Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN KEBOCORAN

TABUNG SINAR-X
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Proteksi Radiasi
Dosen Pengampu:
Siti Daryati, S.Si, M.Sc

Oleh
Kelompok 3 :

1. Jihan Mustajabah (P1337430123014)


2. Iqbal Aji Pamungkas (P1337430123016)
3. Estyo Putra Dewantoro (P1337430123008)
4. Agung Setiawan (P1337430123056)
5. Andra Wilian (P1337430123034)
6. Moh Nauval fahmy A (P1337430123050)
7. Ramadhan O.L.P (P1337430123036)
8. Aldila Fitriani (P1337430123002)
9. Syafina Rahayu (P1337430123028)
10. Nur Nabila A (P1337430123044)
11. Nikkita Ayu Paramitha (P1337430123029)
12. Dinda Rizki Nuraini (P1337430123027)
13. Nova octaviana (P1337430123048)

KELAS 1A
PROGAM STUDI RADIOLOGI SEMARANG PROGAM DIPLOMA III
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
Tahun Ajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Siti
Daryati sebagai dosen pengampu mata kuliah Proteksi Radiasi yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, 20 Maret 2024

Kelompok 3
A. Latar Belakang
Detektor merupakan suatu bahan yang peka atau sensitif terhadap radiasi yang
bila dikenai radiasi akan menghasilkan respon mengikuti mekanisme yang telah
dibahas pada Bab II. Setiap jenis radiasi mempunyai mekanisme interaksi yang
berbeda, suatu bahan detektor memiliki sensitivitas berbeda terhadap jenis dan energi
radiasi. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi
neutron.
Radiasi nuklir tidak dapat dilihat, dirasakan, dan dikenali oleh indera, tetapi
dapat menembus berbagai jenis bahan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya
radiasi atau mengukur radiasi harus digunakan alat ukur radiasi. Dalam aplikasi teknik
nuklir, alat ukur radiasi digunakan untuk mengukur laju dosis atau dosis radiasi,
aktivitas, dan energi sumber radiasi.
Detektor radiasi menjadi sensor yg dapat mengenali adanya radiasi nuklir, baik
alfa, beta, maupun gamma. Prinsip kerja detektor berdasarkan pada interaksi radiasi,
sehingga menghasilkan besaran fisis lain yang mudah dilihat atau diukur
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Detektor Sinitasi, Semi Konduktor, Dan
Emulusi
Film?
2. Bagaimana prinsi cara kerja dari Detektor Sinitasi, Semi Konduktor, Dan
Emulusi film?

C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengertian dari detektor sinitasi, semi konduktor, dan
emulusi
foto
2. Untuk mengetahui prinsip cara kerja dari detektor sinitasi, semi
konduktor, dan
emulusi film
BAB II
PEMBAHASAN/ISI
A. PENGERTIAN DETEKTOR
a. Detektor sintilasi
Detektor sintilasi merupakan proses eksitasi, terdiri dari dua bagian yaitu bahan
sintilator dan photomultiplier. Bahan sintilator merupakan Bahan padat, cair maupun
gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Detektor
sintilasi terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier. Bahan
sintilator dapat berbentuk padat dan cair yang akan menghasilkan percikan
cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier Tube (PMT) digunakan
untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi
pulsa listrik. Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat
dibagi menjadi dua tahap yaitu: proses pengubahan radiasi menjadi percikan
cahaya di dalam bahan sintilator dan proses pengubahan percikan cahaya
menjadi pulsa listrik di dalam PMT
Mekanisme Mekanisme pendeteksian pendeteksian radiasi radiasi pada detektor
detektor sintilasi sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan
cahaya di
dalam bahan sintilator
2. Proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam
tabung
Photomultiplier

a. Konus dan Diafragma


i. Wadah tabung pesawat Sinar-X stationery harus dilengkapi dengan
kolimator yang ada lampunya
ii. Sedangkan untuk pesawat Sinar-X mobile, lampu kolimatornya lebih
baik yang berbentuk konus jika mungkin

iii. Diafragma yang membatasi luas lapangan atau konus harus dilengkapi
dengan persyaratan tingkat kebocoran radiasi yang menjelaskan wadah
tabung

iv. Setiap konus harus diberi tanda yang tidak mudah dapus dengan luas
lapangan yang menunjukkan jarak ke fokus film

b. Filter Berkas

i. Portal berkas guna tabung pesawat Sinar-X dengan kemampuan rata-


rata di atas 100 kV harus menggunakan total filter setara 2,5 mm Al
dengan 1,5 mm Al filter permanen atau bawaan

ii. Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2,0
mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen untuk pesawat Sinar-X yang
pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk unit mammografi atau
dental
iii. Total filter permanen dalam berkas guna untuk radiografi Dental
konvensional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5
mm Al
iv. Untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri) tegangan
tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), filter total harus ekivalen 2,5
mm Al
v. Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga
harus diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.

B. Penelitian Terkait
Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah diantara
lain:
a. Penelitian terkait dikemukakan oleh Anugrah Firmansyah, 2012 yang berjudul
kebocoran radiasi pada phywe x-ray unit dengan surveimeter di laboratorium
fisika modern Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin
tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran yang menggunakan
surveimeter didapatkan hasil bahwa terdeteksi kebocoran radiasi dari kedua
bahan sumber x-ray. Bahan Mo (molibdenum) kebocoran terdapat pada titik 3,
diantara titik 1 dan 2, serta diantara titik 6 dan 3 masing-masing sebesar 261,12
µSv/Jam, 16,32 µSv/Jam dan 14,28 µSv/Jam. Kebocoran Sumber x-ray dari
bahan Cu (Copper) terdapat pada titik 3, 6, diantara titik 1 dan 6, dan diantara
titik 3 dan 6 dengan dengan masing-masing nilai kebocorannya sebesar 34,74
µSv/Jam, 18,36 µSv/Jam, 36,72 µSv/Jam dan 276,42 µSv/Jam. Kebocoran
radiasi Phywe x-ray unit berbahaya bagi manusia, bisa menimbulkan kangker
hingga kematian jika terkena radiasinya secara terus menerus.
b. Penelitian terkait dikemukakan oleh D.N.Dasril, N. Dewilza 2020 yang
berjudul uji efektifitas dinding ruangan panoramik instalasi radiologi rsud
proft. Dr ma hanafiah sm batusangkar menggunakan tld-100.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dinding ruangan panoramik di
RSUD Prof. Dr. MA Hanafiah SM Batusangkar hanya dapat menahan radiasi kurang dari
90% dan dinding tersebut dikategorikan kurang efektif dalam menahan radiasi. Pihak
rumah sakit harus merenovasi kembali dinding ruangan panoramik agar sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan agar radiasi tidak menembus dinding panoramik yang dapat
membahayakan petugas dan masyarakat umum di sekitar ruangan.

C. Alat dan bahan yang digunakan


a. Pesawat Sinar-X
b. Alat ukur radiasi : Surveymeter
c. Alat tulis
d. Meteran
e. Phantom Abdomen

D. Prosedur pengukuran
a.
Menyiapkan alat dan bahan, yaitu pesawat sinar-X, surveymeter, dan
phantom Abdomen
b. Yakinkan bahwa diaphragma masih berfungsi dengan baik (diaphragma
harus dapat ditutup dan dibuka). Jika masih ada celah pada diaphragma
atau tidak dapat tertutup rapat maka pengukuran tidak dapat dilakukan.
c. Mencatat jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan kondisi penyinaran
yang maksimum yang pernah digunakan, misalnya BNO, Lumbal atau
Kranium orang dewasa dan gemuk.
d. Catat tegangan operasi/kV, dan arus tabung/mA atau mAs yang digunakan.
e. Memposisikan switch pada surveymeter diawali dengan skala yang lebih
besar untuk pengukuran laju dosis radiasi, bila tidak terbaca ulangi
dengan sekala lebih kecil hingga skala penunjuk terbaca saat pengukuran
dilakukan. (Posisi switch yang benar adalah pada kedudukan switch
dengan satuan mGray/jam atau mRad/jam, Ingat : Dosis persatuan waktu).
f. Surveymeter dipegang pada jarak 1 meter dari tabung pesawat.
g. Pesawat sinar X siap dioperasikan sesuai dengan kondisi penyinaran yang
ditentukan.
h. Lakukan pembacaan pada surveymeter.
E. Hasil Pengukuran

Faktor Kebocora
Ekspos nTabung
No. Jenis e Keterangan
Pemeriksaan (kondisi) Jarak 1 m
maksimum (mR/jam)
KV mA s (mAs)
1, Abdomen 90 250 160 20 Anterior
2. Abdomen 90 250 160 20 Superior
3. Abdomen 90 250 160 0 Inferior
F. Pembahasan
Praktikum uji kebocoran tabung dilakukan menggunakan phantom
abdomen dan di ekpose menggunakan faktor eksposi yang sama, yaitu 90 kV dan
160 mAs. Uji kebocoran tabung dilakukan pada jarak masing-masing 1 meter di
bawah tabung, di sisi katoda, dan di sisi anoda .
Pada percobaan pertama, uji kebocoran tabung dengan arah cup dibawah
tabung sinar-x didapat hasil laju kebocoran yaitu 0 mR/jam, yang berarti tabung
sinar-x pada posisi bawah tidak mengalami kebocoran.
Pada percobaan kedua, uji kebocoran tabung dengan arah cup di sisi
katoda tabung sinar-x didapat hasil laju kebocoran yaitu 20 mR/jam, yang berarti
tabung sinar-x pada posisi katoda mengalami kebocoran .
Pada percobaan ketiga, uji kebocoran tabung dengan arah cup disisi anoda
tabung sinar-x didapat hasil laju kebocoran yaitu 20 mR/jam, yang berarti tabung
sinar-x pada posisi anoda juga tidak mengalami kebocoran .
G. Kesimpulan dan Saran
a. Simpulan

a. Uji kebocoran tabung pada Laboratorium Radiologi Poltekkes


Kemenkes Semarang dilakukan sebanyak tiga kali dengan 3 sisi berbeda
yaitu pada bawah tabung, sisi katoda, dan sisi anoda. Dari ketiga
pengukuran tersebut didapatkan nilai kebocoran rata-ratanya yaitu 0
mR/jam.
b. Nilai lolos uji yang diijinkan National Committee Radiation Protection
(NRCP) No. 39 yang diterbitkan oleh U.S Department of Commeroe
tahun 1971 adalah 1 mGy/jam. Hal tersebut berarti pesawat sinar-x yang
digunakan dalam praktikum ini aman untuk digunakan.

b. Saran
Sebaiknya Laboratorium Radiologi Politeknik Kementrian Kesehatan
Semarang baik ruangan pemeriksaan maupun daerah sekitar sumber radiasi
dilakukan pengecekan kebocoran radiasi secara berkala, sehingga keamanan
proteksi radiasi dapat ditingkatkan
H. Daftar Pustaka

Gilbert, D. G., Mcclernon, J. F., Rabinovich, N. F., Sugai, C., Plath, L. C.,Asgaard, G., …
Botros, N. (2004). Effects of quitting smoking on EEG activation and attention
last for more than 31 days and are more severe with stress, dependence, DRD2 Al
allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco Research, 6, 249—267
Ruini, C., Masoni, L., Otolini, F., & Ferrari, S. (2014). Positive Narrative Group
Psychotherapy: The Use of Traditional Fairy Tales to Enhance Psychological
Well-Being and Growth. Journal Psychology of Well-Being, 4 (13), 1-9.
Herculano-Houzel, S., Collins, C. E., Wong, R, Kaas, J. H., & Lent R. (2008). The basic
nonuniformity of the cerebral cortex. Proceedings of the National Academy of
Sciences, 105, 12593—12598. doi:1 0. 1 073/pnas.Q80541 7105
Modul praktikum proteksi radiasi JTRR prodi radiologi semarang program diploma tiga
tahun 2024

Anda mungkin juga menyukai