KULIAH 4

ANALISIS KEBIJAKAN

DR.DRA. INDAH ANGGRAINI, MSI

INSTIKES HELVETIA MEDAN
2022
1. PENGANTAR
• KEBIJAKAN KESEHATAN MENURUT WHO (2016): BERBAGAI KEPUTUSAN, RENCANA, DAN TINDAKAN
YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN KESEHATAN TERTENTU DALAM MASYARAKAT
• KEBIJAKAN KESEHATAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEBIJAKAN PUBLIC, MERUPAKAN KUMPULAN
KEPUTUSAN YANG SALING TERKAIT, MEMBENTUK PENDEKATAN ATAU STRATEGI DALAM
PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN
• ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN: KEGIATAN MENGUMPULKAN, MENSINTESIS, MENGANALISIS
INFORMASI TERKAIT SECTOR KESEHATAN BERDASAR TEMUAN BUKTI DAN DATA, TUJUAN MEMBERI
REKOMENDASI PERBAIKAN ATAU SOLUSI ALTERNATIVE TERHADAP PENGAMBIL KEBIJAKAN UNTUK
MEWUJUDKAN EVIDENCE BASED POLICY
ANALISIS KEBIJAKAN YANG BAIK HARUS MEMENUHI KRITERIA :
1. MENGGUNAKAN DATA EVIDENCE BASE DAN BEBAS DARI KEPENTINGAN POLITIK.

2. KEBERPIHAKAN NEGARA DALAM MELINDUNGI DAN MENJAMIN KESEJAHTERAAN WARGA NEGARA DALAM
BIDANG KESEHATAN.

3. PENGGUNAAN METODA ANALISIS YANG TEPAT BERDIMENSI SISTEM DAN MEMPERTIMBANGKAN KONTEKS
KEBIJAKAN TERKINI.

KEMAMPUAN ANALISIS KEBIJAKAN PENTING DIMILIKI OLEH PARA PEMBUAT DAN PELAKSANA
KEBIJAKAN, PARA ANGGOTA BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIVE, YUDIKATIF, LSM, PARA WARGA NEGARA
LAINNYA UNTUK MENGUPAYAKAN PEMBUATAN KEBIJAKAN BERBASIS BUKTI AGAR KINERJA
KEBIJAKAN MENINGKAT.
KERANGKA KERJA SEBAGAI PANDUAN DALAM MENGANALISIS SIKLUS KEBIJAKAN :
1. AGENDA SETTING.

2. FORMULASI KEBIJAKAN.

3. ADOPSI KEBIJAKAN.

4. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN.

5. EVALUASI KEBIJAKAN.
ANALISIS KEBIJAKAN DAN EVALUASI KEBIJAKAN

ANALISIS KEBIJAKAN ADALAH PROSES MENGKAJI DAN MENJELASKAN FENOMENA YANG MENJADI
DASAR MENENTUKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DARI SUATU KEBIJAKAN.

REKOMENDASI KEBIJAKAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KEBIJAKAN MENJADI DASAR UNTUK
MELAKUKAN KOREKSI ATAU PERBAIKAN.

EVALUASI KEBIJAKAN MERUPAKAN PENILAIAN BERDASARKAN TOLOK UKUR TERTENTU JUGA

BERFUNGSI SEBAGAI STANDARD. HASIL EVALUASI KEBIJAKAN DAPAT BERUPA KEPUTUSAN UNTUK
MELANJUTKAN SEBUAH KEBIJAKAN, MENGUBAH ATAU MEMPERBAIKI BAHKAN MENGUSULKAN
TERMINASI ATAU PENGHENTIAN KEBIJAKAN ITU.
BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

1. ANALISIS KEBIJAKAN PROSPEKTIF :

UPAYA MENGHASILKAN, MENSINTESIS DAN MENTRANSFORMASI BERBAGAI INFORMASI ATAU FENOMENA SEBELUM
AKSI ATAU TAHAP KEBIJAKAN DIMULAI DAN DIIMPLEMENTASIKAN.

2. ANALISIS KEBIJAKAN RETROSPEKTIF:

UPAYA MENGHASILKAN, MENSINTESIS DAN MENTRANSFORMASI BERBAGAI INFORMASI ATAU FENOMENA SESUDAH
AKSI ATAU TAHAP KEBIJAKAN DIMULAI DAN DIIMPLEMENTASIKAN.

3. ANALISIS KEBIJAKAN YANG TERINTEGRASI :

UPAYA MENGHASILKAN, MENSINTESIS DAN MENTRANSFORMASI BERBAGAI INFORMASI ATAU FENOMENA SEBELUM
DAN SESUDAH AKSI ATAU TAHAP KEBIJAKAN DIMULAI DAN DIIMPLEMENTASIKAN.
2. AGENDA SETTING
A. PENGERTIAN MASALAH PUBLIC: SEBAGAI SUATU KONDISI ATAU SITUASI YANG
MENIMBULKAN KEBUTUHAN ATAU RASA TIDAK PUAS MASYARAKAT YANG PERLU DIATASI.
KRITERIA MASALAH YANG MENARIK PERHATIAN PUBLIC, DIKEMUKAKAN OLEH HOGWOOD :

1. MENCAPAI POSISI KRITIS DAN TIDAK BISA DIABAIKAN (BENCANA ALAM)

2. MEMPUNYAI KEKHUSUSAN (GLOBAL WARMING).

3. MEMPUNYAI SISI EMOSIONAL ATAU MENARIK PERHATIAN MEDIA (KASUS GIZI BURUK).

4. MEMPUNYAI EFEK YANG BESAR BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT (WABAH PENYAKIT MENULAR).

5. MENIMBULKAN PERTANYAAN TENTANG ISU KEKUASAAN DAN LEGITIMASI DALAM MASYARAKAT, SEHINGGA
MEMUNCULKAN KETIDAK PUASAN ATAU KETIDAK PERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PERAN PEMERINTAH.

6. SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN JAMAN.

EMPAT FASE DALAM PERUMUSAN MASALAH YANG BIASA DIJADIKAN ACUAN OLEH PARA ANALIS
KEBIJAKAN :
1. PENCARIAN MASALAH.

2. PENDEFINISIAN MASALAH.

3. SPESIFIKASI MASALAH.

4. PENDALAMAN MASALAH.

MASALAH KEBIJAKAN DIBEDAKAN DALAM TIGA KELAS :

5. MASALAH SEDERHANA : MELIBATKAN SATU ATAU BEBERAPA KEPUTUSAN KECIL YANG ENGARAH PADA SATU ATAU
DUA KEBIJAKAN DALAM LINGKUP MIKRO.

6. MASALAH YANG AGAK SEDERHANA : MELIBATKAN SATU ATAU BEBERAPA KEPUTUSAN DAN ATAU PEMBUAT
KEPUTUSAN SEDANG, DAN SEJUMLAH ALTERNATIVE YANG RELATIVE TERBATAS DALAM LINGKUP.

7. MASALAH YANG RUMIT : MELIBATKAN BANYAK PEMBUAT KEPUTUSAN YANG KEGUNAAN ATAU NILAINYA TIDAK
DIKETAHI ATAU TIDAK MUNGKIN DIURUTKAN SECARA KONSISTEN.
B. PROSES PERUMUSAN MASALAH PUBLIC

PILAR PENTING PROSES PERUMUSAN MASALAH PUBLIK:

1. ANALISIS MASALAH: DASAR PENTING MEMAHAMI MASALAH MELALUI TAHAP PENERIMAAN ATAU
PENETAPAN MASALAH, PEMBINGKAIAN MASALAH, PEMILIHAN, PENJELASAN TUJUAN, KENDALA DAN
METODA SOLUSI.

2. ANALISIS SOLUSI: PEMILIHAN KRITERIA EVALUASI, ALTERNATIF KEBIJAKAN, EVALUASI, DAN REKOMENDASI
TINDAKAN.

3. PROSES PENGKOMUNIKASIAN: MEMBERIKAN SARAN ATAU REKOMENDASI.

MEMAHAMI MASALAH :

1. PENETAPAN MASALAH PUBLIK: MENILAI GEJALANYA.

MASALAH ADALAH KONDISI YANG TIDAK DIINGINKAN DAN MENJADI PERMASALAHAN BERSAMA/MASYARAKAT YANG
MEMPEROLEH PERHATIAN PUBLIK. TUGAS ANALIS KEBIJAKAN ADALAH MENILAI GEJALA DAN MENYEDIAKAN
PENJELASAN TENTANG PENYEBABNYA. MENILAI GEJALA MELIBATKAN PENENTUAN BERDASAR BUKTI EMPIRIS YANG
DIMILIKI SECARA KUANTITATIF.

2. PEMBINGKAIAN MASALAH:
PENDEFINISIAN MASALAH ADALAH AWAL DARI KESELURUHAN PROSES KEBIJAKAN. PROSES KEBIJAKAN DIBANGUN
UNTUK MEMBICARAKAN BEBERAPA MASALAH, AGENDA/ISU SOSIAL ATAU HAL YANG MENYANGKUT KEPENTINGAN
PUBLIK YANG TERIDENTIFIKASI.

3. PEMODELAN MASALAH: MENGIDENTIFIKASI VARIABEL-VARIABEL KEBIJAKAN

SETELAH MEMBINGKAI MASALAH PUBLIK, ANALIS KEBIJAKAN AKAN MENEMUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MASALAH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA KEMUDIAN MERUMUSKAN VARIABEL- VARIABEL
PENYEBAB DAN AKIBAT SEHINGGA DAPAT MERUMUSKAN MODEL MASALAH PUBLIKNYA.
C. AGENDA SETTING SEBAGAI TAHAP LANJUT PENETAPAN MASALAH PUBLIK
PEMERINTAH MELAKUKAN PROSES PENYELEKSIAN ISU ATAU MASALAH YANG HENDAK DITINDAK LANJUTI
SEBAGAI AGENDA SETTING DALAM FORMULASI KEBIJAKAN. TAHAP INI PENTING DALAM PROSES KEBIJAKAN PUBLIK
DAN DIKENAL SEBAGAI TAHAP PENENTUAN AGENDA (AGENDA SETTING).

ISU STRATEGIS ATAU MASALAH PUBLIK AKAN MASUK DALAM AGENDA SETTING PEMERINTAH :

1. KEABSAHAN
MERUPAKAN KARAKTERISTIK POKOK MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DAN PEMERINTAH BERHAK ATAU BAHKAN BERKEWAJIBAN
UNTUK CAMPUR TANGAN DALAM MASALAH TERSEBUT.

2. KELAYAKAN
ADA KEMUNGKINAN UNTUK MENERAPKAN KEBIJAKAN. KELAYAKAN DIIDENTIFIKASI SEBAGAI SUATU PENGETAHUAN TEKNIS DAN
TEORITIS, SUMBERDAYA, KEMAMPUAN ADMINISTRASI, DAN KEBERADAAN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH .

3. DUKUNGAN
MENCAKUP POKOK MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP PEMERINTAH. BILA TIDAK ADA
DUKUNGAN ATAU KETIDAK PUASAN YANG SANGAT TINGGI TERHADAP PEMERINTAH MAKA AKAN SULIT BAGI PEMERINTAH UNTUK
MEMASUKKAN POKOK PERMASALAHAN DALAM AGENDA SETTING.
UNTUK DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI AGENDA SETTING, MASALAH PUBLIK BERPROSES MELALUI EMPAT
TAHAP :
1. PENGENALAN ISU
PEMERINTAH AKAN MENILAI DAN MENGKAJI APAKAH SEBUAH ISU DAPAT DIRESPON DAN CUKUP PENTING DIPERTIMBANGKAN BAGI
PEMERINTAH.

2. ADOPSI ISU
HASIL PENILAIAN TERHADAP SIGNIFIKANSI MASALAH PUBLIC MENJADI DASAR BAGI PEMERINTAH UNTUK MEMUTUSKAN APAKAH
PEMERINTAH AKAN MERESPON ATAU TIDAK MASALAH PUBLIC TERSEBUT.

3. PENETAPAN PRIORITAS ISU

ISU KEBIJAKAN YANG TELAH DITETAPKAN DAN DIADOPSI DIPERBANDINGKAN SATU SAMA LAIN UNTUK MENETAPKAN URUTAN
KEPENTINGAN DAN KEMENDESAKAN. MASALAH YANG LEBIH PENTING DAN LEBIH MENDESAK AKAN DITETAPKAN MENJADI PRIORITAS
PERTAMA.

4. PEMELIHARAAN ISU
ISU YANG YANG TELAH DIPILIH, DIADOPSI DAN DITETAPKAN PRIORITASNYA MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS UNTUK MEMASTIKAN
TAHAPAN FORMULASI KEBIJAKAN AKAN TERUS BERLANJUT.
ALUR AGENDA SETTING DAN JENDELA KEBIJAKAN:
PENGENALAN, PENCARIAN, PENDIFINISIAN/ADOPSI, MENETAPKAN PRIORITAS ISU, JENDELA KEBIJAKAN

PENJELASAN PROSES YANG DAPAT TERJADI SETELAH MASALAH KEBIJAKAN MASUK DALAM AGENDA
SETTING:
1. PROBLEM DEFINITION AGENDA. DIANALISIS, DIDEFINISIKAN DAN DIRUMUSKAN SECARA AKTIF DAN SERIUS OLEH
PEMBUAT KEPUTUSAN SEBAGAI DASAR MELANJUTKAN/TIDAK SEBUAH AGENDA KEBIJAKAN DALAM TAHAP
BERIKUTNYA

2. PROPOSAL AGENDA. KEJELASAN BATASAN/DEFINISI SEBUAH AGENDA KEBIJAKAN YANG TELAH DIRUMUSKAN
SEBELUMNYA MENJADI DASAR UNTUK MENGAJUKAN USULAN KEBIJAKAN SEBAGAI RESPON TERHADAP
PERMASALAHAN PUBLIC

3. BARGAINING AGENDA. TIDAK ADA AJUAN/USULAN KEBIJAKAN TUNGGAL. POSISI TAWAR MENAWAR MENGAJUKAN
USULAN KEBIJAKAN YANG LEBIH DAPAT DITERIMA/PRIORITAS BERLANGSUNG

4. CONTINUING AGENDA. TAHAP LEBIH KONGKRET MENDISKUSIKAN DAN MENILAI USULAN KEBIJAKAN SEBAGAI
LANGKAH MENDEKATKAN PADA FORMALITAS FORMULASI KEBIJAKAN.
D.TINGKATAN AGENDA
UNTUK MENJADI KEBIJAKAN YANG UTUH SEBAGAI AGENDA MELALUI TINGKATAN:
1. BERSIFAT UNIVERSAL. SEMUA AGENDA YAG BISA DIPERBESAR DAN DIBAHAS BERSAMA DALAM
MASYARAKAT/SYSTEM POLITIK

2. AGENDA SISTEMIK. SEMUA MASALAH UMUM DIRASAKAN OLEH AGENDA KOMUNITAS POLITIK DAN DIANGGAP
PANTAS MENJADI PERHATIAN PUBLIC

3. AGENDA INSTITUSI. MEMPUNYAI SIFAT LEBIH KHUSUS DAN KONKRET DIBANDING AGENDA SISTEMIK

4. DECISION AGENDA. MERUPAKAN TAHAP AKHIR, BIASANYA TERJADI TARIK MENARIK ANTAR KELOMPOK
3. ANALISIS FORMULASI
• MERUPAKAN LANJUTAN DARI AGENDA SETTING, KETIDAK TEPATAN /PERMASALAHAN
KEBIJAKAN MAKA PEMBUAT KEBIJAKAN MELAKUKAN TINDAKAN KOREKSI/PERBAIKAN.

• PERSAMAAN AGENDA SETTING DAN FORMULASI KEBIJAKAN YAITU SAMA-SAMA DALAM

KOTAK HITAM YANG RUMIT DAN SANGAT JARANG DITAMPILKAN KE PUBLIC

• FORMULASI KEBIJAKAN SEBAGAI TAHAP PEMBENTUKAN/PENYUSUNAN RANCANGAN

KEBIJAKAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH DALAM MASYARAKAT TELAH
DIIDENTIFIKASI DAN DITETAPKAN SECARA HUKUM
A. NILAI-NILAI YANG MEMENGARUHI PARA PEMBUAT KEBIJAKAN
PROSES FORMULASI KEBIJAKAN BERLANGSUNG SEBAGAI SEBUAH SYSTEM YANG TERDIRI DARI
BEBERAPA SUBSISTEM TERMASUK KOTAK HITAM PENETAPAN KEBIJAKAN YANG BERPERAN PENTING
DALAM FORMULASI

MERUMUSKAN NILAI-NILAI YANG MENGARAHKAN PERILAKU PARA PEMBUAT KEPUTUSAN:

1. NILAI POLITIK. PEMBUAT KEPUTUSAN DIPENGARUHI OLEH NILAI-NILAI, KEPENTINGAN PARTAI POLITIKNYA
DALAM MEMBUAT ALTERNATIVE KEBIJAKAN

2. NILAI ORGANISASI. INDIVIDU PEMBUAT KEBIJAKAN DIPENGARUHI NILAI-NILAI ORGANISASI ASAL, UNTUK
MENGOKOHKAN, MENGEMBANGKAN, MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN DAN HAK-HAK ISTIMEWA ORGANISASI

3. NILAI PRIBADI. DIPENGARUHI OLEH KEPENTINGAN MASING-MASING PEMBUAT KEBIJAKAN, KEPENTINGAN

EKONOMIKEDUDUKAN DAN KEKUASAAN PRIBADI

4. NILAI KEBIJAKAN. NILAI KEBIJAKAN UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN MASYARAKAT SENDIRI

5. NILAI IDEOLOGY. IDEOLOGI MERUPAKAN SEPERANGKAT NILAI DAN KEPERCAYAAN YANG DIJADIKAN PEDOMAN
UNTUK BERGERAK.
B. MODEL FORMULASI KEBIJAKAN
FORMULASI KEBIJAKAN SEBAGAI HASIL DARI ISU KEBIJAKAN, INTERAKSI ACTOR DAN LINGKUNGAN
KEBIJAKAN DALAM POLA/MODEL TERTENTU.

FORMULASI KEBIJAKAN BERLANGSUNG DALAM MODEL BERIKUT:

1. MODEL RASIONAL.
PENDEKATAN PENYELESAIAN MASALAH BERDASAR ALASAN PENDEKATAN ILMIAH/RASIONAL. IMPLEMENTASI MODEL
RASIONAL YANG IDEAL DAPAT DILAKSANAKAN OLEH INDIVIDU YANG RASIONAL DENGAN PERSYARATAN BERIKUT:

-TUJUAN PENYELESAIAN MASALAH JELAS,

-SEMUA STRATEGI ALTERNATIVE DALAM MENCAPAI TUJUAN TELAH TERIDENTIFIKASI DENGAN JELAS

-SEMUA KONSEKUENSI PENTING DARI STRATEGI ALTERNATIVE TERPREDIKSI DAN KEMUNGKINAN KONSEKUENSI
DAPAT DIPERKIRAKAN

-PENETAPAN STRATEGI YANG PALING DEKAT DENGAN PENYELESAIAN MASALAH DAPAT DILAKUKAN DENGAN
BIAYA TERKECIL
2. MODEL INCREMENTAL
MERUPAKAN PENDEKATAN PRAKTIS DAN BERTAHAP DALAM FORMULASI KEBIJAKAN KETIKA MENGHADAPI BERBAGAI
KENDALA SEPERTI KETERBATASAN WAKTU, MINIMNYA KETERSEDIAAN INFORMASI DAN KECUKUPAN DANA, MAKA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN MELANJUTKAN KEBIJAKAN LAMA DENGAN BEBERAPA MODIFIKASI

3. MODEL ELIT
STRUKTUR SOCIAL UMUMNYA TERDIRI DARI DUA KELOMPOK YAITU MASYARAKAT PEMEGANG KUASA (ELITE) DAN
YANG TIDAK MEMILIKI KUASA (MASSA). DENGAN KEKUASAAN YANG DIMILIKI, KAUM ELITE YANG BERJUMLAH SEDIKIT
MENGATUR KELOMPOK BAWAH YANG RELATIVE BANYAK. KELOMPOK ELITE SECARA TOP-DOWN MEMBUAT KEBIJAKAN
BAGI MASYARAKAT

4. MODEL KELOMPOK
MENGGAMBARKAN KEBIJAKAN PUBLIC MERUPAKAN TITIK KESEIMBANGAN. INDIVIDU DALAM KELOMPOK
KEPENTINGAN BERINTERAKSI, SECARA FORMAL DAN NON FORMAL UNTUK MENGHASILKAN KEBIJAKAN PUBLIC YANG
DIINGINKAN
5. MODEL SYSTEM
SEBUAH KEBIJAKAN TIDAK BISA TERLEPAS DARI MASALAH LINGKUNGAN DIMANA KEBIJAKAN DITERAPKAN.
TUNTUTAN, DUKUNGAN, SUMBERDAYA, DARI INDIVIDU DAN MASYARAKAT MERUPAKAN INPUT KEBIJAKAN. SISTEM
POLITIK AKAN MEMPROSESNYA MENJADI OUTPUT (KEBIJAKAN-KEBIJAKAN). KEBIJAKAN YANG DIHASILKAN AKAN
MEMPENGARUHI LINGKUNGAN KEBIJAKAN DAN SELANJUTNYA AKAN MENYEBABKAN TERJADINYA PERUBAHAN
LINGKUNGAN YANG AKAN MENDORONG TUNTUTAN BARU DARI INDIVIDU DAN MASYARAKAT.

6. MODEL PERMAINAN
MODEL INI BERDASARKAN PADA MODEL RASIONAL AKAN TETAPI KARENA ADANYA SUASANA KOMPETISI DIANTARA
PARA PEMANGKU KEPENTINGAN, KEBERHASILAN KEBIJAKAN TIDAK HANYA DITENTUKAN OLEH PEMANGKU
KEPENTINGAN KUNCI NAMUN JUGA PEMANGKU KEPENTINGAN YANG TIDAK MEMILIKI PENGARUH SECARA
LANGSUNG.
C. ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN
PENGENALAN BERBAGAI MODEL FORMULASI KEBIJAKAN MENJADI PETA UNTUK MEMBANTU ANALIS MERUMUSKAN
STRATEGI JANGKA PANJANG DALAM PENGEMBANGAN KEBIJAKAN. ANALISIS FORMULASI KEBIJAKAN AKAN
MENETAPKAN UKURAN KUANTITATIF DALAM MENGUKUR PENCAPAIAN TUJUAN, MENGUATKAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN BERBASIS BUKTI, MEMASTIKAN KETEPATAN ALTERNATIVE KEBIJAKAN, PERTIMBANGAN DAMPAK DAN
USULAN REKOMENDASI KEBIJAKAN, PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASINYA.

LANGKAH DILAKUKAN DALAM TAHAP BERIKUT:

- PEMILIHAN KRITERIA EVALUASI. LANGKAH AWAL DARI ANALISIS FORMULASI ADALAH MENGUBAH TUJUAN UMUM
MENJADI KRITERIA KHUSUS UNTUK MENGEVALUASI KEBIJAKAN YANG DIINGINKAN, KRITERIA DAPAT BERUPA
BATASAN

- MEMILIH ALTERNATIVE KEBIJAKAN

- MENGEVALUASI ALTERNATIVE DARI KRITERIA DAMPAK YANG DIPREDIKSI

- USULAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

4. ANALISIS IMPLEMENTASI
SEBUAH KEGIATAN MENDISTRIBUSIKAN KELUARAN KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PARA PELAKSANA
KEPADA KELOMPOK SASARAN UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN KEBIJAKAN

A. FOKUS UTAMA ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

KEBERHASILAN ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN, DITENTUKAN OLEH KETAJAMAN MENETAPKAN
FOCUS, PERMASALAHAN/PERTANYAAN UTAMA.

FOCUS/PERMASALAHAN DIMAKSUDKAN UNTUK MEMAHAMI FENOMENA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN,

SEPERTI:

-MENGAPA SUATU KEBIJAKAN GAGAL DIIMPLEMENTASIKAN DI SUATU DAERAH

-MENGAPA KEBIJAKAN PUBLIC YANG SAMA TINGKAT KEBERHASILANNYA BERBEDA KETIKA DIIMPLMENTASIKAN DI
DAERAH

-MENGAPA SUATU JENIS KEBIJAKAN LEBIH MUDAH DIBANDING DENGAN JENIS KEBIJAKAN LAIN

-MENGAPA PERBEDAAN KELOMPOK SASARAN KEBIJAKAN MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SUATU

KEBIJAKAN
HAL YANG PERLU MENJADI PERHATIAN UNTUK MENGEVALUASI KEBIJAKAN:
1. OUTPUT

2. AKSES

3. CAKUPAN

4. BIAS

5. KETETAPAN LAYANAN

6. AKUNTABILITAS

7. KESESUAIAN PROGRAM

8. OUTCOME
KEBIJAKAN YANG CENDERUNG MEMUNCULKAN MASALAH:

-KEBIJAKAN BARU
-KEBIJAKAN YANG DIDESENTRALISASIKAN

-KEBIJAKAN KONTROVERSIAL

-KEBIJAKAN YANG KOMPLEKS

-KEBIJAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KRISIS

-KEBIJAKAN YANG DITETAPKAN OLEH PENGADILAN

DUA JENIS PENDEKATAN MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN YAITU MODEL TOP DOWN DAN MODEL BOTTOM UP.
MODEL ELITE, MODEL PROSES DAN MODEL INCREMENTAL SEBAGAI GAMBARAN MODEL TOP DOWN. GAMBARAN
MODEL BOTTOM UP PADA MODEL KELOMPOK DAN MODEL KELEMBAGAAN
TAHAPAN KERJA MENGGUNAKAN MODEL TOP DOWN:
1.MEMILIH KEBIJAKAN YANG AKAN DIKAJI

2.MEMPELAJARI DOKUMEN KEBIJAKAN YANG ADA

3.MENGIDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK KELUARAN

4.MENGIDENTIFIKASI APAKAH KELUARAN KEBIJAKAN TELAH DITERIMA

5.MENGIDENTIFIKASI APAKAH KELUARAN KEBIJAKAN MEMILIKI MANFAAT

6. 5.MENGIDENTIFIKASI APAKAH MUNCUL DAMPAK SETELAH KELOMPOK SASARAN MEMANFAATKAN KELUARAN KEBIJAKAN

TAHAPAN KERJA MENGGUNAKAN BOTTOM UP:

1.MEMETAKAN STAKEHOLDER (ACTOR DAN ORGANISASI) YANG TERLIBAT PADA LEVEL TERBAWAH

2.MENCARI INFORMASI DARI PARA ACTOR TENTANG PEMAHAMAN TERHADAP KEBIJAKAN YANG MEREKA IMPLEMENTASIKAN

3.MEMETAKAN KETERKAITAN PARA ACTOR PADA LEVEL TERBAWAH DENGAN ACTOR PADA LEVEL DI ATASNYA

4.PENELITI BERGERAK KE ATAS DENGAN MEMETAKAN ACTOR PADA LEVEL YANG LEBIH TINGGI DENGAN MENCARI INFORMASI YANG
SAMA

5.PEMETAAN DILAKUKAN TERUS SAMPAI LEVEL TERTINGGI

B. MODEL ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
1.MODEL GRINDLE. MENEKANKAN PROSES PEMBUATAN KEBIJAKAN BERSIFAT INTERAKTIF DAN TIDAK LINEAR.
KEBERHASILAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DIPENGARUHI ISI KEBIJAKAN DAN LINGKUNGAN IMPLEMENTASI
KEBIAJAKAN.

2.MODEL EDWARD III. EMPAT ISU AGAR IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EFEKTIF: KOMUNIKASI, SUMBER DAYA,
DISPOSISI/SIKAP DAN STRUKTUR BIROKRASI.

3.MODEL MAZMANIAN DAN SABATIER. UPAYA MELAKSANAKAN KEPUTUSAN KEBIJAKAN, ADA 3 VARIABLE:
VARIABLE INDEPENDEN ( MUDAH-TIDAKNYA MASALAH DIKENDALIKAN DENGAN INDICATOR MASALAH TEORI DAN
TEKNIS), VARIABLE INTERVENING ( KEMAMPUAN KEBIJAKAN UNTUK MENSTRUKTURKAN PROSES IMPLEMENTASIKAN
DENGAN INDICATOR KEJELASAN DAN KONSISTENSI TUJUAN, DIGUNAKAN TEORI KAUSAL KETEPATAN ALOKASI
SUMBER DANA, KETERPADUAN HIRARKI ANTAR LEMBAGA PELAKSANA, ATURAN PELAKSANA DAN PEREKRUTAN
PEJABAT PELAKSANA), VARIABLE DEPENDEN ( 5 TAHAPAN: KEBIJAKAN PELAKSANA, KEPATUHAN OBYEK HASIL NYATA,
PENERIMAAN HASIL NYATA, REVISI ATAS KEBIJAKAN YANG DIBUAT DAN DILAKSANAKAN)

4.MODEL VAN METER DAN VAN HORN. BERJALAN LINEAR DENGAN KEBIJAKAN PUBLIC, IMPLEMENTATOR,
KINERJA KEBIJAKAN PUBLIK
5.MODEL HOGWOOD AND GUNN.
TOP DOWN APPROACH, SYARAT:
1. JAMINAN BAHWA KONDISI EKSTERNAL TIDAK AKAN MENIMBULKAN GANGGUAN.

2. TERSEDIANYA SUMBER DAYA DAN WAKTU YANG MEMADAI

3. PERPADUAN SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN BENAR-BENAR TERSEDIA

4. DIDASARI HUBUNGAN KAUSAL YANG HANDAL

5. HUBUNGAN KAUSALITAS BERSIFAT LANGSUNG DAN HANYA SEDIKIT MATA RANTAI PENGHUBUNGNYA

6. HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGANNYA KECIL

7. TUGAS DIPERINI DAN DITEMPATKAN DALAM URUTAN YANG TEPAT

8. KOMUNIKASI DAN KOORDINASI YANG SEMPURNA

9. PIHAK-PIHAK YANG MEMILIKI WEWENANG KEKUASAAN DAPAT MENUNTUT DAN MENDAPATKAN KEPATUHAN SEMPURNA
6.MODEL GOGGIN.
COMMUNICATION MODEL, (PERAN BESAR ADALAH KOMUNIKASI) TERDAPAT VARIABLE INDEPENDEN,
VARIABLE INTERVENING DAN DEPENDEN

7.MODEL G.SHABBIER DAN DENIS A.RONDINELLI

UNTUK PROGRAM-PROGRAM DESENTRALISASI ADA 4 VARIABLE YANG DAPAT MEMENGARUHI KINERJA:
1.KONDISI LINGKUNGAN

2.HUBUNGAN ANTAR ORGANISASI

3.SUMBER DAYA ORGANISASI UNTUK IMPLEMENTASI PROGRAM

4.KARAKTERISTIK DAN KEMAMPUAN AGEN PELAKSANA