Anda di halaman 1dari 96

Bab VI

SIFAT-SIFAT FISIK
CAIRAN HIDROKARBON

1
YS 1/12/08
• Sifat fisik cairan hidrokarbon yang penting dalam perhitungan
teknik reservoir dan teknik produksi, adalah:

– specific gravity (SG)


– Densitas minyak (ro )
– kelarutan gas (Rs)
– tekanan gelembung (Pb)
– koefisien kompresibilitas minyak (Co)
– faktor volume formasi minyak (Bo)
– faktor volume formasi total (Bt)
– viskositas minyak (mo ).
• Sifat-sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur.

YS 15/9/08 2
5.2.1. Spesific Gravity Cairan Hidrokarbon (SG)

Specific gravity cairan hidrokarbon (minyak) didefinisikan sebagai “perbandingan


antara densitas minyak dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur
yang sama”, atau dapat ditulis :

ro
o 
rw . ............................... (6-1)

Biasanya SG yang digunakan dalam pembicaraan tentang sifat fisik cairan adalah SG
yang diukur pada temperatur 60o F dan tekanan 14,7 psia.
Di dalam dunia perminyakan juga digunakan besaran SG lain, yaitu API gravity,
dimana:
141,5
o
API   131,5
o ................................. (6-2)

o = SG pada 60 oF dan 14,7 psia.


Misal: o pada 60 oF dan 14,7 psia = 1,0 maka oAPI = (141,5/1,0) - 131,5 10.

YS 1/12/08
5.2.2. Densitas Cairan Hidrokarbon

5.2.2.1 Densitas Cairan Hidrokarbon Pada Kondisi Standar (rosc)


Densitas cairan hidrokarbon (minyak) pada kondisi standar dapat diperkirakan berdasarkan
komposisinya dengan persamaan:
 xi M i
r osc 
xi M i / r osci  ................................ (6-3)

rosc = densitas minyak pada 14,7 psia dan 60oF


r osci = densitas komponen ke–i pada 14,7 psia dan 60oF (Tabel 6.1)
xi = fraksi–mol komponen ke –i
Mi = berat-mol komponen ke – i.
Tabel 6.1. Densitas Beberapa Senyawa pada 14,7 psia, 60oF (M.B. Standing)
Senyawa Densitas, gr/cc Densitas, lb/cuft
Metana - -
Etana - -
Propana 0,5072 31.66
i-Butana 0,5625 35,12
n-Butana 0,5836 36,43
i-Pentana 0,6241 38,96
n-Pentana 0,6305 39,36
n-Heksana 0,6637 41,43
n-Heptana 0,6875 42,92
n-Oktana 0,7062 44,09
n-Nonana 0,7211 45,02
n-Dekana 0,7333 44,78
Air (H2O) 0,9991 62,37

YS 1/12/08
Contoh soal:
Minyak bumi memiliki komposisi sebagai berikut:

Komponen Fraksi Mol


n-Buthana 0,10
n-Pentana 0,15
n-Heksana 0,20
n-Heptana 0,55

Hitung densitas pada kondisi permukaan dan specific gravity minyak bumi tersebut.
Jawab: rosci
Mi xiMi/rosci
Komponen xi (lb/cuft) xiMi
Tabel 5.1
Tabel 6.1
n-Buthana 0,10 58,12 36,42 5,812 0,1596
n-Pentana 0,15 72,146 39,36 10,822 0,3686
n-Heksana 0,20 86,172 41,43 17,234 0,4160
n-Heptana 0,55 100,198 42,92 55,109 1,2840
88,977 2,2282

rosc = S(xiMi) / S(xiMi/rosci)= 88,977/2,2282 = 39,9322 lb/cuft.


o = rosci /rw= 39,9322/62,4 = 0,64
o = (141,5/0,64) -131,5 = 89,59 oAPI.
5.2.2.2 Densitas Cairan Hidrokarbon Pada Kondisi Reservoir (ro)
Banyak kasus teknik reservoir dan produksi memerlukan harga densitas cairan
hidrokarbon pada kondisi reservoir, sedangkan pada kondisi permukaan ada sebagian
cairan yang telah berubah menjadi gas.
Ada beberapa metode penaksiran densitas cairan pada kondisi reservoir berdasarkan
data cairan dan gas di permukaan, antara lain adalah metode “Katz”, dan “Standing &
Katz”.

a. Metode Katz (tidak ada data komposisi fluida res.)


Data gas dan minyak yang diperlukan meliputi :
 kelarutan gas di dalam cairan (minyak), Rs
 specific gravity gas di permukaan (14,7 psia, 60oF), g
 API gravity cairan di permukaan (14,7 psia, 60oF).
Bila Pres ≥ Pb maka harga Rs = harga GOR produksi.
Tetapi bila Pres < Pb, maka harga Rs harus ditentukan dengan cara–cara tertentu.
Langkah–langkah metode Katz:
1. Dengan anggapan sebagai gas ideal, berdasar data g hitung berat mol. tampak gas
(Ma) dengan Persamaan (5–6) → Ma = 29g.
2. Hitung berat gas untuk setiap 1 STB minyak :
mg = Rs x Ma/379 ............................................... (6-4)

YS 1/12/08
dimana :
mg = berat gas untuk setiap 1 STB minyak, lb
Rs = kelarutan gas (solubility), scf/STB
Ma = berat mol tampak gas, lb/lb – mol.
379 = volume gas ideal pada 14,7 psia dan 60oF, scf/lb-mol.
3. Hitung berat minyak setiap 1 STB berdasarkan data oAPI-nya.
4. Dengan data g tentukan densitas cairan dari gas terlarut dengan
Gambar 6.1 (slide 8). Kemudian hitung volumenya berdasarkan berat
gas untuk setiap 1 STB minyak.
5. Hitung total berat dan total volume cairan dari gas dan minyak.

Gb. 6.1. Korelasi antara


densitas semu dari gas terlarut
dan gas gravity (Katz).
6. Hitung densitas cairan semu pada 14,7 psia dan 60oF.
7. Dengan Gambar 6.2 tentukan koreksi densitas karena perubahan
tekanan secara isothermal. Tambahkan harga koreksi tersebut kepada
densitas cairan semu.

Gb. 6.2. Koreksi densitas minyak


akibat kompresibilitas isothermal
(GPSA Engineering Data Book, 1987).

8. Dengan grafik Gambar 6.3 tentukan koreksi densitas akibat perubahan


temperatur secara isobar. Kurangkan harga koreksi tersebut kepada
densitas cairan semunya. Harga densitas terakhir ini merupakan densitas
cairan pada kondisi reservoir pada tekanan gelembung ( r ob ).
Gb. 6.3. Koreksi densitas minyak
akibat ekspansi isobar (GPSA
Engineering Data Book, 1987).

YS 1/12/08
Densitas cairan (minyak) pada kondisi di atas titik gelembung dapat dihitung
dengan persamaan:
r o  r ob .e Co ( P  Pb )  …………………….(6-5)
dimana:
r ob = densitas minyak pada tekanan gelembung
Co = kompresibilitas cairan secara isothermal
P = tekanan
Pb = tekanan gelembung (bubble point) minyak
e = 2,718282.
Contoh soal:
Suatu sumur minyak berproduksi dengan GOR = 575 SCF/STB.
SG gas = 0,71; SG minyak di stock-tank = 30 oAPI.
Kompresibilitas cairan (Co) di atas tekanan gelembung = 12,1 x 10-6 psia-1.
Tekanan gelembung minyak = 3600 psia dengan temperatur reservoir = 220 oF.
Tentukan:
1. Densitas minyak pada tekanan gelembungnya.
2. Densitas minyak pada tekanan 5000 psia dan temperatur 220 oF.
YS 1/12/08
Penyelesaian:
1) Berat Mol tampak gas:
Ma = 29 x g = 29 x 0,71 = 20,6 lb/lb-mol.
2) Berat gas terlarut pada tekanan reservoir 3600 psia untuk setiap STB oil:
scf 1 lb  mole lb lb
m g  575 20,6  31,24 .
STB 379 scf lb  mole STB
3) Berat minyak di stock-tank untuk setiap STB oil:
cuft 141,5 lb lb
mo  5,615 x x 62,4  306,9 .
STB 30  131,5 cuft STB
lb
4) Dari Gambar 6.1 diperoleh r gd  24,1
scf
Volume cairan dari gas terlarut = mg/rgd
= 31,24/24,1 (lb/STB)(cuft/lb) = 1,296 cuft/STB.
5) Total volume cairan (berasal dari gas dan minyak) pada 14,7 psia/60 oF
VL = 5,615 + 1,296 = 6,911 cuft/STB.
Total berat cairan yang berasal dari gas dan minyak:
mL = mo + mg = 306,9 + 31,24 = 338,14 lb/STB.

YS 1/12/08
24,1

YS 15/9/08 12
6) Densitas cairan semu pada 14,7 psia/60 oF:
r po = mL/VL
338,14lb / STB lb
 48,92
= 6,911cuft / STB cuft .

7) Koreksi densitas akibat kompresibilitas isothermal:


Dari grafik Gb. 6-2 diperoleh harga koreksi = 1,01 lb/cuft
sehingga densitas cairan semu pada 3600 psia/60 oF adalah:
r ob = 48,92 + 1,01 = 49,93 lb/cuft.
8) Koreksi densitas akibat pemuaian isobar:
Dari grafik Gb. 6-3 diperoleh harga koreksi = 3,85 lb/cuft sehingga
densitas cairan semu pada 3600 psia/220 oF adalah :
r ob = 49,93 – 3,85 = 46,08 lb/cuft.
atau r ob = 5,615 x 46,08 lb/bbl res = 258,74 lb/bbl res.
9) Densitas cairan semu pada 5000 psia/220 oF :

ro 12,1x10
6
( 5000 3600) 
= 46,08 x 2,718282
= 46,87 lb/cuft.
atau r o = 5,615 x 46,87 lb/bbl res
= 263,175 lb/bbl res.
YS 1/12/08
YS 15/9/08 14
b. Metode Standing dan Katz (ada data komposisi fluida res.)

Bila komposisi total fluida diketahui, maka dapat digunakan cara “Standing &
Katz” untuk menghitung densitas cairan pada kondisi reservoir.
Pada cara Standing & Katz, densitas semu (pseudo density) dicari dengan
menggunakan grafik Gambar 6.4.
Untuk dapat menggunakan grafik Gambar 6.4 tersebut, maka perlu dihitung
terlebih dahulu:
 densitas propana dan komponen yang lebih berat (propana plus) pada kondisi
standar,
 % berat ethana di dalam “ethana plus”, dan
 % berat methana di dalam sistem (mixture).
Setelah densitas semu dapat dicari dari grafik Gambar 6.4, kemudian densitas
cairan pada kondisi reservoir dapat di cari seperti pada cara “Katz”.

YS 1/12/08
Gambar 6.4. Korelasi densitas Standing.
YS 1/12/08
Koreksi terhadap impurities
Bila terdapat komponen non-hidrokarbon, maka H2S dikelompokkan
ke dalam Propana plus (C3+).
Kemudian hitung/tentukan:
1. Fraksi berat Methana di dalam larutan dengan pers.:
W1 = WC1 / Wmix …………………...… (6-5a)

2. Fraksi berat Ethana di dalam Ethana plus (C2+) plus


dengan pers.:
W2 = (WC2 + WN2) / (Wmix – WC1 – WC2) ………….. (6-5b)

3. Perbandingan densitas cairan-semu terhadap rC3+ dengan


Gambar 6.4a. Kemudian hitung densitas cairan-semu pada
kondisi standar (rpo).
 Selanjutnya densitas semu ditentukan seperti pada metode
Katz.
17
 Tetapi bila terdapat H2S maka densitas-semu harus dikurangi
Gambar 6-4a. Perbandingan densitas pseudoliquids pada kondisi standar
yang mengandung methane dan ethane.(McCain, 1990) 18
(McCain, 1990)

19
Contoh:
Hitung densitas suatu fluida reservoir pada tekanan gelembungnya yaitu 5200
psia dan temperatur 190 oF. Komposisi fluida reservoir adalah sebagai
berikut:

Komponen % mol
Methana 44,1
Ethana 5,8
Propana 4,2
Buthana 3,3
Pentana 1,7
Heksana 2,6
Heptana plus 38,3

Heptana plus : API gravity @ 60 oF = 34,2


SG @60/60 oF = 0,854
BM = 164

YS 1/12/08
Penyelesaian: Tabel 5.1 Tabel 6.1
Komponen Fraksi Mol Mi Berat Densitas pada Vol.cairan pada 60
Zi ZiMi 60 oF,14,7 psia o
F, 14,7 psia
(lb) ( r oi,lb/cuft) (cuft)
C1 0,441 16 7,056
C2 0,058 30 1,746
C3 0,042 44 1,852 31,66 0,0585
C4 0,033 58 1,917 35,78 0,0536
C5 0,017 72 1,227 38,51 0,0319
C6 0,026 86 2,241 41,30 0,0543
C7+ 0,383 164 62,812 53,26 1,1793
1,000 78,851 1,3776

YS 1/12/08
44,2

YS 1/12/08
• Dengan grafik Gb. 6.4, kemudian tentukan densitas
semu pada kondisi standar:

ro = 44,2 lb/cuft

• Dengan cara seperti metode Katz, yaitu dengan grafik


dari Gambar 6.2 dan 6.3, dapat ditentukan densitas
cairan pada tekanan gelembung 5200 psia dan
temperatur 190 oF.

YS 1/12/08
Latihan di rumah:

Menggunakan metode Standing & Katz, kerjakan Exercise: 11-9 dari


buku The Properties of Petroleum Fluids 2nd Edition, 1990 (penulis:
Willian D. McCain, Jr.).

SAMPAI MINGGU DEPAN

YS 15/9/08
Exercise 11-9
Use the correlation of Figure 11-6 to calculate the density of a reservoir
liquid at its bubble point of 1763 psia at a reservoir temperature
of 250°F. The composition of the well stream is as follows.

Composition,
Component mole fraction

Hydrogen
sulfide 0.0879
Carbon dioxide 0.0270
Nitrogen 0.0009
Methane 0.2112
Ethane 0.0763
Propane 0.0703
i-Butane 0.0147
n-Butane 0.0428
i-Pentane 0.0171
n-Pentane 0.0237
Hexanes 0.0248
Heptanes plus 0.4033
1.0000

Properties of heptanes plus


Specific gravity 0.8500
Molecular weight 215 lb/lb mole

Compare your answer with laboratory measurement of 42.12 lb/cu ft.


Penyelesaian:
Densitas pada Volume pada
Komponen Fraksi Mol Mi Zi Mi kondisi standar kondisi standar
lb/lb-mole lb/cuft cuft
H2S 0,0879 34,080 2,9956
CO2 0,0270 44,010 1,1883
N2 0,0009 28,013 0,0252
C1 0,2112 16,043 3,3883
C2 0,0763 30,070 2,2943
C3 0,0703 44,097 3,1000 31,62 0,0980
i-C4 0,0147 58,123 0,8544 35,11 0,0243
n-C4 0,0428 58,123 2,4877 36,42 0,0683
i-C5 0,0171 72,150 1,2338 38,96 0,0317
n-C5 0,0237 72,150 1,7100 39,36 0,0434
C6 0,0248 86,177 2,1372 41,40 0,0516
C7+ 0,4033 215,000 86,7095 53,01 1,6358
1 103,9151 1,9532
W1 = (WC1/Wmix) = (3,3883/103,9151) = 0,0326
W2 = (WC2 + WN2)/(Wmix - WC1 - WCO2) = (2,2943 - 0,0252)/(103,9151 - 3,3883 - 1,1883) = 0,0228
Berdasarkan harga W1 dan W2, maka dari Gambar 6.4a diperolehr po /r C3+ = 0,945
W1 = 0.0326 = 3.26%
W2 = 0.0228 = 2.28%
Dari Gambar 6.4a diperolehrpo /rC3+ = 0,945

0.945

27
Densitas C3+ = (103,9151 - 2,9956 - 1,1883 - 0,0252 - 3,3883 - 2,2943)/1,9532 = 48,138 lb/cuft.

Densitas semu pada kondisi standar (rpo) = 0,945 x 48,138 = 45,49 lb/cuft

Koreksi akibat kompresibilitas isothermal ke 1763 psia adalah = 0,60 lb/cuft (Gb. 6.2)

Jadi densitas semu pada tekanan 1763 psia temp 60 oF = 45,49 + 0,6 = 46,09 lb/cuft

Koreksi thermal-expansion isobar ke 250 oF berdasarkan Gb. 6.3 adalah = - 5,60 lb/cuft

Jadi densitas semu pada tekanan 1763 psia temp 250 oF = 46,09 - 5,6 = 40,49 lb/cuft

Karena mengandung H2S sebesar 8,79% maka berdasarkan Gb. 6.4b, densitas semu

perlu dikurangi sebesar = 1,1 lb/cuft.

Sehingga densitas terkoreksi pada tek. Pb dan temp 250 oF = 40,49 - 1,1 = 39,39 lb/cuft.

Sedikit lebih kecil dibanding pengukuran di Lab yaitu 42,12 lb/cuft.

YS 15/9/08 28
5.2.3. Kelarutan Gas di dalam Cairan (Rs)
Definisi:
Kelarutan (solubility) gas adalah volume gas (dalam kondisi standar) yang
terbebaskan dari cairan (minyak) sewaktu cairan berubah dari kondisi
reservoir ke kondisi permukaan. Biasanya dinyatakan dalam satuan
scf/STB. Dalam kondisi tekanan gelembung (Pb) diberi simbol Rsb.

YS 1/12/08
• Harga Rs suatu minyak bumi dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur.
• Gambar 6.5 memperlihatkan hubungan kelarutan gas dengan tekanan pada
harga temperatur reservoir konstan.

Gambar 6.5.
Hubungan Rs dan P
pada T konstan.

• Perbedaan antara Rsb (Rs pada P = Pb) dengan Rs pada P < Pb disebabkan
oleh sejumlah gas yang terbebaskan dari minyak di dalam reservoir dan
mengisi sebagian ruang pori batuan sebagai akibat penurunan tekanan di
bawah tekanan gelembung minyak ketika minyak menuju sumur produksi.
• Kelarutan gas berharga tetap pada P ≥ Pb, karena pada tekanan tersebut
tidak ada gas terbebaskan pada saat minyak menuju ke sumur produksi,
sehingga seluruh fluida reservoir berbentuk cairan.

• Bila tekanan reservoir turun, dan mencapai tekanan di bawah tekanan


gelembung, maka gas mulai terbebaskan dan hanya sebagian gas saja
yang masih tertinggal (larut) di dalam cairan.

• Selain tekanan (P), kelarutan gas juga dipengaruhi oleh:


• Temperatur (T);
semakin tinggi T reservoir, semakin kecil harga Rs.
• Komposisi total fluida;
semakin banyak mengandung fraksi ringan, semakin besar harga Rs.
• Proses pembebasan gas;
Rs yang diperoleh dari proses pembebasan kilat (flash liberation)
biasanya lebih kecil dibanding pembebasan diferensial (differential
liberation), seperti ditunjukkan dengan Gambar 6.6.

YS 1/12/08
Gambar. 6.6.
Pengaruh proses pembebasan
gas terhadap harga kelarutan
gas.

Proses pembebasan kilat:


P sistem diturunkan sehingga harga tertentu, kemudian setelah kondisi
kesetimbangan dicapai, gas dipisahkan dari cairannya dan dijaga P sistem
konstan = P akhir proses. Ini berarti komposisi fluida di dalam sistem tidak
berubah selama proses pembebasan gas berlangsung.
Proses pembebasan diferensial:
Perubahan P sistem diikuti dengan keluarnya gas dari sistem secara terus
menerus, sehingga pada kondisi akhir, di dalam sistem hanya berisi cairan. Ini
berarti komposisi fluida di dalam sistem berubah terus menerus selama proses
YS 1/12/08
pembebasan gas berlangsung.
YS 15/9/08 33
• Penentuan harga kelarutan gas secara langsung di laboratorium
memerlukan contoh minyak yang diambil pada flow-line.
• Cara penentuan tidak langsung adalah dengan perhitungan
berdasarkan persamaan kesetimbangan gas dan cairan, apabila
komposisi fluida total diketahui (akan diuraikan kemudian).
• Sedangkan cara yang paling murah dan mudah adalah
menggunakan metode korelasi “Beal”, ataupun korelasi “Lasater”.

Metode Korelasi Beal


Korelasi Beal mendasarkan hubungan empiris antara kelarutan
gas dengan specific gravity minyak di stock-tank.
Cara ini sangat sederhana, tetapi bisa menghasilkan kesalahan
yang cukup besar (> 25 %).
Gambar 6.7 menunjukkan grafik korelasi Beal untuk kelarutan gas.

YS 1/12/08
Gb. 6.7. Perkiraan Rs berdasarkan harga tek. saturasi dan SG minyak (Beal).
YS 1/12/08
Korelasi Lasater

Gambar 6.8 memperlihatkan grafik korelasi yang dibuat oleh Lasater,


yang menunjukkan hubungan tekanan, temperatur reservoir, SG gas
dan SG minyak dengan kelarutan gas.

Korelasi Lasater lebih teliti dibanding korelasi Beal karena lebih banyak
parameter yang diperhitungkan.

Perlu diingat => harga tekanan yang dipakai untuk menentukan


kelarutan gas harus ≤ tekanan gelembung minyak yang bersangkutan
(bubble point pressure).

Karena tekanan di atas tekanan gelembung harus memberikan harga Rs


yang sama dengan Rs pada tekanan gelembung minyak (Rsb), maka
harga Rs pada tekanan > tekanan gelembung harus ditentukan
berdasarkan Rs pada tekanan gelembung.

YS 1/12/08
Gambar. 6.8. Hubungan Rs, Oil API Gravity, Temperatur, Gas Gravity
dan Tekanan Saturasi (Lasater).
Contoh soal:
Suatu reservoir minyak memiliki tekanan reservoir = 3000 psia dan temperatur
150 oF. Reservoir tersebut memproduksikan minyak dengan SG = 25 oAPI (di
stock tank) dan gas dengan SG = 0.9 (dari separator). Tekanan gelembung
minyak pada kondisi reservoir adalah 2000 psia.
Perkirakan harga Rs pada kondisi reservoir dengan metode Beal dan metode
Lasater.

Penyelesaian:
Metode Beal.
Dari Gb. 6.7, berdasarkan harga tekanan saturasi (tekanan gelembung) minyak =
2000 psia dan API gravity minyak = 25 oAPI, maka diperoleh Rsb = 400 scf/STB.
Jadi: Rs pada kondisi reservoir = Rsb = 400 scf/STB.
Metode Lasater.
Dari Gb. 6.8, berdasarkan harga tekanan saturasi (tekanan gelembung) minyak =
2000 psia, SG gas = 0.9, temp. res. = 150 oF, dan API gravity minyak = 25 oAPI,
maka diperoleh Rsb = 460 scf/STB.
Jadi: Rs pada kondisi reservoir = Rsb = 460 scf/STB.

YS 1/12/08
Gb. 6.7. Perkiraan Rs berdasarkan harga tek.
saturasi dan SG minyak (Beal).

Gambar. 6.8. Hubungan Rs, Oil API Gravity, Temperatur,


Gas Gravity dan Tekanan Saturasi (Lasater).

YS 1/12/08
5.2.4 Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)
Volume cairan yang diperoleh di stock-tank (tangki pengumpul) lebih kecil
dari pada volume cairan sewaktu meninggalkan reservoir. Perubahan volume
cairan dari kondisi tekanan dan temperatur reservoir ke kondisi permukaan ini
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
 Keluarnya gas dari dalam cairan karena turunnya tekanan dari tekanan
reservoir ke tekanan permukaan.
 Pemuaian cairan sebagai akibat turunnya tekanan.
 Penyususutan volume cairan sebagai akibat turunnya temperatur.
Perubahan volume cairan (minyak) ini dinyatakan sebagai “faktor volume
formasi minyak”.
Definisi: FVF minyak adalah volume cairan pada kondisi reservoir yang
diperlukan untuk menghasilkan minyak 1 STB (kondisi permukaan).
Karena cairan pada kondisi reservoir mengandung gas yang terlarut, maka:
volume minyak  gas yang terlarut pada P dan T reservoir
Bo = , BBL/STB
volume minyak pada P dan T stock - tank

Pada kondisi temperatur tetap, hubungan tekanan reservoir dengan faktor


volume formasi minyak untuk suatu minyak tertentu dilukiskan seperti pada
Gambar 6.9.

YS 1/12/08
Gambar 6.9.
Hubungan Tekanan
Reservoir dengan Bo.

Kebalikan dari faktor volume formasi adalah “faktor penyusutan”


(shrinkage factor), yaitu volume minyak di permukaan (kondisi stock-tank)
yang dihasilkan dari 1 BBL cairan reservoir.
1
bo = Bo , STB/BBL

YS 1/12/08
Harga Bo juga dipengaruhi oleh proses pembebasan gas, seperti dapat dilihat pada
Gambar 6.10.

Gambar 6.10. Pengaruh Proses Pembebasan Gas Terhadap Bo.

Dengan proses pembebasan kilat, maka gas yang terbebaskan (Rs) lebih kecil
daripada pembebasan diferensial, akibatnya volume cairan (minyak) yang diperoleh
di permukaan lebih banyak daripada pembebasan diferensial.
Jadi harga Bo proses pembebasan kilat lebih kecil daripada pembebasan diferensial.

YS 1/12/08
Harga Bo minyak dari suatu reservoir, dapat diukur secara langsung, dapat
ditentukan secara perhitungan (kalau komposisi diketahui), atau dapat juga
diperkirakan dengan beberapa cara korelasi.

Cara korelasi ini antara lain adalah:

1) Berdasarkan prinsip larutan ideal


Dengan persamaan:
r STO  0,0136Rs  g
Bo  ........................................................ (6-6)
r OR
dimana :
rSTO = densitas minyak pada kondisi stock-tank, lb/cuft.
rOR = densitas minyak pada kondisi reservoir, lb/cuft.
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
(GOR produksi, bila pada kondisi tekanan gelembung).
g = specific gravity gas dipermukaan (udara = 1).

YS 1/12/08
Contoh soal:
Tentukan faktor volume formasi minyak pada kondisi tekanan gelembungnya, bila
diletahui pada kondisi tersebut:
 GOR produksi = 575 scf/STB
 Specific Gravity minyak di stock-tank = 0,876
 Specific Gravity gas di permukaan = 0,71
 Densitas minyak pada kondisi tekanan gelembung = 46,1 lb/cuft
Penyelesaian:
Densitas minyak di stock-tank (rSTO)= 0,876 x 62,4 lb/cuft
= 54,66 lb/cuft
r STO  0,0136 Rs g 54,66  0,0136x575x0,71
Bo  Bo =
rOR 46,1

= 1,306 bbl/STB
Cara korelasi ini bisa digunakan untuk memperkirakan Bo dengan kesalahan 

5 %.
YS 1/12/08
2) Korelasi Standing
Standing telah membuat suatu persamaan empiris untuk memperkirakan faktor
volume formasi minyak pada kondisi tekanan gelembung (bubble point
pressure), berdasarkan data:
 GOR produksi
 SG gas di permukaan
 SG minyak di stock-tank
 Temperatur titik gelembung.
Persamaan korelasi Standing adalah:
Bo = 0,9759 + 0,00012 F1,2 .......................................... (6-7)
0,5
 g 
F = Rs o  + 1,25 T
 

Bo = faktor volume formasi minyak, BBL/STB pada tekanan gelembung


Rs = GOR produksi, scf /STB
 g = SG gas (udara = 1)
 o = SG minyak di stock-tank (air = 1)
T = temperatur reservoir, oF.
YS 1/12/08
Selain dengan Pers. (6-7), Standing juga membuat grafik korelasi spt Gb 6.11.
Gambar 6.11. Faktor Volume Formasi Cairan Hidrokarbon Jenuh.

YS 1/12/08
Bo pada tekanan di atas Pb
Untuk memperkirakan harga Bo pada tekanan  tekanan gelembung, maka
harus ditentukan lebih dulu harga Bo pada tekanan gelembung (Bob), kemudian
digunakan Persamaan (6-8) berikut ini.

Bo = Bob e Co ( P  Pb )  .................................... (6-8)

dimana:
Bo = faktor volume formasi pada tekanan  tekanan gelembung, bbl/STB
Bob = faktor volume formasi pada tekanan gelembung, bbl/STB
Co = koefisien kompresibilitas minyak pada kondisi reservoir, psia-1
P = tekanan reservoir ( Pb), psia
Pb = tekanan gelembung minyak, psia.

YS 1/12/08
5.2.5 Faktor Volume Formasi Total (Bt)

Pada kondisi tekanan reservoir < tekanan gelembung (Pb), maka di dalam reservoir
terdapat dua fasa fluida yaitu minyak dan gas. Gas ini adalah gas bebas yang
terbebaskan dari dalam minyak akibat penurunan tekanan reservoir dari tekanan
gelembung fluida.
Definisi: Faktor volome formasi total adalah jumlah barrel fluida reservoir (minyak
+ gas bebas) yang dapat menghasilkan minyak sebanyak 1 STB di permukaan.

Bt dapat dihitung dengan Persamaan (1-10):

Bt = Bo + Bg (Rsb – Rs) .......................... (6-10)


dimana:
Bo = faktor volume formasi minyak (fasa cair), bbl/STB
Bg = faktor volume formasi gas bebas (fasa gas), bbl/scf
Rsb = kelarutan gas dalam cairan pada kondisi tekanan gelembung, scf /STB
Rs = kelarutan gas dalam cairan pada kondisi reservoir, scf/STB.

Dari Persamaan (6-10) dapat dilihat bahwa pada harga tekanan reservoir  Pb,
maka Bt = Bo, karena Rs = Rsb. Atau dengan kata lain, tidak ada gas bebas di dalam
reservoir selama P  Pb.
Hubungan P dengan Bt dapat dilihat pada Gambar 6.12.

YS 1/12/08
Gambar. 6-12. Hubungan Tekanan Reservoir dengan Bt dan Bo.

YS 1/12/08
Selain menggunakan Pers. 6-10, Bt juga dapat diperkirakan dengan grafik
Standing (Gambar 6.13). Kesalahan yang mungkin terjadi adalah  5 %.

Gambar 6.13. Faktor Volume Formasi Total Fluida Hidrokarbon (Standing).


YS 1/12/08
Contoh soal:
Suatu sumur minyak memproduksi minyak 28 oAPI dan gas dengan SG = 0,7.
Tekanan reservoir sekarang = 1000 psia dengan temperatur 200 0F. GOR produksi =
200 scf /STB.
Tekanan reservoir awal (sebelum diproduksi) = 3000 psia.
Tekanan gelembung fluida res = 2000 psia. Pada saat tekanan reservoir = tekanan
gelembung fluida, tercatat GOR produksi = 350 scf /STB.
Kompresibilitas minyak (Co) = 1,53 x 10-3 psia-1.
Pertanyaan:
1) Perkirakan harga kelarutan gas dalam cairan pada kondisi reservoir sekarang.
2) Perkirakan harga faktor volume formasi minyak dan faktor volume formasi total
pada kondisi reservoir sekarang.
3) Perkirakan faktor volume formasi minyak pada saat P = Pb.
4) Perkirakan faktor volume minyak pada tekanan reservoir awal.
5) Bila laju produksi minyak saat ini = 1000 STB/hari, berapa barrel/hari fluida
(minyak + gas) di dalam reseravoir yang mengalir ke sumur tersebut.
Penyelesaian:
1) Memperkirakan kelarutan gas (Rs) sekarang.
P = 1000 psia, T = 200 oF.
141,5
Gravity minyak di stock-tank = 28 API   O  28  131,5  0,887
o

Gravity gas = 0,70


YS 1/12/08
 Dari grafik Gambar 6.8 (korelasi Lasater, slide 27) diperoleh:
Rs = 160 scf / STB (dipakai krn < GOR produksi).
 Bila digunakan korelasi Beal (Gambar 6.7, slide 25), maka
diperoleh:
Rs = 210 scf /STB (tidak dipakai krn > GOR produksi).
2) Faktor volume formasi minyak pada kondisi reservoir sekarang.
 Dengan korelasi Standing :
0,5
 g 
 
F = Rs o + 1,25. T T dalam oF
 
= 160 (0,7 / 0,887)0,5 + 1,25 x 200
= 392,14
Bo = 0,9759 + 12 x 10-5 x F1,2
= 0,9759 + 12 x 10-5 x (392,14)1,2
= 1,1312 bbl / STB

YS 1/12/08
 Faktor volume formasi total (Bt) pada kondisi sekarang:
Gas gravity = 0,7
Dari Gambar 5.1 (Pseudo-critical properties of natural gases)
maka: Ppc = 668 psia.
Tpc = 391o R.
Pr = 1000 / 668 = 1,5
Tr = 660 / 391 = 1,69, sehingga Zg = 0,915 (Gb. 5.4).
Bg = 0,0282 Zg T / P
= 0,0282 x 0,915 x 660 / 1000 = 0,01703 cuft / scf.
Atau
Bg = 0,01703 / 5,615 bbl / scf = 3,033 x 10-3 bbl / scf.
Bt = Bo + Bg (Rsb – Rs) bbl / STB.
= 1,1312 + 3,033 x 10-3 (350 – 160) bbl / STB
= 1,7075 bbl / STB.

YS 1/12/08
3. Faktor volume formasi minyak pada saat Pres = Pb
Dengan memasukkan harga GOR produksi = 350 scf / STB pada persamaan
Standing seperti pada Soal 2) di atas, maka diperoleh harga
Bob = 1,215 bbl / STB.

4. Faktor volume formasi minyak pada awal produksi (P = 3000 psia)


Bo = Bob e Co ( P  Pb ) 

Bo = 1,215 e 1,53 x10 


5
(3000 2000 )

= 1,1965 bbl/STB.

5. Laju aliran fluida di dalam reservoir menuju sumur :


Qfres = Qo Bt  Qo = 1000 STB / hari
= 1000 x 1,7075 bbl / hari
= 1.707,50 bbl/hari  terdiri atas gas dan minyak.
Laju aliran minyak di reservoir menuju sumur:
Qores = Qo Bo = 1000 x 1,1312 bbl/hari = 1.131,2 bbl/hari  minyak.
YS 1/12/08
Latihan soal:

Kerjakan Exercises: 11-21 sd 11-32 hal 342 sd 344 dari buku The
Properties of Petroleum Fluids 2nd Edition, 1990 (penulis: Willian D.
McCain, Jr.).

SAMPAI MINGGU DEPAN

YS 15/9/08
5.2.6 Viskositas Cairan Hidrokarbon
Viskositas cairan hidrokarbon (minyak) biasanya diukur di laboratorium.
Tetapi ada kalanya viskositas cairan hidrokarbon harus diperkirakan,
terutama pada kondisi reservoir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas cairan hidrokarbon adalah :


 Temperatur → viskositas turun dengan naiknya temperatur.
 Tekanan → pada P < Pb, viskositas naik dengan turunnya tekanan;
pada P > Pb, viskositas turun dengan turunnya tekanan.
 Jumlah gas terlarut → viskositas naik dengan semakin sedikitnya
gas terlarut di dalam cairan.
Gambar 5.30 memperlihatkan hubungan tekanan reservoir pada
temperatur tetap terhadap viskositas minyak bumi.

YS 1/12/08
Gambar 6.14. Hubungan Tekanan Reservoir dengan Viskositas
Minyak pada Temperatur Tetap.

YS 1/12/08
Perkiraan Viskositas minyak pada tekanan  Pb

Gambar 6.15 ( Korelasi Beal) dapat dipergunakan


untuk memperkirakan viskositas minyak pada
tekanan atmosfir dan temperatur reservoir.
Data yang diperlukan:
• API gravity minyak di stock–tank.
• Temperatur reservoir.

YS 1/12/08
Gambar 6.15. Viskositas minyak pada tekanan atmosfer dan temperatur reservoir (Beal).
YS 1/12/08
YS 1/12/08
Sedangkan grafik Gambar 6.16 (Korelasi Chew dan
Conally) dapat dipergunakan untuk memperkirakan
viskositas minyak pada tekanan  tekanan
gelembung (Pres  Pb).
Data yang diperlukan:
• Viskositas minyak pada tekanan atmosfir dan
temperatur reservoir.
• Kelarutan gas pada kondisi reservoir.

Jadi Gambar 6.15 dan 6.16 dapat digunakan untuk


memperkirakan viskositas minyak pada kondisi
reservoir Pb (Pres  Pb) berdasarkan data:
• API gravity minyak di stock–tank,
• Temperatur dan tekanan reservoir, dan
• Harga solution gas–oil ratio (kelarutan gas).
YS 1/12/08
Gambar 6.16. Viskositas minyak pada tekanan saturasi ( Pb) dan temperatur reservoir
(Chew dan Conally).
YS 1/12/08
Viskositas minyak
Perkiraan viskositas minyak di
pada
atastekanan
tekanan>gelembung
Pb
Beal telah membuat grafik korelasi antara:
- viskositas minyak pada kondisi tekanan gelembung,
- selisih tekanan reservoir dengan tekanan gelembung, dan
- viskositas pada kondisi tekanan di atas tekanan gelembung,
seperti diperlihatkan pada Gambar 6.17.

Jadi apabila selisih tekanan reservoir dengan tekanan gelembung


dan viskositas pada kondisi tekanan gelembung diketahui, maka
viskositas minyak pada tekanan reservoir di atas tekanan
gelembung bisa dicari.

Cara Beal ini mempunyai kemungkinan kesalahan  2.7%.

YS 1/12/08
Gambar 6.17 Viskositas Minyak pada P > Pb (Beal).
YS 1/12/08
 Viskositas minyak pada tekanan di atas tekanan gelembung selalu lebih besar
daripada viskositas pada tekanan gelembung, karena adanya pemampatan
(kompresi) akibat kenaikan tekanan pada cairan yang bersangkutan.

Contoh Soal:
Suatu sumur minyak menghasilkan minyak dengan SG = 0,90 dan gas dengan SG
= 0,60.
Tekanan di kepala sumur = 500 psia, sedangkan tekanan di dasar sumur = 3000
psia. Dengan kondisi ini tercatat GOR produksi = 375 scf / STB.
Tekanan statik reservoir = 5000 psia, dan tekanan gelembung cairan reservoir =
3000 psia pada temperatur reservoir 220 oF. Diangggap temperatur di reservoir
dan di dalam (sepanjang) tubing adalah tetap = 220 oF.

Pertanyaan :
a) Berapa viskositas rata-rata aliran minyak di dalam tubing.
b) Berapa viskositas rata-rata aliran minyak di dalam reservoir yang menuju ke
sumur.

YS 1/12/08
Penyelesaian:
 Menentukan viskositas minyak di kepala sumur (P = 500 psia, T= 220 oF);
141,5 141,5
API gravity minyak =   131,5   131,5  25,7 oAPI
g 0,9
SG gas = 0,60.
P = 500 psia.
T = 220 oF.
Dengan grafik Gb 6.8 (korelasi Lasater) diperoleh Rs = 50 scf /STB di kepala
sumur.
Dari Gb 6.15 diperoleh viskositas minyak pada tek. atmosfer (mOST) = 3 cps.
Dari grafik Gambar 6.16, untuk mOST = 3 cps dan Rs = 50 scf /STB diperoleh
viskositas minyak = 2,5 cps.
Jadi viskositas minyak di kepala sumur (mOWH) = 2,5 cps.

 Menentukan viskositas minyak di dasar sumur (P = Pb = 3000 psia);


mOST = 3 cps.
Rsb = GOR = 375 scf /STB.
Dari Gambar 6.16  m Ob = 1,25 cps.
Gambar. 6.8. Hubungan Rs, Oil API Gravity, Temperatur, Gas Gravity
dan Tekanan Saturasi (Lasater).
YS 1/12/08
Gambar 6.15. Viskositas minyak pada tekanan atmosfer dan temperatur reservoir (Beal).
YS 1/12/08
YS 1/12/08
Gambar 6.16. Viskositas minyak pada tekanan saturasi ( Pb) dan temperatur reservoir
(Chew dan Conally).
YS 1/12/08
Gambar 6.17 Viskositas Minyak pada P > Pb (Beal).
YS 1/12/08
2,5  1,25
 Viskositas rata-rata di tubing =  1,875 cps.
2
 Menentukan viskositas minyak pada batas reservoir (P=5000 psia):
m Ob = 1,25 cps.
Pres = 5000 psia.
Pb = 3000 psia.
Pres – Pb = 2000 psia.
Dari Gambar 6.17  mO = 1,40 cps.
 Viskositas minyak rata-rata yang mengalir ke sumur
= (1,25 + 1,40)/2 = 1,325 cps.

YS 1/12/08
5.2.7 Koefisien Kompresibilitas Minyak (Co)

• Pada tekanan ≥ tekanan gelembung (bubble point


pressure) koefisien kompresibilitas minyak didefinisikan
seperti untuk gas.

1  V  1  VM 
Co     atau Co    
V  P T VM  P T
1  Bo 
Co    
Bo  P T

• Pada tekanan < tekanan gelembung, koefisien


kompresibilitas minyak dipengaruhi oleh perubahan
volume cairan dan perubahan jumlah gas yang terlarut.
1  Bo   Rs  
Co      Bg   
Bo  P T  P T 

YS 15/9/08
Gambar. 6.18. Tipikal Hubungan
Co dan Tekanan pada P ≥ Pb

Gambar. 6.19. Tipikal Hubungan


Co dan Tekanan pada temperatur
YS 15/9/08 konstan
Pers. Korelasi Co pada T konstan
• Kartoatmodjo dan Schmidt (1991) membuat persamaan
korelasi (empiris) Co berdasarkan sejumlah 3.588 perconto
minyak dari Indonesia, North America, Middle East dan
Latin America yang memiliki kisaran SG: 14,4 sd 59 oAPI
dan kisaran Co: 2,7 x 10-6 sd 127,4 x 10-6 psi-1 sbb:

Dimana:
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/STB
API = API gravity minyak
T = temperature, oF
gc = SG gas, fraksi
p = tekanan, psia. 73
BELAJARLAH UNTUK MENGUASAI ILMU,
BUKAN SEKEDAR UNTUK IPK TINGGI

SAMPAI DI UAS

YS 15/9/08
4.5 Pemisahan Gas dan Cairan di Separator

• Contoh proses flash liberation adalah pemisahan gas dan cairan pada
peralatan permukaan (tanah) di lapangan minyak dan gas.
• Fluida produksi dari kepala sumur (wellhead) dibuat mencapai
keadaan seimbang pada kondisi tekanan dan temperatur separator.
• Kadang-kadang separator dibuat bertingkat dua atau tiga untuk
memaksimalkan perolehan cairan (minyak mentah atau kondensat).
• Bila separator terakhir tekanannya di atas tek. atmosfer maka stock
tank berperan sebagai satu tingkat pemisahan.
• Perhitungan separator dilakukan untuk menentukan tekanan kerja
optimum dari separator sesuai dengan jenis fluida hidrokarbon yang
diproses.
• Untuk fluida jenis black oil, yang dihitung adalah: komposisi gas yang
dihasilkan, specific gravity minyak di stock tank, gas oil ratio, dan
faktor volume formasi minyak.

YS 9/2010
Gb. 4.15 Pemisahan dua tingkat dan tiga tingkat.
YS 9/2010
4.5.1 Perhitungan Separator untuk Black Oil
• Biasanya jenis minyak berat (black oil) di permukaan diproses
dengan sistem separator dua-tingkat seperti gambar berikut.

Gb. 4.16 Besaran-besaran dalam pemisahan dua tingkat.

YS 9/2010
• Prosedur perhitungan separator dua-tingkat adalah sebagai berikut:

1. Hitung jumlah dan komposisi gas dan cairan yang keluar dari
separator.
Berdasarkan:
• data komposisi fluida yang masuk ke separator (feed
stream),
• temperatur dan tekanan separator (lihat Gb. 4-16).

2. Hitung jumlah dan komposisi gas dan cairan di dalam stock


tank.
Berdasarkan:
• data komposisi fluida yang keluar dari separator,
• temperatur stock tank, dan tekanan atmosfer (lihat Gb. 4-16).

YS 9/2010
3. Hitung densitas dan berat molekul minyak di stock-tank
berdasarkan komposisi minyak (cairan) di stock-tank hasil dari
langkah-2.
Kemudian hitung specific gravity minyak di stock-tank.
4. Hitung total gas-oil ratio berdasarkan harga-harga hasil langkah-1,
2, dan 3.
Biasanya gas-oil ratio dihitung sebagai standard cubic feet (SCF)
gas per barrel of stock-tank oil (STB).
Perbandingan:
lb mole SP gas
n g1
lb mole SP feed
 lb mole SP oil  lb mole STO 
 n L1  n L 2 
 lb mole SP feed  lb mole SP oil 

memberikan lb mole separator gas per lb mole stock-tank oil.

YS 9/2010
Perbandingan tsb dikonversi ke SCF separator gas per STB minyak:

 n g1 lb mole SP gas  380.7 scf SP gas  5.615r STO lb mole STO 


RSP   
  
 n L1 n L 2 lb mole STO  lb mole SP gas  M STO STB 
 2138 n g1 r STO  …… 4-23
Atau: RSP   

 n L1 n L 2 M STO 
lb mole ST gas
ng2
Perbandingan: lb mole SP oil
lb mole STO
nL2
lb mole SP oil
memberikan lb mole stock-tank gas per lb mole stock-tank oil dan
bisa dikonversi menjadi SCF stock-tank gas per barrel stock-tank oil .

 2138 n g 2 r STO 
Sehingga: RST   

…… 4-24
 n L 2 M STO 
YS 9/2010
Total producing gas-oil ratio (GOR produksi) adalah:
R = RSP + RST ……….…… 4-25

Bila fluida yang masuk separator berasal dari suatu reservoir yang
tekanannya masih > tek. gelembung minyak maka:
R = kelarutan gas dalam minyak pada kondisi tek. gelembung (Rsb).

5. Hitung densitas minyak pada kondisi reservoir dengan


menggunakan data komposisi feed stream dari langkah-1, temp.
reservoir, dan tek. gelembung minyak.
6. Hitung faktor volume formasi minyak berdasarkan harga-harga
hasil perhitungan langkah-1, 2, 3, dan 5.

res bbl/lb mole res oil


Bob  ……….…… 4-26
STB/lb mole res oil

YS 9/2010
Pembilang dari Pers. 4-26 adalah:
lb res oil
M oR
res bbl lb mole res oil

lb mole res oil  lb res oil  cuft res oil 
r
 oR  5 . 615 
 cuft res oil  res bbl 
Pembagi dari Pers. 4-26 adalah:

 lb STO  lb mole SP oil  lb mole STO 


 STO
M  n L1  n L 2 
   
STB lb mole STO lb mole res oil lb mole SP oil
lb mole res oil  lb STO  cuft STO 
 r STO  5.615 
 cuft STO  STB 
Sehingga Pers. 4-26 dapat dinyatakan sebagai:
M oR ρSTO ………….…… 4-27
Bob 
M STO ρoR n L1 n L 2
Pers. 4-27 adalah faktor volume formasi minyak pada tekanan gelembungnya.
Densitas minyak pada kondisi reservoir, roR, juga dihitung pada tek.
gelembung minyak.
YS 9/2010
• Perhitungan langkah-1 sd. 6 perlu diulang untuk beberapa harga tek.
separator yang berbeda sehingga dapat ditentukan:
• tekanan separator yang menghasilkan jumlah cairan (minyak) di
stock-tank paling banyak (harga Bo mimum),
• R minimum, dan
• API gravity minyak di stock-tank maksimum.

Contoh Soal:
Hitung producing gas-oil ratio (R), stocktank oil gravity, dan oil
formation volume factor yang dihasilkan dari separator dua tingkat
untuk campuran hidrokarbon seperti tabel di bawah. Temp. separator
= 75 oF dan tek. separator = 100 psig dan temp. stock-tank = 75 oF.
Campuran hidrokarbon berada pada kondisi tek gelembungnya di
dalam reservoir yaitu 2620 psig dan 220 oF.
Gunakan harga K-factor Dekana untuk K-factor Heptana plus.

YS 9/2010
Diketahui juga:
SGC7+=0.8515
MWC7+=218 lb/lb mole.
YS 9/2010
85

n Lpred  n Llast  n Llast  n Lprev  y last

 1/  y last   y prev 
Penyelesaian:
• Lakukan langkah-langkah perhitungan seperti dijelaskan di atas:
1. Hitung jumlah dan komposisi gas dan cairan yang keluar dari
separator dengan menggunakan Pers. (4-11). Diperlukan mencoba-
coba harga ng sehingga diperoleh Sxj = 1. Dalam contoh ini hanya
diperlihatkan perhitungan untuk ng = 0.4919.
lb mole SP gas
n g1  0.4919
lb mole SP feed
lb mole SP liq
nl1  1  0.4919  0.5081 .
lb mole SP feed

2. Hitung jumlah dan komposisi gas dan cairan di dalam stock


tank dengan menggunakan Pers. (4-11) berdasarkan data
komposisi cairan yang keluar dari separator. Dalam contoh
perhitungan ini hanya ditunjukkan harga ng terakhir yaitu ng =
0.1234.

lb mole ST gas
ng2  0.1234
lb mole SP liq
lb mole ST liq
n l 2  1  0.1234  0.8766 .
lb mole SP liq

YS 9/2010

n Gpred  n Glast  n Glast  n Gprev  x last

 1/  x last   x prev 
n G  0,1234

YS 9/2010
3. Hitung densitas dan berat molekul minyak di stock-tank pada
kondisi standar . Kemudian hitung specific gravity minyak di
stock-tank.

Densitas C3+ = (180.0657-WC1-WC2-WCO2)= 179.7919/3.5058 = 51.28 lb/cuft.


W2 = (WC2+WN2)/(MSTO-WC1-WCO2) = 0.2455/180.0374 x 100% = 0.14 % berat.
W1 = WC1/MSTO=0.0209/180.0657 x 100% = 0.01 % berat.
rpo/rC3+ = 0.9996 (Gb. 4.27).
YS 9/2010
Gb. 4.17 Density Ratio vs W1 and W2
YS 15/9/08
YS 15/9/08 91
Densitas semu minyak (pseudo density) = (51.28)(0.9996) = 51.26
lb/cuft.
Specific gravity minyak di stock-tank = 51.26/62.37 = 0.822.
API gravity minyak di stock-tank = (141.5/0.822) – 131.5 = 40.6 oAPI.

4. Hitung total gas-oil ratio berdasarkan harga-harga hasil langkah-


1, 2, dan 3.
 2138 n g1 r STO 
RSP   

 n L1 n L 2 M STO 

RSP 
21380.491951.26
 672 SCF/STB.
0.50810.8766180.1
 2138 n g 2 r STO 
RST   

 n L 2 M STO 
 21380.123451.26 
RST     86 SCF/STB.
 0.8766180.1 
YS 9/2010
Gb. 6.2. Koreksi densitas minyak
akibat kompresibilitas isothermal
(GPSA Engineering Data Book, 1987).

Gb. 6.3. Koreksi densitas minyak akibat ekspansi


isobar (GPSA Engineering Data Book, 1987).
Total producing gas-oil ratio (GOR produksi) adalah:
R = RSP + RST
= (672 + 86) SCF/STB = 758 SCF/STB.
5. Hitung densitas minyak dan BM minyak pada kondisi reservoir.
roR = 48.06 lb/cuft (stl dikoreksi thd kompresibilitas
isothermal dan ekspansi isobar).
MoR = ∑ZiMi = 93.75 lb/lb mole.
6. Hitung faktor volume formasi minyak dengan menggunakan Pers.
(4-27).
M oR ρSTO
Bob 
M STO ρoR n L1 n L 2

Bob 
93.7551.26  1.2465 res bbl/STB.
180.148.060.50810.8766

YS 9/2010
Perhitungan langkah-1 sd. 6 dapat diulang untuk harga tek. separator
yang berbeda sehingga dapat ditentukan tekanan separator yang
menghasilkan jumlah cairan (minyak) di stock-tank paling banyak
(harga Bo mimum), R minimum, dan API gravity minyak di stock-tank
maksimum, seperti pada Gb. 4.18.

Gb. 4.18 Contoh hasil perhitungan separator.


YS 9/2010
BELAJARLAH UNTUK MENGUASAI ILMU,
BUKAN SEKEDAR UNTUK LULUS UJIAN

YS 1/12/08

Anda mungkin juga menyukai