Anda di halaman 1dari 37

ANALISA KEAUSAN PAHAT ENDMILL CARBIDE

TERHADAP MEDIA PENDINGIN BERVARIASI PADA


PROSES PENGERJAAN MILLING

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan


Program Studi Diploma-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Jurusan Teknik Mesin

Oleh:
MUHAMMAD RAYHAN NAUFAL
061740211760

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2021
ANALISA KEAUSAN PAHAT ENDMILL CARBIDE
TERHADAP MEDIA PENDINGIN BERVARIASI PADA
PROSES PENGERJAAN MILLING

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal Tugas Akhir


Program Studi Diploma-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Jurusan Teknik Mesin

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Mochammad Yunus, S.T., M.T. Karmin, S.T., M.T.


NIP 195706161985031003 NIP 195902101988031001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Ir. Sairul Effendi, M.T.


NIP 196309121989031005

ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

Proposal skripsi ini diajukan oleh

Nama : Muhammad Rayhan Naufal


NPM : 061740211760
Konsentrasi Studi : D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Judul Proposal : Analisa Keausan Pahat Endmill Carbide Terhadap Media
Pendingin Bervariasi Pada Proses Pengerjaan Milling

telah selesai diuji, direvisi dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi pada
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya

Penguji:
Tim Penguji: 1. Moch. Yunus, S.T., M.T. ( )

2. Ahmad Junaidi, S.T., M.T. ( )

3. Indra Gunawan, S.T., M.Si ( )

4. Almadora Anwar Sani, S.Pd., M.Eng. ( )

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Mesin : Ir. Sairul Effendi, M. T. ( )

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : Februari 2021

iii
Ringkasan Ajuan Topik

Pembimbing Utama Judul Laporan Akhir Topik Studi


Nama : Mochammad Yunus, Analisa Keausan 1.Teknik Mesin
S.T.,M.T. Pahat Endmill 2.Sains Rekayasa
Surel : Hp: Carbide Terhadap
08194845797 Media Pendingin
Bervariasi Pada
Proses Pengerjaan
Milling
Sinopsis (maksimal 250 kata) Teori Pendukung

Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan 1) Praktik Bengkel


produksi maupun untuk keperluan pendidikan, sangat Mekanik I dan II
dibutuhkan untuk mendapatkan suatu produk yang lebih 2) Metodologi
baik. Maka usaha untuk menjaga agar laju keausan pahat Penelitian
lebih tahan pada saat pemotongan adalah dengan 3) Tribologi
pemberian pendingin pada pahat milling dan memberikan 4) Pengetahuan
variasi kontrol putaran cutter / pahat endmill. Oleh karena Bahan Teknik I
itu peneliti ingin meneliti variasi media pendingin 5) Teknologi
minyak kernel kelapa sawit, meinyak kotor kelapa sawit, Mekanik
dan dromus oil b. Dari hasil analisa tersebut akan 6) Fisika Terapan
didapatkan output media pendingin yang mana yang lebih
direkomendasikan untuk mereduksi laju keausan pahat.
Dengan output tersebut diharapkan dapat mengatasi
masalah penghematan pergantian pahat milling di PT.
Lambang Bumi Perkasa.

Ruang Lingkup Studi (maksimal 250 kata) Capaian


Pembelajaran
1. Menganalisis keausan pahat milling dalam 1 ✓
pembuatan chain FFB Conveyor, yang berbahan 2 ✓
AISI 1020 di PT.Lambang Bumi Perkasa. 3 ✓
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi variasi 4 ✓
pendingin (coolant) minyak kotor sawit, shell
dromus B-UK, minyak kernel sawit pada pengerjaan
milling konvensional.

iv
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini.
Penulisan TA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan TA ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan TA ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bpk. Mochammad Yunus, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing Utama yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan TA ini;
2) Bpk, Drs. Suparjo, M.T., selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan TA ini;
3) Pihak PT.Lambang Bumi Perkasa yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang penulis perlukan;
4) Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
5) Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan TA ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga TA ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Februari 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL TA ................ iii
RINGKASAN AJUAN TOPIK ........................................................ iv
PRAKATA ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 2
1.3 Rumusan dan Batasan Masalah ................................. 3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Pustaka ........................................................... 5
2.2 Pengertian Baja Karbon Rendah ............................... 10
2.3 Proses Karburisasi ..................................................... 11
2.4 Pack Carburizing ...................................................... 11
2.5 Proses Pembubutan (Turning) ................................... 12
2.6 Pengujian Material .................................................... 15
2.6.1 Pengujian Kekerasan ....................................... 15
2.6.2 Pengujian Kekasaran ....................................... 17
2.6.3 Pengujian Keausan ........................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................. 21
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ......................................... 22
3.3 Langkah-langkah Penelitian .................................. 22
3.4 Metode Pengujian ...................................................... 23
3.4.1 Pengujian Kekerasan Pahat Hasil
Karburisasi ........................................................ 23
3.4.2 Pengujian dengan Metode Roughness
Surface Test ...................................................... 24
3.4.3 Pengujian Keausan............................................ 25
3.5 Metode Pengumpulan Data ....................................... 26
3.6 Analisa Data Hasil Pengujian .................................... 26
3.7 Jadwal Penelitian ....................................................... 26
3.8 Tempat Penelitian ...................................................... 27

vi
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Proses Pack Carburizing ............................................. 12
Gambar 2.2 Pembubutan ................................................................. 13
Gambar 2.3 Bentuk Pahat Kanan .................................................... 13
Gambar 2.4 Proses pada Pembubutan ............................................. 14
Gambar 2.5 Proses Penekanan Indentor Intan 136o ........................ 16
Gambar 2.6 Tipe-tipe lekukan piramid intan: (a) lekukan yang
sempurna, (b) lekukan bantal jarum, (c) lekukan
berbetuk tong ............................................................... 17
Gambar 2.7 Grafik profil permukaan Ra dan Rmax ....................... 18
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................... 21

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Toleransi harga kekasaran rata-rata Ra ....................... 19
Tabel 2.2 Tingkat Kekasaran rata-rata menurut proses
Pengerjaannya .............................................................. 19
Tabel 3.1 Pengumpulan Data Pengujian Kekerasan Setelah
Karburisasi ................................................................... 23
Tabel 3.2 Pengumpulan Data Pengujian Kekasaran .................... 24
Tabel 3.3 Pengujian Data Pengujian Keausan pada Pahat .......... 25
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ......................................................... 27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.1 Surat Rekomendasi Sidang Proposal
1.2 Log Book

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi maupun
untuk keperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk mendapatkan suatu produk
yang lebih baik. Dewasa ini, beberapa segmen konsumen tertentu membutuhkan
komponen yang hanya bisa diproduksi dengan cara di milling dan menuntut agar
komponen tersebut diproses dalam waktu yang cepat. Sebagai contoh yaitu dalam
pembuatan chain conveyor (rantai), dalam pembuatan chain, kekasaran permukaan
dari rantai harus sehalus mungkin tapi dituntut untuk selesai dalam waktu yang
cepat. Untuk itu optimasi parameter proses pemesinan pada mesin milling perlu
dilakukan agar kekasaran permukaan yang di inginkan dapat dicapai dalam waktu
yang paling singkat.
Akan tetapi, parameter proses pemesinan yang diatur maksimum akan
menyebabkan kekasaran permukaan suatu produk menjadi tinggi dibandingkan
pengaturan parameter yang standar, selain itu terjadi gesekan antara benda kerja
dengan pahat yang akan menimbulkan panas, sehingga temperatur pahat terutama
bidang aktif pahat akan sangat tinggi. Hal ini akan mengakibatkan juga terjadinya
keausan pahat, dan jika keausan terjadi secara terus menerus akan memperbesar
gaya pemotongan, akibatnya kualitas produk akan menurun. Maka usaha untuk
menjaga agar laju keausan pahat lebih tahan pada saat pemotongan adalah dengan
pemberian pendingin pada pahat milling dan memberikan variasi kontrol putaran
cutter/pahat endmill.
Fluida pemotongan atau sering disebut pendingin (coolant) berfungsi untuk
mengontrol temperatur pemotongan dan untuk pelumasan. Aplikasi fluida
pemotongan adalah memperbaiki kualitas benda kerja selama mengalami proses
pemotongan secara terus menerus oleh pahat (tool) dan juga berfungsi untuk
memperbaiki umur pahat sehingga pahat akan tahan lama (Sarjito, 2012).
Dari latar belakang diatas, maka penelitian yang akan di lakukan yaitu
mengenai pengaruh variasi metode pendinginan dengan media pendingin Minyak

1
2

Kernel kelapa sawit, minyak kotor kelapa sawit, dan dromus oil b pada proses end
milling terhadap keausan pahat High Speed steel (HSS) carbide untuk pengerjaan
milling di PT. Lambang Bumi Perkasa dengan tujuan apakah jenis variasi metode
pendinginan yang diaplikasikan sudah pas dan tidak berpengaruh terhadap keausan
pahat.

1.2 Tujuan Dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan proposal skripsi sebagai berikut: Untuk
menganalisis keausan pahat milling dalam pembuatan chain FFB Conveyor, yang
berbahan AISI 1020 di PT.Lambang Bumi Perkasa. Untuk mengetahui pengaruh
variasi variasi pendingin (coolant) minyak kotor sawit, dromus oil b , minyak kernel
sawit pada pengerjaan milling konvensional.

1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas akhir Bagi Penulis: Sebagai praktik penerapan
ilmu yang didapat dikuliah teknik mesin di dunia kerja secara langsung dan
membangun kerja sama dengan perusahaan yang bersangkutan.
Bagi perusahaan dapat menghemat anggaran pembelian pahat milling karena
meminimalisir pergantian pahat pada proses pembuatan ataupun perbaikan FFB
Conveyor, agar menghemat anggaran uang lembur yang diakibatkan tertundanya
proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) diakibatkan lamanya proses
pembuatan ataupun perbaikan FFB Conveyor, dan sebagai referensi perusahaan
dalam merencanakan anggaran perawatan pada sub-unit FFB Conveyor.

1.3 Permasalahan dan Pembatasan Masalah


1.3.1 Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di pabrik adalah pada sub-unit FFB conveyor. FFB
conveyor merupakan merupakan alat pemindah TBS dari loading ramp menuju
stasiun unit sterilizer, sering mengalami overload disebabkan oleh terlalu banyak
TBS yang ditransfer dari loading ramp. Untuk perbaikan tersebut membutuhkan 3-
3

5 jam, padahal dalam 1 jam tersebut perusahaan merugi 12 ton produksi minyak
akibat tertunda proses produksi dan kerugian kompensasi dari tertundanya proses
produksi tersebut digantikan sebagai jam kerja lembur. Dalam kondisi ini
pergantian chain yang putus dibutuhkan komponen yang baru dan pembuatan
komponen tersebut diharuskan menggunakan mesin milling, dikarenakan maraknya
pergantian pahat milling akibat keausan maka penulis tertarik melakukan pengujian
terhadap pahat dengan variasi media pendingin dan variasi kontrol kecepatan mesin
apakah sudah pas dan tidak berpengaruh terhadap keausan pahat.

1.3.2 Batasan Masalah


Agar tidak mengalami perluasan pembahasan pada tugas akhir ini, diberikan
batasan-batasan penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Pahat Endmill Carbide Ø 10 mm.
2. Cairan pendingin yang digunakan yaitu, minyak kotor sawit, dromus shell B-
UK, dan minyak kernel sawit.
3. Kecepatan pemakanan pada penelitian ini adalah 800 rpm, 1200 rpm, dan 1300
rpm.
4. Kedalaman pemotongan dilakukan dengan variasi pemakanan 0,5 mm, 0,7 mm,
dan 0,9 mm.
5. Mesin yang digunakan adalah mesin frais (milling) konvensional.
6. Pemakanan benda kerja sepanjang 5 cm.
7. Pengukuran keausan berdasarkan standar iso 8688-2.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab akan
diuraikan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang memuat latar belakang, tujuan, dan manfaat
penulisan, permasalahan dan pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini membahas tentang ilmu- ilmu dan teori penunjang penelitian tentang
pengaruh variasi pendingin pada proses pengerjaan milling dengan minyak kotor
sawit (miko), shell dromus B-UK, minyak kernel sawit terhadap pahat endmill.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang pengujian pengaruh variasi pendingin proses
finishing pengerjaan milling dengan: minyak kotor sawit (miko), shell dromus B-
UK, minyak kernel sawit terhadap keausan pahat endmill.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Berbagai penelitian tentang pengujian keausan ini sudah banyak dilakukan
oleh berbagai peneliti. Ada banyak tinjauan pustaka yang melandasi munculnya
gagasan untuk meneliti keausan pahat Endmill HSS Carbide terhadap media
pendingin minyak kernel kelapa sawit pada proses pengerjaan milling dikarenakan
adanya dorongan untuk mencari metode baru dalam menghitung keausan pahat
milling sehingga dapat membantu dalam menyusun tugas akhir ini, ada banyak
contoh penelitian yang membawakan tentang materi yang disajikan.
Uji Keausan merupakan suatu uji karakteristik fisik yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat keausan benda terhadap gesekan atau goresan.
Uji keausan dilakukan dengan menggunkan alat uji ogoshi high speed universal
wear testing machine. Keutamaan dari alat ini diantaranya :
1. Lama waktu abrasi yang dapat ditentukan dan daya tahan aus permukaan benda
uji dengan berbagai variasi bahan dapat dengan mudah terdeteksi.
2. Pengujian dilakukan dengan mudah dan cepat.
3. Benda uji tidak harus berujuran besar.
4. Perubahan tekanan, kecepatan dan jarak peggosok dapat dibuat dengan mudah
denganjarak yang begitu lebar. (RY Novianto).
Menurut Y. Su (2006), bahwa kondisi pendingin/ pelumas dengan cara
pengompresian gas nitrogen dingin dan minyak kabut (CNGOM) memberikan
umur pahat yang paling baik diantara semua kondisi pendingin/ pelumas yang di
gunakan. Analisis SEM diperlakukan pada pahat untuk menentukan mode
kegagalan pahat serta mekanisme yang digunakan. Penenteuan sisi pemberian
fluida pemotongan adalah modus kegagalan yang dominan kondisi pendinginan/
pelumasan, termasuk pendinginan kering, nitrogen-minyak-kabut, CCNG dan
CCNGOM. Berlebihan geram pada tepi daerah pemotongan dan penempatan sisi
pengucuran adalah yang mempengaruhi atas keausan pahat pada kondisi pendingin
dengan cara dibanjirkan.

5
5

Dian wahyudi (2006), dalam penelitiannya tentang studi metode pendinginan


terhadap kualitas hasil end milling yang menyimpulkan bahwa: Kondisi yang
paling baik dalam hasil dari proses end milling adalah pada Kecepatan potong (Vc)
tinggi : 24,2408 m/menit, kedalaman pemakanan (Vf) rendah : 0,01 mm, pada
metode pendinginan dengan cara dikucurkan.
Dari beberapa contoh penelitian diatas, tujuannya adalah untuk menghitung
keausan pahat, yang berbeda dari beberapa penelitian diatas ialah metode dan
spesimen atau material yang digunakan dan membuat pembanding yang beragam
pula, sehingga dapat membantu dalam penelitian ini.

2.2 Mesin Frais (Milling) Konvensional


Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat
potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi
potong yang banyak yang mengitari pahat ini bisa menghasilkan proses pemesinan
lebih cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau
melengkung. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi dari beberapa
bentuk. Mesin yang digunakan untuk memegang benda kerja, memutar pahat, dan
penyayatannya disebut mesin frais (Milling Machine), Gambar 2.1 berikut
merupakan gambar dari mesin frais:

(a) Mesin frais vertikal dan (b) Mesin frais horisontal


Gambar 2.1 Gambar skematik dari mesin frais (Sumber: Widarto, 2008)
6

2.2.1 Klasifikasi Proses Milling


Proses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis. Klasifikasi ini
berdasarkan jenis pahat, arah penyayatan, dan posisi rekatif terhadap benda kerja
yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(a) Frais periperal/slab milling; (b) Frais muka/face milling; (c) Frais jari/end
milling
Gambar 2.2 Klasifikasi proses frais (Sumber: Widarto, 2008)

a. Frais Periperal (Peripheral Milling)


Proses frais ini disebut juga slabmilling, permukaan yang difrais dihasilkan
oleh gigi pahat yang terletak pada permukaan luar badan alat potongnya. Sumbu
dari putaran pahat biasanya pada bidang yang sejajar dengan permukaan benda
kerja yang disayat.
b. Frais muka (Face Milling)
Pada frais muka, pahat dipasang pada spindle yang memiliki sumbu putar
tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan hasil proses frais
dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pahat.
c. Frais jari (End Milling)
Pahat pada proses frais ujung biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus
permukaan benda kerja. Pahat dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan
permukaan menyudut. Gigi potong pada pahat terletak pada selubung pahat dan
ujung badan pahat.

2.2.2 Bagian-bagian Utama Mesin Frais (Milling)


a. Motor Utama
Motor utama adalah motor penggerak cekam untuk memutar benda kerja.
Motor ini adalah jenis motor arus searah / DC (Direct Current) dengan kecepatan
7

putaran yang variabel. Berikut Gambar 2.3 merupakan gambar dari motor utama
mesin frais.

Gambar 2.3 Motor utama (Sumber: Widarto, 2008)

b. Eretan
Eretan merupakan gerak persumbuan jalannya mesin. Pada mesin 3 axis,
mesin ini mempunyai dua fungsi gerakan kerja, yaitu gerakan kerja posisi vertikal
dan gerakan kerja pada posisi horizontal. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat gambar
dari gerak persumbuan jalannya mesin.

(a) Posisi vertikal dan (b) Posisi horizontal


Gambar 2.4 Skema gerakan persumbuan mesin (Sumber: Widarto, 2008)

c. Rumah Alat Potong


Rumah alat potong digunakan untuk menjepit tool holder (alat potong) pada
saat proses pengerjaan benda kerja. Sumber putaran rumah alat potong dihasilkan
dari motor utama, dengan kecepatan putaran 300-200 RPM (revolution per minute).
Pada mesin jenis training unit rumah alat potong hanya memungkinkan memegang
satu alat, berbeda dengan jenis production unit yang dilengkapi alat semacam
revolver, sehingga memungkinkan untuk membawa lebih dari satu toolholder.
8

d. Penjepit Alat Potong


Penjepit alat potong atau tool holder pada mesin frais adalah penjepit manual,
alat ini digunakan ntuk menjepit pisau pada saat penyayatan benda kerja. Bentuk
penjepit ini biasanya disesuaikan dengan bentuk rumah alat potong. Di bagian
dalam tool holder dilengkapi sebuah alat bantu pencekaman. Berikut Gambar 2.5
merupakan gambar dari penjepit potong atau tool holder.

Gambar 2.5 Toolholder (Sumber: Widarto, 2008)

Alat bantu tersebut berfungsi untuk memperkuat pencekaman dari tool


holder. Alat bantu tersebut dinamakan collet. Collet terbuat dari bahan logam,
dimana diameter lubang pada collet sesuai dengan besarnya diameter pisau, seperti
pada Gambar 2.10 merupakan gambar dari collet.

Gambar 2.6 Collet (Sumber: Widarto, 2008)

e. Ragum
Ragum pada mesin Milling Conventional Manual berfungsi untuk menjepit
benda kerja pada saat proses penyayatan. Ragum pada mesin ini dilengkapi dengan
sebuah stopper. Ragum bisa diganti sesuai kebutuhan. Ragum pada mesin ini
dioperasikan secara manual. Pada Gambar 2.7 dapat dilihat gambar dari ragum.
9

Gambar 2.7 Ragum (Sumber: Widarto, 2008)

2.3 Parameter Pengoprasian Mesin Frais (Milling)


Parameter yang dapat langsung diatur oleh operator mesin ketika sedang
mengoperasikan mesin frais. Seperti pada mesin bubut, maka parameter yang
dimaksud adalah putaran spindle (n), gerak makan (f), dan kedalaman pemotongan
(a). Putaran spindle bisa langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle
pengatur putaran mesin. Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle
gerak makan sesuai dengan tabel yang ada di mesin. Gerak makan ini pada proses
frais ada dua macam yaitu gerak makan per gigi (mm/gigi), dan gerak makan per
putaran (mm/putaran). Kedalaman pemakanan diatur dengan cara menaikkan benda
kerja, atau dengan cara menurunkan pahat. Berikut merupakan parameter yang
dapat langsung diatur pada pengoperasian mesin frais (milling).

2.3.1 Putaran Sepindel (Spindle Speed)


Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan kecepatan potong. Kecepatan
potong ditentukan oleh kombinasi material pahat dan material benda kerja. Jumlah
putaran spindle dapat dihitung dengn ketentuan sebagai berikut:
𝑉𝑐×1000(𝑟𝑝𝑚)
𝑛= ...........................................(2.1)
𝜋𝑑

Kecepatan potong adalah jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan
meter) pada selubung pahat dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong
identik dengan rumus kecepatan potong pada mesin bubut. Pada proses frais
besarnya diameter yang digunakan adalah diameter pahat. Adapun rumus dasar
untuk menentukan kecepatan potong adalah:
𝜋×𝑑×𝑛(𝑚𝑚⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑛= .........................................(2.2)
1000
10

Keterangan:
n = Putaran spindle (put/menit)
Vc = Kecepatan potong (m/menit)
d = Diameter pisau (mm)

2.3.2 Kecepatan Pemakanan (feed rate)


Pada umumnya mesin frais, dipasang tabel kecepatan pemakanan atau
feeding dalam satuan mm/menit. Jadi misalnya pada mesin disetel setel kecepatan
pemakanan pisau frais sebesar 28 mm/menit, artinya kecepatan pemakanan pisau
frais sebesar 28 mm/menit. Makin kecil kecepatan pemakanan pisau frais,
kekasaran semakin rendah. Tabel besar pemakanan pada mesin baru berlaku jika
mesin tersebut dijalankan dengan cara otomatis. Menghitung kecepatan pemakanan
dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐹 = 𝑓 × 𝑛 (𝑚𝑚⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)...........................................(2.3)

Keterangan:
F = Kecepatan Pemakanan (mm/menit)
f = Bergesernya pisau frais (mm) dalam satuan putaran
n = Putaran spindle (put/menit)

2.3.3 Kedalaman Pemakanan (Depth of Cut)


Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda kerja awal
terhadap tebal benda kerja akhir. Untuk kedalaman potong yang relatih besar
diperlukan perhitungan daya potong yang diperlukan untuk proses penyayatan.
Apabila daya potong yang diperlukan masih lebih rendah dari daya yang disediakan
oleh mesin (terutama motor listrik), maka kedalaman potong yang telah ditentukan
bisa digunakan.

2.4 Material Pahat


Prinsip dasar pemesinan adalah kemampuan ketangguhan (toughness) pahat
terhadap benda kerja. Banyak perkembangan pada bahan pahat guna meningkatkan
kemampuan mesin dimana geometri dan bahan pahat. Pahat yang baik harus
11

memiliki sifat–sifat tertentu, sehingga nantinya dapat menghasilkan produk yang


berkualitas baik (ukuran tepat) dan ekonomis (waktu yang diperlukan pendek).
Kekerasan dan kekuatan pahat harus tetap bertahan meskipun pada temperatur
tinggi, sifat ini dinamakan hot hardness.
Ketahanan aus sangat dibutuhkan yaitu ketahanan pahat melakukan
pemotongan tanpa terjadi keausan yang cepat. Penentuan material pahat didasarkan
pada jenis material benda kerja dan kondisi pemotongan (pengasaran, adanya beban
kejut, penghalusan).
Jenis–jenis pahat yang dipakai pada proses pemesinan adalah :
1. HSS (high speed steel)
2. Baja carbon (high Carbon steel)
3. Karbida (Cemented Carbides)
4. CBN (Cubic Born Nitride)
5. Paduan Cor nonferro (Cast Nonferrus Alloys)
6. Intan (Sinteran Diamonds)
7. Keramik (Ceramics)

Pada pahat HSS (High Speed Steel) ini merupakan baja paduan tinggi dengan
beberapa komposisi paduan utama yaitu Carbon(C), Tungsten(w),
Molybdenum(mo), Kronium(Cr), Vanadium(V), Kobalt(Co). Pahat ini memiliki
kekerasan yang cukup tinggi 83–86 HRa ditambah dengan ketahanan abrasi yang
tinggi dan harga pahat ini juga murah. selain itu, pahat ini juga sering digunakan
pada proses pemesinan yang menggunakan bahan-bahan material seperti :
Aluminium, Baja Carbon, kayu dan plastik. (Sumber :Kalpakjia.S dan
Schmid,S.2009.)
12

Tabel 2.1 Anjuran kecepatan potong dalam permesinan[3]


Kecepatan potong (m/s)
Material benda kerja
HSS WS
Alumunium alloys 3-4 5–7
Magnesium alloys 4 10
Copper alloys 0,5 – 2 1–5
Steels 0,5 – 1 1–3
Stainless steels 0,15 – 0,5 1–2
High- temperature alloys 0,05 – 1 0,15 – 0,3
Titanium alloys 0,15 – 1 0,5 – 2
Cast iron 0,15 – 0,5 0,5 – 2

2.5 Keausan
Keausan adalah hilangnya materi/massa dari permukaan benda padat.
Sebagai akibat dari gerakan mekanik. Keausan pada dasarnya dianalogikan sebagai
materi akibat interaksi mekanik (gesekan) antara kedua permukaan
bergerak/berluncur dan dibebani. Ini fenomena normal yang terjadi jika dua
permukaan saling bergesekkan, maka akan ada keausan atau merupakan materi
yang terjadi antara dua benda yang bergesekan.
Pada dasarnya kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju saat
berakhirnya masa guna pahat. Pertumbuhan keausan tepi pada umumnya mulai
dengan pertumbuhan yang relatif cepat sesaat setelah pahat digunakan, diikuti
pertumbuhan yang linier setaraf dengan bertambahnya waktu pemotongan (jumlah
waktu yang digunakan untuk proses memotong), dan kemudian pertumbuhan yang
cepat terjadi lagi.saat dimana pertumbuhan keausan cepat mulai berulang lagi
dianggap sebagai batas umur pahat (chapter II,repository.usu.ac.id. diakses 09
Januari 2021).
Dalam proses pemesinan (milling), keausan pahat bisa disebabkan dalam
beberapa faktor yaitu temperatur yang dihasilkan karena timbulnya gesekan antara
pahat yang berkontak langsung pada material benda kerja. Keausan pahat juga
tergantung pada jenis material pahat milling yang digunakan, benda kerja yang
dipilih, dan jenis fluida yang dipakai sebagai cairan pendingin (Kalpakjian,1980).
Pada Kondisi tekanan dan kontraksi pada permukaan benda kerja dan pahat,
mempengaruhi keausan alat dan mekanisme keausan. Seluruh energi dari proses
13

pemesinan ini diubah menjadi panas melalui kontak gesekan, pahat dengan benda
kerja dan antara geram dengan pahat. sebagian panas terbawa oleh geram yang
dihasilkan, sebagian disalurkan ke pahat dan sebagiannya lagi di salurkan ke benda
kerja menuju sekeliling permukaannya (Zaenal Abidin,2010).
Tabel 2.2 Keausan yang diizinkan[3]
Keausan pahat yang diizinkan (mm)
Operation
High speed steel tools Carbide tools
Turning 1,5 0,4
Face Milling 1,5 0,4
End Milling 0,3 0,3
Drilling 0,4 0,4
Reaming 0,15 0,15

2.6 Metode Pendinginan


a. Kering
Kering merupakan suatu cara proses pemesinan atau pemotongan logam
tanpa menggunakan cairan pendingin melainkan menggunakan partikel udara
sebagai media pendingin selama proses pemesinan berlangsung.
b. Basah
Pemberian cairan pendingin selama proses pemesinan memiliki pengaruh
yang besar terhadap proses pemesinan. Cairan pendingin berfungsi sebagai
pembersih atau pembawa geram (terutama dalam proses gerinda) dari daerah
pemotongan dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin perkakas serta
melindungi benda kerja dan komponen mesin dari korosi. Selain itu cairan
pendingin juga dapat digunakan untuk memperpanjang umur pahat, dan juga dapat
mengurangi panas dan gesekan yang timbul disepanjang daerah pemotongan.

2.7 Pendingin Yang Digunakan


Media pendingin yang digunakan pada penelitian ini adalah dromus oil,
Minyak kotor kelapa sawit (MIKO), dan minyak kernel (PKO).
14

a. Dromus oil
merupakan minyak mineral hasil penyulingan dan adiptif yang komposisi dan
sifat kimianya pada tabel 2.3 Dromus Oil memberikan pendinginan yang sangat
baik, pelumasan dan perlindungan karat digunakan dalam berbagai pengerolan dan
pengerjaan mesin. Dromus oil mempunyai kelarutan tingkat tinggi terhadap air
sehingga dapat diemulsikan dengan rasio air:dromus oil biasanya 20 : 1 sampai 40
: 1 dengan demikian memungkinkan dimanfaatkan sebagai pendinginan pada
pengerasan baja.
Tabel 2.3 Komposisi dan Sifat Kimia Dromus Oil [5]
Komposisi
No Nama Proportion Chemical Properties

1 Sodium sulphonate 1 - 4.9% Initial boiling: > 100 0C

2 Polyolefin ether 1 – 3% Flash point: > 100 0C

3 Alkyl amide 1 -3 % Density: 930 Kg/m3 at 15 0C

Long chain alkenyl


Kinematic viscositty 400
4 amide borate 1 – 2.4%
mm2/sec

b. Minyak kotor kelapa sawit (MIKO)


Minyak kotor kelapa sawit (MIKO) adalah cairan dengan konsistensi yang
kental dengan warna kecoklatan, yang memiliki kandungan air (95-96%), minyak
(0,6- 0,7%), dan 4-5% total padatan yang terutama berasal puing-puing dari buah
dengan nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand) yang sangat tinggi (nilai COD sering lebih besar dari 80.000 mg/l).
Apabila limbah tersebut dibuang langsung ke lingkungan, sebagian akan
mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut dalam air.
15

Tabel 2.4 Kandungan minyak kotor sawit [7]


No Parameter Satuan Konsenterasi
1 Ph - 4,7
2 Temperatur oC 8-90
3 BOD 3 hari, 300C mg/L 25.000
4 COD mg/L 50.000
5 Total Solid mg/L 40.500
6 Suspended Solids mg/L 18.000
7 Total Volatile Solids mg/L 34.000
8 Amonical-Nitrogen mg/L 35
9 Total Nitrogen mg/L 750
10 Phosporus mg/L 18
11 Potassium mg/L 2.270
12 Magnesium mg/L 615
13 Kalsium mg/L 439
14 Boron mg/L 7,6
15 Iron mg/L 46,5
16 Manganese mg/L 2,0
17 Zinc mg/L 2,3

c. Minyak kernel kelapa sawit (PKO)


Minyak kernel kelapa sawit merupakan minyak nabati yang dapat dimakan
berasal dari kelapa sawit. Komposisi asam lemak minyak inti kelapa sawit mirip
dengan minyak kelapa, keduanya dikenal sebagai minyak laurat, Berbeda
dengan minyak sawit yang berwarna merah jingga, minyak inti kelapa sawit
berwarna kuning berasal dari hasil olahan lanjut kernel atau inti kelapa sawit.
Tabel 2.5 Kandungan minyak kernel sawit [7]
Senyawa kimia Komposisi Rasio
Methyl octanoate 2.52 1083
Methyl nonanoate 0.34 1183
Methyl decanoate 3.10 1282
Methyl decanoate 0.44 1282
Methyl dodecanoate 19.49 1481
16

Methyl tetradecanoate 9.97 1680


11-hexadecenal 1.67 1808
14-Methyl pentadecanoate 10.40 1814
Hexadecanoic acid 4.93 1968
Methylloctanoate 0.60 2077
12-methyl octadecenoate 17.90 2085
Octadecanoic acid 9.74 2167
6-Octadecanoic acid 14.69 2175
2-hydroxyl-1- 2.18 2498
methylhexadecanoate
3-hydroxyl-9-octadecenoate 2.62 2527

2.8 Metode Variabel Acak


Metode ini untuk menggambarkan hasil-hasil percobaan sebagai nilai-nilai
numerik secara sederhana, kita menggunakan apa yang disebut sebagai variabel
acak. Jadi variabel acak dapat didefinisikan sebagai deskripsi numerik dari hasil
percobaan. Variabel acak biasanya menghubungkan nilai-nilai numerik dengan
setiap kemungkinan hasil percobaan. Karena nilai-nilai numerik tersebut dapat
bersifat diskrit (hasil perhitungan) dan bersifat kontinu(hasil pengukuran) maka
variabel acak dapat dikelompokkan menjadi variabel acak diskrit dan variabel acak
kontinu.

2.9 Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini yaitu semakin dalam pemakanan maka semakin
tinggi laju keausan.karena dengan kecepatan putar yang tinggi maka kemungkinan
sisi pada permukaan pahat akan lebih sering bersinggungan dengan benda kerja.
Selain itu kecepatan pemakanan akan membuat aliran geram lancar sehingga tidak
terjadi penumpukan geram pada bidang geram pahat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Proses penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini, yang
ditunjukkan pada gambar 3.1 yang mewakili alir kerja atau proses.
Mulai

Studi Literatur dan Survei Lapangan

Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Alat Uji Pembuatan Spesimen

Pengujian

Analisa data
Pengujian

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

18
18

a. Mulai
Dalam menyusun tugas akhir harus menentukan terlebih dahulu kapan akan
memulai penelitian menyiapkan jadwal serta apa yang harus dilakukan.
b. Studi Literatur
Mengumpulkan informasi dan juga data- data yang menunjang penelitian ini
dengan bantuan berbagai macam jurnal yang ada diperpustakaan maupun di
internet.
c. Perumusan Masalah
Setelah mengkaji dan mempelajari studi pustaka dari berbagai sumber maka
akan mendapatkan pengetahuan untuk melakukan penelitian yang akan dilakukan
ini.
d. Persiapan alat dan bahan
Mempersiapkan alat untuk pengujian, dan membuat spesimen uji untuk
pengujian.
e. Pengujian
Melakukan pengujian terhadap spesimen yang telah dibuat.
f. Analisa
Dibagian ini yaitu menganalisa hasil dari proses pengujian pada spesimen uji.
g. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data dari proses diatas maka selanjutnya menganalisis
dengan menggunakan data yang ada dan membahasnya untuk menarik kesimpulan.
h. Selesai
Proses dimana berakhirnya pengujian tugas akhir.

3.2 Alat dan Bahan


Dalam pengujian keausan ini bibutuhkan alat dan bahan yang digunakan,
yaitu:
1. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
a. Mesin Frais (Milling) konvensional di Bengkel Produksi Teknik Mesin
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA.
b. Micrometer
19

c. Tribometer
d. Kuas untuk pengaplikasian coolant terhadap pahat

2. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :


a. Material Baja AISI 1020
b. Cairan pendingin
Ada tiga jenis cairan pendingin yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu minyak kernel kelapa sawit, minyak kotor kelapa sawit, dan shell
dromus B-UK.
c. Pahat Endmill jenis carbide ø 10 mm.

3.2.1 Peralatan Yang Digunakan


Alat yang diperlukan untuk pengujian ini menggunakan mesin Milling
konvensional manual, alat pengukur keausan , Adapun dengan spesifikasi dibawah
ini:
Mesin milling adalah suatu mesin perkakas yang menghasilkan sebuah bidang
datar dimana pisau berputar dan benda bergerak melakukan langkah pemakanan.
Sedangkan proses milling adalah suatu proses permesinan yang pada umumnya
menghasilkan bentuk bidang datar karena pergerakan dari meja mesin, dimana
proses pengurangan material benda kerja terjadi karena adanya kontak antara alat
potong (cutter) yang berputar pada poros dengan benda kerja yang tercekam pada
meja mesin.
Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi
gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan
diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada poros
mesin milling. Poros mesin milling atau mesin frais adalah bagian dari sistem utama
mesin milling yang bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga
menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan. Gerakan pemotongan pada cutter
jika dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam maka akan terjadi gesekan
sehingga akan menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat
20

terjadi karena material penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan


benda kerja.
Tujuan mesin frais adalah Menghasilkan benda kerja dengan permukaan yang
rata atau bentuk–bentuk lain yang spesifik seperti profil, radius, silindris, dan lain-
lain dengan ukuran dan kualitas tertentu.

3.2.2 Bahan yang dibutuhkan saat pengujian


Adapun Bahan yang diperlukan untuk pengujian akan disajikan seperti baja
AISI 1020, minyak kotor sawit (miko), minyak kernel sawit (PKO),dan dromus oil
B, adapun spesifikasi dan kandungan dibawah ini:
a. Material benda kerja yang akan di uji sesuai dengan bahan FFB Conveyor
Adalah baja AISI 1020
Data Spesifikasi Baja AISI 1020 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Spesifikasi Bahan Baja AISI 1020
Keterangan Satuan metric
Tegangan Tarik 420 Mpa
Massa Jenis 7.87 g/cm3
Tegangan Luluh 350 Mpa
Modulus Elastisitas 205 Mpa
Poisson’s ratio 0.29

Tabel 3.2 Unsur kimia AISI 1020


Kode C% Si % Mn % Mo % P % Cr %
AISI 1020 0,20 – 0,15– 0,50 – 0,20 – 0,0035 0,90 –
0,30 0,35 0,70 0,30 Max 1,40

b. kandungan media pendingin yang akan di uji adalah bahan media pendingin
minyak kotor (miko sawit), minya kernel sawit (PKO),dan dramus oil.

• Kandugan minyak kotor sawit (miko sawit)


Minyak kotor sawit adalah minyak hasil pembungan pada saat pengolahan
minyak murni, dan biasanya minyak ini terapat di bak vit setelah dari bak vit
barulah minyak di pompa ke dalam bak limbah yang terdiri dari 3 bak limbah, bak
1 iyalah bak yang pertama sekali menampung minyak kotor sawit, barulah minyak
21

tersebut disaring lagi di bak 2 di karenakan libah cair minyak kotor (MIKO) banyak
sekali kotoran yang dibawah pada saat diolah, dan barulah yang terakhir. minyak
disaring lagi dan ditampung di bak 3. Bisa dilihat juga bahwa kandungan minyak
kotor bisa juga dikembangkan sebagai bahan media pendingin.

• Minyak Kernel Sawit (Palm Kernel Oil)


Minyak kernel kelapa sawit (palm kernel oil) merupakan minyak nabati yang
dapat dimakan berasal dari kelapa sawit Komposisi asam lemak minyak inti kelapa
sawit mirip dengan minyak kelapa, keduanya dikenal sebagai minyak laurat
Berbeda dengan minyak sawit yang berwarna merah jingga, minyak inti kelapa
sawit berwarna kuning berasal dari hasil olahan lanjut kernel atau inti kelapa sawit.
Minyak kernel kelapa sawit lebih jenuh dibanding minyak sawit dan titik
leburnya lebih rendah, dengan komposisi yang mirip dengan minyak kelapa. Kernel
dalam istilah botani merupakan biji kelapa sawit. Inti basah (dengan kelembaban
berkisar 6%) kernel mengandung berkisar 47-50% minyak inti kelapa sawit. Pada
suhu tinggi inti kelapa sawit dapat mengalami perubahan warna, sehingga
minyaknya akan berwarna lebih gelap. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak
sawit adalah pada perebusan yaitu sekitar 130 °C, suhu maksimum tersebut dibatasi
untuk mencegah terlalu banyak inti yang berubah warna. Mutu minyak inti sawit
sendiri tergantung pada mutu inti sawit. Minyak inti sawit yang baik memiliki kadar
asam lemak bebas yang rendah, dengan warna kuning pucat yang mudah
dipucatkan. Minyak kernel sawit ini juga berpotensi bisa di jadikan media
pendingin proses permesinan milling.

• Dromus oil B
Minyak dromus B ialah minyak Dromus A yang dicampur air dengan
perbandingan 1:20 sehingga warnanya berubah menjadi putih seperti susu,
fungsinya sebagai pendingin pada proses bubut, pengefraisan, skrap, menggergaji,
mengebor dan menggerinda.
22

3.3 Waktu dan Tempat


Waktu dalam penganbilan data dimulai dari tanggal 1 oktober – 1desember
2020 dan tempat pengambilan data dilakukan di PT.Lambang Bumi Perkasa.
Sedangkan waktu dalam pengujian dan simulasi dimulai dari tanggal 16 Febuari
2021 dan bertempatan di jurusan teknik mesin polsri.

3.4 Pelaksanaan Langkah pengerjaan


Adapun langkah-langkah dalam pengujian sebagai berikut:
1. Mempersiapkan peralatan, benda kerja, dan mesin milling konvensional
manual.
2. Persiapkan benda kerja sesuai ukuran.
3. Persiapkan tool yang akan di pakai.
4. Pasang pisau frais pada rumah pahat pada mesin Milling Konvensional manual.
5. Pasang benda kerja pada ragum mesin Milling konvensional manual dan
kemudian kencangkan ragum.
6. Memasang peralatan metode pendinginan dengan menggunakan variasi media
pendingin seperti, minyak kotor sawit (MIKO), minyak kernel sawit (PKO) dan
Dromus oil.
7. Melakukan setting mesin milling Konvensional manual.
8. Hidupkan mesin milling Konvensional manual dan lakukan setting.
9. Melakukan proses permesinan milling konvensional manual, proses permesinan
milling konvensional manual sesuai variasi parameter yang telah di tentukan.
10. Metode pendinginan memakai kuas untuk memerciki pahat gurdi Atau dengan
botol yang di tambah selang dan pendingin yang akan di teteskan ke pahat dan
benda kerja yang bersinggungan.
11. Matikan mesin Miling konvensional manual.
12. Lepaskan benda kerja pada ragum mesin milling.
13. Lalu lepaskan pahat yang terpasang di rumah pahat.
23

3.5 Pengambilan Data


Pengukuran keausan pahat dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
Mikroskop ini juga dilengkapi dengan skala okuler yang digunakan untuk
mengukur keausan pahat dengan ketelitian 0,01mm. Sedangkan untuk bagian yang
di ukur tingkat keausan dari pahat yang berdiameter 10 mm adalah bagian atas, dan
bagian samping pada pahat karena pada bagian ini terjadi penyayatan dan terjadi
gesekan dengan material benda kerja. Pada saat pengukuran keausan pahat
diberikan pencahayaan yang bagus agar keausan pahat dapat terlihat jelas dengan
menggunakan mikroskop.

3.6 Variabel Pengukur


Variabel yang digunakan dalam pengukuran ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat, dan Variabel tetap.
Tabel 3.3 Variabel pengukur
No Variabel Keterangan
Jenis media pendingin
1 Bebas
(Dromus,PKO,MIKO)
2 Tetap Benda kerja (AISI 1020)
3 Terikat Keausan Pahat

3.6.1 Variabel Bebas


Variabel bebas adalah variabel yang divariasi oleh eksperimen. Seorang
peneliti memilih variabel bebas berdasarkan pada hipotesis penelitian (ide) yang
ingin peneliti uji. bahwa variabel bebas yang peneliti pilih, karena menurut peneliti
itu mungkin berpengaruh pada proses yang sedang dia pelajari. Variabel bebas yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah media pendingin minyak kotor sawir
(MIKO), Minyak kernel sawit (PKO),dan Dromus.
24

Tabel 3.4 Variabel bebas


Kecepatan Pemakanan (Rpm)
Kedalaman
Kode Media Pendingin
Pemakanan
600 Rpm 800 Rpm 1200 Rpm
(mm)
A MIKO 0,5 1 2 3
B PKO 0,5 1 2 3
C Dromus 0,5 1 2 3

3.6.2 Variabel tetap


Variabel yang sengaja dipertahankan tetap. Tujuannya untuk memastikan
bahwa perubahan hasil percobaan bukan karena variabel ini. Variabel tetap disebut
juga variabel kontrol atau variabel terkontrol. Variabel tetap dalam penelitian ini
adalah kedalaman pemakanan dan proses pemakanan pada proses milling.

3.6.3 Variabel Terikat


Variabel terikat yaitu variabel yang faktornya diamati dan diukur untuk
menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah nilai kekerasan pada benda kerja hasil proses pengefraisan.

3.7 Data Hasil Percobaan


Data dalam penelitian yang akan diambil data seperti yang terlihat pada Tabel
3.5 sebagai berikut:
25

Tabel 3.5 Data Hasil percobaan


Media Kecepatan
Kode Kedalaman Nilai Keausan
Pendingin Rpm

600 A 1
A MIKO 800 A 2
1200 A 3
600 A 1
B PKO 800 A 2
1200 A 3
600 A 1
C Dromus 800 A 2
1200 A 3
DAFTAR PUSTAKA

1.) Daryanto, Drs. 2006. Mesin Perkakasa Bengkel. Jakarta : Rineka Cipta.
Diakses pada 03-02-2021

2.) Dolinsek, Slavko, dkk. 2001. Wear Mechanisms of Cutting Tools in High-
Speed Cutting Processes. Slovenia : University of Ljubljana, Faculty of
Mechanical Engineering. @ Elsevier. Diakses pada 07-02-2021

3.) Jurnal Ilmiah “MEKANIK” Teknik Mesin ITM, Vol. 3 No. 2, November
2017. Diakses pada 01-02-2021

4.) Rochim, Taufiq. 1993. Teori & Teknologi Proses Pemesinan. Laboratorium
Teknik Produksi, FTI, Institut Teknologi Bandung. Diakses pada 02-02-2021

5.) Wahyu Chandra. 2017.


https://www.google.com/search?q=spesifikasi+dromus+oil&oq=spesifikasi
+dromus+oil&aqs=chrome..69i57j33i160.10778j0j7&sourceid=chrome&ie
=UTF-8. Diakses pada 09-02-2021

6.) Wibowo,Dodi; Gusri Akhyar; dan Arinal Hamni. April 2014. Pengaruh Gerak
Makan Dan Kecepatan Putaran Terhadap Aus Pahat HSS Pada Pengeboran
Baja ASTM A1011 Menggunakan Pelumas Minyak Goreng, Vol.2, No.2,
Jurnal FEMA. Diakses pada 09-02-2021

7.) Wikipedia. 2020


https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit#:~:text=Minyak%20sawit%20
mengandung%2041%25%20lemak,kadar%20lemak%20jenuh%20yang%20
tinggi. Diakses pada 09-02-2021

Anda mungkin juga menyukai