Anda di halaman 1dari 9

CEMENTING

Setelah rangkaian casing diturunkan ke dalam lubang, ruang antara rangkaian casing de-
ngan dinding lubang diisi dengan bubur semen. Bubur semen ini dibiarkan disitu sampai keras
membatu, sehingga mengikatkan rangkaian ke dinding lubang, dan sumur menjadi kuat dan
kokoh. Gambaran casing yang sudah disemen dapat dilihat pada gambar 8.1.

Gb. 1.1. Gambaran Rangkaian Casing yang Telah Disemen


Penyemenan dapat dibagi dua, yaitu :
 Primary Cementing
 Secondary Cementing
Penyemenan yang dilakukan setelah pemasangan casing di dalam disebut dengan primary
casing. Sedangkan penyemenan selain dari primary cementing dikelompokkan ke dalam
secondary cementing

1. Primary Cementing
Primary cementing adalah penyemenan yang langsung dilakukan setelah rangkaian casing
diturunkan ke dalam lubang.
Fungsi Penyemenan Primary
a. Semen melekatkan casing ke formasi
Bubur semen yang ditempat diannulus antara casing dan dinding lubang, setelah
dibiarkan akan mengeras. Dengan demikian casing menyatu dengan formasi dan sumur menjadi
kuat dan kokoh. Gambarannya seperti gambar 8.1
Gb. 8.1 casing menyatu dengan formasi
b. Melindungi casing dari cairan korosif
Bila terdapat formasi yang mengandung cairan korosif, cairan ini kontak dengan casing,
maka casing akan berkarat dan lama kelamaan akan bocor. Dengan ditempatkan semen diantara
casing dan dinding lubang, cairan korosif akan ditahan oleh semen dan tidak kontak langsung dengan
casing. Sehingga casing terhindar dari berkarat. Gambarannya dapat dilihat pada gambar 8.2

Gb. 8.2 Semen menahan cairan korosif

c. Mencegah hubungan formasi formasi di belakang casing


Bila di belakang casing terdapat dua formasi yang berbeda tekanannya, fluida dari
formasi yang bertekanan tinggi akan masuk ke formasi yang bertekanan rendah. Untuk mencegah
perpindahan fluida dari formasi-formasi yang berbeda tekanan ini, annulus casing dengan formasi
diisi dengan semen, sehingga semen akan mengisolasi annulus, sehingga tidak ada perpindahan
fluida diantara formasi yang mempunyai perbedaan tekanan.. Gambarannya dalapat dilihat pada
gambar 8.3

d. Menutupi formasi formasi yang membahayakan


Formasi yang membahayakan misalkan formasi bertekanan tinggi. Selama tekanan
hydrostatik lumpur lebih besar dari tekanan formasi , formasi ini tidak berbahaya.Akan tetapi
apabila disaat melanjutkan pemboran terjadi mud loss, permukaan lumpur turun, tekanan
hisdrostatik lumpur turun.
Gb. 8.3 Semen mencegah hubungan formasi-formasi dibelakang casing

Bila tekanan hidrostatik lumpur menjadi lebih kecil dari tekanan formasi, maka sumur
akan menjadi kick, ini yang berbahaya. Terjadi dua masalah, lumpur masuk ke dalam formasi
loss, dan fluida formasi yang bertekanan tinggi masuk ke dalam sumur, dan terjadi kick. Kondisi
seperti ini sulit mengatasinya.Sebaiknya bila menemukan formasi bertekanan tinggi, rangkaian
casing dipasang setelah menembus formasi tersebut dan disemen, kemudian baru melanjutkan
pemboran. Apabila terjadi mud loss formasi yang bertekanan tinggi sudah tertutup, fluida
formasi tidak dapat keluar lagi karena sudah ditahan semen dan casing. Masalah yang dihadapi
hanya loss Gambarannya dapat dilihat pada gambar 8.4

Formasi-formasi yang membahayakan yang lain adalah :


 formasi bertekanan rendah ( loss)
 formasi yang mengandung gas H2S
 formasi yang mengandung cairan korosif
 formasi shale yang mudah runtuh dan menjepit pipa.

Gb. 8.4 Semen Menutup Formasi Bertekanan Tinggi.


2. Teknik Penyemenan Primer
Teknik penyemenan primer dilakukan segera setelah rangkaian casing dipasang di dalam
lubang. Penyemenan ini adalah penyemenan yang utama
Primary cementing adalah penyemenan yang langsung dilakukan setelah rangkaian
casing diturunkan ke dalam lubang.
Peralatan penyemenan yang dipasang pada rangkaian casing adalah sebagai berikut :
 casing shoe
 casing collar
 shoetrack
 centralizer
 scratcher
 cementing head

a. Casing Shoe
Casing shoe adalah peralatan yang dipasang pada ujung bawah rangkaian casing.
Bentuknya adalah bulat lonjong. Kegunaannya adalah untuk menuntun rangkaian casing agar
tidak tersangkut disaat menurunkan ke dasar lubang.
Casing shoe yang hanya berfungsi untuk menuntun rangkaian casing agar tidak
tersangkut disaat menurunkan ke dasar lubang, disebut dengan Guide Shoe.
Gambaran dari beberapa guide shoe dapat dilihat pada gambar 8.6.
Gb.8.6 Guide Shoe
b. Shoetrack
Shoe track adalah satu sampai dua batang casing yang dipasang antara casing shoe
dengan casing collar. Fungsinya adalah untuik menampung bubur semen yang terkontaminasi.
Kalau bubur semen yang terkontaminasi sampai masik ke annulus casing dengan lubang, kualitas
semen akan tidak baik.
c. Casing Collar
Casing collar adalah sambuangan pendek yang dipasang di atas shoetrack. Alat ini
berfungsi manahan cementing plug setelah penyemenan.
Bila casing shoe adalah float shoe, maka casing collar umumnya tidak pakai floating
system. Casing collar yang pakai floating system disebut dengan float collar . Gambaran dari
beberapa float collar dapat dilihat pada gambar 8.8.

d. Cantralizer
Centralizer adalah peralatan yang dipasang untuk membuat rangkaian casing berada
ditengah-tengah lubang , agar didapatkan ketebalan semen dibelakang casing sama.
Centralizer dipasang di bagian luar casing. Gambaran dari centralizer dapat dilihat pada
gambar 8.9.
e. Scratcher
Scratcher adalah peralatan yang berfungsi untuk mengikis mudcake pada dinding
lubang. Mud cake harus dikikis agar ikatan bubur semen dengan dinding lubang dapat bagus.
Scratcher dipasang di bagian luar rangkaian casing.
Scratcher yang mengikis dengan cara menaik turunkan rangkaian casing disebut dengan
reciprocating scratcher. Gambaran dari centralizer dapat dilihat pada gambar 8.10.
Scratcher yang mengikis dengan cara memutar rangkaian casing disebut dengan
rotating scratcher. Gambaran dari centralizer dapat dilihat pada gambar 8.11.
f. Cementing Head
Cementing head dipasang pada ujung atas dari rangkaian casing. Jenis cementing head
untuk Perkin’s Cementing System umumnya adalah plug container, yang mempunyai tiga
saluran, yaitu :
- saluran lumpur
- saluran bubur cement
- saluran lumpur pendorong
Di dalam cementing head ditempatkan cementing plug, yaitu :
- bottom plug
- top plug
Gambaran plug container dapat dilihat pada gambar 8.12
2. Secondary Cementing

Secondary cementing sering disebut juga dengan remedial cementing yaitu proses
penyemenan yang dilakukan apabila pengeboran gagal mendapatkan minyak dan menutup
kembali zona produksi yang diperforasi. Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: Squeeze cementing, Re-cementing dan Plug-back cementing.
a. Squeeze cementing
Squeeze cementing dilakukan untuk :
1.Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif
2.Menutup zona lost circulation
3.Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
b. Re-cementing
Re-Cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk
memperluas perlindungan casing di atas top semen.

c. Plug-back cementing
Plug-back cementing dilakukan untuk :
1. Menutup atau meninggalkan sumur
2. Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open hole
completion.

Anda mungkin juga menyukai