Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

DOSEN PENGAJAR:
Mersi Suriani Sinaga S.T., M.T.

MATA KULIAH:
INSTRUMENTASI ANALITIK

DISUSUN OLEH:
Sanyoro Sinaga 200405033
Adelia Jewi Maulida 220405025
M. Raihan Siagian 220405029
Dian Thirda Uli 220405030
Syabila Dahliani Nasution 220405062
Rival Ricardo Turnip 220405074
Ester Catherine Sara 220405076
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Makalah Spektrofotometri Serapan
Atom" dengan tepat waktu.

Makalah ini sendiri secara utama disusun demi memenuhi tugas mata kuliah
Instrumentasi Analitik. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan penulis tentang
salah satu metode analisis dalam laboratorium, salah satunya lewat metode spektrofotometri
serapan atom yang penulis bahas dalam makalah ini.

Penulis pertama-tama mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mersi Suriani Sinaga
ST., MT. selaku dosen pengajar mata kuliah Instrumentasi Analitik. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 12 September 2023


Tertanda,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................2

2.1 Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom................................................................2

2.2 Hukum Lambert-Beer..................................................................................................2

2.3 Prinsip dan Cara Kerja Spektrofotometri Serapan Atom............................................3

2.4 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom..............................................................5

2.5 Kelebihan dan Kekurangan.......................................................................................11

2.6 Gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom......................................................11

BAB III APLIKASI INDUSTRI..............................................................................................14

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan................................................................................................................21

3.2 Saran..........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas industri menghasilkan limbah buangan yang harus diolah sebagai
salah satu konsep penerapan dari pembangunan berkelanjutan. Limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan industri memiliki beberapa komponen yang harus direduksi
dengan cara mengolah dengan tepat, Logam berat perlu direduksi dikarenakan dapat
mencemari perairan sehingga perlu diperhatikan. Kehadiran logam berat yang
melebihi baku mutu yang ditetapkan dapat mencemari lingkungan. Sifat dari logam
berat yang sukar untuk terurai cenderung akan terakumulasi dalam ekosistem. Tidak
seperti polutan lainnya, polutan ini sulit didegradasi dan dapat terakumulasi pada
sepanjang rantai makanan, sehingga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan
manusia dan gangguan ekologis

Hal ini yang menjadi salah satu dasar pentingnya analisis logam demi
kehidupan sehari-hari. Metode yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan kadar
logam berat seperti Pb, Cd, Cu, Zn dan Cr dapat menjadi bahan dasar evaluasi proses,
penentuan teknologi pengolahan limbah cair yang sesuai, penetapan tingkat
pencemaran logam berat, evaluasi efektifitas bahan kimia aktif pereduksi logam berat
dan rekaman data rutin tingkat logam berat sebagai data audit pengelolaan limbah
cair. Metode analisis yang dapat digunakan adalah spektrofotometri serapan atom
(SSA), karena metode ini memiliki kepekaan dan selektifitas analisis yang tinggi. Alat
ini mampu mendeteksi adanya logam berat seperti Cu dan Zn dalam kadar yang sulit
dideteksi dengan metode lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa itu spektrofotometri serapan atom?
1.1.2 Apa hukum dasar yang mendasari prinsip kerja spektrofotometri serapan
atom?
1.1.3 Bagaimana cara kerja spektrofotometri serapan atom?
1.1.4 Apa saja gangguan yang dapat terjadi ketika menggunakan spektrofotometri
serapan atom?
1.1.5 Apa kelebihan dan kekurangan spektrofotometri serapan atom dibandingkan
metode lain?

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom
Spektroskopi serapan atom atau atomic absorption spectrophotometry
merupakan metode analisis yang digunakan untuk menghitung kuantitas dari unsur-
unsur logam dan metalloid berdasarkan pada penyerapan absorbansi radiasi oleh atom
bebas pada fase gas. Alat ini merupakan salah satu alat ukur analisis, yang harus
dikalibrasi secara berkala. Dengan instrumen ini, dilakukan analisis kandungan logam
antara lain: Fe, Zn, Ag, Cr, Ni, Cd, Fe, Zn, Cu, Ca, Mg, K, Co dan Na dimana dasar
pengukurannya adalah pengukuran serapan sinar oleh suatu atom. Sinar yang tidak
diserap dan diubah menjadi sinar listrik yang diukur dan terjadi eksitasi atom.

Spektroskopi serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk


analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini adalah teknik yang paling umum
dipakai untuk analisis unsur. Spektroskopi serapan atom merupakan istilah yang
digunakan jika terjadinya penyerapan atom-atom pada saat pengukuran oleh suatu
radiasi. Atom-atom yang mengalami eksitasi memiliki tingkat energi tertentu
Sebagian besar atom tidak mengalami eksitasi jika berada pada kondisi normal.
Penentuan konsentrasi suatu logam oleh spektroskopi serapan atom (SSA) didasarkan
pada penyerapan cahaya oleh atom sehingga konsentrasi dari suatu logam dapat
diketahui melalui absorbansi sampel tersebut.

2.2 Hukum Lambert-Beer


Prinsip kerja spektrofotometer adalah berdasarkan hukum Lambert-Beer, yaitu
seberkas sinar dilewatkan suatu larutan pada panjang gelombang tertentu, sehingga
sinar tersebut sebagian ada yang diteruskan dan sebagian lainnya diserap oleh larutan.
Besarnya sinar (A) berbanding lurus dengan konsentrasi zat penyerap (C) dan jarak
yang ditempuh sinar (a) dalam larutan (tebal larutan, b).

A = a.b.C

Hukum absorbsi sinar atau Lambert – Beer yang berlaku pada


spektrofotometer absorbsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun sinar merah, juga
berlaku pada AAS. Hukum Lambert menyatakan bila suatu sumber sinar
monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan

2
berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi. Hukum Beer
menyebutkan bahwa intensitas sinar yang diteruskan akan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut
(Khopkar, 1990). Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

𝐴 = − log 𝑙0 𝑙𝑡 = 𝜀𝑏𝑐 (1) 𝐴 = − log 𝑙0 𝑙𝑡 = − log 𝑇

Dengan A adalah absorbansi, lo adalah intensitas sumber sinar, lt adalah


intensitas sinar yang diteruskan, ɛ adalah absorbtivitas molar (mol/liter), b adalah
panjang medium atau tebal nyala (nm), c adalah konsentrasi atom – atom yang
menyerap sinar (ppm), dan T adalah transmitan Dari persamaan di atas, dapat
disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom.

Metode analisis yang berdasarkan pengukuran serapan (absorbansi) atom


mempunyai sifat spesifik yang tinggi ini disebabkan karena adanya garisgaris
spectrum atom yang muncul sangat sempit dan energi-energi transisi atom yang
dihasilkan sangat khas (untuk masing-masing unsur berdea). Kecilnya lebar garis
spektrum serapan atom yang dihasilkan menimbulkan masalah pada pengukuran
serapannya. Dilihat dari hubungan antara konsentrasi dengan serapan, maka hukum
Lambert-Beer dapat digunakan jika sumbernya adalah sinar monokromatis

2.3 Prinsip dan Cara Kerja Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrofotometer merupakan sebuah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer dapat menghasilkan sinar, sinar tersebut berasal dari
spektrum dan spektrometer dapat juga menghasilkan panjang gelombang tertentu,
sedangkan fotometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi, maka spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) berprinsip pada absorpsi cahaya
oleh atom. Pada metode ini, atom-atom akan menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung sifat dari unsur masing-masing. Logam akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang sesuai sifatnya. Cahaya yang dihasilkan
pada panjang gelombang ini memiliki cukup energi untuk melakukan penguraian pada
tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik dari suatu unsur akan bersifat
spesifik. Dengan memiliki absorpsi energi, maka hasil energy yang diperoleh akan

3
lebih banyak, sehingga suatu atom yang berada pada keadaan dasar akan dinaikkan
energinya ke tingkat eksitasi yang lebih tinggi. Dengan adanya peristiwa yang terjdai
ini, maka dapat memilih anatara hasil dari panjang gelombang unsur yang
menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum. Garis
inilah yang dikenal dengan garis resonansi.

Cara kerja spektrofotometri serapan atom antara lain:


1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu
ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan
nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian
diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi
paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan
dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan.
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :
ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
4
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
2.4 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometer serapan atom terdiri atas berbagai komponen, yaitu meliputi:

2.4.1 Sumber radiasi resonansi


Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube
(EDT).Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram
dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari
unsur murni yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa,
diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas
pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He. Pemancaran
radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus
listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi.Ion-ion gas
yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada
katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-
atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke
tingkat dasar dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk

5
radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam
nyala.
2.4.2 Atomizer
Atomizer terdiri atas nebulizer (sistem pengabut), spray chamber
dan burner (sistem pembakar). Nebulizer berfungsi untuk mengubah
larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan ukuran partikel 15 –
20 µm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek dari
aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan,
disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus
kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke
dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.
Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen
antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh
sebelum memasuki burner. Burner merupakan sistem tepat terjadi
atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur yang akan
dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
2.4.3

Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui
populasi atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan
sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan
oleh monokromator. Monokromator berfungsi untuk memisahkan
6
radiasi resonansi yang telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-
radiasi lainnya.Radiasi lainnya berasal dari lampu katoda berongga,
gas pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam lampu
katoda berongga. Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah,
cermin dan kisi.
2.4.4 Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh
sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi
listrik.
2.4.5 Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang
dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
2.4.6 Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda
tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa
digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran
beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya Lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol,
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat
lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS.Bagian yang hitam ini
merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan
energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar
masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada
gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar. Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah
selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS,
dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan
7
dus penyimpanan ditutup kembali.Sebaiknya setelah selesai
penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.

8
2.4.7 Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator
pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas
yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan
yang berada di dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau
tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke
dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan.Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas
bocor, dan ada gas yang keluar.Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu
dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan
dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk.Bila ada, maka
tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran,
jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan
saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton
yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selaingas juga memiliki
tekanan.
2.4.8 Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap
yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di
dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk
ke dalam ducting, maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.

9
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting
kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting
tertutup. Ducting berfungsi
untuk menghisap hasil
pembakaran yang terjadi
pada AAS. Dan
mengeluarkannya melalui
cerobopng asap yang
terhubung dengan ducting.
2.4.9 Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dari unit utama, karena
alat ini berfungsi untuk menyuplai kebutuhan udara yang akan
digunakan oleh AAS, pada saat pembakaran atom. Kompresor
mempunyai 3 buah tombol pengatur tekanan, dimana kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, kecepatan di tengah merupakan besar
kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur
tekanan, sedangkan tombol sebelah kanan merupakan tombol pengatur
tekanan. Tombol pengaturan untuk mengatur jumlah/sedikit udara
yang dialirkan. Akan disemprotkan ke burner. Bagian belakang
kompresor digunakan sebagai tempat penyimpan udara setelah
menggunakan AAS.
Alat ini berfungsi menyaring udara dari luar, sehingga bersih.
Posisi sebelah kanan merupakan posisi terbuka, dan posisi sebelah kiri
merupakan posisi tertutup. Uap air yang keluar akan memercik dengan
keras dan dapat menyebabkan lantai disekitarnya menjadi basah, oleh
karena itu sebaiknya langsung ditekan pada bagian ini, sebaiknya
ditutup dengan kain, agar lantai tidak basah dan basah. Uap air akan
terserap ke dalam lap.
2.4.10 Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik
api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner,
merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari
10
proses pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah
selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam
botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan
proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian.
Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan
sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada
bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner.
Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas
asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan
dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan
asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi. Nilai eksitasi
dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang
dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam
yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu
banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas
2.4.11 Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan
terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan
yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya
tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel,
sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah
buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa
alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang
berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan
tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

11
2.5 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari menggunakan instrumen spektrofotometer serapan atom adalah
kecepatan analisisnya, dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi semua unsur
pada konsentrasi runut atau dengan ketelitian sampai tingkat tinggi, dan sebelum
melakukan pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan, ini
mempermudah melakukan analisis karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan
kehadiran unsur lain dapat dilakukan jika lampu katoda berongga yang diperlukan
tersedia.

Kekurangan dari instrumen spektrofotometer serapan atom itu sendiri yaitu


kurangnya sensitifitas untuk pengukuran sampel yang bukan logam dan akan muncul
adanya gangguan-gangguan (interference), gangguan yang muncul ini disebabkan
karena peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
konsentrasinya dalam sampel.

2.6 Gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom


Terdapat beberapa gangguan yang dapat terjadi apda spektrofotometri serapan
atom, antara lain:

2.5.1. Gangguan kimia


Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi
kimia dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori,
sehingga tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: penggunaan suhu nyala yang lebih
tinggi, dan penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau
anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkan disebut zat pembebas (releasing agent) atau zat pelindung
(protective agent).
2.5.2. Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau
asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar,
atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini
dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu

12
dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis
kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar (standar adisi).
2.5.3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga
mampu melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif.
Pembentukan ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat
absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan
dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na.
Penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm. Gangguan ini dapat diatasi
dengan menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel
sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.
2.5.4. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground)
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi
oleh nyala api, absorpsi molekular, dan penghamburan cahaya.
2.5.5. Gangguan fisik alat
Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi
kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi.
Parameterparameter tersebut adalah kecepatan alir gas, berubahnya viskositas
sampel akibat temperatur nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan
lebih sering membuat kalibrasi atau standarisasi.
2.5.6. Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan
beberapa unsur yang lain. Karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi
dalam nyala. Dalam analisis dengan SSA yang diukur adalah emisi dan
serapan atom yang tak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom
yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap
detektor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan
yang sifatnya serius, karena hanya sensitifitas dan linearitasnya saja yang
terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur
yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses
ionisasi dari unsur yang dianalisis.
2.5.7. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori
13
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan
senyawa kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga
terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Gangguan ini hanya dapat
diatasi dengan menaikan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum
digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.
2.5.8. Gangguan matriks cuplikan
Gangguan matriks cuplikan yang mempengaruhi jumlah banyaknya
cuplikan mencapai nyala misalnya viskositas, berat jenis, dan tekanan uap.

14
BAB III
APLIKASI INDUSTRI
3.1 Penentuan Kandungan Logam Berat Cu Dan Zn Pada Sampel Air Limbah Kelapa
Sawit Dengan Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)
Limbah industri kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu limbah
padat, limbah cair dan limbah gas. Limbah cair kelapa sawit perlu menjadi pusat
perhatian karena limbah tersebut merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan
diantara jenis limbah lainnya yaitu sekitar 60% pada setiap 100% proses pengolahan
tandan buah segar. Umumnya limbah cair industri mengandung logam berat seperti Cd,
Fe, Cu, Cr, Zn, Ni dan lain sebagainya. Limbah cair tersebut jika dibuang ke lingkungan
secara langsung dapat merusak sumber daya alam yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Beberapa jenis kerusakan lingkungan diantaranya pencemaran tanah, air dan
udara yang dapat menimbulkan racun bagi manusia karena di dalam limbah cair bisa
mengandung logam berat yang berbahaya dengan konsentrasi tinggi.

Cu dan Zn digolongkan ke dalam logam berat esensial, artinya meskipun


merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan oleh tubuh yakni
dalam jumlah yang sedikit (Asria dan Alhamid, 2021). Kandungan tembaga (Cu) dalam
jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Tembaga sendiri merupakan
komponen dari enzim yang diperlukan untuk menghasilkan energi, antioksidan dan
sintesa hormon adrenalin, serta untuk pembentukan jaringan ikat. Namum, dalam dosis
tinggi dapat mengakibatkan keracunan, mual, muntah, dan menyebabkan kerusakan pada
hati dan ginjal. Demikian juga dengan seng (Zn), dalam jumlah kecil merupakan unsur
penting yang diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Seng juga berperan dalam
membantu penyembuhan luka, menyusun struktur protein dan membran sel. Namun,
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan rasa pahit dan sepet pada air minum sehingga
dapat menyebabkan muntah, diare serta menyebabkan gangguan reproduksi.

Pada sampel air limbah kelapa sawit, digunakan instrumen AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometry) dalam menentukan logam berat pada limbah tersebut.
Penelitian lain menentukan logam tembaga (Cu) pada sedimen di Pelabuhan Jetty
Meulaboh Aceh Barat menggunakan instrumen AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry) dengan nyala udara asetilen. AAS merupakan suatu metode

15
pengukuran yang didasarkan pada jumlah radiasi yang diserap oleh atom-atom bila
sejumlah radiasi dilewatkan melalui sistem yang mengandung atom-atom itu. Jumlah
radiasi yang terserap sangat tergantung pada jumlah atom itu untuk menyerap radiasi.
Dengan mengukur intensitas radiasi yang diserap (absorbansi) maka konsentrasi unsur
dalam cuplikan dapat diketahui. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)
ini merupakan salah satu metode pengujian yang dapat digunakan untuk menentukan
unsur-unsur di dalam suatu bahan bahkan dapat menentukan sampel dalam jumlah
sedikit, karena metode ini memiliki kepekaan, ketelitian dan selektifitas yang sangat
tinggi. Maka perlu dilakukan penentuan kandungan logam berat Cu dan Zn pada air
limbah kelapa sawit dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry) berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengujian ini
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 sebagai baku mutu air limbah untuk
parameter logam berat Cu dan Zn.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang penyimpanan limbah bahan berbahaya
dan beracun menunjukkan baku mutu air limbah untuk logam berat Cu dan Zn. Diketahui
bahwa batas maksimum logam Cu yang diperbolehkan yaitu 2 mg/L dan batas maksimum
logam Zn yang diperbolehkan yaitu 5 mg/L.

1. Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merupakan suatu instrumen yang


digunakan pada metode pengujian unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan
pada penyerapan absorbsi radiasi atom bebas. Pada umumnya digunakan untuk
pengujian unsur logam. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan
tidak tergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu
unit atomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometrik.

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang
kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi

16
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi
nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.

Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka
energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula.
Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber
cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai
dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.

Gambar 3.1 Skema Uji AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Sampel berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas
bakar yang digabungkan bersama oksidan (bertujuan untuk menaikkan temperatur)
sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom dalam keadaan dasar yang terbentuk
dalam kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang tertentu. Sinar sebagian
diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan disebut emisi. Pada kurva
absorpsi, terukur besarnya sinar yang diserap, sedangkan kurva emisi, terukur
intensitas sinar yang dipancarkan.

Sampel yang akan diuji ketika dihembus ke dalam nyala terjadi peristiwa berikut
secara berurutan dengan cepat:

 Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat.


 Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya,
yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.
 Atom-atom tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala ketingkatan energi
lebih tinggi.

17
2. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat
Penentuan kandungan logam berat Cu dan Zn pada sampel air limbah
kelapa sawit dilaksanakan di UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Provinsi Jambi yang beralamatkan di
Jalan H. Agus Salim, No. 7, Kota Baru, Jambi. Telp. 074140777 Fax.
0741445116/40706. Kegiatan berlangsung dari tanggal 4 Januari sampai
dengan 4 Maret 2021.
2. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan penentuan kandungan logam berat
Cu dan Zn adalah Aquatrides; Asam Nitrat (HNO3) 65% (by Merck
Millipore); Larutan Induk Tembaga (Cu) 1.000 mg/L; Larutan Induk Seng
(Zn) 1.000 mg/L; Gas Asetilen (C2H2) kemurnian tinggi (High Purity, HP)
dengan tekanan minimum 100 psi.
Alat yang digunakan adalah AAS Hitachi Z-2000 dengan menggunakan
Lampu katoda berongga (Hallow Cathode Lamp, HCL) Cu dan Zn; Gelas
piala 100 mL dan 1.000 mL; Pipet volumentrik 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, 25
mL dan 100 mL; Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 1.000 mL; Corong gelas;
Pemanas listrik; Media penyaring dengan membran berpori 0,45 μm; dan
Labu semprot.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penentuan kandungan logam berat Cu
dan Zn dalam sampel air limbah kelapa sawit adalah metode uji AAS (Atomic
Absorption Spektrofotometri) dengan level deteksi kadar logam Cu kisaran 0,1
mg/L pada panjang gelombang 324,7 nm dan kadar logam Zn kisaran 0,005
mg/L dengan panjang gelombang 213,9 nm. Metode ini berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020.
4. Preparasi Sampel
Sampel yang akan diuji digojlok hingga homogen, kemudian sampel
diambil 100 mL dan ditambahkan 5 mL HNO3 65% di dalam gelas piala yang
berukuran 100 mL. Penambahan HNO3 ini dilakukan di dalam lemari asam.
Setelah itu, dilakukan proes destruksi atau pemanasan pada pemanas listrik

18
dalam lemari asam. Proses destruksi ini berlansung sampai volume sampel
yang didapatkan berkisar 10 mL - 20 mL, proses ini juga dapat dilihat dari
warna sampel yang pekat dan masih terdapat endapan menjadi larutan yang
jernih. Selanjutnya, sampel dengan volume yang berkisar 10 mL - 20 mL ini
disaring menggunakan media penyaring 0,45 μm ke dalam labu ukur 100 mL
dan ditambahkan aquatrides sampai batas tera labu ukur yang digunakan.
Campuran ini kemudian digojlok hingga tercampur sempurna (homogen) dan
sampel dapat diuji dengan instrumen AAS.
5. Pembuatan larutan baku logam Cu dan Zn 100 mg/L
Larutan baku 100 mg/L dibuat dari larutan induk 1000 mg/L dengan
mengambil 10 mL larutan induk dan ditambahkan larutan pengencer hingga
batas tera dalam labur ukur 100 mL. Kemudian larutan ini digojlok hingga
tercampur sempurna.
6. Pembuatan larutan baku logam Cu dan Zn 10 mg/L
Larutan baku 100 mg/L diencerkan menjadi larutan baku 10 mg/L dengan
mengambil 10 mL larutan baku 100 mg/L dan ditambahkan larutan pengencer
hingga batas tera dalam labur ukur 100 mL. Kemudian larutan ini digojlok
hingga tercampur sempurna.
7. Pembuatan Larutan Standar Logam
Larutan Standar dibuat dengan mengencerkan larutan baku 10 mg/L.
Setiap logam memiliki rentang larutan standarnya masing-masing, rentang
larutan standar logam Cu adalah 0,2 - 10 mg/L sedangkan logam Zn adalah
0,005 – 2,0 mg/L. Larutan standar yang digunakan minimal 3 (tiga) kadar
yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.
Kemudian dibuat 1 blanko sebagai larutan standar dengan kadar 0,0 mg/L.
8. Persiapan Instrumen AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)
Instrumen AAS dihidupkan dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk
penggunaan instrumen (cook book) untuk pengukuran logam Cu dan Zn.
Instrumen AAS dikalibrasi menggunakan larutan blanko yang dijadikan
sebagai larutan standar 0,0 mg/L. Setelah itu, larutan standar dapat diukur nilai
absorbansinya pada panjang gelombang logam Cu 324,7 nm dan logam Zn
213,9 nm. Dari nilai absorbansi yang didapatkan pada pengukuran larutan
standar maka akan terbentuk kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurusnya.
Koefisien korelasi regrensi linier yang diperbolehkan menurut SNI
19
6989.84:2019 adalah (r) ≥ 0,995. Jika nilai regrensi yang didapatkan (r) <
0,995, maka diukur ulang larutan standar sampai memperoleh nilai (r) ≥ 0,995.
Jika nilai regrensi masih (r) < 0,995, maka larutan standar yang digunakan
harus dibuat ulang, karna kemungkinan larutan standar yang diukur telah
terkontaminasi. Setelah dilakukan uji larutan standar dan sampel maka selang
aspirator dibilas dengan larutan pengencer.
9. Penentuan Kandungan Logam Cu
Sampel 1 dan 2 diaplikasikan ke instrumen AAS satu persatu melalui
selang aspirator, lalu diukur kandungan logam Cu dan serapannya pada
panjang gelombang 324,7 nm dengan lampu katoda Zn. Apabila hasil serapan
lebih besar dari kisaran kadar optimum (Tabel 1), maka dilakukan
pengenceran dan dicatat hasil pengukuran
10. Penentuan Kandungan Logam Zn
Sampel 1 dan 2 diaplikasikan ke dalam AAS satu persatu melalui
selang aspirator, lalu diukur kandungan logam Zn dan serapannya pada
panjang gelombang 213,9 nm dengan lampu katoda Zn. Apabila hasil serapan
lebih besar dari kisaran kadar optimum (Tabel 1), maka dilakukan
pengenceran dan dicatat hasil pengukuran
3. Hasil Penelitian
1. Hasil Penentuan Kandungan Logam Cu
Penentuan kandungan logam Cu menggunakan instrumen AAS dapat diuji
pada panjang gelombang 324,7 nm dan menggunakan lampu katoda logam
Cu.

Table 3.1 Hasil Pengukuran Kadar Cu pada Sampel

Pada tabel di atas, diketahui konsentrasi sampel 1 yaitu 0,256 ppm dan
sampel 2 yaitu 0,044 ppm, hal ini menunjukkan bahwa logam Cu pada sampel
1 dan 2 air limbah kelapa sawit masih di bawah batas maksimum baku mutu
logam Cu yang diperbolehkan yaitu 2 ppm sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

20
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang penyimpanan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Adapun cara untuk menurunkan kadar logam berat jika melebihi batas
maksimal yang telah ditentukan, maka dapat dilakukan dengan cara
pengendapan sebagai hidroksida dengan penambahan Ca(OH)2 atau NaOH.
Endapan hidroksida tersebut masih dalam bentuk flok yang halus, oleh karena
itu untuk memisahkan padatan hidroksida perlu dilakukan proses
koagulasiflokulasi, sedimentasi atau filtrasi agar pemisahan padatan berjalan
sempurna.
2. Hasil Penentuan Kandungan Logam Zn

Penentuan kandungan logam Zn menggunakan instrumen AAS dapat


diuji pada panjang gelombang 213,9 nm dan menggunakan lampu katoda
logam Zn.

Table 3.2 Hasil Pengukuran Kadar Zn pada Sampe


Pada tabel di atas, diketahui konsentrasi sampel 1 yaitu 0,300 ppm dan
sampel 2 yaitu 0,073 ppm, hal ini menunjukkan bahwa logam Zn pada sampel
1 dan 2 air limbah kelapa sawit masih di bawah batas maksimum baku mutu
logam Zn yang diperbolehkan yaitu 5 ppm sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang penyimpanan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Penghilangan Seng (Zn) dapat dilakukan dengan cara pengendapan
sebagai hidroksida dengan penambahan lime, Ca(OH)2 atau NaOH. Dengan
mengatur pH air dengan nilai tertentu akan dihasilkan proses pengendapan
yang optimum.

21
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu alat yang digunakan pada metode
analisis untuk penentuan unsur – unsur logam dan metaloid yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas. Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom – atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat energi elektronik suatu atom. AAS meliputi
absorpsi sinar oleh atom – atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan
dasarnya (ground state).

Metode analisis kuantitatif pada alat ini didasarkan pada banyaknya radiasi
yang dihasilkan atau diserap oleh spesi atom atau molekul analit, yang didasarkan
pada Hukum Lambert-Beer. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) merupakan suatu
metode analisis unsur secara kuantitatif yang didasarkan pada penyerapan cahaya
dengan menggunakan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan
bebas. Alatnya sendiri terdiri atas sejumlah komponen krusial dan memiliki kelebihan
dan kekurangan tersendiri apabila dibandingkan dengan alat analisis logam lainnya.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dilakukan penulis untuk memperoleh hasil
pembahasan yang lebih baik, antara lain:

1. Sebaiknya penulis mengambil lebih banyak referensi dari jurnal-jurnal


internasional terbaru dan tidak hanya menggunakan referensi dari sumber-
sumber bacaan lokal
2. Sebaiknya penulis juga mengambil referensi dari kegiatan nyata, yakni
melakukan analisis secara langsung menggunakan spektrofotomer serapan
atom.

22
DAFTAR PUSTAKA
Lolo, A., Patandean, C. F., dan Rsulan, E. 2020. Karakterisasi Air Daerah Panas Bumi
Pencong
dengan Metode AAS (Atomic Absorption Spechtrophotometer) di Kecamatan
Biringbulu, Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Geocelebes. 4(2).

Marlina. 2023. Penurunan Kadar Logam Seng (Zn) Pada Limbah Cair Industri Batik dengan
Metode Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Aluminium. Skripsi. Universitas
Islam Indonesia.

Muliyana, W. 2021. Validasi Metode Penentuan Kadar Kalium Dalam Sampel Pohon Jati
Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom di Balai Pengakajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Yogyakarta. Laporan Tugas Akhir. Program Studi Diploma III
Analisis Kimia Universitas Islam Indonesia.

Suci, A. 2021. Penentuan Kandungan Logam Berat Cu Dan Zn Pada Sampel Air Limbah
Kelapa Sawit Dengan Metode Aas (Atomic Absorption Spectrophotometry). Karya
Ilmiah. Program Studi D-Iii Analis Kimia Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi 2021. Jambi.

Sugito, S. 2022. Uji Kinerja Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) Shidmazu
6650
F Terhadap Logam Fe, Zn pada Kegiatan Praktikum Kimia Anorganik di UPT
Laboratorium Terpadu UNS. Indonesian Journal of Laboratory. 5(2): 83-89.

Warono, D., Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer untuk Analisa Zat Aktif
Ketoprofen. Konversi. 2(2):57-65

23

Anda mungkin juga menyukai