Disusun oleh :
Markus
NIP : 19580426 198903 1 001
2 Penulis
a. Nama : Markus
b. NIP : 19580426 198903 1 001
c. Pangkat/Golongan : III / c
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Program Studi : Teknik Pendingin dan Tata Udara
f. Jurusan : Teknik Refrigerasi dan Tata Udara
Menyetujui,
Ketua Jurusan / Program Studi
Markus, ST., MT
NIP : 19580426 198903 1 001
Alhamdulillah akhirnya penulisan bahan ajar untuk mata kuliah Teknik Kerja
Bangku dan Las dapat diselesaikan. Mata kuliah ini telah beberapa kali mengalami
pergantian nama mulai dari Tekniknologi Mekanik 2, Teknologi Mekanik RHVAC, dan
sekarang menjadi Teknik Kerja Bangku dan Las.
Sebelum bahan ajar ini dirangkum dalam satu buku, mahasiswa mempelajari mata
kuliah ini dari catatan-catatan dosen yang dirangkum dari beberapa referensi, sehingga
sangat terasa penyampaian materi tidak sistematis, dan muda-mudahan dengan adanya
buku ini akan memudahkan proses penyampaian materi dari dosen dan memudahkan
mahasiswa dalam menyerap ilmu yang diberikan.
Namun, buku ini hanyalah rangkuman dari beberapa buku sebagai referensi, dan
hasil cuplikan dari tulisan yang penulis ambil dari internet, sehingga untuk melengkapi
pengetahuan dan menambah wawasan mahasiswa maka akan lebih baik bila mahasiswa
membaca referensi dari sumber lainnya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih, khususnya pak Ade
Suryatman Margana yang telah banyak memberikan catatan-catatan, dan juga semua
rekan-rekan di Laboratorium Mekanik RHVAC. Demikian pula untuk pak Windy dan
pak Apip yang telah banyak membantu penulis, dan juga semua staf refri yang telah
banyak membantu penulis.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan waktu, penyusunan bahan ajar ini terasa
masih banyak kekurangan, dan dengan berjalannya waktu semoga perbaikan-perbaikan
dapat penulis lakukan sehingga akan menjadi lebih baik.
Akhirnya, semoga semua amal soleh kita mendapat rido dari Allah SWT.
Ada beberapa faktor dalam penyelenggaran pendidikan agar didapat lulusan yang
menguasai ilmu atau keterampilan yang diajarkan sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan. Pertama adalah kurikulum yang baik, kemudian fasilitas penunjang yang
baik, penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang baik, serta lingkungan
akademik yang menunjang.
Salah satu fasilitas penunjang KBM yang dapat disiapkan adalah adanya Bahan
Ajar, yang mana akan sangat membantu dalam proses penyampaian ilmu pengetahuan
atau keterampilan. Untuk itu, kami perlu bersyukur, karena Politeknik Negeri Bandung,
dapat memberikan bantuan dari sumber dana DIPA, untuk kegiatan pembuatan Bahan
Ajar ini.
Pada tahun 2009, program studi Teknik Refrigerasi dan Tata Udara, mendapat
kuota penulisan bahan ajar sebanya 4 judul dengan jumlah dana sepuluh juta rupiah.
Alhamdulillah untuk tahun anggaran 2010, Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara
mendapat kuota lebih banyak yaitu 19 Judul Bahan Ajar pada termen pertama ini.
Kesempatan ini telah dimanfaatkan oleh hampir seluruh pengajar, dan kami
mengucapkan terimakasih kepada pengajar yang telah memanfaatkan kesempatan ini.
Satu harapan dengan kegiatan penulisan Bahan ajar ini adalah khazanah pustaka /
referensi yang ada di Jurusan Teknik Refigerasi semakin bertambah. Mudah-mudahan
dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan juga siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Semoga dengan kegiatan ini, akan mendorong bagi staf pengajar lainnya untuk
juga menulis dan menyiapkan Bahan Ajar bagi mata kuliah-mata kuliah yang lain.
Halaman
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBBP)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
halaman
Tabel 1.1 Jumlah panjang kabel elektroda dan kabel massa
Terhadap kapasitas arus listrik ................................................. 8
Tabel 1.2 Pengaruh polaritas terhadap penetrasi hasil pengelasan .......... 17
Tabel 2.1 Warna tabung gas ..................................................................... 38
Tabel 2.2 Warna selang gas ...................................................................... 40
halaman
Gambar 1. 1 Skema nyala busur ............................................................ 2
Gambar 1. 2 Ruang pengelasan dengan peralatannya ………………… 5
Gambar 1. 3 Trafo las dengan kabel tenaga, kabel elektroda, dan
kabel massa ........................................................................ 7
Gambar 1. 4 Kabel elektroda dengan pemegang elektroda, kabel
massa dengan penjepit massa ............................................ 7
Gambar 1. 5 Palu terak ........................................................................... 9
Gambar 1. 6 Palu konde ......................................................................... 10
Gambar 1. 7 Gerinda tangan .................................................................. 10
Gambar 1. 8 Sikat baja las ..................................................................... 11
Gambar 1. 9 Pemakaian peralatan keselamatan kerja juru las ……….. 12
Gambar 1.10 Kaca mata (topeng las) ..................................................... 13
Gambar 1.11 Apron (pelindung dada) .................................................... 13
Gambar 1.12 Sarung tangan las .............................................................. 14
Gambar 1.13 Sepatu las .......................................................................... 14
Gambar 1.14 Siap melaksanakan pengelasan ......................................... 15
Gambar 1.15 Macam kampuh las dan simbolnya …………………….. 16
Gambar 1.16 Rangkaian pengelasan dengan arus searah dan
skema nyala busur ……………………………………… 18
Gambar 1.17 Mesin las AC dan DC serta cara pengaturan polaritas ..... 19
Gambar 1.18 Cara 1 memulai penyalaan busur nyala listrik .................. 20
Gambar 1.19 Cara 2 memulai penyalaan busur nyala listrik .................. 20
Gambar 1.20 Cara memulai pengelasan ………………………………. 21
Gambar 1.21 Lebar alur las ……………………………………………. 22
Gambar 1.22 Berbagai bentuk gerakan/ayunan elektroda …………….. 23
Gambar 1.23 Berbagai posisi pengelasan ............................................... 24
Gambar 1.24 Cara penempatan elektroda pada pengelasan mendatar ... 25
Gambar 1.25 Cara penempatan elektroda pada pengelasan horizontal
dan vertikal ....................................................................... 25
Gambar 1.26 Kesalahan Undercutting ………………………………… 26
Gambar 1.27 Kesalahan Weaving fault ……………………………….. 27
Gambar 1.28 Kesalahan Surface porosity …………………………….. 27
Gambar 1.29 Kesalahan Fault of electrode …………………………… 28
Gambar 1.30 Kesalahan Weld spatter ………………………………… 28
Gambar 1.31 Kesalahan Alur las terlalu tinggi ……………………….. 29
Gambar 1.32 Kesalahan Alur las terlalu lebar ………………………… 29
halaman
Gambar 1. 33 Kesalahan Alur las tidak beraturan …………………….. 29
Gambar 1. 34 Kesalahan Alur las terlalu tipis (cekung) ………………. 30
Gambar 1. 35 Kesalahan Dasar concave (cekung) ……………………. 30
Gambar 1. 36 Kesalahan Dasar berlubang-lubang ……………………. 31
Gambar 1. 37 Kesalahan Incomplete penetration ……………………… 31
Gambar 2. 1 Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar 33
Gambar 2. 2 Skema proses penyalaan oksiasetilen …………………… 33
Gambar 2. 3 Nyala api netral dengan nyala inti dan nyala luar ............. 34
Gambar 2. 4 Nyala api asetilen .............................................................. 34
Gambar 2. 5 Nyala api karburasi ........................................................... 35
Gambar 2. 6 Nyala api oksidasi ............................................................. 35
Gambar 2. 7 Photo nyala api asetilen …................................................ 35
Gambar 2. 8 Photo nyala api karburasi ................................................. 36
Gambar 2. 9 Photo nyala api netral ....................................................... 36
Gambar 2. 10 Photo nyala api oksidasi ………………………………… 36
Gambar 2. 11 Tabung gas ……………………………………………… 38
Gambar 2. 12 Regulator tabung gas …………………………………… 39
Gambar 2. 13 Torch (Brander) ................................................................ 41
Gambar 2. 14 Kaca mat alas gas ………………………………………. 41
Gambar 2. 15 Bagian-bagian dari tabung asetilen dan oksigen
untuk pengelasan oksiasetilen ………………………….. 44
Gambar 3. 1 Ragum tang ....................................................................... 45
Gambar 3. 2 Ragum Sejajar .................................................................. 46
Gambar 3. 3 Tinggi Ragum ................................................................... 46
Gambar 3. 4 Pencekaman benda kerja datar ......................................... 47
Gambar 3. 5 Pencekaman benda kerja silindris ................................... 48
Gambar 3. 6 Pencekaman benda kerja tipis ......................................... 48
Gambar 3. 7 Pencekaman benda kerja tidak beraturan ........................ 48
Gambar 3. 8 Pencekaman memggunakan alat bantu ........................... 49
Gambar 3. 9 Pemilihan daun gergaji .................................................... 50
Gambar 3. 10 Pemasangan daun gergaji ................................................ 50
Gambar 3. 11 Menggergaji ..................................................................... 52
Gambar 3. 12 Palu .................................................................................. 52
Gambar 3. 13 Jenis palu ......................................................................... 53
Gambar 3. 14 Bagian pemegang palu .................................................... 53
Gambar 3. 15 Pemasangan kepala palu .................................................. 54
Gambar 3. 16 Penggunaan palu .............................................................. 55
Gambar 3. 17 Kikir ................................................................................. 55
halaman
Gambar 3. 18 Peilihan kikir .................................................................... 56
Gambar 3. 19 Pemasangan pemegang kikir …………………………… 57
Gambar 3. 20 Melepas pemegang kikir ……………………………….. 58
Gambar 3. 21 Posisi kaki dan badan ....................................................... 58
Gambar 3. 22 Mengikir permukaan rata ................................................. 61
Gambar 3. 23 Mengikir ujung bulat dan chamfer ................................... 61
Gambar 3. 24 Membersihkan kikir ......................................................... 62
Gambar 3. 25 Pahat tangan ..................................................................... 63
Gambar 3. 26 Pemahatan ........................................................................ 64
Pedoman Mahasiswa
Bahan Ajar ini merupakan teori tentang las listrik SMAW, las gas, dan kerja
bangku, serta bukan satu-satunya bahan rujukan bagi mahasiswa. Mahasiswa wajib
membaca buku lain yang berkaitan denga las listrik, gas, dan kerja bangku. Mahasiswa
diwajibkan membuat benda kerja, sehingga mahasiswa harus berperan aktif selama
praktikum.
Pedoman Pengajar
Mata kuliah ini diajarkan menggunakan pendekatan kompetensi, sehingga pada
akhir perkuliahan mahasiswa mempunyai kompetensi dalam keterampilan las listrik dan
gas posisi datar dan menyudut, serta membuat benda kerja dengan peralatan kerja
bangku. Untuk setiap topik, pengajar mengacu pada GBPP disertai dengan contoh
demonstrasi, untuk selanjutkan mahsiswa melakukan contoh yang telah dilakukan.
Sesuai dengan jumlah topik yang diberikan, maka mahasiswa dibagi menjadi tiga
kelompok (9-10 orang/kelompok). Ketiga kelompok akan dirotasi, sehingga akan
memperoleh jatah waktu yang sama, dan diharapkan memperoleh kesempatan yang sama
untuk setiap topik.
Terdapat beberapa ilustrasi dalam bahan ajar ini, yang diperoleh dari beberapa
buku. Penulis berusaha mencari gambar-gambar ilustrasi yang sesuai denga alat-alat yang
digunakan di laboratorium, namun sebagian tidak persis dengan yang ada tetapi
fungsinya tetap sama. Dosen diharapkan selalu mencari gambar-gambar peralatan terbaru
sebagai tambahan wawasan sebagai bekal mahasiswa terjun didunia industri.
Instruktur
Tanggung jawab instruktur adalah jelas bekerja dengan baik dan berkewajiban
untuk :
Memberikan instruksi dengan baik, tepat dan aman untuk tiap-tiap
bagian yang akan dikerjakan.
Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan kerusakan.
Melapor segera bila mana terjadi kecelakaan, kerusakan pada mesin maupun alat-
alat dan mencatat peristiwa tersebut.
Storeman
Tugas sebagai storemen adalah harus bertanggung jawab penuh terhadap alat-alat
dan mesin-mesin yang ada didalam bengkel. Storeman berkawajiban untuk :
Memelihara nalat-alat kerja
Memberikan alat yang tepat untuk digunakan kepada pekerja atau pelajar.
Mencatat keluar masuk barang.
Mencatat kerusakan alat-alat kerja.
1.3 Mesin
Pertimbangan
Sebelum bekerja pada suatu mesin kita harus mempertimbangkan dan mengikat
akan keanan bekerja, sehingga bekerja akan berjalan lancer :
Tempat atau Jenis:
Dimesin mana, dan jenis mesin harus diketahui.
Lingkungan dan suasana tempat kerja.
Penyaman atau perintang bagian yang berbahaya atau berputar.
Landasan atau ijakan operator.
Kebersihan mesin.
1.5 Kebersihan
Bersihkan tangan sebelum bekerja.
Segera bersihkan pula setelah selesai.
Gunakan pakiaan kerja sebersih mungkin.
Gunakan cream khusus bila perlu untuk pelindung.
1.9 Kemampuan
Pada saat mengunakan benda kerja pada suatu mesin seperti misalnya mesin-
mesin bubut, bor, gergaji, frais, secrap, harus melihat kemampuan mesin. Sehingga
banyak pemakaian, kecepatan putaran, atau kecepatan potongnya haris ditentukan
berdasarkan akan kemampuan mesinnya, agar tetap aman. Kerusakan-kerusakan yang
terjadi, yang diakibatkan oleh beban lebih umumnya : Elektro motor terbakar, karena
sabuk penggerak atau kopling tidak slip.
1.10 Kacamata
Kacamata disini adalah kacamata untuk pelindung pada waktu bekerja. Ingat !
mata adalah indera manusia yang paling berharga. Maka jagalah selalu, dengan
menggunakan kacamata. Memang tidak mungkin kita menghindari dari segala
kemungkinan bahaya yang akan terjadi, tetapi kita dapat mempelajarinya, keadaan
sekeliling kita pada waktu bekerja.
Bentuk dan posisi yang benar untuk mengangkat benda yang berat.
CATATAN : Jangan memukul tangkai dengan palu atau memperpanjang dengan pipa
untuk mengeraskan tegangan dari penjepit.
Kebersihan lantai.
Majum harus disimpan dalam drum yang dilengkapi dengan tutup.
Hal yang membahayakan.
Minyak dan gemuk yang tumpah diatas lantai harus segera dibersihkan.
Posisi kaki.
Selama mengikir, berdiri di sebelah kiri ragum dengan kaki tetap pada tempatnya. Lutut-
lututnya harus dibentangkan. Jarak antara kaki disesuaikan dengan panjang kikir. Sudut
antara poros ragum da kaki kira-kira 30° untuk kaki kiri dan lebih kurang 75° untuk kaki
kanan.
Badan berdiri tegak pada posisi premulaan dan selanjutnya dicondongkan kedepan
selama gerakan peemotongan Kaki kanan tetap lurus selama pengikiran berlangsung dan
lutut kiri dibengkokan kedalam. Pandangan mata selalu ditunjukan ke benda kerja.
Bentuk kikir
Pada gambar ini menunjukan bentuk-bentuk kikir yang ummnya dipakai.
Salah satu permukaan ujung kikir rata berbentuk tirus. Ketirusan ini diperlukan untuk
pembagian tekanan dan menjaga keseimbangan getaran yang kecil pada waktu geteran
mengikir. Pengaruh getaran kikir yang tidak seimbang membuat keausan kikir.
CATATAN : Kikir yang dipakai harus bergagang jika ketentuan ini tidak diabaikan,
maka akan mengakibatkan tangan menjadi rusak disebabkan karena tangkai kikir akan
langsung bergesekan dengan telapak tangan.
Banyak
gigi/ 12 15 20 25 31 38 46 56 68 84 100 116
Cm
-3,5 00 0 1 2 3 4 5 6 8
Penunju
Panjang
4–8 00 0 1 2 3 4 5 6 8 kan
kikir
10 – 12 00 0 1 2 3 4 5 6 8 nomor
Keterangan
00 : Kasar 4 : Halus
0 : Setengah kasar 5 : Setengah lembyt
1 :Agak kasar 6 : Lembut
2 : Sedang 8 : Lembut sekali
3 : Setengah halus
Hand files : digunakan untuk mengikir pada bagian yang bersudut, tanpa merusak bagian
tepinya.
Square Files : digunakan untuk mengikir lubang-lubang yang berbentuk segi empat
Hole round files : digunakan untuk mengikir lubang yang berbentuk bulat da juga
mengikir yang mempunyai permukaan yang berbentuk cekung.
Round files : digunakan untuk mengikir lubang yang berbentuk bulat juga yang
berbentuk cekung.
Satu pembagian dari skala utama adalah 1 mm panjangnya. 1 pembaian dari skala nonius
adalah 0.98 mm panjangnya. Ii berarti sekala nonius 0,02 lebih pendek dari skala
utamanya. Dari gambar sebelah, diperlihatkan bahwa tiap pembagian mempunyai
pergantian 0,02 mm tiap satu bagiannya.
Ukuran Luar
1. gunakan bagian dalam dari mulut pengukur (seperti dalam gambar) untuk mencegah
kesalahan oada bagian muka.
2. gunakan rahang pisau kesalahan terjadi bila menggunakan rahang yang tidak
berbentuk pisau.
3. mengukur tegak lurus kepada pusat (seperti dalam gambar) dari poros-poros tersebut,
akan mendapatkan hasil yang benar.
Ragum
Ragum banyak digunakan untuk mencekan benda kerja yang berbentuk dan
berukuran yang teratur. Ada dua macam ragum, yaitu ragum tangan dan ragum
mesin. Ragum tangan banyak digunakan pada mesin bor, sedang ragum mesin
banyak digunakan pada mesin bor, frais dan asah.
Baut T
Alat bantu ini dipasang pada alur meja mesin bor dan mencekam benda kerja pada
meja mesin. Ring harus dipasang pada baut ini sehingga didapat hasil
pencekaman yang baik.
Klem C
V= .d.n
1000
= kecepatan potong dalam m/ menit
d = diamater bor dalam mm
n = banyak putaran dalam RPM
misalnya kita akan mengebor baja dengan diameter 10mm maka kecepata petaran mesin
yang digunakan ( baja 60 kg/ mm² )
n= 1000 . v rpm
.d
Untuk bahan baja didalam daftar didapat 20 – 22
n= 1000 . 20 = ± 360 rpm
. 10
Dalam mengubah kecepatan pada mesin bor digunakan : Puli bertingkat yang hanya
digunakan pada mesin bor bangku, cara pemindahannya kecapatan hanya mengubah
kedudukan sudut V sesuai dengan putaran yang dinginkan.
Tap Tangan
Tap tangan biasanya terdiri dari tiga buah dalam satu set untuk diameter 50 mm. Ada
juga hanya satu buah untuk lubang tembus dan lubang tidak tembus tangkainya dibuat
halus dan biasanya dilengkapi dengan bentuk segi empat untuk tempat pemegang tap.
Tap no. 1 ( satu lingkaran )
Tap no.1 inilah yang pertama digunakan, mempunyai bentuk tirus diujungnya untuk
mempermudah pemotongan. Bentuk ulir yang dihasilkan no.1 ini hanya 55% dari bentuk
ulir yang sesungguhnya.
Tap no.2 (dua lingkaran )
Tap no.2 ini dipakai setelah no.1. Bentuk tirus pada ujngnya lebih pendek daripada no.1.
tap no.2 ini hanya 25% pemotongannya.
Tap no.3 (tiga lingkaran / tidak ada )
Tap no.3 ini adalah tap yang terakhir dan yang membentuk profil ulir yang penuh. Dan
badian tirus pada ujungnya sangat pendek sehingga dapat mencapai dasar untuk lubang
yang tidak tembus.
Pemegang tap
Pemegang tap harus mempunyai ukuran yang memadai, sehingga memungkinkan
penjepitan dengan baik pada bagian segi empat dari tangkai tap. Pemegang tap dengan
rahang-rahang yang dapat digerakan adalah yang paling tepat (baik).
Catatan : Tabel diatas adalah tebel sederhana untuk pengetapan yang mana
penulis hanya memberikan data-data untuk pengetapan, yang sering digunakan
sehari-hari, adapun yang memudahkan penggunaan mata bor, yang tidak didapat
misalnya : mata bor ¢2,1 dapatdiganti dengan mata bor ¢2, mata bor dengan
diameter 2,9 dapat diganti dengan ¢3 dan seterusnya.
Dilengkapi dengan empat atau lima baut yang runcing ujungnya. Baut penahan
membantu penempatan die ditangkai, terletek pada tangkai die yang besar terdiri dari dua
baut. Baut pusat, dengan ujung 60° digunakan untuk membuka die dengan ringan, sedang
dua yang lainya digunakan untuk mengunci die dan mengatur pemotongan.
Jika baut-baut dikeraskan terlalu kuat die akan patah. Kerja dengan die tertutup,
semua baut digunakan untuk menehan die.
Pahat potong : digunakan untuk memotong pelat-pelat besi yang tidak bias
dikerjakan dimesin potong. Bagian bawah dari sisi potong (didi potongnya ) ini
berbentuk datar.
Pemahatan
Sambil memahat, that harus selalu diperhatikan. Bertujuan untuk membetulkan
kemiringan pahat.selama pemukulan, sumbu dari palu besi harus lurus dengan sumbu
pahat. Lindungi mata dengan kacamata. Lindungi orang lain dari tatal-tatl yang
berterbangan.
Ujung pemotongan juga akan tajam jika pemahatan dengan memiringkan posisi
pahat, karena diakhir pemotongan terjadi pergeseran.
Menggerinda pahat
Usahakan ujung potong tetap tajam. Gerindalah mula-mula pahat disisi lengkung
batu gerinda. Penyelesaian dibuat disisi samping (muka) dengan tujuan untuk memper
oleh sudut baji yang diminta. Periksa sudut-sudut pahat dengan alat pemeriksa sudut dan
penyiku.
Jika mungkin, tandai pada benda kerja, tempat dan ukuran dari cap yang
digunakan.
Tentukan ruang atau tempat dimana teks akan dicapkan dengan maksud supaya
teratur atau simetris.
Tipe-tipe cap
PENGGORES
Penitikan adalah proses pembuatan lubang pada lubang pada benda kerja atau
bahan-bahan dengan alat-alat uyang diperkeras dan digerinda ujungnya dengan bersudut
± 300-900
Penekanan ujung penitik harus terhadap bahan yang lebih lunak, bagian yang ditekan
akan terdorong kepermukaan disekitar ujung penitik.
Penitik dengan ujung digerinda 600 akan betul-betul membantu mencapai tujuan-tujuan
dengan memuaskan.
Apabila diinginkan ketelitian dan kesempurnaan pada permukaan benda kerja, harus
digunakan penitik dengan ujung bersudut 300.
Penempatan pusat sebuah lubang yang akan dibor dengan bor yang diameter besar,
mempergunakan penitik dengan ujung bersudut 900 .
PEMINDAHAN UKURAN.
Mengatur kaki-kaki jangka pada ukuran yang dikehendaki, tempatkan satu ujung
pada satu garis skala dan yangt lain pada jarak yang dikehendaki.
Jangka berpegas terdiri dari sepasang kaki dari baja yang diatur oleh sebuah mur dan baut
dan disatukan dengan sebuah pegas bulat pada satu ujung.
Penggunaan jangka :
Untuk penggoresan lingkaran-lingkaran dan garis lengkung pada besi.
Untuk memindahkan suatu ukuran dari penggaris (penandaan jarak).
Ujung-ujung jangka
Untuk mendapatkan garis-garis yang tepat, ujung jangka haruslah setajam ujung
penggores.
15.3.Reamer
Pipa tembaga setelah dipotong ujungnya tidak rata pada bagian dalam maupun pada
bagian luarnya, harus diratakan dengan reamer . Pekerjaan membersihkan ujung
setelah dipotong sangat penting sebelum pipa diswaging atau proses flearng.
Satu sisi dari reamer untuk meratakan bagian luar ujung pipa dan sisi yang lain dari
Reamer untuk meratakan bagian dalam pipa.
15.4.Flearing tool
Untuk membuat proses flaring (mengembangkan pipa) ujung pipa agar dapat di
disambung flare fitting (sambungan pipa dari kuningan yang berulir). Flaring tool
terdiri dari dua buah penjepit (bar atau block) yang disatukan dengan baut dan mur
kupu-kupu/wing nut. Kedua penjepit ini diberi lubang dari beberapa ukuran 3/16 s/d
5/8 inch.
Sebuah joke ujungnya bercabang dapat diselipkan pada penjepit tersebut. Pada
bagian atas joke mempunyai sebuah baut yang panjang,. Pada bagian atas dari dari
dari baut tersebut diberi batang yang dapat berputar dan pada bagian bawah diberi
15.5.Swaging tool
Swaging adalah membesarkan ujung pipa agar dua buah pipa yang samadiameternya
dapat disambungkan dengan proses brazing. Swaging tool ada dua jenis yang sering
digunakan untuk membuat proses instalasi sistem pemipaan/tubing pada mesin AC /
mesin pendingin. Yaitu type:
a.Punch type
b.Screw type
Untuk jenis punch type pemakaian relatif sangat mudah, yaitu dengan cara memukul
Punch yang dimasukan pada pipa yang dijepit pada bars(block penjepit). Punch pipe
Yang digunakan tergantung pada diameter pipa yang akan di kembangkan.
Pemakaian swaging jenis srew hamper sama dengan flaring tool . Disisni flare cone
conenya ditukar dengan swaging punch (Swaging dies) yang mempunyaibebeberapa
beberapa ukuran.
15.6.Tube bender
Untuk membengkokan pipa tembaga lunak pada proses pengerjaan tubing dapat di
lakukan dengan tangan tanpa memakai alat, tetapi dengan memakai alat bending
pipa yang standar/benar akan diperoleh hasil bendingan yang tepat dan menghindari
kerusakan. khususnya pada diameter dalam pipa yang dibentuk.jangan sapai terjadi
pengecilan /reduksi diameter. Alat pembengkok (tube bender pipe) ada dua jenis:
a.Lever type tube bender
b.Spring type tube bender.
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran mahasiswa dapat mengelas listrik SMAW, mengelas las gas, dan
mengoperasikan peralatan kerja bangku sebagai dasar untuk praktek instalasi system
tata uadra dan pekerjaan tugas akhir.
III.1.1 Ragum
Ragum tang :
Disebut demikian karena gerakan
pencekaman benda kerja oleh rahangnya
mirip gerakan rahang dari tang. Sangat
sesuai untuk pekerjaan berat,
meluruskan, dan membengkokkan,
namun tidak cocok untuk untuk
mencekam benda kerja hasil proses
pemesinan.
Tinggi ragum :
Tinggi ragum harus disesuaikan dengan
tinggi orang yang menggunakannya.
1. Ukuran rahang harus sesuai dengan ukuran benda kerja yang akan dikerjakan
2. Ketinggian ragum harus sesuai
3. Rahang harus bersih dari geram yang menempel
4. Apakah perlu menggunakan penutup rahang, harus disesuaikan dengan
pekerjaan
5. Permukaan tutup rahang harus bersih dan rata
6. Permukaan benda kerja harus bersih dari geram
III.1.2 Gergaji
Daun gergaji terbuat dari material high-speed molybdenum atau baja paduan
tungsten. Posisi pemegang ada yang sejajar dengan daun gergaji (gambar), dan ada pula
yang membentuk sudut dengan daun gergaji.
III.1.3 Palu
Baji bulat :
- Berat antara 1 ons sampai 1,5 kg
- Baji digunakan untuk pengelingan
Baji melintang :
- Berat antara 1 ons sampai 1 kg
- Baji digunakan untuk merentangkan
benda kerja
Baji lurus :
- Berat antara 1 ons sampai 1 kg
- Baji digunakan untuk pengelingan
dibagian yang tidak terjangkau oleh baji
bulat.
III.1.4 Kikir
Kikir adalah perkakas tangan yang dibuat dari baja karbon tinggi, mempunyai
alur-alur pahatan yang sejajar di permukaannya.
Fungsi kikir :
Digunakan untuk membuang
kelebihan material dan untuk
menghasilkan permukaan serta
ukuran akhir.
Gambar 3.17 Kikir
- Kikir pahatan tunggal digunakan apabila diinginkan permukaan akhir yang halus, atau
untuk melakukan pengerjaan akhir pada material yang keras.
- Kelas kekasaran kikir dapat dibedakan menjadi : rough, course, bastard, second
cut, smooth, dead smooth.
- Periksa kelurusan/kerataan
permukaan menggunakan penyiku
rata
- Kelurusan dan kerataan permukaan
benda kerja dilihat dari adanya
sinar yang menembus celah antara
penyiku dengan permukaan benda
kerja
Mengikir chamfer :
- Cekam benda kerja dengan ragum pada
posisi sumbu vertikal
- Buat kemiringan chamfer sebesar yang
diinginkan
- Gerakkan kikir mengayun melingkari
Batang
Gambar 3.23 Mengikir ujung bulat dan - Apabila perlu kendorkan cekaman ragum
chamfer
dan putar benda kerja
III.1.5.1 Pemahatan
Sebelum pemahatan siapkan peralatan seperti : ragum, palu, kaca mata bening,
pahat tangan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan, dan periksa bagaimana
kondisi mata potong dan sudut baji.
Proses :
- Kenakan kaca mata pengaman
- Cekam benda kerja pada ragum
dengan kuat
- Genggam pahat tangan dengan kuat
menggunakan telapak tangan
- Tempelkan pahat pada permukaan
benda kerja pada posisi yang benar
- Besarnya sudut bebas sekitar
5 0 sampai 8 0 .
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memiliki dasar pengetahuan tentang teori dasar las busur nyala listrik, dan
diharapkan mampu menerapkannya dalam praktek.
Elektroda yang digunakan pada pengelasan jenis ini ada 3 macam yaitu :
elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos adalah
elektroda tanpa diberi lapisan dan penggunaan elektroda jenis ini terbatas antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Elektroda fluks adalah elektroda yang mempunyai
lapisan tipis fluks, dimana fluks ini berguna melarutkan dan mencegah terbentuknya
Fungsi-fungsi yang disebutkan diatas berlaku umum yang artinya belum tentu
sebuah elektroda akan mempunyai kesemua sifat tersebut.
Komposisi lapisan elektroda yang digunakan bisa berasal dari bahan organik
ataupun bahan anorganik ataupun campurannya. Unsur-unsur utama yang umum
digunakan adalah :
Tujuan Pembelajaran
Kabel tenaga
Trafo las (generator)
Kabel massa
Kabel elektroda
Pemegang elektroda
Penjepit massa
Meja las
Palu terak
Palu konde
Gerinda tangan
Mistar baja
Sikat baja
1. Kabel tenaga
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang
kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut.
Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat
dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output,
dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting
adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty
cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai
dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk mengecek kesesuaian
out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya yang terlihat pada tang
ampere. Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafo AC atau DC. hal ini
terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. Jika menggunakan multi electrode,
pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat
instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo
sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik,
maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on
kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan.
Atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas.
Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las dimatikan kembali.
Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga
lentur dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan
pada tabel) kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi dan terinstall
dengan kuat dengan trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang
tertera dalam indikator ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel
massa pada saat pengelasan harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai,
tidak tertekuk dan saling berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus
Gambar 1.3 Trafo las dengan kabel tenaga, kabek elektroda, dan kabel massa
Gambar 1.4 Kabel elektroda dengan pemegang elektroda, kanbel massa dengan
penjepit massa
Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah
menghantarkan arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaga. Pada
pemegang elektroda pada mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga
memudahkan tukang las memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam
penggunaannya elektroda harus ditempatkan pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan
dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau 45 derajat terhadap pemegang elektroda.
Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencengkeram
dengan kuat pada benda kerja. Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak
diperkenankan terkena busur las. Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda
disisakan 1 inch sehingga tidak sampai menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan
pemegang massa tidak diperkenankan untuk menjadi tempat mencopa
elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda kerja ditempatkan pada/
dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat maksimal/tidak
banyak arus yang terbuang.
Tabel 1.1 Jumlah panjang kabel elektroda dan kabel massa terhadap kapasitas
arus listrik
Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan
teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak
saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat
mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las.
2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam
menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan
maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat
pengelasan. Palu terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. apabila
sudah tumpul, maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai
menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi.
3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan
palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja
yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan
tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau digunakan untuk tujuan membantu
4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa
penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses
pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum
ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk
membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam
persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.
Dalam penggunaannya :
Periksa kabel gerinda apakah ada yang terkelupas atau tidak, jika ada segera
diisolasi agar operator tidak tersengat listrik. Pastikan saklar dalam kondisi OFF
sebelum kabel dihubungkan pada sumber listrik. Pastikan batu gerinda terpasang
dengan kuat dan tepat dan kemudian peganglah gerinda pada tangkai gerinda dengan
kuat. Hubungkan kabel gerinda dengan sumber listrik dan kemudian hidupkan dengan
5. Sikat baja
Alat Bantu sikat baja berfungsi untuk membersihkan permukaan benda kerja
yang akan dilas atau menyambung lasan yang terhenti karena pergantian elektroda.
Sikat baja digunakan setelah hasil lasan dibersihkan dengan palu terak, permukaan
harus bersih dari kotoran, adanya kotoran akan menghambat proses pencampuran cairan
lasan yang akan mengakibatkan cacat las.
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan. Penggunaan alat
keselamatan kerja las akan memberikan jamiman keselamatan kepada juru las maupun
lingkungan. Pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan kwalitas hasil lasan.
1. Pakaian kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman dalam
bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat mengotori pakaiannya. di
samping itu pula dengan menggunakan pakaian kerja juru las memiliki keleluasaan
untuk bergerak mengahadapi pekerjaannya. Pakaian kerja dapat terbuat dari bahan
katoon, kulit atau levis. Kemeja kerja jurulas dibuat lengan panjang dan bercelana
panjang.
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar
ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las. Apabila muka juru
las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan sel-sel kulit maupun daging
akan rusak. Pada helm las tertentu didesain dilengkapi dengan masker hidung, yang
fungsinya adalah melindungi diri dari asap las dan debu pengelasan. asap las, dan debu
ini akan mengganggu pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru
(pernapasan) serta ginjal.
Kaca las akan melindungi mata dari sinar las yang menyilaukan, sinar ultra
violet, dan infra red. Nyala-nyala ini akan mampu merusak penglihatan mata juru las,
bahkan dapat mengakibatkan kebutaan. Pemilihan kaca las disesuaikan dengan besar
kecilnya arus pengelasan yang digunakan juru las (lihat tabel) pada buku-buku referensi
pengelasan. contohnya adalah untuk pengelasan sampai 150 ampere menggunakan kaca
las NO 10.
Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red,
percikan bunga api las dan panas pengelasan. pelindung dada ini terbuat dari kulit yang
lentur.
5. Sarung tangan
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari sengatan listrik, panas
lasan, dan bend-benda yang tajam.
Sepatu las terbuat dari kulit yang pada ujungnya terdapat logam pelindung
dengan kapasitas 2 ton. Sepatu las akan melindungi juru las dari sengatan listrik,
kejatuhan benda, benda-benda yang panas dan benda-benda yang tajam.
Untuk menjadi seorang juru las yang kompeten maka seseorang harus dibekali
pengetahuan tentang :
Pemilihan ukuran elektroda biasanya sudah tercantum pada trafo las, sehingga
arus listrik yang digunakan tinggal menggeser hendel arus pada trafo.
Mahasiswa harus mengerti sedikit tentang ilmu bahan, terutama logam ferro dan
non-ferro, titik lebur logam, dan sifat-sifat logam.
Teknik dalam merangkai peralatan las busur manual ini harus dipahami oleh
mahasiswa. Tujuannya adalah agar pada saat melaksanakan perangkaian tidak
menimbulkan kecelakaan atau kesulitan. Hal-hal yang perlu dipahami adalah :
Alat keselamatan kerja yang dibutuhkan untuk merangkai peralatan las dan cara
penggunaannya
Bagian-bagian yang harus dikontrol sebelum perangkaian dilakukan
Posisi tubuh (sikap kerja) pada saat merangkai
Hal-hal yang harus dikontrol setelah proses merangkai selesai dilaksanakan
Kegiatan ini harus dapat diketahui dan dilakukan oleh mahasiswa, agar proses
pengelasan dapat berjalan dengan lancar. Jika kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh
mahasiswa maka proses menyetelan mesin las dan penggunaan alat keamanan harus
dijelaskan dahulu oleh instruktur.
Gambar 1.16 Rangkaian pengelasan dengan arus searah dan skema nyala busur
Mengelas dengan busur nyala listrik sebagai sumber panas, arus listrik yang
digunakan bisa berupa arus searah atau bolak balik. Dalam hal arus bolak balik tidak
masalah dengan polaritas, namun dengan menggunakan arus searah maka polaritas
harus benar-benar diperhatikan sebelum mulai pengelasan.
Beberapa jenis elektroda las sengaja dibuat untuk polaritas lurus maupun
polaritas terbalik arus searah. Apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan polaritas
maka nyala busur tidak konstan, produksi gas berlebihan, dan menimbulkan percikan-
percikan dan gelembung gas, sehingga penetrasi pengelasan tidak sempurna.
1. Pegang tangkai las elektroda hingga membentuk sudut ± 600 terhadap benda kerja.
2. Gerakkan/ayun elektroda hingga menyinggung permukaan benda kerja.
Sudut pengelasan sekitar 5o hingga 10o miring terhadap gerakan elektroda, dan
elektroda tegak lurus benda kerja.
Lakukan cara memulai penyalaan busur, tahan jarak elektroda setinggi garis
tengah elektroda.
Perbesar jarak elektroda menjadi dua kali garis tengah elektroda untuk
memanaska benda kerja.
Kalau benda kerja telah panas, kembalikan jarak elektroda ke posisi semula
yaitu satu kali garis tengah elektroda, dan miringkan elektroda hingga
membentuk sudut 5o hingga 10o.
Biarkan alur las terbentuk hingga 1,5 hingga 2 kali diameter elektroda, dan
gerakkan searah alur las dengan mempertahankan lebar alur hingga pengelasan
selesai.
Buang lapisan slag (terak).
Gambar 1.25 Cara penempatan elektroda pada pengelasan horizontal dan vertikal
Bagian yang tidak kalah pentingnya adalah seseorang/juru las harus mampu
mengenali kesalahan/kegagalan dalam pengelasan, dengan cara visual atau melakukan
uji terhadap hasil lasan. Adapun kesalahan-kesalaahan dalam pengelasan dapat dibagi
menjadi dua :
Kesalahan Undercutting
Sisi-sisi kampuh las ikut mencair dan masuk ke dalam alur las, sehingga
terbentuk parit disisi kanan dan kiri alur sehingga mengurangi ketebalan bahan. Hal ini
disebabkan terlalu tingginya temperatur pengelasan karena pemakaian arus yang terlalu
besar, dan ayunan elektroda terlalu pendek.
Bentuk alur bergelombang sehingga ketebalan alur tidak merata. Hal ini
disebabkan gerakan/ayunan elektroda terlalu besar.
Elektroda basah
Kampuh kotor
Udara sewaktu mengelas terlalu besar
Gas yang berasal dari galvanisasi
Bentuk alur las menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan pergantian
elektroda atau pada sambungan las yang sempat terhenti.
Alur las kasar dan punuh dengan bekas percikan-percikan las/slag, hal ini
disebabkan oleh :
Bentuk kampuh ramping dan menonjol ke atas, hal ini disebabkan oleh :
Jika dibandingkan dengan tebal benda kerja/pelat, alur las terlalu lebar, hal ini
disebabkan oleh kecepatan gerak elekktroda terlalu lambat.
Pada pengelasan pertama terjadi pencekungan, hal ini disebabkan oleh arus
terlalu besar atau kecepatan gerak elektroda terlalu tinggi sehingga sebagian cairan las
jatuh ke bawah.
Disebabkan oleh posisi elektroda terlalu dalam sewaktu mengelas dan arus
terlalu besar.
Akibat cairan las yang tidak tembus ke bawah, hal ini disebabkan beberapa hal
yakni :
Nyala Oksiasetilen
Sebagai sumber panas digunakan campuran gas oksigen (O2) dengan
o
gas asetilen (C2H2), suhu nyalanya bisa mencapai 3500 C. Jenis bahan bakar
gas lain yang biasa digunakan adalah propane (C3H8) dan metan (CH4),
propane didapat di pasaran dalam bentuk cairan bertekanan atau lazim disebut
gas elpiji (LPG), sedangkan gas metan dalam bentuk cairan yang didinginkan
atau lazim disebut gas elenji (LNG).
Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi. Oksigen
berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Oksigen yang disimpan
dalam silinder baja pada tekanan 14 Mpa, sedangkan gas asetilen dihasilkan
oleh reaksi kalsium karbida (bongkahan-bongkahan karbit) dengan air, dengan
reaksi sebagai berikut :
C2 H2 + 2 H2O Ca(OH)2 + C2 H2
Kalsium Air Kapur Gas asetilen
Karbida tohor
1
Jika kelebihan oksigen, maka yang terjadi adalah :
2CO + O2 2CO2
2H2 + O2 2H2O
Jika kelebihan asitilen, yang terjadi adalah :
2C2H2 + 2O2 4CO + 2H2
4CO + 2O2 4CO2 2C2H2 + 5O2 4CO2
+ 2H2O
2H2 + O2 2H2O
Gambar 1, Nyala netral dan suhu yang dicapai pada ujung pembakar
2
luar adalah hasil pembakaran gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2)
dengan oksigen.
Apabila kandungan gas asetilen lebih besar dari gas oksigen, maka akan
terbentuk nyala api asetilen atau nyala api karburasi. Nyala api asetilen terjadi
apabila gas asetilen yang dibakar tanpa campuran oksigen sama sekali. dan
suhu pembaakarannya sangat rendah sehingga tidak pernah digunakan untuk
pengelasan. Warna nyala asetilen adalah kuning jingga yang mengeluarkan
asap hitam hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna.
3
runcing. Warna nyala inti putih kemilau agak keungu-unguan, dan disertai suara
mendesis yang lebih keras. Suhu nyala api oksigen lebih tinggi dari nyala api
netral.
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung, tekanannya tidak boleh
melebihi 100 kPa dan disimpan dicampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi
dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi
dengan gas asetilen. Tabung asetilen mampu menahan tekanan sampai 1,7
MPa.
4
5
BRAZING COPPER TUBING PROCEDURE
Petunjuk berikut adalah bagaimana teknik brazing pipa tembaga yang bertujuan
menghasilkan titik brazing yang tepat sehingga tidak ada kebocoran yang
dihasilkan oleh proses brazing. Dengan mengikuti petunjuk sederhana dan
bekerja dengan baik, akan mampu menghasilkan sambungan brazing yang
sempurna.
1. PENGUKURAN
2. PEMOTONGAN
6
3. REAMING
4. PEMBERSIHAN
7
5. PENGGUNAAN FLUX
6. PEMASANGAN
7. PEMANASAN
8
8. PENGGUNAAN BAHAN
TAMBAH (SILVER)
9. PENDINGINAN DAN
PEMBERSIHAN
9
10. TESTING
10