“BIOSTATISTIK LANJUT"
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
ANISAH LUBIS
ASMIDAR
DWI ANI RAHMAWATI
FARACHDIBA
IRZA MENKA KABAN
NADHIRAH
NORI ALISHA
SALBIYAH
SUNINGSIH
SUSI FITRI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Tugas Kelompok Biostatistik ini telah selesai disusun.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dosen mata kuliah biostatistik kami Tugas ini merupakan
langkah yang baik untuk lebih menambah wawasaan kami demikiaanlah akhir
kata, kami ucapkan sekian dan terimakasih
Penyusun
Kelompok 5 Biostatistik
i
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN UMUR
TERHADAP KEJADIAN ISPA DI PUSKESMAS X TAHUN 2022
B. Variabel dependen
Kejadian ISPA
1
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menyatakan prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25%. Di Provinsi Lampung
pada tahun yang sama, prevalensi ISPA sekitar 20% (Dinkes Provinsi Lampung,
2013) ²). Berdasarkan usia balita ditemukan 23% kasus ISPA berat terjadi pada
anak berusia di atas 6 bulan. Berdasarkan jenis kelamin diketahui terdapat
perbedaan jumlah penderita ISPA, yaitu insiden lebih tinggi pada anak laki-
laki(Kemenkes RI, 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa insiden
ISPA paling tinggi terjadi pada bayi di bawah satu tahun, dan insiden menurun
dengan bertambahnya umur (Fibrilia, 2015).
Hasil penelitian Iskandar (2015) didapatkan Selama periode penelitian
terdapat 239 anak yang berkunjung ke Poli Anak Rumah Sakit Umum (RSU)
Nurhayati Kabupaten Garut. Anak yang menderita ISPA yang sesuai dengan
kriteria inklusi sebanyak 68 anak (47,2%). Responden yang menderita penyakit
selain ISPA (non ISPA) berjumlah 79, tetapi dari jumlah tersebut yang terpilih
sebagai kontrol yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 76 anak (52,8%),
Sebanyak 58% anak laki-laki menderita ISPA dan 42% non ISPA, hasil tersebut
berbeda dengan anak perempuan, ditemukan 68% anak non ISPA dan 32% ISPA.
Anak laki-laki lebih berisiko terkena ISPA sebanyak 1,839 kali bila dibandingkan
dengan perempuan. Nilai koefisien phi sebesar 0,263, menyatakan bahwa jenis
kelamin mempunyai korelasi derajat Iemah dengan kejadian ISPA. Hubungan
antara usia dan kejadian ISPA menunjukkan sebanyak 58% anak usia 1—3 tahun
menderita ISPA dan 42% anak non ISPA.
Di puskesmas X didapat kan responden sebanyak 30 anak, dengan usia
antara 0-5 tahun. Dan dilakukan Uji Korelasi untuk menunjukkan keeratan
hubungan.
Dari kedua variabel dapat ditentukan skala ukur yang diambil adalah skala
ukur Nominal
Umur =
No Diagnosa = Y X2² X2Y Y²
X2
1 2 2 4 4 4
2 2 2 4 4 4
3 2 2 4 4 4
4 2 2 4 4 4
5 1 1 1 1 1
6 2 1 4 2 1
7 2 2 4 4 4
8 2 2 4 4 4
9 2 2 4 4 4
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
2
Umur =
No Diagnosa = Y X2² X2Y Y²
X2
13 1 1 1 1 1
14 2 2 4 4 4
15 2 2 4 4 4
16 2 2 4 4 4
17 2 2 4 4 4
18 2 2 4 4 4
19 2 2 4 4 4
20 2 2 4 4 4
21 2 2 4 4 4
22 1 1 1 1 1
23 2 2 4 4 4
24 2 2 4 4 4
25 2 2 4 4 4
26 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1
28 2 2 4 4 4
29 2 1 4 2 1
30 2 2 4 4 4
Total 52 50 96 92 90
Tabel Hubungan Umur dan Kejadian ISPA
Keterangan :
Umur : 1 adalah usia responden dibawah 3 tahun
2 adalah usia responden di atas 3 tahun
Diagnosa : 1 adalah responden dengan diagnose ISPA
2 adalah responden dengan deiagnosa non ISPA
r XY= n(∑XY)-(∑X∑y)
√{n∑X²-(∑X)²} [n∑y²-(∑y)²]
= 30(92)-(52)(50)
√{30(96)-(52)²}{30(90)-(50)²}
= 160
√{2880-1849}{2700-2500}
= 160
√(176)(200)
3
= 160
√35200
= 160
186,616
= 0,857375573
Jenis
No Kelamin = Diagnosa = Y X1² X1Y Y²
X1
1 1 2 1 2 4
2 1 2 1 2 4
3 1 2 1 2 4
4 2 2 4 4 4
5 1 1 1 1 1
6 2 1 4 2 1
7 1 2 1 2 4
8 2 2 4 4 4
9 1 2 1 2 4
10 2 1 4 2 1
11 2 1 4 2 1
12 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1
14 2 2 4 4 4
15 1 2 1 2 4
16 2 2 4 4 4
17 2 2 4 4 4
18 2 2 4 4 4
19 1 2 1 2 4
20 2 2 4 4 4
21 2 2 4 4 4
4
Jenis
No Kelamin = Diagnosa = Y X1² X1Y Y²
X1
22 1 1 1 1 1
23 1 2 1 2 4
24 1 2 1 2 4
25 1 2 1 2 4
26 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1
28 2 2 4 4 4
29 1 1 1 1 1
30 2 2 4 4 4
Total 43 50 69 73 90
Tabel Hubungan jenis Kelamin dan Kejadian ISPA
Keterangan :
Jenis Kelamin : 1 adalah usia responden perempuan
2 adalah usia responden laki laki
Diagnosa : 1 adalah responden dengan diagnose ISPA
2 adalah responden dengan deiagnosa non ISPA
r XY= n(∑XY)-(∑X∑y)
√{n∑X²-(∑X)²} [n∑y²-(∑y)²]
= 30(72)-(43)(50)
√{30(69)-(43)²}{30(90)-(50)²}
= 10
√{2070-1849}{2700-2500}
= 10
√(221)(200)
= 10
√44200
= 10
210,238
= 0,04756514
5
Kekuatan hubungan Menurut colton.
• r= 0,00-0,25 → tidak ada hubungan/ hubungan lemah
• r=0,26-0,50 → hubunagn sedang
• r= 0,51-0,75→ hubungsn kust
• r= 0,76-1,00→ hubungsn sangat kuat/sempurna
6
sepuluh tahun terakhir, menunjukkan bahwa ASI kaya akan faktor antibodi
untuk melawan infeksi bakteri dan virus. Hasil penelitian lain menunjukan
bahwa Asi mampu melindungi bayi terhadap ISPA dan diare.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, 2007, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang Cenderung
menjadi Epidemi dan Pedemi, Tersedia online:
[http://www.acehforum.or.id] [12 Februari 2015].
2. Departemen Kesehatan RI, 2012, Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Tahun 2011. Jakarta.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013, Profil Kesehatan Provinsi
Lampung tahun 2012, Bandar Lampung.
4. Kementerian Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
5. Maryunani, Anik, 2010, Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan, Jakarta:
Trans Info Media
6. Kartasasmita, B, C. 2010. Pneumonia Pembunuh Nomor 1, Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
7. Ranny, Liviandari Ranantha, 2014, Hubungan Karakteristik Balita dengan
Kejadian ISPA pada Balita di Desa Gandon Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung, Tersedia Online: [http://eprints.dinus.ac.id] [17
Februari 2015].
8. Behrman, K. & Arvin, N., 2000. Pemberian Makanan Bayi dan Anak.
Ilmu Kesehatan Anak, Vol.1, Penerbit Buku Kedokteran RGC, Jakarta
9. Wantania, J.M., Naning, R., Wahani, A, 2008. Insfeksi Respirarori Akut.
Buku Ajar Respiratologi Anak Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta
10. Kristina, Ni Nyoman, 2013, Mengenal Penyakit Pneumonia (ISPA), Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, Tersedia online: [www.diskes.baliprov.go.id] [7
Maret 2015]
11. Mei Elyana, Aryu Candra, 2013, Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status
Gizi Balita di Klinik Masjid Agung Jawa Tengah, Tersedia online:
[http://ejournal.undip.ac.id] [12 Februari 2015].
12. Sukmawati, dan Sri D.A, 2009, Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir,
Imunisasi, dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Tunikamaseang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros,
Tersedia Online: [http://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.co m] [17
Februari 2015].
13. Layuk, Ribka Rerung, 2013, Faktor yang berhubungan dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Lembang Batu Sura, Tersedia online:
http://repository.unhas.ac.id] [17 Februari 2015]
14. Fibrilia, Firda, 2015, Hubungan Usia , jenis Kelamin dan Berat Badan
lahir dengan kejadian ISPA, Jurnal kesehatan metro Sai Wawai.
15. Iskandar, Azri dkk, 2015, Hubungan Jenis Kelamin dan Usia Anak satu
sampai Lima Tahun dengan Kejadian ISPA,