381.15 psig
Pump discharege rate 929.629 Rb/day
Pump mass flow rate 225034 lbm/day
Average cable temperature 124.847 deg F
Select Pump ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day)
Select Motor Reda 375_87_Std.7.5HP 410V 14A
Select cable #1 Aluminium 0.33(Volts/1000ft) 95(amps) max
Number of stages 22
Power required 4.45241 hp
Pump efficiency 55.9286 %
Pump outlet temperature 146.59 deg F
Current Used 10.4326 amps
Surface KVA 7.84771
Motor efficiency 72.8447 %
Power Generated 4.45241 hp
Motor speed 3511.73 rpm
Voltage Drop along cable 24.2986 Volts
Voltage Required at surface 434.299 Volts
torque on shaft 6.65899 lb.ft

64
3. Desain SRP pada sumur “AT” dengan data yang ada maka didapatkan sebagai
berikut:

Deskripsi Unit Value


Top rode landing 77.9 %
Top rod % Of Gooodman diagram 65.9 %
Minimum polished rod load 12663.9 lbf
Actual liquid production rate 905.474 Stb/day
Torsional eefectiveness (ITE) 29.57 %
Life efficiency (LE) 96.0893 %
Pump speed 75.08 Spm
Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105
Rod number 96-06

4. Design setting parameter artificial lift untuk ESP dan SRP didapatkan sebagai
berikut:

Deskripsi Esp Value Unit


Select Pump ESP TD1000 4inches (760-1220Rb/day)
Select Motor Reda 375_87_Std.7.5HP 410V 14A
Select cable #1 Aluminium 0.33(Volts/1000ft) 95(amps) max
Pump intake rate 999.604 Rb/day
Number of stages 22 Stage
Motor speed 3511.73 rpm

Deskripsi Srp Unit Value


Top rode landing 77.9 %
Top rod % Of Gooodman diagram 65.9 %
Minimum polished rod load 12663.9 lbf
Actual liquid production rate 905.474 Stb/day
Torsional eefectiveness (ITE) 29.57 %
Life efficiency (LE) 96.0893 %
Pump speed 75.08 Spm
Pumping unit Lufkin C-25-53-24 LC105
Rod number 96-06

65
5. Artificial lift yang saya pilih antara Sucker rod pump dan Electrical
Sumbersible Pump ialah Electrical Submersible Pump alasan pertamanya ialah
jumlah dari liquid rate ESP 999.604 RB/day setelah dioptimasi lebih besar
dibanding SRP yaitu 905.47 RB/day, alasan kedua dilihat dari kasus lapangan
memakai metode screening dengan melihat beberapa indikator dari sumur itu
sendiri maka artificial lift yang sangat sesuai dengan hasil identifikasi kondisi
terkini pada sumur “AT” ialah ESP.

6.2. Saran
Studi dari penelitian perbandingan Analisis Dan Optimasi Sumur “AT”
Dengan Melakukan Perbandingan Antara Artificial Lift Sucker Road Pump Dan
Electrical Submersible Pump Yaitu Pada Lapangan “AA”. Maka dapat
diaplikasikan secara nyata di sumur minyak dan gas bumi dengan kondisi dan
parameter yang relatif sama. Apabila ada pihak yang melakukan studi ini lebih
lanjut dari penelitian ini maka lakukan beberapa point sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan menganalisa keekonomian dari instalasi peralatan
artificial lift Sucker Rod Pump dan Electrical Submersible Pump dimulai dari
komplesi sampai dengan surface facility. Hal tersebut dilakukan agar penulis
selanjutnya mengetahui atau mendapatkan real price (harga nyata) dari peralatan
komplesi sampai dengan surface facility.
2. Perlu dilakukan analisis terhadap simulasi software Pipesim juga sehingga dapat
melihat apakah ada perbandingan dengan hasil laju alir untuk SRP dan ESP yang
terdapat di software prosper

66
DAFTAR PUSTAKA

1. Duval, B.C., Chopin, D.J.G. & Loiret,B., Detailed Geoscience


Reinterpretation of Indonesia’s Mahakam Delta dalam Oil and Gas Journal
90.i32, page 67- 72, 1992.
2. Kermit E, Brown. The Technology Of Artificial Lift Method. Petroleum
Publishing Co : USA, 1977.
3. Kermit E, Brown. The Technology Of Artificial Lift Method. Petroleum
Publishing Co : USA, 1980.
4. Pratama, Rega, “Laporan Tugas Akhir”, Tugas Sarjana, Teknik
Perminyakan STT MIgas Balikpapan 2016.
5. Sadirsan, W.S. The Ancient Sangatta Delta: New Insight to the Middle
Miocene Northern Kutai Basin Deltaic Systems,. Proceeding of the Annual
Convention-Indonesian Petroleum Association. Hal 45, East Kalimantan,
1994.
6. Samuel, L., dan Muchsin, S. Stratigraphy and Sedimentation. Proceeding
IPA Fourth Annual Convention, June, The Kutai Basin, Kalimantan, 1975.
7. Snedden J.W. dan Sarg J, Using Sequence Stratigraphic Methods in High
Sediment Supply, Deltas: Example from the Ancient Mahakam and Rajang
Lupar. Proceeding IPA 25th p.281-295, 1996.
8. Van de Weerd dan Amin, R.A. Origin and Evolution of the Tertiary
Hydorcarbon-Bearing. Buletin AAPG vol. 76 no. 11, hal. 1778 – 1803,
Basin in Kalimantan Indonesia, 1992.

67
LAMPIRAN

Lampiran A. Simulasi Design Natural Flow di Prosper

68
69
4

70
71
72
73
74
75
Lampiran B. Simulasi Design SRP di Prosper

76
77
78
Lampiran C. Simulasi Design ESP di Prosper

79
80
81
82

Anda mungkin juga menyukai