Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DAN PENGUKURAN RADIASI

PENGENALAN ALAT UKUR RADIASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Naura Tsabita

NIM : 021800020

PRODI : Elektronika Instrumentasi

JURUSAN : Teknofisika Nuklir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIRA NASIONAL

2020
I. TUJUAN
1. Mengetahui beberapa alat ukur radiasi
2. Mengetahui cara kerja beberapa alat proteksi radiasi
3. Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi
4. Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi

II. DASAR TEORI


Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua jenis
potensi paparan.:
1. Paparan eksterna untuk penetrasi radiasi yang dipancarkan oleh sumber diluar
tubuh manusia.
2. Paparan interna dimana sekumpulam material radioaktif dalam suatu bentuk
mempunyai kemampuan masuk dan berinteraksi dengan tubuh manusia.
Ada 3 jenis alat ukur radiasi ;
1. Dosimeter Peseorangan
2. Monitor Area
3. Monitor Kontaminasi
1. Dosimeter Perorangan.

Dosimeter perorangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi


radiasi yang diterima oleh tubuh manusia. Alat yang digunakan disini dapat
berupa alat ukur pasif dan juga alat ukur aktif. Pada prinsipnya jumlah radiasi
yang diterima oleh alat tersebut identik dengan jumlah radiasi yang diterima oleh
tubuh manusia.

Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:

1. Dosimeter saku (Pocket dosimeter)


2. Film Badge
3. Mini Dose
4. Thermoluminisensi Detector (TLD)
2. Monitor Area

Prinsip dasar kerja alat ukur lingkungan ini adalah adanya proses ionisasi,
eksistasi dan sintilasi di detektor dan hasil proses tersebut dirubah menjadi pulsa-
pulsa listrik yang diteruskan ke alat baca (elektronik). Reaksi-reaksi yang terjadi
apabila seberkas sinar (alpa, beta, gamma, atau X) berinteraksi dengan medium
didalam detektor.

Berkas radiasi bila melalui suatu medium ia akan kehilangan sebagian atau
seluruhnya energinya melalui proses ionisasi dan eksitasi. Penyerapan energi
tersebut diatas mempunyai hubungan linier dengan banyaknya partikel-partikel
yang datang dan prinsip inilah yang digunakan dalam semua instrumentasi nuklir.
Intrumentasi didalam fisika kesehatan harus dapat melayani berbagai macam
kegunaan, misalnya mengukur partikel, mengukur dosis akumulasi, mengukur
laju dosis, energi rendah, energi tinggi, pengukuran tanpa adanya pengaruh
energi. Prinsip kerja dari alat ukur adalah radiasi berinteraksi dengan detektor dan
response yang ditimbulkannya sebanding dengan efek radiasi yang datang..

Monitor area digunakan untuk mengukur paparan radiasi dilingkungan,


alat yang biasa digunakan adalah surveymeter. Berikut adalah jenis surveymeter
sesuai dengan jenis radiasinya :

1. Surveymeter Gamma: Merupakan surveymeter yang banyak digunakan.


Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas seperti geiger
muler, atau proporsional. Detektor ini dapat juga digunakan untuk
mengukur radiasi sinar-x Nilai kalibrasi surveymeter gamma energi tinggi
berbeda dengan nilai kalibrasi untuk sinar-x.
2. Surveymeter Alpha/Beta : Surveymeter ini sama dengan surveymeter
gamma, hanya penggunaan detektornya harus mempunyai window tipis
dan penutup yang dapat dilepas. Bila digunakan untuk mendeteksi radiasi
alpha, maka penutup harus dibuka sedangkan untuk radiasi beta penutup
dipasang sehingga menyaring radiasi alpha.
3. Surveymeter netron : Detektor yang digunakan pada surveymeter neutron
biasanya detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau
surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron.
Surveymeter netron dilengkapi dengan bahan parafin sebagai bahan
penahan radiasiatau polietilen untuk membedakan energi netron.

3. Monitor Kontaminasi
Alat ukur kontaminasi permukaan digunakan untuk mendeteksi
keberadaan substansi radioaktif pada permukaan dengan batas/ nilai yang dapat
diterima (accessible). Keberadaan substansi tersebut walaupun konsentrasi rendah
memungkinkan potensi paparan interna. Setiap instrumen mempunyai nilai
efisiensi 0 hingga 30% untuk radio nuklida yang berbeda. Pengukuran harus
dilakukan menggunakan instrumen yang telah dikalibrasi dan efisiensi untuk
kontaminan telah ditentukan sebelum nya. Pengukuran dalam Count (cacah) per
detik (cps), selanjutnya dikonversi menjadi Bq/cm2 . Banyak alat kontaminasi
permukaan dibuat programable. Pengguna dapat mengatur instrumen tersebut,
seperti tanggapan terhadap radionuklida yang digunakan dan memperolah
pengukuran langsung kontaminasi permukaan dalam Bq/cm2.  Kontaminasi
permukaan (surface contamination meter) digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan Beberapa jenis
monitor kontaminasi antara lain adalah:
• Monitor tangan dan kaki (Hand and Foot monitor) yang digunakan untuk
mengukur tingkat kontaminasi pada tangan dan kaki. Setiap pekerja
radiasi yang menggunakan sumber terbuka, seharusnya mengukur tingkat
kontaminasi tangan dan kaki setelah selesai melaksanakan tugas.
• Monitor seluruh tubuh (Whole body monitor) digunakan untuk mengukur
tingkat kontaminasi seluruh tubuh. Peralatan ini biasanya ditempatkan di
pintu keluar fasilitas yang mempunyai potensi kontaminasi sangat tinggi,
dan setiap pekerja radiasi harus mengukur tingkat kontaminasi seluruh
tubuh.
III. PEMBAHASAN
A. Dosimeter
1. Pen Dose

Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya
sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara
langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti
halnya suatu kapasitor.

Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada
gambar diatas di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda,bermuatan negatif,
sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya bermuatan positif.
Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu
suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detektor akan
menyimpang karena perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu
melakukan 'charging' maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan
angka nol. Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas,sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan
negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi
perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan perbedaan potensialini
menyebabkan penyimpangan jarum berkurang. Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam
detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan
jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari
penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.Keuntungan
dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan peralatan
tambahan untuk pembacaannya. Peralatan lain yang dibutuhkan adalah charger untuk me-
reset (membuat nol) skala jarum quartz :

Charger Pen Dose digunakan untuk mengembalikan posisi pembacaan pada angka
0, dengan cara menyapit Pen Dose pada charger setelah itu memompa charger, maka
jarum pada pembacaan Pen Dose akan bergerak ke kiri. Sehingga dapat memposisikan
jarum pada angka 0. Charger dapat menggerakan jarum pada Pen Dose disebabkan
karena adanya aliran listrik dari charger tersebut, dan juga penggunaan Pen Dose ini akan
dikalibrasi secara berkala.
Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah
mengenainya dalam waktu yang lama (sifatakumulasi kurang baik). Hal ini disebabkan
oleh adanya kebocoran elektrostatik pada detektor. Jadi, meskipun tidak sedang dikenai
radiasi, nilai yang ditunjukkan jarum akan berubah. Selain itu dosimeter ini kurang teliti.
2. Mini Dose

Mini dose termasuk alat proteksi radiasi yang memiliki 2 fungsi sekaligus yaitu
untuk mengukur dosis (dosimeter) dan laju dosis (surveymeter). Ketika lampu (light)
menyala pada indikasi dose rate maka mini dose akan berfungsi sebagai surveymeter
untuk mengukur laju dosis radiasi. Ketika indikator lampu menyala pada dose maka
mini dose berfungsi sebagai dosimeter untuk mengukur dosis radiasi.

3. Film Badge
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Sebagaimana
telah dibahas sebelum ini, bahwa detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang
telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis
radiasi yang telah mengenainya –atau telah mengenai orang yang memakainya– maka
tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Gambar: proses detektor film Holder


film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan jugaberfungsi sebagai
penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka
dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah
mengenainya.

penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal yaitu batas saturasi tingkat
kehitaman film dan masalah fadding. Oleh karena itu, film badge harus sudah diproses
sebelum dosis radiasi yang mengenainya mencapai nilai saturasi. Sedangkan masalah
fadding adalah peristiwa perubahan tingkat kehitaman film karena pengaruh temperatur
dan kelembaban. Khusus di Indonesia yang memiliki temperatur dankelembaban yang
relatif sangat tinggi, masalah fadding ini perlu diperhatikan. Dosimeter film badge ini
mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter saku.
Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang
mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada
dosimeter saku. Selain itu, film yang telah diproses dapat digunakan untuk perhitungan
yang lebih teliti serta dapat di dokumentasikan.
Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses
secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman
film, yaitu densitometer.

4. TLD Badge

Hampir sama dengan Film Badge hanya saja detektor yang digunakan berupa
Kristal Thermoluminensi. Membutuhkan TLD reader untuk membaca hasil dosis yang
terukur. Dibaca 3 bulan sekali di PTKMR – BATAN.
B. Monitor Area
1. Surveymeter Analog

Surveymeter ini digunakan untuk mengukur radiasi Alpha, Beta maupun


Gamma. Surveymeter ini menggunakan detektor Geiger Muller. Untuk mengukur
radiasi Alpha, maka penutup pada window yang berwarna merah harus dilepas.
Sedangkan untuk mengukur radiasi energi Beta maupun Gamma, penutup pada
window harus di tutup untuk menyaring energi Alpha.
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum surveymeter adalah:
• Periksa faktor kalibrasi: merupakan parameter yang mengkonversi nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur menjadi nilai yang sesungguhny. Tanpa
faktor kalibrasi nilai yang ditunjukkan oleh alat tidak mempunyai makna.
• Periksa Bateray: harus dilakukan untuk menguji kondisi catu daya
tegangan tinggi detektor. Tegangan catu yang baik akan memberikan
detektor peka atau sensitive terhadap radiasi yang masuk detektor.
• Perhatikan faktor pengali dan tampilan surveymeter. Display laju dosis
kadang dalam satuan yang berbeda misal Sv/jam dan cpm.

2. Surveymeter Digital
Surveymeter ini digunakan untuk mengukur laju dosis/paparan radiasi
pada suatu lokasi secara langsung. Surveymeter ini merupakan jenis surveymeter
digital, sehingga tampilannya secara otomatis muncul hasil berupa angka dan
satuan yang digunakan. Surveymeter digital ini menggunakan detector
proporsional sehingga dapat digunakan untuk mengukur radiasi gamma, alpha,
dan beta.
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum surveymeter adalah:
• Periksa faktor kalibrasi: merupakan parameter yang mengkonversi nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur menjadi nilai yang sesungguhny. Tanpa
faktor kalibrasi nilai yang ditunjukkan oleh alat tidak mempunyai makna.
• Periksa Bateray: harus dilakukan untuk menguji kondisi catu daya
tegangan tinggi detektor. Tegangan catu yang baik akan memberikan
detektor peka atau sensitive terhadap radiasi yang masuk detektor.
• Perhatikan faktor pengali dan tampilan surveymeter. Display laju dosis
kadang dalam satuan yang berbeda misal Sv/jam dan cpm.

3. Surveymeter Neutron
Surveymeter ini digunakan untuk mengukur radiasi netron. Surveymeter
ini menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau
surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron.
Surveymeter netron ini juga dilengkapi dengan bahan parafin sebagai bahan
penahan radiasi atau polietilen sehingga dapat membedakan energi netron.
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum surveymeter adalah:
• Periksa faktor kalibrasi: merupakan parameter yang mengkonversi nilai
yang ditunjukkan oleh alat ukur menjadi nilai yang sesungguhny. Tanpa
faktor kalibrasi nilai yang ditunjukkan oleh alat tidak mempunyai makna.
• Periksa Bateray: harus dilakukan untuk menguji kondisi catu daya
tegangan tinggi detektor. Tegangan catu yang baik akan memberikan
detektor peka atau sensitive terhadap radiasi yang masuk detektor.
• Perhatikan faktor pengali dan tampilan surveymeter. Display laju dosis
kadang dalam satuan yang berbeda misal Sv/jam dan cpm.
C. Monitor Kontaminasi
1. Analog

Monitor Kontaminasi jenis ini digunakan untuk mengukur tingkat paparan


radiasi pada suatu benda yang terkontaminasi. Penggunaan alat ini tidak perlu
dilakuakan kalibrasi skala karena nilai yang terukur sudah menunjukkan nilai
tingkat kontaminasi radiasi yang sesungguhnya. Cara penggunaan alat ini adalah
dengan mendekatkan cerobong detektor pada monitor kontaminasi dengan sumber
radioaktif. Ada catatan tertentu dalam penggunaan alat ini, yaitu cerobong
detektor pada monitor kontaminasi tidak boleh mengenai sumber radioaktif. Jika
sumber radioaktif mengenai cerobong detektor, maka cerobong detektor akan
terkontaminasi radiasi sehingga pembacaan monitor kontaminasi menjadi tidak
akurat lagi.
2. Digital

Monitor kontaminasi jenis ini hampir sama dengan monitor kontaminasi


jenis a, hanya saja dalam penggunaaannya monitor kontaminasi jenis ini perlu
dilakukan kalibrasi skala. Dan akan secara otomatis muncul hasil pada
tampilannya. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mendekatkan cerobong
detektor pada monitor kontaminasi dengan sumber radioaktif. Ada catatan tertentu
dalam penggunaan alat ini, yaitu cerobong detektor pada monitor kontaminasi
tidak boleh mengenai sumber radioaktif. Jika sumber radioaktif mengenai
cerobong detektor, maka cerobong detektor akan terkontaminasi radiasi sehingga
pembacaan monitor kontaminasi menjadi tidak akurat lagi.
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa praktikkan dapat mengetahui
jenis dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi. Praktikkan juga
dapat mengetahui beberapa alat ukur radiasi, cara kerja beberapa alat proteksi radiasi,
jenis serta penggunaan instrumen radiasi tersebut. Selain itu Praktikkan juga mampu
membedakan kelompok alat ukur radiasi serta mengetahui hal-hal penting yang harus
diperhatikan sebelum menggunakan instrumen radiasi. Disamping itu,praktikkan mampu
mengoperasikan instrumen radiasi dengan baik sesuai prosedure keselamatan yang telah
distandarkan.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand. 2015. Alat Ukur Radiasi.Universitas Pendidikan Indonesia
Ardhina, dkk. 2020. PETUNJUK PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN
PENGUKURAN RADIASI. Yogyakarta, STTN-BATAN

Anda mungkin juga menyukai