Dosen Pengampu:
Dr. Luh Putu Budi Yasmini, S.Pd., M.Sc
I Nengah Edi Budiarta, S.Pd., M.Sc
Oleh:
Kelompok 6
Penulis,
i
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II..............................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................3
BAB III...........................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN...................................................................................11
3.2 SARAN...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Detektor dan scintilasi counter melibatkan pemahaman tentang radiasi,
deteksi radiasi, dan penggunaan scintilasi counter sebagai salah satu jenis detektor
radiasi yang umum digunakan. Radiasi adalah proses pelepasan energi dalam
bentuk partikel atau gelombang elektromagnetik dari suatu sumber. Radiasi dapat
terjadi secara alami, seperti sinar kosmik dan radiasi alam dari bahan radioaktif,
atau dapat dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas seperti penggunaan peralatan
medis nuklir atau eksperimen fisika nuklir. Deteksi radiasi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan memantau radiasi untuk berbagai tujuan. Tujuan
utama deteksi radiasi termasuk keamanan nuklir, penelitian ilmiah, pengujian
medis, dan pengawasan industri. Detektor radiasi adalah alat yang digunakan
untuk mendeteksi dan mengukur tingkat radiasi.
Scintilasi counter adalah detektor yang berbasis pada sifat material scintilator.
Scintillator adalah material yang dapat mengubah energi radiasi menjadi cahaya.
Ketika partikel atau foton radiasi berinteraksi dengan material scintillator, atom-
atom dalam material ini terangsang dan memancarkan cahaya. Cahaya ini
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh fotodetektor seperti fotomultiplier
tube (PMT) atau photodiode, yang dapat dihitung dan diukur untuk mengukur
tingkat radiasi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara rinci terkait
dengan detector nuklir, prinsip kerja pencacah nuklir, dan penerapan radioaktif
nuklir.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Apakah pengertian dari detektor nuklir?
1.2.2 Bagaimanakah prinsip kerja dari pencacah scintilasi?
1.2.3 Bagaimanakah penerapan dari radioaktif nuklir?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari detektor nuklir
1
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip kerja dari pencacah scintilasi
1.3.3 Untuk mengetahui penerapan dari radioaktif nuklir
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Geiger-Muller Counter (GM Counter): GM counter adalah detektor nuklir
yang paling umum digunakan. Detektor ini menggunakan tabung Geiger-
Muller yang berisi gas dengan elektroda di dalamnya. Ketika partikel
radiasi melewati tabung, mereka menghasilkan ionisasi dalam gas, yang
memicu pulsa listrik yang dapat dihitung. GM counter umumnya
digunakan dalam deteksi radiasi gamma dan beta.
3. Detektor Ionisasi Cair (Liquid Ionization Chamber): Detektor ini mirip
dengan detektor ionisasi udara, tetapi menggunakan medium cair sebagai
medium deteksi. Partikel radiasi yang melewati detektor menyebabkan
ionisasi dalam cairan, yang menghasilkan arus listrik. Detektor ionisasi
cair umumnya digunakan dalam pengukuran dosis radiasi.
4. Detektor Scintillation: Detektor scintillation menggunakan material
scintillator yang mengubah energi radiasi menjadi cahaya yang dapat
dideteksi. Ketika partikel radiasi berinteraksi dengan material scintillator,
mereka merangsang atom-atom dalam material, yang menghasilkan
cahaya. Cahaya ini kemudian dikonversi menjadi sinyal listrik oleh
fotodetektor. Detektor scintillation digunakan dalam berbagai aplikasi,
termasuk kedokteran nuklir, penelitian fisika nuklir, dan pengawasan
nuklir.
5. Detektor Semikonduktor: Detektor semikonduktor menggunakan material
semikonduktor seperti silikon atau germanium untuk mendeteksi radiasi.
Ketika partikel radiasi berinteraksi dengan material semikonduktor,
mereka menghasilkan pasangan ion-elektron dalam material. Muatan ini
menghasilkan arus listrik yang terdeteksi oleh detektor semikonduktor.
Detektor semikonduktor memiliki resolusi energi yang sangat baik dan
sensitivitas yang tinggi. Mereka sering digunakan dalam aplikasi
penelitian dan pemantauan radiasi.
6. Detektor Cherenkov: Detektor Cherenkov mendeteksi radiasi dengan
memanfaatkan cahaya Cherenkov yang dihasilkan saat partikel bermuatan
bergerak melalui medium transparan dengan kecepatan melebihi kecepatan
cahaya dalam medium tersebut. Cahaya Cherenkov ini dapat dideteksi dan
digunakan untuk mengidentifikasi partikel dan mengukur energi mereka.
4
Detektor Cherenkov digunakan dalam eksperimen fisika partikel dan fisika
nuklir.
7. Detektor Kalorimeter: Detektor kalorimeter mengukur energi total partikel
radiasi dengan mengukur kenaikan suhu atau perubahan panas yang
dihasilkan saat partikel berinteraksi dengan medium deteksi. Detektor
kalorimeter digunakan dalam penelitian fisika partikel dan studi energi
nuklir.
8. Detektor Neutron: Detektor neutron digunakan khusus untuk mendeteksi
dan mengukur neutron. Beberapa jenis detektor neutron meliputi detektor
boron-lined proportional counters, detektor scintillator, detektor
semikonduktor, dan detektor gas ionisasi. Detektor neutron digunakan
dalam penelitian fisika nuklir, industri nuklir, dan aplikasi keamanan
nuklir.
9. Detektor Imaging: Detektor nuklir juga dapat digunakan untuk imaging,
seperti dalam gambar medis nuklir. Detektor imaging nuklir, seperti
kamera gamma, menggunakan detektor scintillation atau detektor
semikonduktor untuk merekam distribusi radiasi dalam tubuh pasien atau
objek yang sedang diuji.
Setiap jenis detektor nuklir memiliki karakteristik, sensitivitas, dan
keterbatasan yang berbeda, sehingga pemilihan detektor yang tepat tergantung
pada aplikasi dan tujuan pengukuran radiasi yang diinginkan.
2.2 Detektor Sintilasi
Radiasi adalah suatu berkas foton foton yang dipancarkan dari suatu sumber
yang mengalami proses perubahan inti atom dari keadaan tidak stabil menjadi
stabil. Hal yang paling mendasar untuk mengendalikan bahaya radiasi yakni
dengan mengetahui seberapa besar radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber
radiasi baik melalui pengukuran maupun perhitungan. Besarnya radiasi dapat
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur radiasi berupa detector. Terdapat
beberapa jenis detector sebagai alat ukur radiasi, salah satunya yaitu detector
sintilasi.
Detektor jenis ini merupakan alat ukur cacah oleh bahan radioaktif atau
radiasi oleh alam pada berbagai nilai tenaga dari partikel atau foton yang
dideteksi. Jika sinar jatuh pada kristal scintillator (NaI) maka kristal berpendar.
5
Hal ini disebabkan oleh elektron atau atom kristal yang tereksitasi, dan kemudian
Kembali ke arah bawah dengan mengemisi foton. Radiasi foton itu mengenai
katode, dan selanjutnya katode melepas elektron yang disebut radiasi fotokatode.
Selanjutnya, kelajuan elektron diperbesar dengan melewatkannya pada beda
potensial bertingkat sehingga potensialnya naik secara bertahap, serta diperkuat
oleh tabung fotomultiplier. Detektor ini juga mampu memberi informasi tenaga
dari partikel atau foton yang ditangkap oleh detector itu (Jati dan Priyambodo,
2010:308).
Detektor sintilasi umumnya terdiri dari dua bagian yaitu sintilator dan
photomultiplier. materi sintilator dapat berupa suatu bahan padat, cair, maupun
gas, bersifat organic maupun anorganik yang mana bahan ini dapat menghasilkan
pendaran atau percikan cahaya apabila brinteraksi dengan radiasi pengion.
Photomultiplier merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah percikan
cahaya yang dihasilkan oleh bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Terdapat dua
tahap mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor jenis ini yaitu:
Proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan
cahaya didalam bahan sintilator.
Proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik dalam tabung
photomultiplier.
a. Materi Sintilator
Proses sintilasi pada materi dapat, di dalam kristal bahan sintilator terdapat
pita-pita taua daerah yang dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi
yang dipisahkan dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground
state, seluruh elektron berada berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi
kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan
bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga
dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektron-elektron
tersebut akan Kembali ke pita valensi melalui pita energi bahan aktivator
sampai memancarkan percikan cahaya.
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi yang diserap dan
dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Munculnya percikan saat terjadi
perpindahan elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi
6
yang lebih rendah di dalam detektor, apabila terdapat kekosongan elektron
pada orbit yang lebih dalam, pada proses sintilasi energi radiasi kemudian
digunakan untuk menghasilkan pancaran cahaya. Semakin besar energinya
semakain banyak pula percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini
kemudian ditangkap oleh photomultiplier.
7
dinode kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya
sehingga elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat
banyak. Dengan sebuah kapasitor kumpulan elektron tersebut akan diubah
menjadi pulsa listrik.
Prinsip kerja sebuah detektor sintilator adalah terjadinya kelipan cahaya pada
sebuah bahan sintilator apabila dikenai partikel radiasi maupun foton radiasi.
Banyak jenis bahan sintilator, baik anorganik maupun organic. Jenis sintilator
sangat menentukan jenis radiasi yang dapaat dideteksi. Salah satu jenis
sintilator yang bnayak digunakan untuk keperluan deteksi radiasi foton gamma
adalah sintilator NaI yang diberi aktivitor TI, sehingga detektornya lebih
dikenal sebagai detektor NaI(TI).
Sebuah detektor sintilasi NaI(TI) terdiri atas:
1. KristalNaI(TI) yang berfungsi mengubah foton radiasi menjadi kelipan cahaya
2. Photokatode yang berfungsi mengubah kelipan cahaya menjadi fotoelektron.
3. Tabung pengganda elektron (PMT) berfungsi melipatgandakan elektron yang
terbentuk dan pada akhirnya terbentuk pulsa.
8
disebut zat radioaktif alami. Misalnya, unsur-unsur seperti uranium, thorium,
radium secara alami bersifat radioaktif. Ini dapat ditemukan di alam dan
perlahan-lahan terdegradasi ke keadaan stabil melalui peluruhan radioaktif
Nuklir dan sumber radioaktif adalah dua hal yang berbeda. Nuklir dapat
diartikan sebagai tenaga atau energi yang dihasilkan dari proses reaksi nuklir,
seperti yang terjadi pada reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Sedangkan sumber radioaktif adalah unsur yang bisa memancarkan radiasi karena
sifatnya yang tidak stabil.
Sumber radioaktif ada yang bersifat alami dan buatan. Sumber radioaktif
alami dapat ditemukan dimana saja, antara lain di udara, lapisan kulit bumi, di
dalam makanan dan minuman bahkan di dalam tubuh manusia. Sumber radioaktif
alami sudah ada sejak terbentuknya alam, namun karena kandungannya yang
kecil, tubuh manusia mampu mengadaptasi, oleh karena itu sumber radioaktif
alami tidak banyak berpengaruh terhadap kesehatan meskipun berada di dalam
tubuh.
9
Teknologi nuklir radioaktif memiliki beberapa bidang aplikasi yang berbeda.
Berikut ini beberapa contohnya:
10
sehingga dapat berakibat pada terjadinya gangguan kesehatan maupun
pertumbuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Detektor nuklir adalah bagian terpenting dari sistem pengukuran radiasi
nuklir. Banyak detektor nuklir yang digunakan menggunakan interaksi radiasi
atom dengan materi. Interaksi ini menimbulkan beberapa efek yang akhirnya
dapat diubah menjadi impuls listrik. Spektrometri gamma adalah metode
pengukuran dan identifikasi unsur dengan mengamati gejala yang dihasilkan dari
interaksi sinar gamma dan materi. Peralatan spektrometri gamma yang ada tidak
dapat digunakan, pendingin detektor bocor, sehingga detektor semikonduktor
(HpGe) tidak dapat bekerja karena pendinginan tidak dapat dijamin sesuai
kebutuhan. Agar kegiatan riset berjalan lancar, diperlukan peralatan cadangan
sebagai solusi untuk mengoptimalkan detektor HpGe yang sudah lama tidak
digunakan.
3.2 Saran
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, masukan/saran yang baik sangat diharapkan guna
memperbaiki dan menunjang proses pembelajaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
12