ABSTRAK
Siswa MAN IC Padang Pariaman sering mengeluhkan kualitas air asrama yang
menyebabkan endapan pada dasar bak kamar mandi. Sedimen dalam bak penampung air
menadakan kadar Total Suspended Solid (TSS) atau Padatan Tersuspensi Total yang tinggi.
TSS pada air asrama MAN IC Pariaman berasal dari air sumber yaitu air tanah. TSS yang
bersifat organik dapat mendukung pembiakan bakteri patogen yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Dampak kandungan TSS ini didukung oleh hasil survei sederhana
terhadap keluhan penyakit yang sering diidap oleh siswa MAN IC Padang Pariaman yaitu
penyakit kulit. Penulis membuat alat penjernihan atau penyaringan air dengan absorben
sabut kelapa kering hasil penjemuran untuk mereduksi kadar TSS pada air sumber atau air
tanah, yang mana alat ini dirancang agar bisa digunakan dalam skala rumah tangga hingga
skala besar.
Langkah-langkah pembuatan alat penjernih air dimulai dari proses penyedian
komponen alat penjernih air yang terdiri dari pipa PVC, elbow, socket reducer, dan
watermoor, kemudian dilanjutkan dengan proses perakitan komponen alat penjernih dengan
filter dan absorben yang meliputi, sabut kelapa kering, pasir silika, dan arang aktif.
Penggunaan alat penjernih air cukup dengan menuangkan air pada ember penampung dan
menunggu air hasil penyaringan keluar dari kran outlet. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan menyaring sampel air yang bersumber dari sumur pengendapan asrama putri MAN
IC Padang Pariaman menggunakan alat penjernih air dengan absorben sabut kelapa
kering, menunjukkan kemampuan alat penjernih air dalam mereduksi kadar Padatan Total
Tersuspensi (TSS) sebesar 89,97%. Alat penjernih air ini juga mampu menaikkan pH air
dari 6,3 menjadi 6,8.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan karunia-
Nya, sehingga kami, penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian ilmiah yang berjudul
“Alat Penjernih Air dengan Absorben Sabut Kelapa (Cocos Nucifera L): Pereduksi Kadar
Padatan Tersuspensi Total (TSS) Air Tanah”
Penulis berterima kasih atas dukungan berbagai pihak, sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil sesuai tujuan yang diharapkan. Terutama
penulis berterima kasih atas perhatian dari pihak sekolah yang telah mengizinkan dan
memudahkan penelitian penulis dengan memberikan bantuan, baik itu batuan materil
ataupun immateril. Penulis juga berterima kasih atas bimbingan guru pembimbing sehingga
penelitian ini selesai dengan baik.
Penelitian ilmiah ini penulis laksanakan di kampus MAN Insan Cendekia Padang
Pariaman. Penelitian ilmiah ini diajukan dalam rangka mengikuti Lomba Karya Ilmiah untuk
Siswa SMA/SMK/MA Tingkat Nasional yang diadakan oleh Direktorat Bina Teknik
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah karya ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran yang konstruktif, dan bimbingan sangat penulis
harapkan demi tercapainyaa hasil penelitian yang sesuai kaidah serta bermanfaat. Akhir kata,
penulis berharap agar karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
ABSTRAK............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................ 4
2.1.1 Air Tanah ................................................................................................ 4
2.1.2 Padatan Tersuspensi Total ...................................................................... 4
2.1.3 Alat Penjernih Air .................................................................................. 5
2.1.4 Sabut Kelapa ........................................................................................... 6
2.1.5 Baku Mutu TSS dalam Air ..................................................................... 7
2.1.6 Uji Kadar TSS dalam Air........................................................................ 7
2.2 Penelitian Referensi ........................................................................................ 7
2.3 Kerangka Konseptual ..................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 9
3.1.1 Tahapan Pengadaan Alat Penjernih Air ................................................. 9
3.1.1.1 Alat dan Bahan..................................................................................... 9
3.1.1.2 Desain Instalasi Alat Penjernih Air ..................................................... 9
3.1.2 Tahapan Pengambilan Sampel ................................................................ 10
3.1.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data ........................ 10
3.1.4 Tahapan Pengujian Kadar TSS di Laboratorium .................................... 11
3.1.4.1 Alat dan Bahan Pengujian Kadar TSS ................................................. 11
3.1.4.2 Proses Pengujian Kadar TSS ............................................................... 11
3.2 Sampel Penelitian, Tempat, dan Waktu Penelitian......................................... 12
3.3 Analisis Data................................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian................................................................................................ 13
4.2 Perhitungan ..................................................................................................... 13
4.3 Pembahasan .................................................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sedimentasi pada air akan terlihat setelah air diendapkan dengan gaya gravitasi normal
atau dengan bantuan zat kimia. Adanya sedimen dalam bak penampung air menadakan kadar
Total Suspended Solid (TSS) atau Padatan Tersuspensi Total yang tinggi. Padatan
Tersuspensi Total (TSS) ada yang bersifat anorganik dan organik. Zat organik TSS dapat
menjadi nutrien bagi bakteri dan mikroba, sehingga Zat organik TSS mendukung pembiakan
bakteri patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sedangkan, zat anorganik TSS
dapat berupa logam-logam seperti kromium, mangan dan timbal. Logam tersebut dapat
menyebabkan gangguan pada kulit jika terjadi kontak langsung (Ismy, dkk, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap air yang digunakan oleh siswa MAN Insan
Cendekia (IC) Padang Pariaman untuk keperluan mandi, cuci dan kakus pada kamar mandi
asrama, terlihat adanya endapan lumpur yang menandakan bahwa air tersebut mengandung
kadar TSS yang cukup tinggi. TSS pada air asrama MAN IC Padang Pariaman dapat
mengakibatkan pertumbuhan bakteri parasit atau penyakit pada manusia, seperti bakteri
Pseudomonas Aeruginosa yang menyebabkan penyakit kulit folliculitis (Spernovasilis, dkk,
2021). Dampak kandungan TSS ini didukung oleh hasil survei sederhana terhadap keluhan
penyakit yang sering diidap oleh siswa MAN IC Padang Pariaman yaitu penyakit kulit.
Siswa MAN IC Padang Pariaman juga sering mengeluhkan kualitas air asrama yang
menyebabkan endapan pada dasar bak kamar mandi. Padatan Tersuspensi Total (TSS) pada
air asrama MAN IC Pariaman berasal dari air sumber yaitu air tanah. Pada umumnya, air
tanah harus diendapkaan terlebih dahulu. Namun, proses ini berkemungkinan besar tidak
berlangsung maksimal karena tingkat konsumsi air asrama MAN IC Padang Pariaman yang
tinggi. Selain itu, ketika partikel padatan berada pada keadaan saling berdesakan maka laju
pengendapan melambat. Sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh
hasil sedimentasi dari seluruh partikel TSS yang terdapat dalam air (Roessiana, dkk, 2014).
Permasalahan kandungan TSS yang tinggi dalam air asrama MAN IC Padang
Pariaman, mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian ini agar dapat mengurangi
kadar TSS dalam air asrama MAN IC Padang Pariaman. Penulis membuat alat penjernihan
atau penyaringan air dengan absorben sabut kelapa hasil pengeringan untuk mereduksi kadar
TSS pada air sumber atau air tanah, yang mana alat ini dirancang agar bisa digunakan dalam
skala rumah tangga hingga skala besar. Dengan demikian, penelitian pada makalah ini
dianggap perlu untuk penulis laksanakan.
1. Bagaimana cara pembuatan dan cara kerja alat penjernih dengan absorben untuk
mengurangi kadar Padatan Tersuspensi Total (TSS) yang terkandung dalam air asrama
MAN IC Padang Pariaman
2. Berapa persentase kadar TSS dalam air asrama MAN IC Padang Pariaman yang berhasil
disisihkan oleh alat penjernih air dengan absorben sabut kelapa kering?
Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian penulis ini adalah:
1. Penulisan makalah penelitian ini dapat mengasah kemampuan nalar ilmiah bagaimana
mengembangkan suatu ide, gagasan, dan kemampuan menemukan solusi dari suatu
masalah.
2. Menambah pengetahuan penulis, pembaca, dan masyarakat umum tentang manfaat lain
sabut kelapa yaitu sebagai absorben alat penjernih air.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan,
terutama kebersihan sumber air.
4. Mengubah presepsi masyarakat bahwa air yang jernih tidak selalu merupakan air yang
bersih dan layak untuk digunakan, perlu pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui
sumber air yang layak untuk digunakan.
5. Bentuk partisipasi atas pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan mencegah
tindak pemborosan air akibat pengurasan kadar TSS pada sumber air.
BAB II
KAJIAN TEORI
Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah banyak
digunakan untuk keperluan sehari-hari ataupun industry. Air tanah termasuk sumber air
selain dari air sungai atau air hujan. Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air
permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang
sangat lama. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut,
air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran (Nicola, 2015).
Sumber:https://olah-air.com/2015/12/cara-menurunkan-tss-total-suspended-solid-dalam-air.html
TSS akan tertahan pada saringan dengan diameter pori 0.45µm. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi
sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal terbentuk. TSS terdiri atas lumpur, pasir
halus dan jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah
yang terbawa ke badan air (Nicola, 2015). Padatan Tersuspensi Total (TSS) terdiri dari zat
anorganik dan organik. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri dan mikroba, sehingga
mendukung pembiakan bakteri patogen yang berbahaya bagi Kesehatan manusia. Selain itu,
zat anorganik TSS dapat berupa logam-logam seperti kromium, mangan dan timbal. Logam
tersebut dapat menyebabkan gangguan pada kulit manusia. Bahan organik TSS juga dapat
mengakibatkan pertumbuhan bakteri parasit atau penyakit pada manusia (Ismy, dkk, 2012).
Pada masa sekarang, sudah banyak alat-alat penyaring air yang canggih. Tidak hanya
di luar negeri, namun juga di dalam negeri. Namun tidak semua masyarakat dapat membeli
alat penjernih air ini. Karena dianggap sebagai alat yang mahal. Sedangkan, alat penjernih
air dapat dibuat dengan bahan yang lebih murah dan mudah dalam pembuatannya serta tidak
membutuhkan banyak biaya dalam perawataanya (Hartayu, dkk, 2019).
Taksonomi dan klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut (Paskawati, dkk, 2010):
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa
Klasfikasi
Kingdom Plantae
Divisio Spermatophyta
Sub-divisio Angiospermae
Ordo Palmales
Familia Palmae
Genus Cocos
Spesies Cocos nucifera L
Sumber:https://mesinpengolahsabutkelapa.wordpress.com/2016
Sabut kelapa memiliki komposisi yang tersaji pada Tabel 2.1 sebagai berikut (Paskawati,
dkk, 2010):
Tabel 2.2 Komposisi Sabut Kelapa
Parameter Kadar (%)
Alfa Selulosa 26,6
Hemiselulosa 27,7
Lignin 29,4
Air 8
Komponen Ekstraktif 4,2
Uronat Anhidrat 3,5
Nitrogen 0,1
Abu 0,5
Peraturan baku mutu terkait Padatan Tersuspensi Total (TSS) di Indonesia yang terdapat
dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021. Baku
mutu TSS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Baku Mutu Padatan Tersuspensi Total (TSS) dalam Air
Parameter Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
TSS mg/L 40 50 100 400
Sumber: Peraturan Pemerintah No22 Tahun 2021
Berdasarkan tabel di atas, baku mutu atau kadar maksimum TSS yang diperbolehkan terdiri
dari 4 kelas air sesuai kegunaan air tersebut. Jika sumber air memiliki kadar TSS yang
melebih baku mutu, maka air tersebut tidak layak untuk digunakan.
(Total Dissolved Solid) dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ Dan Fe Total
Pada Air Sumur Gali dan SNI 06-6989.3-2004 sebagi pedoman perhitungan kadar Padatan
Teruspensi Total pada air sampel sebelum penjernihan dan setelah penjernihan.
Mulai
Perumusan Masalah
Menelaah Literatur
- Dampak TSS, Perhitungan
Kadar TSS, Media Penjernih air
- Laporan/Jurnal Penelitian
Perumusan Tujuan
Pengolahan Data:
Pengumpulan Data Penghitungan Kadar TSS
- Data Primer: Penyaringan
Air Sampel dengan Media
Penjernih
Analisis Baku Mutu dan tingkat
Efektivitas Alat Penjernih air dengan
absorben Sabut Kelapa Kering
Selesai
BAB III
METODOLOGI
Jumlah absorben sabut kelapa kering hasil penjemuran dirancang dalam jumlah besar dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sabut kelapa dalam mengurangi kadar TSS.
Gambar instalasi alat penjernih dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3.2 Desain Instalasi Alat Penjernihan Air
8. Hasil pengukuran akhir kertas saring dicatat dalam blanko penelitian. Perlakuan yang 1-
7 dilakukan pada sampel tanpa proses penjernihan dengan alat penjernih.
(a-b) × 1000
TSS=
c
Keterangan:
a = massa kertas saring setelah penjernihan (mg)
b = massa kertas saring sebelum penjernihan (mg)
c = volume sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan tabel pH 100 ml air sampel sebelum dan setelah penyaringan dengan
alat penjernih air:
Tabel 4.2 PH Sampel Sebelum dan Setelah Penyaringan
Sampel pH
Sebelum Penyaringan 6,3
Setelah Penyaringan 6,8
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2022
Berikut merupakan tabel data hasil pengamatan debit penyaringan air yang keluar dari alat
penjernih air selama 30 menit:
Tabel 4.3 Debit Air Alat Penjernih Air
Durasi Pengamatan Debit Air
30 Menit Pengamatan 15,5 liter/30 menit
Estimasi dalam 1 Jam 31 liter/jam
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2022
4.2 Perhitungan
1. Kadar Padatan Tersuspensi Total (TSS) pada kertas saring sebelum penjernihan
(A - B) x 1000
Kadar TSS (mg/L) =
ml contoh uji
(453,33 mg - 420 mg) x 1000
=
100 mL
(33.3 mg) x 1000
=
100 mL
= 333,3 mg/L
MAN Insan Cendekia Padang Pariaman 13
Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air Tahun 2022
2. Kadar Padatan Tersuspensi Total (TSS) pada kertas saring setelah penjernihan
(A - B) x 1000
Kadar TSS (mg/L) =
ml contoh uji
(406,67 mg - 403,33 mg) x 1000
=
100 mL
(3,34 mg) x 1000
=
100 mL
= 33,4 mg/L
4.3 Pembahasan
Alat penjernih air dengan absorben sabut kelapa kering hasil penjemuran dibuat dari
bahan-bahan yang mudah ditemukan di pasaran. Bahan-bahan dan alat-alat pembuatan alat
penjernih air ini umumnya dijual pada toko bangunan, penulis pada penelitian ini membeli
alat dan bahan pada salah satu toko bangunan di Kota Padang. Pembuatan alat dilakukan
oleh dua orang penulis dan dibantu oleh satu orang laki-laki (Siswa MAN IC Padang
Pariaman). Komponen alat penjernih air dominan berbahan PVC karena bahan ini tahan
terhadap air dan korosi, mudah dalam perakitan, dan memiliki tingkat kelenturan yang tinggi
(Pramono, dkk. 2017). Pipa PVC diameter 3 inci sepanjang 1 meter disediakan sebanyak 3
buah, masing-masing tabung pipa pvc ini akan diisi dengan bahan filter dan absorben dengan
urutan sabut kelapa kering hasil penjemuran, pasir silika, dan arang aktif. Penggunaan pasir
silika dan arang aktif diperlukan karena tingkat kekeruhan sampel (turbidity) cukup tinggi
dan air sampel juga mengeluarkan aroma amis yang ditimbulkan oleh zat besi berlebih.
Ketiga tabung pipa PVC diamater 3 inci dihubungkan oleh reducer 3x2 inci, pipa PVC
diameter 2 inci, reducer 2x1 inci,pipa 1 inci, dan watermoor. Desain sambungan antar
tabung PVC ukuran 3 inci dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Desain
sambungan antar tabung filter dan absorben sengaja dibuat mengecil dan kemudian melebar
untuk memaksimalkan kecepatan atau debit turunnya air saat proses penyaringan
berlangsung. Seluruh komponen alat penjernih air dibersihkan terlebih dahulu sebelum
proses perakitan agar tidak ada kontaminan yang masuk.
Salah satu absorben alami yang digunakan pada penelitian ini adalah sabut kelapa
kering hasil penjemuran yang dijemur selama lebih kurang tujuh hari. Pada umumnya, alat
penjernih air menggunakan ijuk sebagai bahan filter. Namun, penulis mengganti penggunaan
ijuk dengan sabut kelapa kering hasil penjemuran. Subtitusi ijuk dengan sabut kelapa hasil
penjemuran dikarenakan sabut kelapa hasil kering memiliki ketahanan yang cukup lama.
Penulis juga ingin mendorong pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia disekitar
komplek MAN IC Padang Pariaman, disamping harga pasaran sabut kelapa yang jauh lebih
murah dibandingkan dengan ijuk. Sabut kelapa memiliki kemampuan untuk menjadi
absorben Padatan Tersuspensi Total karena memiliki banyak pori-pori pada permukaannya
(Ernawati, dkk. 2013). Pada siang hari, penjemuran sabut kelapa dilakukan di bawah sinar
matahari langsung, sedangkan pada malam hari dan cuaca mendung, penjemuran dilakukan
dalam ruangan. Pengeringan sabut kelapa dengan proses penjemuran bertujuan untuk
memperbesar volume total pori-pori pada permukaan sabut kelapa. Berdasarkan pernyataan
Suhartana (2011) yang dikutip dari jurnal penelitian karya Ernawati, dkk. (2013)
menyatakan bahwa, semakin besar luas permukaan dan volume total pori-pori, maka akan
semakin baik dijadikan sebagi absorben.
Pengukuran kadar Padatan Tersuspensi Total pada 100 ml sampel air sebelum proses
penyaringan, adalah sebesar 333,3 mg/L. Sampel air pada penelitian ini bersumber dari air
tanah yang biasanya digunakan oleh siswi MAN Insan Cendekia untuk keperluan mandi,
cuci, dan kakus (MCK). Jika berpedoman pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, kadar TSS pada sampel air tidak memenuhi standar baku mutu TSS kelas 1 yang
mensyaratkan kadar TSS maksimal 40 mg/L. Oleh karena itu, sumber air asrama putri MAN
IC Padang Pariaman tidak layak digunakan untuk keperluan MCK menurut parameter baku
mutu TSS. Hasil pengukuran Padatan Tersuspensi Total sampel air sebelum dan setelah
proses penyaringan menunjukkan kemampuan alat penjernih air dengan absorben sabut
kelapa kering dalam mereduksi kadar TSS dalam air asrama putri MAN IC Padang Pariaman
sebesar 89,97%. Selain itu, alat penjernih air juga memiliki kemampuan dalam menaikkan
pH air. pH sampel air sebelum proses penyaringan terukur sebesar 6,3, sedangkan pH sampel
air hasil proses penyaringan terukur sebesar 6,8.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menyaring sampel air yang bersumber
dari sumur pengendapan asrama putri MAN IC Padang Pariaman menggunakan alat
penjernih air dengan absorben sabut kelapa kering, menunjukkan kemampuan alat penjernih
air dalam mereduksi kadar Padatan Total Tersuspensi (TSS) sebesar 89,97%. Alat penjernih
air ini juga mampu menaikkan pH air dari 6,3 menjadi 6,8. Proses pembuatan alat penjernih
air terdiri dari proses persiapan komponen alat penjernih air yang terdiri dari pipa PVC,
elbow, socket reducer, dan watermoor, kemudian dilanjutkan dengan proses perakitan
komponen alat penjernih dengan filter dan absorben yang meliputi, sabut kelapa kering, pasir
silika, dan arang aktif. Penggunaan alat penjernih air cukup dengan menuangkan air pada
ember penampung dan menunggu air hasil penyaringan keluar dari kran outlet
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan penelitian ini, yaitu:
1. Air asrama atau sumber air tanah asrama MAN IC Padang Pariaman serta sampel hasil
penyaringan dengan alat penjernih air sebaiknya dilakukan pengecekan parameter lainnya
seperti parameter E.Coli, kekeruhan atau turbitdiy, DO, BOD, dan COD.
2. Masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga sumber air tanah dengan
tidak membuang sampah sembarangan.
Ernawati, dkk. 2013. Peningkatan kualitas Air Bersih dengan Alat Penjernih Air. Jurnal of
Hartayu, Ratna, dkk. 2019. Pembuatan Filter Air Sederhana. Jurnal Abdikarya: Jurnal
Ismy, Fadillah, dkk. 2012. Analisis Kualitas Air dan Keluhan Gangguan kulit pada
Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 2012. Program Sarjana
Nicola, Fendra. 2015. Hubungan Antara Konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid) dan
TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada Air Sumur Gali.
Paskawati, Yessica Arini, dkk. 2010. Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku
Pramono, Jonathan, dkk. 2017. Eksperimen Perancangan Elemen Pembentuk dan Pengisi
Roessiana D L, dkk. 2014. Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi
dalam Keadaan Free Settling. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 6(2),98-106.
Star, Betii, dkk. 2013. Analisa Kualitas Air Sungai Silahi Salbe dan Keluhan Kesehatan
Kulit Masyarakat Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten
Simalungun Tahun 2013. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sukmono, abdi. 2018. Pemantauan Total Suspended Solid (TSS) Waduk Gajah Mungkur
Periode 2013-2017 dengan Citra Satelit Landsat-8. ELIPSOIDA Jurnal Geodesi dan
Geomatika, 1(1),33-38.
Wicaksono, budi, dkk. 2019. Edukasi Alat Penjernih Air Sederhana Sebagai Upaya
Negeri, 2(1).
LAMPIRAN