Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INSTRUMENTASI FISIKA KESEHATAN

DI SUSUN OLEH

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat, kasih dan karuniaNya sehingga
Makalah ini dapat selesai dengan lancar. Maksud dari penulisan makalah ini adalah
mengetahui lebih dalam tentang Peranan Enzim dalam pengolahan Makanan dan
Minuman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu membangun gagasan ini. Penulis juga tahu dan sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat berkembang dengan lebih baik.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan diaplikasikan dalam kehidupan
kita sehari-hari.

Palu, 27 Maret 2020


Penyusun
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Ilmu fisika kesehatan atau disebut dengan medical physics adalah ilmu yang


menggabungkan dua bidang kajian yang sangat luas yaitu : ilmu fisika dan ilmu
kesehatan serta keterkaitannya. Fisika kesehatan mengacu pada dua bidang kajian
utama, yaitu bagian yang pertama sering disebut physics of physiology; sementara
bagian yang kedua melibatkan seluruh pemahaman tentang konsep dasar dan cara
kerja instrumen-instrumen (peralatan) kedokteran yang digunakan untuk
mendiagnosa para pasien. Kedua bidang kajian tersebut menjadi sangat penting
untuk menjaga (bagian yang pertama) kesehatan dan (bagian yang kedua) untuk
mengatasi atau menyembuhkan tubuh bila telah terserang penyakit.

Bidang ilmu fisika kesehatan terdiri dari beberapa sub-divisi. Di Amerika Serikat
fisika kesehatan lebih difokuskan pada bidang kajian radiologi. Ilmu fisika
digunakan menganalisis secara sempurna tentang proses fisis peristiwa radiasi dan
memberikan solusi lengkap tentang cara mengatasi permasalahan-permasalahan
yang mungkin terjadi pada tubuh manusia akibat pemberian perlakuan radiasi
tersebut. Proses penyembuhan tubuh manusia dari berbagai penyakit dengan cara
radiasi dengan demikian dapat dilakukan dengan baik dan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, yang menjadi rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan detektor radiasi?
2. Apa saja instrumen penghitung partikel?
3. Apa saja instrumen pengukur dosis?
4. Bagaimana pengukuran-pengukuran neutron?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Dapat mengetahui detektor radiasi
2. Dapat mengetahui instrumen penghitung partikel
3. Dapat mengetahui instrumen pengukur dosis
4. Dapat mengetahui pengukuran-pengukuran neutron
BAB II

ISI

2.1 Detektor Radiasi

Detektor radiasi merupakan tranducer (sensor) yang dapat mengenali adanya radiasi
nuklir, baik alfa, beta, maupun gamma. Pendeteksian radiasi ionisasi di alam sekitar
menjadi sangat penting karena tubuh manusia tidak mampu mengindera kehadiran
radiasi ionisasi. Konsep dasar pendeteksian radiasi ionisasi didasarkan atas interaksi
partikel radiasi dengan materi penyusun detektor, sehingga terjadi ionisasi.

Semua jenis peralatan deteksi partikel radiasi memiliki prinsip yang sangat mirip,
yaitu partikel radiasi memasuki detektor dan terjadilah interaksi antara partikel
radiasi dengan material detektor, sehingga terjadi proses eksitasi atau ionisasi
molekul-molekul material detektor. Apabila material detektor tersebut terbuat dari
gas, maka interaksi antara semua partikel radiasi alpha (α), beta positif (β+), beta
negatif (β-), gamma (γ) dan netron dengan gas akan terjadi proses ionisasi yang
menghasilkan ion positif dan elektron. Dengan demikian, diperlukan teknik untuk
memisahkan dua jenis partikel tersebut dalam waktu yang sangat singkat, karena
apabila kedua jenis partikel ini tetap berdekatan maka mereka akan bergabung
kembali sehingga tidak menimbulkan sinyal listrik. Pemilihan material detektor
sangat bergantung pada jenis partikel radiasi yang akan dideteksi serta tujuan yang
ingin diperoleh dari pendeteksian. Partikel alpha (α) memiliki daya tembus kecil,
sehingga detektor untuk partikel radiasi alpha (α) memiliki ukuran sangat tipis.
Berdasarkan daya tembus partikel, maka biasanya detektor partikel beta (β) memiliki
ketebalan sekitar 0,1 mm - 1 mm sedangkan detektor gamma (γ) memiliki ketebalan
sekitar 5 cm. Berikut jenis-jenis detektor radiasi:

1. Elektroskup (Electroscope)
2. Kamar Ionisasi (Ionization Chamber)
3. Pencacah Proporsional
4. Detektor Nal(T1)
5. Detektor Isian Gas

2.2 Instrumen Penghitung Partikel

Penghitung partikel adalah alat yang mendeteksi dan menghitung partikel fisik.
Contohnya penghitung kondensasi atau BPK adalah penghitung partikel yang
mendeteksi dan menghitung partikel aerosol dengan terlebih dahulu
memperbesarnya dengan menggunakan partikel sebagai pusat nukleasi untuk
membuat tetesan dalam gas super jenuh.

Tiga teknik telah digunakan untuk menghasilkan nukleasi:


 Ekspansi adiabatik menggunakan ruang ekspansi. Ini adalah teknik asli yang
digunakan oleh John Aitken pada tahun 1888.
 Difusi termal.
 Pencampuran gas panas dan dingin

Metode yang paling sering digunakan (juga yang paling efisien) adalah pendinginan
dengan difusi termal. Fluida kerja yang paling banyak digunakan adalah n-butanol ;
selama beberapa tahun terakhir air juga ditemukan dalam penggunaan ini.

Alat penghitung partikel AMTAST AMT17 juga sudah sering digunakan, alat ini
adalah media pengukur yang digunakan untuk menghitung partikel. Media pengukur
yang dilengkapi dengan layar TFT LCD 2.8 “warna dan juga kartu memori microSD
yang bermanfaat untuk pengambilan gambar dengan format JPEG atau video dengan
format 3GP untuk dapat dilihat dalam PC. Perangkat ini bisa melakukan pembacaan
hasil dengan cepat, dalam menghitung partikel mudah dan juga akurat, adanya
detektor Gas (HCHO CO), serta bisa juga melakukan pengukuran suhu udara dan
suatu kelembaban relatif.

2.3 Instrumen Pengukur Dosis

Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan
peralatan penunjang seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat
memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap
dalam rad dan gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert. Alat proteksi radiasi
ada tiga yaitu:

 Dosimeter personal
 Surveimeter
 Monitor kontaminasi

Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenai
seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh sebab itu, setiap orang yang bekerja
di suatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter
digunakan untuk pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung,
sedangkan monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi
pada pekerja, alat maupun lingkungan.

2.4 Pengukuran-pengukuran Neutron

Spektrum radiasi neutron dapat dihasilkan dengan menggunakan Bonner sphere.


Bonner sphere adalah sistem detektor aktif yang menggunakan beberapa bola
polyetilene yang berbeda ukuran dengan detektor sintilasi Ludlum 500 yang
diletakkan di tengah. Dengan menggunakan moderator yang berbeda ukuran,
kemungkinan dapat digunakan untuk membedakan beberapa energi neutron yang
berbeda sehingga dapat menghasilkan spektrum radiasi neutron di medan radiasi
neutron. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan data besarnya laju dosis
neutron termal dan epitermal di medan kalibrasi radiasi neutron yang dapat
digunakan sebagai acuan atau referensi untuk kalibrasi surveimeter lingkungan dan
dosimeter personal.

 Aktivasi keping In dan Cd-In di medan kalibrasi radiasi neutron


Pertama,aktivasi keping Indium dan keping Cd-In dilakukan dengan
menggunakan grafit ukuran 80 x 80 x 80 cm3 yang berhimpitan dengan
polyetilene ukuran 80 x 80 x 20 cm3 . Keping Indium dan keping Cd-In disusun
pada fantom PMMA ukuran 40 x 40 x 15 cm3 . Oleh karena dosimeter personal
hanya merespon radiasi hamburan dari tubuh pekerja radiasi maka digunakan
fantom PMMA yang diibaratkan sebagai jaringan tubuh yang dikenai radiasi
neutron. Sumber neutron 252Cf dimasukkan dalam polyetilene dengan ketinggian
46,625 cm dari lantai. Jarak antara sumber neutron 252Cf dengan keping Indium
dan keping Cd-In adalah 100 cm. Keping Indium dan keping Cd-In diiradiasi
dengan sumber neutron 252Cf selama 18000 detik. Kedua, 2 aktivasi keping
Indium dan keping Cd-In dilakukan dengan menggunakan beton berbentuk U
terbalik. Sumber neutron 252Cf dimasukkan dalam ruang beton yang berbentuk
huruf U terbalik dan diposisikan berjarak 20 cm dari dinding ruangan kalibrasi
dengan ketinggian 61,625 cm dari lantai. Jarak antara sumber neutron 252Cf
dengan keping Indium dan keping Cd-In adalah 40 cm. Keping Indium dan
keping Cd-In diiradiasi dengan sumber neutron 252Cf selama 3600 detik.
 Pencacahan Sinar Gamma dengan Spektrometer Gamma HPGe
Setelah aktivasi, keping Indium dan keping Cd-In menjadi metastabil. Untuk
menjadi stabil lagi, keping Indium dan keping Cd-In ini akan memancarkan sinar
gamma. + → → + ∗ → + = 54,41 Pencacahan sinar gamma dari peluruhan In
merupakan dasar untuk menentukan aktivitas keping Indium dan keping Cd-In.
Pencacahan sinar gamma menggunakan 2 spektrometer gamma HPGe, yaitu
spektrometer gamma HPGe (High Purity Germanium) tipe GEM 60-4-XLB C-
SMP dan spektrometer gamma HPGe (High Purity Germanium) tipe GEM 60-5-
XLB-C-SMP.
 Penentuan Aktivitas keping In dan Cd-In
Dengan diketahui cacahan (cps) dari sinar gamma, Dimana cps adalah cacahan
per sekon atau luas di bawah puncak energi Ei, ε adalah efisiensi deteksi
spektrometer gamma, y(Ei) adalah probabilitas pancaran sinar gamma pada
energi Ei.
 Perhitungan Fluks dan Laju Dosis Neutron Termal dan Epitermal
Φther adalah fluks neutron termal, ϕepi adalah fluks neutron epitermal, Ather
adalah aktivitas foil Indium yang disebabkan oleh neutron, Aepi adalah aktivitas
foil Indium yang disebabkan oleh neutron epitermal, σther adalah cross section
neutron termal, dm adalah densitas foil (80 mg/cm2 ), tn waktu iradiasi neutron,
t’ adalah waktu antara selesai iradiasi dan waktu mulai pengukuran aktivitas pada
detektor, λ adalah konstanta peluruhan (0,0002135 s-1 ), FCd adalah faktor
koreksi untuk absorpsi neutron epitermal pada Cadmium, W adalah nomer massa
(115In), S adalah luas foil (1,252208 cm2 ), dan N0 adalah bilangan Avogadro
(6,022 x 1023). ∑() adalah total tampang lintang rata-rata makroskopis neutron,
() adalah tampang lintang absorpsi Cadmium (5,5 barn), adalah nomor massa
Cadmium (112,40), adalah massa jenis Cadmium (8,65 gr/cm3 ), adalah bilangan
Avogadro (6,022 x 1023 atom/mol), dan adalah ketebalan Cadmium [2]. Laju
dosis neutron epitermal dan laju dosis neutron termal dapat ditentukan dengan
mengkalikan fluks neutron termal dan fluks neutron epitermal dengan faktor
konversi dosis (hp, slab ϕ).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peralatan kesehatan masih
sangat berhubungan erat dengan ilmu fisika dan perkembangan teknologi, karena
sebagian besar prinsip kerjanya menggunakan konsep fisika yang diaplikasikan pada
sebuah alat kesehatan yang berteknologi terkini. 

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.itagz.com/aang/ dibaca tanggal 28 Desember 2011 dan download tanggal


28 Desember 2011

http://staff.blog.ui.ac.id/supriyanto.p/category/berita-seputar-fisika-medis/ posting 14
Maret Blog : Peranan Fisika dalam ilmu kedokteran dibaca tanggal 28 Desember 2011. 

http://www.scribd.com/doc/2369186/Fisika-XII dibaca tanggal 28 Desember 2009 dan


download tanggal 28 Desember 2011.

 http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0920563203909704 dibaca tanggal 28


Desember 2011 dan download tanggal 28 Desember 2011.

Anda mungkin juga menyukai